Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

RANCANGAN PENYANGGA DARI KLASIFIKASI


MASSA BATUAN

KOORDINATOR LABORATORIUM

UMAR TRIADI RIVAI, S.T., M.T.

CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
C3

PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi cadangan mineral


sangat tinggi. Pada mineral nikel misalnya, Indonesia menempati posisi ketiga teratas
tingkat global. Selain itu, Indonesia mencatatkan kontribusi sebesar 39% untuk
produk emas, berada di posisi kedua setelah China. Hal ini menjadikan Indonesia
selalu masuk dalam peringkat 10 besar dunia. Dengan potensinya yang sangat besar,
sektor pertambangan turut berkontribusi dalam menyumbang pendapatan negara
bukan pajak (PNBP). Dalam penerapannya, perusahaan pertambangan mengacu pada
prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk sebesar-
besarnya kemakmuran serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs)
(Faizal, 2022).
Tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode penambangan
yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di bawah permukaan
bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar. Tambang
bawah tanah menggunakan batuan lapisannya sendiri sebagai material struktur yang
utama, dikarekan memerlukan batuan penyusunnya sendiri untuk menjadi material
utama maka dibutuhkan suatu sistem pengukuran untuk mengetahui kualitas dari
batuan itu sendiri. sistem Rock Mass Rating (RMR) dan Q-System sebagai klasifikasi
dasar untuk mengetahui jenis batuan yang berada dalam lubang bukaan tambang.
Salah satu yang paling banyak digunakan adalah pendekatan desain dengan
menggunakan metode empiric (Fujiawati, 2015).
Laboratorium Tambang Bawah Tanah mata acara Rancangan Penyangga dari
Massa Batuan. Dilakukan dengan maksud untuk mengetahui rancangan terowongan
dan analisis kestabilan tambang bawah tanah, tujuannya yaitu agar Praktikan
mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang bawah tanah, Praktikan
mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan RMR dan Q-system di
pemodelan numerik (software), Praktikan mengetahui pemodelan numerik dan
analisis kestabilan untuk rancangan terowongan tambang bawah tanah. Di karenakan
kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan (Tim Asisten,
2023).
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

1.2.1 Maksud
Praktikum Ventilasi Tambang Bawah Tanah ini didilaksanakan dengan
maksud agar Praktikan dapat Praktikan mencari informasi dan mengidentifikasi
mengenai klasifikasi massa batuan dan penyangga awal pada terowongan tambang
bawah dengan menggunakan klasifikasi RMR dan Q-System.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum :
1. Praktikan mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang bawah tanah,.
2. Praktikan mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan RMR dan Q-
system di pemodelan numerik (software).
3. Praktikan mengetahui pemodelan numerik dan analisis kestabilan untuk
rancangan terowongan tambang bawah tanah.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Alat Tulis menulis;
2. Rompi;
3. Laptop.
1.3.2 Bahan
1. Tugas Pendahuluan;
2. Kertas HVS A4.

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tambang Bawah Tanah (Underground Mine)

Tambang bawah tanah (Underground Mine) mengacu pada metode


pengambilan bahan mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan
menuju lokasi mineral tersebut. Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode
ini seperti emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal (Ghassani, 2022).
Letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk
perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk tersebut dapat
dibedakan menjadi beberapa, yakni:
1. Ramp jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari
permukaan tanah menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya
digunakan untuk jalan kendaraan atau alat-alat berat menuju dan dari bawah
tanah.
2. Shaft berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan menuju
cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift yang dapat
difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.
3. Adit yaitu terowongan mendatar (horizontal) yang umumnya dibuat di sisi
bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.
Ada dua tahap utama yang terdapat pada metode tambang bawah
tanah,diantaranya:
1. Development (pengembangan) Pada tahap development semua yang digali
adalah batuan tak berharga. Tahap development termasuk pembuatan jalan
masuk dan penggalian fasilitas-fasilitas bawah tanah lain.
2. Production (produksi) Tahap produksi adalah pekerjaan menggali sumber
bijih itu sendiri. Tempat bijih digali disebut stope (lombong).
Pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan panjang terowongan
yang mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus untuk mengalirkan
udara ke semua sudut terowongan.
Pekerjaan ini menjadi tugas tim ventilasi tambang. Selain mensuplai jumlah
oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti memastikan agar semua udara kotor hasil

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

pembuangan alat-alat diesel dan gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan bisa
segera dibuang keluar. Untuk memaksa agar udara mengalir ke terowongan,
digunakanlah fan (kipas) dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.
Kestabilan terowongan perlu diperhatikan yaitu penyangga-penyangga
terowongan. Berbagai metode-metode penyanggaan (ground support) telah
dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja
dan juga keselamatan semua pekerja (Ghassani, 2022).

2.2 Massa Batuan

Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang dipisahkan oleh
berbagai tipe ketidakmenerusan geologi. Klasifikasi massa batuan dikembangkan
untuk mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan secara cepat dan tidak
ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran dan
engineering judgement. Berdasarkan kompleksitas suatu massa batuan, beberapa
penelitian berusaha untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan
parameter massa batuan. Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk
mengelompokkan jenis massa batuan berdasarkan perilakunya, sebagai dasar untuk
memahami karakter masing-masing kelas, memberikan data kuantitatif untuk
rancangan rekayasa batuan, dan sebagai dasar komunikasi di antara para perancang
dan ahli rekayasa batuan (Siswanto dan Anggraini, 2018).
Menurut Hoek dan Bray (1981) massa batuan adalah batuan insitu yang
dijadikan diskontinuitas oleh sistem struktur, seperti kekar, sesar dan bidang
pelapisan. Bidang diskontinuitas memiliki beberapa jenis yang dapat digolongkan
berdasarkan ukuran dan proses keterbentukannya, sebagai berikut: patahan, kekar,
fracture dan crack. Berkaitan dengan rekayasa batuan, klasifikasi massa batuan
merupakan kegiatan mengumpulkan data dan mengklasifikasikan singkapan tubuh
batuan berdasarkan parameter-parameter yang telah diyakini dapat menjadi
representasi kualitas massa batuan tersebut. Metode klasifikasi massa batuan terus
berkembang dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini, metode klasifikasi massa
batuan yang digunakan adalah metode RMR (rock mass rating) Hoek dan Bray
(1981). Sistem klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat ini, namun yang
paling banyak digunakan adalah sistem klasifikasi massa batuan dengan

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR). Klasifikasi yang digunakan juga
adalah Rock Quality Designation (RQD) dan Q-System. Parameter tersebut dapat
digunakan untuk menentukan bobot/massa batuan yang akan diuji. (Bieniawski,
1989). Hal ini memotivasi peneliti untuk berinovasi dan berusaha mengembangkan
klasifikasi massa batuan, yaitu memodifikasi RMR dengan memasukkan parameter
baru yang meliputi: ketebalan lapisan batugamping berongga, persentase rongga dan
ukuran butir yang didasarkan hasil analisis dan pengamatan di lapangan serta uji
laboratorium mekanika batuan. Hasil dari RMR modifikasi untuk batugamping
berongga selanjutkan digunakan sebagai dasar untuk mendesain tambang kuari
khusus untuk batugamping berongga sehingga aman dari bahaya longsor pada lereng
penambangan sehingga diperoleh hasil yang optimal. Hoek dan Bray (1981).
Klasifikasi massa batuan merupakan suatu pendekatan rancangan empiris yang
digunakan secara luas di dalam rekayasa batuan. Pendekatan klasifikasi massa batuan
dapat digunakan sebagai dasar praktis untuk memperkirakan kualitas massa batuan
baik di permukaan atau di bawah tanah. Dalam perkembangan rekayasa batuan,
Rock Mass Rating System merupakan klasifikasi massa batuan yang sering
digunakan dalam berbagai penyelidikan geoteknik. Daerah penelitian terletak di
dalam kawasan kars di dua lokasi, yaitu kuari batugamping di blok Sawir Tuban dan
blok SAF Rembang, dimana terdapat fenomena khusus, yaitu terdapat batugamping
berongga berlapis (limestone cavity layer) pada dinding lereng penambangan.
(Bieniawski, 1989).

2.3 Pengertian Klasifikasi Massa Batuan

Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang dipisahkan oleh
berbagai tipe ketidak menerusan geologi. Deskriptif kuantitatif memiliki prospek
dimasa mendatang keseluruh karakter material batuan dan ketidak menerusan
geologi akan dinyatakan dalam bentuk bobot (nilai) sehingga dapat mudah dihitung.
Tujuan dari pengklasifikasian massa batuan antara lain:
1. Dapat mengelompokkan batuan dan mengetahui jenis, karakter atau data-data
lain mengenai batuan tersebut.
2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat
massa batuan.

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

3. Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai


kesamaan sifat dan kualitas.
4. Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa
batuan.
5. Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu
tempat dengan kondisi massa batuan di tempat lain.
6. Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik. Menyediakan
dasar acuan untuk komunikasi antara geologist dan engineer (Madya, 2012)

2.4 Jenis-Jenis Klasifikasi Massa Batuan

Parameter-parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan:


1. Klasifikasi Massa Batuan Terzaghi
Metode ini diperkenalkan oleh Karl Von Terzaghi pada tahun 1946.
Merupakan metode pertama yang cukup rasional yang mengevaluasi beban
batuan untuk desain terowongan dengan sebuah penyangga baja. Metode ini
telah dipakai secara berhasil di Amerika selama kurun waktu 50tahun. Akan
tetapi pada saat ini metode ini sudah tidak cocok lagi, dimana banyak sekali
terowongan saat ini yang dibagin dengan menggunakan penyangga beton dan
rockbolts. Terzaghi mengatakan untuk penyangga batuan pada terowongan.
Klasifikasi dimanfaatkan untuk:
a. Terowongan
b. Penyanggaan pada terowongan
c. Lereng batuan
d. Pembuatan pondasi
2. Klasifikasi Stand-up time
Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari metode ini adalah
bahwa dengan bertambahnya span terowongan akan menyebabkan
berkurangnya tanpa penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap stand-up time adalah: arah sumbu terowongan, bentuk
potonganmelintang, metode penggalian, dan metode penyanggaan. Semakin
besar terowongan, semakin singkat waktu yang harus digunakan untuk

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

pemasangan penyangga. Sebagai contoh, pilot tunnel kecil mungkin saja yang
lebih besar pada massa batuan yang samamungkin tidak mantap jika
penyangga tidak seketika dipasang.
3. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere.Metode ini didasarkan pada
penghitungan inti terambil yang lunak atautidak keras tidak perlu dihitung
walaupun mempunyai panjang lebih dari10 cm. Diameter inti optimal yaitu
47.5mm. Nilai RQD ini dapat puladipakai untuk memperkirakan penyanggaan
terowongan. Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai
RQD Kualitas massa batuan< 25%
a. Sangat jelek 25-50%
b. Jelek 50-75%
c. Sedang 75- 90%
d. Baik 90-100%Sangat baik.
Metode ini tidak memperhitungkan faktor orientasi Bidang disi kontinu,
material pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan
keadaan massa batuan yang sebenarnya.
4. Rock Structure Rating (RSR)
RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pada
tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan metode kuantitatif untuk
menggambarkan kualitas suatu massa batuan dan menentukan jenis
penyanggaan di terowongan. Motode ini merupakan metode pertama untuk
menentukan klasifikasi massa batuan yang komplit setelah diperkenalkannya
klasifikasi massa batuan oleh Terzaghi 1946. RSR merupakan metode yang
cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga baja tetapi
tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga
rockbolt dan beton.
5. Rock Mass Rating (RMR)
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuanyang
disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock Mass Rating
penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah klasifikasi
massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989). Parameter yang digunakan

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

dalam klasifikasi massa batuan menggunakan Sistim RMR yaitu:


a. Kuat tekan uniaxial batuan
b. Designatian (RQD)
c. Spasi bidang dikontinyu
d. Kondisi bidang diskontinyu
e. Kondisi air tanah.
f. Orientasi/arah bidang diskontinyu.
Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan
perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan
perubahan jenis batuan. RMR ini dapat digunakan untuk teowongan, lereng,
dan pondasi. kerapatan kekar, dan perubahan jenis batuan.RMR ini dapat
digunakanuntuk terowongan, lereng, dan pondasi.
a. Kuat Tekan Batuan Utuh
Untuk menentukan nilai kuat tekan batuan utuh dapat dilakukan dengan
pengujian laboratorium dan pengujian langsung dilapangan.
a) Uji laboratorium
Uniaxial Compressive Test (UCS) Sample batuan yang diuji berasal dari
core yang dipilih berdasarkan kenampakan yang masih utuh tanpa
gangguan diskontinuitas dan dipilih litologi yang mewakili daerah
penelitian. Sample ini diuji dalam bentuk silinder dengan perbandingan
tinggi dan diameter (l/D) tertentu dimana perbandingan ini akan sangat
berpengaruh pada nilai UCS yang dihasilkan. Semakin besar
perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan akan semakin kecil.
Sample kemudian ditekan dari satu arah (uniaxial) menggunakan mesin.
b) Point Load Index (PLI)
Pengujian ini menggunakan mesin uji Point Load dengan sampel berupa
silinder atau bentuk lain yang tidak beraturan. Sampel yang disarankan
untuk pengujian ini adalah batuan berbentuk silinder nilai point
loadindez (Is) yang akan menjadi patokan untuk menentukan nilai kuat
tekan batuan.
c) Uji langsung di lapangan

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Hoek and Brown, 1980 memberikan index classification ofrock material


untuk mengestimasi kisaran nilai kuat tekan batuan di lapangan dengan
menggunakan kuku, pisau dan palu geologi.
b. Rock Quality Designation
Pada tahun 1967 D.U. Deere memperkenalkan Rock Quality Designation
(RQD) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan kualitas dari massa
batuan secara kuantitatif. Sama seperti parameter UCS, terdapat 2 metode
untuk mendapatkan nilai RQD:
a) Perhitungan RQD Melalui hasil Core
RQD didefinisikan sebagai persentase dari perolehan inti bor (core) yang
secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah
bagian yang lunak dari massa batuan yang diamati dari inti bor (core).
Dengan kata lain, RQD adalah ukuran sederhana dari persentasi
perolehan batuan yang baik dari sebuah interval ke dalaman lubang bor.
Dalam menghitung nilai RQD, metode langsung.
Akibat aktivitas pengeboran harus digabungkan kembali dan
dihitungsebagai satu bagian utuh. Ketika ada keraguan apakah retakan
diakibatkan oleh pengeboran atau karena alami, pecahan itu
bisa dimasukkan kedalam bagian yang terjadi secara alami. Semua
retakan yang bukan terjadi secara alami tidak diperhitungkan pada
Panjang core untuk RQD (Deere, 1967). Panjang total pengeboran core
run yang direkomendasikan adalah lebih kecil dari 1,5 m.
b) Perhitungan RQD melalui data lapangan
Selain metode langsung dalam menghitung nilai RQD terdapat juga
metode tidak langsung yang digunakan apabila core log tidak tersedia.
c. Discontinuitas Spacing
Menurut ISRM, jarak antar (spasi) diskontinuitas adalah jarak tegak lurus
antara bidang diskontinu yang berdekatan dalam satu set diskontinuitas.
Untuk menentukan jarak kekar yang sebenarnya diperlukan koreksi antara
orientasi kekar terhadap orientasi scanline. Pengukuran Jarak atau spasi
kekar bidang diskontinuitas dapat dilakaukan dengan metode scanline.
Scanline pada permukaan lereng/ bukaan tambang minimal 50 m dengan

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

menyesuaikan kondisi medan yang terdapat di lapangan dan ketersediaan


alat. Pada pengukuran dilapangan kebanyakan jarak kekar yang terukur
pada scanline merupakan jarak semu.
d. Rock Tunneling Quality Index
Q-system diperkenalkan oleh Barton pada tahun 1974. Nilai Q didefinisikan
sebagai:

Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar Ja adalah nilai alterasi kekar Jw adalah faktor air
tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan RQD/Jn Menunjukkan struktur
massa batuan.
Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bidang
kekar material pengisi.
Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja

2.5 Sistem Penyanggaan Klasifikasi Rock Mass Rating

RMR dapat digunakan sebagai panduan memilih sistem penguatan atau


penyangga terowongan. Panduan ini tergantung pada beberapa faktor seperti
kedalaman terowongan dari permukaan, ukuran dan bentuk terowongan, serta
metode penggalian yang dipakai (Bieniawski, 1989). Namun, kedalaman terowongan
tidak akan begitu mempengaruhi, karena pada dasarnya semakin dalam terowongan
maka tingkat kestabilannya akan semakin tinggi. Hal tersebut berlaku jika tidak
dipengaruhi oleh keberadaan struktur geologi. (Bieniawski, 1989.

2.6 Menentukan Roof Span dan Stand Up Time

Dalam penentuan kestabilan terowongan dapat ditentukan menggunakan Stand


Up Time dari nilai RMR menggunakan grafik span terhadap Stand Up Time
(Bieniawski, 1989). Keakuratan dari Stand Up Time ini menjadi diragukan karena

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

nilai Stand Up Time sangat dipengaruhi oleh metoda penggalian, ketahanan terhadap
pelapukan, kondisi tegangan insitu yang merupakan parameter-parameter penting
yang tidak tercakup dalam metoda RMR. Oleh karena itu, sebaiknya grafik ini hanya
digunakan untuk tujuan perbandingan semata (Bieniawski, 1989). Lebar terowongan
tanpa penyanggaan (roof span) didefinisikan sebagai lebar bukaan atau jarak antara
muka dan posisi terdekat dengan penyangga, jika jarak tersebut lebih panjang dari
lebar terowongan. Selain roof span, terdapat waktu runtuh batuan (stand-up time)
yang merupakan rentang waktu lamanya massa batuan di atap tidak runtuh
(terowongan tetap stabil), baik tanpa pemasangan penyangga, setelah penyanggaan,
maupun waktu pemasangan. Penentuan stand-up time suatu massa batuan dapat
dilakukan dengan memplot nilai RMR dan span pada grafik interpolasi stand-up time
geomekanik. Bila garis ditarik vertikal dari titik perpotongan garis nilai RMR dan
span, maka akan diperoleh stand-up time massa batuan. Berikut grafik penentuan
nilai roof span dan Stand Up Time (Bieniawski, 1989).

Gambar 2.1 Stand-Up Time

2.7 Rekomendasi Sistem Penyanggaan

Rekomendasi sistem penyanggaan/penguatan massa batuan (ground support


recomendation/GSR) dapat menentukan seberapa panjang terowongan yang aman

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

tanpa disangga dengan waktu swasangganya. Selain itu, Bieniewski juga menentukan
jenis, diameter, dan panjang dari baut batuan (rockbolt), jejaring besi (steel set),
beton tembak (shotcrete), dan beton cor (concrete) (Bieniawski, 1989).

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur percobaan pada mata acara Rancangan Penyanggah dari Klasifikasi


Batuan yaitu asisten memberikan problem set kepada praktikan kemudian pada
problem set RMR praktikan menentukan kelas batuan berdasarkan tabel Rock Mass
Rating (RMR), menentukan jenis rekomendasi penyanggah dan metode penyanggah
dengan menentukan pada golongan kelas dari massa batuan dan juga menentukan
Stand-up time terowongan.

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 RMR

Tambang bawah tanah PT Tambang Asik dengan bentuk tapal kuda dan
ukuran 17 m x 20 m telah mengalami failure pada saat penggalian di kedalaman
4083 m dari permukaan bumi (arah penggalian N 259° E) sehingga evaluasi akan
dilakukan pada sistem penyanggaan yang digunakan sebelumnya. Pada lubang
bukaan tersebut ditemukan air tanah yang berpengaruh pada batuan dengan kondisi
batuan lembab. Karakteristik massa batuan pada terowongan, yakni: nilai kuat tekan
batuan 15 MPa, RQD 15 %, jarak antar bidang diskontinu 0,05 m, persistensi 25 m,
bukaan kekar 4,5 mm dengan permukaan agak kasar Renggangan < 1 mm sangat
lapuk ( soft wall ) serta kemiringan terowongan yaitu maju searah dengan kemiringan
yaitu 50 derajat dan arah umum bidang diskontinu 74°/N 115° E. Tentukan kelas
batuan, rekomendasi penyanggah, metode penggalian dan stand-up time terowongan
tersebut menggunakan klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating!
Jawab
Dik, Dimensi : 17 m x 20 m
Kedalaman : 4083 m
Arah : N 259° E
Kuat Tekan : 15 MPa
RQD : 15 %
Jarak b. Diskontinu : 0,05 m
Presistensi : 25 m
Bukaan kekar : 4,5 mm
Arah b. Diskontinu : 74°/N 115° E

Dit, a. Tentukan kelas batuan =….?


b. Rekomendasi Penyangga =….?
c. Metode Penggalian =….?
d. Stand-up time terowongan =….?

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Penyelesaian :
a. Kelas Batuan Berdasarkan Rock Mass Rating
RMR = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6
A1 = Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material)
A2 = Rock Quality Designation (RQD)
A3 = Jarak antara diskontinuitas (Spacing of discontinuities)
A4 = Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities)
A5 = Kondisi air tanah (Ground water condition)
A6 = pembobotan orientasi kekar (Tunnel)
PARAMETER KONDISI BOBOT
Kuat Tekan 15 MPa 15
RQD 15 % 3
Jarak Discontinu 0,05 m 5
Kondisi Discontinu Agak Kasar 20
Air Tanah Lembab 10
Pembobotan Orientasi Kekar (Tunnel) -5
TOTAL 48
RMR = 15 + 3 + 5 + 20 + 10 + (-5)
= 48
Berdasarkan tabel klasifikasi batuan, kelas batuan ini tergolong Sedang. Karena,
mendapatkan poin RMR 48 yaitu berada di rating antara 41-60.
b. Rekomendasi Penyanggah
Untuk batuan kali ini termasuk golongan Kelas III yaitu batuan sedang
- Penggalian :
Top Heading dan Bench. Dengan kemajuan 1,5 - 3 m di atap dan di dinding.
Pada atap dibuat dengan wire mesh
- Penyangga :
a) Rock Bolt (20 mm Dia, : Bolt sistematis Panjang 4 m dengan spasi 1,5 –
Fully Grouted) 2 m di atap dan di dinding. Pada atap dibuat
dengan wire mesh
b) Shotcrete : 50 – 10 mm di atap dan 30 mm di dinding
(sides)

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

c) Steel Sets : Tidak ada


c. Metode Penggalian
Metode Top heading dan bench, dengan kemajuan 1,5-3 m, karena mendapatkan
rock mass class Fair Rock. Berdasarkan tabel tipe perkuatan dan metode
penggalian untuk terowongan batuan dengan lebar 10 m. Bisa dilihat pada tabel
kelas batuan diatas.
d. Diagram Stand Up Time

Dimensi 10

RMR 48

5.2 Q-System

PT Scout Resource akan menggali terowongan (stope/lombong) untuk


keperluan penambangan emas dengan metode cut and fill, berbentuk horse shoe dan
ukuran 600 x 900 cm pada kedalaman 150 m dan 750 m. Karakteristik massa batuan
pada terowongan tersebut, yakni RQD 15 %, tiga pasang kekar teracak, bidang
diskontinu smooth undulating, kontak dinding terowongan terdapat sedikit jejak
alterasi dan zona competent rock (clay free). Letak terowongan berada pada daerah
yang kering sehingga keterdapatan air tanah hanya dapat dijumpai secara lokal
dengan aliran yang sangat kecil. Hasil uji laboratorium menunjukkan nilai UCS 85
Mpa dan bobot isi 0,067 MN/m3. Tentukan kelas batuan tersebut, rekomendasi
penyangga, spasi dan panjang rock bolt (L), panjang maksimum span yang tidak
disanggah dan tekanan pada roof!

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Jawab
Dik, Dimensi : 600 x 900 cm
Kedalaman : 150 m dan 750 m
Nilai Kuat Tekan : N 259° E
Bobot Isi : 15 MPa
RQD : 15 %
Jn : Tiga pasang kekar teracak 12
Jr : Smooth undulating 2
Ja : Terdapat sedikit jejak alterasi 1
Jw : Daerah yang kering atau 1
hanya dengan aliran yang kecil
SRF : Competent rock (clay free) 2,5
ESR : Penambangan emas dengan
metode cut and fill

Dit, a. Tentukan Kelas Batuan =….?


b. Rekomendasi Penyangga =….?
c. Spasi dan Panjang Rock Bolt =….?
d. Panjang Max Span Yang Tidak Disanggah =….?
e. Tekanan pada Roof =….?
Penyelesaian :
a. Tentukan kelas batuan
RQD Jr Jw
Q= x x
Jn Ja SRF
15 2 1
Q= x x
12 1 2 ,5
Q=1 , 25 x 2 x 0 , 4
Q=1
Berdasarkan persamaan di atas diperoleh nilai Q adalah 1. Namun, untuk mengetahui
kelas batuan kita perlu mencari nilai Dimensi Ekivalen.
b. Rekomendasi Penyangga

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Panjang galian , diameter atautinggi (m)


Dimensi Ekivalen=
Rasio dukungan penggalian(ESR)
6
¿
3
¿2m
Diameter terowongan adalah sebesar 6 m, sehingga nilai dimensi ekivalen galian
yang diperoleh adalah sebesar 2 m. Setelah nilai Q (1) dan dimensi ekivalen (2 m)
diketahui maka dari grafik berikut ini kita dapat menentukan rekomendasi penyangga
berdasarkan Q-system.

De = 2

Q=1

Berdasarkan grafik batuan masuk dalam kelompok “Fair” dan rekomendasi


penyangga masuk dalam kategori 2 yaitu “Spot Bolting”, jarak spasi bolt pada daerah
shotcrete adalah 1,7 m dan spasi bolt pada daerah tanpa shotcrete adalah 1.3 m.
Batuan masuk dalam kelas batuan “ Fair”.
c. Spasi dan Panjang Rockbolt
2+0 , 15 B
L=
ESR
2+0 , 15 x 5
L=
3
L = 0,91 m
d. Panjang Max Span Yang Tidak Disanggah
Span Max (Tidak Disanggah) = 2 x ESR x Q0,4

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

= 2 x 3 x 10,4
=6m
e. Tekanan pada Roof
200 1/3
Proof = xQ
Jr
200 1/3
= x1
2
= 100 kN/m2
Dari persamaan di atas diperoleh panjang rockbolt adalah sebesar 0,91 m, span
maksimum tanpa penyangga adalah sebesar 6 m dan tekanan penyangga atap
permanen adalah sebesar 100 kN/m2 .

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang


timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi
analitik, observasi lapangan, pengukuran, dan engineering judgement. Ada
beberapa sistem klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat ini, namun
yang paling banyak digunakan adalah sistem klasifikasi massa batuan dengan
menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR).
2. Klasifikasi yang digunakan juga adalah Rock Quality Designation (RQD) dan
Q-System. Parameter tersebut dapat digunakan untuk menentukan bobot/massa
batuan yang akan diuji. Rock Mass Rating (RMR) adalah salah satu metode
klasifikasi massa batuan yang dipakai untuk mengetahui nilai ketahanan suatu
massa batuan dan disajikan dalam bentuk kualifikasi kualitas suatu massa
batuan. Rock Mass Rating (RMR) diciptakan pertama kali oleh Bieniawski
(1973). Sistem klasifikasi ini telah dimodifikasi. Modifikasi selalu
menggunakan data yang baru agar dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan dan disesuaikan dengan standar internasional.
3. Q-System merupakan suatu sistem yang memperhitungkan enam parameter:
RQD, jumlah kekar, kekasaran kekar, perubahan kekar, kondisi air pada kekar
dan faktor tekanan. Parameter dasar geoteknik menurut Barton (1988) adalah
ukuran blok, kuat geser minimum antar blok dan tekanan aktif.
5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium


Saran saya untuk Laboratorium agar kiranya alat-alat yang ada lebih dirawat
lagi agar dapat berfungsi dengan baik.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Saran saya untuk asisten agar kiranya pada saat asistensi bisa sambil
menjelaskan terkait materi pada mata acara tersebut serta dapat lebih membimbing
lagi praktikan dalam mengerjakan problem sett nya.

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

DAFTAR PUSTAKA

Bieniawski, Z. T. (1989). Engineering rock mass classifications: a complete manual


for engineers and geologists in mining, civil, and petroleum engineering.
John Wiley & Sons.
Faizal, F. K., Fajrin, M., & Sibali, I. (2022). Pesona Nikel Indonesia Kurang
Memikat Tesla. Jurnal Litigasi Amsir, 84-89.
Fujiawati, M. (2015). Rencana Produksi Bijih Emas Blok Ckn_1035_Xc08 Dan
CKN_1040_Xc08 Di PT Cibaliung Sumberdaya Desa Mangkualam–
Padasuka, Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Ghassani, K. N., & Titah, H. S. (2022). Kajian fitoremediasi untuk rehabilitasi lahan
pertanian akibat tercemar limbah industri pertambangan emas. Jurnal Teknik
ITS (SINTA: 4, IF: 1.1815), 11(1), F8-F14.
Madya, A. (2012). Klasifikasi Massa Batuan.
Siswanto, S., & Anggraini, D. (2018). Perbandingan Klasifikasi Massa Batuan
Kuantitatif (Q, RMR dan RMi). Jurnal Geosains Dan Teknologi, 1(2), 67.
https://doi.org/10.14710/jgt.1.2.2018.67-73.
Tim Asisten Perencanaan Tambang. 2023. Penuntun praktikum pengolahan bahan
galian. Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Muslim Indonesia. Makassar.

BAMBANG ILYASARI CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015

Anda mungkin juga menyukai