Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH


TANAH

ASISTEN LABORATORIUM

IRA RIZKY AMELIA, S.T.

PRADISA ANWAR
09320190015
C3

LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi mineral dan bahan
tambang yang tinggi karena terletak di wilayah fenomena geologi “ring of fire”, yang
menjadi indikator bagi terdapatnya endapan-endapan mineral, khususnya endapan-
endapan hidrotermal. Potensi mineral Indonesia yang dinilai amat menjanjikan,
dilihat dari panjangnya bentangan sistem busur magmatik Negara Indonesia, yang
dua kali lebih panjang dibandingkan dengan bentangan yang dimiliki oleh benua
Amerika Selatan. Pertambangan adalah kegiatan yang dimulai dari mencari,
menemukan, menambang, mengolah hingga memasarkan bahan galian (mineral,
batubara dan migas) yang bernilai ekonomis. Industri pertambangan dikenal luas
sebagai industri yang memiliki resiko yang tinggi sebagai usaha yang berkenaan
dengan sumberdaya alam yang tidak terbaharukan dan sebagai usaha yang
keekonomiannya lebih banyak ditentukan oleh pasar yang sifatnya sangat musiman.
Tambang bawah tanah merupakan kegiatan yang kompleks terutama terkait
dengan kekuatan batuan yang dibongkar untuk pembuatan terowongan. Tambang
bawah tanah adalah alternatif untuk tambang permukaan, namun kedua metode
tersebut memiliki sisi positif dan negatifnya dan digunakan dengan cara yang
berbeda. Salah satu kelemahan utama penambangan permukaan adalah metodenya
menghancurkan area tanah yang luas, menghancurkan lanskap dan habitat alami
untuk memulihkan bijih. Sementara penambangan bawah tanah membutuhkan
berbagai sumber daya, peralatan dan keuangan.
Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih dari
lebar penampang galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang dari 15%.
Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang
terbuka pada lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan
sebagai sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0,1
mil (160,9 meter) dan yang lebih pendek dari itu dinamakan underpass. (Paulus P.
Rahardjo, 2004).

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Praktikan mencari informasi dan mengidentifikasi mengenai rancangan
terowongan yang digunakan pada tambang bawah tanah.
1.2.2 Tujuan
1. Praktikan mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang bawah tanah;
2. Praktikan mengetahui pemodelan numerik dan analisis kestabilan untuk
rancangan terowongan tambang bawah tanah.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat dan Bahan


1. Laptop;
2. Mouse;
3. Stop kontak;
4. Problem Set;
5. Alat tulis menulis.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Terowongan

Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih dari
lebar penampang galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang dari 15%.
Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang
terbuka pada lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan
sebagai sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0,1
mil (160,9 meter) dan yang lebih pendek dari itu dinamakan underpass (Paulus P.
Rahardjo, 2004).
Pada umumnya bangunan terowongan dibuat untuk keperluan transportasi
yang terhalang oleh kondisi alam yang ada, misalnya pada kondisi lahan perkotaan
atau kondisi bawah tanah yang terdiri dari berbagai jenis lapisan, hal tersebut
merupakan titik lemah dalam mendesain suatu terowongan. Transportasi yang
dimaksud dapat digunakan untuk keperluan khusus, misalnya untuk angkutan hasil
tambang yang dieksploitasi melalui terowongan, terowongan untuk saluran air,
drainase maupun untuk keperluan pembangkit listrik, termasuk terowongan
sementara untuk pengeringan (diversion tunnel) dan tunnel spillway untuk keperluan
irigasi dan keperluan transportasi manusia, baik untuk jalan kereta api maupun jalan
raya (Paulus P. Rahardjo, 2004).

2.2 Terowongan Berdasarkan Kegunaan

Ditinjau berdasarkan kegunaan terowongan, dapat dibagi menjadi 2 bagian,


yaitu:
1. Terowongan Lalu-Lintas (Traffic Tunnel)
a. Terowongan kereta api
Terowongan yang merupakan terowongan paling penting di antara
terowongan lalu-lintas.
b. Terowongan jalan raya
Terowongan yang dibangun untuk kendaraan bermotor karena pesatnya
pertambahan lalu–lintas jalan raya bersamaan dengan berkembangnya

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

industri kendaraan bermotor.


c. Terowongan pejalan kaki
Terowongan ini termasuk dalam grup terowongan jalan (road tunnel)
tetapi penampangnya lebih kecil, jari-jari belokannya pendek dan
kemiringannya besar (lebih besar dari 10%). Terowongan ini biasanya
digunakan di bawah jalan raya yang ramai atau di bawah sungai dan
kanal sebagai tempat menyebrang bagi pejalan kaki.
d. Terowongan navigasi
Terowongan ini dibuat untuk kepentingan lalu-lintas air di kanal-kanal
dan sungai-sungai yang menghubungkan satu kanal atau sungai ke kanal
lainnya.
e. Terowongan transportasi di tambang bawah tanah
Terowongan ini dibuat sebagai jalan masuk ke dalam tambang bawah
tanah yang digunakan untuk lalu-lintas para pekerja tambang,
mengangkut peralatan tambang, mengangkut batuan dan bijih hasil
penambangan. Terowongan ini dibuat menggunakan teknik serupa
dengan terowongan lainnya, namun harganya lebih murah untuk
dibangun. Terowongan tambang tidak seaman terowongan yang
dirancang untuk pekerjaan tetap.
2. Terowongan Angkutan
a. Terowongan stasiun pembangkit listrik air
Air dialihkan atau dialirkan dari sungai atau reservoir untuk digunakan
sebagai pembangkit listrik di sebuah stasiun pembangkit listrik yang
letaknya lebih rendah.
b. Terowongan penyediaan air
Terowongan ini hampir sama dengan terowongan stasiun pembangkit
listrik air, perbedaannya hanya pada fungsi kedua terowongan tersebut.
Fungsi terowongan ini adalah menyalurkan air dari mata air ketempat
penyimpanan air di dalam kota atau membelokkan air ke tempat
penyimpanan tersebut.
c. Terowongan saluran air kotor
Terowongan ini dibuat untuk membuang air kotor dari dalam kota atau

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

dari kawasan industri ke tempat pembuangan yang sudah disediakan.


d. Terowongan yang digunakan untuk kepentingan umum
Terowongan ini biasanya ada di perkotaan untuk menyalurkan kabel
listrik dan telepon, pipa gas, air dan juga pipa-pipa lainnya yang penting,
dibuat di bawah saluran air, jalan raya, jalan kereta api, blok bangunan
untuk memudahkan inspeksi secara kontinu, pemeliharaan dan perbaikan
sewaktu-waktu jikalau ada kerusakan.
2.3 Metode Penggalian Terowongan

Berdasarkan jenis lapisan tanah dan batuan yang berbeda-beda sehingga


metode konstruksi pembuatan terowongan menyesuaikan dengan kondisi tanah yang
ada di lapangan. Metode konstruksi yang lazim digunakan dalam pembuatan
terowongan dibagi dalam beberapa macam, yaitu:
1. Ledakan dan Bor (Drill and Blast)
Kegiatan pengeboran dan peledakan (Drilling and Blasting) adalah kegiatan
yang menggunakan bahan peledak dan metode lain yang terkontrol seperti teknik
peledakan tekanan gas yang sebelumnya melakukan pengeboran area yang ingin
diledakkan tujuannya untuk memecahkan batu. Peledakan secara ore waste blasting
adalah peledakan dimana peledakan bijih (ore) dan batuan penutup (waste) dilakukan
dalam proses peledakan yang sama. Dahulu penggalian bawah tanah dilakukan
dengan cara sederhana dan dengan alat seadanya seperti tulang, tanduk, kayu dan
batu, serta dengan bantuan kekuatan fisik. Pada pertengahan 1800-an, Alfred Nobel
menciptakan dinamit dan mulai membuat kemajuan signifikan dalam cara penggalian
untuk aplikasi pertambangan, sipil dan militer. Penggalian dengan metode bor dan
ledakan hingga saat ini masih banyak digunakan pada proyek-proyek pertambangan.
Metode yang dilakukan adalah membuat pola lubang-lubang bor, lalu mengisi
lubang-lubang itu dengan bahan peledak dan kemudian meledakan bahan peledak
tersebut sehingga membuat lubang pada batu dengan pola yang sudah ditentukan.
Kegiatan operasi penambangan dengan menggunakan metode tambang bawah tanah
sangat bergantung pada keberhasilan proses penggalian batuan itu sendiri. Kegiatan
rock excavation dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan. Kegiatan ini
merupakan kegiatan penggalian yang umum dilakukan pada setiap operasi
penambangan dengan metode tambang bawah tanah.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 2.1 Pola Lubang Untuk Peledakan


2. Tunnel Boring Machine (TBM)
Metode drill and blast terus dikembangkan dengan berbagai cara, namun
progress galian dari metode tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Kecepatan penggalian hanya beberapa meter per hari, sehingga kebutuhan akan alat
pengeboran yang termekanisasi dibutuhkan untuk mencapai kecepatan penggalian
yang lebih baik. Seiring perkembagan dan penelitian yang terus dikembangkan maka
TBM diperkenalkan pada tahun 1960-an, saat itu TBM digunakan untuk pengeboran
minyak.
Beberapa kemajuan diperlihatkan tetapi masih tergolong sangat lamban
karena TBM pada saat itu bergerak seakan menggiling dinding batuan pada titik
yang akan digali bukan seperti menggali batuan yang sesungguhnya. Kemajuan pesat
terjadi ketika diperkenalkan piringan pemotong (disc cutter) yang membuat batuan
runtuh dengan cara memberikan gaya ke arah bidang gesernya dan membentuk
potongan-potongan batuan, sehingga kemajuan progress penggalian terowongan
dapat mencapai 30 meter per hari. TBM dilengkapi dengan alat untuk menginstalasi
elemen penyangga awal hingga final lining yang di bawa di bagian belakang dari
Tunnel Boring Machine.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 2.2 Bagian Dari Tunnel Boring Machine


3. New Australian Tunneling Method
New austrian tunneling method pertama kali diakui oleh internasional yaitu
pada tahun 1964. Berdasarkan kronologisnya metode NATM ini mengembangkan
dari beberapa perintis yang berkontribusi penting dalam dunia terowongan. Seperti,
pada abad ke-18 Sir Marc Brunel menemukan sebuah shield untuk menstabilkan
tanah pada saat penggalian. Kontribusi penting lainnya yaitu dari seorang insinyur
Jerman bernama Rziha yang memperkenalkan steel support untuk mengganti kayu
sebagai sistem pendukung untuk menstabilkan tekanan batuan pada terowongan.
NATM secara definisi adalah metode memproduksi ruang bawah tanah
dengan menggunakan semua cara yang tersedia untuk memperkuat kapasitas batuan
atau tanah itu sendiri sehingga dapat memberikan stabilitas pada terowongan. Prinsip
dari metode konstruksi NATM adalah penggalian terowongan dengan menggunakan
bantuan shotcrete dan rockbolt sebagai penyangga sebelum struktur lining terpasang.
Desain penggalian terowongan dan sistem pendukung untuk pembangunan
terowongan dapat menimbulkan masalah yang beragam, sehingga perlu
mempertimbangkan banyak faktor untuk memilih tipe skema penggalian yang paling
tepat, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Ukuran terowongan dan geometri yang direncanakan.
2. Jenis elemen pendukung yang akan digunakan.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

3. Kondisi tanah di lapangan.


4. Mesin yang tersedia untuk melakukan pekerjaan.
5. Deformasi yang diizinkan.

Gambar 2.3 Detail Sistem Pendukung pada Terowongan dengan Metode NATM
Prinsip utama yang perlu diperhatikan dari metode konstruksi NATM ini adalah:
1. Kekuatan massa batuan di sekitarnya
Kekuatan yang melekat dari tanah atau batu di sekitar terowongan harus
dipertahankan dan sengaja dimobilisasi semaksimal mungkin. Mobilisasi
dapat tercapai sehingga deformasi tanah dapat dikontrol. Deformasi
berlebihan yang akan mengakibatkan hilangnya kekuatan atau penurunan
permukaan yang tinggi.
2. Sistem pendukung
Sistem pendukung awal dan primer yang terdiri dari rockbolt dan shotcrete
tipis semi fleksibel digunakan untuk meminimalkan deformasi yang terjadi
pada saat penggalian.
3. Penutup invert
Pembuatan penutup invert dan membuat cincin bantalan beban harus
disesuaikan dengan waktu yang tepat serta tergantung pada kondisi tanah.
4. Tes laboratorium dan pemantauan lapangan NATM harus dilakukan
pemasangan instrumen pengukuran yang canggih yang bertujuan untuk

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

mengetahui setiap deformasi yang terjadi akibat penggalian serta dilakukan


analisis lebih lanjut.
5. Koordinasi di lapangan Semua pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan,
desain dan pengawasan konstruksi NATM harus memahami prosedur
NATM dan bereaksi secara kooperatif dalam menyelesaikan setiap masalah
yang dapat terjadi (R, Saifuddin, 2021).

2.4 Konsep Dasar Kestabilan Terowongan

Memanfaatkan kekuatan yang dipunyai sendiri oleh massa batuan adalah


konsep dasar metode terowongan pegunungan. Beban yang akan bekerja di bagian
atas terowongan (atap) ditahan oleh batuan itu sendiri dengan kapasitas optimumnya
dan penyangga dipasang sebagai penambah (penunjang) sampai tercapainya
kapasitas yang diinginkan. Berdasarkan pemikiran ini adalah perlu untuk memahami
dengan benar sifat dan kekuatan batuan di sekeliling lubang bukaan terowongan.
Kekuatan massa batuan biasanya dihubungan dengan klasifikasi massa
batuan. Klasifikasi massa batuan ini sendiri diperoleh berdasarkan pendekatan
empirik dan dikembangkan menggunakan riwayat pekerjaan terowongan atau
bangunan bawah lainnya. Salah satu sistem pengklasifikasian batuan yang umumnya
digunakan yaitu Rock Mass Rating (RMR) dikembangkan oleh Bieniawski (1972-
1973). Sistem ini memerlukan 6 (enam) parameter untuk memperoleh jenis batuan.
Parameter-parameter tersebut adalah:
a. nilai kuat tekan bebas material intact batuan,
b. RQD (Rock Quality Index),
c. Spasi diskontinuitas,
d. Kondisi diskontinuitas,
e. Kondisi air tanah,
f. Orientasi diskontinuitas.

Berdasarkan klasifikasi massa batuan yang diperoleh, maka Biewniaski


merekomendasikan sistem penyangga bukaan (Bieniawski, 1989) (PUPR, 2004).

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

2.5 Jenis-jenis Perkuatan Terowongan

1. Steel Rib
Steel rib merupakan salah satu jenis penyangga konstruksi terowongan yang
terbuat dari baja. Penyanggaan dengan steel rib memiliki lebih banyak kelebihan
antara lain:
a. Dengan ukuran dan profil penampang yang lebih kecil, baja memiliki
kekuatan dan kekakuan yang lebih besar.
b. Steel rib dapat digunakan sebagai tulangan tambahan untuk lining beton.
c. Dapat dipakai sebagai perkuatan permanen. Bila hal ini yang diinginkan,
maka lining beton tidak perlu terlalu tebal dan hanya menjadi pelindung
dari korosi.

Gambar 2.4 Tipe Steel Rib


2. Rock Bolt
Rock bolt adalah bahan batang yang terbuat dari baja, berpenampang bulat
yang digunakan untuk menyangga massa batuan. Kekuatan rockbolt, biasanya diukur
dengan melaksanakan uji tarik (pull test) di lapangan. Berdasarkan Handbook of
Road Power, kekuatan perkuatan ini ditentukan oleh beberapa parameter diantaranya
diameter, panjang dan jarak antar rock bolt. Sistem peyanggaan dengan rock bolt
(baut batuan) adalah sistem penyanggaan yang memelihara kesatuan antara massa
batuan di sekeliling lubang bukaan dengan batuan induknya. Penggunaan rock bolt

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

sebagai perkuatan/penyangga sendiri harus memperhatikan kondisi batuan. Rock bolt


tidak dapat digunakan pada batuan atau tanah yang terlalu lunak dan sebaiknya pada
batuan yang keras tidak dibutuhkan rock bolt.

Gambar 2.5 Detail Rock Bolt


3. Shortcrete
Shotcrete merupakan beton yang disemprotkan untuk menambah kekuatan
suatu permukaan. Beton yang digunakan sebagai shotcrete, memiliki karakteristik
yang hampir sama dengan beton biasa, hanya saja, modulus elastisitas beton yang
digunakan sebagai shotcrete lebih rendah daripada beton biasa. Kekuatan shotcrete
bertambah seiring dengan pertambahan umur shotcrete. Ketebalan shotcrete pada
konstruksi terowongan, tergantung dari luas bukaan terowongan. Secara rinci
pengaruh shotcrete pada pelaksanaan penggalian adalah (Pedoman Pekerjaan
Terowongan Pegunungan, Komisi Terowongan Himpunan Insinyur Sipil Jepang):
a. Menjadi penyangga lekatan dengan batuan serta memberi tahanan geser.
b. Memberi tekanan yang membatasi atau mengurangi penurunan kekuatan
tanah.
c. Meneruskan beban pada rusuk baja atau rock bolt.
d. Melindungi permukaan terowongan dari terjadinya pemusatan tegangan.
e. Menjadi pelindung dari pelapukan, rembesan, erosi dan lainnya (R,
Saifudin, 2021).

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 2.6 Shotcrete

2.6 Geologi dan Mekanika Batuan

1. Sifat-sifat batuan
Batuan yang paling baik adalah batuan di samping homogen juga isotropic.
Walaupun batuan ada dalam tertekan secara alamiah akibat pembebanan yang lama,
sifat-sifatnya dapat dibagi menjadi 2 group atau kelas yaitu Makro geologi dan
Mikro geologi. Di dalam makro geologi sifat-sifat batuan harus dicatat data-data
tektonik yang terjadi yang berhubungan dengan patahan, retakan atau pecahan dan
lipatan, pertambahan dan penyebaran dari retakan dan belahan dengan perhatian
khusus pada struktur yang dipikirkan atau direncanakan. Selimut batuan khususnya
mempunyai banyak pengaruh penting terhadap elastisitas. Serupa dengan ini ialah
pengaruh dari potongan campuran atau perembesan dari masa batuan. Proses
kerusakan atau perubahan akibat cuaca adalah penting dan mungkin karakter dari
hidrotermal, kimia dan mekanikal. Kegiatan gempa daerah mungkin berarti, begitu
juga cuaca yang lalu, sekarang atau yang akan datang.
Akhirnya perubahan temperatur dan perubahan geohidrologi setempat juga
penting. Diantara sifat sifat mikro geologi yaitu kepadatan, perembesan, kekuatan
terhadap tekan, geser dan tarik serta modul elastis, sebagai contoh modulus muda
(Young's modulus), mengukur tekanan di lapangan, rasio poisson atau poisson's

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

ratio, mengukur ratio antara tegangan melintang dan tegangan memanjang. Modulus
elastisitas tergantung dari kepadatan dari batuan. Perubahan bentuk meningkat
dengan lamanya penekanan batuan, sehingga waktu adalah faktor yang penting
dalam mekanika batuan. Setelah melebihi batas limit elastisitas batuan berkelakuan
seperti material plastik sampai terjadi rusak atau kegagalan.
2. Klasifikasi Batuan
Klasifikasi batuan seperti bahan struktur dengan membuka bagian bawah
permukaan tanah bukanlah hal yang mudah sebab batuan yang mempunyai sifat
anisotropy khusus physical constans tidak hanya berbeda jurusan tetapi juga labil
terhadap perubahan dan ditambah lagi oleh terjadinya belah atau retak dan tanah liat
(clay) pecah-pecah dan sebagainya.
3. Sudut Geser Dalam
Kuat geser tanah memiliki variabel kohesi dan sudut geser dalam. Sudut
geser dalam bersamaan dengan kohesi menentukan ketahanan tanah akibat tegangan
yang bekerja berupa tekanan lateral tanah. Selain itu, sudut geser dalam berperan
penting terhadap kekuatan tanah yang kaitannya dengan gesekan antar partikel tanah.
Nilai dari sudut geser dalam didapatkan dari pengujian tanah dengan Direct Shear
Test.
4. Kohesi Tanah
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah atau lekatan yang
terjadi antar partikel tanah. Sama halnya dengan sudut geser dalam, parameter kohesi
adalah parameter yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat
tegangan yang bekerja, yaitu tegangan berupa gerakan lateral tanah. Deformasi ini
terjadi akibat kombinasi keadaan kritis pada tegangan normal dan tegangan geser
yang tidak sesuai dengan faktor aman dari yang direncanakan. Nilai dari kohesi tanah
dapat diperoleh berdasarkan pengujian laboratorium, yaitu pengujian Triaxial.
(Departemen Pekerjaan Umum, 2005).

2.7 Software Phase2

Phase2 adalah bagian dari Rocscience yang menggunakan analisis 2D


elastoplastik dengan analisis tegangan elemen hingga untuk penggalian bawah tanah
atau permukaan batuan maupun tanah. Hal ini dapat digunakan untuk berbagai

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

proyek rekayasa dan termasuk support design, stabilitas lereng elemen hingga,
rembesan air tanah dan analisis probabilistik. Program Phase2 ini dapat menyajikan
hasil output berupa tabel dan grafik berdasarkan hasil analisis input. Software ini
adalah software yang digunakan untuk mencari kestabilan lereng. Disiplin ilmu yang
mempelajari tentang stabilitas lereng ini disebut Geoteknika (Junaida, 2013).
Manfaat mempelajari aplikasi pahse2 ini yaitu kita dapat mengetahui analisis
2D dengan analisis tegangan, dapat mempermudah dalam proyek rekayasa dan
design dimana phase2 mampu membantu dalampenyajian hasil output berupa tabel
dan grafik berdasarkan hasil dari analisis tersebut. Phase2 digunakan untuk
menganalisis bending moment yang terjadi pada lining, gaya aksial yang terjadi pada
rockbolt, tegangan dan deformasi yang terjadi disekitar terowongan serta penurunan
tanah di atas terowongan dalam bentuk dua dimensi.

Gambar 2.7 Tampilan Software Phase2

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Adapun prosedur percobaan pada mata acara Rancangan Terowongan


Tambang Bawah Tanah yang menggunakan Software Phase2, yaitu:
1. Tampilan lembar kerja awal pada software Phase2.

Gambar 3.1 Tampilan Awal Software Phase2

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

2. Setelah tampil tampilan awal dari software, kemudian klik analysis,


kemudian pilih project settings.

Gambar 3.2 Pilih Project Settings


3. Setelah membuka menu project setting, kita membuka general lalu memilih
unit meters.

Gambar 3.3 Menu Project Setting

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

4. Setelah mengubah general pada project setting, kemudian ubah pada bagian
strength reduction.

Gambar 3.4 Strength Reduction


5. Kemudian pilih Bounderis dan pilih Add External.

Gambar 3.5 Add External

6. Setelah Add External, kita buat garis untuk contoh lereng.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.6 Proses Membuat Lereng


7. Contoh lereng yang telah dibuat.

Gambar 3.7 Contoh Lereng

8. Membuat vein dengan memilih add excavation.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.8 Garis Vein


9. Setelah itu kita membuat vein dengan memilih Add Excavation.

Gambar 3.9 Membuat Vein

10. Setelah memilih add excavation, kita membuat 2 garis untuk vein.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.10 Garis Vein


11. Kemudian kita membuat mulut terowongan dan pada bagian mulut
terowongan kita klik kanan dan memilih Arc.

Gambar 3.11 Membuat Mulut terowongan.

12. Setelah itu akan muncul hasil pembuatan mulut terowongan.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.12 Hasil Mulut Terowongan


13. Kemudian pilih properties dan define materials.

Gambar 3.13 Define Materials

14. Kemudian kita input nilai material 1 sesuai dengan data yang ada di problem
set.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.14 Memasukkan data Material 1


15. Kemudian kita input nilai material 2 sesuai dengan data yang ada di problem
set.

Gambar 3.15 Memasukkan data Material 2

16. Kemudian kita input nilai material 3 sesuai dengan data yang ada di problem
set.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.16 Memasukkan data Material 3


17. Setelah itu ubah warna material 1 dengan cara klik kanan lalu pilih assign
material dan pilih material 1.

Gambar 3.17 Assign Material 1

18. Kemudian ubah warna material 2 dengan cara klik kanan lalu pilih assign
material dan pilih material 2.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.18 Assign Material 2


19. Setelah itu ubah warna material 3 dengan cara klik kanan lalu pilih assign
material dan pilih material 3.

Gambar 3.19 Assign Material 3

20. Hasil dari perubahan material 1, 2 dan 3.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.20 Mengubah warna material


21. Mengubah warna mulut terowongan dengan cara klik kanan pada
terowongan, kemudian pilih assign material dan excavate.

Gambar 3.21 Mengubah warna mulut terowongan

22. Kemudian pilih menu support, lalu pilih add bolt pattern.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.22 Menu Add Bolt Pattern


23. Setelah itu akan muncul menu bolt pattern, ubah nilai bolt length menjadi 4
dan in-plane spacing menjadi 0,3.

Gambar 3.23 Tampilan Menu Add Bolt Pattern

24. Kemudian membuat bolt atau baut penyangga pada terowongan.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.24 Membuat Bolt


25. Kemudian memilih menu dimension angle untuk mengetahui besarnya sudut
dari suatu terowongan.

Gambar 3.25 Dimension Angle

26. Hasil dari besarnya sudut yang dihasilkan pada terowongan yaitu 31⁰.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.26 Hasil Sudut


27. Kemudian pilih menu mesh setup.

Gambar 3.27 Menu Mesh Setup

28. Tampilan menu mesh setup, kemudian klik pada discretize.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.28 Tekan Discretize


29. Kemudian tekan pada pilihan mesh dan ok.

Gambar 3.29 Tekan Mesh

30. Hasil dari model terowongan.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Gambar 3.30 Model Terowongan


31. Setelah itu kita Compute kemudian di Interpret.

Gambar 3.31 Tampilan Interpret

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

32. Setelah itu kita ubah select data to view menjadi sigma 3.

Gambar 3.32 Tampilan setelah mengubah menjadi sigma 3


33. Memasukkan kontur dengan cara pilih contour options.

Gambar 3.33 Contour Options

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

34. Hasil Interpret Terowongan

Gambar 3.34 Hasil setelah di Interpret


35. Memunculkan data-data pada hasil interpret dengan cara pilih material
properties table.

Gambar 3.35 Hasil data Interpret

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

36. Melihat hasil informasi analisis software phase2 pada project4 dengan cara
pilih info viewer.

Gambar 3.36 Hasil Informasi Analisis Project4

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Menggunakan Software Phase2


Hasil dari phase2 yang menggunakan data Hanging wall, Vein dan Foot wall
dengan menggunakan data stambuk pada problem set.

Gambar 4.1 Hasil Interpret

Gambar 4.2 Hasil Dalam bentuk Info viewer.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

4.2. Pembahasan
Pertama masuk pada software Phase2, kemudian klik analysis, kemudian
pilih project settings, Setelah project setting akan muncul kotak kemudian ubah pada
bagian general dan strength reduction. Kemudian pilih Bounderis dan pilih Add
External. Setelah Add External, kita buat contoh lereng. Setelah itu kita membuat
vein atau Add Excavation Kemudian kita buat mulut terowongan dan pada bagian
mulut terowongan kita klik kanan dan memilih Arc. Kemudian kita input nilai
material 1, material 2 dan material 3. Sesuai dengan data yang ada di problem set.
Kemudian ubah warna material 1, material 2 dan material 3 tambahkan mesh dan
bolt pattern pada model terowongan. Setelah itu kita Compute kemudian di Interpret.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jika mendesain dan merencanakan sebuah terowongan, berbagai kondisi yang


perlu dipelajari antara lain penampilan topografi daerah sekitar dimana terowongan
akan diletakkan, geologi, perilaku cuaca, lingkungan, kondisi lokasi dimana
terowongan akan dibangun, serta jumlah dan volume lalu lintas yang diharapkan
melintas terowongan pada saat ini dan masa akan datang. Lebih jauh adalah perlu
untuk mempertimbangkan keamanan dan ekonomi selama pelaksanaan
pembangunan terowongan, keamanan dan kenyamanan pengguna (termasuk
kendaraan) yang akan melalui di dalam terowongan dan juga keekonomisan biaya
pemeliharaan selama terowongan berada dalam masa layannya. Terowongan
adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih dari lebar penampang
galiannya dan mempunyai gradien memanjang kurang dari 15%. Terowongan
umunya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada
lingkungan luar.
Memanfaatkan kekuatan yang dipunyai sendiri oleh massa batuan adalah
konsep dasar metode terowongan pegunungan. Beban yang akan bekerja di bagian
atas terowongan (atap) ditahan oleh batuan itu sendiri dengan kapasitas optimumnya
dan penyangga dipasang sebagai penambah (penunjang) sampai tercapainya
kapasitas yang diinginkan. Berdasarkan pemikiran ini adalah perlu untuk memahami
dengan benar sifat dan kekuatan batuan di sekeliling lubang bukaan terowongan.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium


Sebaiknya Laboratorium kedepannya menyediakan alat peraga seperti virtual
reality dan menyediakan peralatan kebersihan serta rak sepatu agar laboratorium
terlihat lebih rapi.
5.2.2 Saran untuk Asisten

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH

Agar kiranya dapat memberikan ilmu-ilmu yang lebih banyak lagi sehingga
dapat lebih bermanfaat kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bieniawski,ZT. (1989). Engineering Rock Mass Classification. USA: John Wiley &
Sons,Inc.
Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA:
Kriteria Desain Terowongan. Jakarta.
Junaida, Wally. 2013. Program Komputer Phase2.
PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat). 2004. Pengembangan Teknologi
Terowongan Dan Infrastruktur Jalan Bawah Tanah (Kerjasama Dengan
Belanda, tahun ke 1/3). Bandung.
Rahardjo. P. Paulus (2004). Teknik Terowongan. Bandung : Geotechnical
Engineering Center.
R, Saifudin, 2021, Terowongan Umum, Institut Teknologi Naisonal. Yogyakarta.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. PRADISA ANWAR


09320190015

Anda mungkin juga menyukai