Anda di halaman 1dari 31

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR

Hari, Tanggal : Rabu, 20 November 2019


Pukul : 14.00 – 16.00
Tempat : Ruang Seminar I

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DENGAN METODE


SIMPLIFIED PROCEDURE

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh

M. KAUTSAR RIZKI
NIM : 1504101010053

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019
A. LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Tugas Akhir


ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DENGAN METODE
SIMPLIFIED PROCEDURE

Oleh
M. KAUTSAR RIZKI
1504101010053

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TENIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Disetujui pada tanggal:


Pembimbing Co. Pembimbing

Dr. Halida Yunita, S.T., M.T. Dr. Bambang Setiawan, S.T., M.Eng.Sc
NIP. 19780613 200212 2 002 NIP. 19710603 200604 1 002

Diketahui/disahkan oleh
Ketua Program Studi Teknik Sipil,

Fachrurrazi, S.T.,M.T.
NIP. 19700506 200012 1 001
0

B. RINGKASAN PROPOSAL

Indonesia merupakan daerah dengan kegempaan yang aktif karena berada


pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia. Indonesia juga berada dalam
cincin api atau ring of fire karena Indonesia dikelilingi oleh gunung-gunung berapi
aktif dari barat hingga ke timur, maka dari itu fenomena gempa bumi tektonik dan
vulkanik serta erupsi gunung berapi sering terjadi di Indonesia. Bencana gempa
pada magnitude tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan dan
kemungkinan besar telah menyebabkan terjadinya likuifaksi. Likuifaksi merupakan
suatu perubahan material tanah yang berbentuk butiran dari keadaan padat menjadi
keadaan cair. Fenomena likuifaksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada
bangunan dan infrastruktur yang dibangun di atasnya. Salah satu kota di Provinsi
Aceh yang memiliki potensi terjadinya likuifaksi adalah Kota Meulaboh yang
berada di daerah pesisir barat Aceh. Kondisi geologi lapisan tanah pada Kota
Meulaboh secara umum adalah lapisan pasir dengan muka air tanah yang dangkal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa stabilitas lapisan tanah berpasir terhadap
kemungkinan likuifaksi pada saat terjadinya gempa bumi di Kota Meulaboh.
Evaluasi potensi likuifaksi pada penelitian ini menggunakan metode simplified
procedure yang membandingkan nilai cyclic resistance ratio (CRR) terhadap nilai
cylic stress ratio (CRR) dari data pengujian CPT dan SPT. Hasil yang akan
dikemukakan berupa perhitungan parameter gempa dan potensi likuifaksi. Hasil
yang akan dipresentasikan dari penelitian ini adalah potensi terjadinya likuifkasi
berdasarkan perhitungan dengan metode simplified procedure.

Kata kunci: gempa bumi, likuifaksi, lapisan berpasir, magnitude.


1

C. OUTLINE PROPOSAL

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah dengan kegempaan yang aktif karena berada


pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia yaitu Eurasia, Indo-Asia, dan
Pasifik. Selain berada pada pertemuan tiga lempeng besar dunia, Indonesia juga
berada dalam cincin api atau ring of fire. Indonesia dikatakan berada dalam ring of
fire karena Indonesia dikelilingi oleh gunung-gunung berapi aktif dari barat hingga
ke timur, maka dari itu fenomena gempa bumi tektonik dan vulkanik serta erupsi
gunung berapi sering terjadi di Indonesia.
Aceh adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang pernah terdampak
secara langsung bencana gempa paling besar pada 26 Desember 2004 dengan
magnitude gempa 9,3 (Tohari dkk, 2007), kemudian disusul dengan kejadian gempa
di Kabupaten Pidie Jaya pada 7 Desember 2016 dengan magnitude 6.5 (Sunardi
dkk, 2017). Bencana gempa di Kabupaten Pidie Jaya telah mengakibatkan
kerusakan geologi berupa pergeseran tanah, retakan tanah, dan likuifaksi.
Likuifaksi dicirikan dengan munculnya pasir halus diantara retakan tanah dan
gunung pasir (sand boil). Likuifaksi adalah suatu perubahan material tanah yang
berbentuk butiran dari keadaan padat menjadi keadaan cair yang disebabkan oleh
kenaikan tekanan air pori dan penurunan tegangan efektifnya (Marcuson, 1978).
Kenaikan tekanan air pori cenderung terjadi ketika material tanah berbentuk butiran
yang jenuh air dengan kepadatan rendah mengalami guncangan berulang (siklik)
akibat gempa. Fenomena likuifaksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada
bangunan dan infrastruktur yang dibangun di atasnya.
Berdasarkan fenomena likuifaksi, maka penting bagi kita untuk
menganalisa potensi likuifaksi ketika akan membangun suatu konstruksi di atas
tanah yang berpotensi terjadi likuifaksi. Dalam menganalisa potensi likuifaksi
diperlukan pengujian lapangan dan pengujian laboratorium. Pengujian yang biasa
dilakukan pada lapangan ialah pengujian standard penetration test (SPT),
2

pengujian cone penetration test (CPT), pengujian becker penetration test (BPT),
dan pengukuran kecepatan rambat gelombang geser (Vs) yang mana memiliki
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode pengujian.
Salah satu kota di Provinsi Aceh yang memiliki potensi terjadinya likuifaksi
adalah Kota Meulaboh yang berada di daerah pesisir barat Aceh. Kondisi geologi
lapisan tanah pada Kota Meulaboh secara umum adalah lapisan pasir dengan muka
air tanah yang dangkal, kondisi ini mengindikasikan terjadinya likuifaksi jika
terjadi gempa pada magnitude tertentu. Hal inilah yang mendorong penulis tertarik
untuk melakukan analisa potensi terjadinya likuifaksi di Kota Meulaboh.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan


masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah lapisan tanah berpasir akan terlikuifaksi di Kota Meulaboh saat
terjadinya gempa ?
2. Apakah parameter gempa mempengaruhi potensi terjadinya likuifaksi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :


1. Menganalisa stabilitas lapisan tanah berpasir terhadap kemungkinan
likuifaksi pada saat terjadinya gempa bumi.
2. Untuk mengetahui pengaruh parameter gempa terhadap potensi
terjadinya likuifaksi.
Dengan penelitian ini diharapkan penulis dan pembaca dapat memahami
konsep dan mekanisme terjadinya likuifaksi, serta dapat melakukan tindakan
pencegahan untuk mengurangi potensi likuifaksi.

1.4 Batasan Penelitian

Beberapa batasan dalam penelitian ini, antara lain :


3

1. Peninjauan terhadap potensi likuifaksi pada lapisan berpasir di Kota


Meulaboh pada kedalaman 0,00 m sampai dengan 15,75 m.
2. Metode perhitungan yang digunakan adalah metode simplified
procedure.
3. Data gempa yang digunakan adalah gempa dalam 10 tahun terakhir
dengan magnitude ≥ 5 dan radius 500 km dari lokasi tinjauan.

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Tinjauan kepustakaan ini menjelaskan beberapa teori dan rumus-rumus


serta metode yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
penulisan tugas akhir ini.

2.1 Likuifaksi

Dalam peristiwa gempa bumi, umumnya diikuti oleh serangkaian


guncangan dan pembentukan patahan pada lapisan batuan. Gelombang gempa yang
sampai pada permukaan terkadang menimbulkan tsunami dan apabila terjadi
guncangan pada lapisan tanah tertentu dapat menyebabkan likuifaksi. Proses ini
dapat menyebabkan bangunan rusak, retak maupun runtuh. Kerusakan bangunan
akibat likuifaksi ini dikatakan sebagai kegagalan tanah (Kertapati, 1998).
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (United State Geological Survey,
USGS) menyebutkan bahwa likuifaksi adalah suatu proses sedimen yang jenuh air
kehilangan kekuatannya dan bertingkah seperti cairan karena getaran yang
disebabkan oleh gempa bumi. Sedangkan menurut Idriss dan Boulangger (2004)
likuifaksi adalah suatu peristiwa dimana tanah berubah dari fase padat menjadi fase
cair akibat meningkatnya tekanan air pori dalam rongga tanah.
Marcuson (1978) likuifaksi terjadi ketika getaran atau tekanan air pori di
dalam tanah menyebabkan partikel-partikel tidak bersentuhan satu dengan lainnya.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gelombang seismik pada tanah berpasir yang
jenuh air, hal ini menyebabkan tanah bertingkah seperti cairan dan kehilangan
kemampuannya untuk menahan beban.
4

Sebagai contoh saat gempa bumi Nigata 1964, Kobe 1995, Turki 2002,
Taiwan 1999, Bengkulu 2000, Jogjakarta 2006, Pidie Jaya 2016 dan Palu 2018 yang
diikuti dengan fenomena likuifaksi. Pengetahuan akan potensi dan kerawanan
likuifaksi sangat penting untuk melakukan usaha mitigasi yang disesuaikan dengan
derajat kerentanan suatu wilayah terhadap bahaya likuifaksi (Soebowo dkk, 2007).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Potensi Likuifaksi

Dikutip dari Munirwansyah dkk (2017) beberapa faktor yang berpengaruh


terhadap potensial likuifaksi tanah adalah sebagai berikut:
1. Jenis tanah
Hanya terjadi pada tanah tidak kohesif seperti pasir lepas, jika bergradasi
seragam maka kerentanan likuifaksinya lebih besar dibandingkan dengan yang
bergradasi baik. Klasifikasi gradasi tanah dapat ditentukan dengan melakukan
analisa saringan (sieve analysis).
2. Kerapatan relatif atau angka pori
Jenis tanah dengan angka pori atau kerapatan relatif kecil maka rentan terhadap
likuifaksi. Pada gempa bumi di Kota Nigata, Jepang, 1964, likuifaksi banyak terjadi
pada areal tanah berpasir dengan kerapatan relatif 50% dan tidak terjadi pada areal
dengan kerapatan relatif di atas 70%. Untuk berbagai uji laboratorium faktor
tersebut selalu digunakan sebagai parameter uji likuifaksi.
3. Tekanan batas
Potensial likuifaksi tanah menurun dengan meningkatnya tekanan batas.
Sejumlah uji laboratorium menunjukkan bahwa dibutuhkan tegangan yang besar
dengan meningkatnya tekannan batas untuk menyebabkan terjadinya likuifaksi
pada kondisi pembebanan bolak balik di laboratorium.
Muntohar (2012) menyebutkan bahwa likuifaksi akibat gempa bumi
dipengaruhi oleh faktor seismik yaitu :
1. Magnitude gempa (M);
2. Percepatan seismik pada permukaan tanah (amax);
3. Jarak episentrum.
5

2.3 Mekanisme Terjadinya Likuifaksi

Studi tentang mekanisme terjadinya likuifaksi memberikan suatu metode


guna menganalisa masalah peningkatan dan dissipasi (keluarnya air pori ke
permukaan tanah) dari dalam lapisan horizontal suatu deposit (lapisan) pasir saat
sedang dan sesudah berlangsungnya getaran gempa bumi dan untuk
menggambarkan besarnya perubahan tekanan air pori yang dapat terjadi di dalam
profil tanah sebagai fungsi dari waktu.
Menurut Seed dkk (1975) sebagaimana dikutip oleh Irmayanti (2011), untuk
menganalisis kemungkinan terjadi likuifaksi diasumsikan bahwa selama
berlangsungnya getaran gempa belum terjadi dissipasi yang berarti dengan
perkataan lain belum terjadi redistribusi tekanan air pori pada masa tanah. Akibat
beban siklik, tanah mengalami tekanan sebelum air sempat keluar meninggalkan
pori. Hal ini menyebabkan tekanan air pori meningkat, sebaliknya tegangan efektif
berkurang dan dengan demikian kekuatan geser juga berkurang.
Pada suatu lapisan pasir jenuh air, pengaruh dari getaran-getaran gempa
bumi atau dibebani secara siklik, akan mengalami perubahan sifat yaitu dari sifat
padat ke sifat cair yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan air pori dan
pengaruh tegangan efektif, sehingga memungkinkan terjadi suatu gejala yang
disebut likuifaksi yang merupakan gejala keruntuhan struktur tanah. Hal ini dapat
dijelaskan dengan menggunakan rumus tegangan efektif dari Terzaghi dan rumus
kekuatan geser dari Coulomb yang dapat dilihat di bawah ini, untuk tanah pasir
jenuh air yang ditinjau pada suatu kedalaman dari permukaan tanah.

Rumus tegangan efektif (Terzaghi, 1923) :


σeff = σtot - u (2.1)
dimana :
σeff = tegangan yang sebenarnya bekerja pada butir tanah (kg/cm2);

σtot = tegangan akibat beban-beban yang bekerja (kg/cm2);


u = tekanan air pori (kg/cm2).
6

Rumus kekuatan geser (Coulomb, 1776) :


S = c + σeff .tan φ (2.2)
Dimana :
S = kekuatan geser tanah (kg/cm2);
c = kohesi (kg/cm2);
φ = sudut geser dalam sehubungan dengan tegangan efektif (o).

Terlihat dengan jelas dari kedua rumus di atas bahwa peningkatan tekanan
air pori akan berarti mengurangi tegangan efektif dan sekaligus mengurangi
kekuatan geser dari tanah yang bersangkutan. Dapat juga terjadi bahwa u = σtot

sehingga berdasarkan rumus (2.1) maka σeff = 0, ini berarti lapisan tanah tersebut
hampir dapat dikatakan tidak mempunyai kekuatan geser sama sekali dan
beperilaku seperti fluida.

2.4 Evaluasi Potensial Likuifaksi

Metode untuk mengevaluasi potensi likuifaksi menggunakan metode


simplified procedure yaitu dengan cara mendapatkan nilai faktor keamanan dari hasil
perbandingan nilai CRR yaitu nilai yang mencerminkan kekuatan tanah terhadap
beban siklik yang diakibatkan oleh gempa bumi dengan nilai CSR yaitu nilai tegangan
yang disebabkan oleh gempa bumi. Faktor keamanan yang digunakan tidak boleh
kurang dari satu, karena jika kurang dari satu maka tanah akan mengalami likuifaksi.
Faktor keamanan dapat diilustrasikan dengan sebuah persamaan :

CRR
FS = (2.3)
CSR
CRR
dimana, jika FS = < 1 (terjadi likuifaksi)
CSR
CRR
jika FS = = 1 (kondisi kritis)
CSR
CRR
jika FS = > 1 (tidak terjadi likuifaksi)
CSR
7

2.4.1 Metode evaluasi cyclic stress ratio (CSR)

Seed dan Idriss (1971) memformulasikan sebuah persamaan untuk rasio


tegangan siklik sebagai berikut :
CSR = 0.65(amax /g)( σvo /σ’vo)rd (2.4)
dimana :
amax = percepatan seismik pada permukaan tanah (gal);
g = percepatan gravitasi (m/s2);
σvo = total tegangan overburden vertical (kg/cm2);

σ’vo = tegangan overburden vertikal efektif (kg/cm2);


rd = koefisien tegangan reduksi.

Untuk mempermudah perhitungan, Blake (1996) memperkirakan nilai


rataan plot kurva pada Gambar 2.1 oleh persamaan berikut :
( 1.000−0.4113𝑧 0.5 +0.04052𝑧+0.001753𝑧 1.5 )
𝑟𝑑 = (2.5)
(1.000−0.4117𝑧 0.5 +0.05729𝑧− 0.006205𝑧 1.5 +0.00210𝑧 2

dimana z = kedalaman dibawah permukaan tanah dalam meter.

Koefisien tegangan reduksi (rd)


Kedalaman (m)

Gambar 2.1 Kurva Perbandingan Koefisien Reduksi Terhadap Kedalaman


Sumber : Youd dkk (2001)
8

2.4.2 Metode evaluasi cylcic resistance ratio (CRR)

Rasio tahanan siklik (CRR) dapat diartikan sebagai kemampuan tanah untuk
dapat menahan likuifaksi. Pengujian yang sering digunakan untuk menganalisa
kemampuan tanah utuk menahan likuifaksi standard penetration test (SPT) dan
cone penetration test (CPT).
Metode untuk mengevaluasi nilai CRR dilakukan dengan pendekatan
perhitungan nilai CRR yang diambil dari konsensus NCEER/NSF tentang
ketahanan tanah terhadap likuifaksi tahun 1998 dan literatur buku yang ditulis oleh
I.M Idriss dan R.W Boulangger dengan judul “Soil Liquefaction During
Earthquake” tahun 2008.

1. Standard penetration test (SPT)

Kriteria untuk evaluasi ketahan terhadap likuifaksi berdasarkan nilai SPT


telah digunakan selama bertahun-tahun. Kriteria tersebut sebagian besar diwujudkan
dalam plot kurva CSR terhadap (N1)60. (N1)60 adalah nilai pukulan SPT yang telah
dikoreksi.
Kurva CRR pada grafik secara konservatif memisahkan daerah dengan data
yang terindikasi terjadi likuifaksi dan data yang tidak menunjukkan indikasi
terjadinya likuifaksi. Kurva dikembangkan untuk tanah berbutiran dengan fines
content ≤ 5%, 15%, dan 35% seperti yang ditunjukkan pada kurva. Kurva CRR
untuk fines content < 5% adalah kriteria penetrasi dasar untuk penyederhanaan
prosedur dan selanjutnya dikenal sebagai “SPT clean-sand base curve”. Kurva
CRR pada Gambar 2.2 hanya berlaku untuk gempa bumi dengan magnitude 7.5.
Pada kurva SPT clean-sand base, beberapa perubahan kriteria diusulkan
oleh para ahli yang hadir pada konsensus tersebut. Usulan perubahan pertama yaitu
lintasan kurva clean-sand base pada (N1)60 untuk memproyeksikan nilai sekitar
0.05. A. F. Rauch (1998) dari Universitas Texas memperkirakan nilai kurva clean-
sand base pada Gambar 2.2 dengan persamaan sebagai berikut :
1 (𝑁1 )60 50 1
CRR7.5 = + + − (2.7)
34−(𝑁1 )60 135 [10(𝑁1 )60 +45]2 200
9

Gambar 2.2 Kurva SPT Clean-Sand Base untuk Magnitudo Gempa Bumi 7.5
dengan Data dari Sejarah Kasus Likuifaksi
Sumber : Youd dkk (2001)

Persamaan ini berlaku hanya untuk (N1)60 < 30, sedangkan (N1)60 ≥ 30
butiran tanah halus terlalu padat untuk terlikuifaksi dan diklasifikasikan sebagai
tanah non-liquefable.
Pada perkembangannya, Seed dkk (1985) memperhatikan adanya kenaikan
dari nilai CRR karena meningkatnya fines content. Apakah kenaikan ini disebabkan
oleh naiknya ketahanan terhadap likuifaksi atau penurunan tahanan penetrasi masih
belum diketahui dengan pasti. Para ahli yang hadir pada konsensus NCEER/NSF
1998 mengajukan persamaan (2.9) dan (2.10) sebagai koreksi untuk pengaruh dari
fines content (FC). Sebuah persamaan dikembangkan untuk faktor koreksi (N1)60
penyetaraan nilai clean sand (N1)60cs sebagai berikut (Idriss dan Seed, 1971) :
(N1)60cs = α + β(N1)60 (2.8)
Dimana α dan β adalah koefisien yang didapatkan dari hubungan persamaan
berikut :
10

α = 0 untuk FC ≤ 5% (2.9a)
α = exp[1.76 – (190/FC2)] untuk 5% < FC ≤ 35% (2.9b)
α = 5.0 untuk FC ≥ 35% (2.9c)
β = 1.0 untuk FC ≤ 5% (2.10a)
β = [0.99 + (FC1.5/1000)] untuk 5% < FC ≤ 35% (2.10b)
β = 1.2 untuk FC ≥ 35% (2.10c)

Persamaan ini dapat digunakan untuk perhitungan ketahanan terhadap


likuifaksi pada umumnya.
Beberapa faktor lainnya juga mempengaruhi hasil pengujian SPT, adapun
faktor koreksi lainnya yang dibutuhkan untuk perhitungan (N1)60 dapat dilihat pada
Tabel 2.1 faktor koreksi SPT.

Maka dengan tabel koreksi tersebut nilai (N1)60 adalah :


(N1)60 = NmCNCECBCRCS (2.11)
Dimana :
Nm = nilai tahanan penetrasi standar;
CN = faktor normalisasi Nm terhadap tegangan overburden efektif;
CE = koreksi rasio energi hammer (ER);
CB = factor koreksi dari diameter lubang bor;
CR = faktor koreksi dari panjang batang;
CS = koreksi untuk sampel dengan atau tanpa liner

Tabel 2.1 Faktor Koreksi SPT (Modifikasi dari Skempton 1986)


Variabel
Faktor Istilah Koreksi
Peralatan
Tekanan overburden - CN (Pa / σ’vo)0.5
Tekanan overburden - CN CN ≤ 1.7
Rasio energi Donut hammer CE 0.5 – 1.0
Rasio energi Safety hammer CE 0.7 – 1.2
Automatic-trip
Rasio energi CE 0.8 – 1.3
Donut hammer
Diameter lubang bor 65 mm – 115 mm CB 1.0
Diameter lubang bor 150 mm CB 1.05
Sumber : Robertson dan Wride (1998)
11

Tabel 2.1 (lanjutan)


Variabel
Faktor Istilah Koreksi
Peralatan
Diameter lubang bor 200 mm CB 1.15
Panjang batang <3m CR 0.75
Panjang batang 3m–4m CR 0.8
Panjang batang 4m–6m CR 0.85
Panjang batang 6 m – 10 m CR 0.95
Panjang batang 10 m – 30 m CR 1.0
Metode pengambilan sampel Sampel standar CS 1.0
Sampel tanpa
Metode pengambilan sampel CS 1.1 – 1.3
liners
Sumber : Robertson dan Wride (1998)

Karena adanya peningkatan nilai N-SPT seiring dengan meningkatnya


tegangan overburden efektif, maka digunakan faktor koreksi untuk itu (Seed dan
Idris, 1982). Faktor koreksi ini dapat dihitung dengan persamaan berikut (Liao dan
Whitman, 1986) :
CN = (Pa / σ’vo)0.5 (2.12)
Dimana nilai CN tidak boleh melebihi 1.7, kemudian berdasarkan hasil
konsensus NCEER/NSF para ahli membuat sebuah persamaan yang lebih sesuai
dengan kurva asli oleh Seed dan Idriss (1982) :
CN = 2.2/(1.2 + σ’vo /Pa) ≤ 1.7
Idriss dan Boulangger pada tahun 2004 mengkoreksi dan memodifikasi
persamaan (2.7) berdasarkan penelitian terdahulu menjadi :
(𝑁1 )60𝑐𝑠 (𝑁1 )60𝑐𝑠 2 (𝑁1 )60𝑐𝑠 3 (𝑁1 )60𝑐𝑠 4
CRR7.5 = exp( +( ) −( ) +( ) − 28)
14.1 126 23.6 25.4

(2.13)
12

Gambar 2.3 Kurva relasi nilai CRR terhadap (N1)60 terkoreksi


Sumber : Idriss dan Boulanger (2008)

2. Cone penetration test (CPT)

Uji cone penetration test (CPT) adalah salah satu pengujian lapangan yang
sering digunakan oleh insinyur geoteknik. Salah satu keuntungan menggunakan
CPT adalah penetrasi ketahanan tanah yang secara terus menerus dapat
dikembangkan menjadi interpretasi stratigrafi, namun interpretasi data berdasarkan
CPT harus dipastikan kembali dengan beberapa tes SPT untuk memastikan jenis
tanah dan interpretasi data ketahanan terhadap likuifaksi.
Gambar 2.4 adalah kurva yang dipersiapkan oleh Robertson dan Wride
(1998) untuk penentuan langsung dari CRR untuk clean-sand (FC ≤ 5%) dari data
CPT. Gambar 2.4 dikembangkan dari riwayat data CPT yang dikumpulkan dari
beberapa penyelidikan, termasuk penyelidikan Stark dan Olson (1995) dan Suzuki
et al (1995). Grafik pada Gambar 2.4 hanya berlaku untuk gempa bumi dengan
magnitude 7.5 saja, kurva CRR secara konservatif memisahkan daerah yang
terindikasi terjadi likuifaksi dengan daerah yang tidak menunjukkan indikasi
terjadinya likuifaksi.
13

Gambar 2.4 Kurva perhitungan CRR berdasarkan data CPT bersama data empiris
sejarah liquifaksi
Sumber : Idriss dan Boulanger (2008)

Gilstrap dan Youd (1998) membuat perbandingan perhitungan ketahanan


likuifaksi dengan keadan pada lapangan yang sesungguhnya di 19 titik dan
menyimpulkan bahwa ketepatan prediksi terjadi atau tidaknya likuifaksi
menggunakan data CPT adalah ≥ 85%. Kurva pada Gambar 2.4 dapat diperkirakan
dengan persamaan berikut (Roberston dan Wride, 1998) :
CRR7.5 = 0.833[(qc1N)cs /1000] + 0.05 jika (qc1N)cs < 50 (2.14a)
CRR7.5 = 93[(qc1N)cs /1000]3 + 0.08 jika 50 ≤ (qc1N)cs < 160 (2.14b)
Normalisasi dari tahan ujung (qc) adalah sebagi berikut :
qc1N = CQ (qc/Pa) (2.15)
CQ = (Pa/ σ’vo)n (2.16)
Dimana :
CQ = Faktor normalisasi tahanan ujung;
Pa = Tekanan atmosfer (1 atm);
n = Eksponen dengan nilai 0.5 sampai 1.0 tergantung pada jenis tanah.
14

Pada kedalaman yang dangkal nilai CQ menjadi sangat besar karena tekanan
overburden yang rendah, bagaimana pun nilai CQ > 1.7 sebaiknya tidak digunakan.
Rasio friksi CPT umumnya meningkat dengan meningkatnya finest content dan
sifat plastisitas tanah, yang memungkinkan perkiraan kasar jenis tanah dan finest
content dari data CPT. Robertson dan Wride (1998) menyempurnakan sebuah
grafik untuk mengestimasi jenis tanah. Batasan-batasan diantara jenis tanah 2-7
dapat diperkirkan dari lingkaran konsentrik dan bisa juga untuk memperhitungkan
pengaruh jenis tanah terhadap qc1N dan CRR. Jari-jari lingkaran tersebut
didefinisikan sebagai indeks tipe perilaku tanah (Ic), nilai Ic dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Ic = [(3.47 – log Q)2 – (1.22 + log F)2]0.5 (2.17)
dimana
Q = [(qc - σvo)/Pa][(Pa / σ’vo)n] (2.18)
dan
F = [fs/(qc - σvo)] x 100% (2.19)
Grafik perilaku tanah pada Gambar 2.5 dikembangkan dengan nilai
eksponen n sebesar 0.5 untuk jenis tanah clean-sand.
Nilai tahanan ujung untuk pasir berlanau yang telah dinormalisasi (qc1N)
dikoreksi ke nilai yang setara dengan clean sand (qc1N)cs dengan hubungan
persamaan sebagai berikut :
(qc1N)cs = Kcqc1N (2.20)
Dimana Kc adalah faktor koreksi untuk karakteristik butir, nilai Kc dapat
dihitung melalui persamaan berikut (Robertson dan Wride, 1988) :
untuk Ic ≥ 1.64 maka nilai Kc = -0.403Ic4 + 5.581Ic3 − 21.63Ic2 + 33.75 Ic – 17.88
sedangkan untuk nilai Ic ≤ 1.64 maka Kc = 1.0
Apabila nilai Ic ≥ 2.6 maka mengindikasikan bahwa tanah pada nilai itu
terlalu banyak lempung untuk terlikuifaksi.
15

Gambar 2.5 Grafik klasifikasi tanah berdasarkan Q dan F


Sumber : Youd dkk (2001)

Idriss dan Boulangger pada tahun 2008 dalam bukunya “Soil Liquefaction
During Earthquakes” memodifikasi persamaan (2.14) menjadi :
𝑞𝑐1𝑁𝑐𝑠 𝑞𝑐1𝑁𝑐𝑠 2 𝑞𝑐1𝑁𝑐𝑠 3 𝑞𝑐1𝑁𝑐𝑠 4
CRR7.5 = exp( +( ) −( ) +( ) − 3) (2.21)
540 67 80 114

3. Magnitude scaling factors (MSF)

Kurva CRR atau kurva clean-sand base pada Gambar 2.2 (SPT) dan 2.4
(CPT) hanya dapat digunakan untuk gempa dengan magnitude 7.5 saja. Untuk
menyesuaikan dengan magnitude yang lebih besar atau kecil, Seed dan Idriss
(1982) memperkenalkan faktor koreksi yang disebut magnitude scaling factor
(MSF). Persamaan untuk MSF adalah sebagai berikut :
MSF = 102.2/Mw2.56 (2.22)
16

Dimana :
Mw = Moment Magnitude

2.5 Parameter Gempa

1. Percepatan tanah maksimum (amax)

Dikutip dari Meitawati (2017), percepatan tanah maksimum adalah


percepatan gelombang yang sampai ke permukaan bumi dengan satuan gal.
Percepatan tanah maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus empiris,
antara lain :
a. Percepatan tanah maksimum menurut Esteva (1974)
amax = 5600(exp0.8Mw)/(R +40)2 (2.23)
b. Percepatan tanah maksimum menurut Donovan (1970)
amax = 1080(exp0.5M)/(R +25)1.32 (2.24)
c. Percepatan tanah maksimum menurut Mc Guirre (1977)
amax = 472 x 100.278Mw/(R + 25)1.301 (2.25)

Dimana :
Mw = Moment Magnitude
R = Jarak Hiposenter ke Lokasi Tinjauan (Km)

2. Hubungan episenter, hiposenter dan jarak hiposenter ke kota

Pada Gambar 2.6 di bawah, jarak hiposenter ke kota (R) dapat dihitung dengan
Teorema Pythagoras, sedangkan untuk jarak horizontal episenter ke kota dapat
dihitung dengan persamaan :

d = arcos [sin(Elat) . sin(Mlat) + cos(Elat) . cos(Mlat) . cos (Elong – Mlong)] . Rb


(2.26)
Dimana ;
Rb = Radius jari-jari bumi (6.371 Km)
17

E (episenter) d M (Kota)

z (kedalaman)
R

H (hiposenter)

Gambar 2.6 Ilustrasi Jarak Horizontal dari Pusat Gempa Bumi

2.6 Karakteristik Dasar Tanah

Ukuran partikel tanah sangatlah beragam, yaitu antara > 2 mm sampai


dengan < 0.002 mm. Karena ukurannya yang beragam, maka setiap jenis tanah
memiliki sebutan yang berbeda, dimulai dari yang paling halus partikelnya yaitu
lempung, lanau, pasir, dan kerikil yang partikelnya paling besar. Pada umumnya,
jenis tanah terdiri dari campuran berbagai rentang ukuran.

Tabel 2.2 Distribusi Ukuran Partikel


Tipe Simbol Ukuran Butir (mm)
Tanah USCS USCS AASTHO USDA MIT
Kerikil G 76,2 - 4,75 76 - 2 >2 >2
Pasir S 4,75 - 0,075 2 - 0,075 2 - 0,05 2 - 0,06
Lanau M 0,075 - 0,002 0,05 - 0,002 0,06 - 0,002
<0,075
Lempung C < 0,002 < 0,002 <0,002
Sumber : Umass Lowel, Soil Classification Basic

2.7 Rekomendasi Perbaikan Tanah pada Daerah Berpotensi Likuifaksi

Kondisi tanah bergranular jenuh air yang kerapatan relatifnya kecil perlu
dilakukan perbaikan tanah agar bangunan atau struktur di atasnya tidak mengalami
keruntuhan atau meminimalisir kerusakan apabila terjadi likuifaksi pada kondisi
tanah tersebut. Pada umumnya perbaikan tanah yang dilakukan adalah dengan
metode deep soil mixing, sand compaction pile, dan grouting. Namun mengingat
sulitnya mobilisasi alat berat ke lokasi tinjauan dan mahalnya biaya, ketiga metode
18

tersebut tidak dapat diaplikasikan pada lokasi tinjauan penelitian ini. Adapun
alternatif lainnya untuk mengurangi potensi likuifaksi adalah dengan metode tiang
pancang Franki (Franki pile) dan kolom kapur/semen (lime/cement-column).

2.8 Penelitian Terdahulu

Dalam pembuatan penelitian ini, referensi yang digunakan berasal dari


jurnal, skripsi dan buku. Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait
likuifaksi akibat gempa bumi dan rekomendasi pondasi untuk daerah rawan
likuifaksi antara lain :

1. Ikhsan (2011), Analisis Potensi Likuifaksi Dari Data CPT dan SPT Dengan
Studi Kasus PLTU Ende Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa :
 Nilai CRR yang dihasilkan dari metoda SPT dan CPT berbeda
dikarenakan CPT memiliki keterbatasan terhadap tanah berpasir yang
mengandung kerikil.
 Nilai CSR yang dihasilkan relatif sama, perbedaan diakibatkan
interpretasi muka air tanah yang berbeda dari titik uji yang
berdampingan (SPT dan CPT).
 Terjadinya likuifaksi tidak semata-mata dilihat dari nilai SPT atau
tahanan ujung yang besar, namun juga bergantung pada gradasi butiran
pada tanah tersebut yang dapat dilihat dari nilai koefisien keseragaman
(Cu) dan koefisien gradasi (Cc). Nilai Cu dan Cc yang memiliki potensi
likuifaksi adalah Cu < 15, Cc ≤ 1, Cc ≥ 3 .

2. Soebowo dkk (2009), Potensi Likuifaksi Akibat Gempa Bumi Berdasarkan


Data CPT dan N-SPT di Daerah Patalan Bantul, Yogyakarta. Dari penelitian
ini didapat kesimpulan sebagai berikut :
19

 Kemunculan muka air tanah dangkal, kondisi lapisan pasir lepas dan
gambaran kegempaan di daerah ini menyebabkan mudahnya terjadi
likuifaksi.
 Daerah-daerah berpotensi likuifaksi sebaiknya dilakukan tindakan
preventif, apabila hendak dibangun bangunan tinggi, seperti melakukan
grouting atau tindakan-tindakan preventif lainnya.

3. Heritage dkk (2016) Liquefaction-Resistant Foundation For Residental


Building. Pada hasil penelitiannya ia membagi 3 area technical category
(TC) yang terdampak likuifaksi, yaitu TC1, TC2 dan TC3. Dimana jika
terjadi gempa besar lagi maka :
 TC1 hanya akan mengalami penuruan yang dapat diterima.
 TC2 merupakan daerah yang terdampak kecil sampai sedang, ia
merekomendasikan 5 opsi untuk tipe pondasi untuk digunakan pada
wilayah TC2, yaitu :
1. Gravel raft, yaitu mengganti lapisan atas tanah dengan kerikil
bergradasi baik dan padat.
2. Extra-thick concrete slab, pelat beton yang digunakan adalah dengan
ketebalan 300mm.
3. Beam grid and slab, balok bertulang pada dasar ditimpali dengan
pelat beton.
4. Waffle slab, penambahan polysteryne diantara balok pada dasar.
5. Driven piles, pancang tiang ke tanah yang padat dan tidak
terlikuifaksi.
 TC3 adalah area yang terdampak kerusakan besar. Solusi desain pondasi
untuk area ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Struktur atas dengan pondasi dangkal, rekomendasinya hampir sama
dengan gravel raft pada TC2 hanya saja gravel raft dikombinasikan
dengan plat lantai kayu yang mudah diganti.
2. Perbaikan pada tanah, dilakukan perbaikan pada lapisan tanah atas
seperti pemadatan, stabilisasi. sedangkan untuk lapisan tanah yang
20

lebih dalam dapat dilakukan membuat stone column, grouting dan


deep soil mixing.
3. Tiang Pancang, pemancangan dilakukan melewati lapisan yang
terlikuifaksi dan tertumpu pada ketebalan dan kepadatan tanah yang
baik.

III. METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan membahas metode yang digunakan untuk
kelancaran penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari pengujian standard penetration test (SPT) dan pengujian cone penetration test
(CPT) serta data-data lainnya yang diperoleh dari buku-buku, jurnal atau hasil dari
penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data yang telah
diperoleh kemudian disusun dan dianalisis dengan metode simplified procedure
yang membandingan nilai cylic stress ratio (CSR) dengan cyclic resistance ratio
(CRR) untuk mengetahui apakah lapisan tanah berpasir akan terlikuifaksi atau tidak.
Langkah-langkah kerja untuk mengetahui arah penelitian dan parameter apa yang
akan digunakan dapat dijelaskan secara sistematik di dalam bagan alir metode
penelitian seperti yang terlihat pada Lampiran A Gambar A.4 halaman 32.

3.1 Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah pesisir barat Aceh, yaitu pada Kota


Meulaboh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa stabilitas lapisan tanah
berpasir terhadap kemungkinan likuifaksi pada saat terjadinya gempa bumi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah data
sekunder, berupa laporan hasil pengujian standard penetration test (SPT),
pengujian cone penetration test (CPT) dan data gempa.
21

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan pengumpulan data profil
tanah yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) pada
daerah pesisir barat Aceh, yaitu Kota Meulaboh. Selanjutnya, data riwayat gempa
yang terjadi di Kota Meulaboh didapat dari kantor BMKG kelas III Mata Ie.

3.4 Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu analisis untuk


menilai suatu karakteristik dari sebuah data. Analisis ini berfungsi untuk
mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai terjadi atau tidak terjadinya
likuifaksi pada lapisan tanah berpasir pada daerah yang menjadi objek penelitian.

3.5 Penentuan Parameter Gempa

Pada penelitian ini data gempa diperoleh dari kantor BMKG kelas III Mata
Ie yang berkenaan dengan gempa bumi untuk lokasi yang ditinjau. Data yang
diambil adalah data gempa dalam 10 tahun terakhir dengan magnitude ≥ 5,0 dan
radius 500 km dari lokasi tinjauan.

3.5.1 Magnitude Gempa

Data magnitude gempa yang diperoleh dari dari kantor BMKG kelas III
Mata Ie adalah data dengan tipe magnitude lokal (ML) , namun dalam penelitian ini
magnitude yang digunakan adalah moment magnitude (Mw). Maka dari itu tipe
magnitude ML harus dikonversi ke dalam Mw terlebih dahulu, hubungan anatara ML
dan Mw adalah sebagai berikut :

Mb = 0.125ML2 – 0.389ML – 3.513

Mw = 0.114Mb2 – 0.556Mb + 5.560


22

Magnitude gempa rencana untuk mengetahui potensi likuifaksi adalah 5,0


sampai dengan 9,0 dengan kenaikan setiap 1,0. Data gempa untuk penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel B.2 halaman 37.

3.5.2 Percepatan tanah maksimum (amax)

Nilai percepatan tanah maksimum dalam analisis ini didapatkan dari


pengolahan data gempa menggunakan rumus empiris. Nilai amax yang digunakan
adalah nilai untuk masing-masing magnitude gempa rencana dengan ketiga rumus
empiris.

3.6 Evaluasi Potensi Likuifaksi

Potensi likuifkasi akan dievaluasi menggunakan nilai faktor keamanan (FS)


dari perbandingan nilai CRR terhadapa nilai CSR.

3.6.1 Evaluasi CSR

CSR adalah tegangan yang dihasilkan oleh gempa bumi pada tanah. Dalam
penentuan nilai CSR, hal yang paling dipertimbangkan adalah nilai dari amax.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai CSR adalah sebagai berikut :

CSR = 0.65(amax /g)( σvo /σ’vo)rd


Dimana rd dapat ditentukan dengan persamaan :

( 1.000 − 0.4113𝑧 0.5 + 0.04052𝑧 + 0.001753𝑧 1.5 )


𝑟𝑑 =
(1.000 − 0.4117𝑧 0.5 + 0.05729𝑧 − 0.006205𝑧1.5 + 0.00210𝑧 2

3.6.1 Evaluasi CRR

CRR adalah sebuah nilai yang mencerminkan kekuatan tanah terhadap


beban siklik yang diakibatkan oleh gempa bumi. Nilai CRR ini hanya dapat
digunakan untuk gempa dengan magnitude 7.5, maka dari itu nilai CRR yang
23

didapat harus dikalikan dengan magnitude scaling faktor (MSF) agar dapat
digunakan pada magnitude gempa lainnya.

1. Analisa dengan menggunakan data SPT :

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan nilai CRR dari


SPT adalah sebagai berikut :

a. Menentukan nilai (N1)60 menggunakan faktor koreksi dengan persamaan :


(N1)60 = NmCNCECBCR
dimana Nm adalah nilai tahanan penetrasi standar, dan yang lainnya adalah faktor
koreksi yang dapat ditentukan dengan Tabel 2.1. Namun untuk nilai CN digunakan
persamaan yang lebih sesuai dengan kurva asli oleh Seed dan Idriss (1982) :
CN = 2.2/(1.2 + σ’vo /Pa) ≤ 1.7
b. Menentukan Finest Content lalu hitung (N1)60cs yang dipengaruhi oleh nilai
Finest Content itu sendiri.
(N1)60cs = α + β(N1)60
Dimana α dan β adalah koefisien yang didapatkan dari hubungan persamaan
berikut :
α = 0 untuk FC ≤ 5%
α = exp[1.76 – (190/FC2)] untuk 5% < FC ≤ 35%
α = 5.0 untuk FC ≥ 35%
β = 1.0 untuk FC ≤ 5%
β = [0.99 + (FC1.5/1000)] untuk 5% < FC ≤ 35%
β = 1.2 untuk FC ≥ 35%
c. Menentukan nilai CRR7.5 pada gempa dengan magnitude 7.5.
(𝑁1 )60𝑐𝑠 (𝑁1 )60𝑐𝑠 2 (𝑁1 )60𝑐𝑠 3 (𝑁1 )60𝑐𝑠 4
CRR7.5 = exp( +( ) −( ) +( ) − 28)
14.1 126 23.6 25.4

d. Menghitung nilai CRR terkoreksi dengan persamaan berikut.


CRRMw = CRR7.5 x MSF
e. Lalu langkah terakhir adalah menghitung faktor keamanan terhadap likuifaksi
dengan persamaan berikut.
FS = (CRRMw / CSR)
24

Secara ringkas metode simplified procedure dengan menggunakan data SPT


dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.5 halaman 33.

2. Analisa dengan menggunakan data CPT

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan nilai CRR dari


CPT adalah sebagai berikut :

a. Menghitung nilai qc1N, yaitu nilai tahanan ujung yang telah dikoreksi dengan
menggunakan persamaan berikut.
qc1N = CQ (qc/Pa)
dimana CQ adalah faktor normalisasi tahanan ujung konus, dan Pa adalah
tekanan pada 1 atm.
b. Menghitung nilai Q = [(qc - σvo)/Pa][(Pa / σ’vo)n]
c. Menghitung nilai F = [fs/(qc - σvo)] x 100%
d. Menentukan jenis tanah melalui nilai Ic dengan persamaan sebagai berikut :
Ic = [(3.47 – log Q)2 – (1.22 + log F)2]0.5
Jika nilai Ic yang didapatkan > 2.6 melambangkan bahwa tanah padat dan sulit
terlikuifaksi.
e. Menhitung kembali tahanan ujung konus untuk clean sand (qc1N)cs = Kcqc1N
Dimana Kc = -0.403Ic4 + 5.581Ic3 − 21.63Ic2 + 33.75 Ic – 17.88 untuk Ic ≥ 1.64
dan Kc = 1.0 untuk Ic ≤ 1.64.
f. Menentukan nilai CRR7.5 pada gempa dengan magnitude 7.5.
𝑞𝑐1𝑁𝑐𝑠 𝑞𝑐1𝑁𝑐𝑠 2 𝑞𝑐1𝑁𝑐𝑠 3 𝑞𝑐1𝑁𝑐𝑠 4
CRR7.5 = exp( +( ) −( ) +( ) − 3)
540 67 80 114

g. Menghitung nilai CRR terkoreksi dengan persamaan berikut.


CRRMw = CRR7.5 x MSF
h. Lalu langkah terakhir adalah menghitung faktor keamanan terhadap likuifaksi
dengan persamaan berikut.
FS = (CRRMw / CSR)
Secara ringkas metode simplified procedure dengan menggunakan data SPT
dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.6 halaman 34.
25

IV. RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijabarkan tentang hasil pengumpulan data dari objek
yang diteliti dan pembahasan atas hasil dari pengumpulan data yang diperoleh dari
penelitian. Dalam bab ini nantinya akan disajikan hasil pengolahan data beserta
perhitungan dan pembahasan yang menyangkut pokok permasalahan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya.
Hasil yang akan dipresentasikan dari penelitian ini adalah potensi terjadinya
likuifkasi berdasarkan perhitungan dengan metode simplified procedure.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini mengemukakan sebuah kesimpulan terhadap ada atau tidaknya
potensi likuifaksi pada daerah yang menjadi objek pada penelitian ini, berdasarkan
dari hasil pengolahan data dan pembahasan penelitian yang diperoleh pada Bab IV.
Kemudian dilanjutkan dengan memberikan beberapa saran dan rekomendasi
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini.

VI. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adawiyah, R., Pola Wilayah Bahaya Likuifaksi Provinsi D.I. Yogyakarta (Studi
Kasus Gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006), Tugas Sarjana, Jurusan
Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, 2008.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Gempa Bumi Indonesia Edisi
Populer, BMKG, Jakarta, 2012.
Heritage, R., Kupec, J., Liquefaction-Resistant Foundation For Residental
Building, 5th Young Geotechnical Engineering Conference, 2013.
Idriss, I. M., dan Boulanger, R. W., Semi-empirical Procedure for Evaluating
Liquefaction Potential during Earthquakes, Prosiding 11th International
Conference of Soil Dynamics and Earthquake Engineering, hal. 32-56,
Berkeley, 2004.
26

Ikhsan, R., Analasis Potensi Likuifaksi Dari Data CPT dan SPT Dengan Studi
Kasus PLTU Ende Nusa Tenggara Timur, Tugas Sarjana, Prodi Teknik
Sipil, FT, Universitas Indonesia, Depok, 2011.
Irmayanti, Analisis Potensi Likuifaksi Lapisan Pasir pada Lokasi Jembatan Santan
Banda Aceh, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 2011.
Kapojos, C. G., Tamuntuan, G., Pasau, G., Analisis Percepatan Tanah Maksimum
Dengan Menggunakan Rumusan Esteva dan Donovan (Studi Kasus Pada
Semenanjung Utara Pulau Sulawesi). Jurnal Ilmiah Sains, 15(2), 2015.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kajian Gempa Pidie Jaya
Provinsi Aceh Indonesia, Bandung, 2016.
Kertapati, E. K., Penggunaan Metode Pemetaan Liquefaction Severity Index (LSI)
untuk Meringankan Bencana Gempa Bumi di Indonesia: dengan Studi
Kasus di Sulawesi Utara. Prosiding Geoteknik di Indonesia Menjelang
Millenium ke-3, Bandung, 1998.
Marcuson, W. F., Definition of Terms Related to Liquefaction. J. Geotech. Engrg.
Div., ASCE, 104(9): 1197-1200, 1978.
Mentari, A. K., Potensi Likuifaksi Berdasarkan Data CPT dan SPT di Sekitaran
Jalan Raya Yogya-Solo Yogyakarta. Tugas Sarjana, Program Studi Teknik
Sipil, FT, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2016.
Munirwansyah, Yunita, H., dan Munirwan, R. P., Kajian Potensial Likuifaksi
Akibat Gempa Berdasarkan Data SPT-N di Wilayah Provinsi Aceh,
Prosiding Simposium II – UNIID 2017, Palembang, 2017.
Muntohar, A. S., Studi Parametrik Potensi Likuifaksi dan Penurunan Permukaan
Tanah Berdasarkan Uji Sondir, 16th Annual Scientific Meeting, Jakarta,
2012.
Putra, H. G., Hakam, A., Lastaruna, D., Analisa Potensi Likuifaksi Berdasarkan
Data Pengujian Sondir (Studi Kasus GOR H. Agus Salim dan Lapai,
Padang). Jurnal Rekayasa Sipil, 5(1), 2009.
Putra, R. P., Studi Percepatan Gempa Maksimum Peta Gempa Indonesia di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Tugas Akhir Sarjana, Teknik Sipil, FTSLK, Institusi
Sepuluh November, Surabaya, 2012.
27

Sari, H. Y., Studi Percepatan Gempa Maksimum Untuk Zona Peta Gempa
Indonesia di Kota Banda Aceh, Tugas Akhir Sarjana, Teknik Sipil, FTSLK,
Institusi Sepuluh November, Surabaya, 2012.
Soebowo, E., Tohari, A., Sarah, D., Potensi Likuifaksi Akibat Gempa Bumi
Berdasarkan Data CPT dan N-SPT di Daerah Patalan Bantul, Yogyakarta.
Ris.Geo.Tam., 19(2): 85-97, 2009.
Tohari, A., Sugianti, K., Syahbana, A. J., Soebowo, E., Kerentanan Likuifaksi
Wilayah Kota Banda Aceh Berdasarkan Metode Uji Penetrasi Konus.
Ris.Geo.Tam., 25(2): 99-110, 2015.
USGS, What is Liquefaction ? (online), (www.usgs.gov/faqs, diakses 1 November
2019)
Youd, T. L., Idriss, I. M., Andrus, R. D., Arango, I., Castro, G., Christian, J. T.,
dkk., Liquefaction Resistance of Soils: Summary Report from the 1996
NCEER and 1998 NCEER/NSF Workshops on Evaluation of Liquefaction
Resistance of Soils. Journal Geotechnical and Geoenvironmental
Engineering, 127(10), 2001.
28

D. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

JADWAL
NO KEGIATAN
SEP OKT NOV DES JAN FEB
1 Studi awal/literatur
2 Penyusunan proposal skripsi
3 Seminar proposal skripsi
4 Pengumpulan data
5 Pengolahan data
6 Penyusunan skripsi
7 Seminar skripsi

Darussalam, 09 September 2019


Penulis,

M. Kautsar Rizki
NIM. 1504101010053

Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Halida Yunita, S.T., M.T. Dr. Bambang Setiawan, S.T., M.Eng.Sc
NIP. 19780613 200212 2 002 NIP. 19710603 200604 1 002

Anda mungkin juga menyukai