Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA II

SEDIMENTASI

Diajukan untuk memenuhi Laporan Praktikum Proses Teknik Kimia II

Disusun Oleh :
Kelompok III (A2)

Sherryl Vania NIM.210140038


Putri Ma’wa Azizah NIM.210140042
Alpadilah Akbar NIM.210140058
Wahdania NIM.210140160

LABORATORIUM PROSES DAN PRODUKSI FAKULTAS TEKNIK


UNNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
ABSTRAK
Sedimentasi adalah pengendapan (settling) partikel-partikel dari suspensi. Pada
sedimentasi partikel-partikel dipisahkan dari fluida akibat gaya gravitasi
yang bekerja pada partikel-partikel tersebut. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui cara melaksanakan proses pemisahan secara mekanik, untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi, dan untuk
mengestimasi kecepatan settling partikel. Proses dari percobaan ini yaitu
menggunakan sampel berupa tepung beras yang di larutkan dengan air, variasi
konsentrasi yaitu 70 gr/L, 100 gr/L dan 130 gr/L serta wadah yang di gunakan
berupa beaker glass dan gelas ukur. Pengendapan pada gelas ukur paling cepat
terjadi pada konsentrasi 70 gr/L dengan waktu pengendapan 24 menit dengan
tinggi endapan 6,6 cm, sedangkan pengendapan paling lama terjadi pada
konsentrasi 130 gr/L dengan waktu pengendapan 44 menit dan dengan tinggi
endapan 8 cm. Pengendapan pada beaker glass paling cepat terjadi pada
konsentrasi 70 gr/L dengan waktu pengendapan 18 menit dengan tinggi endapan
3 cm, sedangkan pengendapan paling lama terjadi pada konsentrasi 130 gr/L
dengan waktu pengendapan 34 menit dan dengan tinggi endapan 5,9 cm. Semakin
lama waktu pengendapan, maka laju pengendapan akan semakin berkurang dan
semakin besar konsentrasi maka waktu pengendapan semakin lama.

Kata Kunci: Fluida, Konsentrasi, Pengendapan, Sedimentasi, dan Suspensi.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Sedimentasi


1.2 Tanggal Praktikum : 25 Oktober 2023
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok III (A2)
1. Sherryl Vania NIM. 210140038
2. Putri Ma’wa Azizah NIM. 210140042
3. Alpadilah Akbar NIM. 210140058
4. Wahdania NIM. 210140160
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Untuk Mengetahui cara melaksanakan proses
pemisahan secara mekanik.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi sedimentasi.
3. Untuk mengestimasi kecepatan settling partikel.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan
dan cairan (slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi
tinggi dengan menggunakan gaya gravitasi. Ketika suatu partikel padatan berada
pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau partikel padatan lainnya, kecepatan
jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan dinding maupun dengan partikel lainnya,
peristiwa ini disebut free settling. Ketika partikel padatan berada pada keadaan
saling berdesakan maka partikel akan mengendap pada kecepatan rendah,
peristiwa ini disebut hindered settling. Pada hindered settling, kecepatan endapan
yang turun ke bawah akan semakin lama, sehingga untuk memperoleh hasil
sedimentasi sampai proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup
lama pula. Guna menghasilkan proses sedimentasi yang optimum maka perlu
menentukan waktu pengendapan yang efektif. Waktu pengendapan yang efektif
dapat diasumsikan sebagai batas saat terjadi perubahan pengendapan dari free
settling ke hindered settling (Geankoplis, 2003).
Proses sedimentasi banyak terjadi pada proses penjernihan air, pengolahan
limbah, maupun erosi. Pada umumya proses sedimentasi dilakukan setelah proses
koagulasi dan flokulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan
sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Ukuran dan bentuk partikel akan mempengaruhi rasio permukaan terhadap
volume partikel, sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan
tipe bak sedimentasi, serta temperatur mempengaruhi viskositas dan berat jenis
cairan. Semua faktor ini mempengaruhi kecepatan turunnya partikel guna
mengetahui proses sedimentasi yang efektif dan efisien. Waktu pengendapan
yang efektif dapat diasumsikan sebagai batas saat terjadi perubahan pengendapan
dari free settling ke hindered settling, sehingga proses pengendapan yang
efektif terjadi pada keadaan free settling. Cara menentukan kecepatan
pengendapan dalam keadaan free settling, dapat dilakukan dengan persamaan
Stokes-Newton, Farag Ferguson-Cruch, maupun dengan persamaan Gibbs-
Mathew-Link. Namun semua persamaan tersebut akan menghasilkan ralat yang
besar, sehingga memerlukan suato metode guna memperoleh hasil perhitungan
demgan ralat yang kecil (Roessiana D L, 2014).
Proses sedimentasi dapat dilakukan secara batch dan continue. Prosess
batch sering digunakan untuk skala laboratorium sedangkan continue
dipergunakan dalam proses komersil dengan mempertimbangkan kecepatan
pengendapan terminal dari partikel-partikelnya. Percobaan skala laboratorium
dilakukan pada suhu uniform untuk menghindari gerakan fluida atau konveksi
karena perbedaan densitas yang dihasilkan dari perbedaan suhu (Cabe, 1985).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi


2.2.1 Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel karena
partikel lain semakin besar sehingga drag force nya pun semakin besar. Peristiwa
ini disebabkan karena dengan semakin besarnya konsentrasi berarti semakin
banyak jumlah partikel dalam suatu suspensi yang menyebabkan bertambahnya
gaya gesek antara suatu partikel dengan partikel yang lain. Drag force atau gaya
seret ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan gerakan partikel dalam
fluida, sehingga gaya drag ke arah atas dan gerakan partikel ke bawah.
Gaya seret ini disebabkan oleh adanya transfer momentum yang arahnya
tegak lurus permukaan partikel dalam bentuk gesekan maka, dengan adanya drag
force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini akan menyebabkan
gerakan partikel menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah
sehingga kecepatan pengendapan semakin turun.
2.2.2 Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika
ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan
volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan
volume partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Peristiwa ini
disebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar
sehingga gaya total untuk mengendapkan partikel semakin kecil sehingga
kecepatan pengendapan semakin menurun.
2.2.3 Jenis partikel
Jenis partikel berhubungan dengan density partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan
pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis. Density partikel yang
semakin besar akan menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya
gravitasi semakin besar, sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan
penjumlahan dari gaya drag, gaya apung dan gaya gravitasi akan semakin
besar pula, ini berarti kecepatan pengendapannya akan semakin besar. Kecepatan
pengendapan dapat ditentukan dengan mengamati tinggi interface (antarfase)
sebagai fungsi waktu yang diberikan. Pada point ini, tinggi Z1 dan Z2 adalah
intercept tangen kecepatan pengendapan (Warren L.Mc Cabe, 1999).
Sedimentasi merupakan salah satu bagian dari proses pemisahan yang
didasarkan atas gerakan partikel zat padat melalui fluida akibat adanya gaya
gavitasi. Kecepatan sedimentasi dapat bertambah dengan adanya flokulan. Efek
flokulasi yang menyeluruh adalah menciptakan penggabungan partikel – partikel
halus menjadi partikel yang lebih besar sehingga dengan mudah dapat
diendapkan. Penggabungan antara partikel – partikel yang dapat terjadi apabila
ada kontak antara partikel tersebut (Warren L.Mc Cabe, 1999). Kontak
partikel dapat terjadi dengan cara – cara berikut:
1. Kontak yang disebabkan oleh gerak Brown
2. Kontak yang dihasilkan dari partikel yang mengendap yaitu dengan adanya
tumbukan antara partikel yang mempunyai kecepatan dan pengendapan lebih
besar dengan partikel (Brown, 1991).

2.3 Hukum-Hukum yang Mempengaruhi Sedimentasi


Adapun hukum-hukum yang mempengaruhi sedimentasi adalah sebagai
berikut :
2.3.1 Hukum Newton I
Suatu benda akan tetap bergerak dalam kecepatan tetap atau diam bila
jumlah gaya yang berkerja pada benda sama dengan nol.
F = 0 ……………...……………………………..…………………… (2.2)
2.3.2 Hukum Newton II
Gaya yang berkerja pada suatu benda akan berbanding lurus dengan massa
benda dan sebanding dengan percepatan pada benda.
F = m .……...……………………………………...………................
(2.3)
Keterangan:
F = Gaya (kg.m/s)
m = massa (kg)
a = percepatan (N)
2.3.3 Hukum Newton III
Suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi dari dua benda tapi arahnya
berlawanan.
Faksi = Freaksi …………...……….……………..…………………...... (2.4)

2.3.4 Hukum Archimedes


Suatu benda dalam suatu fluida mendapatkan gaya apung yang besarnya
sama dengan berat fluida yang dapat dipindahkan oleh benda tersebut.
2.3.5 Hukum Stokes
Suatu benda dengan jari–jari r dijatuhkan dalam suatu fluida yang
mempunyai kekentalan maka gaya yang berkerja pada benda tersebut adalah
beratnya sendiri. Partikel di dalam suatu fluida tertentu mengendap di bawah
pengaruh gaya gravitasi pada laju maksimum tertentu. Untuk meningkat laju dari
suatu pendapan tertentu, maka gaya gravitasi yang berkerja pada suatu
partikel itu dapat digantikan dengan gaya sentrifugal yang lebih kuat.
Gaya sentrifugal juga bermanfaat untuk pemisahan secara pengendapan dan
penyaringan. Kedua cara tersebut bila menggunakan gaya sentrifugal sebagai
gaya pendorong disebut sentrifugal dan peralatannya disebut sentrifugasi. Dalam
hal ini penjernihan dilakukan untuk dapat memisahkan suspensi yang
mengandung bahan padat yang lebih berat dengan kecepatan pengendapan yang
lebih baik atau bahan padat yang lebih ringan dengan kecepatan
pengapungan yang baik. Dalam proses ini, kecepatan pemisahan oleh gaya berat
adalah tinggi jika terdapat perbedaan yang besar antara kerapatan cairan dan
kerapatan bahan padat. Selanjutnya kecepatan pemisahan akan dapat dipengaruhi
oleh perbandingan luas permukaan terhadap massa oleh bentuk padatan dan
volume viskositas cairan tersebut (Brown G. G., 1978).
2.4 Proses Sedimentasi
2.4.1 Proses Batch
Hingga saat ini, proses batch lebih banyak digunakan oleh kalangan industri.
Namun, untuk waktu sedimentasi yang digunakan lebih berdasarkan pada
pengalaman dan tidak berdasarkan pada teori yang ada. Proses sedimentasi batch
merupakan proses yang mudah dilakukan. Mekanisme sedimentasi secara batch
disajikan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tahapan Proses Pengendapan

Gambar 2.1 menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam


dengan partikel padatan yang seragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai
mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan cepat.
Zona D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat
mengendap. Pada zona transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona
D. Zona C adalah daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan
konsentrasi tidak seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan
komsentrasi dan distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah
zona A yang merupakan cairan bening.
Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah.
Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C
dan transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical
settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan
endapan.

2.4.2 Proses Semi Batch


Pada sedimentasi semi-batch, hanya terdapat cairan keluar atau masuk
saja. Jadi, kemungkinan hanya ada slurry yang masuk atau beningan yang keluar.
Proses sedimentasi semi batch disajikan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Proses semi batch


Keterangan:
A = Cairan bening
B = Zona konsentrasi seragam
C = Zona ukuran butir tidak seragam
D = Zona partikel padat terendapkan
2.4.3 Proses Kontinyu
Pada proses kontinyu, terdapat slurry yang masuk dan cairan bening yang
keluar pada saat yang bersamaan. Saat kondisi steady state, maka ketinggian
cairan akan selalu tetap. Kecepatan yang konstan disebabkan oleh ketinggian
cairan akan selalu tetap. Kecepatan yang konstan disebabkan oleh konsentrasi di
lapisan batas yang masih relatif kecil, sehingga pengaruh gaya tarik-menarik
antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan.

Gambar 2.3 Proses kontinyu


Keterangan;
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Dalam proses sedimentasi, salah satu faktor yang ikut menentukan waktu
sedimentasi adalah kecepatan partikel padatan yang turun kebawah, sehingga
dengan mengetahui kecepatan pengendapan dapat memperkirakan waktu
pengendapan yang efektif guna merancang tempat sedimentasi (Setiyadi, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan bahan
Adapun untuk kelancaran praktikum alat–alat yang digunakan pada percobaan
ini adalah:
1. Beaker glass 1 buah
2. Gelas ukur 2 buah
3. Neraca analitik 1 buah
4. Penggaris 1 buah
5. Pengaduk 1 buah
6. Spidol 1 buah
7. Stopwatch 1 buah
Adapun untuk kelancaran praktikum bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah :
1. Air Secukupnya
2. Pewarna makanan Secukupnya
3. Tepung beras 1 kg

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu:
1. Ditimbang tepung beras masing-masing 70 gram, 100 gram, dan 130 gram.
2. Tepung beras yang telah ditimbang disuspensikan dalam beaker glass yang
berisi 1 liter air dan diaduk hingga tercampur seragam.
3. Kemudian diisi beaker glass dan gelas ukur dengan campuran tersebut setinggi
12 cm dari dasar beaker glass dan gelas ukur tersebut. Campuran dibiarkan
tenang dan perhitungan waktu dimulai.
4. Pada interval waktu 2 menit sekali, dicatat tinggi antar muka antara cairan
jernih dan suspensi keruh.
5. Pengambilan data dihentikan jika telah tercapai waktu percobaan yang di
inginkan atau tinggi antar muka telah konstan.
6. Percobaan diulangi untuk konsentrasi tepung beras yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ekstraksi ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Data Pengamatan Sedimentasi.
Waktu Tinggi endapan pada Gelas Tinggi endapan pada
No (menit) Ukur (cm) Beaker Glass (cm)
70gr/L 100 gr/L 130 gr/L 70gr/L 100 gr/L 130gr/L
1. 0 12 12 12 12 12 12
2. 2 10 11,5 11,8 9,5 10,3 10,8
3. 4 8,8 11,1 11,6 7,5 8,5 10
4. 6 8,3 10,9 11 6 7,1 9,6
5. 8 8 10,5 10,4 4,1 5,8 9,4
6. 10 7,7 10,3 10,2 3,6 4,8 8,8
7. 12 7,5 10 10 3,3 4,4 7,8
8. 14 7,2 9,8 9,9 3 4,1 7,6
9. 16 7 9,5 9,7 3 3,9 7,3
10. 18 6,7 9,3 9,7 3 3,7 7
11. 20 6,6 9,1 9,6 - 3,7 6,8
12. 22 6,6 9 9,4 - 3,7 6,6
13. 24 6,6 8,8 9,3 - - 6,4
14. 26 - 8,6 9 - - 6,4
15. 28 - 8,4 8,9 - - 6
16. 30 - 8,3 8,9 - - 5,9
17. 32 - 8,3 8,7 - - 5,9
18. 34 - 8,3 8,5 - - 5,9
19. 36 - - 8,3 - - -
20. 38 - - 8,2 - - -
21. 40 - - 8 - - -
22. 42 - - 8 - - -
23. 44 - - 8 - - -
(Tabel 4.1 Praktikum Pengantar Teknik Kimia II, 2023).

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pada Gelas Ukur.


Konsentrasi Awal, Co(gr/L)
No 70 gr/L 100 gr/L 130 gr/L
V(cm/min) C(gr/L) V(cm/min) C(gr/L) V(cm/min) C (gr/L)
1 1 70 0,25 100 0,1 130
2 0,6 84 0,2 104,34 0,1 132,20
3 0,25 95,45 0,1 108,10 0,3 134,48
4 0,15 101,20 0,2 110,09 0,3 141,81
5 0,15 105 0,1 114,28 0,1 150
6 0,1 109,09 0,15 116,50 0,1 152,94
7 0,15 112 0,1 120 0,05 156
8 0,1 116,66 0,15 122,44 0,1 157,57
9 0,3 120 0,1 126,32 0 160,82
10 0,05 125,37 0,1 129,03 0,05 160,82
11 0 127,27 0,05 131,86 0,1 162,5
12 0 127,27 0,1 133,33 0,05 165,95
13 0 127,27 0,1 136,36 0,15 167,74
14 - - 0,1 139,53 0,05 173,33
15 - - 0,05 142,85 0 175,28
16 - - 0 144,57 0,1 175,28
17 - - 0 144,57 0,1 179,31
18 - - 0 144,57 0,1 183,52
19 - - - - 0,05 187,95
20 - - - - 0,1 190,24
21 - - - - 0 195
22 - - - - 0 195
23 - - - - 0 195
(Tabel 4.2 Praktikum Pengantar Teknik Kimia II, 2023).
Tabel 4.3 Hasil Perhitugan Pada Beaker Glass.
Konsentrasi Awal, Co(gr/L)
No
70 gr/L 100 gr/L 130 gr/L
V(cm/min) C (gr/L) V(cm/min) C (gr/L) V(cm/min) C (gr/l)
1 1,25 70 0,85 100 0,6 130
2 1 88,42 0,9 116,50 0,4 144,44
3 0,75 112 0,7 141,17 0,2 156
4 0,95 140 0,65 169,01 0,1 162,5
5 0,25 204,87 0,5 206,89 0,3 165,95
6 0,15 233,33 0,2 250 0,5 177,27
7 0,15 254,54 0,15 272,72 0,1 200
8 0 280 0,1 292,68 0,15 205,26
9 0 280 0,1 307,69 0,15 213,69
10 0 280 0 324,32 0,1 222,85
11 - - 0 324,32 0,1 229,41
12 - - 0 324,32 0,1 236,36
13 - - - - 0 243,75
14 - - - - 0,2 243,75
15 - - - - 0,05 260
16 - - - - 0 264,40
17 - - - - 0 264,40
18 - - - - 0 264,40
(Tabel 4.3 Praktikum Pengantar Teknik Kimia II, 2023).

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Gelas ukur
Percobaan ini menggunakan bahan baku tepung beras dan pewarna ungu
yang dilarutkan dengan air suling, dengan konsentrasi awal yaitu 70 gr/l, 110 gr/l,
dan 130 gr/l. Kemudian, masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam gelas
ukur dan dilarutkan dalam 1 liter air dengan ketinggian antar muka awal yaitu 12
cm, lalu dicatat ketinggian antar muka dalam selang waktu 2 menit sampai
ketinggian antar muka konstan. Untuk konsentrasi 70 gr/l dan selang waktu 2
menit tinggi endapan konstan pada waktu 24 menit yaitu 6,6 cm. konsentrasi 100
gr/l dan selang waktu 2 menit tinggi endapan konstan pada waktu 34 menit yaitu
8,3 cm. sedangkan konsentrasi 130 gr/l dengan selang waktu 2 menit tinggi
endapan konstan pada waktu 44 menit yaitu 8 cm.

Hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Gelas ukur


Tinggi Endapan pada pada gelas ukur (cm)

14
12
10
8
Konsentrasi 70 gr/L
6
Konsentrasi 100 gr/L
4 Konsentrasi 130 gr/L
2
0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44

Waktu (menit)

Gambar 4.2.1 Grafik hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Gelas ukur
Dari grafik diatas dapat dilihat pengendapan pada gelas ukur paling cepat
terjadi pada konsentrasi 70 gr/l dengan waktu pengendapan 24 menit, sedangkan
pengendapan paling lama terjadi pada konsentrasi 130 gr/l dengan waktu 44
menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu maka tinggi
endapan semakin berkurang sehingga waktu yang diperlukan untuk mengendap
semakin lama.

Berdasarkan teori, semakin lama waktu pengendapan (t) maka tinggi antar
muka (z) semakin berkurang dan berangsur – angsur turun hingga mencapai zona
jernih, hal ini disebabkan pemampatan atau kompresi pada endapan yang
dipengaruhi oleh gravitasi. konsentrasi padatan dan luas penampang dari wadah
juga mempengaruhi laju pengendapan, semakin besar konsentrasi semakin lama
waktu pengendapan (Mc.Cabe,1998).
4.2.2 Hubungan Interface (z) terhadap waktu (t) pada Beaker glass
Percobaan ini menggunakan bahan baku tepung beras dan pewarna ungu
yang dilarutkan dengan air suling, dengan konsentrasi awal yaitu 70 gr/l, 100 gr/l,
dan 130 gr/l. Kemudian, masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam beaker
glass dengan ketinggian antar muka awal yaitu 12 cm lalu dicatat ketinggian antar
muka dalam selang waktu 2 menit sampai ketinggian antar muka konstan. untuk
konsentrasi 70 mg/l tinggi endapan konstan pada waktu 18 menit yaitu 3 cm.
konsentrasi 100 mg/l konstan pada waktu 22 menit dengan tinggi endapan 3,7 cm.
sedangkan konsentrasi 130 mg/l konstan pada waktu 34 menit yaitu 5,9 cm tinggi
endapannya.

Hubungan Interface (z) terhadap waktu (t) pada Beaker


Tinggi endapan pada beaker glass

glass
40
35 Konsentrasi 130 gr/L
Konsentrasi 100 gr/L
30
(cm)

Konsentrasi 70 gr/L
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34

Waktu (menit)
Gambar 4.2.2 Grafik hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Beaker
glass

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat pengendapan bada beaker glass


paling cepat terjadi pada konsentrasi 70 gr/l dengan waktu pengendapan 18 menit,
sedangkan paling lama pada konsentrasi 130 gr/l dengan waktu pengendapan 34
menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa endapan pada gelas ukur lebih tinggi
dibandingkan pada beaker glass. Hal ini dikarenakan luas permukaan pada gelas
ukur lebih kecil dibandingkan beaker glass sesuai dengan teori bahwa luas
permukaan mempengaruhi tinggi endapan. Semakin besar luas permukaan suatu
wadah maka endapan yang diperoleh semakin kecil (Brown, 1978).

4.2.3 Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan (V)


pada Gelas ukur
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh konsentrasi liquid (co) terhadap laju
pengendapan (v) pada gelas ukur dapat dibuat grafik seperti grafik 4.3 dibawah
ini:

Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pen-


250 gendapan (V) pada Gelas ukur
Konsentrasi Liquid (C)

200 Konsentrasi 70 gr/L


Konsentrasi 100 gr/L
150 Konsentrasi 130 gr/L

100

50

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Laju Pengendapan (V)

Gambar 4.2.3 Grafik hubungan konsentrasi liquid (Co) terhadap laju


pengendapan (V) pada gelas ukur.

Dapat dilihat dari grafik di atas untuk konsentrasi 70 gr/l tinggi co yaitu
127,27 gr/l dengan laju pengendapan (v) 0 cm/min. Konsentrasi 100 gr/l tinggi co
yaitu 144,57 gr/l dengan volume laju pengendapan (v) 0 cm/min. Konsentrasi 130
gr/l tinggi co yaitu 195 gr//l dengan laju pengendapan (v) 0 cm/min. Dari
perbandingan antara konsentrasi dengan laju pengendapan pada grafik berbanding
terbalik artinya semakin besar konsentrasi suatu larutan maka laju alir yang di
dapat semakin kecil.
Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi padatan maka laju
pengendapan akan semakin mengecil, karena semakin besar konsentrasi maka
semakin besar gaya yang ditimbulkan antar partikel, yang menyebabkan laju
pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun (Mc Cabe.1985).
4.2.4 Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan (V)
Pada Beaker Glass
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh konsentrasi liquid (co) terhadap laju
pengendapan (v) pada Beaker glass dapat dibuat grafik seperti grafik 4.2.3 diatas.

Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pen-


gendapan (V) Pada Beaker Glass
300
Konsentrasi Liquid (C)

Konsentrasi 70 gr/L
250
Konsentrasi 100 gr/L
200 Konsentrasi 130 gr/L

150

100

50

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Laju Pengendapan (V)
Gambar 4.2.4 Hubungan konsentrasi liquid (Co) terhadap laju pengendapan (V)
pada Beaker Glass.
Bedasarkan grafik hubungan antara konsentrasi dengan laju pengendapan
diperoleh konsentrasi 70 gr/l tinggi co yaitu 280 gr/l dengan laju pengendapan (v)
0 cm/min. Konsentrasi 100 gr/l tinggi co yang yaitu 324,32 gr/l dengan volume
laju pengendapan (v) 0 cm/min. Konsentrasi 130 gr/l tinggi co yaitu 264,40 gr//l
dengan laju pengendapan (v) 0 cm/min.
Dari hasil percobaan yang telah didapat. Pengendapan terjadi di pengaruhi
oleh luas penumpang wadah maka laju pengendapannya semakin cepat karena
semakin luas penyebaran partikel dan gaya gesek yang ditimbulkan antara
partikel semakin kecil dibanding dengan luas penampang yang lebih kecil.
Sehingga laju pengendapan pada beaker glass lebih cepat dibandingkan gelas
ukur, hal tersebut sesuai dengan teori. Bedasarkan teori, semakin besar
konsentrasi padatan maka laju pengendapan akan semakin mengecil.
Pengendapan juga dipengaruhi oleh konsentrasi, semakin besar konsentrasi maka
semakin besar gaya yang di timbulkan antar partikel, yang menyebabkan laju
pengendapannya itu berkurang
(Harboune, 1987).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengendapan pada gelas ukur paling cepat terjadi pada konsentrasi 70 gr/L
dengan waktu pengendapan 24 menit dengan tinggi endapan 6,6 cm,
sedangkan pengendapan paling lama terjadi pada konsentrasi 130 gram
dengan waktu pengendapan 44 menit dan dengan tinggi endapan 8 cm.
2. Pengendapan pada beaker glass paling cepat terjadi pada konsentrasi 70 gr/L
dengan waktu pengendapan 18 menit dengan tinggi endapan 3 cm, sedangkan
pengendapan paling lama terjadi pada konsentrasi 130 gr/L dengan waktu
pengendapan 34 menit dan dengan tinggi endapan 5,9 cm.
3. Semakin besar konsentrasi maka waktu pengendapan semakin lama.

5.2 Saran
Pada percobaan selanjutnya diharapkan menggunakan bahan uji yang
berbeda seperti pasir pantai atau tepung jagung agar dapat mengetahui
perbandingan kecepatan sedimentasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bayhaqi Ahmad dan Caesar M.A. Dungga.(2015). Distribusi butiran sedimen di


pantai Dalegan Gresik Jawa Timur. Jurnal Depik. 4.(3): 153-159p. Doi:
10.13170/depik.4.3.3054.

Brown, G. G. (1978). Unit Operation. New York: Jhon wiley and Sons Inc.
Brown, W. a. (1991). Sedimentasion Rate and Bioturbation in Arabian
Environment International.

Cabe, W. L. (1985). Unit Operations of Chemical Engineering. New York: Mc


Graw-Hill Book Co.

Geankoplis, C. J. (2003). Transport Processes and Separation Process Principles.


Boston: Pearson Education International.

Granger, George., 1995, Unit Operatio, John Wiley and Sons Inc., New York

Rifardi. 2012. Geologi Sedimen Modren (Edisirevisi). Universitas Riau Press.

Roessiana D L, S. S. (2014). Jurnal sains dan teknologi lingkungan. Persamaan


Faktor Koreksi Pada Proses Sedimentasi Dalan Keadaaan FreeSettling, 99.

Setiyadi, S. L. (2013). Widya Teknik. Menentukan Persamaan Kecepatan


Pengendapan Pda Sedimentasi.
Warren L.McCabe, J. C. (1999). Operasi Teknik Kimia I. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1 Perhitungan Untuk Gelas Ukur


A. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V) pada konsentrasi 70 gr/L
Diketahui : C0 = 70 gr/L, 100 gr/L dan 130 gr/L
Z0 = 12 cm
∆ t = 2 menit
(Z 0 - Z1 ) 12 cm – 10 cm
V1 = = = 1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 1 - Z2 ) 10 cm – 8,8 cm
V2 = = = 0,6 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 2 - Z3 ) 8,8 cm – 8,3 cm
V3 = = = 0,25 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 3 - Z 4 ) 8,3 cm – 8 cm
V4 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 4 - Z 5 ) 8 cm – 7,7 cm
V5 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 5 - Z6 ) 7,7 cm – 7,5 cm
V6 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 6 - Z7 ) 7,5 cm – 7,2 cm
V7 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 7 - Z8 ) 7,2 cm – 7 cm
V8 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 8 - Z 9 ) 7 cm – 6,7 cm
V9 = = = 0,3 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 9 - Z10 ) 6,7 cm – 6,6 cm
V10 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 10 - Z11) 6,6 cm – 6,6 cm
V11 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 11 - Z12 ) 6,6 cm – 6,6 cm
V12 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 12 - Z13 ) 6,6 cm – 6,6 cm
V13 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Menghitung Nilai Konsentrasi (C) pada konsentrasi 70 gr/L
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C1 = Z1 = 12 cm = 70 gr/L

(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C2 = = = 84 gr/L
Z2 10 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C3 = = = 95,45 gr/L
Z3 8,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C4 = = = 101,20 gr/L
Z4 8,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C5 = = = 105 gr/L
Z5 8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C6 = = = 109,09 gr/L
Z6 7 ,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C7 = = = 112 gr/L
Z7 7,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C8 = = = 116,66 gr/L
Z8 7,2 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C9 = = = 120 gr/L
Z9 7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C10 = = = 125,37 gr/L
Z10 6,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C11 = = = 127,27 gr/L
Z11 6,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C12 = = = 127,27 gr/L
Z12 6,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C13 = = = 127,27 gr/L
Z13 6,6 cm

B. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V) pada konsentrasi 100 gr/L


Diketahui : C0 = 70 gr/L, 100 gr/L dan 130 gr/L
Z0 = 12 cm
∆ t = 2 menit
(Z 0 - Z1 ) 12 cm – 11,5 cm
V1 = = = 0,25 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 1 - Z2 ) 11,5 cm – 11,1 cm
V2 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 2 - Z3 ) 11,1 cm – 10,9 cm
V3 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 3 - Z 4 ) 10,9 cm – 10,5 cm
V4 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 4 - Z5 ) 10,5 cm – 10,3 cm
V5 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 5 - Z6 ) 10,3 cm – 10 cm
V6 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 6 - Z7 ) 10 cm – 9,8 cm
V7 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 7 - Z8 ) 9,8 cm – 9,5 cm
V8 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 8 - Z 9 ) 9,5 cm – 9,3 cm
V9 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 9 - Z10 ) 9,3 cm – 9,1 cm
V10 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 10 - Z11) 9,1 cm – 9 cm
V11 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 11 - Z12 ) 9 cm – 8,8 cm
V12 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 12 - Z13 ) 8,8 cm – 8,6 cm
V13 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 13 - Z14 ) 8,6 cm – 8,4 cm
V14 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 14 - Z15 ) 8,4 cm – 8,3 cm
V15 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 15 - Z16 ) 8,3 cm – 8,3 cm
V16 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 16 - Z17 ) 8,3 cm – 8,3 cm
V17 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 17 - Z18 ) 8,3 cm – 8,3 cm
V18 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Menghitung Nilai Konsentrasi (C) pada konsentrasi 100 gr/L
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C1 = = = 100 gr/L
Z1 12 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C2 = = = 104,34 gr/L
Z2 11,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C3 = = = 108,10 gr/L
Z3 11,1 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C4 = = = 110,09 gr/L
Z4 10,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C5 = = = 114,28 gr/L
Z5 10,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C6 = = = 116,50 gr/L
Z6 10,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C7 = = = 120 gr/L
Z7 10 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C8 = = = 122,44 gr/L
Z8 9,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C9 = = = 126,32 gr/L
Z9 9,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C10 = = = 129,03 gr/L
Z10 9,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C11 = = = 131,86 gr/L
Z11 9,1 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C12 = = = 133,33 gr/L
Z12 9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C13 = = = 136,36 gr/L
Z13 8,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C14 = = = 139,53 gr/L
Z14 8,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C15 = = = 142,85 gr/L
Z15 8,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C16 = = = 144,57 gr/L
Z16 8,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C17 = = = 144,57 gr/L
Z17 8,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C18 = = = 144,57 gr/L
Z18 8,3 cm

C. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V) pada konsentrasi 130 gr/L


Diketahui : C0 = 70 gr/L, 100 gr/L dan 130 gr/L
Z0 = 12 cm
∆ t = 2 menit
(Z 0 - Z1 ) 12 cm – 11,8 cm
V1 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 1 - Z2 ) 11,8 cm – 11,6 cm
V2 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 2 - Z3 ) 11,6 cm – 11 cm
V3 = = = 0,3 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 3 - Z 4 ) 11 cm – 10,4 cm
V4 = = = 0,3 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 4 - Z5 ) 10,4 cm – 10,2 cm
V5 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 5 - Z6 ) 10,2 cm – 10 cm
V6 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 6 - Z7 ) 10 cm – 9,9 cm
V7 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit

(Z 7 - Z8 ) 9,9 cm – 9,7 cm
V8 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 8 - Z 9 ) 9,7 cm – 9,7 cm
V9 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 9 - Z10 ) 9,7 cm – 9,6 cm
V10 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 10 - Z11) 9,6 cm – 9,4 cm
V11 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 11 - Z12 ) 9,4 cm – 9,3 cm
V12 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 12 - Z13 ) 9,3 cm – 9 cm
V13 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 13 - Z14 ) 9 cm – 8,9 cm
V14 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 14 - Z15 ) 8,9 cm – 8,9 cm
V15 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 15 - Z16 ) 8,9 cm – 8,7 cm
V16 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 16 - Z17 ) 8,7 cm – 8,5 cm
V17 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 17 - Z18 ) 8,5 cm – 8,3 cm
V18 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 18 - Z19 ) 8,3 cm – 8,2 cm
V19 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 19 - Z20 ) 8,2 cm – 8 cm
V20 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 20 - Z21 ) 8 cm – 8 cm
V21 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 21 - Z22 ) 8 cm – 8 cm
V22 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 22 - Z23 ) 8 cm – 8 cm
V23 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Menghitung Nilai Konsentrasi (C) pada konsentrasi 130 gr/L
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C1 = = = 130 gr/L
Z1 12 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C2 = = = 132,20 gr/L
Z2 11,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C3 = = = 134,48 gr/L
Z3 11,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C4 = = = 141,81 gr/L
Z4 11 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C5 = = = 150 gr/L
Z5 10,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C6 = = = 152,94 gr/L
Z6 10,2 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C7 = = = 156 gr/L
Z7 10 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C8 = = = 157,57 gr/L
Z8 9,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C9 = = = 160,82 gr/L
Z9 9,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C10 = = = 160,82 gr/L
Z10 9,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C11 = = = 162,5 gr/L
Z11 9,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C12 = = = 165,95 gr/L
Z12 9,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C13 = = = 167,74 gr/L
Z13 9,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C14 = = = 173,33 gr/L
Z14 9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C15 = = = 175,28 gr/L
Z15 8,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C16 = = = 175,28 gr/L
Z16 8,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C17 = = = 179,31 gr/L
Z17 8,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C18 = = = 183,52 gr/L
Z18 8,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C19 = = = 187,95 gr/L
Z19 8,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C20 = = = 190,24 gr/L
Z20 8,2 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C21 = = = 195 gr/L
Z21 8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C22 = = = 195 gr/L
Z22 8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C23 = = = 195 gr/L
Z23 8 cm

B.2 Perhitungan Untuk Beaker Glass


A. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V) pada konsentrasi 70 gr/L
Diketahui : C0 = 70 gr/L, 100 gr/L dan 130 gr/L
Z0 = 12 cm
∆ t = 2 menit
(Z 0 - Z1 ) 12 cm – 9,5 cm
V1 = = = 1,25 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 1 - Z2 ) 9,5 cm – 7,5 cm
V2 = = = 1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 2 - Z3 ) 7,5 cm – 6 cm
V3 = = = 0,75 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 3 - Z 4 ) 6 cm – 4,1 cm
V4 = = = 0,95 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 4 - Z5 ) 4 ,1 cm – 3,6 cm
V5 = = = 0,25 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 5 - Z6 ) 3,6 cm – 3,3 cm
V6 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit

(Z 6 - Z7 ) 3,3 cm – 3 cm
V7 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 7 - Z8 ) 3 cm – 3 cm
V8 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 8 - Z 9 ) 3 cm – 3 cm
V9 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 9 - Z10 ) 3 cm – 3 cm
V10 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit

Menghitung Nilai Konsentrasi (C) pada konsentrasi 70 gr/L


(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C1 = Z1 = 12 cm = 70 gr/L

(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C2 = = = 88,42 gr/L
Z2 9,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C3 = = = 112 gr/L
Z3 7,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C4 = = = 140 gr/L
Z4 6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C5 = = = 204,87 gr/L
Z5 4,1 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C6 = = = 233,33 gr/L
Z6 3,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C7 = = = 254,54 gr/L
Z7 3,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C8 = = = 280 gr/L
Z8 3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C9 = = = 280 gr/L
Z9 3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C10 = = = 280 gr/L
Z10 3 cm

B. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V) pada konsentrasi 100 gr/L


Diketahui : C0 = 70 gr/L, 100 gr/L dan 130 gr/L
Z0 = 12 cm
∆ t = 2 menit
(Z 0 - Z1 ) 12 cm – 10,3 cm
V1 = = = 0,85 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 1 - Z2 ) 10,3 cm – 8,5 cm
V2 = = = 0,9 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 2 - Z3 ) 8,5 cm – 7,1 cm
V3 = = = 0,7 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 3 - Z 4 ) 7,1 cm – 5,8 cm
V4 = = = 0,65 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 4 - Z5 ) 5,8 cm – 4,8 cm
V5 = = = 0,5 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 5 - Z6 ) 4,8 cm – 4,4 cm
V6 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 6 - Z7 ) 4,4 cm – 4 ,1 cm
V7 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 7 - Z8 ) 4 ,1 cm – 3,9 cm
V8 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 8 - Z 9 ) 3,9 cm – 3,7 cm
V9 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 9 - Z10 ) 3,7 cm – 3,7 cm
V10 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 10 - Z11) 3,7 cm – 3,7 cm
V11 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 11 - Z12 ) 3,7 cm – 3,7 cm
V12 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit

Menghitung Nilai Konsentrasi (C) pada konsentrasi 100 gr/L


(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C1 = = = 100 gr/L
Z1 12 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C2 = = = 116,50 gr/L
Z3 10,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C3 = = = 141,17 gr/L
Z4 8,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C4 = = = 169,01 gr/L
Z5 7,1 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C5 = = = 206,89 gr/L
Z6 5,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C6 = = = 250 gr/L
Z7 4,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C7 = = = 272,72 gr/L
Z8 4,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C8 = = = 292,68 gr/L
Z9 4,1 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C9 = = = 307,69 gr/L
Z1 0 3,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C10 = = = 324,32 gr/L
Z11 3,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C11 = = = 324,32 gr/L
Z12 3,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 100 gr/L × 12 cm
C12 = = = 324,32 gr/L
Z13 3,7 cm

C. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V) pada konsentrasi 130 gr/L


Diketahui : C0 = 70 gr/L, 100 gr/L dan 130 gr/L
Z0 = 12 cm
∆ t = 2 menit
(Z 0 - Z1 ) 12 cm – 10,8cm
V1 = = = 0,6 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 1 - Z2 ) 10,8 cm – 10 cm
V2 = = = 0,4 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 2 - Z3 ) 10 cm – 9,6 cm
V3 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 3 - Z 4 ) 9,6 cm – 9,4 cm
V4 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 4 - Z5 ) 9,4 cm – 8,8 cm
V5 = = = 0,3 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 5 - Z 6 ) 8,8 cm – 7,8 cm
V6 = = = 0,5 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 6 - Z7 ) 7,8 cm – 7,6 cm
V7 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 7 - Z8 ) 7,6 cm – 7,3 cm
V8 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 8 - Z 9 ) 7,3 cm – 7 cm
V9 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 9 - Z10 ) 7 cm – 6,8 cm
V10 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 10 - Z11) 6,8 cm – 6,6 cm
V11 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 11 - Z12 ) 6,6 cm – 6,4 cm
V12 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 12 - Z13 ) 6,4 cm – 6,4 cm
V13 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 13 - Z14 ) 6,4 cm – 6 cm
V14 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 14 - Z15 ) 6 cm – 5,9 cm
V15 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 15 - Z16 ) 5,9 cm – 5,9 cm
V16 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 16 - Z17 ) 5,9 cm – 5,9 cm
V17 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 17 - Z18 ) 5,9 cm – 5,9 cm
V18 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit

Menghitung Nilai Konsentrasi (C) pada konsentrasi 130 gr/L


(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C1 = = = 130 gr/L
Z1 12 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C2 = = = 144,44 gr/L
Z2 10,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C3 = = = 156 gr/L
Z3 10 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C4 = = = 162,5 gr/L
Z4 9,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C5 = = = 165,95 gr/L
Z5 9,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C6 = = = 177,27 gr/L
Z6 8,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C7 = = = 200 gr/L
Z7 7,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C8 = = = 205,26 gr/L
Z8 7 ,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C9 = = = 213,69 gr/L
Z9 7,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C10 = = = 222,85 gr/L
Z10 7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C11 = = = 229,41 gr/L
Z11 6,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C12 = = = 236,36 gr/L
Z12 6,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C13 = = = 243,75 gr/L
Z13 6,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C14 = = = 243,75 gr/L
Z14 6,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C15 = = = 260 gr/L
Z1 5 6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C16 = = = 264,40 gr/L
Z16 5,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C17 = = = 264,40 gr/L
Z17 5,9 cm

(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C18 = = = 264,40 gr/L
Z18 5,9 cm
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No Nama dan Gambar Alat Fungsi Alat


1. Beaker glass Untuk mengukur volume cairan dan
sebagai wadah terjadinya proses
Sedimentasi

2. Gelas Ukur Sebagai tempat mereaksikan bahan


dan
tempat menampung bahan kimia
berupa
larutan, padatan, pasta ataupun tepu
ng, tempat melarutkan bahan serta
tempat memanaskan bahan.

3. Neraca Analitik Mengukur massa suatu zat

4. Penggaris Untuk mengukur benda-benda


yang berbidang datar dengan
dimensi yang standar atau kecil.
5. Sendok (pengaduk) Alat bantu untuk pengadukan
manual

6. Spidol Alat bantu untuk penanda manual

7. Stopwatch Alat yang digunakan untuk


mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai