Anda di halaman 1dari 7

PEPER TEORI GEMPA

Oleh:
Komang Surya Darma Putra
202261121008
C1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2024
A. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bumi adalah sebuah planet yang sangat kompleks serta memiliki beragam kehidupan
di dalamnya. Semua mahluk, hidup di lapisan Lithosfer, lapisan in memiliki bentuk -
bentuk yang berbeda, ada dataran, pegunungan, perbukitan dan bentuk - bentuk
lainnya yang masing masing bentuk memiliki potensi dan kerawanan terhadap
bencana yang berbeda. Menurut Tori Elastic Rebound yang dinyatakan ole Seismolog
Amerika, Reid, (Bullen, 1965; Bolt, 1985) menyatakan bahwa gempa bumi
merupakan gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan elastis
batuan, yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi pada lapisan lithosfer.
Deformasi batuan terjadi akibat adanya tekanan (stress) dan regangan (strain)
pada lapisan bumi. Kejadian-kejadian gempa besar yang pernah terjadi di Indonesia,
mengisyaratkan bahwa upaya preventif perlu dilakukan dalam perancangan struktural
pada suatu jembatan.
Menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi memerlukan sarana
infrastruktur yang memadai. Sektor infrastruktur menjadi salah satu prioritas untuk
mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional. Infrastruktur berperan penting dalam
peningkatan investasi dan memperluas jangkauan partisipasi masyarakat, serta
pemerataan hasil pembangunan. Semua fasilitas yang diperlukan masyarakat umum
baik fisik maupun non fisik yang dibangun oleh pemerintah untuk mendukung
berbagai kegiatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan
infrastruktur. Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan menghubungkan
jalan satu dengan jalan lain yang menyilang, sungai, saluran air, lembah atau
menyilang jalan lain yang tidak sama permukaannya. Kejadian gempa di Indonesia
yang sering disebabkan oleh letak geografi Indonesia yang berada di antara empat
lempeng aktif tektonik yaitu tapal batas lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia,
lempeng Filipina, dan lempeng Pasifik. Gempa merupakan bencana alam yang sampai
saat ini masih sangat sulit dan kompleks untuk diprediksi. Kejadian-kejadian gempa
besar yang pernah terjadi di Indonesia, mengisyaratkan bahwa upaya preventif perlu
dilakukan dalam perancangan struktural pada suatu jembatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengaruh Gempa Terhadap Konstruksi.
2. Dasar Perencanaan Struktur Terhadap Beban Gempa.
3. Ketentuan SNI Tentang Pengamanan Jembatan.
B. Pembahasan
2.1 Pengaruh gampa terhadap kontruksi
Dengan menggunakan rumus-rumus mengenai percepatan permukaan, pada gempa
yang sama, kerusakan akan lebih besar pada konstruksi yang berdiri diatas tanah yang lembek
dari pada diatas tanah yang keras. Hal tersebut diakomodasi oleh Peraturan Gempa dengan
menentukan percepatan permukaan untuk suatu daerah tertentu. Kemudian data-data tersebut
digunakan untuk menentukan respon suatu sistem struktur terhadap gempa. Secara praktis
respon tersebut terutama berupa Momen Lentur, Geser, Puntir dan Defleksi (lendutan).
Respon tersebut yang kita gunakan untuk merencanakan struktur yang tahan terhadap gempa.
Filosopi desain kita menentukan bahwa suatu bangunan boleh rusak pada saat terjadi gempa,
tetapi tidak boleh runtuh akibat gempa resebut, dan diharapkan fungsi dari struktur masih
dipertahankan.
Namun pada kenyataanya suatu konstruksi bangunan tidak pernah sangat kaku
sehingga tidak dapat sepenuhnya mengikuti pergerakan tanah. Sehingga timbul percepatan
dan kecepatan yang berbeda dari tiap bagian bangunan. Dalam bukunya yang berjudul
Perencanaan Bangunan Tahan Gempa, Tular menjelaskan ada tiga gaya yang timbul pada
bangunan yang terjadi selama gempa berlangsung, yaitu:
1. Gaya Inertia, yang terjadi akibat masa mengalami percepatan.
2. Gaya Redaman, yang terjadi akibat masa mengalami kecepatan.
3. Gaya Pegas, yang terjadi akibat adanya perpindahan relatip diantara berbagai masa.

2.2 Dasar perencanaan struktur terhadap beban gempa.


Tahap 1 : survei dan intevigasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan survei dan investigasi perencanaan
jembatan yakni tata guna lahan, lalulintas, topografi, hidrologi, kriteria tanah, geologi, bahan,
dan tenaga kerja. Hasil penyelidikan ini lantas dipakai sebagai acuan dalam merencanakan
rancangan teknis jembatan. Di antaranya meliputi :
1. Kondisi tata guna baik yang berada di jalan pendukung maupun lokasi pembuatan
jembatan.
2. Ketersediaan anggaran yang mencukupi untuk pengadaan material dan kebutuhan
sumber daya manusia.
3. Penyesuaian kelas jembatan terhadap situasi jalan dan tingkat kepadatan lalulintas.
4. Penyesuaian konstruksi jembatan terhadap topografi, kriteria tanah, geologi,
hidrologi, dan perilaku sungai.
Tahap 2 : Analisa Data
Data yang sudah diperoleh dari survei dan investigasi selanjutnya dianalisa sedemikian rupa
sebelum proses pembuatan rancangan teknis jembatan dilaksanakan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada tahap ini di antaranya :

1. Analisa data lalulintas untuk menentukan kelas jembatan yang sesuai dengan beban
lalulintas dan lebar jembatan.
2. Analisa data hidrologi untuk mengetahui kapasitas debit banjir rancangan, potensi
gerusan sungai, dan kecepatan aliran air.
3. Analisa data tanah untuk mengetahui parameter tanah dasar yang menentukan
pemilihan jenis pondasi.
4. Analisa geometri untuk menentukan elevasi jembatan serta mempengaruhi alinemen
vertikal dan panjang jalan pendekat.
Tahap 3: Pemilihan Lokasi
Pada dasarnya, lokasi yang paling tepat untuk dibangun jembatan adalah tempat yang
memungkinkan jembatan tersebut dibuat tegak lurus terhadap sumbu rintangan yang dilalui.
Di samping itu, lokasi pembangunan juga sebaiknya dapat mendukung jembatan yang
praktis, pendek, dan mudah diakses. Poin-poin yang juga wajib dicatat dalam memilih lokasi
pembuatan jembatan yaitu :
1. Lokasi harus direncanakan dengan efektif dan efisien sehingga pembuatan jembatan
tidak memerlukan lahan yang terlalu luas.
2. Lokasi sebaiknya terletak di posisi yang strategis, tidak terlalu banyak mengenai
rumah penduduk, dan usahakan mengikuti pola as jalan existing yang tersedia.
3. Lokasi harus memenuhi faktor ekonomi dan faktor keamanan.
Tahap 4: Bahan Material
Pemilihan material bahan bangunan yang digunakan untuk membangun jembatan harus
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
1. Biaya konstruksi
2. Biaya perawatan
3. Ketersediaan material
4. Fleksibilitas
5. Kemudahan pengerjaan
6. Kemudahan mobilisasi
2.3 Ketentuan SNI Tentang Pengamanan Jembatan.
Ketentuan SNI 03-2833-2005 (2005) tentang pengamanan jembatan tentang
perencanaan isolasi dasar. Perencanaan jembatan diarahkan untuk meningkatkan redaman
dan penyerapan energi gempa tanpa terlalu memperbesar periode alami (menjadi minimal
dua kali periode alami tanpa isolasi dasar). Suatu perencanaan jembatan juga diwajibkan
supaya perpindahan yang meningkat akibat penggunaan isolasi dasar harus diatasi dengan
sela dilatasi antara bagian-bagian struktur utama yaitu pilar dan gelagar. Perencanaan isolasi
dasar (base isolation) dipertimbangkan berdasarkan periode alami.
Pada tanggal 7 September 2022 Menteri PUPR telah menetapkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan
Keamanan Jembatan, terdapat beberapa kriteria dalam penyelenggaraan Keamanan Jembatan
yang dilakukan terhadap jembatan, sebagaimana Pasal 2 antara lain:

1. jembatan dengan bentang paling sedikit 100 (seratus) meter.


2. jembatan dengan panjang total paling sedikit 3.000 (tiga ribu) meter.
3. jembatan pelengkung dengan bentang paling sedikit 60 (enam puluh) meter.
4. jembatan gantung untuk lalu lintas kendaraan.
5. jembatan beruji kabel untuk lalu lintas kendaraan.
6. jembatan dengan ketinggian pilar lebih dari 40 (empat puluh) meter.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan
elastis batuan di lapisan lithosfer. Dampak gempa terhadap konstruksi, terutama jembatan,
sangat signifikan. Kerusakan lebih besar pada konstruksi yang berdiri di atas tanah yang
lembek daripada di atas tanah yang keras. Oleh karena itu, perencanaan struktural jembatan
harus mempertimbangkan beban gempa dan memastikan bahwa struktur tetap berfungsi
setelah gempa terjadi.
Dasar perencanaan struktur terhadap beban gempa melibatkan survei dan investigasi, analisis
data, pemilihan lokasi, dan pemilihan bahan material yang sesuai. Semua tahapan ini harus
memperhatikan kondisi tanah, topografi, hidrologi, lalu lintas, dan ketersediaan anggaran.
Ketentuan SNI tentang pengamanan jembatan, seperti perencanaan isolasi dasar, bertujuan
untuk meningkatkan redaman dan penyerapan energi gempa.
DAFTAR PUSTAKA
BIBLIOGRAPHY Khairurrijal, M. F. (2022). Kekuatan Struktur Jembatan terhadap Beban Gempa (Studi
Kasus:Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi STA 100+700). JURNAL TEKNIK SIPIL DAN
LINGKUNGAN, 18-30 .

Iqbal luthfi nur rais, l. s. (2021). ANALISIS BENCANA GEMPA BUMI DAN MITIGASI
BENCANA . Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, 14-19.
Ainil Mardhiyah, J. T. (2022). PENGARUH GEMPA TERHADAP JEMBATAN . Jurnal
Peradaban Saind, rekayasa dan teknologi , 46-59.
Widya Apriani, F. L. (2020). EVALUASI KINERJA STRUKTUR JEMBATAN
PELENGKUNG AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN ANALISIS RIWAYAT
WAKTU. Jurnal Infrastruktur, 151-156.
Widya Apriani, F. L. (2020). EVALUASI KINERJA STRUKTUR JEMBATAN
PELENGKUNG AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN ANALISIS RIWAYAT
WAKTU. Jurnal Infrastruktur, 151-156.

Anda mungkin juga menyukai