KOORDINATOR LABORATORIUM
MAKASSAR
2023
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
Laboratorium Teknik Pertambangan Lt. 4 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
BAB I
PENDAHULUAN
hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan (Tim Asisten,
2023).
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud
Praktikum Ventilasi Tambang Bawah Tanah ini didilaksanakan dengan
maksud agar Praktikan dapat Praktikan mencari informasi dan mengidentifikasi
mengenai klasifikasi massa batuan dan penyangga awal pada terowongan tambang
bawah dengan menggunakan klasifikasi RMR dan Q-System.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum :
1. Praktikan mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang bawah tanah,.
2. Praktikan mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan RMR dan Q-
system di pemodelan numerik (software).
3. Praktikan mengetahui pemodelan numerik dan analisis kestabilan untuk
rancangan terowongan tambang bawah tanah.
1.3.1 Alat
1. Alat Tulis menulis;
2. Rompi;
3. Laptop.
1.3.2 Bahan
1. Tugas Pendahuluan;
2. Kertas HVS A4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pembuangan alat-alat diesel dan gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan bisa
segera dibuang keluar. Untuk memaksa agar udara mengalir ke terowongan,
digunakanlah fan (kipas) dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.
Kestabilan terowongan perlu diperhatikan yaitu penyangga-penyangga
terowongan. Berbagai metode-metode penyanggaan (ground support) telah
dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja
dan juga keselamatan semua pekerja (Ghassani, 2022).
Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang dipisahkan oleh
berbagai tipe ketidakmenerusan geologi. Klasifikasi massa batuan dikembangkan
untuk mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan secara cepat dan tidak
ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran dan
engineering judgement. Berdasarkan kompleksitas suatu massa batuan, beberapa
penelitian berusaha untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan
parameter massa batuan. Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk
mengelompokkan jenis massa batuan berdasarkan perilakunya, sebagai dasar untuk
memahami karakter masing-masing kelas, memberikan data kuantitatif untuk
rancangan rekayasa batuan, dan sebagai dasar komunikasi di antara para perancang
dan ahli rekayasa batuan (Siswanto dan Anggraini, 2018).
Menurut Hoek dan Bray (1981) massa batuan adalah batuan insitu yang
dijadikan diskontinuitas oleh sistem struktur, seperti kekar, sesar dan bidang
pelapisan. Bidang diskontinuitas memiliki beberapa jenis yang dapat digolongkan
berdasarkan ukuran dan proses keterbentukannya, sebagai berikut: patahan, kekar,
fracture dan crack. Berkaitan dengan rekayasa batuan, klasifikasi massa batuan
merupakan kegiatan mengumpulkan data dan mengklasifikasikan singkapan tubuh
batuan berdasarkan parameter-parameter yang telah diyakini dapat menjadi
representasi kualitas massa batuan tersebut. Metode klasifikasi massa batuan terus
berkembang dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini, metode klasifikasi massa
batuan yang digunakan adalah metode RMR (rock mass rating) Hoek dan Bray
(1981). Sistem klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat ini, namun yang
paling banyak digunakan adalah sistem klasifikasi massa batuan dengan
menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR). Klasifikasi yang digunakan juga
adalah Rock Quality Designation (RQD) dan Q-System. Parameter tersebut dapat
digunakan untuk menentukan bobot/massa batuan yang akan diuji. (Bieniawski,
1989). Hal ini memotivasi peneliti untuk berinovasi dan berusaha mengembangkan
klasifikasi massa batuan, yaitu memodifikasi RMR dengan memasukkan parameter
baru yang meliputi: ketebalan lapisan batugamping berongga, persentase rongga dan
ukuran butir yang didasarkan hasil analisis dan pengamatan di lapangan serta uji
laboratorium mekanika batuan. Hasil dari RMR modifikasi untuk batugamping
berongga selanjutkan digunakan sebagai dasar untuk mendesain tambang kuari
khusus untuk batugamping berongga sehingga aman dari bahaya longsor pada lereng
penambangan sehingga diperoleh hasil yang optimal. Hoek dan Bray (1981).
Klasifikasi massa batuan merupakan suatu pendekatan rancangan empiris yang
digunakan secara luas di dalam rekayasa batuan. Pendekatan klasifikasi massa batuan
dapat digunakan sebagai dasar praktis untuk memperkirakan kualitas massa batuan
baik di permukaan atau di bawah tanah. Dalam perkembangan rekayasa batuan,
Rock Mass Rating System merupakan klasifikasi massa batuan yang sering
digunakan dalam berbagai penyelidikan geoteknik. Daerah penelitian terletak di
dalam kawasan kars di dua lokasi, yaitu kuari batugamping di blok Sawir Tuban dan
blok SAF Rembang, dimana terdapat fenomena khusus, yaitu terdapat batugamping
berongga berlapis (limestone cavity layer) pada dinding lereng penambangan.
(Bieniawski, 1989).
Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang dipisahkan oleh
berbagai tipe ketidak menerusan geologi. Deskriptif kuantitatif memiliki prospek
dimasa mendatang keseluruh karakter material batuan dan ketidak menerusan
geologi akan dinyatakan dalam bentuk bobot (nilai) sehingga dapat mudah dihitung.
Tujuan dari pengklasifikasian massa batuan antara lain:
1. Dapat mengelompokkan batuan dan mengetahui jenis, karakter atau data-data
lain mengenai batuan tersebut.
2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat
massa batuan.
pemasangan penyangga. Sebagai contoh, pilot tunnel kecil mungkin saja yang
lebih besar pada massa batuan yang samamungkin tidak mantap jika
penyangga tidak seketika dipasang.
3. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere.Metode ini didasarkan pada
penghitungan inti terambil yang lunak atautidak keras tidak perlu dihitung
walaupun mempunyai panjang lebih dari10 cm. Diameter inti optimal yaitu
47.5mm. Nilai RQD ini dapat puladipakai untuk memperkirakan penyanggaan
terowongan. Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai
RQD Kualitas massa batuan< 25%
a. Sangat jelek 25-50%
b. Jelek 50-75%
c. Sedang 75- 90%
d. Baik 90-100%Sangat baik.
Metode ini tidak memperhitungkan faktor orientasi Bidang disi kontinu,
material pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan
keadaan massa batuan yang sebenarnya.
4. Rock Structure Rating (RSR)
RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pada
tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan metode kuantitatif untuk
menggambarkan kualitas suatu massa batuan dan menentukan jenis
penyanggaan di terowongan. Motode ini merupakan metode pertama untuk
menentukan klasifikasi massa batuan yang komplit setelah diperkenalkannya
klasifikasi massa batuan oleh Terzaghi 1946. RSR merupakan metode yang
cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga baja tetapi
tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga
rockbolt dan beton.
5. Rock Mass Rating (RMR)
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuanyang
disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock Mass Rating
penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah klasifikasi
massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989). Parameter yang digunakan
Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar Ja adalah nilai alterasi kekar Jw adalah faktor air
tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan RQD/Jn Menunjukkan struktur
massa batuan.
Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bidang
kekar material pengisi.
Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja
nilai Stand Up Time sangat dipengaruhi oleh metoda penggalian, ketahanan terhadap
pelapukan, kondisi tegangan insitu yang merupakan parameter-parameter penting
yang tidak tercakup dalam metoda RMR. Oleh karena itu, sebaiknya grafik ini hanya
digunakan untuk tujuan perbandingan semata (Bieniawski, 1989). Lebar terowongan
tanpa penyanggaan (roof span) didefinisikan sebagai lebar bukaan atau jarak antara
muka dan posisi terdekat dengan penyangga, jika jarak tersebut lebih panjang dari
lebar terowongan. Selain roof span, terdapat waktu runtuh batuan (stand-up time)
yang merupakan rentang waktu lamanya massa batuan di atap tidak runtuh
(terowongan tetap stabil), baik tanpa pemasangan penyangga, setelah penyanggaan,
maupun waktu pemasangan. Penentuan stand-up time suatu massa batuan dapat
dilakukan dengan memplot nilai RMR dan span pada grafik interpolasi stand-up time
geomekanik. Bila garis ditarik vertikal dari titik perpotongan garis nilai RMR dan
span, maka akan diperoleh stand-up time massa batuan. Berikut grafik penentuan
nilai roof span dan Stand Up Time (Bieniawski, 1989).
tanpa disangga dengan waktu swasangganya. Selain itu, Bieniewski juga menentukan
jenis, diameter, dan panjang dari baut batuan (rockbolt), jejaring besi (steel set),
beton tembak (shotcrete), dan beton cor (concrete) (Bieniawski, 1989).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 RMR
Tambang bawah tanah PT Tambang Asik dengan bentuk tapal kuda dan
ukuran 17 m x 20 m telah mengalami failure pada saat penggalian di kedalaman
4083 m dari permukaan bumi (arah penggalian N 259° E) sehingga evaluasi akan
dilakukan pada sistem penyanggaan yang digunakan sebelumnya. Pada lubang
bukaan tersebut ditemukan air tanah yang berpengaruh pada batuan dengan kondisi
batuan lembab. Karakteristik massa batuan pada terowongan, yakni: nilai kuat tekan
batuan 15 MPa, RQD 15 %, jarak antar bidang diskontinu 0,05 m, persistensi 25 m,
bukaan kekar 4,5 mm dengan permukaan agak kasar Renggangan < 1 mm sangat
lapuk ( soft wall ) serta kemiringan terowongan yaitu maju searah dengan kemiringan
yaitu 50 derajat dan arah umum bidang diskontinu 74°/N 115° E. Tentukan kelas
batuan, rekomendasi penyanggah, metode penggalian dan stand-up time terowongan
tersebut menggunakan klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating!
Jawab
Dik, Dimensi : 17 m x 20 m
Kedalaman : 4083 m
Arah : N 259° E
Kuat Tekan : 15 MPa
RQD : 15 %
Jarak b. Diskontinu : 0,05 m
Presistensi : 25 m
Bukaan kekar : 4,5 mm
Arah b. Diskontinu : 74°/N 115° E
Penyelesaian :
a. Kelas Batuan Berdasarkan Rock Mass Rating
RMR = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6
A1 = Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material)
A2 = Rock Quality Designation (RQD)
A3 = Jarak antara diskontinuitas (Spacing of discontinuities)
A4 = Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities)
A5 = Kondisi air tanah (Ground water condition)
A6 = pembobotan orientasi kekar (Tunnel)
PARAMETER KONDISI BOBOT
Kuat Tekan 15 MPa 15
RQD 15 % 3
Jarak Discontinu 0,05 m 5
Kondisi Discontinu Agak Kasar 20
Air Tanah Lembab 10
Pembobotan Orientasi Kekar (Tunnel) -5
TOTAL 48
RMR = 15 + 3 + 5 + 20 + 10 + (-5)
= 48
Berdasarkan tabel klasifikasi batuan, kelas batuan ini tergolong Sedang. Karena,
mendapatkan poin RMR 48 yaitu berada di rating antara 41-60.
b. Rekomendasi Penyanggah
Untuk batuan kali ini termasuk golongan Kelas III yaitu batuan sedang
- Penggalian :
Top Heading dan Bench. Dengan kemajuan 1,5 - 3 m di atap dan di dinding.
Pada atap dibuat dengan wire mesh
- Penyangga :
a) Rock Bolt (20 mm Dia, : Bolt sistematis Panjang 4 m dengan spasi 1,5 –
Fully Grouted) 2 m di atap dan di dinding. Pada atap dibuat
dengan wire mesh
b) Shotcrete : 50 – 10 mm di atap dan 30 mm di dinding
(sides)
Dimensi 10
RMR 48
5.2 Q-System
Jawab
Dik, Dimensi : 600 x 900 cm
Kedalaman : 150 m dan 750 m
Nilai Kuat Tekan : N 259° E
Bobot Isi : 15 MPa
RQD : 15 %
Jn : Tiga pasang kekar teracak 12
Jr : Smooth undulating 2
Ja : Terdapat sedikit jejak alterasi 1
Jw : Daerah yang kering atau 1
hanya dengan aliran yang kecil
SRF : Competent rock (clay free) 2,5
ESR : Penambangan emas dengan
metode cut and fill
De = 2
Q=1
= 2 x 3 x 10,4
=6m
e. Tekanan pada Roof
200 1/3
Proof = xQ
Jr
200 1/3
= x1
2
= 100 kN/m2
Dari persamaan di atas diperoleh panjang rockbolt adalah sebesar 0,91 m, span
maksimum tanpa penyangga adalah sebesar 6 m dan tekanan penyangga atap
permanen adalah sebesar 100 kN/m2 .
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA