Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNOLOGI KIMIA I

(SEDIMENTASI)

Disusun oleh :

Kelompok : LTK-I-01

Hari/Tanggal Praktikum : kamis/14 Oktober 2021

Nama Praktikan : Aiska Wandari (2311191041)

: Andika M Faturahman (2311191045)

Nama Asisten : Shofa Almarwati (2311171033)

Dosen Pembimbing : Dr. Putu Teta P.Aryanti, ST. MT(NID.412190174)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu proses kimia, proses pemisahan sangat diperlukan baik dalam
penyiapan umpan maupun produk. Umumnya memisahkan campuran produk
yang keluar dari reaktor. Ada berbagai cara pemisahan yang dapat
digunakan ,umumnya adalah distilasi, sedimentasi, kristalisasi, ekstraksi,
absorpsi, filtrasi dan penukaran ion.
Sedimentasi merupakan salah satu cara pemisahan padatan yang
tersuspensi dalam sutu cairan dengan cara mengendapkan partikel padatan
dalam cairan pada waktu tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari sering
dijumpai proses sedimentasi (pengendapan) yang diterapkan pada proses
pengolahan air bersih. Dalam proses penjernihan air untuk mendapatkan air
yang bersih, dimana air yang kita ambil terlebih dahulu ditampung untuk
disaring dan diendapkan untuk menghasilkan partikel yang ada. Selain itu
sedimentasi banyak digunakan pada proses pemisahan kimia, metalurgi,
maupun pada proses pengurangan polusai dari limbah indutsri. Maka dari itu,
untuk lebih memahami bagaimana mekanisme dari proses sedimentasi, proses
pemisahan dengan sedimentasi ini selain lebih mudah dalam pengoperasian
nya, juga dari segi ekonomi juga jauh lebih murah. Maka dilakukan percobaan
dalam skala laboratorium agar dapat di aplikasikan dalam skala industri.

1.2 Tujuan Percobaan


1) Mempelajari proses sedimentasi dengan memanfaatkan gaya gravitasi
2) Menghitung densitas, kecepatan terminal, nilai Reynolds, koefisien gesek
dan viskositas
3) Mengetahui pengaruh karakteristik larutan terhadap laju pengendapan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan padatan yang tersebar atau
tersuspensi dalam suatu cairan menjadi bagian yang memiliki konsentrasi atau
kandungan padatan yang lebih tinggi (slurry) dan bagian cairan bening
(supernatant) karena adanya gaya gravitasi.
Settling (pengendapan) dan sedimentasi merupakan metode pemisahan
partikel yang mengandalkan gaya gravitasi sebagai gaya dorong partikel agar
dapat mengendap, proses settling (pengendapan) dimana partikel yang
diendapkan dapat berupa endapan atau cairan, sedangkan fluidanya dapat
berupa cairan ataupun gas dimana partikel yang diendapkan berupa padatan.
Apabila suatu partikel mempunyai jarak relatif dengan dinding tabung
begitu pula dengan partikel lainnya sehingga jatuhnya partikel tidak saling
mempengaruhi, peristiwa ini disebut pengendapan bebas (free setlling).
Sedangkan bila jarak antar partikel relatif dekat dan kacau (crowded), yang
menyebabkan proses pengendapan menjadi terhambat, peristiwa ini
dinamakan gangguan pengendapan (hindered settling).
Pemisahan suspense atau slurry dengan pengendapan secara gravitasi
umtuk memperoleh cairan bening dan kandungan yang terendapkan menjadi
lebih tinggi disebut sedimentasi.

2.2 Teori Gerak Partikel dalam Fluida


Persaman untuk bentuk partikel spherik yang kaku bergerak melalui fluida,
akan timbul gaya terhadap partikel tersebut. Pertama perbedaan densitas antar
fluida dan partikel ; gaya eksternal dalam hal ini adalah percepatan gravitasi
dipelukan untuk gerak partikel dan fluidanya sama sehingga “gaya keatas”
(buoyant force) timbul terhadap partikel sehingga partikel relatif tidak dapat
bergerak dalam fluida.
Untuk gerakan partikel yang kaku akan timbul tiga gaya yang
mempengaruhi gerak partikel, gaya keatas (buoyant force), dan tahanan atau
gaya gesek yang berlawanan dewngan arah jatuh partikel.
1. Gaya Gravitasi (Grarvity force)
Gaya ini terjadi pada saat partikel – partikel mulai turun membentuk
endapan menuju dasar kolam. Hal ini terjadi Karena massa jenis
padatan lebih besar dari massa jenis cairan.
�� = � �………………………………(2.1)
Dimana :
Fg = gaya gravitasi (N)
m = massa partikel (Kg)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

2. Gaya Apung ( Bouyant Force)


Gaya ini terjadi ketiaka massa jenis partikel lebih kecil daripada massa
jenis cairan sehingga partikel – partikel tidak akan mengendap di dasar
kolam melainkan mengapung di atas permukaan cairan.

���
�� = = �� � �……………………………. 2.2
��
Dimana :
Fb = gaya keatas (N)
m = massa partikel (kg)
� = density fluida (Kg/m2)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
�� = density partikel (kg/m3)
m/�� = volume / �� (m3)

3. Gaya Gesek (Drag Force)


Gaya ini bekerja pada saat partikel bergerak berlawanan arah dengan
gerakan partikel lain. Jika partikelnya semakin mengendap, maka
gaya geseknya akan semakin besar sedangkan jika partikel masih
tersuspensi atau tersebar. Gaya geseknya akan rekatif lebih kecil.

�2
�� = �� =  �………………………………(2.3)
2
Dimana :
FD = gaya gesek (N)
CD = koefisien gesek (yang besarnya tergantung ��� )

� = density fluida (Kg/m3)


v = kecepatan perpindahan / gerak (m/det)
A = luas penampang proyeksi partikel (m2)
Resultan dari kedua gaya bekerja pada partikel tersebut menentukan
arah gerak dari partikel, apakah bergerak keatas atau ke bawah dengan
percepatan sebesar.
��
� = �� − �� …………………………………(2.4)
��
Subtitusikan persamaan (2.2) dan (2.3) ke persamaan (2.4) sehingga
menjadi :
�� ��� �2
� =�− − �� − � �…………………(2.5)
�� �� 2
Apabila gerak partikel dimulai dari posisi diam, waktu gerak partikel
terdiri dari 2 periode yaitu periode jatuh dengan percepatan (yang
berlangsung sangat singkat) dan periode jatuh dengan dengan
kecepatan konstan, yang disebut dengan kecepatan pengendapan bebas
(free settling velocity) atau kecepatan terminal (terminal velocity).
Kemudian pengendapan terhambat, sampai pengendapan berlangsung
sempurna.
Untuk mengetahui besarnya kecepatan terminal diturunkan dari
��
persamaan (2.5) dengan harga ��
= 0 , sehingga persamaan menjadi :
2� ( �� − �)
�� = = ………. ………………(2.6)
� �� �� �
1
Untuk partikel berbentuk spheric bola : � = ��� 2 /6 dan � = 4 ��� 2

di subtitusikan ke persamaan (2.6), maka kecepatan terminal menjadi :

4 �� − � ���
�� = = ………. ………………(2.7)
3 �� �

Dimana :
Vt = kecepatan terminal (m/det)
� = density (Kg/m3) \
�� = diameter partikel (m2)

2.3 Koefisein Gesek Untuk Bentuk Bulat Kaku (Rigid Spheres)


Koefisien gesek untuk bentuk bulat kaku dapat dilihat dari bilangan Reynolds
�� � �/�. Untyk laju alir laminer digunakan hokum stoke’s, untuk ��� < 1 maka
besarnya koefisien gesek adalah :
24 24
�� = = ………………………………(2.8)
�� � �/� ���

Dimana : viskositas fluida (pa.det atau kg/m.s)

Sehingga persamaan (2.7) menjadi :

4 �� − � ���
�� = = ………. ………………(2.9)
3 �� �

Untuk bentuk- bentuk partikel lainnya, koefisien gesek dapat dibedakan melalui
gambar (2.1) turbulen hukum Newton bilangin atau bagian yang lebih besar dari
bilangan Reynolds sekitar 1000 sampai dengan 2,0 x 105 koefisien gesek
mendekati konstan CD = 0,44
Jika partikel sangat kecil akan menimbulkan gerak Brown, gerak yang bersifat
random yang memberikan gesekan antara molekul dengan fluida dan partikel
dengan partikel. Gesekan random ini scara langsung menghilangkan pengaruh
gravitasi, sehingga pengendapan partikel - partikel yang lebih lambat.

Untuk partikel yang lebih halus, gerak Brown menjadi lebih besar dan untuk
ukuran yang lebih kecil daroi 1,0 � m pengaruh lebih menonjol untuk
menghilangkan pengaruh gerak Brown dapat dibantu dengan gaya sentrifugal.

Gambar 2.1 Kurva Drag Coefficient (koefisien gesek) Terhadap Nilai


Bilangan Reynolds

Untuk partikel - partikel yang kaku non spherik gesekan bergantung kepada
bentuk partikel itu sendiri.

2.4 Koefisien Gesek


Partikel - psrtikel ysng tidak kaku (Lentur). akan melakukan sirkulasi pada
bagian dlam antara partikel dengan partikel lain sehingga terjadi perubahn bentuk.
Keduanya akan memberikan pengaruh terhadap koefisien gesek dan kecepatan
terminal. Koefisein gesek untuk gelembung udar ditimbulkan oleh air (Perry &
Chilton), dan untuk bilangan reynolds kurang dari 50 bentuk kurvanya akan sama
seperti kurva pada bentuk partikel spherik yang kaku dalam air.
Untuk cairan yang menetes dalam gas hubungannya sama seperti pada
partikel padat yang sphericdengan ketentuan bilangan Reynolds harganya diatas
100. Tetesan air yang kecil dalam larutsn seperti pada partikel spheric kaku kurva
koefisien gesek mnegikuti bilangan reynolds diatas 10.
Bilangan Reynolds diatas 10 sampai 500, kecepatan terminal adalah lebih
besar dari pada padatan yang disebabkan sirkulasi interal pada saat jatuh.

2.5 Gangguan Pengendapan


Dalam beberapa kasus pngendapan, pembesaran terhadap partikel akan
timbul pada partikel - partikel yang bercampur karena gerakan partikel itu sendiri
itu sendiri. Kecepatan gradien pada tiap partikel di sekelilingnya dipengaruhi
keadan tertutup partikel lainnya dalam fluida.
Untuk laju gangguan kecepatn pengendapan adalah lebih kecil dari yang
dihitung dengan persamaan hokum stoke’s. Gaya gesek yang sebenarnya lebih
besar dalam larutan suspense, yang di sebabkan karena gangguan partikel lainnya.
Viskositas
Efektif yang lebih tinggi dalam campuran � m adalah sama dengan
viskositas actual larutan itu sendiri. � dibagi alam suatu factor koreksi empirik �P.
Fraksi volume campuran bubur yang tercampur dengan cairan.

�� = …………………………………………. (2.10)

�P tak berdimensi mengikuti persamaa,
1
�� = 1.82 (1− �)
………………………………. . (2.11)
10
Densitas fasa fluida menjadi efeketif terhadap ruahan (bulk) densitas bubur m,
seperti :
� = �� + 1 − � �� ………………………………(2.12)

� densitas bubuir (Kg padat + cairan / m3) sehingga terjadi perbedaan densitas.
�� − �� = �� − �� + 1 − � �� = � (�� − �)…………………(2.13)
Kecepatan Vt dengan factor koreksi �, kecepatan waktu dihitung dalam hukum
stoke’s dengan mensubtitusikan �� dari persamaan 2.9 dan dikalikan hasil � =
(�2 �) untuk pengaruh kecepatan relative.
Persaamaan (2.9) menjadi pengendapan laminar.
��� 2 �� − �
�� = ( �2 �) ………. ………………(2.14)
18 �
Kecepatan ini dapat di hitung dari persaam (2.9) dikalikan dengan factor koreksi
( �2 �). Bilanagan Reynolds menjadi dsar kecepatan relative cairan/fluida .
�� �� �� �� 3 � �� − � �� ��2
��� = = ……………………(2.15)
�� � 18 �2

2.6 Sedimentasi dan Pemekatan


1) Mekanisme Sedimentasi
Proses sedimentasi adalah bila bubur/slurry diendapkan dengan cara
gravitasi sehingga fluida menjadi bening dan konsentrasi slurry menjadi lebih
tinggi, proses ini dinamakan sedimentasi, atau kadang-kadang disebut dengan
pemekatan (thickening).Untuk menggambarkan metode dalam menentukan
kecepatan pengendapan dan mekanisme pengendapan, dapat dilakukan
dengan pengendap yang berbentuk silinder.

Zona bening

Zona encer

Zona pekat

Gambar 2.2 Mekanisme Sedimentasi


2) Menentukan Kecepatan Pengendapan dengan Menggunakan Grafik
Hasil Percobaan
Ketinggian (z) permukaan cairan bening diplot terhadap waktu (t). Kecepatan
pengendapan yang membentuk garis lurus pada mulanya bersifat konstan. Titik
kritik yang terjadi dilanjutkan pada Gambar 2.2.
Kecepatan lumpur lajunya berubah sangat cepat sehingga untuk perbandingan
diperlukan percobaan terhadap lumpur (slurry) jenis lainnya. Kynch, Talmage dan
Fitch mengemukakan suatu metode untuk memperkirakan ukuran bak pengendap,
dari hasil uji pengendapan proses batch.

A
A
B B
C
C D D
(A) (B) (C) (D) (E)

Gambar 2.3 Mekanisme Sedimentasi secara Batch


Keterangan :
(A) = Suspensi yang terdistribusi secara seragam di dalam zat cair
dalam keadaan siap untuk mengendap

(B) = Zona pengendapan setelah beberapa waktu

(C) = Dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar zona A
dan B itu tajam. Jika terdapat partikel yang teragmolerasi,
zona A itu keruh dan batas antara zona A dan B kabur.
Dengan adanya pengendapan, ke dalam zona D dan A
bertambah, dan tebal zona C tetap, B berkurang

(D) = Zona B dan C hilang, dan seluruh zat padat itu akan terdapat
pada zona D
(E) = Efek lain, yang disebut pemampatan (compression)
berlangsung saat dimana pemampatan itu bermula disebut
titik kritis atau critical point. Pada pemampatan sebagian zat
cair yang tadinya ikut bersama flok ke dalam zona kompresi
D akan terperas keluar dimana bobot endapan itu
menggambarkan suatu flok.

Gambar 2.4 Laju Sedimentasi

Kecepatan pengendapan (V) ditentukan dengan menggunakan gambar dari


sebuah tangen kurva pada Gambar 2.3 yang diberikan oleh waktu (t) dan slope -
dz/dt = V. Pada ketinggian Z1 dan Zi adalah intersep dari tangen terhadap kurva.
�� −�1
V1 = �1 −0
…………………………… (2.17)

Konsentrasi (C1) diketahui, maka konsentrasi rata-rata suspense jika Z1 adalah


ketinggian slurry. Maka dapat dihitung dengan :
C1 . Zi = Co . Zo ……………………………...... (2.18)
atau
��
C1 = ��
�� ………………………………. (2.18)

Dengan Co konsentrasi awal (kg/m3) pada saat ketinggian Z0 dan t = 0. Hal ini
dapat diperoleh dari plot setiap waktu antara kecepatan pengendapan vs
konsentrasi.
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SedimentasI
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :
a. Flokulasi
Proses pengendapan dengan lambat agar campuran koagulan dan air baku
dapat mengendap dengan cepat.
b. Medium
Semakin besar wadah yang digunakan, semakin banyak jumlah slurry
yang didapatkan.
c. Ukuran partikel
Semakin kecil partikel, semakin lama proses pengendapan.
d. Konsentrasi
Besar kecilnya konsentrasi mempengaruhi proses pengendapan.
e. Waktu
Semakin lama waktu yang digunakan, semakin banyak endapan
yang dihasilkan.
f. Diameter
Semakin besar diamater maka akan mempengaruh tinggi slurry.
(Tim Dosen, 2017)

2.8 Laju Pengendapan


Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan
mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya
gravitasi, setelah terjadi kesetimbangan partikel akan terus mengendap pada
kecepatan konstan yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau kecepatan
pengendapan bebas.Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
1. Berat jenis fluida dan benda; Jika berat jenis fluida lebih besar dari
partikelnya maka laju pengendapannya semakin lambat.
2. Viskositas; Bila temprature tinggi maka viskositasnya menurun sehingga
bentuk dan ukuran partikel semakin kecil sehingga laju pengendapannya
semakin cepat.
3. Aliran dalam bak; Pada aliran laminer laju pengendapannya semakin cepat
sedangkan pada aliran turbulen laju pengendapannya akan terganggu yang
menyebabkan lambatnya laju pengendapan.
4. Bentuk dan ukuran partikel; Partikel yang memiliki ukuran besar dan kasar
sangat mudah mengendap sedangkan pada partikel yang memiliki ukuran
5. kecil dan halus akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengendap
sehingga menyebabkan lambatnya laju pengendapan. (Mc Cabe, WL.
1993).
BAB III
METOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat yang digunakan


1. Tangki
2. Pengaduk
3. Pompa
4. Kolom sedimentasi
5. Neraca digital
6. Piknometer 25 ml
7. Viscometer otswald
8. Gelas kimia 250 ml
9. Botol semprot
10. Ball pipet
11. Spatula
12. Wadah kertas
13. Penggaris
14. Stopwatch

3.2 Bahan yang digunakan


1. CaO 654,4 gram
2. Tawas 6%
3. Air
3.3 Diagram Alir
3.4 Skema alat percobaan

2
1

5 6

Gambar 3.2 Skema Alat percobaan

Keterangan :

1. Kolom sedimentasi
2. Keran keluar sampel
3. Kerangan aliran keluar
4. Kerangan aliran masuk
5. Pompa
6. Tangki/bak sedimentasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, di dapatkan hasil
sebagai berikut :
4.1.1 Hasil percobaan pada CaO 654,4 gram tanpa tawas(koagulan)
Tabel 4.1.1 Data hasil percobaan campuran CaO tanpa tawas (koagulan)

No. Viskositas
waktu Kecepatan Koefisien
Kerang sampel NRe
(menit) Terminal gesek
an (pa.s)
3 0,00066153 0,00004484660 0,012668940 1894,4
0 6 0,00058117 0,00004484640 0,014489339 1656,4
8 0,00058170 0,00004484640 0,014418866 1664,5
3 0,00058629 0,00004484641 0,014266215 1682,3
10 6 0,00060218 0,00004484645 0,013878849 1729,3
8 0,00060339 0,00004484646 0,013801315 1739,0
3 0,00058237 0,00004484640 0,014390869 1667,7
20 6 0,00059273 0,00004484643 0,014184309 1692,0
8 0,00056868 0,00004484637 0,014690370 1633,7
3 0,00061826 0,00004484649 0,013598738 1764,9
30 6 0,00057867 0,00004484639 0,014390866 1667,7
8 0,00057469 0,00004484638 0,014704949 1632,1

4.1.2 Hasil percobaan pada CaO 654,4 gram dengan tawas 6%


(koagulan)
Tabel 4.1.2 Data hasil percobaan campuran CaO dan tawas 6%
(koagulan)

Viskositas
waktu No. Kecepatan Koefisien
sampel NRe
(menit) Kerangan Terminal gesek
(pa.s)
3 0,0006668 0,00004484661 0,012668944 1894,3963
0 6 0,0006673 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
8 0,0006676 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
3 0,0006676 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
10
6 0,0006678 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
8 0,0006668 0,00004484661 0,012668944 1894,3963
3 0,0006676 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
20 6 0,0006692 0,00004484662 0,012668945 1894,3960
8 0,0006676 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
3 0,0006657 0,00004484661 0,012668943 1894,3964
30 6 0,0006644 0,00004484661 0,012668942 1894,3965
8 0,0006655 0,00004484661 0,012668943 1894,3964

4.2 Data Grafik


4.2.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi terhadap Ketinggian
a. Grafik pengaruh konsentrasi terhadap ketinggian tanpa koagulan

Gambar 4.1 grafik pengaruh konsentrasi terhadap ketinggian tanpa koagulan

b. Grafik pengaruh konsentrasi terhadap ketinggian dengan koagulan


Gambar 4.2 grafik pengaruh konsentrasi terhadap ketinggian dengan

koagulan

4.2.2 Grafik Hubungan Densitas Terhadap Ketinggian


a. Grafik hubungsn densitas terhadap ketinggian dengan koagulan

Gambar 4.3 grafik pengaruh konsentrasi terhadap ketinggian tanpa koagulan

b. Grafik hubungan pengaruh densitas terhadap ketinggian dengan koagulan


Gambar 4.4 grafik hubungan densitas terhadap ketinggian dengan
koagulan

4.2.3 Grafik pengaruh konsentrasi terhadap laju pengendapan


a. Grafik pengaruh konsentrasi laju pengendapan tanpa koagulan

Gambar 4.5 grafik pengaruh konsentrasi terhadap laju pengendapan tanpa


koagulan

b. Grafik pengaruh konsentrasi laju pengendapan dengan koagulan


Gambar 4.6 grafik pengaruh konsentrasi terhadap laju pengendapan dengan
koagulan

4.2.4 Grafik Pengaruh Ketinggian Terhadap laju pengendapan


a. Grafik pengarah ketinggian terhadap laju pengendapan tanpa
koagulan

Gambar 4.7 grafik pengaruh ketinggian terhadap laju pengendapan


tanpa koagulan
b. Grafik pengaruh ketinggian terhadap laju pengendapan dengan
koagulan
Gambar 4.8 Grafik pengaruh ketinggian terhadap laju pengendapan
dengan koagulan

4.3 Pembahasan
Praktikum sedimentasi ini dilakukan untuk memisahkan partikel padatan
dengan cairannya. Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan berupa CaO
dengan 2 variasi agar dapat membandingkan densitas, konsetrasi dan waktu
pengendapan masing-masing variasinya. Dalam percobaan ini, yang diamati ada
dua hal yaitu pengaruh konsentrasi persepuluh menit dan waktu pengendapan
pada kerangan 3, 6, dan 8. Koagulan yang dipakai pada praktikum kali ini yaitu
tawas.
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan dalam proses pengendapan
untuk mengendapkan partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan
sendirinya dan dapat juga diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk
mempercepat proses pengendapan yang dapat dibuktikan dalam waktu
pengendapan.
Densitas atau massa jenis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
laju pengendapan. Semakin besar densitas suatu partikel padat dalam fluida maka
laju pengendapan akan berjalan semakin cepat dan semakin kecil densitas suatu
partikel maka akan semakin lama laju pengendapannya..
Pada percobaan pertama diamati pengaruh konsentrasi terhadap ketinggian
kerangan dengan CaO murni dan yang kedua CaO ditambahkan dengan 6% tawas.
Ketinggian awalnya CaO murni ialah 245 cm, waktu yang dibutuhkan untuk
mengendap adalah 45,8 menit dengan tinggi slurry 6,56 cm. Sedangkan pada
campuran CaO dengan tawas 6%, memiliki ketinggian awal 230 cm, waktu
endapan 43,37 dengan ketinggian slurry 15,7 cm. Berdasarkan grafik yang
diamati semakin berkurangnya ketinggian kerangan maka konsentrasinya akan
semakin besar hal tersebut dipengaruhi oleh gravitasi sehingga partikel akan turun
kebawah yang menyebabkan konsentrasi CaO yang dibawah tersebut semakin
besar. Dilihat dari grafik gambar 4.1 – 4.2 pengaruh konsentrasi terhadap
ketinggian konsentrasi CaO dengan koagulan memiliki nilai yang lebih kecil
daripada CaO tanpa koagulan hal ini terjadi karena penggunaan koagulan
mempercepat turunnya partikel CaO.
Berdasarkan gambar 4.3 – 4.4 menunjukkan pengaruh densitas terhadap
ketinggian kerangan bahwa semakin rendah ketinggian kerangan maka semakin
besar densitas supernatant. Hal ini disebabkan karena pada ketinggian mendekati
dasar kolom, partikel padat akan semakin menggumpal/banyak dan akan semakin
cepat mengendap. Hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi. sebaliknya ketinggian
kolom menjauhi dasar maka densitas akan semakin kecil karena supernatant yang
terbentuk dalam keadaan keruh dan masih tercampur secara merata dengan
padatan partikel.
Berdasarkan pada gambar 4.5 – 4.6 menunjukkan pengaruh konsentrasi
terhadap laju pengendapan. Dimana semakin kecil nilai konsentrasinya semakin
besar laju pengendapan atau semakin lambat laju pengendapannya. Hal ini terjadi
karena konsentrasi berbanding lurus dengan densitas dan berbanding terbalik
dengan laju pengendapan, dimana semakin besar konstrasinya maka gumpalan
pasrtikel semakin banyak dan gaya gesek yang dihasilkan antar partikel semakin
besar sehingga laju pengendapannya semakin lambat.
Berdasarkan pada gambar 4.7 – 4.8 menunjukkan pengaruh ketinggian
kerangan terhadap laju pengendapan. Dimana semakin rendah ketinggian
kerangan maka laju pengendapan semakin besar, yang artinya laju
pengendapannya semakin lambat. Hal ini disebabkan karena laju pengendapan
dipengaruhi oleh densitas dan konsentrasi. Selain itu, hal tersebut juga sesuai
dengan teori bahwa dari posisi diam pada awal pengendapan, sebenarnya terjadi 2
periode proses jatuh pada partikel, yaitu periode jatuh dengan percepatan (yang
berlangsung sangat singkat) dan periode jatuh dengan kecepatan konstan, yang
disebut dengan kecepatan pengendapan bebas (free settling velocity) atau
kecepatan terminal (terminal velocity), kemudian diikuti dengankecepatan
pengendapan terhambat (hindered settling velocity) sampai pengendapan
berlangsung sempurna.
Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa koagulan dapat
menggumpalkan partikel sehingga mempercepat laju pengendapan. Semakin
banyak koagulan maka membuat gumpalan partikel semakin besar dan gaya gesek
dengan air semakin besar pula.

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil percobaan sedimentasi yang telah dilakukan, Di
dapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Sedimentasi merupakan metode pemisahan partikel yang mengandalkan


gaya gravitasi sebagai gaya dorong partikel agar dapat mengendap
2. Proses sedimentasi menggunakan gaya gravitasi cukup memakan waktu
banyak bila tanpa koagulan, dan lebih cepat saat ditambahkan koagulan.
3. Semakin rendah ketinggian kerangan maka semakin besar nilai konsentrasi
dan densitasnya
4. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar laju pengendapannya
5. Semakin tinggi kerangan maka semakin lambat laju pengendapnnya
6. Semakin kecil bilangan Reynold (Nre) maka koefisien geseknya (Cd)
semakin beasr.
7. Semakin lama waktu pengendapan maka densitas yang dihasilkan akan
rendah atau kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, George Granger. 1956. Unit Operation. Jhon Wiley and Sons, Inc : New
York.

Gean Koplis, Christrie. 1993. Transport Process and Unit Operation. Pretince
Hall, Inc

Upper Saddle River.

McCabe, W.L.,Smith, J.C., and Harriot, P. 1993. Unit Operation of Chemical

Engineering. McGraw Hill Book, Co : New York.

Tim Dosen.2017.” Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia I


Sedimentasi”.

Surabaya:Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Tim Penyusun. 1993. Petunjuk Praktikum Laboratorium Teknik Kimia.


Universitas

Jenderal Achmad Yani : Cimahi.


LAMPIRAN A
DATA LITELATUR

A.1Data Densitas Air Cair


Tabel A.1 Data Literatur Densitas Air Cair

Temperatur Densitas
K o
C gr/cm3 kg/m3
293,15 20 0,99823 998,23
298,15 25 0,99708 997,08
303,15 30 0,99568 995,68
Sumber : C. J. Geankoplis. Transport Processes and Separation Process
Principle

A.2Data Viskositas Air Cair


Tabel A.2 Data Literatur Viskositas Air Cair

Temperatur Viskositas
K o
C [(Pa.s) 103, (kg.m.s) 103, cp]
297,15 24 0,9142
298,15 25 0,8937
299,15 26 0,8737
Sumber : C. J. Geankoplis Transport Processes and Separation Process
Principles
LAMPIRAN B

DATA PERCOBAAN

B.1 Data Pengukuran dan Penimbangan

a. Volume tangki : 40,9 L


b. Diameter tangki : 0,51 m
c. Tinggi tangki : 0,51 m
d. Tinggi kolom : 2,53 m
e. Panjang kolom : 0,147 m
f. Lebar kolom : 0,154 m
g. Massa piknometer kosong : 22,4 gram
h. Massa piknometer + Air : 47,56 gram
i. Berat CaO 16 % : 654,49 gram
j. Berat Tawas 6% : 39,264 gram
k. Waktu kalibrasi air : 15,8 sekon
l. Variasi kreangan :3 6 8
m. Tinggi awal tanpa koagulan (Zo) : 245 cm
n. Tinggi awal dengan Koagulan : 230 cm
o. t total endapan tanpa koagulan : 45,8 menit
p. t total endapan dengan koagulan : 43,37 menit
q. Tinggi slurry tanpa koagulan : 6,56 cm
r. Tinggi slurry dengan koagulan : 15,7 cm
B.2 Data Percobaan CaO tanpa koagulan

Tabel B.2 Data Percobaan CaO tanpa koagulan

Massa
waktu No. Ketinggian piknometer + Waktu yang
(menit) Kerangan (m) Supernatant diperlukan (s)
(Kg)

3 2 0,04755 11,7
0 6 1,11 0,04767 10,23
8 0,81 0,04756 10,28
3 2 0,0475 10,39
10 6 1,11 0,04748 10,68
8 0,81 0,04739 10,74
3 2 0,04755 10,3
20 6 1,11 0,04763 10,45
8 0,81 0,04747 10,09
3 2 0,04763 10,9
30 6 1,11 0,04739 10,3
8 0,81 0,04776 10,08

B.3 Data Percobaan CaO tanpa koagulan

Tabel B.3 Data Percobaan CaO dengan koagulan

Massa
No. piknometer
waktu Ketinggia Waktu yang
Keranga kosong +
(menit) n (m) diperlukan (s)
n Supernatant
(Kg)
3 2 0,04755 11,23
0 6 1,11 0,04767 11,23
8 0,81 0,04756 11,28
3 2 0,0475 11,39
10 6 1,11 0,04748 11,68
8 0,81 0,04739 11,74
3 2 0,04755 11,36
20 6 1,11 0,04763 11,45
8 0,81 0,04747 11,29
3 2 0,04763 11,09
30 6 1,11 0,04739 11,13
8 0,81 0,04776 11,18
LAMPIRAN C

PERHITUNGAN ANTARA

C.1 Data Perhitungan Densitas dan Konsentrasi CaO

Tabel C.1. Data Perhitungan Ctanpa koagulan

Massa
Massa
piknometer Massa
waktu No. piknometer Densitas Konsentrasi
kosong + supernatant
(menit) Kerangan kosong (Kg/m³) (mol/L)
Supernatant (Kg)
(Kg)
(Kg)
3 0,0224 0,04755 0,02515 996,684 17,798
0 6 0,0224 0,04767 0,02527 1001,439 17,883
8 0,0224 0,04757 0,02517 997,476 17,812
3 0,0224 0,0475 0,0251 994,702 17,763
10 6 0,0224 0,04748 0,02508 993,910 17,748
8 0,0224 0,04739 0,02499 990,343 17,685
3 0,0224 0,04755 0,02515 996,684 17,798
20 6 0,0224 0,04763 0,02523 999,854 17,855
8 0,0224 0,04747 0,02507 993,513 17,741
3 0,0224 0,04763 0,02523 999,854 17,855
30 6 0,0224 0,04739 0,02499 990,343 17,685
8 0,0224 0,04776 0,02536 1005,006 17,947

C.2 Data Perhitungan µ, Vt , nilai Reynolds dan koefisien gesek CaO

Tabel C.2 Data Perhitungan µ, Vt , nilai Reynolds dan koefisien gesek CaO
tanpa koagulan

Viskositas
waktu No. Kecepatan Koefisien
sampel NRe
(menit) Kerangan Terminal gesek
(pa.s)
3 0,00066153 0,00004484660 0,012668940 1894,4
0 6 0,00058117 0,00004484640 0,014489339 1656,4
8 0,00058170 0,00004484640 0,014418866 1664,5
3 0,00058629 0,00004484641 0,014266215 1682,3
10
6 0,00060218 0,00004484645 0,013878849 1729,3
8 0,00060339 0,00004484646 0,013801315 1739,0
3 0,00058237 0,00004484640 0,014390869 1667,7
20 6 0,00059273 0,00004484643 0,014184309 1692,0
8 0,00056868 0,00004484637 0,014690370 1633,7
3 0,00061826 0,00004484649 0,013598738 1764,9
30 6 0,00057867 0,00004484639 0,014390866 1667,7
8 0,00057469 0,00004484638 0,014704949 1632,1

C.3 Data Perhitungan Densitas dan Konsentrasi CaO + Tawas 6%

Tabel C.1 Data Perhitungan Densitas dan Konsentrasi CaO + Tawas 6%

Massa
Massa
piknometer Massa
waktu No. piknometer Densitas Konsentrasi
kosong + supernatant
(menit) Kerangan kosong (Kg/m³) (mol/L)
Supernatant (Kg)
(Kg)
(Kg)
3 0,0224 0,04775 0,02535 1004,609618 17,602
0 6 0,0224 0,04777 0,02537 1005,40221 17,616
8 0,0224 0,04778 0,02538 1005,798506 17,623
3 0,0224 0,04778 0,02538 1005,798506 17,623
10 6 0,0224 0,04779 0,02539 1006,194801 17,630
8 0,0224 0,04775 0,02535 1004,609618 17,602
3 0,0224 0,04778 0,02538 1005,798506 17,623
20 6 0,0224 0,04784 0,02544 1008,17628 17,665
8 0,0224 0,04778 0,02538 1005,798506 17,623
3 0,0224 0,04771 0,02531 1003,024436 17,575
30 6 0,0224 0,04766 0,02526 1001,042957 17,540
8 0,0224 0,0477 0,0253 1002,62814 17,568
C.4 Data Perhitungan µ, Vt , nilai Reynolds dan koefisien gesek CaO +
Tawas 6%

Tabel C.4 Data Perhitungan µ, Vt , nilai Reynolds dan koefisien gesek CaO
dengan koagulan

Viskositas
waktu No. Kecepatan Koefisien
sampel NRe
(menit) Kerangan Terminal gesek
(pa.s)
3 0,0006668 0,00004484661 0,012668944 1894,3963
0 6 0,0006673 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
8 0,0006676 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
3 0,0006676 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
10 6 0,0006678 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
8 0,0006668 0,00004484661 0,012668944 1894,3963
3 0,0006676 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
20 6 0,0006692 0,00004484662 0,012668945 1894,3960
8 0,0006676 0,00004484662 0,012668944 1894,3962
3 0,0006657 0,00004484661 0,012668943 1894,3964
30 6 0,0006644 0,00004484661 0,012668942 1894,3965
8 0,0006655 0,00004484661 0,012668943 1894,3964
LAMPIRAN D

CONTOH PERHITUNGAN

D.1Menghitung Volume Piknometer

Diketahui :

Massa piknometer kosong = 0,0224 kg

Massa piknometer + air = 0,04756 kg

Densitas Air = 997,08

Ditanyakan : Volume piknometer?

Jawab :

 Massa air = (Massa piknometer+air) – (Massa piknometer kosong)

= 0,04756 kg – 0,0224 kg

= 0,02516 kg

 V(pikno) =
0,02516
= 997,08

= 2,5233 x 10-5 m3

D.2 Menghitung Densitas Supernatant

 CaO + Tawas 6% pada waktu 20 menit, kerangan 3

Diketahui :
Massa piknometer kosong = 0,02247 kg

Massa piknometer + supernatant = 0,04778 kg


Volume piknometer = 2,5233 x 10-5 m3

Ditanyakan : Berapa densitas supernatant dengan penambahan 6% tawas?

Jawab:

 Massa suspensi = (Massa piknometer + supernatan) –(Massa


piknometer kosong)
= 0,04778 kg – 0,0224 kg
= 0,02538 kg
� 0,02538
 � �������� =

=
2,5233 x 10−5 m3
= 1005,798 ��/�3

D.3 Menghitung Konsentrasi Supernatan

 CaO + Tawas 6%, pada waktu 10 menit, kerangan 3.

Diketahui:

Volume piknometer = 0,025233 L

Berat molekul (Mr) CaO = 0,056

Berat molekul (Mr) tawas = 0,342

Massa supernatant = 0,02538 kg

Massa CaO = 0,6544 kg

Massa tawas = 0,039264 kg

Ditanyakan: Konsentrasi dengan penambahan 6% tawas?

Jawab:

 Mol CaO =
=
= 11,686 mol
�,������
 Mol tawas = �,���
= �, �����

 Mol total = mol CaO + mol tawas


= 11,686 mol + 0,09088 mol
= 11,7766 mol

 Fraksi mol CaO (XCaO) =


= 11,686 mol / 11,7766 mol
= 0,992282 mol

 Fraksi mol tawas (Xtawas) =


= 0,09088/11,686 mol
= 0,07718
 BM suspernatan = XCaO . Mr CaO + Xtawas . Mr tawas
= 0,992282 x 0,6544 x 0,07718 x 0,342
= 0,05890
0,02538
 Konsentrasi (C) = = 0,05890 x 40,9
= 17,623 M

D.4 Menghitung Viskositas

 CaO + Tawas 6%, pada waktu 10 menit, kerangan 3.

Viskositas air = 0.0008937 Pa.s

supernatant = 1005,798 kg/m3

t viskosimeter air = 15,8 sekon

air ( = 997,08 kg/m3

t viskosimeter (t) = 10,39 sekon


0.000893 X 10,39 X 1005,798
= = 15,8 X 997,08

= 0,0005869

D.5 Menghitung Kecepatan Terminal (Vt )

 CaO + Tawas 6% pada waktu 10 menit, kerangan 3.

Diketahui :

Viskositas supernatan = 0,0009400286

Gravitasi (g) =9,8

Diameter patikel (Dp) = 0,0001875 m

Densitas partikel = 3340

Densitas air = 997,08

Ditanyakan : Kecepatan terminal (Vt) ?

Jawab :

Vt =

9,8 � 0,0000000315 � (3340−997,08


= 18 � 0,0005869
= 0,058629

E.6 Menghitung Nilai Reynold (NRe)

 CaO + Tawas 6% pada waktu 10 menit, kerangan 3.

Diketahui :

Kecepatan terminal (Vt) = 0,058629


Diameter patikel (Dp) = 0,0001875 m

Densitas partikel = 1005,798

Viskositas supernatant = 0,0005869

Ditanyakan : Berapakah bilangan Reynold (NRe) ?

Jawab :

0,0001875 � 0,0005869 X 1005,798


NRe = = 0,0005869

= 0,01266

D.7 Menghitung Koefisien Gesek (CD)

Diketahui :

Nilai Reynold (NRe ) : 9,723194718

Ditanyakan : Berapakah koefisien gesek pada percobaan?

Jawab :

CD = = 1894,38

D.8 Menghitung Laju Pengendapan

Perhitungan CaO+ Tawas 6% pada waktu 30 menit, kerangan 3.

Diketahui :

Tinggi Awal (Zo) = 2.30 m

Tinggi Slurry (Zi) = 0.1537 m

Waktu yang dibutuhkan (t) = 1800 s

Ditanyakan : Berapakah Laju Pengendapan percobaan tersebut?


Jawab :

Laju pengendapan = = 0,0025 s


LAMPIRAN E

DOKUMENTASI

Gambar E.1 pengisian tangki

Gsmbsr E.2 campuran CaO dan air + koagulan


Gambar E. 3 kolom sedimentasi

Gambar E.4 kalibrasi viskometer


Gambar E.5 Pengukuran massa sampel

Anda mungkin juga menyukai