SEDIMENTASI
Disusun Oleh :
Kelompok III (A2)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan
dan cairan (slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi
tinggi dengan menggunakan gaya gravitasi. Ketika suatu partikel padatan berada
pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau partikel padatan lainnya, kecepatan
jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan dinding maupun dengan partikel lainnya,
peristiwa ini disebut free settling. Ketika partikel padatan berada pada keadaan
saling berdesakan maka partikel akan mengendap pada kecepatan rendah,
peristiwa ini disebut hindered settling. Pada hindered settling, kecepatan endapan
yang turun ke bawah akan semakin lama, sehingga untuk memperoleh hasil
sedimentasi sampai proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup
lama pula. Guna menghasilkan proses sedimentasi yang optimum maka perlu
menentukan waktu pengendapan yang efektif. Waktu pengendapan yang efektif
dapat diasumsikan sebagai batas saat terjadi perubahan pengendapan dari free
settling ke hindered settling (Geankoplis, 2003).
Proses sedimentasi banyak terjadi pada proses penjernihan air, pengolahan
limbah, maupun erosi. Pada umumya proses sedimentasi dilakukan setelah proses
koagulasi dan flokulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan
sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Ukuran dan bentuk partikel akan mempengaruhi rasio permukaan terhadap
volume partikel, sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan
tipe bak sedimentasi, serta temperatur mempengaruhi viskositas dan berat jenis
cairan. Semua faktor ini mempengaruhi kecepatan turunnya partikel guna
mengetahui proses sedimentasi yang efektif dan efisien. Waktu pengendapan
yang efektif dapat diasumsikan sebagai batas saat terjadi perubahan pengendapan
dari free settling ke hindered settling, sehingga proses pengendapan yang
efektif terjadi pada keadaan free settling. Cara menentukan kecepatan
pengendapan dalam keadaan free settling, dapat dilakukan dengan persamaan
Stokes-Newton, Farag Ferguson-Cruch, maupun dengan persamaan Gibbs-
Mathew-Link. Namun semua persamaan tersebut akan menghasilkan ralat yang
besar, sehingga memerlukan suato metode guna memperoleh hasil perhitungan
demgan ralat yang kecil (Roessiana D L, 2014).
Proses sedimentasi dapat dilakukan secara batch dan continue. Prosess
batch sering digunakan untuk skala laboratorium sedangkan continue
dipergunakan dalam proses komersil dengan mempertimbangkan kecepatan
pengendapan terminal dari partikel-partikelnya. Percobaan skala laboratorium
dilakukan pada suhu uniform untuk menghindari gerakan fluida atau konveksi
karena perbedaan densitas yang dihasilkan dari perbedaan suhu (Cabe, 1985).
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ekstraksi ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Data Pengamatan Sedimentasi.
Waktu Tinggi endapan pada Gelas Tinggi endapan pada
No (menit) Ukur (cm) Beaker Glass (cm)
70gr/L 100 gr/L 130 gr/L 70gr/L 100 gr/L 130gr/L
1. 0 12 12 12 12 12 12
2. 2 10 11,5 11,8 9,5 10,3 10,8
3. 4 8,8 11,1 11,6 7,5 8,5 10
4. 6 8,3 10,9 11 6 7,1 9,6
5. 8 8 10,5 10,4 4,1 5,8 9,4
6. 10 7,7 10,3 10,2 3,6 4,8 8,8
7. 12 7,5 10 10 3,3 4,4 7,8
8. 14 7,2 9,8 9,9 3 4,1 7,6
9. 16 7 9,5 9,7 3 3,9 7,3
10. 18 6,7 9,3 9,7 3 3,7 7
11. 20 6,6 9,1 9,6 - 3,7 6,8
12. 22 6,6 9 9,4 - 3,7 6,6
13. 24 6,6 8,8 9,3 - - 6,4
14. 26 - 8,6 9 - - 6,4
15. 28 - 8,4 8,9 - - 6
16. 30 - 8,3 8,9 - - 5,9
17. 32 - 8,3 8,7 - - 5,9
18. 34 - 8,3 8,5 - - 5,9
19. 36 - - 8,3 - - -
20. 38 - - 8,2 - - -
21. 40 - - 8 - - -
22. 42 - - 8 - - -
23. 44 - - 8 - - -
(Tabel 4.1 Praktikum Pengantar Teknik Kimia II, 2023).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Gelas ukur
Percobaan ini menggunakan bahan baku tepung beras dan pewarna ungu
yang dilarutkan dengan air suling, dengan konsentrasi awal yaitu 70 gr/l, 110 gr/l,
dan 130 gr/l. Kemudian, masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam gelas
ukur dan dilarutkan dalam 1 liter air dengan ketinggian antar muka awal yaitu 12
cm, lalu dicatat ketinggian antar muka dalam selang waktu 2 menit sampai
ketinggian antar muka konstan. Untuk konsentrasi 70 gr/l dan selang waktu 2
menit tinggi endapan konstan pada waktu 24 menit yaitu 6,6 cm. konsentrasi 100
gr/l dan selang waktu 2 menit tinggi endapan konstan pada waktu 34 menit yaitu
8,3 cm. sedangkan konsentrasi 130 gr/l dengan selang waktu 2 menit tinggi
endapan konstan pada waktu 44 menit yaitu 8 cm.
14
12
10
8
Konsentrasi 70 gr/L
6
Konsentrasi 100 gr/L
4 Konsentrasi 130 gr/L
2
0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44
Waktu (menit)
Gambar 4.2.1 Grafik hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Gelas ukur
Dari grafik diatas dapat dilihat pengendapan pada gelas ukur paling cepat
terjadi pada konsentrasi 70 gr/l dengan waktu pengendapan 24 menit, sedangkan
pengendapan paling lama terjadi pada konsentrasi 130 gr/l dengan waktu 44
menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu maka tinggi
endapan semakin berkurang sehingga waktu yang diperlukan untuk mengendap
semakin lama.
Berdasarkan teori, semakin lama waktu pengendapan (t) maka tinggi antar
muka (z) semakin berkurang dan berangsur – angsur turun hingga mencapai zona
jernih, hal ini disebabkan pemampatan atau kompresi pada endapan yang
dipengaruhi oleh gravitasi. konsentrasi padatan dan luas penampang dari wadah
juga mempengaruhi laju pengendapan, semakin besar konsentrasi semakin lama
waktu pengendapan (Mc.Cabe,1998).
4.2.2 Hubungan Interface (z) terhadap waktu (t) pada Beaker glass
Percobaan ini menggunakan bahan baku tepung beras dan pewarna ungu
yang dilarutkan dengan air suling, dengan konsentrasi awal yaitu 70 gr/l, 100 gr/l,
dan 130 gr/l. Kemudian, masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam beaker
glass dengan ketinggian antar muka awal yaitu 12 cm lalu dicatat ketinggian antar
muka dalam selang waktu 2 menit sampai ketinggian antar muka konstan. untuk
konsentrasi 70 mg/l tinggi endapan konstan pada waktu 18 menit yaitu 3 cm.
konsentrasi 100 mg/l konstan pada waktu 22 menit dengan tinggi endapan 3,7 cm.
sedangkan konsentrasi 130 mg/l konstan pada waktu 34 menit yaitu 5,9 cm tinggi
endapannya.
glass
40
35 Konsentrasi 130 gr/L
Konsentrasi 100 gr/L
30
(cm)
Konsentrasi 70 gr/L
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34
Waktu (menit)
Gambar 4.2.2 Grafik hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Beaker
glass
100
50
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Laju Pengendapan (V)
Dapat dilihat dari grafik di atas untuk konsentrasi 70 gr/l tinggi co yaitu
127,27 gr/l dengan laju pengendapan (v) 0 cm/min. Konsentrasi 100 gr/l tinggi co
yaitu 144,57 gr/l dengan volume laju pengendapan (v) 0 cm/min. Konsentrasi 130
gr/l tinggi co yaitu 195 gr//l dengan laju pengendapan (v) 0 cm/min. Dari
perbandingan antara konsentrasi dengan laju pengendapan pada grafik berbanding
terbalik artinya semakin besar konsentrasi suatu larutan maka laju alir yang di
dapat semakin kecil.
Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi padatan maka laju
pengendapan akan semakin mengecil, karena semakin besar konsentrasi maka
semakin besar gaya yang ditimbulkan antar partikel, yang menyebabkan laju
pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun (Mc Cabe.1985).
4.2.4 Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan (V)
Pada Beaker Glass
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh konsentrasi liquid (co) terhadap laju
pengendapan (v) pada Beaker glass dapat dibuat grafik seperti grafik 4.2.3 diatas.
Konsentrasi 70 gr/L
250
Konsentrasi 100 gr/L
200 Konsentrasi 130 gr/L
150
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Laju Pengendapan (V)
Gambar 4.2.4 Hubungan konsentrasi liquid (Co) terhadap laju pengendapan (V)
pada Beaker Glass.
Bedasarkan grafik hubungan antara konsentrasi dengan laju pengendapan
diperoleh konsentrasi 70 gr/l tinggi co yaitu 280 gr/l dengan laju pengendapan (v)
0 cm/min. Konsentrasi 100 gr/l tinggi co yang yaitu 324,32 gr/l dengan volume
laju pengendapan (v) 0 cm/min. Konsentrasi 130 gr/l tinggi co yaitu 264,40 gr//l
dengan laju pengendapan (v) 0 cm/min.
Dari hasil percobaan yang telah didapat. Pengendapan terjadi di pengaruhi
oleh luas penumpang wadah maka laju pengendapannya semakin cepat karena
semakin luas penyebaran partikel dan gaya gesek yang ditimbulkan antara
partikel semakin kecil dibanding dengan luas penampang yang lebih kecil.
Sehingga laju pengendapan pada beaker glass lebih cepat dibandingkan gelas
ukur, hal tersebut sesuai dengan teori. Bedasarkan teori, semakin besar
konsentrasi padatan maka laju pengendapan akan semakin mengecil.
Pengendapan juga dipengaruhi oleh konsentrasi, semakin besar konsentrasi maka
semakin besar gaya yang di timbulkan antar partikel, yang menyebabkan laju
pengendapannya itu berkurang
(Harboune, 1987).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengendapan pada gelas ukur paling cepat terjadi pada konsentrasi 70 gr/L
dengan waktu pengendapan 24 menit dengan tinggi endapan 6,6 cm,
sedangkan pengendapan paling lama terjadi pada konsentrasi 130 gram
dengan waktu pengendapan 44 menit dan dengan tinggi endapan 8 cm.
2. Pengendapan pada beaker glass paling cepat terjadi pada konsentrasi 70 gr/L
dengan waktu pengendapan 18 menit dengan tinggi endapan 3 cm, sedangkan
pengendapan paling lama terjadi pada konsentrasi 130 gr/L dengan waktu
pengendapan 34 menit dan dengan tinggi endapan 5,9 cm.
3. Semakin besar konsentrasi maka waktu pengendapan semakin lama.
5.2 Saran
Pada percobaan selanjutnya diharapkan menggunakan bahan uji yang
berbeda seperti pasir pantai atau tepung jagung agar dapat mengetahui
perbandingan kecepatan sedimentasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. G. (1978). Unit Operation. New York: Jhon wiley and Sons Inc.
Brown, W. a. (1991). Sedimentasion Rate and Bioturbation in Arabian
Environment International.
Granger, George., 1995, Unit Operatio, John Wiley and Sons Inc., New York
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C2 = = = 84 gr/L
Z2 10 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C3 = = = 95,45 gr/L
Z3 8,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C4 = = = 101,20 gr/L
Z4 8,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C5 = = = 105 gr/L
Z5 8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C6 = = = 109,09 gr/L
Z6 7 ,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C7 = = = 112 gr/L
Z7 7,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C8 = = = 116,66 gr/L
Z8 7,2 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C9 = = = 120 gr/L
Z9 7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C10 = = = 125,37 gr/L
Z10 6,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C11 = = = 127,27 gr/L
Z11 6,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C12 = = = 127,27 gr/L
Z12 6,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C13 = = = 127,27 gr/L
Z13 6,6 cm
(Z 7 - Z8 ) 9,9 cm – 9,7 cm
V8 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 8 - Z 9 ) 9,7 cm – 9,7 cm
V9 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 9 - Z10 ) 9,7 cm – 9,6 cm
V10 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 10 - Z11) 9,6 cm – 9,4 cm
V11 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 11 - Z12 ) 9,4 cm – 9,3 cm
V12 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 12 - Z13 ) 9,3 cm – 9 cm
V13 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 13 - Z14 ) 9 cm – 8,9 cm
V14 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 14 - Z15 ) 8,9 cm – 8,9 cm
V15 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 15 - Z16 ) 8,9 cm – 8,7 cm
V16 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 16 - Z17 ) 8,7 cm – 8,5 cm
V17 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 17 - Z18 ) 8,5 cm – 8,3 cm
V18 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 18 - Z19 ) 8,3 cm – 8,2 cm
V19 = = = 0,05 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 19 - Z20 ) 8,2 cm – 8 cm
V20 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 20 - Z21 ) 8 cm – 8 cm
V21 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 21 - Z22 ) 8 cm – 8 cm
V22 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 22 - Z23 ) 8 cm – 8 cm
V23 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Menghitung Nilai Konsentrasi (C) pada konsentrasi 130 gr/L
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C1 = = = 130 gr/L
Z1 12 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C2 = = = 132,20 gr/L
Z2 11,8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C3 = = = 134,48 gr/L
Z3 11,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C4 = = = 141,81 gr/L
Z4 11 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C5 = = = 150 gr/L
Z5 10,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C6 = = = 152,94 gr/L
Z6 10,2 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C7 = = = 156 gr/L
Z7 10 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C8 = = = 157,57 gr/L
Z8 9,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C9 = = = 160,82 gr/L
Z9 9,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C10 = = = 160,82 gr/L
Z10 9,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C11 = = = 162,5 gr/L
Z11 9,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C12 = = = 165,95 gr/L
Z12 9,4 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C13 = = = 167,74 gr/L
Z13 9,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C14 = = = 173,33 gr/L
Z14 9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C15 = = = 175,28 gr/L
Z15 8,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C16 = = = 175,28 gr/L
Z16 8,9 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C17 = = = 179,31 gr/L
Z17 8,7 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C18 = = = 183,52 gr/L
Z18 8,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C19 = = = 187,95 gr/L
Z19 8,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C20 = = = 190,24 gr/L
Z20 8,2 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C21 = = = 195 gr/L
Z21 8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C22 = = = 195 gr/L
Z22 8 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C23 = = = 195 gr/L
Z23 8 cm
(Z 6 - Z7 ) 3,3 cm – 3 cm
V7 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 7 - Z8 ) 3 cm – 3 cm
V8 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 8 - Z 9 ) 3 cm – 3 cm
V9 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(Z 9 - Z10 ) 3 cm – 3 cm
V10 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C2 = = = 88,42 gr/L
Z2 9,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C3 = = = 112 gr/L
Z3 7,5 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C4 = = = 140 gr/L
Z4 6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C5 = = = 204,87 gr/L
Z5 4,1 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C6 = = = 233,33 gr/L
Z6 3,6 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C7 = = = 254,54 gr/L
Z7 3,3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C8 = = = 280 gr/L
Z8 3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C9 = = = 280 gr/L
Z9 3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 70 gr/L × 12 cm
C10 = = = 280 gr/L
Z10 3 cm
(C 0 ×Z 0 ) 130 gr/L × 12 cm
C18 = = = 264,40 gr/L
Z18 5,9 cm
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT