Anda di halaman 1dari 15

MEKANIKA FLUIDA

SEDIMENTASI, SETTLING, DAN DECANTER

DISUSUN OLEH

Kelompok 1

Nama :

1. Anita Farlina
2. Dheo Rizky Ramadhana
3. Gita Dara Safitri
4. Oktavia Yunita
5. R. Aji Kurniawan
6. Sindy Oyutri

Kelas : 3 KA

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Leila Kalsum, M.T.

Program Studi Teknik Kimia


Politeknik Negeri Sriwijaya
Palembang 2018
1. SEDIMENTASI

Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan (slurry)
menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat konsentrasinya), Pemisahan dapat
berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang terjadi pada butiran tersebut. Proses sedimentasi
dalam industri kimia banyak digunakan ,misalnya pada proses pembuatan kertas dimana slurry
berupa bubur selulose yang akan dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water
treatment),dan proeses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.

Proses sedimentasi dalam dunia industri dilakukan secara sinambung dengan menggunakan
alat yang dikenal dengan nama thickener,sedangkan untuk skala laboratorium dilakukan secara
batch. Data-data yang diperoleh dari prinsip sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk
proses yang sinambung.

Di industri aplikasi sedimentasi banyak digunakan, antara lain :

 Pada unit pemisahan , misalnya untuk mengambik senyawa magnesium dari air laut.
 Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalnya pada pabrik
gula.
 Pengolahan air sungan menjadi boiler feed water.
 Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dengan prinsip
perbedaan terminal velocity

Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara mekanik menjadi dua bagian,
yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian dengan konsentrasi partikel terbesar, dan
supernatant adalah bagian cairan yang bening. Proses ini memanfaatkan gaya gravitasi, yaitu
dengan mendiamkan suspensi hingga terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Foust,
1980).
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu :

1. Cara Batch

Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi batch
paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah. Mekanisme
sedimentasi batch pada suatu silinder / tabung bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1 . Mekanisme Sedimentasi Batch

Keterangan :

A = cairan bening

B = zona konsentrasi seragam

C = zona ukuran butir tidak seragam

D = zona partikel padat terendapkan

Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam


dengan partikel padatan yang seragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai
mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan cepat. Zona D yang
terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap. Pada zona
transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah daerah
dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak seragam. Zona B
adalah daerah konsentrasi seragam, dengan komsentrasi dan distribusi sama dengan
keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang merupakan cairan bening.

Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah (gambar 2


b, c, d). Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan
transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical settling point,
yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan endapan (Foust, 1980).
2. Cara Semi-Batch

Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk
saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau beningan yang
keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch

Keterangan :

A = cairan bening

B = zona konsentrasi seragam

C = zona ukuran butir tidak seragam

D = zona partikel padat terendapkan

3. Cara Kontinyu

Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan secara
kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme sedimentasi
kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Mekanisme Sedimentasi Kontinyu


Keterangan :

A = cairan bening

B = zona konsentrasi seragam

C = zona ukuran butir tidak seragam

D = zona partikel padat terendapkan

Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau penurunan


ketinggian daerah batas antara slurry (endapan) dan supernatant (beningan) pada suhu
seragam untuk mencegah pergeseran fluida karena konveksi (Brown, 1950).

Pada keadaan awal, konsentrasi slurry seragam di seluruh bagian tabung.


Kecepatan sedimentasi konstan, terlihat pada grafik hubungan antara ZL dan θL
membentuk garis lurus untuk periode awal (dZ/dt=V=konstan ). Periode ini disebut free
settling, dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang
konstan ini disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil,
sehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan
antar partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran besar akan turun lebih cepat,
menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi kecepatan
turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini membuat kecepatan penurunan semua partikel
(baik yang kecil maupun yang besar) relatif sama atau konstan.

Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak seragam


dengan bagian bawah slurry menjadi lebih pekat. Konsentrasi pada bagian batas
bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel berkurang.
Kondisi ini disebut hindered settling.

Kondisi free settling dan hindered settling dapat diamati pada grafik hubungan
antara ZL dan θL. Dimana untuk kondisi free settling ditunjukkan saat grafik masih
berupa garis lurus, sedangkan saat grafik mulai melengkung merupakan kondisi hindered
settling.
2. CST (Clarifier Settling Tank)
Settling tank adalah suatu tangki yang digunakan untuk pengendapan minyak. Settling tank
terdiri dari 2 (dua) bentuk, yaitu :
1) Bentuk bak bersambung yang disebut continuous settling tank (CST)
2) Bentuk silinder yang disebut cylindrical settling tank (CyST).

Kedua bentuk ini memiliki mekanisme pemisahan dan pengendapan yang berbeda.

1) Continous Settling Tank


Continuous settling tank Continuous settling tank (CST) adalah tipe bak bersambung yang
dapat memisahkan lumpur sambil mengalir dari satu bak ke bak yang lain. Pemisahan dapat
berlangsung dengan baik apabila kecepatan aliran lebih lambat dari kecepatan mengendap dari
zat yang memiliki SG ≥ 1,0. Pemisahan sludge berjalan dengan baik, jika pada bak pertama
cairan memisah menjadi 2 (dua) fase, yaitu fase ringan dan fase berat.
Fase berat mengalir dari bak yang satu ke bak yang lain melalui dasar tangki, sedangkan
fase ringan mengalir dari bak satu ke bak yang lain melalui bagian atas. Semakin banyak bak
yang tersambung, maka proses pemisahan minyak dengan sludge semakin sempurna, demikian
juga dengan suhu minyak yang tinggi akan mempercepat proses pemisahan minyak. Suhu oil
tank hendaknya berkisar antara 90 0C – 95 0C.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan steam pada pipa tertutup. Minyak yang
terdapat pada atas dikutip dengan menggunakan talang pengutip (skimmer) dan kemudian
dikumpulkan dan dialirkan ke oil tank. Retention time dari cairan dalam CST dari cairan dalam
CST dipengaruhi oleh ukuran CST dan jumlah cairan yang ditampung dalam CST. Ada beberapa
PKS yang menggunakan alat decanter two-phase untuk mengurangi jumlah sludge yang masuk
kedalam settling tank.

2) Cylindrical settling tank


Cylindrical settling tank (CyST) adalah tipe bak berbentuk silinder. Pemisahan sludge dalam
tangki tergantung pada kecepatan inlet cairan dari COT atau Decanter.
Masuknya cairan minyak didalam settling tank ada yang masuk dari samping dan mengikuti
aliran spiral dan ada yang masuk langsung ke bagian tengah yang dibatasi dengan tabung dan
kemudian minyak yang memiliki SG < 1,0 akan memisah keatas dan dikutip melelui skimmer.
Suhu dalam tangki dipertahankan 90 0C – 95 0C, sehingga viscositas minyak dapat
dipertahankan.
Untuk memperoleh pemisahan yang baik, maka dibuat volume tangki yang memiliki etention
time antara 4 – 6 jam atau untuk PKS kapasitas 30 ton/jam TBS dibuat CyST berukuran 90 m3.
Karena ukuran CyST yang cukup besar, maka pada akhir pengolahan tidak seluruhnya minyak
tertampung dan jika minyak harus dikutip seluruhnya pada akhir pengolahan, maka perlu power
khusus untuk membangkitkan alat klerifikasi, karena turbin tidak bekerja lagi (kekurangan bahan
bakar). Untuk mempertahankan suhu pada CyST dilakukan pemanasan dengan uap (steam).
Continous Settling Tank
Pada beberapa design terdapat pemanasan dengan menggunakan pipa uap tertutup dan pipa
uap terbuka. Pemanasan dengan uap langsung akan menyebabkan terjadinya proses
pembentukan emulsi yang dapat menurunkan efisiensi klarifikasi. Kualitas minyak yang
dihasilkan semakin jelek apabila minyak semakin lama ditahan dalam clarifier settling tank.

Kedua jenis CST tersebut memiliki fungsi yang sama hanya berbeda dari segi kontruksi nya
saja, berfungsi sebagai tempat pemisahan minyak, sludge serta benda lain (NOS) yang terikut ke
dalam crude oil. Prinsip pemisahan tersebut berdasarkan perbedaan berat jenis dari masing-
masing komponen crude oil. Konstruksi tangki berbentuk kerucut pada sisi bawah yang akan
mempermudah drain terhadap material lain yang harus dilaksanakan secara continue.

Proses pemisahan ini dapat berlangsung sempurna apabila temperatur minyak dapat
dipertahankan 90 – 95 0C, karena pada suhu ini kekentalan (viscositas) minyak lebih rendah,
sehingga fraksi-fraksi yang mempunyai SG ≥ 1,0 akan berada di bagian dasar tangki dan
mengendap. Campuran minyak yang terdapat dalam CST terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu
lapisan minyak, lapisan sludge dan lapisan lumpur. Kapasitas tangki bervariasi antara 60 ton – 90
ton, dan kapasitas ini sangat mempengaruhi proses pemisahan minyak dan sludge karena
berhubungan langsung dengan “retention time” crude oil berada di tangki (semakin lama berada
dalam tangki semakin sempurna pemisahannya).

Pada CST terdapat beberapa komponen pendukung yang berfungsi untuk mengoptimalisasi
efektifitas kerja, yaitu :
1. Oil skimmer berfungsi untuk mengatur tinggi keluaran hasil pemisahan antara oil flow
dan sludge underflow. Pengaturan ketinggiannya biasa nya di sesuaikan dengan
ketinggian minyak di CST (max 60 cm dr ketinggian minyak). Pengaturan CST yang
terlalu dalam dapat mengakibatkan banyak minyak terikut ke sludge under flow,
sedangkan pengaturan yang terlalu dangkal akan memperlambat pengutipan minyak dan
dapat mengakibatkan CST menjadi penuh (mengurangi kapasitas kerja pemisahaan
minyak)
Oil Skimmer

Skimmer Sludge Under Flow


2. Stirrer Arm berfungsi untuk mengaduk kandungan minyak yang belum terpisah
sempurna. Putaran maksimal 1-3 rpm.

3. Buffer tank, alat ini terletak di atas CST berfungsi untuk menjaga bentuk aliran
bergejolak keluaran dari minyak yang di pompakan dari COT. Hal ini bertujuan agar
minyak yang turun ke CST menjadi tenang, sehingga tidak mengganggu proses
pemisahan minyak dan sludge di dalam CST.

4. Open steam dan close stem berfungsi untuk menjaga suhu tetap 90 C. Minyak dan sudge
akan cepat terpisah pada suhu 90 C karena antara minyak dan sludge mempunyai berat
jenis yg berbeda.
3. DECANTER

Decanter adalah alat yang bertindak sebagai unit pemurnian. Decanter yang berfungsi
memisahkan fase padat, fase minyak dan fase air. Salah satu fungsi dari stasiun pemurnian
adalah untuk memisahkan minyak dari fase lainnya dengan pemurnian supaya tidak terjadi
penurunan mutu. Keberhasilan dalam pengoperasian decanter dipengaruhi oleh :

a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak, air dan lumpur
mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut.

b. Fungsi alat Decanter tersebut.

c. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah Sludge yang diolah.

Fungsi dekanter adalah untuk memisahkan sisa minyak dan air yang masih terdapat
pada sludge untuk dikembalikan ke proses CST.

Decanter bekerja berdasarkan gaya sentrifugal, bisa antara fase liquid-liquid atau fase
liquid-solid. Prinsipnya cairan atau suspensi dimasukkan dalam decanter yang biasanya
berbentuk silinder dari bagian porosnya, lalu decanter diputar dengan kecepatan tertentu
tergantung bahan yang akan dipisahkan. Dengan putaran tersebut akan menciptakan gaya
sentrifugal pada cairan atau suspensi tersebut, dan makin besar massa zat, maka akan makin
besar pula gaya sentrifugal yang diderita, sehingga zat yang yang berat jenisnya lebih besar akan
terdesak ke arah dinding decanter dimana terdapat outlet untuk mengeluarkan zat tersebut. Dan
zat dengan berat jenis yang lebih kecil akan tertahan di bagian poros yang di situ juga dibuatkan
outlet untuk mengeluarkan zat yang lebih ringan tersebut.

Prinsip kerja decanter juga berdasarkan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh bowl
yang berputar secara horizontal. Produk yang masuk ke dalam decanter akan masuk ke dalam
bowl melalui distribution chamber. Dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang muncul dari
sistem putaran tinggi dari bowl secara horizontal, proses pemisahan ketiga unsur ini dapat
berlangsung cepat sekali. Setelah terjadi proses pemisahan maka solid akan disalurkan menuju
tempat pembuangan lumpur yang tidak mungkin diproses lagi melalui decanter solid conveyor,
sludge yang merupakan fasa berat akan menuju ke drain dan tiba di sludge pit yang memiliki
temperatur sekitar 90 oC sampai dengan 100 oC, sedangkan minyak yang merupakan fasa ringan
akan dipompa kembali menuju continous settling tank untuk diproses kembali. Sludge yang
sebelumnya masih mengandung sekitar 5 % minyak murni, setelah melalui proses di decanter ini
tinggal menyisakan kadar minyak sekitar 0,85 % sampai dengan 1,2 %.

 Decanter dibagi atas dua berdasarkan keluarannya, yaitu :


a. Two-Phase Decanter

Alat ini bekerja memisahkan fraksi minyak dengan fraksi air dan fraksi padat
atau fraksi padat dengan cairan, dengan penggunaan tersendiri.

Gambar Two-Phase Decanter

Cairan minyak yang masuk dari Crude Oil Tank ke dalam Decanter dipisahkan
menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat dan cair. Fraksi padat yang berbentuk lumpur padat
diangkut dengan bak trailer ke kebun, sedangkan fraksi cair dipompakan ke dalam
Settling Tank untuk diolah lebih lanjut. Tujuan pengolahan ini merupakan cara
pengurangan bahan padatan dalam cairan dengan maksud agar pemisahan minyak dalam
settling tank.

Decanter dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier yakni minyak yang
berasal dari Settling Tank atau Buffer Tank diolah menjadi dua fraksi yaitu fraksi minyak
dan fraksi cairan yang masih mengandung Sludge. Karena prinsip kerja alat ini
menggantikan Oil Purifier maka mekanisme pemisahan berpegang kepada kemurnian
minyak, akibatnya Sludge yang keluar masih mengandung minyak, sehingga perlu diolah
lagi dengan menggunakan Sludge Separator atau Decanter, sedangkan fraksi minyak
bersih langsung diolah ke Vacuum Drier.

Decanter sebagai pengganti Sludge Separator, yaitu mengolah cairan yang berasal
dari Sludge Tank dipisahkan. Cairan dipisahkan menjadi cairan minyak dan Sludge.
Cairan minyak yang dipisahkan dipompakan ke Settling Tank, sedangkan fraksi Sludge
dibuang ke Fa tPit untuk diteruskan ke unit pengolah limbah.

b. Three-Phase Decanter

Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase Decanter, hanya
terdapat perbedaan dari fase fraksi. Pada alat ini dihasilkan 3 fraksi yaitu fraksi minyak,
fraksi air (cair) dan fraksi padat.

Alat ini dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier dan akan menghasilkan
fraksi minyak, fraksi air dan padatan. Fraksi air yang masih mengandung minyak
dilanjutkan pengolahannya pada Sludge Separator, dan Sludge dan minyak akan terpisah.

Gambar Three-Phase Decanter


 Berdasarkan Letak Penempatan Dekanter

Decanter yang berfungsi memisahkan fase padat, fase minyak dan fase air
memberikan peluang penempatannya dihulu, tengah dan diakhir proses klarifikasi.
Umumnya penempatan di :

a. Hulu sebelum Settling Tank


Cairan hasil pressan yang keluar melalui Oil Gutter ditampung di Crude Oil Tank,
memiliki kandungan lumpur yang tinggi. lumpur tersebut jika dipisahkan sebelum
masuk kedalam proses klarifikasi akan lebih baik, karena lumpur tersebut tidak lagi
mengendap di dasar tanki klarifikasi yang dapat menurunkan “Retention Time”.
Decanter bekerja memerlukan keseimbangan, maka diperlukan “Buffer Tank”
tambahan, yaitu ditempatkan diatas decanter. Kalau hanya menggantungkan stabilitas
tekanan pada pompa dapat menyebabkan efisiensi pemisahan lumpur yang rendah
dan kehilangan minyak yang tinggi dalam lumpur.
Decanter yang sesuai untuk dikembangkan pada cara ini adalah Decanter 2 phase,
yaitu memisahkan cairan menjadi phase padat (lumpur) dan phase cair. Phase padat
dikirmkan kelapang, sedangkan phase air dipompakan ke settling tank

Gambar Penempatan Decanter di Hulu sebelum Settling Tank


b. Tengah sebelum Sludge Separator

Cairan yang keluar dari bagian bawah Settling Tank mengandung lumpur
yang tinggi dan kadar minyak yang mencapai 10%. Cairan ini diolah dalam
Decanter akan menghasilkan : phase padat akan dibuang, phase minyak
dipompakan ke Settling Tank sedangkan phase cair tetap dialirkan ke Sludge
Tank. Cara ini akan mengurangi beban lumpur yang masuk ke dalam Sludge
Separator, umumnya digunakan adalah Decanter-3-phase. Cara ini akan
membantu Sludge Separator dan dapat menggantikan “Sand Cyclone” dan
“Strainer”.

c. Hilir Klarifikasi

Penempatan decanter di hilir sebagai pengganti sludge separator yang


memisahkan lumpur minyak dan air. Jika di hulu ditempatkan decanter maka
pemisah lumpur yang ditempatkan diakhir klarifikasi adalah sludge separator.
Jenis decanter yang digunakan mengganti sludge separator adalah decanter 2
phase dan decanter 3 phase.

d. Hilir klarifikasi sebagai pengganti oil purifier

Pemurnian minyak dilakukan dengan alat Oil Purifier yang memisahkan


minyak dan non minyak. Karena sifat-sifat ini dimiliki oleh Decanter-2-phase
maka ada pabrik yang menggunakan Decanter memisahkan minyak dengan
lumpur. Metode proses yang diterapkan ialah cairan minyak yang keluar dari
Crude Oil Tank dipompakan ke Buffer Tank dan dialirkan kedalam Decanter dan
akan menghasilkan minyak, lumpur dan cair. Dalam proses ini yang menjadi
tujuan ialah memisahkan minyak yang bersih tanpa mempertimbangkan
kehilangan minyak pada fase padat.
 Contoh Aplikasi Penggunaan Decanter

Decanter dapat di gunakan untuk pengolahan minyak juga dan di luar negeri decanter
diaplikasi kan sebagai alat pengolahan limbah.

Secara garis besar kegunaan decanter adalah untuk memisahkan serat-serat halus (non-oil
solid) yang terkandung dalam minyak kasar (crude oil) dari crude oil tank (COT). Serat halus ini
berasal dari serat atau ampas yang terputus-putus pada waktu pengepresan. Dengan
berkurangnya serat halus ini, cairan minyak tidak akan terlalu kental, sehingga proses pemisahan
didalam CST akan lebih sempurna. Jadi tujuan utama pengoperasian decanter adalah untuk
memisahkan sludge menjadi light phase, heavy phase dan solid.

Dalam pengaplikasian pada pengutipan minyak ada beberapa faktor keberhasilan dalam
pengoperasian decanter ini:

a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena rasio antara minyak, air dan lumpur
mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut.

b. Fungsi alat decanter tersebut.

c. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah sludge yang diolah.


DAFTAR PUSTAKA

Antan, Rudy. 2013. Decanter (Equiment Sludge Treatment). http://surgapetani. blogspot.com


/2013/01/decanter-equiment-sludge-treatment.html. Diakses pada 20 September 2018.
Pwidayaka. 2011. Decanter (Stasiun Klarifikasi). http://pwidayaka.wordpress.com
/2011/02/04/decanter-stasiun-klarifikasi. Diakses pada 20 September 2018.
Damanik, Ucok. 2017. CST (Clarifier Settling Tank).http://surgapetani.blogspot.com/2012/12/cst-
clarifier-settling-tank.html. Diakses pada 20 September 2018.

Listantya. 2011. Sedimentasi process.


https://www.google.co.id/amp/s/tentangteknikkimia.wordpress.com/2011/12/17/sediment
asi/amp/. Diakses pada 20 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai