Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MINE HAULING ROAD

MUH. CAKRAWALA
09320180173
C2

LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam operasi jalan


tambang sebagai sarana infrastruktur yang vital dalam lokasi penambangan. Jalan
tambang berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi
tambang dengan area crushing plant, pengolahan bahan galian, perkantoran,
perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah penambangan. Konstruksi
jalan tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut di kota. Perbedaan yang
khas terletak pada permukaan jalannya (road surface) yang jarang sekali dilapisi oleh
aspal atau beton seperti pada jalan angkut di kota, karena jalan tambang sering dilalui
oleh peralatan mekanis yang memakai crawler track, misalnya bulldozer, excavator,
crawler rock drill (CRD), track loader dan sebagainya. Seperti halnya jalan angkut di
kota, jalan angkut di tambang pun harus dilengkapi penyaliran (drainage) yang
ukurannya memadai. Sistem penyaliran harus mampu menampung air hujan pada
kondisi curah hujan yang tinggi dan harus mampu pula mengatasi luncuran partikel-
partikel kerikil atau tanah pelapis permukaan jalan yang terseret arus air hujan
menuju penyaliran. Apabila jalan tambang melalui sungai atau parit, maka harus
dibuat jembatan yang konstruksinya mengikuti persyaratan yang biasa diterapkan
pada konstruksi jembatan umum di jalan kota. Parit yang dilalui jalan tambang
mungkin dapat diatasi dengan pemasangan gorong-gorong (culvert), kemudian
dilapisi oleh campuran tanah dan batusampai pada ketinggian jalan yang dikehendaki.
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran
operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang
mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah
rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila
perlu dibuat terowongan (tunnel) atau jembatan, maka cara pembuatan dan
konstruksinya harus mengikuti aturan-aturan teknik sipil yang berlaku. Jalan di dalam
terowongan atau jembatan umumnya cukup satu dan alat angkut atau kendaraan yang
melewatinya masuk secara bergantian (Awang Suwandhi, 2004).

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Adapun maksud mengikuti praktikum ini yaitu mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kestabilan lereng.
1.2.2 Tujuan
a. Memahami konsep dasar kestabilan lereng;
b. Menentukan arah dan jenis longsoran dengan aplikasi Dips;
c. Membuat lereng yang baik dan benar;
d. Menggunakan aplikasi Slide dalam merancang lereng.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Laptop;
b. Mouse;
c. Dips;
d. Slide.
1.3.2 Bahan
a. Kertas HVS.

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lereng

Ketika menyebut kata “lereng” biasanya yang terlintas di pikiran kita adalah
wilayah yang ada di pegunungan dan bukit. Sedangkan arti secara umum, lereng
merupakan pemukaan tanah alam yang terlihat lebih menonjol karena adanya perbedaan
tinggi pada kedua tempat. Proses pembentukan lereng akibat adanya erosi, pelapukan dan
juga pergerakan tanah.
Lereng merupakan bagian permukaan bumi yang memiliki tingkat kemiringan
tertentu yang diukur dari bidang horizontal. Dalam operasi penambangan, kestabilan
lereng menjadi masalah yang akan dijumpai pada penggalian tambang terbuka, tempat
penimbunan, stockyard dan sarana lainnya seperti jalan, fondasi jembatan dan
bangunan serta perumahan (Suryartono,2003).
Dari jenis materialnya, lereng dibagi menjadi dua, yaitu lereng tanah dan lereng
batuan. Meskipun yang terlihat merupakan gabungan dari kedua jenis material
tersebut, tapi dalam analisis dan pencegahannya, kedua jenis material tersebut tidak
bisa disamakan karena memiliki parameter dan penyebab yang berbeda (Romana,
1993).
Kestabilan suatu lereng banyak dipengaruhi oleh geometri lereng, karakteristik
fisik dan mekanik material pembentuk, air, struktur geologi, tegangan alamiah,
konsentrasi tegangan lokal, getaran, iklim, kegiatan pekerja dan pengaruh paparan
udara. Faktor-faktor tersebut yang awalnya seimbang dalam keadaan alami kemudian
berubah menjadi tidak seimbang akibat pengaruh dari luar (Arif, 2016). Pendekatan
yang biasa digunakan dalam analisis kestabilan lereng adalah pendekatan mekanika
batuan, mekanika tanah dan kombinasi keduanya. Pendekatan tersebut memanfaatkan
sifat-sifat fisik dan mekanik pada batuan atau tanah untuk memperoleh nilai faktor
keamanan dimana tanah atau batuan tersebut dapat dikatakan stabil. Pendekatan-
pendekatan tersebut dapat digunakan dengan memanfaatkan metode-metode seperti
analitik, grafik, stereonet, keseimbangan batas, numerik, probabilistik, teori blok,
sistem pakar maupun pemodelan fisik (Arif, 2016).

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
2.2 Definisi Longsoran

Longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuah
lereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat
terjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta dengan
ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat. (Chahyono, 2012)
Longsor merupakan pergerakan massa batuan atau tanah menuruni lereng
karena pengaruh secara langsung dari gaya gravitasi. Lereng stabil jika gaya penahan
lebih besar dari gaya penggerak longsor. Tipe longsoran berdasarkan bidang
gelincirnya dapat dibedakan menjadi empat (Hoek dan Bray, 1981), yaitu longsoran
bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure), toppling failure dan circular
failure. Longsoran bidang merupakan longsoran yang terjadi jika massa batuan
bergerak menuruni lereng sepanjang bidang gelincir. Longsoran baji merupakan
longsoran yang terjadi akibat adanya dua diskontinuitas yang berpotongan dan
longsoran terjadi di sepanjang diskontinuitas tersebut sehingga menghasilkan bentuk
membaji. Toppling failure merupakan jenis longsoran yang terjadi jika pergerakan
massa batuan tanpa melalui bidang gelincir dan sebagian besar perjalanan materialnya
berada di udara. Circular failure merupakan jenis longsoran yang terjadi pada batuan
yang terlapukkan secara intensif, pada material lepas ataupun pada batuan dengan
diskontinuitas yang rapat dengan orientasi tidak teratur (West, 2010).

2.3 Klasifikasi Longsoran

Secara umum perpaduan orientasi diskontinuitas batuan akan membentuk


empat tipe longsoran utama pada batuan, yaitu :
1. Longsoran busur(circular sliding failure)
2. Longsoran planar (planar sliding failure)
3. Longsoran baji (wedge sliding failure)
4. Longsoran jungkiran (toppling failure)
Untuk mengetahui adanya potensi tipe longsoran pada suatu aktivitas pada
pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi diskontinuitas yang
dilakukan, baik sebelum maupun sesudah lereng batuan tersebut tersingkap.
Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan menjadi empat
Macam, yaitu : longsoran bidang (plane failure), longsoran baji ( wedge failure ),
longsoran guling (toppling failure) dan longsoran busur (circular failure).

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
1. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa
rekahan, sesar maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya
longsoran bidang adalah :
a. Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar (maksimum
200) dengan arah lereng.
b. Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus
muncul di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincirlebih
kecil dari kemiringan lereng.
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geserdalamnya
d. Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran
2. Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu
bidang lemah yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidanglemah
tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebihkecil
dari kemiringan lereng.

Gambar 2.2.1 Longsoran Baji


3. Longsoran Guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya.

MAIL BASO S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

Gambar 2.2.2 Longsoran Guling

4. Longsoran Busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada
batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya
terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai
bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi
kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh
struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam
massa diskontinuitas. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang
gelincir bebas mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur
akan terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat
kecil dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk
cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur
biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadang-
kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang
berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng
yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat dilakukan
apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut. Longsoran jenis ini sering terjadi
di alam, terutama pada material tanah atau batuan yang lunak.
SS

MAIL BASO S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

Gambar 2.2.3 Longsoran busur

2.4 Metode Stereonet Schmidt net dan Wulf net

Proyeksi stereografi merupakan suatu aplikasi dalam geometri yang


memproyeksikan poin bola dari lingkup utara ke titik dalam bidang bersinggungan
dengan kutub selatan. Secara intuitif, proyeksi stereografi adalahcara membayangkan
sebuah bola sebagai bidang datar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Poyeksi
stereografi dalam prakteknya sering dilakukan menggunakan komputer atau dengan
tanggan menggunkan jenis khusus dari kertas grafik yang biasa disebut Stereonet atau
Wulff Net dan juga Schmidtt Net. Proyeksi stereografis ada beberapa macam, yaitu :
a. Equal Angle Projection
Proyeksi ini memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke bidang proyeksi
pada titik zenith yang letaknya pada sumbu vertikal melalui pusat bola bagianpuncak.
Sudut yang sama digambarkan semakin rapat ke arah pusat. Hasil pengambaran pada
bidang proyeksi disebut stereogram sedangkan hasil dari equal angle projection adalah
Wulff Net.
b. Equal Area Projection
Proyeksi ini digunakan dalam analisis data statistik karena karapatan ploting
menunjukan suatu keadaan yang sebenarnya. Proyeksi ini merupakan poyeksi yang
menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan sebanding dengan
sebenarnya. Hasil dari proyeksi ini adalah stereogram yang disebut Schmidt Net.
c. Orthogonal Projection

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada
proyeksi ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksi tegak lurus pada
bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksinya akan semakin renggang ke arah
pusat. Stereogram dari proyeksi ini disebut Orthographic Net.
d. Polar Projection
Pada proyeksi ini baik unsur garis maupun bidang tergambar suatu titik.
Stereografis dari proyeksi ini adalah Polar Net. Stereografis dari proyeksi ini
didapatkan dari equal are projection, sehingga untuk mendapatkan proyeksi bidang
dari suatu titik pada Polar Net harus menggunakan Schmidt Net.
Dari beberapa proyeksi stereografis di atas proyeksi stereografis dapat membantu
kita didalam menganalisis struktur-struktur geologi dan permasalahan-permasalahan
yang berhubungan dengan geometri struktur geologi. Misalnya untuk
menginterpretasikan arah tegasan yang bekerja pada suatu area dengan menggunakan
perhitungan arah kekar yang dominan secara statistik, menginterpretasikan plunge dari
sebuah lipatan, menginterpretasikan jenis sesar dari data kekar ataupun arah garis gores
(slicken line) yang terdapat pada singkapan batuan yang ada dilapangan.

2.5 Peralatan Pemantauan Lereng Tambang

Peralatan untuk pemantauan lereng tambang, yaitu:


a. Robotic Total Station (RTS), prinsip kerja yaitu menggunakan media prisma
yang dipasang pada lereng tambang sebagai titik acuan.
b. Radar, merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk pemantauan
ketidakstabilan lereng secara real time dan menerus selama 24 jam dimana
mampu mendeteksi adanya pergerakan melalui perubahan kecepatan pergeseran
lereng.
c. Patok geser, pengukuran lereng menggunakan patok geser biasanya dilakukan
dengan pemetaan gerakan tanah dan pengukuran posisi patok geser.
d. Ektensometer dipergunakan untuk memantau pergerakan massa batuan pada
permukaan lereng yang telah teridentifikasi adanya retakan (crack).
e. Crackmeter, prinsip kerja alat yaitu dengan memasang 2 patok pada kedua sisi
yang berlawanan dari arah retakan.
f. Inclinometer, alat pantau yang berfungsi untuk menidentifikasi adanya potensi
pergerakan lateral yang terjadi diawah permukaan pada kedalaman tertentu
(Zulhaidir Fahrizal, 2016)

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
BAB III
PROSEDUR KERJA

Langkah-langkah pembuatan mine hauling road yaitu :


1. Pertama-tama buka aplikasi surpac pada laptop dan tentukan folder kerja dengan
cara klik kanan pada folder yang akan dijadikan folder, setelah munculkan toolbars.

Gambar 3.1 Munculkan Toolbars

2. Setelah itu ubah topografi menjadi kontur

Gambar 3.2 Kontur Topo


3. Hasil mengubah topografi jadi kontur

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

Gambar 3.3 Membuat Folder Layar Baru

4. Setelah itu kita membuat garis untuk jalan

Gambar 3.4 Pembuatan Garis Untuk Pembuatan Jalan

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

5. Setelah itu lanjut Membuat horizontal

Gambar 3.5 Design Horizontal Aligmeent

6. Setelah itu mengatur radiusnya untuk memperhalus sudut

.
Gambar 3.6 Memperhalus Sudut

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
7. Setelah itu kita save untuk file pembuatan garis jalan, kemudian delete
segment dengan cara klik edit terus klik segment lalu delete.

Gambar 3.7 Delete Segment Lalu Save File

8. Setelah itu menggabungkan file dtm topografi dengan file garis jalan dengan
cara klik design pilih pit design lalu klik load a dtm Surfaice.

Gambar 3.8 Menggabungkan File DTM Dengan File Garis Jalan

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

9. Selanjutnya masukan file topografi lalu klik apply

Gambar 3.9 Cara memasukan file topografi

10. Setelah itu save hasil menggabungkan file dtm topografi dengan file garis
jalan

Gambar 3.10 Hasil Menggabungkan File DTM Topografi Dengan File


Garis Jalan

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

11. Kemudian lanjut ke proses create longitudinal profile

Gambar 3.11 Tampilan Create Longitudinal Profile

12. Kemudian lanjut ke design vertical inflaction points

Gambar 3.12 Design Vertical Inflaction Points

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

13. Kemudian lanjut ke design vertical alignment

Gambar 3.13 Design Vertical Alignment.

14. Kemudian lanjut ke apply longitudinal profile

Gambar 3.14 Apply Longitudinal Profile

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
15. Kemudian lanjut ke create road outline

Gambar 3.15 Create Road Outline

16. Setelah itu klik garis biru deangan left food width 10 dan right rood widht
10 lalu apply

Gambar 3.16

Gambar 3.16 Hasil Pembuatan Garis Jalan.

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

17. Setelah itu klik pit pilih design slope gradient dan berikan gradient 45
lalu apply

Gambar 3.17 Slope Gradient

18. Setelah itu pilih expand segmend to dtm lalu klik garis yang paling luar lalu isi of
height to dtm 100 dan z direction diubah menjadi to dtm lalu apply.

Gambar 3.18 Expend Sagmend

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

19. Kemudian jadikan road design menjadi dtm dengan cara klik surfaces kemudian
pilih dtm file fuctions lalu pilih create dtm from string file kemudian masukan file
road design out lalu apply dan save.

Gambar 3.19 Hasil Road Design Menjadi DTM

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Gambar 4.1 Hasil Pembuatan Jalan Tambang

4.2 Pembahasan

Dari data yang digunakan dalam pembuatan jalan tambang di dapatkan hasilVolume
cut yaitu points 15308, Fill volume 14406, Net volume -902 dan Tonnage -902 sehingga
pada jalan tambang dapat dijalankan sesuai dengan gambar yang ada pada 4.1yang ada
di hasil.

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Adapun ketentuan-ketentuan yang sudah dipaparkan merupakan bahan pertimbangan di


dalam merancang jalan tambang. Ada kemungkinan pada pelaksanaan pembuatan jalan
tambang harus dirancang suatu perhitungan di luar ketentuan tersebut. Misalnya dalam
menentukan jari-jari tikungan minimum, di mana lebar truck tambang bisa mencapai 2 – 3 kali
lipat lebar truck tronton. Artinya adalah perhitungan rancangan jalan tambang menjadi lebih
sederhana,yaitu mengutamakan jari-jari tikungan yang lebar dan aman untuk dua lajur tanpa
harus mempertimbangkan secara serius kecepatan trucknya. Berbeda dengan rancangan jalan
angkut yang menghubungkan daerah di luar konsesi tambang atau jalan yang dilalui oleh
kendaraan umum menuju lokasi penambangan. Untuk kondisi tersebut perhitungan yang telah
diuraikan sebelumnya patut dilaksanakan. Dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya dalam
merancang jalan angkut tambang ekuivalen dengan jalan umum. Penyimpangan di dalam
merancang jalan di lokasi tambang umumnya terpaksa harus dilakukan karena, jalan tambang
yang sering berpindah, dimensi alat angkut tambang besar, penetrasi terhadap badan jalan
tinggi, sementara kecepatan rendah, areal panambangan atau pit terbatas, sementara lalulintas
alat angkut padat, jalan tambang hanya dipadatkan oleh buldozer dengan perkerasan seadanya
dan tanpa lapisan permukaan permanen, sehingga perawatan menjadi sangat intensif, akibat
jalan yang selalu berubah, maka drainase jalan dibuat seperlunya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laoratorium


Agar supaya di praktikum memberikan penjelasan kepada praktikum yang lebih
maksimal dan lebih di maksimalkan lagi video tutorialnya agarpraktikan lebiih mudah
memahami materi dan memahami isi video tutorial yang diberikan.
5.2.2 Saran untuk asisten.
Saran saya untuk asisten yaitu jangan suka marah marah adiknya, dan tetap saying sama
adiknya walaupun kadang adiknya bikin emosi.

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
DAFTAR PUSTAKA

Awang Suwandhi, M. (2004). Perencanaan Jalan Tambang. Diklat Perencanaan


Tambang Terbuka, 12–22.
Hartono ,2013 “Perencanaan Tambang” Veteran, Yogyakarta.
Koesnaryo, S. Ir. 1988. “Teknik Pemboran dan Peledakan” Jurusan Teknik
Pertambanagan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Moelhim Karthodharmo., Irwandy Arif., Suseno Kramadibrata., 1984 “Teknik
Peledakan”, Diktat Kuliah Jilid I, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.

MAIL BASO, S.T MUH. CAKRAWALA


09320180173

Anda mungkin juga menyukai