MUH. CAKRAWALA
09320180173
C2
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MINE HAULING ROAD
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Adapun maksud mengikuti praktikum ini yaitu mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kestabilan lereng.
1.2.2 Tujuan
a. Memahami konsep dasar kestabilan lereng;
b. Menentukan arah dan jenis longsoran dengan aplikasi Dips;
c. Membuat lereng yang baik dan benar;
d. Menggunakan aplikasi Slide dalam merancang lereng.
1.3.1 Alat
a. Laptop;
b. Mouse;
c. Dips;
d. Slide.
1.3.2 Bahan
a. Kertas HVS.
2.1 Lereng
Ketika menyebut kata “lereng” biasanya yang terlintas di pikiran kita adalah
wilayah yang ada di pegunungan dan bukit. Sedangkan arti secara umum, lereng
merupakan pemukaan tanah alam yang terlihat lebih menonjol karena adanya perbedaan
tinggi pada kedua tempat. Proses pembentukan lereng akibat adanya erosi, pelapukan dan
juga pergerakan tanah.
Lereng merupakan bagian permukaan bumi yang memiliki tingkat kemiringan
tertentu yang diukur dari bidang horizontal. Dalam operasi penambangan, kestabilan
lereng menjadi masalah yang akan dijumpai pada penggalian tambang terbuka, tempat
penimbunan, stockyard dan sarana lainnya seperti jalan, fondasi jembatan dan
bangunan serta perumahan (Suryartono,2003).
Dari jenis materialnya, lereng dibagi menjadi dua, yaitu lereng tanah dan lereng
batuan. Meskipun yang terlihat merupakan gabungan dari kedua jenis material
tersebut, tapi dalam analisis dan pencegahannya, kedua jenis material tersebut tidak
bisa disamakan karena memiliki parameter dan penyebab yang berbeda (Romana,
1993).
Kestabilan suatu lereng banyak dipengaruhi oleh geometri lereng, karakteristik
fisik dan mekanik material pembentuk, air, struktur geologi, tegangan alamiah,
konsentrasi tegangan lokal, getaran, iklim, kegiatan pekerja dan pengaruh paparan
udara. Faktor-faktor tersebut yang awalnya seimbang dalam keadaan alami kemudian
berubah menjadi tidak seimbang akibat pengaruh dari luar (Arif, 2016). Pendekatan
yang biasa digunakan dalam analisis kestabilan lereng adalah pendekatan mekanika
batuan, mekanika tanah dan kombinasi keduanya. Pendekatan tersebut memanfaatkan
sifat-sifat fisik dan mekanik pada batuan atau tanah untuk memperoleh nilai faktor
keamanan dimana tanah atau batuan tersebut dapat dikatakan stabil. Pendekatan-
pendekatan tersebut dapat digunakan dengan memanfaatkan metode-metode seperti
analitik, grafik, stereonet, keseimbangan batas, numerik, probabilistik, teori blok,
sistem pakar maupun pemodelan fisik (Arif, 2016).
Longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuah
lereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat
terjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta dengan
ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat. (Chahyono, 2012)
Longsor merupakan pergerakan massa batuan atau tanah menuruni lereng
karena pengaruh secara langsung dari gaya gravitasi. Lereng stabil jika gaya penahan
lebih besar dari gaya penggerak longsor. Tipe longsoran berdasarkan bidang
gelincirnya dapat dibedakan menjadi empat (Hoek dan Bray, 1981), yaitu longsoran
bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure), toppling failure dan circular
failure. Longsoran bidang merupakan longsoran yang terjadi jika massa batuan
bergerak menuruni lereng sepanjang bidang gelincir. Longsoran baji merupakan
longsoran yang terjadi akibat adanya dua diskontinuitas yang berpotongan dan
longsoran terjadi di sepanjang diskontinuitas tersebut sehingga menghasilkan bentuk
membaji. Toppling failure merupakan jenis longsoran yang terjadi jika pergerakan
massa batuan tanpa melalui bidang gelincir dan sebagian besar perjalanan materialnya
berada di udara. Circular failure merupakan jenis longsoran yang terjadi pada batuan
yang terlapukkan secara intensif, pada material lepas ataupun pada batuan dengan
diskontinuitas yang rapat dengan orientasi tidak teratur (West, 2010).
4. Longsoran Busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada
batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya
terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai
bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi
kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh
struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam
massa diskontinuitas. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang
gelincir bebas mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur
akan terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat
kecil dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk
cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur
biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadang-
kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang
berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng
yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat dilakukan
apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut. Longsoran jenis ini sering terjadi
di alam, terutama pada material tanah atau batuan yang lunak.
SS
.
Gambar 3.6 Memperhalus Sudut
8. Setelah itu menggabungkan file dtm topografi dengan file garis jalan dengan
cara klik design pilih pit design lalu klik load a dtm Surfaice.
10. Setelah itu save hasil menggabungkan file dtm topografi dengan file garis
jalan
16. Setelah itu klik garis biru deangan left food width 10 dan right rood widht
10 lalu apply
Gambar 3.16
17. Setelah itu klik pit pilih design slope gradient dan berikan gradient 45
lalu apply
18. Setelah itu pilih expand segmend to dtm lalu klik garis yang paling luar lalu isi of
height to dtm 100 dan z direction diubah menjadi to dtm lalu apply.
19. Kemudian jadikan road design menjadi dtm dengan cara klik surfaces kemudian
pilih dtm file fuctions lalu pilih create dtm from string file kemudian masukan file
road design out lalu apply dan save.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.2 Pembahasan
Dari data yang digunakan dalam pembuatan jalan tambang di dapatkan hasilVolume
cut yaitu points 15308, Fill volume 14406, Net volume -902 dan Tonnage -902 sehingga
pada jalan tambang dapat dijalankan sesuai dengan gambar yang ada pada 4.1yang ada
di hasil.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran