Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

LAPORAN PRAKTIKUM
SETTLING TEST

MUH. IKHLASUL AMAL


09320190152

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan Galian adalah aneka ragam unsur kimia, mineral, kumpulan mineral,
batuan, bijih, termasuk batubara, gambut, bitumen padat, dan mineral radioaktif yang
terjadi secara alami dan mempunyai nilai ekonomis. Pengolahan bahan galian adalah
suatu proses pemisahan mineral-mineral berharga dari mineral-mineral pengganggu
yang tidak diinginkan sehingga didapat suatu kosentrat dari mineral yang diolah.
Selain itu juga merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas bahan galian. Karena umumnya material bahan berharga pada saat proses
penambangan masih belum bisa digunakan secara langsung karena masih bercampur
dengan zat pengotor (tailing) yang umumnya berasal dari material koalisinya.
Pengolahan bahan galian akan menghasilkan mineral berharga (concentrate) dan
mineral yang tidak dikehendaki disebut mineral buangan (waste).
Uji Pengendapan adalah uji untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel
untuk mengendap. Proses Pengendapan adalah salah satu cara pemisahan antara
kompenen atau partikel berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir.
Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah gaya gravitasi/gaya
berat partikel, gaya Arcchimedes dan gaya gesek. Kombinasi dari ketiga gaya ini
menyebabkan terjadi beberapa zona pada proses pengendapan sehingga proses
pengendapan dapat dibagi menjadi tiga zona yang dapat dibagi. Pada saat partikel
mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan percepatan akibat gravitasi.
Namun, seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka gaya gesek atau gaya hambat
partikel tersebut makin besar.
Berdasarkan penjelasan diatas, untuk mengetahui seberapa cepat partikel untuk
mengendap maka dilakukanlah praktikum mata kuliah Pengolahan Bahan Galian.
Praktikum ini dilaksanakan agar praktikan dapat mengenal dan mengetahui serta
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan. Selain itu, juga agar dapat mengenal prosedur uji
pengendapan, mengamati pengaruh bahan penggumpal (Floculating Reagent) dan
menghitung luas thickener yang diperlukan (Wills et al., 2006).

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan kami mengikuti praktikum ini yaitu :
1. Mengenal Prosedur Uji Pengendapan;
2. Mengamati Pengaruh Bahan Penggumpal (Floculating Reagent);
3. Menghitung Luas Thickener yang Diperlukan.

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
1. Alat Tulis Menulis;
2. 2 buah gelas ukur;
3. Stopwatch;
4. Tanah;
6. Penggaris;
7. Reagent.
1.3.2 Bahan
1. Kertas A4;
2. Problem Set.

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Settling Test

Uji Pengendapan adalah uji untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel
untuk mengendap. Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah gaya
gravitasi/gaya berat partikel, gaya Arcchimedes dan gaya gesek. Pada saat partikel
mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan percepatan akibat gravitasi.
Namun, seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka gaya gesek atau gaya hambat
partikel tersebut makin besar. Akhirnya partikel akan mengalami suatu keadaan
konstan yaitu dimana percepatannya adalah nol karena gaya gesek tersebut besarnya
sama dengan gaya berat partikel dan kecepetannya tidak akan bertambah. Kecepatan
ini disebut kecepatan terminal. Kecepatan terminal bervariasi secara langsung dengan
rasio gaya hambat.
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah
cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses
Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan
sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Flokulan
merupakan senyawa yang digunakan untuk membentuk senyawa dari polutan yang
mudah mengendap dan atau senyawa yang mempunyai ukuran yang lebih besar
dengan suatu reaksi kimia.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses
sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi,
dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan
secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk
memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge,
OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan
lumpur tersendiri (Rafinika, 2016).
Uji Pengendapan adalah uji untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel
untuk mengendap. Proses Pengendapan adalah salah satu cara pemisahan antara
kompenen atau partikel berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir.

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah gaya gravitasi/gaya
berat partikel, gaya Archimedes dan gaya gesek.

2.2 Zona Pengendapan

Kombinasi dari ketiga gaya ini menyebabkan terjadi beberapa zona pada
proses pengendapan sehingga proses pengendapan dapat dibagi menjadi tiga zona
yang dapat dibagi melihat dari kurva tinggi air dibandingkan dengan waktu.
1. Zona pertama adalah zona free settling. Pada zona ini partikel yang sangat
halus bergerak dengan kecepatan terminal atau kecepatan free settling. Partikel
bergerak dalam aliran laminer.
2. Zona kedua adalah zona hindered settling. Zona ini disebut hindered settling
atau pengendapan yang terhalang karena jumlah atau ukuran partikel yang
mengendap membesar pada suatu ruang yang terbatas sehingga menciptakan
suatu campuran yang bergerak lebih lama dari yang diharapkan.
3. Zona terakhir adalah zona kompresi. Zona kompresi melibatkan konsentrasi
tertinggi padatan tersuspensi dan terjadi di bagian paling bawah tabung.
Pada saat partikel mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan
percepatan akibat gravitasi. Namun, seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka
gaya gesek atau gaya hambat partikel tersebut makin besar. Akhirnya partikel akan
mengalami suatu keadaan konstan yaitu dimana percepatannya adalah nol karena gaya
gesek tersebut besarnya sama dengan gaya berat partikel dan kecepetannya tidak akan
bertambah. Kecepatan ini disebut kecepatan terminal. Kecepatan terminal bervariasi
secara langsung dengan rasio gaya hambat.
Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang
disebut koefisien viskositas (η). Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2
atau pascal sekon (Pa s). Ketika kita berbicara viskositas kita berbicara tentang fluida
sejati. Fluida ideal tidak mempunyai koefisien viskositas.
Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental yang
koefisien viskositasnya η, maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan fluida
sebesar Fs = k η v, dengan k adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris
benda. Berdasarkan perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stokes
menunjukkan bahwa untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 π

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

r. Bila nilai k dimasukkan ke dalam persamaan, maka diperoleh persamaan seperti


berikut.

Fs = 6 π η ………………………………………………………….. (1)
rv
Persamaan di atas selanjutnya dikenal sebagai hukum Stokes.
Keterangan:
Fs : gaya gesekan stokes (N)
η : koefisien viskositas fluida (Pa s)
r : jari-jari bola (m)
v : kelajuan bola (m/s)
Perhatikan sebuah bola yang jatuh dalam fluida pada gambar dibawah. Gaya-
gaya yang bekerja pada bola adalah gaya berat w, gaya apung Fa, dan gaya lambat
akibat viskositas atau gaya stokes Fs. Ketika dijatuhkan, bola bergerak dipercepat.
Namun, ketika kecepatannya bertambah, gaya stokes juga bertambah. Akibatnya, pada
suatu saat bola mencapai keadaan seimbang sehingga bergerak dengan kecepatan
konstan yang disebut kecepatan terminal.
Salah satu proses kimiawi untuk meningkatkan efisiensi unit sedimentasi dalam
pengolahan air limbah adalah koagulasi dan flokulasi. Koagulasi adalah proses
mendestabilisasi partikel-partikel koloid sehingga tubrukan partikel dapat
menyebabkan pertumbuhan partikel. Menurut Ebeling dan Ogden (2004), koagulasi
merupakan proses menurunkan atau menetralkan muatan listrik pada partikel-partikel
tersuspensi atau zeta-potential-nya. Muatan-muatan listrik yang sama pada partikel-
partikel kecil dalam air menyebabkan partikel-partikel tersebut saling menolak
sehingga membuat partikel-partikel koloid kecil terpisah satu sama lain dan
menjaganya tetap berada dalam suspense. Proses koagulasi berfungsi untuk
menetralkan atau mengurangi muatan negatif pada partikel sehingga mengijinkan gaya
tarik van der waals untuk mendorong terjadinya agregasi koloid dan zat-zat tersuspensi
halus untuk membentuk microfloc. Reaksi-reaksi koagulasi biasanya tidak tuntas dan
berbagai reaksi-reaksi samping lainnya dengan zat-zat yang ada dalam air limbah
dapat terjadi bergantung pada karakteristik air limbah tersebut dan akan terus berubah
seiring berjalannya waktu.
Semua reaksi dan mekanisme yang terlibat dalam pendestabilisasian partikel

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

dan pembentukan partikel yang lebih besar melalui flokulasi perikinetik termasuk
sebagai koagulasi. Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan untuk
mendestabilisasi partikel koloid dalam air limbah agar flok dapat terbentuk. Flokulasi
adalah proses berkumpulnya partikel-partikel flok mikro membentuk aglomerasi besar
melalui pengadukan fisis atau melalui aksi pengikatan oleh flokulan. Flokulan adalah
bahan kimiawi, biasanya organik, yang ditambahkan untuk meningkatkan proses
flokulasi. (Richmawati, 2007)
Istilah flokulasi digunakan untuk menggambarkan proses ketika ukuran partikel
meningkat sebagai akibat tubrukan antar partikel. Flokulasi dibedakan menjadi:
a. Mikroflokulasi (flokulasi perikinetik) terjadi ketika partikel teragregasi karena
gerakan termal acak dari molekul-molekul cairan yang disebut Brownian
Motion.
b. Makroflokulasi (flokulasi ortokinetik) terjadi ketika partikel teragregasi karena
adanya peningkatan gradien-gradien kecepatan dan pencampuran dalam media.
Bentuk lain dari makroflokulasi disebabkan oleh pengendapan diferensial, yaitu
ketika partikel-partikel besar menarik partikel-partikel kecil membentuk
partikel-partikel yang lebih besar. Makroflokulasi belum efektif sampai partikel-
partikel koloid mencapai ukuran 1-10 µm melalui kontak yang didorong oleh
Brownian Motion dan sedikit pencampuran.

2.3 Mekanisme sedimentasi

Beberapa Mekanisme Sedimentasi atau Pengendapan Secara Umum


1. Pengendapan partikel flokulen berlangsung secara gravitasi.
2. Flok yang dihasilkan pada proses koagulasi-flokulasi mempunyai ukuran yang
makin besar, sehingga kecepatan pengendapannya makin besar.
3. Untuk menghindari pecahnya flok selama proses pengendapan, maka aliran air
dalam bak harus laminer. Untuk tujuan ini, digunakan indikator bilangan
Reynold (NRe) dan bilangan Froud (NFr).
4. Aliran air yang masuk pada inlet diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu pengendapan. Biasanya dipasang diffuser wall / perforated baffle
untuk meratakan aliran ke bak pengendap dengan kecepatan yang rendah.
Diusahakan agar inlet bak langsung menerima air dari outlet bak
flokulator.

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

5. Air yang keluar melalui outlet diatur sedemikian, sehingga tidak mengganggu
flok yang telah mengendap. Biasanya dibuat pelimpah (weir) dengan tinggi air
di atas weir yang cukup tipis (1,5 cm) (Meran, 2017).
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit
sistem pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi, sebaiknya dilakukan
proses sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi
dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment
berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir
treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses
sebelumnya (activated sludge, OD) dimana lumpur yang terkumpul tersebut
dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri.

2.4 Tipe-tipe Pengendapan

Gambar 2. 1 Empat tipe sedimentasi


2.4.1 Tipe 1 (pengendapan diskrit)
Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang
dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi antar
partikel. Pengendapan discrete membutuhkan konsentrasi padatan tersuspensi paling
rendah dan analisisnya paling sederhana. Sebagai contoh sedimentasi tipe I antara lain
pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

dan pengendapan pasir pada grit chamber. Sesuai dengan definisi di atas, maka
pengendapan terjadi karena adanya interaksi gaya-gaya di sekitar partikel, yaitu gaya
drag dan gaya impelling. Massa partikel menyebabkan adanya gaya drag dan
diimbangi oleh gaya impelling, sehingga kecepatan pengendapan partikel konstan.
2.4.2 Tipe 2 (pengendapan flokulen)
Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi
encer, di mana selama pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama
dalam operasi pengendapan, ukuran partikel flokulen bertambah besar, sehingga
kecepatannya juga meningkat. Hal ini terjadi dimana konsentrasi partikel cukup tinggi
sehingga terjadi tumpukan. Kenaikan massa partikel rata-rata ini menyebabkan
partikel jatuh lebih cepat. Pengendapan flokulasi digunakan pada clarifier utama dan
zona bagian atas dari clarifier kedua. Sebagai contoh sedimentasi tipe II antara lain
pengendapan pertama pada pengolahan air limbah atau pengendapan partikel hasil
proses koagulasi-flokulasi pada pengolahan air minum maupun air limbah.
2.4.3 Tipe 3 (Pengendapan zona atau disebut hindered)
Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang
lebih pekat, di mana antar partikel secara bersama-sama saling menahan pengendapan
partikel lain di sekitarnya. Karena itu pengendapan terjadi secara bersama-sama
sebagai sebuah zona dengan kecepatan yang konstan. Pada bagian atas zona
terdapat interface yang memisahkan antara massa partikel yang mengendap dengan
air jernih. Pada hindered, atau zona pengendapan, konsentrasi partikel sedang
sehingga partikel terganggu dengan pengendapan partikel lainnya dan akhirnya jatuh
bersama. Pengendapan hindered utamanya digunakan pada clarifier kedua.
2.4.4 Tipe 4 (Pengendapan Kompresi)
Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III, di mana
terjadi pemampatan (kompresi) massa partikel hingga diperoleh konsentrasi lumpur
yang tinggi. Sebagai contoh sedimentasi tipe III dan IV ini adalah pengendapan
lumpur biomassa pada final clarifier setelah proses lumpur aktif. Tujuan
pemampatan pada final clarifier adalah untuk mendapatkan konsentrasi lumpur
biomassa yang tinggi untuk keperluan resirkulasi lumpur ke dalam reaktor lumpur
aktif. Pengendapan kompresi memilki konsentrasi partikel tersuspensi paling tinggi
dan terjadi pada daerah yang lebih rendah pada clarifier. Pengendapan partikel dengan
memampatkan massa partikel-partikel bagian bawah. Kompresi terjadi tidak hanya
pada zona lebih rendah dari clarifier kedua tapi juga pada tangki pengentalan lumpur
(sludge thickening tanks) (Tongole, 2019).

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Praktikum pada mata acara Settling Test mempunyai beberapa langkah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan Reagent dan Tanah yang akan di uji
Menyiapkan sampel yang akan dilakukan uji settling test berupa tanah yang
beratnya telah ditentukan.

Gambar 3. 1 Menyiapkan sampel

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

2. Menyiapkan Reagent dengan berat 3, 6, dan 9 gram yang akan di uji bersamaan
dengan tanah tersebut.

Gambar 3.2 Menyiapkan Reagent


3. Menyiapkan dua gelas yang beukuran 1000 ml, kemudian isi kedua gelas itu
dengan air hingga 500 ml.

Gambar 3. 3 Proses pengisian gelas

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

4. Kemudian tabung yang telah diisi kemudian di isi oleh tanah yang telah
diambil atau dipersiapkan tadi.

Gambar 3. 4 Memasukkan tanah seberat 30 gram ke dalam gelas


5. Kemudian aduk tanah beserta air tersebut yang berada dalam gelas tersebut
hingga tanah dan air terebut menyatu.

Gambar 3. 5 Proses Pengadukan yang berisi tanah dan air

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

6. Setelah itu di gelas yang satu setelah tanah di masukkan ke dalam gelas tersebut,
maka dimasukkan pula reagent dengan berat 2 gram dan kemudian diocok
hingga menyatu, hal ini dilakukan untuk mempercepat proses praktikum Setelah
digocok kemudian didiamkan selama 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 menit dan ukur tinggi
gelas yang material mengendap setiap 2 menitnya, lalu catat datanya.

.
Gambar 3.6 Hasil Pengocokan Ragent, tanah dan air yang berada dalam gelas
tersebut

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan tanpa flokulant

No Waktu (Menit) Tinggi Pulp

1 2 4.3

2 4 14.6

3 6 12.1

4 8 10.6

5 10 9.3

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan menggunakan flokulant 3 gr

No Waktu (Menit) Tinggi Pulp

1 2 9.9

2 4 9.5

3 6 9.5

4 8 9.6

5 10 9.5

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Menggunakan Flokutant 6 gr

No Waktu (Menit) Tinggi Pulp

1 2 8.3

2 4 8.2

3 6 8.2

4 8 8.1

5 10 9

Tabel 4. 4 Hasil Pegamatan Menggunakan Flokulant 6 gr

No Waktu (Menit) Tinggi Pulp

1 2 11.3

2 4 11.2

3 6 11.2

4 8 11

5 10 11

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tabel I (Tanpa Flouklant)


1. Tinggi Air = y - x
a. 30 – 4.3 = 25.7 cm
b. 30 – 14.6 = 15.4 cm
c. 30 – 12.1 = 17.9 cm
d. 30 – 10.6 = 19.4 cm
e. 30 – 9.3 = 20.7 cm
Berat Pasir
2. Volume Padatan =
Total Pulp
50
= = 0.50 gr/cm
99.1
3. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 0.50
= 499.5 gr/cm
4. Massa Berat Air = volume air x p air
= 499.5 x 1
= 499.5 gr/cm
Berat Kering
5. % Padatan = 𝑥 100%
Berat Kering + Berat Air
50
= x 100%
50+ 499.5
= 9,09 %
𝑦−𝑥
6. Volume Pengendapan =
𝑡
30−4.3
a. VP 1 =
2
= 12.85 cm/menit
30−14.6
b. VP 2 =
4
= 3.85 cm/menit
30−12.1
c. VP 3 =
6
= 2.9 cm/menit
30−10.6
d. VP 4 =
8
= 2.4 cm/menit

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

30−9.3
e. VP 5 =
10
= 2.07 cm/menit
7. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
g ( ps − pf) x d^2
Vt (Stoke) =
18 x μ

9,81 ( 1.5 − 1) x (10x5)2


=
18 x 3.14
12262,5
= 56,52

= 216.95 gr/cm
Berat Air
8. Dilusi =
Berat Padatan
499.9
=
50
= 9.99 gr
4.2.2 Tabel II (3 gr Flokulant)
1. Tinggi Air = y - x
a. 30 – 9.9 = 20.1 cm
b. 30 – 9.5 = 20.5 cm
c. 30 – 9.5 = 20.5 cm
d. 30 – 9.6 = 20.4 cm
e. 30 – 9.5 = 20.5 cm
Berat Pasir
2. Volume Padatan =
Total Pulp
50
= = 0,49 gr/cm
102
3. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 0,49 gr/cm
= 499,51 gr/cm
4. Massa Berat Air = volume air x p air
= 499,51 x 1
= 499,51 gr/cm
Berat Kering
5. % Padatan = 𝑥 100%
Berat Kering + Berat Air
50
= x 100%
50+ 499.51
= 9,09 %

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

𝑦−𝑥
6. Volume Pengendapan =
𝑡
30−29.1
a. VP 1 =
2
= 10,05 cm/menit
30−20.5
b. VP 2 =
4
= 5.1 cm/menit
30−20.5
c. VP 3 =
6
= 3.4 cm/menit
30−20.4
d. VP 4 =
8
= 2.55 cm/menit
30−20.5
e. VP 5 =
10
= 2.05 cm/menit
7. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
g ( ps − pf) x d^2
Vt (Stoke) =
18 x μ

9,81 ( 1.5 − 1) x (10x5)2


=
18 x 3.14
12262,5
= 56,52

= 216.95 gr/cm
Berat Air
8. Dilusi =
Berat Padatan
499.51
=
50

= 9.99 gr
4.2.3 Tabel III (6 gr Flokulant)
1. Tinggi Air = y - x
a. 30 – 8.3 = 21.7 cm
b. 30 – 8.2 = 21.8 cm
c. 30 – 8.2 = 21.8 cm
d. 30 – 8.1 = 21.9 cm
e. 30 – 8 = 22 cm

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Berat Pasir
2. Volume Padatan =
Total Pulp
50
= = 0,52 gr/cm
95,2

3. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan


= 500 – 0,52 = 499,48 gr/cm
4. Massa Berat Air = volume air x p air
= 499,48 x 1
= 499,48 gr/cm
Berat Kering
5. % Padatan = 𝑥 100%
Berat Kering + Berat Air
50
= x 100%
50+ 499,48

= 9,09 %
𝑦−𝑥
6. Volume Pengendapan =
𝑡
30−8.3
a. VP 1 =
2
= 10.85 cm/menit
30−8.2
b. VP 2 =
4
= 5.45 cm/menit
30−8.2
c. VP 3 =
6
= 3.63 cm/menit
30−8.1
d. VP 4 =
8
=2,7 cm/menit
30−8
e. VP 5 =
10
= 2.2 cm/menit
7. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
g ( ps − pf) x d^2
Vt (Stoke) =
18 x μ
9,81 ( 1.5 − 1) x (10x5)2
=
18 x 3.14
12262,5
= 56,52

= 216.95 gr/cm

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Berat Air
8. Dilusi =
Berat Padatan
499,48
=
50

= 9,98 gr
4.2.4 Tabel IV (9 gr Flokulant)
1. Tinggi Air = y - x
a. 30 – 11.3 = 18.7 cm
b. 30 – 11.2 = 18.8 cm
c. 30 – 11.2 = 18.8 cm
d. 30 – 11 = 19 cm
e. 30 – 11 = 19 cm
Berat Pasir
2. Volume Padatan =
Total Pulp
50
= = 0,53 gr/cm
94.3
3. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 0,53
= 499,47 gr/cm
4. Massa Berat Air = volume air x p air
= 499,47 x 1
= 499,47 gr/cm
Berat Kering
5. % Padatan = 𝑥 100%
Berat Kering + Berat Air
50
= x 100%
50+ 499,47
= 9,09 %
𝑦−𝑥
6. Volume Pengendapan =
𝑡
30−11.3
a. VP 1 =
2
= 9.35 cm/menit
30−11.2
b. VP 2 =
4
= 4.7 cm/menit
30−11.2
c. VP 3 =
6
= 3.1 cm/menit

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

30−11
d. VP 4 =
8
=2.3 cm/menit
30−11
e. VP 5 =
10
= 1.9 cm/menit
7. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
g ( ps − pf) x d^2
Vt (Stoke) =
18 x μ

9,81 ( 1.5 − 1) x (10x5)2


=
18 x 3.14
12262,5
= 56,52

= 216.95 gr/cm
Berat Air
8. Dilusi =
Berat Padatan
499,47
=
50

= 9,98 gr

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Uji Pengenndapan adalah uji untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel
untuk mengendap. Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah gaya
gravitasi atau gaya berat partikel, gaya Archimedes dan gaya gesek. Pada saat partikel
mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan percepatan akibbat gravitasi.
Namun, seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka gaya gesek atau gaya hambat
partikel tersebut makin besar. Akhirnya partikel akan mengalami suatu keadaan
konstan karena adanya gaya gesek.
Dalam percobaan ini dilakukan Penambahan Flokulan yang bertujuan untuk
mengikat gumpalan-gumpalan yang terbentuk akibat penambahan Koagulan (inti flok)
sehingga gumpalan yang terbentuk lebih besar lagi dan dapat disaring. Dan juga
menghitung thickener (pengental) sesuai dengan yang diperlukan. Thickener atau
sering disebut pengental diterapkan untuk zat-zat yang meningkatkan viskositas
larutan atau campuran cair atau padat tanpa secara substansial serta digunakan untuk
memisahkan cairan dan padatan dengan pengendapan.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Agar kiranya peralatan-peralatan yang digunakan saat praktikum segera
diperbaiki agar praktikan dapat melihat secara langsung proses kerja alat.
5.2.1 Saran untuk asisten
Agar tetap mempertahankan keramahannya pada saat praktikum maupun saat
asistensi.

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

DAFTAR PUSTAKA

Graha, Dodi. S, 1987, Batuan dan Mineral, Nova:Bandung.


Rafinika, Yoga. 2016. Laporan Modul V, MG2213 UJI PENGENDAPAN
(SETTLINGTEST). Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Universitas Gadja Mada.
Richmawati, Asni., 2007, Studi Konsentrasi Bijih Besi Lateritik Kadar Rendah dengan
Metode Tabling, Tugas Akhir, Teknik Metalurgi ITB, Bandung.
Tongole, R. P. et al. (2019) Pengolahan Bahan Galian Di PT. Buma Kumawa Daerah
Harapan Sentani Kabupaten Sentani. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Pertambangan. Universitas Cendrawasih: Jayapura.
Wills, B. A. et al. (2006) Will’s Mineral Processing Technology “An Introduction to
The Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery”. Elsevier
Science & Technology Books.

MASLINA MUH. IKHLASUL AMAL


0932018205 09320190152

Anda mungkin juga menyukai