Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENGAJUAN KKW

PERKUATAN LERENG PADA PEMBANGUNAN JALUR GANDA


PURWOKERTO KROYA PETAK NOTOG KEBASEN

Diajukan oleh
DIKA MARDIANA
NIT : 20141011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK BANGUNAN DAN JALUR PERKERETAAPIAN
AKADEMI PERKERETAAPIAN INDONESIA
MADIUN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Transportasi sangat berpengaruh terhadap setiap
kegiatan manusia. Hampir semua bidang dalam kehidupan manusia
berhubungan dengan transportasi. Karena dengan adanya transportasi
yang baik, handal, tepat waktu dan aman dapat menunjang kualitas hidup
manusia.
Kemajuan transportasi suatu daerah dapat meningkatkan kualitas
kehidupan manusia dalam berbagai hal. Seperti bidang sosial, ekonomi,
lingkungan dan politik dan pertahanan-keamanan. Demi terciptanya
transportasi yang tertib, tepat waktu, bersih, nyaman, aman dan selamat,
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dalam hal ini Direktorat
Jenderal Perkeretapian selaku regulator meningkatkan upaya pelayanan
kepada masyarakat dengan dibangunnya jalur ganda Purwokerto Kroya.
Dengan dibangunnya jalur ganda tersebut diharapkan pelayanan
pemerintah dalam bidang transportasi terutama perkeretaapian dapat
menjadi sinergi yang positif dalam perkembangan masyarakat dalam
berkehidupan.
Dalam pembangunan jalur ganda Purwokerto Kroya, banyak
menggunakan side methode atau melakukan pembangunan di samping
jalur existing. Wilayah pembangunan jalur ganda tersebut merupakan
daerah perbukitan, dan harus melakukan pengikisan terhadap beberapa
bukit yang sangat dekat dengan jalur existing.

I.1.1 Gambaran Umum

Kondisi Geografi Kegiatan Pembangunan Jalur Ganda Purwokerto Kroya


Kegiatan Pembangunan Jalur Ganda Purwokerto Kroya terletak di
Propinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Banyumas. Propinsi Jawa Tengah
sebagai salah satu propinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua propinsi besar,
yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya antara 540 dan 830 lintang
selatan dan antara 10830 dan 11130 bujur timur (termasuk pulau
karimun jawa). Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 263 km dan dari
utara ke selatan 226 km (tidak termasuk pulau karimun jawa), sedangkan
Kabupaten Banyumas terletak diantara 10839 17 10927 15 Bujur
timur dan 715 05 737 10 Lintang Selatan, tercatat memliki luas
wilayah sebesar 132.759 Ha.

Batas wilayah Kabupaten Banyumas adalah :


1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang
2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Purbalingga, Kabupaten,
Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen
3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Cilacap
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes

Jarak Kabupaten Banyumas dengan kota-kota disekitarnya sebagai berikut:


1. Ke Tegal = 114 Km
2. Ke Pemalang = 144 Km
3. Ke Brebes = 127 Km
4. Ke Purbalingga = 20 Km
5. Ke Banjar Negara = 65 Km
6. Ke Kebumen = 85 Km
7. Ke Cilacap = 53 Km

I.1.2 Identifikasi Masalah

1. Metode apa yang digunakan untuk melakukan proteksi terhadap


lereng?
2. Bagaimana cara kerja metode terssebut?
3. Apa kelebihan terhadap metode proteksi yang lain?
4. Apa kekurangan dalam pelaksanaan metode tersebut?
5. Langkah apa yang digunakan dalam mengatasi kelemahan dalam
pelaksanaan metode yang digunakan?

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan penelitian ini adalah :


1. Menerapkan teori yang didapat selama pendidikan untuk
membandingkan antara teori dengan kenyataan yang terjadi
dilapangan.
2. Sebagai masukan bagi Direktorat Jenderal Perkeretaapian dalam hal
ini Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jawa Bagian Tengah,
Kegiatan Pembagunan Jalur Ganda Cirebon - Kroya dalam mengambil
kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan prasarana
perkeretaapian.
Tujuan dari penyusunan penelitian ini antara lain adalah :
1. Mengetahui metode apa yang digunakan untuk melakukan proteksi
terhadap lereng.
2. Mengetahui cara kerja metode terssebut.
3. Mengetahui kelebihan metode yang digunakan dibandingkan metode
yang lain.
4. Mengetahui kelemahan dalam pelaksanaan metode yang digunakan.
5. Memberikan usulan terkait dengan kelemahan dalam pelaksanaan
metode yang digunakan.

I.3 Manfaat

I.3.1 Manfaat Bagi Taruna


Untuk menambah pengetahuan mengenai pembangunan bangunan dan
jalur perkeretaapian, khususnya proteksi lereng pada konstruksi jalan rel.
I.3.2 Manfaat Bagi Lembaga
Meningkatkan hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan stake
holder perkeretaapian Indonesi, dan demi mewujudkan terciptanya sumber
daya manusia yang handal dan berkompeten di bidang perkeretaapian.
BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Konstruksi Jalan Rel Bagian Bawah

a. Konstruksi jalan rel bagian bawah terdiri atas:


1. Badan jalan;
2. Proteksi lereng; dan
3. Drainase
b. Konstruksi Badan Jalan
1. Badan jalan harus mampu memikul beban kereta api dan stabil
terhadap bahaya kelongsoran.
2. Stabilitas lereng badan jalan dinyatakan dengan faktor keamanan
FK) yang mengacu pada kekuatan geser tanah di lereng tersebut,
sekurang-kurangnya sebesar 1,5 untuk beban statis dan sekurang-
kurangnya 1,1 untuk beban gempa.
3. Daya dukung tanah dasar harus lebih besar dari seluruh beban yang
berada diatasnya, termasuk beban kereta api, beban konstruksi
jalan rei bagian atas dan beban tanah timbunan untuk badan jalan
di daerah timbunan.

II.2 Konstruksi Badan Jalan Pada Daerah Galian

Konstruksi badan jalan pada daerah galian harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut:
1. Bila badan jalan pada galian atau tanah asli, maka jenis tanah dasar
tersebut tidak boleh termasuk klasifikasi tanah tidak stabil/kestabilan
rendah.
2. Kemiringan tanah dasar harus miring ke arah luar sebesar 5%.
3. Tanah dasar harus terletak minimum 0,75 m di atas elevasi muka air
tanah tertinggi.
4. Bila kedalaman galian lebih besar dari 10 m, maka pada setiap
kedalaman 6 m harus dibuat "berm" selebar 1,50 m.

II.3 Pengertian Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa


batuan, bahan rombakan tanah, atau material campuran tersebut yang
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Longsor atau gerakan tanah adalah
suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau
tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor (landslide)
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penahan.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
material sendiri, sedangkan faktor penahan adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Tanah longsor terjadi apabila
gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan.

II.4 Soil Nailing

Soil nailing adalah teknik konstruksi yang dapat digunakan sebagai salah
satu metode untuk memperkuat kondisi lereng tanah yang tidak stabil atau
sebagai teknik konstruksi yang digunakan untuk menambah keamanan
bagi lereng eksisting yang telah stabil. Soil nailing pertama kali
diaplikasikan sebagai perkuatan untuk sebuah dinding penahan tanah di
perancis (1961). Kemudian dikembangkan oleh Rebcewicz (1964, 1965),
untuk digunakan dalam galian terowongan yang dikenal dengan The New
Austrian Tunneling Method (NATM).
Secara umum elemen-elemen yang diperhatikan dalam penggunaan
metode perkuatan dengan soil nailing adalah:
1. Nail Bars
2. Nail Head
3. Grrouting (Cor beton)
4. Centralizers

II.5 Shotcrete

Shotcrete yaitu metode penanganan kelongsoran dengan prinsip


pengaplikasian beton pada suatu bidang tertentu, dalam hal ini lereng
tebing, dengan sistem spray (penyemprotan) menggunakan alat mekanis
(mesin shotcrete). Beton tersebut disemprotkan dengan tekanan dari
kompressor melalui selang.
Shotcrete dapat dihasilkan dari campuran kering (dry mix) maupun
campuran basah (wet mix). Pada proses pencampuran kering, semen dan
agregat dicampur kemudian ditampung dalam bak tampung, selanjutnya
ditembakkan bersama air yang
dialirkan ke bagian nozzle dengan tekanan tinggi. Sedangkan pada proses
pencampuran basah, semua material dicampurkan, kemudian dialurkan
melalui nozzle dan selanjutnya ditembakkan dengan tekanan tinggi ke
permukaan yang akan diberi perkuatan dengan shotcrete.
BAB III

METODA KAJIAN

III.1 Alur Pikir

Pengumpulan Data

Data Sekunder : Data Primer :


1. Data hasil uji tanah 1. Survei kondisi bukit
2. Data gempa 2. Survei peralatan yang
digunakan

Identifikasi Permasalahan

Penentuan Alat dan


Teknik Pengolahan Data

Pengolahan Data

Analisa

Kesimpulan Dan
Saran
III.2 Metoda Pengumpulan Data

III.2.1 Data Primer


1. Survei kondisi bukit.
2. Survei peralatan yang digunakan.
III.2.2. Data Sekunder
1. Data hasil uji tanah.
2. Data gempa.

III.3 Analisa
Analisis yang digunakan penulis didalam Kertas Kerja Wajib ini yaitu
analisis pelaksanaan metode kerja pada proteksi lereng dalam
pembangunan jalur ganda, berdasarkan data sekunder berupa data hasil
uji tanah, data gempa dan data primer yang didapat dari survei survei
yang dilakukan. Adapun analisa yang akan diambil untuk memecahkan
permasalahan tersebut adalah analisis kelemahan metode kerja, dengan
melihat dari aspek legalitas maupun dari aspek teknis.

III.4 Jadwal

Berikut adalah jadwal penelitian yang akan penulis lakukan :


Kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli
Penyusunan Proposal
Pelaksanaan Penelitian - -
Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA

1. , (1986) Peraturan Dinas Nomor : 10 Tahun 1986 tentang


Perencanaan Konstruksi Jalan Rel, PT. Kererta Api Indonesia
(Persero), Bandung.
2. , (2012) Peraturan Menteri Nomor : 60 Tahun 2012 tentang
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api, Kementerian Perhubungan
RI, Jakarta.
3. , (2013) Perkuatan Lereng Dengan Metode Shotcrete, Nur Budi
Susanto, Yogyakarta.
4. , Spesifikasi Teknis Proyek Jalur Ganda Lintas Selatan Tahap III,
Cirebon - Kroya, Ditjen Perkeretaapian, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai