Anda di halaman 1dari 285

TUGAS AKHIR - RC18-1501

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG PONDASI


DALAM AKIBAT PENGARUH LIKUIFAKSI DAN
METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN BAKAR
MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

AUREL PRICILIA
NRP. 03111740000085

Dosen Pembimbing I
Dr. Trihanyndio Rendy Satrya, S.T., M.T.

Dosen Pembimbing II
Ir. Suwarno, M.Eng.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2021
TUGAS AKHIR - RC18-1501

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG PONDASI


DALAM AKIBAT PENGARUH LIKUIFAKSI DAN
METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN BAKAR
MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

AUREL PRICILIA
NRP. 03111740000085

Dosen Pembimbing I
Dr. Trihanyndio Rendy Satrya, S.T., M.T.

Dosen Pembimbing II
Ir. Suwarno, M.Eng.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2021

i
FINAL PROJECT - RC18-1501

DEEP FOUNDATION’S BEARING CAPACITY AND ITS


IMPROVEMENT METHODS DUE TO THE INFLUENCE
OF LIQUEFACTION
STUDY CASE: TANGKI TERMINAL BAHAN BAKAR
MINYAK, AMPENAN, LOMBOK

AUREL PRICILIA
NRP. 03111740000085

Academic Supervisor I
Dr. Trihanyndio Rendy Satrya, S.T., M.T.

Academic Supervisor II
Ir. Suwarno, M.Eng.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2021

iii
ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG PONDASI
DALAM AKIBAT PENGARUH LIKUIFAKSI DAN
METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN BAKAR
MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada
Program Studi S-1 Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh:
AUREL PRICILIA
NRP. 03111740000085

Disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir:

1. Dr. Trihanyndio Rendy Satrya, S.T., M.T. ………


(Pembimbing I)

2. Ir. Suwarno, M.Eng. ………


(Pembimbing II)

SURABAYA
16 AGUSTUS, 2021

xv
Analisis Kekuatan Daya Dukung Pondasi Dalam Akibat
Pengaruh Likuifaksi dan Metode Perbaikannya
Studi Kasus: Tangki Terminal Bahan Bakar Minyak di
Ampenan, Lombok

Nama Mahasiswa : Aurel Pricilia


NRP : 03111740000085
Departemen : Teknik Sipil FTSPK-ITS
Dosen Pembimbing I : Dr. Trihanyndio Rendy S., S.T, M.T
Dosen Pembimbing II: Ir. Suwarno, M.Eng.

Abstrak
Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap gempa
bumi karena berada di titik pertemuan tiga lempeng bumi, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Indo-
Australia. Daerah yang rawan gempa di Indonesia, antara lain
adalah wilayah Nusa Tenggara. Daerah dengan potensi gempa
yang tinggi dapat menjadi sangat berbahaya untuk daerah yang
memiliki tanah dengan jenis pasir karena dapat menimbulkan
potensi likuifaksi. Likuifaksi adalah kejadian dimana tanah
dengan konsistensi very loose – medium dense yang jenuh
kehilangan kekuatannya akibat adanya getaran yang kuat seperti
gempa bumi. Oleh sebab itu, untuk merencanakan bangunan pada
daerah rawan gempa dengan kondisi tanah pasir, harus dilakukan
analisa zona likuifaksi.
Saat ini, terdapat Terminal Bahan Bakar Minyak di kota
Ampenan, Lombok yang kondisi tanahnya pasir dengan
konsistensi loose hingga medium dense dan daerah tersebut
merupakan daerah yang rawan terhadap gempa. Terminal Bahan
Bakar Minyak tersebut menggunakan pondasi tiang pancang
sebagai bangunan struktur bawah, namun pondasi tiang pancang
eksisting yang sudah digunakan belum memperhitungkan potensi
likuifaksi.
Pada tugas akhir ini, pondasi tiang pancang yang ada di
Terminal Bahan Bakar Minyak akan dianalisis dengan
memperhatikan adanya pengaruh likuifaksi. Apabila pondasi
tiang pancang yang sudah ada tidak kuat terhadap pengaruh
likuifaksi, maka akan direncanakan metode perbaikan lapisan
tanah guna memperkuat pondasi yang sudah ada dengan beberapa
metode; antara lain metode penambahan tiang bor, metode cement
grouting, dan metode ground flex mole. Perhitungan beban akibat
struktur di atasnya akan dilakukan menggunakan software
SAP2000 untuk mengetauhi reaksi perletakan pada pondasi yang
sudah ada. Dengan adanya analisis dan metode perbaikan yang
dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir ini, akan dapat diperoleh
metode alternatif perbaikan tanah disekitar Tangki Terminal
Bahan Bakar Minyak.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan
kesimpulan dapat digunakan penambahan tiang bor diameter 60
cm sebanyak 36 tiang sedalam 30 meter didapatkan Qallow
sebesar 69.76 ton, penyuntikkan cement grouting tipe 1 sedalam
20 meter dengan diameter 0.56 meter dan jarak 1.7 meter di
sekeliling tangki didapatkan Qallow sebesar 133.86 ton,
penyuntikkan cement grouting tipe 2 sedalam 20 meter dengan
diameter 0.7 meter dan jarak 1.5 meter di sekeliling tangki
didapatkan Qallow sebesar 194.95 ton, dan metode ground flex
mole diameter 0.7 meter dan jarak 1.5 meter di bawah tangki
dengan Qallow sebesar 108.63 ton. Perbaikan yang disarankan
untuk dilakukan adalah metode ground flex mole dengan
pertimbangan biaya kebutuhan bahan yang lebih murah, yaitu Rp
925,226,301.21.

Kata kunci: cement grouting, gempa, ground flex mole,


likuifaksi, pondasi dalam

xvii
Deep Foundation’s Bearing Capacity And Its Improvement
Methods Due to the Influence of Liquefaction
Study Case: Tangki Terminal Bahan Bakar Minyak,
Ampenan, Lombok

Name :
Aurel Pricilia
NRP :
03111740000085
Departement :
Teknik Sipil FTSPK-ITS
Academic Supervisor I :
Dr. Trihanyndio Rendy S., S.T,
M.T
Academic Supervisor II : Ir. Suwarno, M.Eng.

Abstract
Indonesia is a country that is prone to earthquake
because it is located on the intersection of three earth plate,
Pacific Plate, Eurasia Plate, and Indo-Australian Plate. Regions
in Indonesia that is very prone to earthquake is Nusa Tenggara.
Regions with high potential of earthquake can be very dangerous
for the area that has sandy soil because it can cause the potential
of liquefaction. Liquefaction is a phenomena where saturated
sandy soil with very loose to medium dense consistency lose its
bearing capacity because of a very strong vibration like
earthquake. Nevertheless, building needs to be planned as an
earthquake resistance building with consideration of the potential
of liquefaction.
Now, there is an oil fuel terminal in Ampenan, Lombok
where it’s built on sandy soil with loose to medium dense
consistency and the area of the terminal is very prone to
earthquake. The oil fuel terminal is using spun pile as its
foundation, but the pile is not calculated the potential of
liquefaction which can happen anytime in that area.
In this final project, the existing piles beneath one of the
oil fuel tank in the terminal will be analyzed with the potential of
liquefaction in that area. If the existing piles are not resistance to
the liquefaction, then there will be planned some methods to
strengthen the existing pile beneath the oil fuel tank. The methods
are adding bored piles around the existing structures, cement
grouting method, and ground flex mole method. The calculation
of loads caused by the super structures will be using SAP2000
software to get the joint reactions at the existing piles. With the
analysis and calculation of the alternative methods to strengthen
the substructure of the existing piles in this final project, a
method that is reasonable to be implemented will be the output of
this final project.
From the analysis and the calculation results, it is known
that the improvement methods that can be implemented are
adding bored piles around the existing structures that needs 36
additional 0.6 meters diameter bored piles planted through 30
meters layer of soils with Qallow in the amount of 69.79 ton,
cement grouting type 1 with 0.56 meters diameter and 1.7 meters
distance around the existing structures with Qallow in the amount
of 133.86 ton, cement grouting type 2 with 0.7 meters diameter
and 1.5 meters distance around the existing structures with
Qallow in the amount of 194.95 ton, and ground flex mole method
with 0.7 meters diameter and 1.5 meters distance under the
existing structures with Qallow in the amount of 108.63 ton. The
recommended improvement method is ground flex mole method
considering the cheaper cost of Rp 925,226,301.21.

Keywords: cement grouting, earthquake, ground flex mole,


liquefaction, deep foundation

xix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa karena berkat rahmat Tuhan penulis bisa
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Kekuatan
Daya Dukung Pondasi Dalam Akibat Pengaruh Likuifaksi
dan Metode Perbaikannya Studi Kasus: Tangki Terminal
Bahan Bakar Minyak di Ampenan, Lombok” tepat pada
waktunya. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Trihanyndio Rendy Satrya, S.T., M.T.,
selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
banyak masukan dan motivasi dalam pengerjaan
Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Suwarno, M.Eng., selaku dosen
pembimbing II yang telah memberikan banyak
masukan dan motivasi dalam pengerjaan Tugas Akhir
ini.
3. Orang tua dan adik penulis yang memberikan
dukungan secara materiil.
4. Yusak Nurrizki, selaku pasangan penulis yang selalu
ada dan memberikan dukungan sarta semangat
selama pengerjaan Tugas Akhir.
5. Sahabat-sahabat penulis yang selalu ada untuk
mendengar kan keluh kesah penulis selama
pengerjaan Tugas Akhir.
6. Teman-teman departemen Teknik Sipil ITS Angkatan
2017 yang selalu mendukung penulis selama
pengerjaan Tugas Akhir.
7. Saya sendiri selaku penulis, karena dapat bertahan
dan terus berjuang untuk menyelesaikan Tugas Akhir
walaupun banyak “badai menerjang” selama
penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kata sempurna, namun penulis mengharapkan semoga Tugas
Akhir ini dapat menjadi manfaat bagi semua orang, khususnya
mahasiswa Teknik Sipil.

Surabaya, Juni 2021

Penulis

xxi
DAFTAR ISI

Abstrak ......................................................................................... vi
Abstract ......................................................................................viii
KATA PENGANTAR ................................................................... x
DAFTAR ISI ...............................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................xviii
DAFTAR TABEL ....................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 6
1.3 Tujuan................................................................................ 6
1.4 Batasan Masalah ................................................................ 7
1.5 Manfaat.............................................................................. 7
BAB II STUDI LITERATUR ....................................................... 9
2.1 Pemodelan Struktur ........................................................... 9
2.2 Gempa ............................................................................... 9
2.3 Stratigrafi Tanah .............................................................. 15
2.4 Likuifaksi Akibat Gempa Bumi ...................................... 17
2.4.1 Perhitungan Potensi Likuifaksi dengan Metode
Perbandingan Nilai CRR dan CSR .............................................. 18
2.5 Pondasi ............................................................................ 23
2.6 Pondasi Tiang .................................................................. 24
2.6.1 Kapasitas Daya Dukung Tiang dari Data N-SPT
Lapangan ..................................................................................... 25
2.6.2 Efisiensi Tiang Grup ................................................... 27
2.6.3 Daya Dukung Tiang Tunggal terhadap Gaya Lateral .. 27
2.7 Metode Peningkatan Daya Dukung Tanah dengan Metode
Grouting ...................................................................................... 30
2.7.1 Metode Grouting ......................................................... 32
2.7.2 Variabel Kontrol Grouting .......................................... 34
2.7.3 Peralatan Grouting ...................................................... 34
2.7.4 Peningkatan Parameter Tanah Akibat Grouting.......... 36
2.8 Cement Grouting ............................................................. 36
2.9 Ground Flex Mole ........................................................... 37
BAB III METODOLOGI ............................................................ 39
3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penyelesaian Tugas Akhir .... 39
3.2 Uraian Tahapan Penyelesaian Tugas Akhir .................... 41
3.2.1 Studi Literatur.............................................................. 41
3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder ...................................... 41
3.2.3 Analisis Data Tanah .................................................... 41
3.2.4 Menghitung Beban di Perletakan/Pondasi Akibat
Struktur di Atasnya...................................................................... 42
3.2.5 Menganalisis Stratigrafi Tanah Berdasarkan Kerapatan
Tanah ..................................................................................... 42
3.2.6 Menghitung Perubahan Daya Dukung Pondasi yang
Telah Direncanakan Akibat Pengaruh Likuifaksi ....................... 42
3.2.7 Cek Daya Dukung Pondasi yang Sudah Ada .............. 42
3.2.8 Pemilihan Alternatif Metode Perbaikan ...................... 42
3.2.9 Perhitungan Peningkatan Daya Dukung Pondasi ........ 43
3.2.10 Menghitung Biaya Kebutuhan Bahan Untuk Ketiga
Alternatif Metode Perbaikan ....................................................... 43
3.2.11 Kesimpulan dan Saran ................................................. 43
BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN .................. 45

xxiii
4.1 Pemodelan Struktur ......................................................... 45
4.1.1 Pembebanan Struktur .................................................. 46
4.1.2 Perhitungan Kekakuan Akibat Tanah Pada Struktur
Bawah ..................................................................................... 49
4.1.3 Kombinasi Beban ........................................................ 51
4.1.4 Hasil Analisa Struktur ................................................. 52
4.2 Analisa Data Tanah ......................................................... 52
4.2.1 Korelasi Data N-SPT Terhadap Parameter Fisis Tanah
yang Dibutuhkan ......................................................................... 52
4.2.2 Analisa Zona Likuifaksi .............................................. 58
4.3 Perhitungan Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Tiang
Pancang Tanpa Pengaruh Likuifaksi ........................................... 63
4.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang Tanpa
Pengaruh Likuifaksi .................................................................... 66
4.4.1 Perhitungan Daya Dukung Tiang Dalam Kelompok
Sebelum Perbaikan Tanpa Pengaruh Likuifaksi.......................... 66
4.4.2 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya
Lateral Sebelum Perbaikan Tanpa Pengaruh Likuifaksi ............. 68
4.5 Perhitungan Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Tiang
Pancang dengan Pengaruh Likuifaksi ......................................... 70
4.6 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang Sebelum
Perbaikan Dengan Pengaruh Likuifaksi ...................................... 73
4.6.1 Perhitungan Daya Dukung Tiang Dalam Kelompok
Sebelum Perbaikan Dengan Pengaruh Likuifaksi ....................... 73
4.6.2 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya
Lateral Sebelum Perbaikan Dengan Pengaruh Likuifaksi ........... 74
BAB V EVALUASI DAN PERENCANAAN PERBAIKAN
STRUKTUR BAWAH ................................................................ 79
5.1 Alternatif Perencanaan Perbaikan Pondasi dengan
Penambahan Bored Pile di Sekeliling TBBM ............................. 79
5.1.1 Perhitungan Daya Dukung Tiang Dalam Kelompok... 81
5.1.2 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya
Lateral Setelah Penambahan Bored Pile ..................................... 83
5.1.3 Perencanaan Poer Tangki ............................................ 85
5.2 Alternatif Perencanaan Perbaikan Tanah dengan Metode
Cement Grouting ......................................................................... 92
5.2.1 Perhitungan Cement Grouting Tipe 1.......................... 93
5.2.1.1 Korelasi Nilai N-SPT Baru Terhadap Parameter Fisis
Tanah yang Dibutuhkan .............................................................. 95
5.2.1.2 Analisa Zona Likuifaksi Terhadap Tanah yang Sudah
Diperbaiki dengan Cement Grouting Tipe 1 ............................... 97
5.2.1.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan
Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan Metode Cement
Grouting Tipe 1 ........................................................................... 99
5.2.1.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang Grup
dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan Metode
Cement Grouting Tipe 1 .............................................................. 99
5.2.1.5 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya
Lateral dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Cement Grouting Tipe 1............................................... 100
5.2.2 Perhitungan Cement Grouting Tipe 2........................ 102
5.2.2.1 Korelasi Nilai N-SPT Baru Terhadap Parameter Fisis
Tanah yang Dibutuhkan ............................................................ 104
5.2.2.2 Analisa Zona Likuifaksi Terhadap Tanah yang Sudah
Diperbaiki dengan Cement Grouting Tipe 2 ............................. 106
5.2.2.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan
Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan Metode Cement
Grouting Tipe 2 ......................................................................... 107

xxv
5.2.2.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang Grup
dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan Metode
Cement Grouting Tipe 2 ............................................................ 108
5.2.2.5 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya
Lateral dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Cement Grouting Tipe 1............................................... 108
5.3 Alternatif Perencanaan Perbaikan Pondasi dengan Metode
Ground Flex Mole ..................................................................... 110
5.3.1 Perhitungan Ground Flex Mole Tipe 1...................... 112
5.3.1.1 Korelasi Nilai N-SPT Baru Terhadap Parameter Fisis
Tanah yang Dibutuhkan ............................................................ 114
5.3.1.2 Analisa Zona Likuifaksi Terhadap Tanah yang Sudah
Diperbaiki dengan Ground Flex Mole Tipe 1 ........................... 116
5.3.1.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan
Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan Metode Ground
Flex Mole Tipe 1 ....................................................................... 117
5.3.1.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang dengan
Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan Metode Ground
Flex Mole Tipe 1 ....................................................................... 117
5.3.1.5 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya
Lateral dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Cement Grouting Tipe 1............................................... 118
5.3.2 Perhitungan Ground Flex Mole Tipe 2...................... 120
5.3.2.1 Korelasi Nilai N-SPT Baru Terhadap Parameter Fisis
Tanah yang Dibutuhkan ............................................................ 122
5.3.2.2 Analisa Zona Likuifaksi Terhadap Tanah yang Sudah
Diperbaiki dengan Ground Flex Mole Tipe 2 ........................... 124
5.3.2.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan
Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan Metode Ground
Flex Mole Tipe 2 ....................................................................... 125
5.3.2.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang dengan
Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan Metode Ground
Flex Mole Tipe 2 ....................................................................... 126
5.4 Perencanaan Biaya Kebutuhan Bahan ........................... 126
BAB VI KESIMPULAN ........................................................... 129
6.1 Kesimpulan.................................................................... 129
6.2 Saran .............................................................................. 131
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 133
LAMPIRAN 1 ........................................................................... 135
LAMPIRAN 2 ........................................................................... 138
LAMPIRAN 3 ........................................................................... 154
LAMPIRAN 4 ........................................................................... 159
LAMPIRAN 5 ........................................................................... 163
LAMPIRAN 6 ........................................................................... 167
LAMPIRAN 7 ........................................................................... 183
LAMPIRAN 8 ........................................................................... 199
LAMPIRAN 9 ........................................................................... 215
LAMPIRAN 10 ......................................................................... 222
LAMPIRAN 11 ......................................................................... 229
LAMPIRAN 12 ......................................................................... 235
LAMPIRAN 13 ......................................................................... 242

xxvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta tektonik Indonesia............................................. 1


Gambar 1. 2 Keruntuhan bangunan akibat likuifaksi pada gempa
Flores, 1992 ................................................................................... 2
Gambar 1. 3 Nilai Ss gempa Indonesia (kelas situs SB) ............... 3
Gambar 1. 4 Nilai S1 gempa Indonesia (kelas situs SB) ............... 4
Gambar 1. 5 Layout terminal bahan bakar minyak di Ampenan,
Lombok ......................................................................................... 5
Gambar 1. 6 (a) Lokasi penyelidikan tanah; (b) Sketsa tanah pada
titik B1; (c) Sketsa tanah pada titik B2.......................................... 5
Gambar 2. 1 Nilai Ss gempa Indonesia (kelas situs SB) ............. 14
Gambar 2. 2 Nilai S1 gempa Indonesia (Kelas situs SB) ............ 15
Gambar 2. 3 Percepatan tanah puncak PGA (kelas situs SB) ..... 15
Gambar 2. 4 Grafik CPT soil behavior type ................................ 16
Gambar 2. 5 Grafik magnitude scaling factor ............................. 23
Gambar 2. 6 Grafik koefisien modulus tanah, f .......................... 28
Gambar 2. 7 Grafik nilai Fδ dan nilai FM ..................................... 29
Gambar 2. 8 Klasifikasi metode grouting.................................... 33
Gambar 2. 9 Metode grouting ..................................................... 33
Gambar 2. 10 Sketsa sleeve pipe untuk grouting ........................ 35
Gambar 2. 11 Horizontal Directional Drilling (HDD) ................ 37
Gambar 2. 12 Alur pekerjaan ground flex mole .......................... 38
Gambar 3. 1 Diagram Alir Metodologi Penyelesaian Tugas Akhir
..................................................................................................... 39
Gambar 4.1 Tampak atas pemodelan struktur bawah bangunan
tangki bahan bakar minyak dengan menggunakan SAP2000 ..... 45
Gambar 4.2 Tampak 3D pemodelan struktur bawah tangki bahan
bakar minyak dengan menggunakan SAP2000 ........................... 45
Gambar 5. 1 Denah tiang pancang sebelum perbaikan ............... 79
Gambar 5. 2 Denah tiang setelah ditambah tiang bor di sekeliling
tangki ........................................................................................... 80
Gambar 5. 3 Tampak 3D pemodelan struktur bawah tangki bahan
bakar minyak setelah ditambahkan tiang dengan menggunakan
SAP2000...................................................................................... 80
Gambar 5. 4 Tampak atas pemodelan struktur bawah tangki
bahan bakar minyak setelah ditambahkan tiang dengan
menggunakan SAP2000 .............................................................. 81
Gambar 5. 5 Konfigurasi cement grouting tipe 1 ........................ 93
Gambar 5. 6 Konfigurasi cement grouting tipe 2 ........................ 93
Gambar 5. 7 Tampak atas konfigurasi ground flex mole tipe 1. 111
Gambar 5. 8 Tampak samping konfigurasi ground flex mole tipe 1
................................................................................................... 111
Gambar 5. 9 Tampak atas konfigurasi ground flex mole tipe 2. 112

xxix
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kategori risiko bangunan gedung dan nongedung


untuk beban gempa...................................................................... 10
Tabel 2. 2 Faktor modifikasi respons R untuk sistem pemikul
gaya seismik ................................................................................ 13
Tabel 2. 3 Faktor keutamaan gempa, Ie ...................................... 13
Tabel 2. 4 Klasifikasi situs .......................................................... 13
Tabel 2. 5 Korelasi N-SPT terhadap konsistensi tanah ............... 17
Tabel 2. 6 Faktor koreksi terhadap N-SPT untuk (N1)60 ............. 22

Tabel 4.1 Nilai parameter respons spektrum wilayah Lombok


kelas situs SB .............................................................................. 48
Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan spring titik B1 ..................... 49
Tabel 4.3 Rekapitulasi perhitungan spring titik B2 ..................... 50
Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil koreksi N-SPT titik B1 .................. 54
Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil koreksi N-SPT titik B2 .................. 55
Tabel 4.6 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter
fisis tanah titik B1 ....................................................................... 56
Tabel 4.7 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter
fisis tanah titik B2 ....................................................................... 57
Tabel 4.8 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi titik B1 ............... 61
Tabel 4.9 Rekapitulasi Analisa zona likuifaksi titik B2 .............. 62
Tabel 4. 10 Perhitungan daya dukung tanah dengan diameter
tiang pancang 60 m tanpa pengaruh likuifaksi ............................ 65
Tabel 4. 11 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tiang dalam
grup sebelum perbaikan tanah tanpa pengaruh likuifaksi ........... 67
Tabel 4. 12 Rekapitulasi kontrol lateral pondasi tiang pancang
tanpa pengaruh likuifaksi sebelum perbaikan tanah .................... 70
Tabel 4. 13 Perhitungan daya dukung tanah dengan diameter
tiang pancang 60 m dengan pengaruh likuifaksi ......................... 72
Tabel 4. 14 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tiang dalam
grup sebelum perbaikan tanah dengan pengaruh likuifaksi......... 74
Tabel 4. 15 Rekapitulasi kontrol lateral pondasi tiang pancang
dengan pengaruh likuifaksi sebelum perbaikan tanah ................. 76
Tabel 5. 1 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tiang dalam
grup sebelum perbaikan tanah setelah ditambah tiang bor pada
sekeliling tangki .......................................................................... 82
Tabel 5. 2 Rekapitulasi kontrol lateral pondasi tiang pancang
dengan pengaruh likuifaksi setelah penambahan tiang bor di
sekeliling tiang ............................................................................ 85
Tabel 5. 3 Rekapiitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode
cement grouting tipe 1 ................................................................. 94
Tabel 5. 4 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat
cement grouting tipe 1 ................................................................. 95
Tabel 5. 5 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat cement
grouting tipe 1 terhadap parameter fisis tanah ............................ 96
Tabel 5. 6 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi setelah cement
grouting tipe 1a ........................................................................... 98
Tabel 5. 7 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan
metode perbaikan tanah cement grouting tipe 1 .......................... 99
Tabel 5. 8 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode
cement grouting tipe 2 ............................................................... 103
Tabel 5. 9 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat
cement grouting tipe 2 ............................................................... 104
Tabel 5. 10 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat cement
grouting tipe 2 terhadap parameter fisis tanah .......................... 105
Tabel 5. 11 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi setelah cement
grouting tipe 2 ........................................................................... 106
Tabel 5. 12 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan
metode perbaikan tanah cement grouting .................................. 107
Tabel 5. 13 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode
ground flex mole ....................................................................... 113
Tabel 5. 14 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat
ground flex mole ....................................................................... 114
Tabel 5. 15 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat ground
flex mole terhadap parameter fisis tanah ................................... 115
Tabel 5. 16 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi setelah ground
flex mole.................................................................................... 116

xxxi
Tabel 5. 17 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan
metode perbaikan tanah ground flex mole ................................ 117
Tabel 5. 18 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode
ground flex mole ....................................................................... 121
Tabel 5. 19 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat
ground flex mole ....................................................................... 122
Tabel 5. 20 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat ground
flex mole terhadap parameter fisis tanah ................................... 123
Tabel 5. 21 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi setelah ground
flex mole.................................................................................... 124
Tabel 5. 22 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan
metode perbaikan tanah ground flex mole ................................ 125
Tabel 5. 23 Perhitungan volume kebutuhan bahan setiap metode
alternatif .................................................................................... 127
Tabel 5. 24 Perhitungan biaya kebutuhan bahan setiap metode
alternatif .................................................................................... 127
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap gempa
bumi karena berada di titik pertemuan tiga lempeng bumi, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Indo-Australia
yang dapat dilihat pada Gambar 1.1. Daerah yang rawan gempa di
Indonesia antara lain adalah wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
Daerah Nusa Tenggara terutama Pulau Lombok merupakan
kawasan seismik aktif sehingga daerah tersebut memiliki potensi
terkena guncangan gempa dikarenakan Pulau Lombok terletak di
antara dua pembangkit gempa dari arah selatan (zona subduksi
lempeng Indo-Australia) dan arah utara
(struktur geologi Sesar Naik Flores atau biasa disebut
Flores Back Arc Thrusting).

Gambar 1. 1 Peta tektonik Indonesia


Sumber: BMKG Indonesia

1
2

Daerah dengan potensi gempa yang tinggi dapat menjadi


sangat berbahaya untuk daerah yang memiliki tanah dengan jenis
pasir. Jenis tanah pasir dengan konsistensi very loose – medium
dense dapat menimbulkan potensi likuifaksi pada daerah tersebut.
Likuifaksi adalah kejadian dimana tanah dengan konsistensi very
loose – medium dense yang jenuh kehilangan kekuatannya
akibaTadanya getaran yang kuat seperti gempa bumi.
Likuifaksi tidak terlalu berpengaruh jika jenis tanah pasir
hanya berada pada kedalaman tertentu dengan lapisan yang tipis
karena gaya gesekan yang hilang relatif kecil dan tidak terlalu
signifikan terhadap pengurangan daya dukung pondasi. Lain
halnya jika lapisan tanah yang berpotensi likuifaksi lapisannya
tebal, hal tersebut akan menyebabkan hilangnya gaya gesekan
yang besar dan akan sangat berpengaruh pada pengurangan daya
dukung pondasi. Kemungkinan terburuk dari terjadinya likuifaksi
adalah runtuhnya bangunan karena kegagalan pada struktur
pondasi dari bangunan tersebut. Contoh keruntuhan bangunan
akibat likuifaksi dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1. 2 Keruntuhan bangunan akibat likuifaksi pada gempa


Flores, 1992
Sumber: http://geomagz.geologi.esdm.go.id/memantau-gempa-
flores-tahun-1992/
3

Saat ini, Kota Ampenan yang berada di pulau Lombok,


Nusa Tenggara Barat, didominasi oleh pasir dengan konsistensi
loose hingga medium dense yang memiliki potensi terjadinya
likuifaksi jika terjadi gempa bumi. Untuk menghitung pondasi
untuk suatu struktur harus direncanakan sesuai dengan Pasal 15,
SNI 1726:2019 yang menjelaskan tentang peta-peta gerak tanah
seismik dan koefisien resiko di Indonesia. Dari pasal tersebut,
dapat diketahui nilai SS (parameter percepatan respons spektrum
periode 0,2 detik) dan S1 (parameter percepatan respons spektrum
periode 1 detik). Nilai SS dan S1 akan berpengaruh pada
perhitungan gaya gempa untuk perencanaan bangunan. Pada
Gambar 1.3 dan Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa Pulau Lombok
memiliki nilai SS sebesar 1,0 – 1,2g dan S1 sebesar 0,3 – 0,4g.
Dengan nilai respons spektrum tersebut, dapat diketahui bahwa
Lombok merupakan daerah dengan resiko gempa yang cukup
tinggi.

Gambar 1. 3 Nilai Ss gempa Indonesia (kelas situs SB)


Sumber: SNI 1726-2019

3
4

Gambar 1. 4 Nilai S1 gempa Indonesia (kelas situs SB)


Sumber: SNI 1726-2019
Pada kondisi tanah seperti tersebut diatas, ternyata di
kota Ampenan telah dibangun Terminal Bahan Bakar Minyak
(Gambar 1.5) yang menggunakan struktur pondasi tiang
pancang. Hanya saja, pondasi tersebut direncanakan tanpa
memperhatikan potensi likuifaksi di daerah yang tanahnya
dominan pasir tersebut. Lokasi penyelidikan tanah dapat dan
sketsa lapisan tanah dapat dilihat pada Gambar 1.6 dan data
tanah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Oleh
sebab itu, tugas akhir ini akan menganalisis pondasi tiang
pancang yang sudah direncanakan apabila pengaruh likuifaksi
pada Terminal Bahan Bakar Minyak tersebut diperhitungkan.
Selain itu, perlu direncanakan metode perbaikan lapisan tanah
untuk mengurangi bahaya likuifaksi. Perencanaan metode
alternatif ini diharapkan akan dapat diperoleh perencanaan
yang efisien dan ekonomis.
5

Gambar 1. 5 Layout terminal bahan bakar minyak di Ampenan,


Lombok
Sumber: Laporan Penyelidikan Tanah TBBM, Ampenan, Lombok

(a)

(b) (c)
Gambar 1. 6 (a) Lokasi penyelidikan tanah; (b) Sketsa tanah pada
titik B1; (c) Sketsa tanah pada titik B2
Sumber: Laporan Penyelidikan Tanah TBBM, Ampenan, Lombok

5
6

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah:
1. Bagaimana kondisi tanah pada Kawasan TBBM di
Ampenan Lombok dan berapa tebal total tanah yang
berpotensi untuk mengalami likuifaksi?
2. Berapa daya dukung pondasi tangki eksisting di TBBM
tanpa pengaruh likuifaksi?
3. Berapa daya dukung pondasi tangki eksisting di TBBM
dengan pengaruh likuifaksi?
4. Bagaimana desain dan berapa daya dukung pondasi yang
telah diperbaiki dengan metode penambahan bored pile di
sekeliling pondasi eksisting?
5. Bagaimana desain dan berapa daya dukung pondasi yang
telah diperbaiki dengan metode penyuntikkan cement
grouting di sekeliling pondasi eksisting?
6. Bagaimana desain dan berapa daya dukung pondasi yang
telah diperbaiki dengan metode penyuntikkan ground flex
mole di bawah pondasi eksisting?
7. Berapa biaya kebutuhan bahan dari setiap metode
perbaikan yang direncanakan?
8. Apa metode perbaikan lapisan tanah di sekitar Terminal
Bahan Bakar Minyak yang efisien dan dapat digunakan
untuk mengurangi bahaya likuifaksi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk
menganalisis pengaruh likuifaksi terhadap daya dukung
pondasi yang ada di Terminal Bahan Bakar Minyak di
Ampenan, Lombok, dan mencari alternatif perbaikannya
agar terminal tersebut tetap aman dan stabil walaupun
likuifaksi terjadi.
7

1.4 Batasan Masalah


Dalam penulisan Tugas Akhir ini terdapat beberapa batasan
masalah, yaitu:
1. Tidak merencanakan struktur bangunan atas.
2. Permodelan struktur bangunan atas menggunakan
aplikasi SAP2000 hanya untuk mendapatkan reaksi
perletakan.

1.5 Manfaat
Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah diperolehnya
metode alternatif perbaikan yang dapat diaplikasikan pada
pondasi Terminal Bahan Bakar Minyak di Ampenan, Lombok,
apabila likuifaksi terjadi.

7
Halaman ini sengaja dikosongkan

8
BAB II
STUDI LITERATUR

2.1 Pemodelan Struktur


Dalam menghitung besar reaksi perletakan yang diterima
pondasi, perlu dilakukan input beban dan gaya yang diterima
oleh struktur tangki berupa berat sendiri tangki, beban hidup,
beban minyak yang ditampung oleh tangki, dan beban gempa.
Perhitungan ini dapat dilakukan menggunakan program bantu
SAP2000. Tata cara penggunaan SAP2000 dapat dilihat pada
buku SAP2000 Integrated Finite Elements Analysis and Design
of Structures.
Untuk beban gempa, digunakan SNI 1726-2019 tentang
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung. Uraian rinci tentang gempa
akan diberikan pada Sub Bab 2.2

2.2 Gempa
Struktur tangki dihitung dengan mempertimbangkan
pengaruh dari gempa. Perhitungan gempa mengacu pada SNI
1726-2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung. Untuk
menentukan gempa rencana dapat digunakan analisis gempa
dinamik respons spektrum.
Perhitungan dengan metode respons spektrum
membutuhkan nilai R dan Ie yang membutuhkan kategori resiko
(Tabel 2.1). R adalah koefisien modifikasi respons (lihat pada
Tabel 2.2) dan struktur lainnya untuk beban gempa, sedangkan Ie
adalah faktor keutamaan gempa (lihat pada Tabel 2.3).
Parameter SS dan S1 gempa dapat dilihat pada Gambar
2.1 dan Gambar 2.2 yang didapatkan dari SNI 1726-2019, dimana
penentuan parameter didasarkan pada nilai kelas situs yang dapat
dilihat pada Tabel 2.4. Dalam menganalisis gempa, dibutuhkan
data Percepatan Tanah Puncak yang dapat berguna untuk

9
10

mengevaluasi potensi likuifaksi dan kehilangan kekuatan tanah


yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Tabel 2. 1 Kategori risiko bangunan gedung dan nongedung untuk beban gempa
Sumber: SNI 1726-2019
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko

Gedung dan nongedung yang memiliki risiko rendah


terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan I
perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk


dalam kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar II
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/rumah susun
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
11

Tabel 2. 1 Kategori risiko bangunan gedung dan nongedung untuk beban gempa
(lanjutan)
Sumber: SNI 1726-2019
Gedung dan nongedung yang memiliki risiko tinggi
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah
dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Banunan untuk orang jompo

Gedung dan nongedung, tidak termasuk ke dalam


kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk
menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakan
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak III
dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi

Gedung dan nongedung yang tidak termasuk dalam


kategori risiko IV. (termasuk, tetapi tidak dibatasi
untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan,
penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar
berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya,
atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung
bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran
12

Tabel 2. 1 Kategori risiko bangunan gedung dan nongedung untuk beban gempa
(lanjutan)
Sumber: SNI 1726-2019

Gedung dan nongedung yang dikategorikan sebagai


fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi
untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah ibadah
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang
memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor
polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, tsunamu,
angin badai, dan termpat perlindungan darurat lainnya IV
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi,
dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya
yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi,
tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran
atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau
material atau peralatan pemadam kebakaran) yagn
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat

Gedung dan nongedung yang dibutuhkan untuk


mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang
masuk ke dalam kategori risiko IV
13

Tabel 2. 2 Faktor modifikasi respons R untuk sistem pemikul gaya seismik


Sumber: SNI 1726-2019

Koefisien
Sistem Pemikul Gaya Seismik Modifikasi
Respons, R
1. Dinding geser beton bertulang khusus 5
2. Dinding geser beton bertulang biasa 4
3. Dinding geser beton polos didetail 2
4. Dinding geser beton polos biasa 1.5
5. Dinding geser pracetak menengah 4
6. Dinding geser pracetak biasa 3

Tabel 2. 3 Faktor keutamaan gempa, Ie


Sumber: SNI 1726-2019

Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie


I atau II 1
III 1,25
IV 1,5

Tabel 2. 4 Klasifikasi situs


Sumber: SNI 1726-2019
Kelas situs 𝑣̅𝑠 (m/detik) ̅̅̅𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑁
𝑁 ̅̅̅̅̅
𝑐𝑏
̅̅̅
𝑆𝑢
SA (batuan
> 1500 N/A N/A
keras)
750 sampai
SB (batuan) N/A N/A
1500
SC (tanah keras,
350 sampai
sangat padat dan > 50 ≥ 100
750
batuan lunak)
SD (tanah 175 sampai 50 sampai
15 sampai 50
sedang) 350 100
14

Tabel 2. 4 Klasifikasi situs (lanjutan)


Sumber: SNI 1726-2019

SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50


Atau setiap profil tanah yang mengandung
lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik
sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20,
2. Kadar air, w ≥ 40%
3. Kuat geser niralir 𝑆 ̅̅̅
𝑢 < 25 kPa
SF (tanah khusus Setiap profil lapisan tanah yang memiliki
yang salah satu atau lebih dari karakteristik
membutuhkan berikut:
investigasi - Rawan dan berpotensi gagal atau
geoteknik spesifik runtuh akibat beban gempa seperti
dan analisis mudah likuifaksi, lempung sangat
respons spesifik- sensitif, tanah tersementasi lemah
situs yang - Lempung sangat organik dan/atau
mengikuti 0) gambut (ketebalan H > 3 m)

Gambar 2. 1 Nilai Ss gempa Indonesia (kelas situs SB)


Sumber: SNI 1726-2019
15

Gambar 2. 2 Nilai S1 gempa Indonesia (Kelas situs SB)


Sumber: SNI 1726-2019

Gambar 2. 3 Percepatan tanah puncak PGA (kelas situs SB)


Sumber: SNI 1726-2019

2.3 Stratigrafi Tanah


Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas
aturan, hubungan dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di
alam dalam ruang dan waktu sedangkan dalam arti sempit ialah
ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan (Sandi Stratigrafi
Indonesia, 1996).
16

Untuk menganalisis stratigrafi tanah berdasarkan


jenisnya, diperlukan data Cone Penetration Test yang kemudian
akan di analisis berdasarkan grafik seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Grafik CPT soil behavior type


Sumber: Robertson and Campanella. 1986

Sedangkan, untuk menganalisis stratigrafi tanah


berdasarkan kerapatannya, diperlukan data laboratorium yang
mencakup berat jenis tanah dan sudut geser tanah. Data tersebut
akan dikolerasikan dengan N-SPT yang didapatkan dari bore log
sesuai dengan Tabel 2.5
17

Tabel 2. 5 Korelasi N-SPT terhadap konsistensi tanah


Sumber: Bowles, Joseph E., 1988
Cohesionless Soil
N 0-3 4-10 11-30 31-50 >51
Unit Weight, ɣ,
- 12-16 14-18 16-20 18-23
kN/m3
Angle of
- 25-32 28-36 30-40 >35
Friction, ø
Very Very
State Loose Medium Dense
Loose Dense
Dr (%) 0-15 15-35 35-65 65-85 85-100
Cohessive Soil
N <4 4-6 6-15 16-25 >25
Unit Weight, ɣ,
14-18 16-18 16-18 16-20 >20
kN/m3
qu, kN/m2 <25 20-50 30-60 40-200 >100
Very
State Soft Medium Stiff Hard
Soft

2.4 Likuifaksi Akibat Gempa Bumi


Menurut Seed (1979), likuifaksi adalah suatu kondisi
dimana tanah akan mengalami deformasi yang kontinu pada
tegangan atau tahanan sisa yang rendah akibat terbentuknya
tekanan air pori yang tinggi yang dapat mengurangi tekanan
efektif. Peningkatan tekanan air pori yang menimbulkan
likuifaksi dapat disebabkan oleh bekerjanya tegangan statis atau
cyclic, dan kemungkinan terjadinya likuifaksi tergantung pada
angka pori, kepadatan relatif dan tekanan total.
Likuifaksi dapat terjadi pada kedalaman berapapun
apabila ada beban dinamis yang bekerja pada lapisan tanah yang
jenuh. Jika likuifaksi terjadi, maka akan ada tekanan hidrostatik
yang hilang karena adanya aliran air ke atas.
18

2.4.1 Perhitungan Potensi Likuifaksi dengan Metode


Perbandingan Nilai CRR dan CSR
Peninjauan potensi likuifaksi lapisan tanah dapat
dilakukan dengan metode perbandingan nilai Cyclic Resistance
Ratio (CRR) dengan nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) untuk
mendapatkan nilai faktor keamanan. Dimana Cyclic Resistance
Ratio (CRR) adalah kapasitas tahanan tanah dari tegangan siklik
tersebut yang dapat memicu terjadinya likuifaksi dan Cyclic
Stress Ratio (CSR) adalah rasio tegangan tanah siklik yang
disebabkan oleh beban seismik (gempa). Faktor Keamanan (FS)
tidak boleh kurang dari 1 (satu), karena jika kurang dari 1 (satu)
maka tanah akan mengalami likuifaksi. Perhitungan FS dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝐶𝑅𝑅
𝐹𝑆 = (1)
𝐶𝑆𝑅

Dimana:
- Jika FS < 1, terjadi likuifaksi
- Jika FS = 1, kondisi kritis terhadap likuifaksi
- Jika FS > 1, tidak terjadi likuifaksi.

a. Cyclic Stress Ratio (CSR)


Untuk menghitung nilai CSR, dapat digunakan persamaan dari
Seed & Idriss (1971) sebagai berikut:
𝑎𝑚𝑎𝑥 𝜎𝑣
𝐶𝑆𝑅 = 0.65 × × × 𝑟𝑑 (2)
𝑔 𝜎′𝑣

Dimana:
𝑎𝑚𝑎𝑥 = Percepatan maksimum gempa horizontal pada
permukaan tanah (SNI 1726:2012)
g = Percepatan gravitasi bumi (9,81 m2/s)
𝜎𝑣 = Tegangan tanah total di kedalaman z (kN/m2)

𝜎𝑣 = Tegangan tanah efektif di kedalaman z
(kN/m2)
19

rd = Faktor reduksi tegangan

Nilai rd dapat dihitung menggunakan persamaan dari T. F.


Blake (1996) sebagai berikut:

1−0.4113𝑧 0.5 +0.04052𝑧+0.001752𝑧 1.5


𝑟𝑑 = (3)
1−0.4177𝑧 0.5 +0.05729𝑧−0.006205𝑧 1.5 +0.00121𝑧 2

Dimana z adalah kedalaman yang ditinjau.

b. Cyclic Resistance Ratio (CRR)


Menurut NCEER/NSF (1998) mengenai Analisa potensi
likuifaksi, nilai CRR bisa didapatkan berdasarkan jumlah
pukul SPT. Untuk mendapatkan nilai CRR, harus
dilakukan koreksi dengan persamaan-persamaan sebagai
berikut:
- Hitung (N1)60 dengan persamaan dari Idriss &
Boulanger (2008):

(𝑁1 )60 = 𝑁𝑚 𝐶𝑁 𝐶𝐸 𝐶𝐵 𝐶𝑅 𝐶𝑆 (4)

Dimana:
Nm = Nilai SPT lapangan
CN = Faktor koreksi terhadap tegangan tanah
efektif
CE = Faktor koreksi terhadap rasio energy
hammer
CB = Faktor koreksi terhadap diameter lubang
bor
CR = Faktor koreksi terhadap panjang batang
SPT
CS = Faktor koreksi terhadap pengambilan
sampel.
20

Faktor koreksi terhadap tegangan tanah efektif dapat


didapatkan menggunakan persamaan Seed & Idriss
(1982):
2.2
𝐶𝑁 = 𝜎′ 𝑣
(5)
1.2+
𝑃𝑎
Dimana:
𝜎′𝑣 = Tegangan tanah efektif (kN/m2)
Pa = Tekanan atmosfer (100 kPa)

Sedangkan, untuk faktor koreksi lainnya bisa


didapatkan dari Tabel 2.6.

- Hitung koreksi terhadap partikel halus di dalam tanah


dengan persamaan dari Idriss & Boulanger (2008):

(𝑁1 )60.𝑐𝑠 = (𝑁1 )60 + ∆(𝑁1 )60 (6)


9.7 15.7 2
∆(𝑁1 )60 = exp (1.63 + −( ) ) (7)
𝐹𝐶+0.01 𝐹𝐶+0.01
(𝑁1 )60.𝑐𝑠 (𝑁 ) 2
𝐶𝑅𝑅7.5 = exp ( + ( 1126 60.𝑐𝑠
) −
14.1
(𝑁1 )60.𝑐𝑠 3 (𝑁1 )60.𝑐𝑠 4
( 23.6 ) + ( 25.4 ) − 2.8) (8)

Dimana:
CRR7.5 = Cyclic Resistance Ratio direfrensi
gempa (Mw = 7.5)
(𝑁1 )60.𝑐𝑠 = Nilai (𝑁1 )60 yang sudah dikoreksi clean
– sands
(𝑁1 )60 = Nilai SPT yang sudah dikoreksi dengan
tegangan tanah
FC = Finest Content (%)
∆(𝑁1 )60 = Koefisien
21

Jika (𝑁1 )60.𝑐𝑠 < 37.5, tanah harus dievaluasi karena


rentan terhadap likuifaksi.

- Hitung Magnitude Scaling Factors (MSF) dengan


persamaan dari Idriss & Boulanger (2008):

𝑀𝑆𝐹 = 0.058 + 6.9ex p(0.25𝑀𝑤) ≤ 1.8 (9)

Dimana Mw adalah Moment Magnitude gempa


refrensi yang terjadi di lokasi tersebut. MSF juga bisa
didapatkan dari grafik seperti pada Gambar 2.5.

- Hitung nilai CRR terkoreksi dengan persamaan dari


Idriss & Boulanger (2008):

𝐶𝑅𝑅𝑀 = 𝐶𝑅𝑅𝑀=7.5 × 𝑀𝑆𝐹 × 𝐾𝜎 (10)


𝜎′𝑣
𝐾𝜎 =1 − 𝐶𝜎. ln ( 𝑃𝑎 ) ≤ 1.1 (11)
1
𝐶𝜎 = (12)
18.9−2.55√(𝑁1 )60.𝑐𝑠

Dimana:

𝐶𝑅𝑅𝑀 = Cyclic Resistance Ratio direfrensi gempa


𝐶𝜎 = Faktor koreksi nilai CRR
(𝑁1 )60.𝑐𝑠 = Nilai N-SPT terkoreksi
𝜎′𝑣 = Tegangan tanah efektif (kN/m2)
Pa = Tekanan atmosfer (100 kPa)
22

Tabel 2. 6 Faktor koreksi terhadap N-SPT untuk (N1)60


Sumber: Youd & Idriss, 1997

Factor Equipment Term Correction


(1) variable (3) (4)
(2)
Overburden - 𝐶𝑁 (𝑃𝑜/𝜎′𝑣𝑜 )0,5
pressure
Overburden - 𝐶𝑁 𝐶𝑁 ≤ 1,7
pressure
Energi ratio Donut hammer 𝐶𝐸 0,5 – 1,0
Energi ratio Safety 𝐶𝐸 0,7 – 1,2
hammer
Energi ratio Automatic-trip 𝐶𝐸 0,8 – 1,3
Donut-type
hammer
Borehole 65-115 mm 𝐶𝐵 1,0
diameter
Borehole 150 mm 𝐶𝐵 1,05
diameter
Borehole 200 mm 𝐶𝐵 1,15
diameter
Rod length <3m 𝐶𝑅 0,75
Rod length 3-4 m 𝐶𝑅 0,8
Rod length 4-6 m 𝐶𝑅 0,85
Rod length 6-10 m 𝐶𝑅 0,95
Rod length 10-30 m 𝐶𝑅 1,0
Sampling Standard 𝐶𝑠 1,0
method sampler
Sampling Sampler 𝐶𝑠 1,1-1,3
method without liners
23

Gambar 2. 5 Grafik magnitude scaling factor


Sumber: Idriss, 1999

2.5 Pondasi
Pondasi adalah bagian dari struktur bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah dan berfungsi sebagai
penahan beban yang berada di atasnya. Pondasi bangunan
berperan sangat penting bagi sebuah bangunan untuk
menghasilkan bangunan yang kuat. Pondasi bangunan dibagi
menjadi dua jenis, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Suatu pondasi dikatakan dangkal dengan syarat D/B < 4 atau 5
(Olivari, 1986), sedangkan pondasi dalam memiliki syarat D/B ≥
4 atau 10 (Olivari, 1986). Ada beberapa pertimbangan dalam
memiih jenis struktur pondasi menurut Suyono (1984):
1. Keadaan tanah pondasi
Keadaan tanah pondasi berpengaruh dalam pemilihan
jenis pondasi; yang diperhatikan dari keadaan tanah
adalah jenis tanah, daya dukung tanah, dan
sebagainya.
24

2. Batasan akibat struktur di atasnya.


Batasan ini meliputi kondisi beban dan sifat dinamis
bangunan di atasnya.
3. Batasan keadaan lingkungan di sekitarnya
Batasan ini meliputi kondisi sekitar proyek yang tidak
boleh mengganggu bangunan dan lingkungan yang
sudah ada di sekitarnya.
4. Biaya dan waktu proyek
Biaya dan waktu proyek perlu diperhatikan karena
sangat berpengaruh pada tujuan pencapaian kondisi
yang ekonomis dan efisien dalam pembangunan.

Pondasi dangkal dan pondasi dalam memiliki jenisnya


masing-masing. Untuk pondasi dangkal terdapat pondasi
setempat, pondasi menerus, pondasi pelat, pondasi cakar ayam,
dan pondasi sarang laba-laba. Sedangkan untuk pondasi dalam
terdapat pondasi tiang pancang dan tiang bor. Penjelasan lebih
lanjut mengenai pondasi tiang dapat dilihat pada Sub-Bab 2.6

2.6 Pondasi Tiang


Pondasi tiang adalah struktur bagian bawah dari sebuah
bangunan yang dapat terbuat dari kayu, beton, atau baja yand
dipancang hingga kedalaman tertentu hingga mencapai lapisan
tanah keras. Pondasi tiang terbagi menjadi dua, yaitu pondasi
tiang pancang (driven pile) dan pondasi tiang bor (bored pile).
a. Tiang pancang, bagian dari struktur yang digunakan
untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan)
beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang
terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang
bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan
beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari
tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton.
b. Tiang bor, pondasi tiang yang pemasangannya
dilakukan dengan mengebor tanah lebih dahulu (Hary
Christady Hardiyatmo, 2010). Pemasangan pondasi
25

bored pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara


mengebor tanah terlebih dahulu, yang kemudian diisi
tulangan yang telah dirangkai dan dicor beton.
Apabila tanah mengandung air, maka dibutuhkan
pipa besi atau yang biasa disebut dengan temporary
casing untuk menahan dinding lubang agar tidak
terjadi kelongsoran, dan pipa ini akan dikeluarkan
pada waktu pengecoran beton

Pada umumnya, tiang dipasang tegak lurus ke dalam


tanah, namun ada beberapa kasus yang membutuhkan penahan
gaya horizontal sehingga tiang dipasang miring. Pada
perencanaan pondasi tiang, perlu dihitung daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul beban bangunan di atasnya.

2.6.1 Kapasitas Daya Dukung Tiang dari Data N-SPT


Lapangan
Nilai N-SPT lapangan yang didapatkan dari data
sekunder tidak bisa langsung digunakan untuk perencanana
pondasi tiang. Nilai N-SPT tersebut harus dikoreksi terhadap
muka air tanah menjadi N’. Nilai N’ bisa didapatkan
menggunakan persamaan Terzaghi & Peck (1960):
1
𝑁 ′ = 15 + 2 (𝑁 − 15) (13)

Dimana:
N = Nilai N-SPT lapangan
N’ = Nilai N-SPT terkoreksi

Kemudian, daya dukung pondasi tiang pancang dapat dihitung


menggunakan metode Luciano Dacourt denga rumus:

𝑄𝑢 = 𝑄𝑝 + 𝑄𝑠 (14)
𝑄𝑢
𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑆𝐹 (15)
26

Dimana:
Qu = Daya dukung ultimate satu tiang pancang
Qp = Tegangan ultimate ujung tiang pancang
Qs = Daya dkung akibat gesekan tiang pancang
Qijin = Daya dukung ijin tiang
SF = Safety Factor pondasi dalam ≤ 2.5 (SNI 8460-
2017 tentang Persyaratan Perancangan
Geoteknik

𝑄𝑝 = 𝑁𝑝. 𝐾. 𝐴𝑝 (16)

Dimana:
Np = Nilai rata-rata SPT di sekitar 4B atas dan 4B
bawah dasar tiang pancang
K = Koefisien karakteristik tanah
= 12 t/m2 untuk tanah lempung
= 20 t/m2 untuk tanah lanau berlempung
= 25 t/m2 untuk tanah lanau berpasir
= 40 t/m2 untuk tanah pasir
Ap = Luas penampang dasar tiang (m2)

𝑁𝑠
𝑄𝑠 = ( + 1) 𝐴𝑠 (17)
3

Dimana:
Ns = Nilai rata-rata SPT sepanjang tiang yang
tertanam dengan Batasan 3 ≤ N-SPT ≤ 50
As = Luas Selimut Tertanam (m2)
27

2.6.2 Efisiensi Tiang Grup


Tiang direncanakan dengan jumlah lebih dari satu dan
memiliki jarak tertentu antar tiangnya. Akibat kerusakan tanah di
antara tiang, maka daya dukung tiang akibat lekatan sekitar tiang
menjadi berkurang sehingga tiang dapat dikategorikan sebagai
tiang grup. Daya dukung tiang grup didapatkan dengan
persamaan Converse-Labarre (Hardiyatmo, 2010):

𝑄𝑔 = 𝐸𝑔. 𝑛. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 (18)


(𝑛′ −1)𝑚+(𝑚−1)𝑛′
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90𝑚𝑛′
(19)

Dimana:
Qg = Daya dukung tiang grup (kN)
Eg = Efisiensi tiang grup
n = Jumlah tiang dalam grup
Qijin = Daya dukung ijin satu tiang pancang (kN)
m = Jumlah baris tiang
n’ = Jumlah tiang dalam satu baris
𝜃 = Arc tg d/s (o)
s = Jarak antar tiang as-as (m)
d = Diameter tiang(m)

2.6.3 Daya Dukung Tiang Tunggal terhadap Gaya Lateral


Pondasi tiang harus dirancang dengan memperhitungkan
segala jenis beban salah satunya beban lateral. Gaya lateral yang
terjadi pada tiang berbeda-beda tergantung pada tipe beban yang
harus dipikul. Dalam analisis gaya lateral, tiang dibedakan
menjadi 2 tipe:
1. Pondasi Tiang Ujung Jepit
Tiang ujung jepit adalah tiang yang ujung atasnya
tertanam dalam penutup kepala tiang paling sedikit
sedalam 60 cm.
2. Pondasi Tiang Ujung Bebas
Tiang ujung bebas adalah tiang yang ujung atasnya
tidak tertanam ke dalam pelat penutup kepala tiang,
28

atau tertanam namun kedalamannya kurang dari 60


cm.

Perhitungan daya dukung lateral tiang dapat digunakan metode


sesuai dengan NAVFAC-DM7 (1971), dimana:
1. Menentukan nilai koefisien dari modulus tanah (f).
Nilai koefisien modulus tanah bisa didapatkan dari
grafik NAVFAC-DM (1971) yang dapat dilihat pada
Gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Grafik koefisien modulus tanah, f


Sumber: NAVFAC-DM7, 1971

2. Menentukan nilai faktor kekakuan relatif (T) dan Zf


1
𝐸𝐼 5
𝑇=(f) (20)
𝑍𝑓 = 1.8𝑇 (21)
29

Dimana:
E = Modulus elastisitas tiang
I = Momen inersia tiang

3. Menentukan nilai Fδ dan nilai FM


Nilai Fδ dan nilai FM didapatkan dari grafik
NAVFAC-DM (1971) yang dapat dilihat pada
Gambar 2.7.

Gambar 2. 7 Grafik nilai Fδ dan nilai FM


30

4. Perhitungan geser lateral dan lendutan


2𝑀𝑦
𝐻𝑢 = 3𝑑 𝑓 (22)
+
2 2
𝐻𝑢
𝑃= 𝑛
(23)
𝑃𝑇 3
𝛿= 𝐹𝛿 ( ) (24)
𝐸𝐼

5. Perhitungan momen maksimum

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑓𝑚. 𝑃. 𝑇 (25)

2.7 Metode Peningkatan Daya Dukung Tanah dengan


Metode Grouting
Grouting adalah metode untuk meningkatkan daya
dukung tanah dengan cara menyuntikkan cairan ke dalam tanah
dengan tekanan tinggi. Banyak jenis dari grouting sendiri, antara
lain adalah cement grouting dan horizontal drilling method atau
biasa disebut ground flex mole.
Metode grouting direncanakan menggunakan cairan
dengan viskositas rendah agar cairan tersebut dapat mengalir
lebih mudah di dalam tanah melewati celah-celah yang ada.
Ukuran partikel material grout sangat berpengaruh pada metode
grouting ini. Syarat umum dari metode grouting adalah D85 dari
partikel grout harus lebih besar dari 1/3 ukuran void rata-rata dari
tanah tersebut agar ruang kosong pada tanah dapat terisi dengan
partikel grout. Mitchell (1981) menyatakan bahwa rasio antara
ukuran butir tanah dan ukuran partikel grout adalah sebagai
berikut:
𝐷
𝑁 = 𝐷15𝑠 (26)
85𝑔

𝐷10𝑠
𝑁𝑐 = (27)
𝐷95𝑔
31

Dimana:
N dan Nc = Rasio kemampuan grout untuk masuk ke
dalam celah di dalam tanah
D15s = Diameter butiran tanah dimana 15% dari
total butiran yang lolos ayakan
D85g = Diameter partikel grout dimana 85% dari
total patikel yang lolos ayakan
D10s = Diameter butiran tanah dimana 10% dari
total butiran yang lolos ayakan
D95g = Diameter partikel grout dimana 95% dari
total partikel yang lolos ayakan

Menurut Weaver and Bruce (2007), hasil yang baik menunjukkan


N>24 atau Nc>11.
Cement grouts merupakan metode grouting yang
mencampurkan air dan semen dengan rasio 0.5 atau 1 untuk
menjadi material grouting. Semakin rendah rasio air dan semen,
maka material grout akan semakin sulit untuk disuntikkan ke
dalam tanah karena viskositas yang tinggi. Biasanya, untuk
menyeimbangkan material grout digunakan bahan aditif seperti:
c. Superplasticizers, untuk mengurangi angka
viskositas dari materia grout tanpa menambahkan air
yang lebih banyak ke dalam semen.
d. Hydrated bentonite, untuk membuat grout lebih
stabil dan mengurangi angka viskositas dari material
grout.
e. Fly ash tipe F atau silica fume, untuk mempermudah
distribusi partikel dan menjadikan material grout
tahan terhadap bahan kimia.
Semen yang digunakan untuk grouting harus memiliki
ukuran yang sangat kecil yang biasa disebut microfine cements.
Proses pengayakan semen bertujuan untuk mempermudah
material grout masuk ke celah-celah yang ada di dalam tanah dan
dapat meningkatkan kualitas dari material grout tersebut (Karol,
32

2003). Biasanya, microfine cements mengandung sekitar 25%


arang yang dihaluskan untuk menekan biaya.
Untuk melakukan grouting pada tanah jenis pasir,
penambahan arang yang dihaluskan pada microfine cements
sangat membantu untuk menekan biaya karena pasir memiliki
lebih banyak rongga sehingga membutuhkan lebih banyak
material grout.

2.7.1 Metode Grouting


Dalam pelaksanaan grouting sendiri, ada beberapa
metode yang dapat dilakukan, namun metode-metode tersebut
tidak dapat digunakan pada semua jenis tanah. Pengklasifikasian
metode yang cocok untuk setiap jenis tanah dapat dilihat pada
Gambar 2.8. Metode grouting yang ada antara lain (Gambar 2.9):
1. Slurry grouting (Intrusion), dilakukan dengan cara
menyuntikkan material ke dalam celah pada tahah
tanpa merubah formasi tanah eksisting.
2. Chemical grouting (Permeation), dilakukan dengan
cara menyuntikkan material yang kemudian material
tersebut akan menyerap melalui pori tanah.
3. Compaction grouting (Displacement), dilakukan
dengan cara menggantikan dan memadatkan tanah
menggunakan low slump mortar yang disuntikka ke
tanah untuk membentuk “grout bulbs”.
4. Jet grouting (Erosion), dilakukan dengan
menyuntikkan material dengan tekanan yang sangat
tinggi menggunakan high-velocity jet.
5. Fracture grouting (Displacement), dilakukan dengan
cara merubah formasi tanah eksisting mengunakan
sistem bertekanan tinggi dan biasanya material grout
disntikkan dengan sleeve pipes.
33

Gambar 2. 8 Klasifikasi metode grouting


Sumber: Hayward Baker

Gambar 2. 9 Metode grouting


Sumber: Hayward Baker
34

2.7.2 Variabel Kontrol Grouting


Di dalam pelaksanaan grouting, ada beberapa variabel
yang harus dikontrol agar pekerjaan grouting dapat terlaksana
dengan baik. Variabel yang harus dikontrol antara lain:
a. Injection Pressure
Injection pressure pada saat melakukan grouting
adalah 1 kg/cm2 per meter kedalaman tanah. Hal ini
sangat berpengaruh pada tegangan tanah saat
dilakukan grouting. Namun, pada tanah yang berbatu
dapat digunakan kekuatan tekanan injeksi yang lebih
besar sesuai dengan jenis dan konsistensi tanah.
b. Setting Time
Setting time harus dikontrol saat melakukan grouting
agar grouting dapat berjalan dengan baik. Setting
time dari setiap material grout dapat dilihat pada
ASTM C191 atau ASTM C953.

2.7.3 Peralatan Grouting


Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan metode grouting, peralatan tersebut antara lain:
a. Pompa
Pompa digunakan untuk menempatkan material grout
dan pompa dapat memberikan tekanan yang
diperlukan grouting. Pada material grout yang terbuat
dari semen, campuran semen harus segera
disuntikkan ke dalam tanah sebelum setting time.
Idealnya, pompa harus memiliki kapasitas volume
yang cukup untuk sekali injeksi.
b. Packers
Packers berguna untuk mengontrol dan menjaga
tekanan grouting dengan menutup celah antara
lubang grouting dan pipa yang digunakan untuk
menyuntikkan material grout.
35

c. Pipa
Pipa untuk menyuntikkan material grout ada
beberapa macam, tergantung pada metode grouting
yang digunakan. Lance-type driven pipe digunakan
dengan cara dibor atau disuntikkan terutama pada
tanah keras dan berbatu dengan kedalaman yang
signifikan. Sedangkan, untuk mengontrol tanah
dengan yang kedalamannya melebihi kedalaman yang
sudah ditentukan, dapat digunakan sleeve pipe.
Penggunaan sleeve pipe membutuhkan lubang bor
yang sudah ada untuk memasukkan pipa. Sleeve pipe
biasanya terbuat dari pipa PVC dengan lubang
dengan jarak tertentu yang kemudian lubangnya akan
ditutup dengan rubber sleeve. Sketsa dari sleeve pipe
dapat dilihat pada Gamber 2.10.

Gambar 2. 10 Sketsa sleeve pipe untuk grouting


SumberL Soil Improvement and Ground Modification Method – Peter G.
Nicholson
36

d. Komputer Monitoring
Komputer monitoring digunakan untuk mengontrol
tekanan dan volume grouting untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas grouting.

2.7.4 Peningkatan Parameter Tanah Akibat Grouting


Peningkatan parameter tanah akibat grouting dapat dicari
menggunakan rumus menurut El-Kelesh, et al. (2003):

∆𝑁
𝑎𝑠
= 0.12𝑁 − 0.40 (28)

Dimana:
N = N-SPT asli
as = Design replacement ratio

2.8 Cement Grouting


Cement grouting adalah grouting semen yang merupakan
campuran antara air dan semen dengan perbandingan C : W = 1 :
10 sampai 1 : 1. Perubahan dari campuran semen dan air ini
sangat tergantung kepada permeabilitas batuan dan kondisi
batuannya sendiri.
Cement grouting terkadang ditambahkan bahan grout lain
berupa tanah lempung atau pasir halus yang dilakukan sesuai
dengan kondisi batuan yang menempati lokasi rencana bendungan
(apabila membangun bendungan). Informasi sifat fisik dan teknik
dari tanah / batuan mempunyai arti yang sangat penting yang
perlu diketahui terutama bila grouting akan dipertimbangkan
sebagai bagian dari perbaikan pondasi bendungan atau dari
penggalian terowongan.
Penentuan permeabilitas dan porositas tanah akan dapat
membantu dimana permeabilitas akan mengontrol kemampuan
grouting dan jenis bahan grout yang akan digunakan. Sedangkan
porositas tanah menentukan jumlah bahan grout yang diperlukan
dan hal ini akan berkaitan dengan besarnya biaya pekerjaan.
37

2.9 Ground Flex Mole


Metode ground flex mole adalah metode perkuatan tanah
dengan cara grouting menggunakan alat Horizontal Directional
Drilling (HDD) yang dapat dilihat pada Gambar 2.11. Alat ini
digunakan untuk memasang pipa tanpa menggali lubang dan alat
ini dapat melakukan perubahan arah pada titik tertentu saat
pengeboran. Pada metode ground flex mole, digunakan mata bor
ganda agar metode ini bisa digunakan untuk berbagai macam
tujuan seperti cement grouting. Setelah HDD selesai melakukan
pengeboran, mata bor ditarik kembali dari lubang bor kemudian
lubang bor dimasukkan pipa grouting untuk mengisi lubang
dengan semen seperti pada Gambar 2.15.

Gambar 2. 11 Horizontal Directional Drilling (HDD)


Sumber: New Liquefaction Countermeasure Method Using HDD For
Ground Benearh Existing Structures Journal
38

Gambar 2. 12 Alur pekerjaan ground flex mole


Sumber: New Liquefacton Countermeasure Method Using HDD for
Ground Beneath Existing Structres Journal
BAB III
METODOLOGI

3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penyelesaian Tugas Akhir


Tahapan pelaksanaan penyelesaian Tugas Akhir dalam
Analisis Kekuatan Daya Dukung Pondasi Terhadap Likuifaksi
Pada Terminal Bahan Bakar Minyak, Ampenan, Lombok dapat
dilihat pada Gambar 3.1.

MULAI

Studi Literatur

Pengumpulan data sekunder:


1. Data pengujian tanah di lapangan
2. Data pengujian tanah di laboratorium
3. Data perencanaan struktur pondasi Terminal
Bahan Bakar Minyak

Analisis data tanah

Menghitung total beban struktur di atasnya

Menganalisis stratigrafi tanah berdasarkan


kerapatan tanah

Menganalisa potensi likuifaksi pada tiap lapisan


tanah

Menghitung daya dukung pondasi yang telah


direncanakan tanpa dan dengan pengaruh
likuifaksi

A B

Gambar 3. 1 Diagram Alir Metodologi Penyelesaian Tugas Akhir

39
40

A B

Cek daya dukung AMAN


Kesimpulan
pondasi

TIDAK
AMAN
SELESAI

Alternatif perbaikan struktur


pondasi

Pondasi bored pile Cement grouting Ground flex mole

Menentukan Menentukan Menentukan


dimensi dan jumlah jumlah, kedalaman, jumlah, dimensi,
bored pile tambahan dan diameter dan jarak ground
di area luar tangki cement grouting flex mole

Perhitungan Perhitungan Perhitungan


peningkatan daya peningkatan daya peningkatan daya
dukung pondasi dukung pondasi dukung pondasi

Perhitungan kebutuhan
bahan

Kesimpulan dan saran

SELESAI

Gambar 3. 1 Diagram Alir Metodologi Penyelesaian Tugas Akhir (lanjutan)


41

3.2 Uraian Tahapan Penyelesaian Tugas Akhir


Dari diagram alir di atas, dapat diuraikan penjelasan setiap
tahapan sebagai berikut:

3.2.1 Studi Literatur


Studi literatur yang dimaksud adalah untuk mendapatkan
pendalaman pemahaman mengenai materi yang akan digunakan
terhadap permasalahan agar pencapaian tujuan dapat dilakukan
dengan tepat. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa literatur yang
nantinya akan digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut:
1. Teori Likuifaksi
2. Teori Daya Dukung Pondasi
3. Teori Cement Grouting
4. Teori Pondasi Bored Pile
5. Teori Ground Flex Mole Method

3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder


Data yang digunakan dalam perencanaan ini adalah data sekunder
yang didapat dari instansi terkait; data tersebut meliputi:
1. Layout bangunan
2. Data pengujian tanah lapangan (Bor log, sondir, dan
N-SPT)
3. Data pengujian tanah di laboratorium
4. Data perencanaan struktur tangki terminal bahan
bakar minyak
5. Data perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang
tanpa pengaruh likuifaksi

3.2.3 Analisis Data Tanah


Melakukan analisis data pengujian tanah lapangan yang berupa
bor log, sondir, N-SPT, dan data laboratorium; apabila ada data
yang tidak tersedia, maka akan dilakukan dengan cara korelasi.
42

3.2.4 Menghitung Beban di Perletakan/Pondasi Akibat


Struktur di Atasnya
Melakukan pemodelan struktur tangki menggunakan program
bantu SAP2000 untuk mendapatkan reaksi perletakan/pondasi
yang diterima.

3.2.5 Menganalisis Stratigrafi Tanah Berdasarkan


Kerapatan Tanah
Melakukan analisis stratigrafi tanah untuk mengklasifikasi
kedalaman tanah yang dapat terpengaruh oleh likuifaksi pada
lokasi bangunan tangki bahan bakar minyak.

3.2.6 Menghitung Perubahan Daya Dukung Pondasi yang


Telah Direncanakan Akibat Pengaruh Likuifaksi
Melakukan perhitungan perubahan daya dukung pada
pondasi tiang pancang yang telah direncanakan dengan
memperhitungkan pengaruh likuifaksi.

3.2.7 Cek Daya Dukung Pondasi yang Sudah Ada


Membandingkan daya dukung pondasi sebelum dan
sesudah adanya pengaruh likuifaksi.

3.2.8 Pemilihan Alternatif Metode Perbaikan


Jika daya dukung pondasi tiang pancang yang sudah
direncanakan tidak kuat terhadap pengaruh likuifaksi, maka
direncanakan alternatif metode perbaikan struktur pondasi sebagai
berikut:
1. Cement Grouting
Menentukan jumlah, kedalaman, dan diameter yang
dibutuhkan oleh cement grouting.
2. Bored Pile
Menentukan dimensi dan jumlah bored pile tambahan
pada area luar tangki.
43

3. Ground Flex Mole Method


Menentukan jumlah, dimensi, dan jarak yang
dibutuhkan oleh ground flex mole.

3.2.9 Perhitungan Peningkatan Daya Dukung Pondasi


Menghitung peningkatan daya dukung pondasi yang sudah
direncanakan dengan alternatif perbaikan terhadap pengaruh
likuifaksi.

3.2.10 Menghitung Biaya Kebutuhan Bahan Untuk Ketiga


Alternatif Metode Perbaikan
Melakukan perhitungan total biaya untuk bahan yang dibutuhkan
terhadap setiap metode alternatif yang ada.

3.2.11 Kesimpulan dan Saran


Menarik kesimpulan terhadap alternatif perencanaan perbaikan
pada tangki terminal bahan bakar minyak.
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB IV
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemodelan Struktur


Pemodelan struktur bangunan atas dilakukan dengan
program bantu analisa struktur SAP 2000. Pemodelan ini
bertujuan untuk mendapatkan reaksi perletakan di dasar tangki
bahan bakar minyak yang akan digunakan pada perhitungan
kekuatan pondasi yang sudah ada. Struktur yang dimodelkan
adalah bangunan tangki bahan bakar minyak. Pemodelan tersebut
diapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Tampak atas pemodelan struktur bawah bangunan tangki bahan
bakar minyak dengan menggunakan SAP2000

Gambar 4.2 Tampak 3D pemodelan struktur bawah tangki bahan bakar minyak
dengan menggunakan SAP2000

45
46

4.1.1 Pembebanan Struktur


Pembebanan struktur dilakukan berdasarkan data
sekunder yang telah didapatkan. Untuk analisis dan perhitungan
daya dukung pondasi yang lebih rinci, tangki diasumsikan terisi
0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Beban-beban yang bekerja pada
struktur dapat dilihat pada rincian sebagai berikut:

- Beban mati
Berat sendiri tangki baja = 140 ton
Berat isi penuh (100%) = 5502.91 ton
Berat pondasi tiang pancang
60 cm (18 m) = 344.95 ton
Total = 4887.28 ton

- Beban hidup
Beban hidup yang bekerja pada tangki bahan bakar
minyak diperoleh dari SNI 1727-2013 Tabel 4-1
sebesar 1,92 kN.

- Beban hujan
Beban hujan yang bekerja pada tangki bahan bakar
minyak diperoleh dari SNI 1727-2013 Pasal 8.3
mengenai beban hujan rencana dengan rumus:

R = 0,0098(𝑑𝑠 + 𝑑ℎ )

Diasumsikan ds + dh = 20 mm, sehingga R = 0,2


kN/m2.

- Beban angin
Perhitungan beban angin rencana pada pemodelan
tangki abhan bakar minyak diperoleh dari SNI 1727-
2013 Pasal 26 dan Pasal 27.
47

a. Kategori risiko bangunan


Menurut SNI 1727-2013 Tabel 1.5-1, bangunan
tangki bahan bakar minyak memiliki kategori
risiko III.

b. Kecepatan angin dasar (V)


Menurut SNI 1727-2013 Pasal 26.10.3.1,
bangunan tangki bahan bakar minyak memiliki
kecepatan angin dasar sebesar 58 m/s.

c. Parameter beban angin


Kd = 0,95
Kategori eksposur =C
Kzt =1
G = 0,85
Klasifikasi ketertutupan = Tertutup
GCpi = ± 0,18

d. Koefisien eksposur tekanan velositas


- Berdasarkan SNI 1727-2013 Tabel 26.9-1,
didapatkan:
Zg = 274,32 ft
 = 9,5
- Sehingga,
2/α
K z = 2,01(z/zg )
K z = 2,01(36,09/274,32)2/9,5
K z = 1,31

e. Koefisien tekanan eksternal


Menurut SNI 1727-2013 Gambar 27.4-1, nilai
koefisien tekanan eksternal (Cp) untuk bangunan
gedung tertutup adalah sebesar 0,8.
48

f. Tekanan velositas
Menurut SNI 1727-2013 Pasal 27.3.2, tekanan
velositas dapat dirumuskan:
𝑞𝑧 = 0,613𝐾𝑧 𝐾𝑧𝑡 𝐾𝑑 𝑉 2
𝑞𝑧 = 0,613 × 1,31 × 1 × 0,95 × 582
𝑞𝑧 = 2569,14𝑁/𝑚2 = 2,569𝑘𝑁/𝑚2
g. Tekanan angin
Menurut SNI 1727-2013 Pasal 27.4.1, tekanan
angin dapat dirumuskan:
𝑝 = 𝑞(𝐺𝐶𝑝 − 𝐺𝐶𝑝𝑖 )
𝑝 = 2,569(0,85 × 0,8 − (±0,18))
𝑝 = 1,593 𝑘𝑁/𝑚2 ; 𝑝 = 2,518 𝑘𝑁/𝑚2

- Beban gempa
Perhitungan beban gempa rencana pada pemodelan
ini menggunakan beban gempa respons spektrum. Berikut
merupakan data dalam penentuan gempa rencana:

Fungsi bangunan = Tempat penyimpanan


Lokasi = Ampenan, Lombok
Kategori risiko =I
Faktor kekuatan (Ie) = 1.0
Kelas situs = SB
Koefisien Modifikasi (R) = 1.5

Nilai parameter respon spektrum untuk wilayah Lombok


dengan kelas situs SB dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai parameter respons spektrum wilayah Lombok kelas situs SB

Ss (g) 1.2
S1 (g) 0.4
Fa 1
Fv 1
SDS (g) 0.8
SD1 (g) 0.2667
49

4.1.2 Perhitungan Kekakuan Akibat Tanah Pada Struktur


Bawah
Untuk perencanaan pada SAP2000, diperlukan input kekakuan
struktur bawah akibat tanah dengan data yang diketahui sebagai
berikut:
- V (gaya vertical) = 727.923 kN
- v (poisson ratio) = 0.2
- E (modulus elastis) = 0.033892 kNm
- Diameter tiang = 0.6 m
- Ap = 0.101788 m2
- ksv = 4500 kN/m3 (Loose sand)
= 9000 kN/m3 (Medium sand)
= 60000 kN/m3 (Dense sand)
= 22500 kN/m3 (Silty sand)
= 30000 kN/m3 (Clayey sand)

Perhitungan kekakuan tanah horizontal dilakukan pada setiap


kedalaman 1 meter dengan contoh perhitungan kh pada
kedalaman 2 meter sebagai berikut:

𝑘ℎ = ∑(𝑉 × ℎ × 𝑘𝑠𝑣)
𝑘ℎ = (727.923 × 0.5 × 4500) + (727.923 × 0.5 × 4500)
𝑘ℎ = 5400 𝑘𝑁/𝑚

Rekapitulasi perhitungan spring horizontal untuk Titik B1 dan


Titik B2 dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.

Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan spring titik B1

Depth kh (kN/m)
1 2700
2 5400
3 5400
4 5400
50

Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan spring titik B1 (lanjutan)

Depth kh (kN/m)
5 5400
6 5400
7 5400
8 5400
9 5400
10 8100
11 10800
12 10800
13 10800
14 10800
15 10800
16 10800
17 10800
18 5400

Tabel 4.3 Rekapitulasi perhitungan spring titik B2

Depth kh (kN/m)
1 2700
2 5400
3 5400
4 5400
5 5400
6 5400
7 5400
8 5400
9 5400
51

Tabel 4.3 Rekapitulasi peritungan spring titik B2 (lanjutan)

Depth kh (kN/m)
10 8100
11 10800
12 10800
13 10800
14 10800
15 10800
16 10800
17 10800
18 5400

Sedangkan, untuk perhitungan kekakuant tanah vertical


didapatkan dari rumus:

𝑘𝑣 = 𝐴𝑝 × 𝑘𝑠𝑣
𝑘𝑣 = 0.101788 × 22500
𝑘𝑣 = 2290.221 𝑘𝑁/𝑚

4.1.3 Kombinasi Beban


Kombinasi beban yang digunakan pada pemodelan struktur
bawah pada program bantu SAP2000 sesuai dengan kombinasi
beban pada SNI 1727-2013 yang meliputi:
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5 (LR atau S atau R)
3. 1.2D + 1.6 (LR atau S atau R) + (L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5 (LR atau S atau R)
5. 1.2D + 1.0E + L + 0.2S
6. 0.9D + 1.0W
7. 0.9D + 1.0E
52

4.1.4 Hasil Analisa Struktur


Analisa dengan program bantu SAP2000 dilakukan untuk
mendapatkan nilai reaksi pada perletakan di dasar bangunan.
Nilai reaksi tersebut nantinya akan dipakai untuk menghitung
daya dukung pondasi tanpa dan dengan pengaruh likuifaksi. Hasil
analisa struktur bangunan atas dengan program SAP2000 dapat
dilihat pada Lampiran 2.

4.2 Analisa Data Tanah


Data tanah yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir
ini adalah berupa data bore log dan data laboratorium. Adapun
data bore log dan data laboratorium dapat dilihat pada Lampiran
1.
Parameter fisis tanah yang diperlukan untuk perhitungan
adalah berat jenis tanah (γ), sudut geser tanah (Ø) dan kerapatan
relatif (relative density, Dr). Sedangkan untuk nilai kohesi (Cu)
tidak perlu ditentukan karena tanah dilapangan adalah tanah pasir
(cohesionless soil).
Lokasi dari Tangki Bahan Bakar Minyak berada di Kota
Ampenan, Lombok. Kondisi tanah di lokasi adalah dominan
pasir. Hal ini dapat dilihat dari data tanah pada Lampiran 1.
Selain itu, Lombok merupakan daerah dengan zona gempa tinggi.
Tanah pasir yang jenuh air berpotensi terhadap likuifaksi apabila
terkena getaran atau beban siklik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisa likuifaksi terhadap data tanah yang ada.

4.2.1 Korelasi Data N-SPT Terhadap Parameter Fisis


Tanah yang Dibutuhkan
Data N-SPT yang didapat dari pengetesan lapangan tidak
dapat langsung diinterpolasikan untuk mendapatkan parameter
fisis tanah lainnya. Nilai N-SPT pada data bore log harus
dikoreksi terlebih dahulu terhadap muka air tanah dan juga
tegangan overburden. Nilai N-SPT yang telah dikoreksi terhadap
muka air tanah yang disebut sebagai N1.
53

Koreksi terhadap muka air tanah dilakukan untuk tanah


pasir halus, pasir berlanau dan pasir berlempung yang berada
dibawah muka air tanah dan hanya bila N > 15. Selain itu maka
nilai N1 = N. Berikut adalah contoh perhitungan untuk koreksi
NSPT terhadap muka air tanah pada kedalaman 10 meter di
bawah permukaan tanah titik B1:

(𝑁−15)
𝑁1 = 15 + 2
(18−15)
𝑁1 = 15 + 2
𝑁1 = 16.5

Setelah dikoreksi terhadap muka air tanah, maka


selanjutnya data N-SPT harus dikoreksi terhadap tegangan
overburden. Berikut adalah contoh perhitungan koreksi data
NSPT terhadap overburden:

σ𝑜 = γ1 ℎ1 + γ2 ℎ2 + ⋯ + γ10 ℎ10
σ𝑜 = 9.1 × 2 + 13.5 × 2 + ⋯ + 6.3 × 2
σ𝑜 = 92 kPa

Karena σ𝑜 > 75 kPa, maka:


4𝑁1
𝑁2 = 3.25+0.01×σ
𝑜
4×16.5
𝑁2 = 3.25+0.01×92
𝑁2 = 16.2

Nilai N2 harus bernilai lebih kecil dari pada 2N1. Jika


tidak, maka nilai akhir N2 dipakai 2N1, dan jika nilai 2N1 lebih
besar dari nilai N-SPT asli, maka dipakan N-SPT asli. Pada
koreksi data N-SPT pada kedalaman 10 meter di bawah
permukaan tanah titik B1, didapatkan nilai N2 ≤ 2N1, maka nilai
N yang digunakan untuk kedalaman 10 meter di bawah
54

permukaan titik B1 adalah 16.2. Rekapitulasi hasil koreksi N-SPT


dapat dilihat pada Tabel 4.4 (titik B1) dan Tabel 4.5 (titik B2).

Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil koreksi N-SPT titik B1

N2
Depth N-SPT N1 N2
Pakai
0 0 0 0.00 0.00
2 4 4 9.09 4.00
4 12 12 16.67 12.00
6 10 10 10.93 10.00
8 12 12 11.78 11.78
10 18 16.5 15.69 15.69
12 20 17.5 16.03 16.03
14 22 18.5 16.41 16.41
16 26 20.5 17.20 17.20
18 28 21.5 17.35 17.35
20 30 22.5 17.67 17.67
22 32 23.5 18.33 18.33
24 26 20.5 15.90 15.90
26 20 17.5 13.48 13.48
28 22 18.5 14.19 14.19
30 24 19.5 14.89 14.89
55

Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil koreksi N-SPT titik B2

N2
Depth N-SPT N1 N2
Pakai

0 0 0 0.00 0.00
2 12 12 31.71 12.00
4 15 15 24.69 15.00
6 22 18.5 22.09 37.00
8 18 16.5 16.30 16.30
10 26 20.5 19.30 19.30
12 28 21.5 19.36 19.36
14 23 19 16.31 16.31
16 25 20 16.46 16.46
18 27 21 16.65 16.65
20 32 23.5 17.88 17.88
22 36 25.5 19.19 19.19
24 35 25 18.28 18.28
26 25 20 14.45 14.45
28 29 22 15.84 15.84
30 35 25 17.82 17.82

Setelah didapatkan nilai N terkoreksi, maka dapat


dilakukan korelasi data N-SPT untuk mendapatkan parameter
fisis tanah yang dibutuhkan. Parameter fisis tanah yang
dibutuhkan untuk perencanaan selanjutnya adalah berat jenis
tanah (γ), sudut geser tanah (Ø) dan kerapatan relatif (relative
density, Dr). Korelasi dilakukan terhadap nilai N-SPT yang telah
dikoreksi.
Dikarenakan ada beberapa data laboratorium yang
mendukung untuk mencari nilai berat jenis tanah (γ) dan sudut
geser tanah (Ø), maka dapat digunakan rumus:
56

γ = γ𝑑 (1 + 𝑤𝑐 )

Berikut merupakan contoh perhitungan berat jenis tanah (γ) pada


kedalaman 2 meter di bawah permukaan tanah titik B1:

γ = γ𝑑 (1 + 𝑤𝑐 )
γ = 1.349(1 + 44.6%)
γ = 1.95 gr/c𝑚3

Sedangkan untuk korelasi nilai N-SPT terkoreksi


terhadap kerapatan relatif (Dr) dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan
nilai sudut geser tanah dapat dilihat pada data laboratorium pada
Lampiran 1. Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap
parameter fisis tanah dapat dilihat pada Tabel 4.6 (titik B1) dan
Tabel 4.7 (titik B2).

Tabel 4.6 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter fisis tanah titik
B1


Depth N2 ф (ᵒ) Dr (%)
(gr/cm3)

0 0 - - -
2 4 1.950519 14 15
4 12 2.398382 21 36.57895
6 10 1.974925 25 35
8 11.78237 1.795599 24 36.23531
10 15.68763 1.666264 23 42.40151
12 16.03303 1.794245 25 42.94689
14 16.41098 1.715947 17 43.54365
16 17.20176 2.288888 15 44.79225
18 17.35173 1.946618 22 45.02905
57

Tabel 4.6 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter fisis tanah titik
B1 (lanjutan)


Depth N2 ф (ᵒ) Dr (%)
(gr/cm3)
20 17.66682 1.690096 23 45.52655
22 18.32947 1.170288 19 51.6626
24 15.89942 1.145326 20 42.73593
26 13.48441 1.168795 18 38.92276
28 14.19286 1.113563 20 40.04135
30 14.89309 1.117193 16 41.14698

Tabel 4.7 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter fisis tanah titik
B2


Depth N2 ф (ᵒ) Dr (%)
(gr/cm3)

0 0.00 - - -
2 12.00 1.674178 13 36.57895
4 15.00 2.18623 22 41.31579
6 37.00 2.19171 25 76.05263
8 16.30 2.09417 24 43.37337
10 19.30 2.042684 23 48.1026
12 19.36 2.003703 25 48.19963
14 16.31 2.131016 23 43.38095
16 16.46 2.041199 24 43.61825
18 16.65 1.950935 22 43.92877
20 17.88 2.104878 11 51.19208
22 19.19 1.324179 19 52.56433
24 18.28 1.810016 21 51.60697
26 14.45 1.356601 18 47.57537
58

Tabel 4.7 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter fisis tanah titik
B2 (lanjutan)


Depth N2 ф (ᵒ) Dr (%)
(gr/cm3)
28 15.84 1.105348 16 42.64684
30 17.82 1.305033 14 51.13006

4.2.2 Analisa Zona Likuifaksi


Untuk mengetahui lapisan tanah yang berpotensi
mengalami likuifaksi, maka perlu dilakukan analisa zona
likuifaksi pada lapisan tanah yang jenuh. Pada penulisan tugas
akhir ini analisa zona likuifaksi dilakukan berdasarkan aspek
tegangan dari data N-SPT. Karena data N-SPT diketahui setiap
kedalaman 2 meter, maka analisa zona likuifaksi juga dilakukan
setiap kedalaman 2 meter. Berikut adalah contoh perhitungan
analisa zona likuifaksi pada kedalaman 4 meter berdasarkan data
tanah yang ada.

a. Menentukan nilai CSR (Cyclic Stress Ratio)


- Tentukan nilai amax
Berdasarkan peta untuk percepatan tanah puncak
(PGA) pada SNI 03-1726-2019, nilai amax untuk pulau
lombok adalah 0.5g.

- Hitung rd

1−0.4113𝑧 0.5 +0.04052𝑧+0.001752𝑧 1.5


𝑟𝑑 = 1−0.4177𝑧0.5 +0.05729𝑧−0.006205𝑧1.5 +0.00121𝑧2
𝑟𝑑 =
1−0.4113×40.5 +0.04052×4+0.001752×41.5
1−0.4177×40.5 +0.05729×4−0.006205×41.5 +0.00121×42
𝑟𝑑 = 0.98
59

- Hitung nilai CSR


𝑎𝑚𝑎𝑥 σ𝑣
CSR = 0.65 × × ′ × 𝑟𝑑
𝑔 σ𝑣
0.5𝑔 28.86
CSR = 0.65 × 𝑔
× 27.86 × 0.98
CSR = 0.33

b. Menentukan nilai CRR (Cyclic Resistance Ratio)


- Hitung nilai (N1)60

(𝑁1 )60 = 𝑁𝑚 𝐶𝑁 𝐶𝐸 𝐶𝐵 𝐶𝑅 𝐶𝑆

Dimana:
2.2 2.2
𝐶𝑁 = σ′ 𝑣
= 27.86 = 1.49
1.2+ 1.2+
𝑃𝑎 100
CE = 1 (hammer otomatis)
CB = 1 (diameter lubang bor = 100 mm)
CR = 1 (panjang batang bor = 30 m)
CS = 1 (tipe pengambilan sampel = standar)

Maka,

(𝑁1 )60 = 𝑁𝑚 𝐶𝑁 𝐶𝐸 𝐶𝐵 𝐶𝑅 𝐶𝑆
(𝑁1 )60 = 12 × 1.49 × 1 × 1 × 1 × 1
(𝑁1 )60 = 17.85

- Hitung nilai (N1)60

9.7 15.7 2
∆(𝑁1 )60 = exp (1.63 + 𝐹𝐶+0.01 − ( ) )
𝐹𝐶+0.01
9.7 15.7 2
∆(𝑁1 )60 = exp (1.63 + −( ) )
0+0.01 0+0.01
∆(𝑁1 )60 = 0
60

- Hitung nilai (N1)60.cs

{(𝑁}1 )60.𝑐𝑠 = {(𝑁}1 )60 + ∆(𝑁1 )60


{(𝑁}1 )60.𝑐𝑠 = 17.85 + 0
{(𝑁}1 )60.𝑐𝑠 = 17.85

- Hitung nilai CRR7.5

{(𝑁}1 )60.𝑐𝑠 {(𝑁}1 )60.𝑐𝑠 2


𝐶𝑅𝑅7.5 = exp ( 14.1
+( ) −
126
{(𝑁}1 )60.𝑐𝑠 3 {(𝑁}1 )60.𝑐𝑠 4
( 23.6
) +( 25.4
) − 2.8)
17.85 17.85 2 17.85 3
𝐶𝑅𝑅7.5 = exp ( 14.1 + ( ) − ( 23.6 ) +
126
17.85 4
( 25.4 ) − 2.8)
𝐶𝑅𝑅7.5 = 0.18

- Hitung nilai Cσ

1
Cσ =
18.9−2.55√(𝑁1 )60.𝑐𝑠
1
Cσ = 18.9−2.55√17.85
Cσ = 0.12

- Hitung nilai Kσ

σ′ 𝑣
Kσ = 1 − Cσ. ln ( 𝑃𝑎 ) ≤ 1.1
27.86
Kσ = 1 − 0.12. ln ( 100 ) ≤ 1.1
Kσ = 1.15 ≤ 1.1

Karena nilai Kσ lebih dari 1.1, maka gunakan Kσ = 1.1.


61

- Tentukan nilai MSF (Magnitude Scaling Factor)


Nilai MSF menurut grafik pada Gambar 2.5 untuk
daerah Ampenan, Lombok adalah sebesar 1.25.

- Hitung nilai CRRM

𝐶𝑅𝑅𝑀 = 𝐶𝑅𝑅𝑀=7.5 × 𝑀SF × 𝐾σ


𝐶𝑅𝑅𝑀 = 0.18 × 1 × 1.1
𝐶𝑅𝑅𝑀 = 0.2

- Menentukan FS (Safety Factor)


𝐶𝑅𝑅
FS =
𝐶𝑆𝑅
0.2
FS = 0.33
FS = 0.607

Karena nilai FS = 0.607 < 1, maka lapisan tanah pada


kedalaman 4 meter titik B1 berpotensi untuk mengalami
likuifaksi. Rekapitulasi analisa zona likuifaksi dapat dilihat pada
Tabel 4.8 dan Tabel 4.9. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 3.

Tabel 4.8 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi titik B1

Depth
CSR CRR FS Likuifaksi/Not
(m)

0 0.000 0.000 0.000 Likuifaksi


2 0.323 0.132 0.407 Likuifaksi
4 0.330 0.251 0.760 Likuifaksi
6 0.336 0.198 0.588 Likuifaksi
8 0.336 0.210 0.623 Likuifaksi
10 0.331 0.253 0.764 Likuifaksi
12 0.320 0.248 0.777 Likuifaksi
62

Tabel 4.8 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi titik B1 (lanjutan)

Depth
CSR CRR FS Likuifaksi/Not
(m)
14 0.302 0.231 0.766 Likuifaksi
16 0.279 0.229 0.822 Likuifaksi
18 0.257 0.217 0.845 Likuifaksi
20 0.238 0.208 0.875 Likuifaksi
22 0.224 0.212 0.948 Likuifaksi
24 0.213 0.180 0.844 Likuifaksi
26 0.106 0.133 1.257 Not
28 0.100 0.138 1.376 Not
30 0.136 0.196 1.444 Not

Tabel 4.9 Rekapitulasi Analisa zona likuifaksi titik B2

Depth
CSR CRR FS Likuifaksi/Not
(m)

0 0 0 0 Likuifaksi
2 0.323 0.281 0.869 Likuifaksi
4 0.330 0.332 1.004 Not
6 0.338 0.418 1.237 Not
8 0.338 0.301 0.890 Likuifaksi
10 0.333 0.374 1.124 Not
12 0.321 0.356 1.108 Not
14 0.303 0.266 0.880 Likuifaksi
16 0.280 0.264 0.940 Likuifaksi
18 0.258 0.263 1.017 Not
20 0.239 0.288 1.204 Not
22 0.225 0.309 1.376 Not
24 0.214 0.286 1.335 Not
26 0.206 0.215 1.040 Not
63

Tabel 4.9 Rekapitulasi Analisa zona likuifaksi titik B2 (lanjutan)

Depth
CSR CRR FS Likuifaksi/Not
(m)
28 0.201 0.230 1.145 Not
30 0.196 0.258 1.317 Not

Tanah beresiko untuk terjadinya likuifaksi apabila nilai


FS < 1. Berdasarkan Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 dengan total tebal
lapisan 8 meter pada titik B1 dan 2 meter pada titik B2.
Perhitungan selanjutnya akan difokuuskan pada titik B1 karena
titik B1 lebih kritis dibandingkan titik B2.

4.3 Perhitungan Daya Dukung Tanah untuk Pondasi


Tiang Pancang Tanpa Pengaruh Likuifaksi
Data yang digunakan untuk perhitungan analisa daya dukung
tanah untuk tiang tanpa memperhitungkan potensi likuifaksi
adalah sebagai berikut:
1. D = 0.6 m
2. Ap = 0.283 m2
3. As = 3.77 m2
4. Keliling tiang = 1.886 m
5. SF =3
6. Tinggi segmen =2m
7. Jumlah segmen =5

Berikut merupakan contoh perhitungan daya dukung pada


kedalaman 8 m.
64

1. Mencari N rata-rata
N rata-rata dicari menggunakan nilai rata-rata N-SPT
8D ke atas dan 4D ke bawah. Untuk kedalaman 8 m,
maka dicari nilai N-SPT rata-rata dari kedalam 0 m –
12 m, dimana Ň = 9.93

2. Mencari nilai Cni

𝐶𝑛𝑖 = 40 × Ň
𝐶𝑛𝑖 = 40 × 9.93
𝐶𝑛𝑖 = 397.16

3. Mencari nilai Qujung

𝑄𝑝 = 𝐴𝑝 × 𝐶𝑛 𝑖
𝑄𝑝 = 0.283 × 397.16
𝑄𝑝 = 112.34 𝑡𝑜𝑛

4. Mencari nilai fsi


𝑄
𝑓𝑠 𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
112.34
𝑓𝑠 𝑖 = 5
𝑡
𝑓𝑠 𝑖 = 1.99 𝑚2

5. Mencari nilai Rsi


Nilai Rsi untuk kedalaman 8 m adalah:

𝑅𝑠𝑖 = 𝑓𝑠𝑖 × 𝐴𝑠
𝑅𝑠𝑖 = 1.99 × 3.77
𝑅𝑠𝑖 = 7.49 𝑡𝑜𝑛
65

6. Mencari nilai ΣRsi


Nilai ΣRsi merupakan penjumlahan nilai Rsi dari
kedalaman 0 – 8 m, ΣRsi = 24.8 ton

7. Mencari nilai Qult

𝑄𝑢𝑙𝑡 = 𝑄𝑝 + Σ𝑅𝑠 𝑖
𝑄𝑢𝑙𝑡 = 112.34 + 24.8
𝑄𝑢𝑙𝑡 = 137.14 𝑡𝑜𝑛

8. Mencari nilai Qall


𝑄𝑢𝑙𝑡
𝑄𝑎𝑙𝑙 = 𝑆𝐹
137.14
𝑄𝑎𝑙𝑙 =
3
𝑄𝑎𝑙𝑙 = 45.71 𝑡𝑜𝑛

Rekapitulasi hasil perhitungan daya dukung tanah untuk


tiang pancang diameter 60 cm dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 4. 10 Perhitungan daya dukung tanah dengan diameter tiang pancang 60 m
tanpa pengaruh likuifaksi

Qujung fsi Rsi SRsi Qult Qall


Depth N2 Ň Cni
(ton) (t/m2) (ton) (ton) (ton) (ton)

0.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.0 4.00 6.50 260.00 73.54 1.30 4.90 4.90 78.44 26.15
4.0 12.00 7.56 302.26 85.50 1.51 5.70 10.60 96.09 32.03
6.0 10.00 8.91 356.47 100.83 1.78 6.72 17.32 118.15 39.38
8.0 11.78 9.93 397.16 112.34 1.99 7.49 24.80 137.14 45.71
10.0 15.69 12.27 490.94 138.87 2.45 9.25 34.06 172.92 57.64
12.0 16.03 14.16 566.38 160.20 2.83 10.68 44.73 204.94 68.31
14.0 16.41 14.92 596.96 168.85 2.98 11.25 55.99 224.84 74.95
16.0 17.20 16.02 640.77 181.25 3.20 12.08 68.06 249.31 83.10
18.0 17.35 16.95 678.18 191.83 3.39 12.78 80.85 272.68 90.89
20.0 17.67 16.98 679.39 192.17 3.40 12.81 93.65 285.82 95.27
22.0 18.33 16.62 664.83 188.05 3.32 12.53 106.19 294.24 98.08
24.0 15.90 16.30 652.15 184.47 3.26 12.29 118.48 302.94 100.98
26.0 13.48 15.97 638.96 180.73 3.19 12.04 130.52 311.26 103.75
66

Tabel 4. 10 Perhitungan daya dukung tanah dengan diameter tiang pancang 60 m


tanpa pengaruh likuifaksi (lanjutan)
Qujung fsi Rsi SRsi Qult Qall
Depth N2 Ň Cni
(ton) (t/m2) (ton) (ton) (ton) (ton)
28.0 14.19 15.74 629.77 178.14 3.15 11.87 142.39 320.53 106.84
30.0 14.89 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 153.97 327.76 109.25

4.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang Tanpa


Pengaruh Likuifaksi
Perhitungan kekuatan pondasi tiang pancang tanpa
pengaruh likuifaksi dilakukan dengan asumsi tangki terisi 0%,
25%, 50%, 75%, dan 100%. Untuk rincian perhitungan dilakukan
untuk beban 100% sedangkan variasi lainnya dapat dilihat pada
Tabel 4.19 dan Tabel 4.20. Diketahui bahwa spesifikasi tiang
pancang adalah:
- Qallow bahan = 252.7 ton
- Qultimate tanah dasar = 272.68 ton pada kedalan 18 m
- Qijin tanah dasar = 90.89 ton (SF=3)
- F’c = 52 MPa
- Ep = 33892181.99 kN/m2
- Ip = 510508.81 cm4

Dikarenakan tangki berbentuk bulat dengan jumlah tiang pancang


sebanyak 110 buah, maka, grup tiang pancang disimplifikasi
menjadi kotak dengan konfigurasi 10 x 10 tiang yang jarak antar
tiangnya sebesar 2.1 m.

4.4.1 Perhitungan Daya Dukung Tiang Dalam Kelompok


Sebelum Perbaikan Tanpa Pengaruh Likuifaksi
Daya dukung tiang grup dihitung dengan mengalikan
daya dukung 1 tiang dengan efisiensi. Daya dukung 1 tiang
pancang (Qijin tekan) berdasarkan SPT pada kedalaman 18 m
adalah 90.89 ton. Contoh perhitungan untuk daya dukung tiang
pancang dalam kelompok dilakukan untuk tiang pancang yang
menerima beban sebesar 100% dari tangki. Efisiensi tiang
67

pancang dalam grup didapatkan berdasarkan rumus Converse-


Labarre dari persamaan dibawah ini :

(𝑛′ −1)𝑚+(𝑚−1)𝑛′
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90𝑚𝑛′
(10−1)10+(10−1)10
𝐸𝑔 = 1 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (0.6/2.1) 90×10×10
𝐸𝑔 = 0.681

Sehingga, didapatkan besar daya dukung tiang grup sebagai


berikut:

𝑄𝑔 = 𝐸𝑔. 𝑛. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑄𝑔 = 0.681 × 100 × 90.89
𝑄𝑔 = 6190.57 𝑡𝑜𝑛

Beban perencanaan aksial pada pondasi dengan tangki


terisi 100% sebasar P = 8258.2 ton sehingga nilai Qgroup < P, hal
ini berarti tiang grup tidak dapat menahan beban di atasnya.

Tabel 4. 11 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tiang dalam grup sebelum


perbaikan tanah tanpa pengaruh likuifaksi

Variasi Ptotal Qgrup


Pmax (t) Eg Cek
Isi (t) (t)
100% 82.58 8258.20 0.68 6190.57 KO
75% 66.92 6691.69 0.68 6190.57 KO
50% 51.26 5125.62 0.68 6190.57 OK
25% 35.77 3577.24 0.68 6190.57 OK
0% 23.00 2299.64 0.68 6190.57 OK

Dari Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa daya dukung tiang


grup dengan variasi isi 100% dan 75% tidak dapat menahan
beban di atasnya, sedangkan variasi isi 50%, 25%, dan 0% masih
mampu untuk menahan beban di atasnya.
68

4.4.2 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya


Lateral Sebelum Perbaikan Tanpa Pengaruh
Likuifaksi
Pondasi tiang juga perlu dikontrol terhadap gaya lateral.
Defleksi dan momen yang terjadi pada tiang pancang tidak boleh
melebihi batas yang diijinkan. Berikut ini adalah contoh
perhitungan kontrol defleksi dan momen terhadap pondasi tanpa
pengaruh likuifaksi dengan variasi isi 100%.
• Mencari harga f
Nilai f didapatkan dari grafik NAVFAC DM-7 pada
Gambar 2.6.

f = 16 t/ft2
= 0.512 kg/cm2

Dimana Dr = 41.7%.

• Mencari nilai T dan Zf


1
𝐸𝐼 5
- 𝑇= (f)
1
338921.8×510508 5
𝑇=( 0.512
)
𝑇 = 202.193 𝑐𝑚

- 𝑍𝑓 = 1.8𝑇
𝑍𝑓 = 1.8 × 202.193
𝑍𝑓 = 363.95 𝑐𝑚

• Mencari nilai F dan FM


Nilai F dan FM didapatkan dari kurva NAVFAC DM-
7 pada Gambar 2.7. Dengan parameter yang
digunakan adalah L tiang pancang = 18 m, sehingga
L/T = 8.9. Nilai F dan FM yang didapat dari kurva
adalah:
69

F = 0.925
FM = 0.875

• Perhitungan geser lateral dan lendutan


Nilai momen y didapatkan dari output frame forces
yang dihasilkan oleh program SAP2000. Output
frame forces dapat dilihat pada Lampiran 8.
2𝑀𝑦
- 𝐻𝑢 = 3𝑑 𝑓
+
2 2
2×542542.83
𝐻𝑢 = 3×60 0.512
+
2 2
𝐻𝑢 = 12022.31 𝑘𝑔
𝐻𝑢
- 𝑃= 𝑛
12022.31
𝑃= 110
𝑃 = 109.294 𝑘𝑔

𝑃𝑇 3
- 𝛿 = 𝐹𝛿 ( 𝐸𝐼 )
109.294×202.193
𝛿 = 0.925 (338921.8×510508)
𝛿 = 0.005 𝑐𝑚 ≤ 2.54 𝑐𝑚 (𝑂𝐾)

• Perhitungan momen maksimum

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐹𝑚. 𝑃. 𝑇
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.875 × 109.294 × 202.193
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 19336.14 𝑘𝑔𝑐𝑚
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.19 𝑡𝑚 ≤ 𝑀𝑐𝑟𝑎𝑐𝑘 = 17 𝑡𝑚 (𝑂𝐾)
70

Tabel 4. 12 Rekapitulasi kontrol lateral pondasi tiang pancang tanpa pengaruh


likuifaksi sebelum perbaikan tanah

Variasi Mtiang  Mmax


Hu (kg) P (kg) Cek Cek
isi (kgcm) (cm) (kgcm)
100% 542542.83 12022.31 109.29 0.00 OK 19336.14 OK
75% 481737 10674.90 97.04 0.00 OK 17169.03 OK
50% 420965 9328.24 84.80 0.00 OK 15003.13 OK
25% 360125 7980.08 72.55 0.00 OK 12834.80 OK
0% 318328 7053.89 64.13 0.00 OK 11345.16 OK

Berdasarkan Tabel 4.12, dapat dilihat bahwa tiang pancang


sebelum perbaikan tanpa pengaruh likuifaksi kuat dalam menahan
beban lateral yang terjadi.

4.5 Perhitungan Daya Dukung Tanah untuk Pondasi


Tiang Pancang dengan Pengaruh Likuifaksi
Perhitungan analisa daya dukung tanah untuk tiang pada
kondisi likuifaksi adalah sama dengan pada saat kondisi tanpa
pengaruh likuifaksi. Namun pada kondisi likuifaksi, nilai friction
pada kedalaman yang berpotensi likuifaksi menjadi hilang.
Spesifikasi tiang pancang yang sudah ada adalah sebagai berikut:
1. D = 0.6 m
2. Ap = 0.283 m2
3. As = 3.77 m2
4. Keliling tiang = 1.886 m
5. SF =3
6. Tinggi segmen =2m
7. Jumlah segmen =5

Berikut merupakan contoh perhitungan daya dukung pada


kedalaman 8 m.
71

1. Mencari N rata-rata
N rata-rata dicari menggunakan nilai rata-rata N-SPT
8D ke atas dan 4D ke bawah. Untuk kedalaman 8 m,
maka dicari nilai N-SPT rata-rata dari kedalam 0 m –
12 m, dimana Ň = 9.93

2. Mencari nilai Cni

𝐶𝑛𝑖 = 40 × Ň
𝐶𝑛𝑖 = 40 × 9.93
𝐶𝑛𝑖 = 397.16

3. Mencari nilai Qujung

𝑄𝑝 = 𝐴𝑝 × 𝐶𝑛 𝑖
𝑄𝑝 = 0.283 × 397.16
𝑄𝑝 = 112.34 𝑡𝑜𝑛

4. Mencari nilai fsi


𝑄
𝑓𝑠 𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
112.34
𝑓𝑠 𝑖 = 5
𝑡
𝑓𝑠 𝑖 = 1.99 𝑚2

5. Mencari nilai Rsi


Nilai Rsi untuk kedalaman 8 m = 0 ton karena pada
kedalaman tersebut ada potensi untuk terjadinya
likuifaksi.

6. Mencari nilai ΣRsi


Nilai ΣRsi merupakan penjumlahan nilai Rsi dari
kedalaman 0 – 8 m, ΣRsi = 0 ton.
72

7. Mencari nilai Qult

𝑄𝑢𝑙𝑡 = 𝑄𝑝 + Σ𝑅𝑠 𝑖
𝑄𝑢𝑙𝑡 = 112.34 + 0
𝑄𝑢𝑙𝑡 = 112.34 𝑡𝑜𝑛

8. Mencari nilai Qall


𝑄𝑢𝑙𝑡
𝑄𝑎𝑙𝑙 = 𝑆𝐹
112.34
𝑄𝑎𝑙𝑙 = 3
𝑄𝑎𝑙𝑙 = 37.45 𝑡𝑜𝑛

Rekapitulasi hasil perhitungan daya dukung tanah untuk


tiang pancang diameter 60 cm dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 4. 13 Perhitungan daya dukung tanah dengan diameter tiang pancang 60 m


dengan pengaruh likuifaksi

Qujung fsi Rsi SRsi Qult Qall


Depth N2 Ň Cni
(ton) (t/m2) (ton) (ton) (ton) (ton)

0.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.0 4.00 6.50 260.00 73.54 1.30 0.00 0.00 73.54 24.51
4.0 12.00 7.56 302.26 85.50 1.51 0.00 0.00 85.50 28.50
6.0 10.00 8.91 356.47 100.83 1.78 0.00 0.00 100.83 33.61
8.0 11.78 9.93 397.16 112.34 1.99 0.00 0.00 112.34 37.45
10.0 15.69 12.27 490.94 138.87 2.45 0.00 0.00 138.87 46.29
12.0 16.03 14.16 566.38 160.20 2.83 0.00 0.00 160.20 53.40
14.0 16.41 14.92 596.96 168.85 2.98 0.00 0.00 168.85 56.28
16.0 17.20 16.02 640.77 181.25 3.20 0.00 0.00 181.25 60.42
18.0 17.35 16.95 678.18 191.83 3.39 0.00 0.00 191.83 63.94
20.0 17.67 16.98 679.39 192.17 3.40 0.00 0.00 192.17 64.06
22.0 18.33 16.62 664.83 188.05 3.32 0.00 0.00 188.05 62.68
24.0 15.90 16.30 652.15 184.47 3.26 0.00 0.00 184.47 61.49
26.0 13.48 15.97 638.96 180.73 3.19 12.04 12.04 192.78 64.26
28.0 14.19 15.74 629.77 178.14 3.15 11.87 23.92 202.05 67.35
30.0 14.89 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 35.50 209.28 69.76
73

4.6 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang


Sebelum Perbaikan Dengan Pengaruh Likuifaksi
Perhitungan kekuatan pondasi tiang pancang dengan pengaruh
likuifaksi juga dilakukan dengan asumsi tangki terisi 0%, 25%,
50%, 75%, dan 100%. Untuk rincian perhitungan dilakukan untuk
beban 100% sedangkan variasi lainnya dapat dilihat pada Tabel
4.22 dan Tabel 4.23. Diketahui bahwa spesifikasi tiang pancang
adalah:
- Qallow bahan = 252.7 ton
- Qultimate tanah dasar = 191.83 ton pada kedalan 18 m
- Qijin tanah dasar = 63.94 ton (SF=3)
- F’c = 52 MPa
- Ep = 33892181.99 kN/m2
- Ip = 510508.81 cm4
- Pmax = 8258.2 ton (SAP2000)
- Pmin = 1409.71 ton (SAP2000)

4.6.1 Perhitungan Daya Dukung Tiang Dalam Kelompok


Sebelum Perbaikan Dengan Pengaruh Likuifaksi
Daya dukung tiang grup dihitung dengan mengalikan
daya dukung 1 tiang dengan efisiensi. Daya dukung 1 tiang
pancang (Qijin tekan) berdasarkan SPT pada kedalaman 18 m
adalah 82.62 ton. Efisiensi tiang pancang dalam grup didapatkan
berdasarkan rumus Converse-Labarre dari persamaan dibawah
ini:

(𝑛′ −1)𝑚+(𝑚−1)𝑛′
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90𝑚𝑛′
(10−1)10+(10−1)10
𝐸𝑔 = 1 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (0.6/2.1) 90×10×10
𝐸𝑔 = 0.681

Sehingga, didapatkan besar daya dukung tiang grup sebagai


berikut:
74

𝑄𝑔 = 𝐸𝑔. 𝑛. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑄𝑔 = 0.681 × 100 × 63.94
𝑄𝑔 = 4355.083 𝑡𝑜𝑛

Beban perencanaan aksial pada pondasi terisi 100%


sebasar P = 8258.2 ton sehingga nilai Qgroup < P, hal ini berarti
tiang grup tidak dapat menahan beban di atasnya jika tiang
terkena pengaruh likuifaksi. Maka dari itu, diperlukan metode
perbaikan agar tiang dapat menahan beban yang terjadi apabila
tanah terjadi likuifaksi.

Tabel 4. 14 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tiang dalam grup sebelum


perbaikan tanah dengan pengaruh likuifaksi

Variasi Pmax Ptotal


Eg Qgrup (t) Cek
Isi (t) (t)
100% 82.582 8258.2 0.681092 4355.083 KO
75% 66.9169 6691.69 0.681092 4355.083 KO
50% 51.2562 5125.62 0.681092 4355.083 KO
25% 35.7724 3577.24 0.681092 4355.083 OK
0% 22.9964 2299.64 0.681092 4355.083 OK

Dari Tabel 4.14, dapat dilihat bahwa daya dukung tiang


grup dengan variasi isi 100%, 75%, dan 50% tidak dapat
menahan beban di atasnya, sedangkan variasi isi 25% dan 0%
masih mampu untuk menahan beban di atasnya.

4.6.2 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya


Lateral Sebelum Perbaikan Dengan Pengaruh
Likuifaksi
Pondasi tiang juga perlu dikontrol terhadap gaya lateral.
Defleksi dan momen yang terjadi pada tiang pancang tidak boleh
melebihi batas yang diijinkan. Berikut ini adalah contoh
perhitungan kontrol defleksi dan momen terhadap pondasi dengan
pengaruh likuifaksi dengan variasi isi 100%.
75

• Mencari harga f
Nilai f didapatkan dari grafik NAVFAC DM-7 pada
Gambar 2.6.

f = 16 t/ft2
= 0.512 kg/cm2

Dimana Dr = 41.7%.

• Mencari nilai T dan Zf


1
𝐸𝐼 5
- 𝑇= (f)
1
338921.8×510508 5
𝑇= ( 0.512
)
𝑇 = 202.193 𝑐𝑚

- 𝑍𝑓 = 1.8𝑇
𝑍𝑓 = 1.8 × 202.193
𝑍𝑓 = 363.95 𝑐𝑚

• Mencari nilai F dan FM


Nilai F dan FM didapatkan dari kurva NAVFAC DM-
7 pada Gambar 2.7. Dengan parameter yang
digunakan adalah L tiang pancang = 18 m, sehingga
L/T = 8.9. Nilai F dan FM yang didapat dari kurva
adalah:

F = 0.925
FM = 0.875
76

• Perhitungan geser lateral dan lendutan


Nilai momen y didapatkan dari output frame forces
yang dihasilkan oleh program SAP2000. Output
frame forces dapat dilihat pada Lampiran 8.
2𝑀𝑦
- 𝐻𝑢 = 3𝑑 𝑓
+
2 2
2×542542.83
𝐻𝑢 = 3×60 0.512
+
2 2
𝐻𝑢 = 12022.31 𝑘𝑔
𝐻𝑢
- 𝑃= 𝑛
12022.31
𝑃= 110
𝑃 = 109.294 𝑘𝑔

𝑃𝑇 3
- 𝛿 = 𝐹𝛿 ( 𝐸𝐼 )
109.294×202.193
𝛿 = 0.925 (338921.8×510508)
𝛿 = 0.005 𝑐𝑚 ≤ 2.54 𝑐𝑚 (𝑂𝐾)

• Perhitungan momen maksimum

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐹𝑚. 𝑃. 𝑇
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.875 × 109.294 × 202.193
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 19336.14 𝑘𝑔𝑐𝑚
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.19 𝑡𝑚 ≤ 𝑀𝑐𝑟𝑎𝑐𝑘 = 17 𝑡𝑚 (𝑂𝐾)

Tabel 4. 15 Rekapitulasi kontrol lateral pondasi tiang pancang dengan pengaruh


likuifaksi sebelum perbaikan tanah

Variasi Mtiang  Mmax


Hu (kg) P (kg) Cek Cek
isi (kgcm) (cm) (kgcm)
100% 542542.83 12022.31 109.29 0.00 OK 19336.14 OK
75% 481737 10674.90 97.04 0.00 OK 17169.03 OK
77

Tabel 4. 15 Rekapitulasi kontrol lateral pondasi tiang pancang dengan pengaruh


likuifaksi sebelum perbaikan tanah (lanjutan)

Variasi Mtiang d Mmax


Hu (kg) P (kg) Cek Cek
isi (kgcm) (cm) (kgcm)
50% 420965 9328.24 84.80 0.00 OK 15003.13 OK
25% 360125 7980.08 72.55 0.00 OK 12834.80 OK
0% 318328 7053.89 64.13 0.00 OK 11345.16 OK

Berdasarkan Tabel 4.15, dapat dilihat bahwa tiang pancang


sebelum perbaikan tanpa pengaruh likuifaksi kuat dalam menahan
beban lateral yang terjadi.
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB V
EVALUASI DAN PERENCANAAN PERBAIKAN
STRUKTUR BAWAH

Perencanaan perbaikan pondasi tiang pancang tangki


bahan bakar minyak di Ampenan, Lombok dilakukan untuk
memastikan tiang pancang mampu menahan beban likuifaksi
pada tangki bahan bakar minyak. Tangki harus dipastikan tidak
mengalami geser lateral yang melebihi izin dan tidak mengalami
retak akibat momen.
Alternatif perbaikan struktur bawah bangunan tangki
bahan bakar minyak dilakukan dengan cara penambahan jumlah
tiang atau perbaikan tanah dengan metode cement grouting secara
vertikal ataupun horizontal (ground flex mole). Denah tiang
pancang sebelum perbaikan dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5. 1 Denah tiang pancang sebelum perbaikan

5.1 Alternatif Perencanaan Perbaikan Pondasi dengan


Penambahan Bored Pile di Sekeliling TBBM
Analisis dan perhitungan perencanaan perbaikan pondasi
dengan penambahan Bored Pile disekililing TBBM harus
dilakukan dengan memperhitungan beban tangki pada saat terisi
0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Rencana perbaikan pondasi
dilakukan dengan penambahan jumlah tiang sebanyak 36 buah
yang ditambahkan sebanyak 1 baris di sekeliling tiang (Gambar

79
80

5.2, Gambar 5.3, dan Gambar 5.4) yang sudah ada dengan jarak
2.1 m. Kedalaman tiang yang ditambahkan adalah 30 m. Grup
tiang pancang disederhanakan menjadi ukuran 11 x 11 tiang.

Gambar 5. 2 Denah tiang setelah ditambah tiang bor di sekeliling tangki

Gambar 5. 3 Tampak 3D pemodelan struktur bawah tangki bahan bakar minyak


setelah ditambahkan tiang dengan menggunakan SAP2000
81

Gambar 5. 4 Tampak atas pemodelan struktur bawah tangki bahan bakar minyak
setelah ditambahkan tiang dengan menggunakan SAP2000

Diketahui bahwa spesifikasi tiang adalah:


- Qallow bahan = 252.7 ton
- Qultimate tanah dasar = 209.28 ton pada kedalaman 30 m
- Qijin tanah dasar = 69.76 ton (SF=3)
- F’c = 52 MPa
- Ep = 33892181.99 kN/m2
- Ip = 510508.81 cm4
- Pmax = 5267.51 ton (SAP2000)
- Pmin = 2725.47 ton (SAP2000)

Hasil pemodelan SAP2000 setelah tiang ditambahkan dapat


dilihat pada Lampiran 6.

5.1.1 Perhitungan Daya Dukung Tiang Dalam Kelompok


Daya dukung tiang grup dihitung dengan mengalikan
daya dukung 1 tiang dengan efisiensi. Contoh perhitungan untuk
daya dukung tiang grup dilakukan pada tiang dengan variasi isi
100%. Daya dukung 1 tiang pancang (Qijin tekan) berdasarkan
SPT pada kedalaman 25 m adalah 82.62 ton. Efisiensi tiang
82

pancang dalam grup didapatkan berdasarkan rumus Converse-


Labarre dari persamaan dibawah ini:

(𝑛′ −1)𝑚+(𝑚−1)𝑛′
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90𝑚𝑛′
(11−1)11+(11−1)11
𝐸𝑔 = 1 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (0.6/2.1) 90×11×11
𝐸𝑔 = 0.678

Sehingga, didapatkan besar daya dukung tiang grup sebagai


berikut:

𝑄𝑔 = 𝐸𝑔. 𝑛. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑄𝑔 = 0.678 × 121 × 69.76
𝑄𝑔 = 5721.93 𝑡𝑜𝑛

Beban perencanaan aksial pada pondasi adalah sebasar


5267.51 ton sehingga nilai Qgroup > P. Rekapitulasi hasil
perhitungan daya dukung tiang grup tiap variasi isi dapat dilihat
pada Tabel 5.1

Tabel 5. 1 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tiang dalam grup sebelum


perbaikan tanah setelah ditambah tiang bor pada sekeliling tangki

Variasi
Pmax (t) Ptotal (t) Eg Qgrup (t) Cek
Isi
100% 38.21 4623.37 0.68 5721.93 OK
75% 29.51 3571.09 0.68 5721.93 OK
50% 20.82 2518.80 0.68 5721.93 OK
25% 12.12 1466.51 0.68 5721.93 OK
0% 3.42 414.23 0.68 5721.93 OK
Dari Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa tangki yang sudah ditambah
tiang bor dapat menahan beban di atasnya.
83

5.1.2 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya


Lateral Setelah Penambahan Bored Pile
Pondasi tiang juga perlu dikontrol terhadap gaya lateral.
Defleksi dan momen yang terjadi pada tiang pancang tidak boleh
melebihi batas yang diijinkan. Berikut ini adalah perhitungan
kontrol defleksi dan momen terhadap pondasi.
• Mencari harga f
Nilai f didapatkan dari grafik NAVFAC DM-7 pada
Gambar 2.6.

f = 16 t/ft2
= 0.512 kg/cm2

Dimana Dr = 41.7%.

• Mencari nilai T dan Zf


1
𝐸𝐼 5
- 𝑇=(f)
1
338921.8×510508 5
𝑇= ( 0.512
)
𝑇 = 202.193 𝑐𝑚

- 𝑍𝑓 = 1.8𝑇
𝑍𝑓 = 1.8 × 202.193
𝑍𝑓 = 363.95 𝑐𝑚
84

• Mencari nilai F dan FM


Nilai F dan FM didapatkan dari kurva NAVFAC DM-
7 pada Gambar 2.7. Dengan parameter yang
digunakan adalah L tiang pancang = 30 m, sehingga
L/T = 14.84. Nilai F dan FM yang didapat dari kurva
adalah:

F = 0.925
FM = 0.875

• Perhitungan geser lateral dan lendutan


Nilai momen y didapatkan dari output frame forces
yang dihasilkan oleh program SAP2000. Output
frame forces dapat dilihat pada Lampiran 7.
2𝑀𝑦
- 𝐻𝑢 = 3𝑑 𝑓
+
2 2
2×3810.23
𝐻𝑢 = 3×60 0.512
+
2 2
𝐻𝑢 = 84.43 𝑘𝑔
𝐻𝑢
- 𝑃= 𝑛
84.43
𝑃=
136
𝑃 = 0.621 𝑘𝑔

𝑃𝑇 3
- 𝛿 = 𝐹𝛿 ( 𝐸𝐼 )
0.621×202.193
𝛿 = 0.925 (338921.8×510508)
𝛿 = 2x10−5 𝑐𝑚 ≤ 2.54 𝑐𝑚 (𝑂𝐾)

• Perhitungan momen maksimum

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐹𝑚. 𝑃. 𝑇
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.875 × 0.621 × 202.193
85

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 109.83 𝑘𝑔𝑐𝑚


𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.0011 𝑡𝑚 ≤ 𝑀𝑐𝑟𝑎𝑐𝑘 = 17 𝑡𝑚 (𝑂𝐾)

Tabel 5. 2 Rekapitulasi kontrol lateral pondasi tiang pancang dengan pengaruh


likuifaksi setelah penambahan tiang bor di sekeliling tiang

Variasi Mtiang Hu P  Mmax


Cek Cek
isi (kgcm) (kg) (kg) (cm) (kgcm)
100% 3810 84.43 0.62 0.00 OK 109.83 OK
75% 3810 84.43 0.62 0.00 OK 109.83 OK
50% 3810 84.43 0.62 0.00 OK 109.83 OK
25% 3810 84.43 0.62 0.00 OK 109.83 OK
0% 3810 84.43 0.62 0.00 OK 109.83 OK

Berdasarkan Tabel 5.2, dapat dilihat bahwa tiang pancang


sebelum perbaikan tanpa pengaruh likuifaksi kuat dalam menahan
beban lateral yang terjadi.

5.1.3 Perencanaan Poer Tangki


Poer direncanakan sebagai elemen pelat tanpa balok mengacu
pada SNI 2847-2019 Pasal 8.5 dengan data sebagai berikut:
Dimensi poer (lingkaran) = Diameter 30.8 m
Tebal poer (h) = 450 mm
f’c = 30 MPa
Fy = 290 MPa (BJ 50)
D tulangan (longitudinal) = 19 mm
D tulangan (transversal) = 16 mm
Tebal selimut = 50 mm
Tinggi Efektif
Arah x (dx) = 450-50-19/2
= 390.5 mm
Arah y (dy) = 390.5-19
= 371.5 mm
Beban (SAP2000)
Mu,x = 0.374 kNm
86

Mu,y = 0.374 kNm


Vu = 435.3 kN

Tulangan direncanakan menggunakan tulangan minimum


berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 8.6.1.1,

𝐴𝑠,𝑚𝑖𝑛 = 0.002𝐴𝑔

dengan desain per-meter lebar (𝑏𝑤 = 1000 𝑚𝑚), didapatkan:

- Arah X
Aspakai = 900 mm2
- Arah Y
Aspakai = 900 mm2

Untuk kedua arah, digunakan design tulangan longitudinal D19-


250 mm dengan As = 1134.1 mm2

1. Kontrol momen di semua penampang


Perhitungan momen nominal menggunakan analisa
momen elastis.
C =t
0.85 fc’ b.a = As.fy
1134.1×290
a = 0.85×30×1000
a = 12.9 mm

Nilai reduksi kekuatan (ф) momen mengacu pada SNI


2847-2019 pasal 21.2.2,
εty = fy/Es
= 290/200,000
= 0.00145

εt = 0.003 x (390.5 – 225)/225


= 0.002207
87

εty < εt < 0.005, maka faktor reduksi:

(εt−εty)
ф = 0.65 + 0.25 (0.005−εty)
= 0.703
≈ 0.7

Arah x
Jdx = dx – ½ a
Jdx = 390.5 – ½ 12.9
Jdx = 384.05 mm

Mnx = t . Jdx
Mnx = As.fy.Jdx
Mnx = 1134.1 x 290 x 384.05
Mnx = 126,311,851 Nmm
= 126.31 kNm

Kontrol:

фMnx > Mu
0.7 x 126.31 > 0.374
88.2 kNm > 0.374 kNm (OK)

Arah y
Jdy = dy – ½ a
Jdy = 371.5 – ½ 12.9
Jdy = 365.05 mm

Mny = t . Jdy
Mny = As.fy.Jdy
Mny = 1134.1 x 290 x 365.05
Mny = 120,062,877 Nmm
= 120.06 kNm
88

Kontrol:

фMny > Mu
0.7 x 120.06 > 0.374
84.042 kNm > 0.374 kNm (OK)

2. Kontrol momen di area kritis


Untuk pelat dua arah tanpa balok, momen pada area kritis
didesain berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.4.5.1
dimana area kritis didefinisikan pada Pasal 8.4.2.3.3.

b1 (arah X) = Dpile + 1.5h


= 0.6 + 1.5 x 0.45
= 1.275 m

b2 (arah Y) = Dpile + 1.5h


= 0.6 + 1.5 x 0.45
= 1.275 m
1
γf = 2 𝑏
1+( )√ 1
3 𝑏2
1
= 2 1.275
1+( )√
3 1.275
= 0.6

Msc (Momen area kritis) = Mu


= 0.374 kNm

Nilai reduksi kekuatan (ф) momen mengacu pada SNI


2847-2019 pasal 21.2.2,
εty = fy/Es
= 290/200,000
= 0.00145
89

εt = 0.003 x (390.5 – 225)/225


= 0.002207

εty < εt < 0.005, maka faktor reduksi:

(εt−εty)
ф = 0.65 + 0.25
(0.005−εty)
= 0.703
≈ 0.7

Kontrol:

фMn > γf.Msc


0.7 x 120.06 > 0.6 x 0.374
84.042 kNm > 0.23 kNm (OK)

3. Kontrol geser di semua penampang


Nilai tahanan geser beton dihitung menggunakan rumus
yang didapatkan dari SNI 2847-2019 Pasal 22.5.5.1,

Vc = 0.17𝜆√𝑓𝑐′𝑏𝑤 𝑑
= 0.17 × 1 × √30 × 1000 × 371.5
= 345914.2 N
= 345.91 kN

Nilai reduksi kekuatan (ф) geser mengacu pada SNI


2847-2019 pasal 21.2.2, ф = 0.75

фVc > Vu
0.75 x 345.91 > 435.3
259.4 kN < 435.3 kN (NOT OK)

Karena nilai фVc < Vu, maka poer membutuhkan tulangan


geser. Desain tulangan geser berdasarkan SNI 2847-2019
Pasal 22.5.10.1, dimana nilai desain tulangan geser,
90

𝑉𝑢
Vs ≥ ∅
− 𝑉𝑐
435.3
Vs ≥ −345.91
0.75
Vs ≥ 234.5 kN

Digunakan tulangan geser D16 4 kaki per meter lebar


dengan Av = 804.25 mm2.

𝐴𝑣 .𝑓𝑦𝑡 .𝑑
s = 𝑉𝑠
804.25×290×371.5
= 234500
= 369.4 mm

Digunakan s = 250 mm.

4. Kontrol geser dua arah (geser pons)


Geser dua arah didesain berdasarkan SNI 2847-2019
Pasal 8.4.4, dengan

c1 = c 2 = d + dpile
= 371.5 + 600
= 971.5 mm

𝑑(𝑐 +𝑑)3 (𝑐 +𝑑)𝑑3 𝑑(𝑐2 +𝑑)(𝑐1 +𝑑)2


Jc = 1 + 1 +
6 6 2
= 6.11 x 1011 mm4

γv = 1 – γf (Ps. 8.4.4.2.2)
= 1 – 0.6
= 0.4
91

𝛾𝑣 𝑀𝑠𝑐 𝐶
vu = 𝑣𝑢𝑔 ± 𝐽𝑐
435300 0.4×374000×671.5
= 𝜋×(2×371.5+600)×371.5
± 6.11×1011

= 0.278 MPa

vc dihitung berdasarkan SNI 2847-2019 Tabel 22.6.5.2.

vc = 0.33𝜆√𝑓𝑐′
= 1.8 MPa
2
vc = 0.17 (1 + )𝜆√𝑓𝑐′
𝛽
= 2.8 MPa

𝑎𝑠 𝑑
vc = 0.083 (2 + 𝑏𝑜
)𝜆√𝑓𝑐′
= 2.51 MPa

Maka, digunakan vc = 1.8 MPa.

Kontrol:

фvc > vu
0.75 x 1.8 > 0.278
1.35 MPa > 0.278 MPa (OK)

Digunakan penulangan untuk poer:


- Tulangan longitudinal arah X = 4D19 per meter
lebar
- Tulangan longitudinal arah Y = 4D19 per meter
lebar
- Tulangan geser = D16-250 mm arah
X dan Y
92

5. Sambungan Lewatan
Untuk sambungan antara tulangan eksisting dengan tulangan
pada tambahan slab, digunakan sambungan lewatan sesuai
SNI 2847:2020 Pasal 25.5. Digunakan sambungan lewatan
paling besar dari 1,3Ld atau 300 mm. Untuk batang ulir
dengan diameter 19 mm:

𝑓𝑦Ѱ𝑒 Ѱ𝑡
𝐿𝑑 = ( ) 𝑑𝑏
1,4ʎ√𝑓𝑐 ′

Beton normal → ʎ = 1
Tulangan tidak dilapisi → Ѱ𝑒 = 1
Posisi pengecoran → Ѱ𝑡 = 1.3

𝐿𝑑 = 805.28 𝑚𝑚

Digunakan, Ld = 900 mm

5.2 Alternatif Perencanaan Perbaikan Tanah dengan


Metode Cement Grouting
Cement grouting dipasang hingga kedalaman 20 m
karena potensi likuifaksi pada lokasi tangki bakar minyak terjadi
sedalam 24 m dan pondasi eksisting terpasang hingga kedalaman
18 m. Rencana perbaikan tanah dengan metode ini direncanakan
dengan 2 tipe konfigurasi Cement Grouting, yaitu:
• Tipe 1, cement grout dengan design replacement
ratio sebesar 10%, diameter 0.56 meter, dan jarak 1.7
meter (Gambar 5.5).
93

Gambar 5. 5 Konfigurasi cement grouting tipe 1

• Tipe 2, cement grout dengan dengan design


replacement ratio sebesar 20%,diameter 0.7 meter
dan jarak 1.5 meter (Gambar 5.6).

Gambar 5. 6 Konfigurasi cement grouting tipe 2

5.2.1 Perhitungan Cement Grouting Tipe 1


Contoh perhitungan peningkatan N-SPT untuk cement grouting
tipe 1 pada kedalaman 8 m adalah sebagai berikut (El-Kelesh et
al., 2003):
94

Sehingga, didapatkan N baru sebesar:

Rekapitulasi perhitungan N baru dapat dilihat pada Tabel 5.3.


Tabel 5. 3 Rekapiitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode cement grouting
tipe 1

Jenis
Depth NSPT N Nbaru Konsistensi
Tanah
0 0 - - -
2 4 - 4 Pasir Loose
4 12 - 12 Pasir Medium
6 10 8 18 Pasir Medium
8 12 10.4 23 Pasir Medium
10 18 17.6 36 Pasir Dense
12 20 20 40 Pasir Dense
14 22 22.4 45 Pasir Dense
16 26 27.2 54 Pasir Very Dense
18 28 29.6 58 Pasir Very Dense
20 30 32 62 Pasir Very Dense
22 32 - 32 Pasir Dense
95

Tabel 5. 3 Rekapiitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode cement grouting


tipe 1 (lanjutan)

Jenis
Depth NSPT N Nbaru Konsistensi
Tanah
24 26 - 26 Pasir Medium
26 20 - 20 Pasir Medium
28 22 - 22 Pasir Medium
30 24 - 24 Pasir Medium

5.2.1.1 Korelasi Nilai N-SPT Baru Terhadap Parameter Fisis


Tanah yang Dibutuhkan
Perhitungan koreksi N-SPT baru memiliki langkah yang sama
dengan perhitungan koreksi N-SPT lama pada Sub-Bab 4.2.1.
Rekapitulasi koreksi N-SPT baru dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5. 4 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat cement grouting


tipe 1

Depth N-SPT N1 N2 N2 Pakai

0 0 0 0.00 0.00
2 4 4 9.09 4.00
4 12 12 16.67 12.00
6 18 16.5 18.04 33.00
8 23 19 18.66 18.66
10 36 25.5 24.24 24.24
12 40 27.5 25.19 25.19
14 45 30 26.61 26.61
16 54 34.5 28.95 28.95
18 58 36.5 29.46 29.46
96

Tabel 5. 4 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat cement grouting


tipe 1 (lanjutan)

Depth N-SPT N1 N2 N2 Pakai


20 62 38.5 30.23 30.23
22 32 23.5 18.33 18.33
24 26 20.5 15.90 15.90
26 20 17.5 13.48 13.48
28 22 18.5 14.19 14.19
30 24 19.5 14.89 14.89

Setelah didapatkan nilai N terkoreksi, maka dapat


dilakukan korelasi data N-SPT untuk mendapatkan parameter
fisis tanah yang dibutuhkan. Parameter fisis tanah yang
dibutuhkan untuk perencanaan selanjutnya adalah berat jenis
tanah (γ), sudut geser tanah (Ø) dan kerapatan relatif (relative
density, Dr). Korelasi dilakukan terhadap nilai N-SPT yang telah
dikoreksi. Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter
fisis tanah dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5. 5 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat cement grouting tipe 1
terhadap parameter fisis tanah

Depth N2  (gr/cm3) ф (ᵒ) Dr (%)

0 0.00 0 0 0
2 4.00 1.2 15 15
4 12.00 1.421053 29 36.57895
6 33.00 1.642105 32 67.10526
8 18.66 1.638833 33 52.91251
97

Tabel 5. 5 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat cement grouting tipe 1
terhadap parameter fisis tanah (lanjutan)

Depth N2  (gr/cm3) ф (ᵒ) Dr (%)


10 24.24 1.521168 31 44.08761
12 25.19 1.501163 31 42.58722
14 26.61 1.471318 30 40.34884
16 28.95 1.42212 29 36.65899
18 29.46 1.411419 29 35.85643
20 30.23 1.583787 30 64.18935
22 18.33 1.645695 33 53.42716
24 15.90 1.696854 34 57.26407
26 13.48 1.747697 35 61.07724
28 14.19 1.732782 35 59.95865
30 14.89 1.71804 35 58.85302

5.2.1.2 Analisa Zona Likuifaksi Terhadap Tanah yang Sudah


Diperbaiki dengan Cement Grouting Tipe 1
Setelah lapisan tanah diinjeksi dengan semen, perlu dicek apakah
lapisan tanah tersebut masih mengalami likuifaksi atau tidak.
Untuk mengetahui lapisan tanah yang berpotensi mengalami
likuifaksi, maka perlu dilakukan analisa zona likuifaksi pada
lapisan tanah yang jenuh air. Contoh perhitungan Analisa zona
likuifaksi dapat dilihat pada Sub-Bab 4.2.2 dan rekapitulasi
Analisa zona likuifaksi terhadap N-SPT baru dapat dilihat pada
Tabel 5.6. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
98

Tabel 5. 6 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi setelah cement grouting tipe 1

Depth
CSR CRR FS Likuifaksi/Not
(m)

0 0.000 0.000 0.000 Likuifaksi


2 0.323 0.132 0.408 Likuifaksi
4 0.331 0.255 0.770 Likuifaksi
6 0.339 0.203 0.599 Likuifaksi
8 0.339 0.216 0.638 Likuifaksi
10 0.334 0.306 0.917 Likuifaksi
12 0.322 0.842 2.616 Not
14 0.304 0.888 2.924 Not
16 0.281 1.779 6.320 Not
18 0.259 1.981 7.642 Not
20 0.240 2.292 9.538 Not
22 0.226 0.290 1.285 Not
24 0.215 0.236 1.098 Not
26 0.207 0.199 0.960 Not
28 0.201 0.203 1.011 Not
30 0.197 0.208 1.058 Not

Setelah dilakukan perhitungan Analisa zona likuifaksi, dapat


diketahui bahwa lapisan tanah yang mengalami likuifaksi berubah
dari sedalam 24 meter menjadi hanya sedalam 10 meter.
99

5.2.1.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan


Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Cement Grouting Tipe 1
Perhitungan dan spesifikasi tiang pancang sama dengan
yang tertera pada Sub-Bab 4.3. Perhitungan analisa daya dukung
tanah untuk tiang pada kondisi likuifaksi dengan tanah yang
sudah disuntik semen dapat dilihat pada Tabel 5.7. perhitungan
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 5. 7 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan metode


perbaikan tanah cement grouting tipe 1

Qujung fsi Rsi Rsi Qult Qall


Depth N2 Ň Cni
(ton) (t/m2) (ton) (ton) (ton) (ton)

0.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.0 4.00 12.25 490.00 138.60 2.45 0.00 0.00 138.60 46.20
4.0 12.00 13.53 541.24 153.09 2.71 0.00 0.00 153.09 51.03
6.0 33.00 15.32 612.67 173.30 3.06 0.00 0.00 173.30 57.77
8.0 18.66 16.73 669.11 189.26 3.35 12.61 12.61 201.88 67.29
10.0 24.24 20.53 821.18 232.28 4.11 15.48 28.09 260.37 86.79
12.0 25.19 24.09 963.75 272.60 4.82 18.17 46.26 318.86 106.29
14.0 26.61 26.59 1063.51 300.82 5.32 20.05 66.30 367.13 122.38
16.0 28.95 26.19 1047.68 296.34 5.24 19.75 86.05 382.40 127.47
18.0 29.46 26.15 1045.82 295.82 5.23 19.71 105.77 401.58 133.86
20.0 30.23 24.95 998.13 282.33 4.99 18.81 124.58 406.91 135.64
22.0 18.33 23.28 931.21 263.40 4.66 17.55 142.13 405.53 135.18
24.0 15.90 21.51 860.25 243.33 4.30 16.22 158.35 401.67 133.89
26.0 13.48 19.50 779.92 220.61 3.90 14.70 173.05 393.66 131.22
28.0 14.19 17.84 713.53 201.83 3.57 13.45 186.50 388.33 129.44
30.0 14.89 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 198.08 371.87 123.96

5.2.1.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang Grup


dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Cement Grouting Tipe 1
Daya dukung tiang grup dihitung dengan mengalikan
daya dukung 1 tiang dengan efisiensi. Daya dukung 1 tiang
pancang (Qijin tekan) berdasarkan SPT pada kedalaman 18 m
adalah 133.86 ton. Spesifikasi tiang pancang yang digunakan
sama dengan yang tertera pada Sub-Bab 4.3. Efisiensi tiang
pancang dalam grup didapatkan berdasarkan rumus Converse-
Labarre dari persamaan dibawah ini :
100

(𝑛′ −1)𝑚+(𝑚−1)𝑛′
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90𝑚𝑛′
(10−1)10+(10−1)10
𝐸𝑔 = 1 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (0.6/2.1) 90×10×10
𝐸𝑔 = 0.681

Sehingga, didapatkan besar daya dukung tiang grup sebagai


berikut:

𝑄𝑔 = 𝐸𝑔. 𝑛. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑄𝑔 = 0.681 × 100 × 133.86
𝑄𝑔 = 9117.157 𝑡𝑜𝑛

Beban perencanaan aksial pada pondasi sebasar P =


8101.29 ton sehingga nilai Qgroup < P, hal ini berarti tiang grup
dapat menahan beban di atasnya jika tiang terkena pengaruh
likuifaksi.

5.2.1.5 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya


Lateral dengan Kondisi Tanah yang Sudah
Diperbaiki dengan Metode Cement Grouting Tipe 1
Berikut ini adalah perhitungan kontrol defleksi dan
momen terhadap pondasi dengan kondisi tanah yang sudah
diperbaiki dengan metode cement grouting tipe 1:
• Mencari harga f
Nilai f didapatkan dari grafik NAVFAC DM-7 pada
Gambar 2.6.

f = 12 t/ft2
= 0.384 kg/cm2

Dimana Dr = 35.86%.
101

• Mencari nilai T dan Zf


1
𝐸𝐼 5
𝑇= (f)
1
338921.8×510508 5
𝑇=( 0.384
)
𝑇 = 214.17 𝑐𝑚

𝑍𝑓 = 1.8𝑇
𝑍𝑓 = 1.8 × 214.17
𝑍𝑓 = 385.5 𝑐𝑚

• Mencari nilai F dan FM


Nilai F dan FM didapatkan dari kurva NAVFAC DM-
7 pada Gambar 2.7. Dengan parameter yang
digunakan adalah L tiang pancang = 18 m, sehingga
L/T = 8.4. Nilai F dan FM yang didapat dari kurva
adalah:

F = 0.925
FM = 0.875

• Perhitungan geser lateral dan lendutan


Nilai momen y didapatkan dari output frame forces
yang dihasilkan oleh program SAP2000. Output
frame forces dapat dilihat pada Lampiran 8.
2𝑀𝑦
𝐻𝑢 = 3𝑑 𝑓
+
2 2
2×542542.83
𝐻𝑢 = 3×60 0.384
+
2 2
𝐻𝑢 = 12030.84 𝑘𝑔
102

𝐻𝑢
𝑃= 𝑛
12030.84
𝑃= 110
𝑃 = 109.37 𝑘𝑔

𝑃𝑇 3
𝛿 = 𝐹𝛿 ( 𝐸𝐼 )
109.37×214.173
𝛿 = 0.925 (338921.8×510508)
𝛿 = 0.0057 𝑐𝑚 ≤ 2.54 𝑐𝑚 (𝑂𝐾)

• Perhitungan momen maksimum

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐹𝑚. 𝑃. 𝑇
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.875 × 109.37 × 214.17
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 20495.84 𝑘𝑔𝑐𝑚
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.205 𝑡𝑚 ≤ 𝑀𝑐𝑟𝑎𝑐𝑘 = 17 𝑡𝑚 (𝑂𝐾)

5.2.2 Perhitungan Cement Grouting Tipe 2


Contoh perhitungan peningkatan N-SPT untuk cement grouting
tipe 2 pada kedalaman 8 m adalah sebagai berikut (El-Kelesh et
al., 2003):

Sehingga, didapatkan N baru sebesar:


103

Rekapitulasi perhitungan N baru dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5. 8 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode cement grouting


tipe 2

Jenis
Depth NSPT N Nbaru Konsistensi
Tanah
0 0 - - -
2 4 - 4 Pasir Loose
4 12 - 12 Pasir Medium
6 10 16 26 Pasir Medium
8 12 20.8 33 Pasir Dense
10 18 35.2 54 Pasir Very Dense
12 20 40 60 Pasir Very Dense
14 22 44.8 67 Pasir Very Dense
16 26 54.4 81 Pasir Very Dense
18 28 59.2 88 Pasir Very Dense
20 30 64 94 Pasir Very Dense
22 32 68.8 101 Pasir Very Dense
24 26 54.4 81 Pasir Very Dense
26 20 40 60 Pasir Very Dense
28 22 44.8 67 Pasir Very Dense
30 24 49.6 74 Pasir Very Dense
104

5.2.2.1 Korelasi Nilai N-SPT Baru Terhadap Parameter Fisis


Tanah yang Dibutuhkan
Perhitungan koreksi N-SPT baru memiliki langkah yang sama
dengan perhitungan koreksi N-SPT lama pada Sub-Bab 4.2.1.
Rekapitulasi koreksi N-SPT baru dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5. 9 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat cement grouting


tipe 2

Depth N-SPT N1 N2 N2 Pakai

0 0 0 0.00 0.00
2 4 4 9.09 4.00
4 12 12 16.67 12.00
6 26 20.5 22.41 41.00
8 33 24 23.56 23.56
10 54 34.5 32.80 32.80
12 60 37.5 34.36 34.36
14 67 41 36.37 36.37
16 81 48 40.28 40.28
18 88 51.5 41.56 41.56
20 94 54.5 42.79 42.79
22 101 58 45.24 45.24
24 81 48 37.23 37.23
26 60 37.5 28.90 28.90
28 67 41 31.45 31.45
30 74 44.5 33.99 33.99

Setelah didapatkan nilai N terkoreksi, maka dapat


dilakukan korelasi data N-SPT untuk mendapatkan parameter
fisis tanah yang dibutuhkan. Parameter fisis tanah yang
105

dibutuhkan untuk perencanaan selanjutnya adalah berat jenis


tanah (γ), sudut geser tanah (Ø) dan kerapatan relatif (relative
density, Dr). Korelasi dilakukan terhadap nilai N-SPT yang telah
dikoreksi. Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter
fisis tanah dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5. 10 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat cement grouting tipe 2
terhadap parameter fisis tanah

Depth N2  (gr/cm3) ф (ᵒ) Dr (%)

0 0.00 0 0 0
2 4.00 1.2 15 15
4 12.00 1.421052632 29 36.57894737
6 41.00 1.810526316 36 75.52631579
8 23.56 1.535479362 31 45.16095211
10 32.80 1.341023181 27 30.57673856
12 34.36 1.308284307 27 28.12132302
14 36.37 1.265888826 26 24.94166197
16 40.28 1.183635907 24 18.77269305
18 41.56 1.156558889 24 16.74191667
20 42.79 1.848272723 37 77.41363613
22 45.24 1.899761796 38 79.9880898
24 37.23 1.247833235 25 23.58749263
26 28.90 1.4232595 29 36.74446253
28 31.45 1.36938029 28 32.70352177
30 33.99 1.316067643 27 28.7050732
106

5.2.2.2 Analisa Zona Likuifaksi Terhadap Tanah yang Sudah


Diperbaiki dengan Cement Grouting Tipe 2
Setelah lapisan tanah diinjeksi dengan semen, perlu dicek apakah
lapisan tanah tersebut masih mengalami likuifaksi atau tidak.
Untuk mengetahui lapisan tanah yang berpotensi mengalami
likuifaksi, maka perlu dilakukan analisa zona likuifaksi pada
lapisan tanah yang jenuh air. Contoh perhitungan Analisa zona
likuifaksi dapat dilihat pada Sub-Bab 4.2.2 dan rekapitulasi
Analisa zona likuifaksi terhadap N-SPT baru dapat dilihat pada
Tabel 5.11. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 5. 11 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi setelah cement grouting tipe 2

Depth
CSR CRR FS Likuifaksi/Not
(m)

0 - - - -
2 0.323 0.132 0.408 Likuifaksi
4 0.331 0.255 0.770 Likuifaksi
6 0.339 481636.031 1422387.736 Not
8 0.339 0.759 2.242 Not
10 0.334 5.442 16.306 Not
12 0.322 5.528 17.154 Not
14 0.304 5.668 18.636 Not
16 0.282 13.217 46.878 Not
18 0.260 10.111 38.911 Not
20 0.241 8.243 34.221 Not
22 0.226 14.319 63.324 Not
24 0.215 1.203 5.586 Not
26 0.208 0.374 1.800 Not
28 0.202 0.455 2.250 Not
30 0.198 0.518 2.620 Not
107

Setelah dilakukan perhitungan Analisa zona likuifaksi, dapat


diketahui bahwa lapisan tanah yang mengalami likuifaksi berubah
dari sedalam 24 meter menjadi hanya sedalam 4 meter.

5.2.2.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan


Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Cement Grouting Tipe 2
Perhitungan dan spesifikasi tiang pancang sama dengan
yang tertera pada Sub-Bab 4.3. Perhitungan analisa daya dukung
tanah untuk tiang pada kondisi likuifaksi dengan tanah yang
sudah disuntik semen dapat dilihat pada Tabel 5.12. perhitungan
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 5. 12 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan metode


perbaikan tanah cement grouting

Qujung fsi Rsi Rsi Qult Qall


Depth N2 Ň Cni
(ton) (t/m2) (ton) (ton) (ton) (ton)

0.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.0 4.00 14.25 570.00 161.23 2.85 0.00 0.00 161.23 53.74
4.0 12.00 16.11 644.52 182.31 3.22 0.00 0.00 182.31 60.77
6.0 41.00 18.89 755.77 213.78 3.78 0.00 0.00 213.78 71.26
8.0 23.56 21.10 844.13 238.77 4.22 15.91 15.91 254.68 84.89
10.0 32.80 26.30 1051.96 297.55 5.26 19.83 35.74 333.29 111.10
12.0 34.36 31.48 1259.26 356.19 6.30 23.74 59.48 415.67 138.56
14.0 36.37 35.70 1428.19 403.97 7.14 26.92 86.40 490.37 163.46
16.0 40.28 35.96 1438.44 406.87 7.19 27.11 113.51 520.38 173.46
18.0 41.56 39.06 1562.29 441.90 7.81 29.45 142.96 584.86 194.95
20.0 42.79 39.69 1587.58 449.06 7.94 29.93 172.89 621.94 207.31
22.0 45.24 38.91 1556.38 440.23 7.78 29.34 202.22 642.45 214.15
24.0 37.23 38.21 1528.29 432.29 7.64 28.81 231.03 663.32 221.11
26.0 28.90 37.31 1492.34 422.12 7.46 28.13 259.16 681.28 227.09
28.0 31.45 36.60 1463.97 414.10 7.32 27.60 286.75 700.85 233.62
30.0 33.99 35.36 1414.42 400.08 7.07 26.66 313.42 713.50 237.83
108

5.2.2.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang Grup


dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Cement Grouting Tipe 2
Daya dukung tiang grup dihitung dengan mengalikan
daya dukung 1 tiang dengan efisiensi. Daya dukung 1 tiang
pancang (Qijin tekan) berdasarkan SPT pada kedalaman 18 m
adalah 194.95 ton. Spesifikasi tiang pancang yang digunakan
sama dengan yang tertera pada Sub-Bab 4.3. Efisiensi tiang
pancang dalam grup didapatkan berdasarkan rumus Converse-
Labarre dari persamaan dibawah ini :

(𝑛′ −1)𝑚+(𝑚−1)𝑛′
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90𝑚𝑛′
(10−1)10+(10−1)10
𝐸𝑔 = 1 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (0.6/2.1)
90×10×10
𝐸𝑔 = 0.681

Sehingga, didapatkan besar daya dukung tiang grup sebagai


berikut:

𝑄𝑔 = 𝐸𝑔. 𝑛. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑄𝑔 = 0.681 × 100 × 194.95
𝑄𝑔 = 13278.22 𝑡𝑜𝑛

Beban perencanaan aksial pada pondasi sebesar P =


8101.29 ton sehingga nilai Qgroup < P, hal ini berarti tiang grup
dapat menahan beban di atasnya jika tiang terkena pengaruh
likuifaksi.

5.2.2.5 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya


Lateral dengan Kondisi Tanah yang Sudah
Diperbaiki dengan Metode Cement Grouting Tipe 1
Berikut ini adalah perhitungan kontrol defleksi dan
momen terhadap pondasi dengan kondisi tanah yang sudah
diperbaiki dengan metode cement grouting tipe 1:
109

• Mencari harga f
Nilai f didapatkan dari grafik NAVFAC DM-7 pada
Gambar 2.6.

f = 12 t/ft2
= 0.384 kg/cm2

Dimana Dr = 35.86%.

• Mencari nilai T dan Zf


1
𝐸𝐼 5
𝑇=(f)
1
338921.8×510508 5
𝑇= ( )
0.384
𝑇 = 214.17 𝑐𝑚

𝑍𝑓 = 1.8𝑇
𝑍𝑓 = 1.8 × 214.17
𝑍𝑓 = 385.5 𝑐𝑚

• Mencari nilai F dan FM


Nilai F dan FM didapatkan dari kurva NAVFAC DM-
7 pada Gambar 2.7. Dengan parameter yang
digunakan adalah L tiang pancang = 18 m, sehingga
L/T = 8.4. Nilai F dan FM yang didapat dari kurva
adalah:

F = 0.925
FM = 0.875
110

• Perhitungan geser lateral dan lendutan


Nilai momen y didapatkan dari output frame forces
yang dihasilkan oleh program SAP2000. Output
frame forces dapat dilihat pada Lampiran 8.
2𝑀𝑦
𝐻𝑢 = 3𝑑 𝑓
+
2 2
2×542542.83
𝐻𝑢 = 3×60 0.384
+
2 2
𝐻𝑢 = 12030.84 𝑘𝑔
𝐻𝑢
𝑃=
𝑛
12030.84
𝑃= 110
𝑃 = 88.462 𝑘𝑔

𝑃𝑇 3
𝛿 = 𝐹𝛿 ( 𝐸𝐼 )
88.462×214.173
𝛿 = 0.925 (338921.8×510508)
𝛿 = 0.0046 𝑐𝑚 ≤ 2.54 𝑐𝑚 (𝑂𝐾)

• Perhitungan momen maksimum

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐹𝑚. 𝑃. 𝑇
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.875 × 88.462 × 214.17
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 16577.52 𝑘𝑔𝑐𝑚
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.166 𝑡𝑚 ≤ 𝑀𝑐𝑟𝑎𝑐𝑘 = 17 𝑡𝑚 (𝑂𝐾)

5.3 Alternatif Perencanaan Perbaikan Pondasi dengan


Metode Ground Flex Mole
Ground flex mole dipasang pada kedalaman 16 – 20 m
dengan panjang sepanjang diameter tangki. Rencana perbaikan
tanah dengan metode ini direncanakan dengan 2 tipe konfigurasi
ground flex mole yaitu:
111

• Tipe 1, ground flex mole dengan dengan design


replacement ratio sebesar 20%,diameter 0.7 meter
dan jarak 1.5 meter (Gambar 5.6 dan Gambar 5.7).

Gambar 5. 7 Tampak atas konfigurasi ground flex mole tipe 1

Gambar 5. 8 Tampak samping konfigurasi ground flex mole tipe 1

• Tipe 2, cement grout dengan diameter 0.7 meter dan


jarak 1.5 meter (Gambar 5.8 dan Gambar 5.9).
112

Gambar 5. 9 Tampak atas konfigurasi ground flex mole tipe 2

5.3.1 Perhitungan Ground Flex Mole Tipe 1


Contoh perhitungan peningkatan N-SPT pada kedalaman 16 m
adalah sebagai berikut (El-Kelesh et al., 2003):

Sehingga, didapatkan N baru sebesar:


113

Rekapitulasi perhitungan N baru dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5. 13 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode ground flex


mole

Jenis
Depth NSPT N Nbaru Konsistensi
Tanah
0 0 - - -
2 4 - 4 Pasir Loose
4 12 - 12 Pasir Medium
6 10 - 10 Pasir Medium
8 12 - 12 Pasir Medium
10 18 - 18 Pasir Medium
12 20 - 20 Pasir Medium
14 22 - 22 Pasir Medium
16 26 54.4 80.4 Pasir Very Dense
18 28 59.2 87.2 Pasir Very Dense
20 30 64 94 Pasir Very Dense
22 32 - 32 Pasir Dense
24 26 - 26 Pasir Medium
26 20 - 20 Pasir Medium
28 22 - 22 Pasir Medium
30 24 - 24 Pasir Medium
114

5.3.1.1 Korelasi Nilai N-SPT Baru Terhadap Parameter Fisis


Tanah yang Dibutuhkan
Perhitungan koreksi N-SPT baru memiliki Langkah yang sama
dengan perhitungan koreksi N-SPT lama pada Sub-Bab 4.2.1.
Rekapitulasi koreksi N-SPT baru dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5. 14 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat ground flex


mole

Depth N-SPT N1 N2 N2 Pakai

0 0 0 0.00 0.00
2 4 4 9.09 4.00
4 12 12 16.67 12.00
6 10 10 10.93 10.00
8 12 12 11.78 11.78
10 18 16.5 15.69 15.69
12 20 17.5 16.03 16.03
14 22 18.5 16.41 16.41
16 80.4 47.7 40.03 40.03
18 87.2 51.1 41.24 41.24
20 94 54.5 42.79 42.79
22 32 23.5 18.33 18.33
24 26 20.5 15.90 15.90
26 20 17.5 13.48 13.48
28 22 18.5 14.19 14.19
30 24 19.5 14.89 14.89

Setelah didapatkan nilai N terkoreksi, maka dapat


dilakukan korelasi data N-SPT untuk mendapatkan parameter
fisis tanah yang dibutuhkan. Parameter fisis tanah yang
115

dibutuhkan untuk perencanaan selanjutnya adalah berat jenis


tanah (γ), sudut geser tanah (Ø) dan kerapatan relatif (relative
density, Dr). Korelasi dilakukan terhadap nilai N-SPT yang telah
dikoreksi. Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter
fisis tanah dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5. 15 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat ground flex mole
terhadap parameter fisis tanah


Depth N2 ф (ᵒ) Dr (%)
(gr/cm3)

0 0.00
2 4.00 1.2 15 15
4 12.00 1.421053 29 36.57895
6 10.00 1.378947 28 33.42105
8 11.78 1.416471 29 36.23531
10 15.69 1.498687 30 42.40151
12 16.03 1.505959 31 42.94689
14 16.41 1.513915 31 43.54365
16 40.03 1.790012 35 74.50059
18 41.24 1.815592 36 75.77961
20 42.79 1.848273 37 77.41364
22 18.33 1.554305 32 46.57284
24 15.90 1.503146 31 42.73593
26 13.48 1.452303 30 38.92276
28 14.19 1.467218 30 40.04135
30 14.89 1.48196 30 41.14698
116

5.3.1.2 Analisa Zona Likuifaksi Terhadap Tanah yang Sudah


Diperbaiki dengan Ground Flex Mole Tipe 1
Setelah lapisan tanah diinjeksi dengan semen, perlu dicek apakah
lapisan tanah tersebut masih mengalami likuifaksi atau tidak.
Untuk mengetahui lapisan tanah yang berpotensi mengalami
likuifaksi, maka perlu dilakukan analisa zona likuifaksi pada
lapisan tanah yang jenuh air. Contoh perhitungan Analisa zona
likuifaksi dapat dilihat pada Sub-Bab 4.2.2 dan rekapitulasi
Analisa zona likuifaksi terhadap N-SPT baru dapat dilihat pada
Tabel 5.16. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 5. 16 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi setelah ground flex mole

Depth
CSR CRR FS Likuifaksi/Not
(m)

0 0 0 0 -
2 0.323 0.096 0.408 Likuifaksi
4 0.331 0.185 0.770 Likuifaksi
6 0.339 0.148 0.599 Likuifaksi
8 0.339 0.161 0.640 Likuifaksi
10 0.334 0.199 0.792 Likuifaksi
12 0.322 0.199 0.804 Likuifaksi
14 0.304 0.188 0.790 Likuifaksi
16 0.281 8.728 39.771 Not
18 0.258 5.761 27.306 Not
20 0.239 4.263 21.122 Not
22 0.224 0.175 0.952 Likuifaksi
24 0.213 0.148 0.844 Likuifaksi
26 0.206 0.176 1.029 Not
28 0.200 0.189 1.132 Not
30 0.195 0.204 1.238 Not
117

Setelah dilakukan perhitungan Analisa zona likuifaksi, dapat


diketahui bahwa lapisan yang diinjeksi dengan semen sudah tidak
mengalami likuifaksi.

5.3.1.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan


Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Ground Flex Mole Tipe 1
Perhitungan dan spesifikasi tiang pancang sama dengan
yang tertera pada Sub-Bab 4.4. Perhitungan analisa daya dukung
tanah untuk tiang pada kondisi likuifaksi dengan tanah yang
sudah disuntik semen dapat dilihat pada Tabel 5.17. Perhitungan
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 5. 17 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan metode


perbaikan tanah ground flex mole

Qujung fsi Rsi Rsi Qult Qall


Depth N2 Ň Cni
(ton) (t/m2) (ton) (ton) (ton) (ton)

0.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.0 4.00 6.50 260.00 73.54 1.30 0.00 0.00 73.54 24.51
4.0 12.00 7.56 302.26 85.50 1.51 0.00 0.00 85.50 28.50
6.0 10.00 8.91 356.47 100.83 1.78 0.00 0.00 100.83 33.61
8.0 11.78 9.93 397.16 112.34 1.99 7.49 7.49 119.83 39.94
10.0 15.69 12.27 490.94 138.87 2.45 9.25 16.74 155.61 51.87
12.0 16.03 17.42 696.80 197.09 3.48 13.13 29.87 226.97 75.66
14.0 16.41 21.60 863.89 244.36 4.32 16.28 46.16 290.52 96.84
16.0 40.03 26.28 1051.28 297.36 5.26 19.82 65.97 363.34 121.11
18.0 41.24 27.22 1088.69 307.94 5.44 20.52 86.50 394.44 131.48
20.0 42.79 27.25 1089.90 308.29 5.45 20.54 107.04 415.33 138.44
22.0 18.33 26.88 1075.33 304.17 5.38 20.27 127.31 431.48 143.83
24.0 15.90 26.57 1062.66 300.58 5.31 20.03 147.34 447.92 149.31
26.0 13.48 22.98 919.04 259.96 4.60 17.32 164.66 424.62 141.54
28.0 14.19 19.93 797.28 225.52 3.99 15.03 179.69 405.21 135.07
30.0 14.89 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 191.27 365.06 121.69

5.3.1.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang


dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Ground Flex Mole Tipe 1
Daya dukung tiang grup dihitung dengan mengalikan
daya dukung 1 tiang dengan efisiensi. Daya dukung 1 tiang
118

pancang (Qijin tekan) berdasarkan SPT pada kedalaman 18 m


adalah 131.48 ton. Spesifikasi tiang pancang yang digunakan
sama dengan yang tertera pada Sub-Bab 4.4. Efisiensi tiang
pancang dalam grup didapatkan berdasarkan rumus Converse-
Labarre dari persamaan dibawah ini :

(𝑛′ −1)𝑚+(𝑚−1)𝑛′
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90𝑚𝑛′
(10−1)10+(10−1)10
𝐸𝑔 = 1 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (0.6/2.1) 90×10×10
𝐸𝑔 = 0.681

Sehingga, didapatkan besar daya dukung tiang grup sebagai


berikut:

𝑄𝑔 = 𝐸𝑔. 𝑛. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑄𝑔 = 0.681 × 100 × 131.48
𝑄𝑔 = 8954.97 𝑡𝑜𝑛

Beban perencanaan aksial pada pondasi sebasar P =


8101.29 ton sehingga nilai Qgroup < P, hal ini berarti tiang grup
dapat menahan beban di atasnya jika tiang terkena pengaruh
likuifaksi.

5.3.1.5 Kontrol Ketahanan Tiang Pancang Terhadap Gaya


Lateral dengan Kondisi Tanah yang Sudah
Diperbaiki dengan Metode Cement Grouting Tipe 1
Berikut ini adalah perhitungan kontrol defleksi dan
momen terhadap pondasi dengan kondisi tanah yang sudah
diperbaiki dengan metode ground flex mole:
• Mencari harga f
Nilai f didapatkan dari grafik NAVFAC DM-7 pada
Gambar 2.6.

f = 12 t/ft2
119

= 0.384 kg/cm2

Dimana Dr = 35.86%.

• Mencari nilai T dan Zf


1
𝐸𝐼 5
𝑇= (f)
1
338921.8×510508 5
𝑇=( 0.384
)
𝑇 = 214.17 𝑐𝑚

𝑍𝑓 = 1.8𝑇
𝑍𝑓 = 1.8 × 214.17
𝑍𝑓 = 385.5 𝑐𝑚

• Mencari nilai F dan FM


Nilai F dan FM didapatkan dari kurva NAVFAC DM-
7 pada Gambar 2.7. Dengan parameter yang
digunakan adalah L tiang pancang = 18 m, sehingga
L/T = 8.4. Nilai F dan FM yang didapat dari kurva
adalah:

F = 0.925
FM = 0.875

• Perhitungan geser lateral dan lendutan


Nilai momen y didapatkan dari output frame forces
yang dihasilkan oleh program SAP2000. Output
frame forces dapat dilihat pada Lampiran 8.
120

2𝑀𝑦
𝐻𝑢 = 3𝑑 𝑓
+
2 2
2×542542.83
𝐻𝑢 = 3×60 0.384
+
2 2
𝐻𝑢 = 12030.84 𝑘𝑔
𝐻𝑢
𝑃= 𝑛
12030.84
𝑃= 110
𝑃 = 109.37 𝑘𝑔

𝑃𝑇 3
𝛿 = 𝐹𝛿 ( 𝐸𝐼 )
109.37×214.173
𝛿 = 0.925 (338921.8×510508)
𝛿 = 0.0057 𝑐𝑚 ≤ 2.54 𝑐𝑚 (𝑂𝐾)

• Perhitungan momen maksimum

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐹𝑚. 𝑃. 𝑇
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.875 × 109.37 × 214.17
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 20495.84 𝑘𝑔𝑐𝑚
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 0.205 𝑡𝑚 ≤ 𝑀𝑐𝑟𝑎𝑐𝑘 = 17 𝑡𝑚 (𝑂𝐾)

5.3.2 Perhitungan Ground Flex Mole Tipe 2


Contoh perhitungan peningkatan N-SPT pada kedalaman 16 m
adalah sebagai berikut (El-Kelesh et al., 2003):

Sehingga, didapatkan N baru sebesar:


121

Rekapitulasi perhitungan N baru dapat dilihat pada Tabel 5.18.

Tabel 5. 18 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru akibat metode ground flex


mole

Jenis
Depth NSPT N Nbaru Konsistensi
Tanah
0 0 - - -
2 4 4 Pasir Loose
4 12 12 Pasir Medium
6 10 10 Pasir Medium
8 12 12 Pasir Medium
10 18 18 Pasir Medium
12 20 20 Pasir Medium
14 22 22 Pasir Medium
16 26 27.2 54 Pasir Very Dense
18 28 29.6 58 Pasir Very Dense
20 30 32 62 Pasir Very Dense
22 32 32 Pasir Dense
24 26 26 Pasir Medium
26 20 20 Pasir Medium
28 22 22 Pasir Medium
30 24 24 Pasir Medium
122

5.3.2.1 Korelasi Nilai N-SPT Baru Terhadap Parameter Fisis


Tanah yang Dibutuhkan
Perhitungan koreksi N-SPT baru memiliki Langkah yang sama
dengan perhitungan koreksi N-SPT lama pada Sub-Bab 4.2.1.
Rekapitulasi koreksi N-SPT baru dapat dilihat pada Tabel 5.19.

Tabel 5. 19 Rekapitulasi perhitungan N-SPT baru koreksi akibat ground flex


mole

Depth N-SPT N1 N2 N2 Pakai

0 0 0 0.00 0.00
2 4 4 9.09 4.00
4 12 12 16.67 12.00
6 10 10 10.93 10.00
8 12 12 11.78 11.78
10 18 16.5 15.69 15.69
12 20 17.5 16.03 16.03
14 22 18.5 16.41 16.41
16 54 34.5 28.95 28.95
18 58 36.5 29.46 29.46
20 62 38.5 30.23 30.23
22 32 23.5 18.33 18.33
24 26 20.5 15.90 15.90
26 20 17.5 13.48 13.48
28 22 18.5 14.19 14.19
30 24 19.5 14.89 14.89

Setelah didapatkan nilai N terkoreksi, maka dapat


dilakukan korelasi data N-SPT untuk mendapatkan parameter
fisis tanah yang dibutuhkan. Parameter fisis tanah yang
123

dibutuhkan untuk perencanaan selanjutnya adalah berat jenis


tanah (γ), sudut geser tanah (Ø) dan kerapatan relatif (relative
density, Dr). Korelasi dilakukan terhadap nilai N-SPT yang telah
dikoreksi. Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT terhadap parameter
fisis tanah dapat dilihat pada Tabel 5.20.

Tabel 5. 20 Rekapitulasi korelasi nilai N-SPT baru akibat ground flex mole
terhadap parameter fisis tanah

Depth N2  (gr/cm3) ф (ᵒ) Dr (%)

0 0.00
2 4.00 1.9505191 14 28.33333333
4 12.00 2.398382 21 43.95540377
6 10.00 1.9749249 25 38.1058899
8 11.78 1.778947368 36 63.42105263
10 15.69 1.652631579 34 53.94736842
12 16.03 1.794245 25 49.21052632
14 16.41 1.7159472 23 52.36842105
16 28.95 2.26 49 98.8
18 29.46 2.22 48 97.6
20 30.23 2.18 47 96.4
22 18.33 1.170288 19 66.05263158
24 15.90 1.1453257 21 59.73684211
26 13.48 1.1687952 18 53.42105263
28 14.19 1.113563 16 52.36842105
30 14.89 1.1171925 14 57.63157895
124

5.3.2.2 Analisa Zona Likuifaksi Terhadap Tanah yang Sudah


Diperbaiki dengan Ground Flex Mole Tipe 2
Setelah lapisan tanah diinjeksi dengan semen, perlu dicek apakah
lapisan tanah tersebut masih mengalami likuifaksi atau tidak.
Untuk mengetahui lapisan tanah yang berpotensi mengalami
likuifaksi, maka perlu dilakukan analisa zona likuifaksi pada
lapisan tanah yang jenuh air. Contoh perhitungan Analisa zona
likuifaksi dapat dilihat pada Sub-Bab 4.2.2 dan rekapitulasi
Analisa zona likuifaksi terhadap N-SPT baru dapat dilihat pada
Tabel 5.21. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 5. 21 Rekapitulasi analisa zona likuifaksi setelah ground flex mole

Depth
CSR CRR FS Likuifaksi/Not
(m)

0 0 0 0 -
2 0.323144525 0.099557846 0.423624809 Likuifaksi
4 0.378394394 0.219616697 0.798037611 Likuifaksi
6 0.436451467 0.176111021 0.554821492 Likuifaksi
8 0.472119661 0.210827547 0.614013566 Likuifaksi
10 0.494378677 0.343580593 0.955589991 Likuifaksi
12 0.498078403 0.395618597 1.09214848 Not
14 0.483703971 0.382234737 1.086558712 Not
16 0.451278491 89.92349861 273.9878211 Not
18 0.414799765 146.8057773 486.6394849 Not
20 0.388670822 278.1184385 983.8990515 Not
22 0.374490441 0.470197551 1.726403563 Not
24 0.369347471 0.290078383 1.079898493 Not
26 0.367526319 0.569914194 2.132179322 Not
28 0.368294759 0.950493389 3.548593558 Not
30 0.37102523 1.880621663 6.969485025 Not
125

Setelah dilakukan perhitungan Analisa zona likuifaksi, dapat


diketahui bahwa lapisan yang diinjeksi dengan semen sudah tidak
mengalami likuifaksi.

5.3.2.3 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan


Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Ground Flex Mole Tipe 2
Perhitungan dan spesifikasi tiang pancang sama dengan
yang tertera pada Sub-Bab 4.4. Perhitungan analisa daya dukung
tanah untuk tiang pada kondisi likuifaksi dengan tanah yang
sudah disuntik semen dapat dilihat pada Tabel 5.22. Perhitungan
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 5. 22 Rekapitulasi perhitungan daya dukung tanah dengan metode


perbaikan tanah ground flex mole

Qujung fsi Rsi Rsi Qult Qall


Depth N2 Ň Cni
(ton) (t/m2) (ton) (ton) (ton) (ton)

0.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.0 4.00 6.50 260.00 73.54 1.30 0.00 0.00 73.54 24.51
4.0 12.00 7.56 302.26 85.50 1.51 0.00 0.00 85.50 28.50
6.0 10.00 8.91 356.47 100.83 1.78 0.00 0.00 100.83 33.61
8.0 11.78 9.93 397.16 112.34 1.99 7.49 7.49 119.83 39.94
10.0 15.69 12.27 490.94 138.87 2.45 9.25 16.74 155.61 51.87
12.0 16.03 15.84 633.50 179.19 3.17 11.94 28.68 207.87 69.29
14.0 16.41 18.33 733.26 207.41 3.67 13.82 42.50 249.91 83.30
16.0 28.95 21.22 848.86 240.11 4.24 16.00 58.50 298.61 99.54
18.0 29.46 22.16 886.27 250.69 4.43 16.71 75.21 325.90 108.63
20.0 30.23 22.19 887.48 251.03 4.44 16.73 91.94 342.97 114.32
22.0 18.33 21.82 872.92 246.91 4.36 16.45 108.39 355.30 118.43
24.0 15.90 21.51 860.25 243.33 4.30 16.22 124.61 367.93 122.64
26.0 13.48 19.50 779.92 220.61 3.90 14.70 139.31 359.92 119.97
28.0 14.19 17.84 713.53 201.83 3.57 13.45 152.76 354.59 118.20
30.0 14.89 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 164.34 338.13 112.71
126

5.3.2.4 Perhitungan Kekuatan Pondasi Tiang Pancang


dengan Kondisi Tanah yang Sudah Diperbaiki dengan
Metode Ground Flex Mole Tipe 2
Daya dukung tiang grup dihitung dengan mengalikan
daya dukung 1 tiang dengan efisiensi. Daya dukung 1 tiang
pancang (Qijin tekan) berdasarkan SPT pada kedalaman 18 m
adalah 108.63 ton. Spesifikasi tiang pancang yang digunakan
sama dengan yang tertera pada Sub-Bab 4.4. Efisiensi tiang
pancang dalam grup didapatkan berdasarkan rumus Converse-
Labarre dari persamaan dibawah ini :

(𝑛′ −1)𝑚+(𝑚−1)𝑛′
𝐸𝑔 = 1 − 𝜃 90𝑚𝑛′
(10−1)10+(10−1)10
𝐸𝑔 = 1 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (0.6/2.1)
90×10×10
𝐸𝑔 = 0.681

Sehingga, didapatkan besar daya dukung tiang grup sebagai


berikut:

𝑄𝑔 = 𝐸𝑔. 𝑛. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛
𝑄𝑔 = 0.681 × 100 × 108.63
𝑄𝑔 = 7398.897 𝑡𝑜𝑛

Beban perencanaan aksial pada pondasi sebasar P =


8101.29 ton sehingga nilai Qgroup < P, hal ini berarti tiang grup
tidak dapat menahan beban di atasnya jika tiang terkena pengaruh
likuifaksi.

5.4 Perencanaan Biaya Kebutuhan Bahan


Pada penulisan tugas akhir ini, perencanaan biaya dilakukan
hanya terhadap harga kebutuhan bahan setiap metode alternatif
perbaikan dan tidak meninjau faktor-faktor pengaruh harga
lainnya. Harga kebutuhan bahan diperoleh dari harga bahan di
pasaran. Perhitungan volume dan harga yang dibutuhkan untuk
127

seluruh metode alternatif yang direncanakan dapat dilihat pada


Tabel 5.23 dan Tabel 5.24.

Tabel 5. 23 Perhitungan volume kebutuhan bahan setiap metode alternatif

Panjang/Tebal
Metode Diameter (m) Jumlah Volume (m3)
(m)
Bored Pile
Pile 0.6 30 36 305.362806
Poer (32.888)-(28.688) 0.45 1 91.4035701
Total 396.766376
Cement Grouting
Tipe 1 0.56 20 108 532.009866
Tipe 2 0.7 20 108 831.265416
Ground Flex Mole
Tipe 1 0.7 28.688 37 408.496141

Tabel 5. 24 Perhitungan biaya kebutuhan bahan setiap metode alternatif

Volume
Metode Harga per m3 Total
(m3)
Bored Pile 396.766376 Rp3,754,825.00 Rp1,489,788,307.93
Cement Grouting
Tipe 1 532.0098663 Rp2,264,957.26 Rp1,204,979,611.77
Tipe 2 831.2654161 Rp2,264,957.26 Rp1,882,780,639.27
Ground Flex Mole 408.4961405 Rp2,264,957.26 Rp 925,226,301.21

Setelah dilakukan perhitungan biaya dari setiaf metode alternatif,


dapat disimpulkan bahwa metode ground flex mole merupakan
metode yang paling efisien dikarenakan membutuhkan biaya
128

paling sedikit dibandingkan dengan metode lainnya, yaitu Rp


925,226,301.21.
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan pada Tugas
Akhir ini, didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Berdasarkan hasil analisis, kondisi tanah pada Kawasan
Tangki Bahan Bakar Minyak, Ampenan, Lombok
memiliki jenis tanah pasir dengan konsistensi loose
hingga medium dengan potensi likuifaksi pada kedalaman
0 m – 24 m.
2. Tanah di bawah tangki bahan bakar minyak yang sebelum
memperhitungkan potensi likuifaksi memiliki Qallow =
90.89 ton per tiang dengan beban tangki sebesar 8258.2
ton. Perhitungan kekuatan tiang menunjukkan bahwa
tiang eksisting tidak mampu menahan beban tangki di
atasnya.
3. Tanah di bawah tangki bahan bakar minyak yang telah
memperhitungkan potensi likuifaksi memiliki Qallow =
63.94 ton per tiang dengan beban tangki sebesar 8258.2
ton. Perhitungan kekuatan tiang menunjukkan bahwa
tiang eksisting tidak mampu menahan beban akibat
likuifaksi sehingga diperlukan perbaikan pada struktur
bawah tangki.
4. Rencana perbaikan menggunakan metode penambahan
bored pile sebanyak 36 tiang di sekitar tangki sedalam 30
meter mendapatkan nilai Qallow sebesar 69.76 ton.
Berdasarkan hasil perhitungan, penambahan tiang dapat
dilakukan karena tanah mampu menahan beban
likuifaksi.
5. Rencana perbaikan dengan metode cement grouting
digunakan 2 tipe, yaitu:
a. Tipe 1 (diameter 0.56 m jarak 1.7 m, dan kedalaman
20 m), dimana didapatkan nilai Qallow sebesar
133.86 ton. Berdasarkan hasil perhitungan, tanah

129
130

yang sudah diinjeksi semen dengan metode cement


grouting tipe 1 dapat dilakukan karena tanah mampu
menahan beban likuifaksi.
b. Tipe 2 (diameter 0.7 m, jarak 1.5 m, dan kedalaman
20 m, dimana didapatkan nilai Qallow sebesar 194.95
ton. Berdasarkan hasil perhitungan, tanah yang sudah
diinjeksi semen dengan metode cement grouting tipe
2 dapat dilakukan karena tanah mampu menahan
beban likuifaksi.
6. Rencana perbaikan dengan metode ground flex mole
digunakan 2 tipe, yaitu:
a. Tipe 1 (diameter 0.7 m, jarak 1.5 m pada kedalaman
16 m sampai dengan 20 m), dimana didapatkan nilai
Qallow sebesar 131.48 ton. Berdasarkan hasil
perhitungan, tanah yang sudah diinjeksi semen
dengan metode ground flex mole tipe 1 dapat
dilakukan karena tanah mampu menahan beban
likuifaksi.
b. Tipe 2 (diameter 0.56 m, jarak 1.7 m ppada
kedalaman 16 sampai dengan 20 m), dimana
didapatkan nilai Qallow sebesar 108.63 ton.
Berdasarkan hasil perhitungan, tanah yang sudah
diinjeksi semen dengan metode ground flex mole tipe
2 dapat dilakukan karena tanah mampu menahan
beban likuifaksi.
7. Biaya kebutuhan bahan dari setiap metode alternatif
adalah sebagai berikut:
a. Bored pile = Rp 1,489,788,307.93
b. Cement grouting
- Tipe 1 = Rp 1,204,979,611.77
- Tipe 2 = Rp1,882,780,639.27
c. Ground flex mole = Rp 925,226,301.21
8. Digunakan metode alternatif ground flex mole tipe 1
sebagai perbaikan Tangki Bahan Bakar Minyak karena
lebih murah dalam segi penggunaan bahan.
131

6.2 Saran
Setelah dilakukan perhitungan dan analisis, penulis memberikan
saran yaitu:
1. Perlu dilakukan perbandingan antara parameter tanah
hasil uji laboratorium dengan parameter tanah hasil
korelasi untuk mendapatkan parameter tanah terkritis.
2. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai aplikasi
metode cement grouting dan ground flex mole agar bisa
didapatkan hasil yang lebih akurat.
Halaman ini sengaja dikosongkan
133

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2017. SNI 8460:2017 Persyaratan


Perancangan Geoteknik. Jakarta: BSNI.

Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 1726:2019 Tata Cara


Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Nongedung. Jakarta: BSNI.

Badan Standarisasi Nasional. 2020. SNI 2847:2020 Persyaratan


Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. Jakarta:
BSNI.

Blakita, P.M., ASCE. September 2013, “Planning and Performing


Horizontal Directional Drilling for Soil Grouting”.
ASCE.

Bowles, Joseph E. Alih Bahasa Oleh Silaban, Pantur. 1988.


Analisis dan Desain Pondasi Jilid 1 (Edisi 4). Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Committee on Earthquake Engineering. 1985. “Liquefaction of


Soils Durring Earthquakes”. National Research Council.
Washington, D.C.: National Academy Press.

Computers and Structures, Inc. 1995. SAP2000 Integrated


Finite Elements Analysis and Desgin of Structures
TUTORIAL MANUAL. California: University Avenue.

El-Kelesh, Adel M., and Matsui, Tamotsu. 2003. “Effect of Soil


and Grouting Parameters on the Effectiveness of
Compaction Grouting”. Grouting and Ground
Treatment.1056-1070.
134

Fanica, dan Susilo, A. J. May 2019. “Analisas Efektivitas


Kedalaman Grouting untuk Meningkatkan Daya Dukung
Lateral Fondasi Tiang Beton Pracetak”. Jurnal Mitra
Teknik Sipil 2, 2:183-192.

Hakam, Abdul. 2016. “Laboratory Liquefaction Test of Sand


Based on Grain Size and Relative Density”. J. Eng.
Technol. Sci 48, 3:334-344.

Idriss, I., M., and W. Boulanger. 2008. Soil Liquefaction During


Earthquakes. Earthquake California: Engineering
Research Institute.

Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi


Indonesia. Bandung: IAGI.

Ishii, H., Higaki, K., and Horikoshi, K. January 2011. “New


Liquefaction Countermeasure Method Using HDD for
Ground Beneath Existing Structures”.

Nicholson, Peter G. 2015. Soil Improvement and Ground


Modification Methods. Massachusetts: Elsevier.

Robertson, P., Campanella, R., Gillespie, D., Greig, J., 1986. Use
of Piezometer Cone Data, in: Use of In Situ Testing in
Geotechnical Engineering. Virginia: ASCE Specialty
Conference.

Wahyudi, Herman. 2013. Daya Dukung Pondasi Dalam.


Surabaya: Jurusan Teknik Sipil FTSPK – ITS.
LAMPIRAN 1
136

Data Bore Log dan Data Laboratorium Titik B1


Data Bore Log dan Data Laboratorium Titik B2
138

LAMPIRAN 2
Hasil analisa struktur atas sebelum perbaikan dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 100%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
351 1D+Ex+Ey+L 0.025 0.010 82.582 0.066 0.098 0.000
351 1D+Ey+1Ex+L 0.025 0.010 82.582 0.066 0.098 0.000
351 1D+1L+1R 0.015 -0.002 82.157 0.005 0.040 -0.001
351 1D+1R+L 0.015 -0.002 82.157 0.005 0.040 -0.001
351 1D+W+L+1R 0.015 -0.001 81.871 -0.016 0.058 0.002
351 1D+Ex+Ey+L 0.006 -0.012 81.503 -0.057 -0.019 -0.002
351 1D+Ey+1Ex+L 0.006 -0.012 81.503 -0.057 -0.019 -0.002
351 D+Ex+Ey 0.025 0.010 81.482 0.066 0.097 0.000
351 1D+Ey+Ex 0.025 0.010 81.482 0.066 0.097 0.000
351 1D 0.015 -0.001 80.942 0.004 0.039 -0.001
351 1D+1R+1W 0.015 -0.001 80.770 -0.016 0.057 0.002
351 1D+W 0.015 -0.001 80.656 -0.016 0.057 0.002
351 D+Ex+Ey 0.006 -0.012 80.403 -0.057 -0.019 -0.002
351 1D+Ey+Ex 0.006 -0.012 80.403 -0.057 -0.019 -0.002
140

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
223 1D+Ey+Ex -0.019 -0.015 17.004 -0.041 -0.086 -0.002
439 D+Ex+Ey 0.000 -0.002 16.925 -0.077 -0.035 -0.002
439 1D+Ey+Ex 0.000 -0.002 16.925 -0.077 -0.035 -0.002
233 D+Ex+Ey -0.014 0.002 16.786 -0.087 -0.075 -0.002
233 1D+Ey+Ex -0.014 0.002 16.786 -0.087 -0.075 -0.002
307 D+Ex+Ey -0.015 -0.020 16.769 -0.027 -0.076 -0.002
307 1D+Ey+Ex -0.015 -0.020 16.769 -0.027 -0.076 -0.002
225 1D+Ex+Ey+L -0.020 -0.009 16.768 -0.054 -0.086 -0.002
225 1D+Ey+1Ex+L -0.020 -0.009 16.768 -0.054 -0.086 -0.002
227 D+Ex+Ey -0.020 -0.008 16.752 -0.062 -0.088 -0.002
227 1D+Ey+Ex -0.020 -0.008 16.752 -0.062 -0.088 -0.002
259 D+Ex+Ey -0.005 0.003 16.704 -0.087 -0.053 -0.002
259 1D+Ey+Ex -0.005 0.003 16.704 -0.087 -0.053 -0.002
231 D+Ex+Ey -0.018 0.000 16.476 -0.087 -0.088 -0.002
231 1D+Ey+Ex -0.018 0.000 16.476 -0.087 -0.088 -0.002
229 1D+Ex+Ey+L -0.020 -0.003 16.460 -0.074 -0.087 -0.002
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
229 1D+Ey+1Ex+L -0.020 -0.003 16.460 -0.074 -0.087 -0.002
225 D+Ex+Ey -0.020 -0.009 16.027 -0.054 -0.086 -0.002
225 1D+Ey+Ex -0.020 -0.009 16.027 -0.054 -0.086 -0.002
229 D+Ex+Ey -0.020 -0.003 15.718 -0.074 -0.087 -0.002
229 1D+Ey+Ex -0.020 -0.003 15.718 -0.074 -0.087 -0.002
331 1D+Ex+Ey+L -0.005 -0.019 15.253 -0.037 -0.051 -0.002
331 1D+Ey+1Ex+L -0.005 -0.019 15.253 -0.037 -0.051 -0.002
263 1D+Ex+Ey+L -0.004 0.001 14.810 -0.079 -0.048 -0.002
263 1D+Ey+1Ex+L -0.004 0.001 14.810 -0.079 -0.048 -0.002
331 D+Ex+Ey -0.005 -0.019 14.519 -0.037 -0.051 -0.002
331 1D+Ey+Ex -0.005 -0.019 14.519 -0.037 -0.051 -0.002
263 D+Ex+Ey -0.004 0.001 14.097 -0.079 -0.048 -0.002
263 1D+Ey+Ex -0.004 0.001 14.097 -0.079 -0.048 -0.002
142

Hasil analisa struktur atas sebelum perbaikan dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 75%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
351 1D+Ex+Ey+L 0.021 0.010 66.917 0.065 0.089 0.000
351 1D+Ey+1Ex+L 0.021 0.010 66.917 0.065 0.089 0.000
351 1D+1L+1R 0.012 -0.001 66.492 0.004 0.031 -0.001
351 1D+1R+L 0.012 -0.001 66.492 0.004 0.031 -0.001
351 1D+W+L+1R 0.012 -0.001 66.206 -0.017 0.049 0.002
351 1D+Ex+Ey+L 0.003 -0.012 65.838 -0.058 -0.027 -0.002
351 1D+Ey+1Ex+L 0.003 -0.012 65.838 -0.058 -0.027 -0.002
351 D+Ex+Ey 0.021 0.010 65.817 0.065 0.088 0.000
351 1D+Ey+Ex 0.021 0.010 65.817 0.065 0.088 0.000
351 1D 0.012 -0.001 65.277 0.003 0.030 -0.001
351 1D+1R+1W 0.011 -0.001 65.105 -0.017 0.049 0.002
351 1D+W 0.011 -0.001 64.991 -0.017 0.049 0.002
351 D+Ex+Ey 0.002 -0.012 64.738 -0.058 -0.028 -0.002
351 1D+Ey+Ex 0.002 -0.012 64.738 -0.058 -0.028 -0.002
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
233 1D+Ey+Ex -0.013 -0.001 16.222 -0.081 -0.072 -0.002
307 D+Ex+Ey -0.014 -0.017 16.211 -0.034 -0.073 -0.002
307 1D+Ey+Ex -0.014 -0.017 16.211 -0.034 -0.073 -0.002
259 D+Ex+Ey -0.006 0.000 16.173 -0.081 -0.055 -0.002
259 1D+Ey+Ex -0.006 0.000 16.173 -0.081 -0.055 -0.002
229 1D+Ex+Ey+L -0.018 -0.004 16.074 -0.071 -0.081 -0.002
229 1D+Ey+1Ex+L -0.018 -0.004 16.074 -0.071 -0.081 -0.002
231 D+Ex+Ey -0.016 -0.002 15.934 -0.082 -0.083 -0.002
231 1D+Ey+Ex -0.016 -0.002 15.934 -0.082 -0.083 -0.002
225 D+Ex+Ey -0.017 -0.008 15.690 -0.054 -0.079 -0.002
225 1D+Ey+Ex -0.017 -0.008 15.690 -0.054 -0.079 -0.002
229 D+Ex+Ey -0.018 -0.004 15.332 -0.071 -0.081 -0.002
229 1D+Ey+Ex -0.018 -0.004 15.332 -0.071 -0.081 -0.002
331 1D+Ex+Ey+L -0.006 -0.017 15.126 -0.042 -0.054 -0.002
331 1D+Ey+1Ex+L -0.006 -0.017 15.126 -0.042 -0.054 -0.002
263 1D+Ex+Ey+L -0.005 -0.001 14.777 -0.074 -0.051 -0.002
144

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
263 1D+Ey+1Ex+L -0.005 -0.001 14.777 -0.074 -0.051 -0.002
331 D+Ex+Ey -0.006 -0.017 14.392 -0.042 -0.054 -0.002
331 1D+Ey+Ex -0.006 -0.017 14.392 -0.042 -0.054 -0.002
263 D+Ex+Ey -0.005 -0.001 14.063 -0.074 -0.051 -0.002
263 1D+Ey+Ex -0.005 -0.001 14.063 -0.074 -0.051 -0.002
Hasil analisa struktur atas sebelum perbaikan dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 50%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
351 1D+Ex+Ey+L 0.018 0.010 51.256 0.064 0.080 0.001
351 1D+Ey+1Ex+L 0.018 0.010 51.256 0.064 0.080 0.001
351 1D+1L+1R 0.009 -0.001 50.832 0.003 0.022 0.000
351 1D+1R+L 0.009 -0.001 50.832 0.003 0.022 0.000
351 1D+W+L+1R 0.008 -0.001 50.545 -0.018 0.041 0.002
351 1D+Ex+Ey+L -0.001 -0.012 50.177 -0.059 -0.036 -0.001
351 1D+Ey+1Ex+L -0.001 -0.012 50.177 -0.059 -0.036 -0.001
351 D+Ex+Ey 0.018 0.010 50.156 0.064 0.080 0.001
351 1D+Ey+Ex 0.018 0.010 50.156 0.064 0.080 0.001
277 1D+Ex+Ey+L 0.011 0.022 50.059 0.031 0.062 0.001
277 1D+Ey+1Ex+L 0.011 0.022 50.059 0.031 0.062 0.001
351 1D 0.008 -0.001 49.617 0.003 0.021 0.000
351 1D+1R+1W 0.008 -0.001 49.445 -0.018 0.040 0.002
351 1D+W 0.008 -0.001 49.330 -0.018 0.040 0.002
146

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
227 1D+Ey+Ex -0.015 -0.008 16.031 -0.061 -0.074 -0.002
307 D+Ex+Ey -0.013 -0.015 15.955 -0.039 -0.072 -0.001
307 1D+Ey+Ex -0.013 -0.015 15.955 -0.039 -0.072 -0.001
397 D+Ex+Ey -0.004 -0.014 15.951 -0.054 -0.053 -0.001
397 1D+Ey+Ex -0.004 -0.014 15.951 -0.054 -0.053 -0.001
223 D+Ex+Ey -0.014 -0.012 15.724 -0.049 -0.074 -0.002
223 1D+Ey+Ex -0.014 -0.012 15.724 -0.049 -0.074 -0.002
229 1D+Ex+Ey+L -0.015 -0.006 15.687 -0.067 -0.075 -0.001
229 1D+Ey+1Ex+L -0.015 -0.006 15.687 -0.067 -0.075 -0.001
233 D+Ex+Ey -0.012 -0.003 15.657 -0.075 -0.069 -0.002
233 1D+Ey+Ex -0.012 -0.003 15.657 -0.075 -0.069 -0.002
259 D+Ex+Ey -0.007 -0.002 15.641 -0.074 -0.057 -0.002
259 1D+Ey+Ex -0.007 -0.002 15.641 -0.074 -0.057 -0.002
439 D+Ex+Ey -0.005 -0.006 15.522 -0.068 -0.046 -0.001
439 1D+Ey+Ex -0.005 -0.006 15.522 -0.068 -0.046 -0.001
231 D+Ex+Ey -0.014 -0.004 15.392 -0.076 -0.078 -0.002
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
231 1D+Ey+Ex -0.014 -0.004 15.392 -0.076 -0.078 -0.002
225 D+Ex+Ey -0.015 -0.008 15.352 -0.055 -0.073 -0.002
225 1D+Ey+Ex -0.015 -0.008 15.352 -0.055 -0.073 -0.002
229 D+Ex+Ey -0.015 -0.006 14.945 -0.067 -0.075 -0.001
229 1D+Ey+Ex -0.015 -0.006 14.945 -0.067 -0.075 -0.001
331 1D+Ex+Ey+L -0.007 -0.015 14.898 -0.047 -0.056 -0.002
331 1D+Ey+1Ex+L -0.007 -0.015 14.898 -0.047 -0.056 -0.002
263 1D+Ex+Ey+L -0.006 -0.003 14.741 -0.069 -0.053 -0.001
263 1D+Ey+1Ex+L -0.006 -0.003 14.741 -0.069 -0.053 -0.001
331 D+Ex+Ey -0.007 -0.015 14.164 -0.047 -0.056 -0.001
331 1D+Ey+Ex -0.007 -0.015 14.164 -0.047 -0.056 -0.001
263 D+Ex+Ey -0.006 -0.003 14.028 -0.069 -0.053 -0.001
263 1D+Ey+Ex -0.006 -0.003 14.028 -0.069 -0.053 -0.001
148

Hasil analisa struktur atas sebelum perbaikan dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 25%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
277 1D+Ex+Ey+L 0.011 0.017 35.772 0.044 0.063 0.001
277 1D+Ey+1Ex+L 0.011 0.017 35.772 0.044 0.063 0.001
351 1D+Ex+Ey+L 0.015 0.010 35.587 0.063 0.072 0.001
351 1D+Ey+1Ex+L 0.015 0.010 35.587 0.063 0.072 0.001
351 1D+1L+1R 0.005 -0.001 35.162 0.002 0.013 0.000
351 1D+1R+L 0.005 -0.001 35.162 0.002 0.013 0.000
351 1D+W+L+1R 0.005 0.000 34.876 -0.019 0.032 0.002
277 1D+1L+1R 0.001 0.006 34.733 -0.017 0.003 0.000
277 1D+1R+L 0.001 0.006 34.733 -0.017 0.003 0.000
277 D+Ex+Ey 0.011 0.016 34.674 0.045 0.062 0.001
277 1D+Ey+Ex 0.011 0.016 34.674 0.045 0.062 0.001
351 1D+Ex+Ey+L -0.004 -0.012 34.508 -0.060 -0.045 -0.001
351 1D+Ey+1Ex+L -0.004 -0.012 34.508 -0.060 -0.045 -0.001
351 D+Ex+Ey 0.014 0.011 34.487 0.063 0.071 0.001
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
293 1D+Ey+Ex -0.011 -0.012 15.577 -0.051 -0.064 -0.001
229 1D+Ex+Ey+L -0.013 -0.007 15.301 -0.064 -0.068 -0.001
229 1D+Ey+1Ex+L -0.013 -0.007 15.301 -0.064 -0.068 -0.001
397 D+Ex+Ey -0.006 -0.012 15.293 -0.059 -0.058 -0.001
397 1D+Ey+Ex -0.006 -0.012 15.293 -0.059 -0.058 -0.001
259 D+Ex+Ey -0.008 -0.005 15.111 -0.068 -0.059 -0.001
259 1D+Ey+Ex -0.008 -0.005 15.111 -0.068 -0.059 -0.001
307 D+Ex+Ey -0.011 -0.012 15.094 -0.047 -0.067 -0.001
307 1D+Ey+Ex -0.011 -0.012 15.094 -0.047 -0.067 -0.001
233 D+Ex+Ey -0.010 -0.006 15.094 -0.069 -0.066 -0.001
233 1D+Ey+Ex -0.010 -0.006 15.094 -0.069 -0.066 -0.001
223 D+Ex+Ey -0.012 -0.011 15.073 -0.052 -0.067 -0.001
223 1D+Ey+Ex -0.012 -0.011 15.073 -0.052 -0.067 -0.001
225 D+Ex+Ey -0.013 -0.008 15.014 -0.055 -0.067 -0.001
225 1D+Ey+Ex -0.013 -0.008 15.014 -0.055 -0.067 -0.001
331 1D+Ex+Ey+L -0.008 -0.013 14.873 -0.052 -0.059 -0.001
150

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
331 1D+Ey+1Ex+L -0.008 -0.013 14.873 -0.052 -0.059 -0.001
231 D+Ex+Ey -0.012 -0.006 14.850 -0.071 -0.073 -0.002
231 1D+Ey+Ex -0.012 -0.006 14.850 -0.071 -0.073 -0.002
439 D+Ex+Ey -0.007 -0.007 14.822 -0.064 -0.052 -0.001
439 1D+Ey+Ex -0.007 -0.007 14.822 -0.064 -0.052 -0.001
263 1D+Ex+Ey+L -0.007 -0.005 14.709 -0.064 -0.056 -0.001
263 1D+Ey+1Ex+L -0.007 -0.005 14.709 -0.064 -0.056 -0.001
229 D+Ex+Ey -0.013 -0.007 14.559 -0.064 -0.068 -0.001
229 1D+Ey+Ex -0.013 -0.007 14.559 -0.064 -0.068 -0.001
331 D+Ex+Ey -0.008 -0.013 14.139 -0.052 -0.059 -0.001
331 1D+Ey+Ex -0.008 -0.013 14.139 -0.052 -0.059 -0.001
263 D+Ex+Ey -0.007 -0.005 13.996 -0.064 -0.056 -0.001
263 1D+Ey+Ex -0.007 -0.005 13.996 -0.064 -0.056 -0.001
Hasil analisa struktur atas sebelum perbaikan dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 0%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
405 1D+Ex+Ey+L 0.010 0.011 22.996 0.056 0.060 0.001
405 1D+Ey+1Ex+L 0.010 0.011 22.996 0.056 0.060 0.001
293 1D+Ex+Ey+L 0.009 0.008 22.549 0.059 0.057 0.001
293 1D+Ey+1Ex+L 0.009 0.008 22.549 0.059 0.057 0.001
405 1D+1L+1R 0.000 0.001 22.223 -0.003 0.000 0.000
405 1D+1R+L 0.000 0.001 22.223 -0.003 0.000 0.000
405 1D+W+L+1R 0.000 0.000 22.084 -0.020 0.018 0.002
405 D+Ex+Ey 0.010 0.010 21.978 0.056 0.060 0.001
405 1D+Ey+Ex 0.010 0.010 21.978 0.056 0.060 0.001
329 1D+Ex+Ey+L 0.010 0.008 21.938 0.058 0.060 0.001
329 1D+Ey+1Ex+L 0.010 0.008 21.938 0.058 0.060 0.001
435 1D+Ex+Ey+L 0.010 0.009 21.863 0.060 0.059 0.001
435 1D+Ey+1Ex+L 0.010 0.009 21.863 0.060 0.059 0.001
227 1D+Ex+Ey+L 0.008 0.009 21.756 0.059 0.058 0.001
152

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
439 1D+Ey+1Ex+L -0.009 -0.009 14.887 -0.060 -0.057 -0.001
331 1D+Ex+Ey+L -0.009 -0.011 14.747 -0.057 -0.062 -0.001
331 1D+Ey+1Ex+L -0.009 -0.011 14.747 -0.057 -0.062 -0.001
225 D+Ex+Ey -0.010 -0.008 14.676 -0.056 -0.060 -0.001
225 1D+Ey+Ex -0.010 -0.008 14.676 -0.056 -0.060 -0.001
263 1D+Ex+Ey+L -0.008 -0.007 14.675 -0.059 -0.058 -0.001
263 1D+Ey+1Ex+L -0.008 -0.007 14.675 -0.059 -0.058 -0.001
397 D+Ex+Ey -0.008 -0.010 14.629 -0.064 -0.064 -0.001
397 1D+Ey+Ex -0.008 -0.010 14.629 -0.064 -0.064 -0.001
259 D+Ex+Ey -0.009 -0.008 14.580 -0.061 -0.061 -0.001
259 1D+Ey+Ex -0.009 -0.008 14.580 -0.061 -0.061 -0.001
307 D+Ex+Ey -0.010 -0.010 14.536 -0.053 -0.064 -0.001
307 1D+Ey+Ex -0.010 -0.010 14.536 -0.053 -0.064 -0.001
233 D+Ex+Ey -0.009 -0.008 14.530 -0.063 -0.063 -0.001
233 1D+Ey+Ex -0.009 -0.008 14.530 -0.063 -0.063 -0.001
223 D+Ex+Ey -0.010 -0.010 14.430 -0.056 -0.061 -0.001
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
223 1D+Ey+Ex -0.010 -0.010 14.430 -0.056 -0.061 -0.001
231 D+Ex+Ey -0.010 -0.008 14.308 -0.066 -0.068 -0.001
231 1D+Ey+Ex -0.010 -0.008 14.308 -0.066 -0.068 -0.001
279 D+Ex+Ey -0.006 -0.012 14.295 -0.071 -0.066 -0.002
279 1D+Ey+Ex -0.006 -0.012 14.295 -0.071 -0.066 -0.002
229 D+Ex+Ey -0.011 -0.009 14.173 -0.061 -0.062 -0.001
229 1D+Ey+Ex -0.011 -0.009 14.173 -0.061 -0.062 -0.001
439 D+Ex+Ey -0.009 -0.009 14.121 -0.060 -0.057 -0.001
439 1D+Ey+Ex -0.009 -0.009 14.121 -0.060 -0.057 -0.001
331 D+Ex+Ey -0.009 -0.011 14.013 -0.057 -0.062 -0.001
331 1D+Ey+Ex -0.009 -0.011 14.013 -0.057 -0.062 -0.001
263 D+Ex+Ey -0.008 -0.007 13.962 -0.059 -0.058 -0.001
263 1D+Ey+Ex -0.008 -0.007 13.962 -0.059 -0.058 -0.001
154

LAMPIRAN 3
Perhitungan potensi likuifaksi pada titik bore log B1

Depth air
NSPT t (t/m3) ' (t/m3) H (m) H/2 (m) z (m) z/r I z (t/m2) σv (t/m2) σ'v (t/m2)
(m) (t/m3)
0 0 - - - - - - - -
2 4.00 1.951 - 1.951 2 1 1 0.070 1 11.280 13.230 13.230
4 12.00 2.398 1 1.398 2 1 3 0.209 1 11.280 28.859 27.859
6 10.00 1.975 1 0.975 2 1 5 0.349 1 11.280 44.512 41.512
8 12.00 1.796 1 0.796 2 1 7 0.488 1 11.280 59.563 54.563
10 16.00 1.666 1 0.666 2 1 9 0.627 0.95 10.716 73.740 66.740
12 17.00 1.794 1 0.794 2 1 11 0.767 0.9 10.152 87.353 78.353
14 17.00 1.716 1 0.716 2 1 13 0.906 0.85 9.588 100.451 89.451
16 18.00 2.289 1 1.289 2 1 15 1.046 0.775 8.742 113.198 100.198
18 18.00 1.947 1 0.947 2 1 17 1.185 0.7 7.896 125.329 110.329
20 18.00 1.690 1 0.690 2 1 19 1.325 0.6 6.768 135.734 118.734
22 19.00 1.170 1 0.170 2 1 21 1.464 0.5 5.640 144.234 125.234
24 16.00 1.145 1 0.145 2 1 23 1.603 0.45 5.076 151.625 130.625
26 14.00 1.169 1 0.169 2 1 25 1.743 0.375 4.230 158.169 135.169
28 15.00 1.114 1 0.114 2 1 27 1.882 0.35 3.948 164.400 139.400
30 15.00 1.117 1 0.117 2 1 29 2.022 0.325 3.666 170.297 143.297
156

g
amax rd CSR CN CE CB CR CS N1(60) FC (N1)60 (N1)60.cs
(m2/s)
0.5 9.81 - -
0.5 9.81 0.994 0.323 1.651 1 1 1 1 6.605 0 0 6.605
0.5 9.81 0.979 0.330 1.488 1 1 1 1 17.855 0 0 17.855
0.5 9.81 0.965 0.336 1.362 1 1 1 1 13.621 0 0 13.621
0.5 9.81 0.948 0.336 1.260 1 1 1 1 15.124 0 0 15.124
0.5 9.81 0.923 0.331 1.178 1 1 1 1 18.850 0 0 18.850
0.5 9.81 0.883 0.320 1.109 1 1 1 1 18.855 0 0 18.855
0.5 9.81 0.826 0.302 1.050 1 1 1 1 17.856 0 0 17.856
0.5 9.81 0.760 0.279 0.999 1 1 1 1 17.984 0 0 17.984
0.5 9.81 0.696 0.257 0.955 1 1 1 1 17.193 0 0 17.193
0.5 9.81 0.641 0.238 0.922 1 1 1 1 16.588 0 0 16.588
0.5 9.81 0.598 0.224 0.897 1 1 1 1 17.045 0 0 17.045
0.5 9.81 0.565 0.213 0.878 1 1 1 1 14.045 0 0 14.045
0.5 9.81 0.541 0.206 0.862 1 1 1 1 12.070 0 0 12.070
0.5 9.81 0.522 0.200 0.848 1 1 1 1 12.722 0 0 12.722
0.5 9.81 0.508 0.196 0.836 1 1 1 1 12.533 0 0 12.533
K
CRR7.5 MSF C K CRRM FS Likuifaksi/Not
pakai

0.096 1.25 0.081 1.164 1.100 0.132 0.407 Likuifaksi


0.182 1.25 0.123 1.157 1.100 0.251 0.760 Likuifaksi
0.145 1.25 0.105 1.093 1.093 0.198 0.588 Likuifaksi
0.157 1.25 0.111 1.067 1.067 0.210 0.623 Likuifaksi
0.193 1.25 0.128 1.052 1.052 0.253 0.764 Likuifaksi
0.193 1.25 0.128 1.031 1.031 0.248 0.777 Likuifaksi
0.182 1.25 0.123 1.014 1.014 0.231 0.766 Likuifaksi
0.184 1.25 0.124 1.000 1.000 0.229 0.822 Likuifaksi
0.176 1.25 0.120 0.988 0.988 0.217 0.845 Likuifaksi
0.170 1.25 0.117 0.980 0.980 0.208 0.875 Likuifaksi
0.174 1.25 0.119 0.973 0.973 0.212 0.948 Likuifaksi
0.148 1.25 0.107 0.971 0.971 0.180 0.844 Likuifaksi
0.133 1 0.100 0.970 0.970 0.133 1.257 Likuifaksi
0.138 1 0.102 0.966 0.966 0.138 1.376 Likuifaksi
0.136 1 0.101 0.964 0.964 0.196 1.444 Likuifaksi
158

Perhitungan potensi likuifasi pada titik bore log B2

Depth air
NSPT t (t/m3) ' (t/m3) H (m) H/2 (m) z (m) z/r I z (t/m2) σv (t/m2) σ'v (t/m2)
(m) (t/m3)
0 0 - - - - - - - -
2 12 1.674 - 1.674 2 1 1 0.070 1 11.280 12.954 12.954
4 15 1.674 1 0.674 2 1 3 0.209 1 11.280 27.582 26.582
6 18.5 1.674 1 0.674 2 1 5 0.349 1 11.280 42.210 39.210
8 16.5 1.674 1 0.674 2 1 7 0.488 1 11.280 56.839 51.839
10 20.5 1.674 1 0.674 2 1 9 0.627 0.95 10.716 70.903 63.903
12 21.5 1.674 1 0.674 2 1 11 0.767 0.9 10.152 84.403 75.403
14 19 1.674 1 0.674 2 1 13 0.906 0.85 9.588 97.339 86.339
16 20 1.674 1 0.674 2 1 15 1.046 0.775 8.742 109.430 96.430
18 21 1.674 1 0.674 2 1 17 1.185 0.7 7.896 120.674 105.674
20 23.5 1.674 1 0.674 2 1 19 1.325 0.6 6.768 130.790 113.790
22 25.5 1.674 1 0.674 2 1 21 1.464 0.5 5.640 139.778 120.778
24 25 1.674 1 0.674 2 1 23 1.603 0.45 5.076 148.203 127.203
26 20 1.674 1 0.674 2 1 25 1.743 0.375 4.230 155.781 132.781
28 22 1.674 1 0.674 2 1 27 1.882 0.35 3.948 163.077 138.077
30 25 1.674 1 0.674 2 1 29 2.022 0.325 3.666 170.092 143.092
LAMPIRAN 4
160

z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton ton ton ton
Pasir
0.0 0.0 Pasir 0.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kelanauan
Pasir
2.0 4.0 Pasir 19.5 4 9.5 19.01 9.1 4.0 6.50 260.00 73.54 1.30 4.90 4.90 78.44 26.15
Kelanauan
Pasir
4.0 12.0 Pasir 24.0 12 14.0 46.98 16.7 12.0 7.56 302.26 85.50 1.51 5.70 10.60 96.09 32.03
Kelanauan
Pasir
Kelanauan
6.0 10.0 Sedikit Pasir 19.7 10 9.7 66.48 10.9 10.0 8.91 356.47 100.83 1.78 6.72 17.32 118.15 39.38
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
8.0 12.0 Sedikit Pasir 18.0 12 8.0 82.39 11.8 11.8 9.93 397.16 112.34 1.99 7.49 24.80 137.14 45.71
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
10.0 18.0 Sedikit Pasir 16.7 16.5 6.7 95.71 15.7 15.7 12.27 490.94 138.87 2.45 9.25 34.06 172.92 57.64
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
Sedikit
12.0 20.0 Kulit Pasir 17.9 17.5 7.9 111.60 16.0 16.0 14.16 566.38 160.20 2.83 10.68 44.73 204.94 68.31
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
14.0 22.0 Sedikit Pasir 17.2 18.5 7.2 125.92 16.4 16.4 14.92 596.96 168.85 2.98 11.25 55.99 224.84 74.95
Kulit
Kerang
z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall
N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton ton ton ton
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
16.0 26.0 Kulit Pasir 22.9 20.5 12.9 151.70 17.2 17.2 16.02 640.77 181.25 3.20 12.08 68.06 249.31 83.10
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
18.0 28.0 Kulit Pasir 19.5 21.5 9.5 170.63 17.4 17.4 16.95 678.18 191.83 3.39 12.78 80.85 272.68 90.89
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
20.0 30.0 Kulit Pasir 16.9 22.5 6.9 184.43 17.7 17.7 16.98 679.39 192.17 3.40 12.81 93.65 285.82 95.27
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
22.0 32.0 Pasir 11.7 23.5 1.7 187.84 18.3 18.3 16.62 664.83 188.05 3.32 12.53 106.19 294.24 98.08
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
24.0 26.0 Pasir 11.5 20.5 1.5 190.74 15.9 15.9 16.30 652.15 184.47 3.26 12.29 118.48 302.94 100.98
dengan
Kerikil
Pasir
26.0 20.0 Pasir 11.7 17.5 1.7 194.12 13.5 13.5 15.97 638.96 180.73 3.19 12.04 130.52 311.26 103.75
Kelanauan
162

z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton ton ton ton
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
28.0 22.0 Pasir 11.1 18.5 1.1 196.39 14.2 14.2 15.74 629.77 178.14 3.15 11.87 142.39 320.53 106.84
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
30.0 24.0 Pasir 11.2 19.5 1.2 198.73 14.9 14.9 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 153.97 327.76 109.25
dengan
Kerikil
LAMPIRAN 5
164

Perhitungan daya dukung tanah akibat likuifaksi

z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Pasir
0.0 0.0 Pasir 0.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kelanauan
Pasir
2.0 4.0 Pasir 19.5 4 9.5 19.01 9.1 4.0 6.50 260.00 73.54 1.30 0.00 0.00 73.54 24.51
Kelanauan
Pasir
4.0 12.0 Pasir 24.0 12 14.0 46.98 16.7 12.0 7.56 302.26 85.50 1.51 0.00 0.00 85.50 28.50
Kelanauan
Pasir
Kelanauan
6.0 10.0 Sedikit Pasir 19.7 10 9.7 66.48 10.9 10.0 8.91 356.47 100.83 1.78 0.00 0.00 100.83 33.61
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
8.0 12.0 Sedikit Pasir 18.0 12 8.0 82.39 11.8 11.8 9.93 397.16 112.34 1.99 0.00 0.00 112.34 37.45
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
10.0 18.0 Sedikit Pasir 16.7 16.5 6.7 95.71 15.7 15.7 12.27 490.94 138.87 2.45 9.25 9.25 148.12 49.37
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
Sedikit
12.0 20.0 Kulit Pasir 17.9 17.5 7.9 111.60 16.0 16.0 14.16 566.38 160.20 2.83 10.68 19.93 180.13 60.04
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
14.0 22.0 Kelanauan Pasir 17.2 18.5 7.2 125.92 16.4 16.4 14.92 596.96 168.85 2.98 11.25 31.18 200.04 66.68
Sedikit
z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall
N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Kulit
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
16.0 26.0 Kulit Pasir 22.9 20.5 12.9 151.70 17.2 17.2 16.02 640.77 181.25 3.20 12.08 43.26 224.51 74.84
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
18.0 28.0 Kulit Pasir 19.5 21.5 9.5 170.63 17.4 17.4 16.95 678.18 191.83 3.39 12.78 56.04 247.87 82.62
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
20.0 30.0 Kulit Pasir 16.9 22.5 6.9 184.43 17.7 17.7 16.98 679.39 192.17 3.40 12.81 68.85 261.02 87.01
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
22.0 32.0 Pasir 11.7 23.5 1.7 187.84 18.3 18.3 16.62 664.83 188.05 3.32 12.53 81.38 269.43 89.81
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
24.0 26.0 Pasir 11.5 20.5 1.5 190.74 15.9 15.9 16.30 652.15 184.47 3.26 12.29 93.67 278.14 92.71
dengan
Kerikil
166

z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Pasir
Kelanauan
26.0 20.0 Pasir 11.7 17.5 1.7 194.12 13.5 13.5 15.97 638.96 180.73 3.19 12.04 105.72 286.45 95.48
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
28.0 22.0 Pasir 11.1 18.5 1.1 196.39 14.2 14.2 15.74 629.77 178.14 3.15 11.87 117.59 295.73 98.58
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
30.0 24.0 Pasir 11.2 19.5 1.2 198.73 14.9 14.9 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 129.17 302.96 100.99
dengan
Kerikil
LAMPIRAN 6
168

Hasil analisa struktur atas dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di sekeliling
tangki (variasi isi 100%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
280 D+W+L+R 4.169E-19 4.031E-19 38.210 -1.344E-19 1.39E-19 7.982E-08
280 D+L+R 0 0 38.209 0 0 -2.968E-14
278 D+W+L+R 4.132E-19 4.065E-19 38.209 -1.355E-19 1.377E-19 7.982E-08
278 D+L+R 0 0 38.209 0 0 -2.968E-14
282 D+W+L+R -8.687E-15 4.045E-19 38.208 -1.349E-19 1.408E-19 7.982E-08
282 D+L+R -8.687E-15 0 38.208 0 0 -2.968E-14
276 D+W+L+R 4.106E-19 4.084E-19 38.207 -1.361E-19 1.369E-19 7.982E-08
276 D+L+R 0 0 38.207 0 0 -2.968E-14
274 D+L+R 0 0 38.204 0 0 -2.968E-14
274 D+W+L+R 4.069E-19 4.104E-19 38.204 -1.368E-19 1.356E-19 7.982E-08
284 D+W+L+R 4.224E-19 4.041E-19 38.204 -1.347E-19 1.408E-19 7.982E-08
284 D+L+R 0 0 38.203 0 0 -2.968E-14
272 D+L+R 0 0 38.202 0 0 -2.968E-14
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
266 D 0 0 19.787 0 0 -1.464E-14
288 D 0 0 19.786 0 0 -1.464E-14
264 D -3.599E-14 0 19.786 0 0 -1.464E-14
262 D 0 0 19.785 0 0 -1.464E-14
260 D 0 0 19.783 0 0 -1.464E-14
290 D 0 0 19.783 0 0 -1.464E-14
258 D 0 0 19.781 0 0 -1.464E-14
292 D 0 0 19.781 0 0 -1.464E-14
256 D 0 0 19.778 0 0 -1.464E-14
294 D 0 0 19.778 0 0 -1.464E-14
254 D 0 0 19.776 0 0 -1.464E-14
296 D 0 0 19.776 0 0 -1.464E-14
252 D 0 0 19.775 0 0 -1.464E-14
298 D 0 0 19.774 0 0 -1.464E-14
250 D 0 -1.212E-20 19.773 0 0 -1.464E-14
170

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
228 D 0 0 19.772 0 0 -1.464E-14
248 D 0 0 19.772 0 0 -1.464E-14
246 D -7.193E-14 1.104E-20 19.772 0 0 -1.464E-14
244 D 0 0 19.772 0 0 -1.464E-14
230 D 0 0 19.771 0 0 -1.464E-14
242 D 0 0 19.771 0 0 -1.464E-14
232 D 0 0 19.770 0 0 -1.464E-14
240 D 0 0 19.770 0 0 -1.464E-14
234 D 0 0 19.770 0 0 -1.464E-14
238 D 0 1.438E-13 19.770 1.872E-20 0 -1.464E-14
236 D 0 0 19.770 0 0 -1.464E-14
Hasil analisa struktur atas dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di sekeliling
tangki (variasi isi 75%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
280 D+W+L+R 4.169E-19 4.036E-19 29.513 -1.345E-19 1.39E-19 7.982E-08
280 D+L+R 0 0 29.513 0 0 -2.229E-14
278 D+W+L+R 4.132E-19 4.065E-19 29.513 -1.355E-19 1.377E-19 7.982E-08
278 D+L+R 0 0 29.512 0 0 -2.229E-14
282 D+W+L+R -6.71E-15 4.045E-19 29.512 -1.349E-19 1.406E-19 7.982E-08
282 D+L+R -6.71E-15 0 29.511 0 0 -2.229E-14
276 D+W+L+R 4.106E-19 4.084E-19 29.511 -1.361E-19 1.369E-19 7.982E-08
276 D+L+R 0 0 29.511 0 0 -2.229E-14
274 D+L+R 0 0 29.509 0 0 -2.229E-14
274 D+W+L+R 4.072E-19 4.104E-19 29.509 -1.368E-19 1.357E-19 7.982E-08
284 D+W+L+R 4.224E-19 4.041E-19 29.509 -1.347E-19 1.408E-19 7.982E-08
284 D+L+R 0 0 29.508 0 0 -2.229E-14
272 D+L+R 0 0 29.507 0 0 -2.229E-14
172

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
266 D 0 0 15.440 0 0 -1.094E-14
288 D 0 0 15.439 0 0 -1.094E-14
264 D -2.808E-14 0 15.439 0 0 -1.094E-14
262 D 0 0 15.439 0 0 -1.094E-14
260 D 0 0 15.437 0 0 -1.094E-14
290 D 0 0 15.437 0 0 -1.094E-14
258 D 0 0 15.435 0 0 -1.094E-14
292 D 0 0 15.435 0 0 -1.094E-14
294 D 0 0 15.434 0 0 -1.094E-14
256 D 0 0 15.433 0 0 -1.094E-14
254 D 0 0 15.432 0 0 -1.094E-14
296 D 0 0 15.432 0 0 -1.094E-14
252 D 0 0 15.431 0 0 -1.094E-14
298 D 0 0 15.430 0 0 -1.094E-14
250 D 0 0 15.430 0 0 -1.094E-14
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
228 D 0 0 15.429 0 0 -1.094E-14
248 D 0 0 15.429 0 0 -1.094E-14
246 D -5.613E-14 0 15.429 0 0 -1.094E-14
244 D 0 0 15.428 0 0 -1.094E-14
230 D 0 0 15.428 0 0 -1.094E-14
242 D 0 0 15.428 0 0 -1.094E-14
232 D 0 0 15.428 0 0 -1.094E-14
240 D 0 0 15.427 0 0 -1.094E-14
234 D 0 0 15.427 0 0 -1.094E-14
238 D 0 1.122E-13 15.427 1.476E-20 0 -1.094E-14
236 D 0 0 15.427 0 0 -1.094E-14
174

Hasil analisa struktur atas dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di sekeliling
tangki (variasi isi 50%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
280 D+W+L+R 4.169E-19 4.04E-19 20.8165 -1.347E-19 1.39E-19 7.982E-08
278 D+W+L+R 4.132E-19 4.065E-19 20.816 -1.355E-19 1.377E-19 7.982E-08
280 D+L+R 0 0 20.816 0 0 -1.49E-14
278 D+L+R 0 0 20.8158 0 0 -1.49E-14
282 D+W+L+R -4.733E-15 4.045E-19 20.8158 -1.349E-19 1.403E-19 7.982E-08
282 D+L+R -4.733E-15 0 20.8151 0 0 -1.49E-14
276 D+W+L+R 4.106E-19 4.084E-19 20.8148 -1.361E-19 1.369E-19 7.982E-08
276 D+L+R 0 0 20.8147 0 0 -1.49E-14
284 D+W+L+R 4.224E-19 4.041E-19 20.8137 -1.347E-19 1.408E-19 7.982E-08
274 D+L+R 0 0 20.8136 0 0 -1.49E-14
274 D+W+L+R 4.075E-19 4.104E-19 20.8135 -1.368E-19 1.358E-19 7.982E-08
284 D+L+R 0 0 20.8129 0 0 -1.49E-14
272 D+L+R 0 0 20.8123 0 0 -1.49E-14
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
266 D 0 0 11.0933 0 0 -7.249E-15
288 D 0 0 11.0928 0 0 -7.249E-15
264 D -2.018E-14 0 11.0927 0 0 -7.249E-15
262 D 0 0 11.0924 0 0 -7.249E-15
260 D 0 0 11.0915 0 0 -7.249E-15
290 D 0 0 11.0914 0 0 -7.249E-15
292 D 0 0 11.0901 0 0 -7.249E-15
258 D 0 0 11.09 0 0 -7.249E-15
294 D 0 0 11.0888 0 0 -7.249E-15
256 D 0 0 11.0887 0 0 -7.249E-15
254 D 0 0 11.0876 0 0 -7.249E-15
296 D 0 0 11.0875 0 0 -7.249E-15
252 D 0 0 11.0867 0 0 -7.249E-15
298 D 0 0 11.0865 0 0 -7.249E-15
250 D 0 0 11.086 0 0 -7.249E-15
176

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
228 D 0 0 11.0857 0 0 -7.249E-15
248 D 0 0 11.0855 0 0 -7.249E-15
246 D -4.033E-14 0 11.0853 0 0 -7.249E-15
230 D 0 0 11.0851 0 0 -7.249E-15
244 D 0 0 11.0851 0 0 -7.249E-15
242 D 0 0 11.0847 0 0 -7.249E-15
232 D 0 0 11.0846 0 0 -7.249E-15
240 D 0 0 11.0845 0 0 -7.249E-15
234 D 0 0 11.0843 0 0 -7.249E-15
238 D 0 8.065E-14 11.0843 1.079E-20 0 -7.249E-15
236 D 0 0 11.0842 0 0 -7.249E-15
Hasil analisa struktur atas dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di sekeliling
tangki (variasi isi 25%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
280 D+W+L+R 4.169E-19 4.045E-19 12.1199 -1.348E-19 1.39E-19 7.982E-08
278 D+W+L+R 4.132E-19 4.065E-19 12.1196 -1.355E-19 1.377E-19 7.982E-08
282 D+W+L+R -2.755E-15 4.045E-19 12.1196 -1.349E-19 1.401E-19 7.982E-08
280 D+L+R 0 0 12.1194 0 0 -7.512E-15
278 D+L+R 0 0 12.1193 0 0 -7.512E-15
276 D+W+L+R 4.106E-19 4.084E-19 12.1189 -1.361E-19 1.369E-19 7.982E-08
282 D+L+R -2.756E-15 0 12.1189 0 0 -7.512E-15
276 D+L+R 0 0 12.1188 0 0 -7.512E-15
284 D+W+L+R 4.224E-19 4.041E-19 12.1186 -1.347E-19 1.408E-19 7.982E-08
274 D+L+R 0 0 12.1182 0 0 -7.512E-15
274 D+W+L+R 4.079E-19 4.104E-19 12.1181 -1.368E-19 1.36E-19 7.982E-08
284 D+L+R 0 0 12.1178 0 0 -7.512E-15
272 D+L+R 0 0 12.1175 0 0 -7.512E-15
178

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
266 D 0 0 6.7466 0 0 -3.555E-15
264 D -1.227E-14 0 6.7463 0 0 -3.555E-15
288 D 0 0 6.7463 0 0 -3.555E-15
262 D 0 0 6.7461 0 0 -3.555E-15
290 D 0 0 6.7456 0 0 -3.555E-15
260 D 0 0 6.7455 0 0 -3.555E-15
292 D 0 0 6.7448 0 0 -3.555E-15
258 D 0 0 6.7447 0 0 -3.555E-15
294 D 0 0 6.7441 0 0 -3.555E-15
256 D 0 0 6.744 0 0 -3.555E-15
254 D 0 0 6.7434 0 0 -3.555E-15
296 D 0 0 6.7434 0 0 -3.555E-15
252 D 0 0 6.7429 0 0 -3.555E-15
298 D 0 0 6.7428 0 0 -3.555E-15
250 D 0 0 6.7424 0 0 -3.555E-15
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
228 D 0 0 6.7423 0 0 -3.555E-15
248 D 0 0 6.7421 0 0 -3.555E-15
230 D 0 0 6.742 0 0 -3.555E-15
246 D -2.453E-14 0 6.742 0 0 -3.555E-15
244 D 0 0 6.7418 0 0 -3.555E-15
232 D 0 0 6.7417 0 0 -3.555E-15
242 D 0 0 6.7416 0 0 -3.555E-15
234 D 0 0 6.7415 0 0 -3.555E-15
238 D 0 4.905E-14 6.7415 0 0 -3.555E-15
240 D 0 0 6.7415 0 0 -3.555E-15
236 D 0 0 6.7414 0 0 -3.555E-15
180

Hasil analisa struktur atas dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di sekeliling
tangki (variasi isi 0%)

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
282 D+W+L+R -7.78E-16 4.045E-19 3.423 -1.349E-19 1.398E-19 7.982E-08
284 D+W+L+R 4.224E-19 4.041E-19 3.423 -1.347E-19 1.408E-19 7.982E-08
286 D+W+L+R 4.189E-19 4.08E-19 3.423 -1.36E-19 1.396E-19 7.982E-08
288 D+W+L+R 4.294E-19 4.05E-19 3.423 -1.35E-19 1.431E-19 7.982E-08
280 D+W+L+R 4.169E-19 4.05E-19 3.423 -1.35E-19 1.39E-19 7.982E-08
290 D+W+L+R 4.323E-19 4.063E-19 3.423 -1.354E-19 1.441E-19 7.982E-08
278 D+W+L+R 4.132E-19 4.065E-19 3.423 -1.355E-19 1.377E-19 7.982E-08
292 D+W+L+R 4.341E-19 4.084E-19 3.423 -1.361E-19 1.447E-19 7.982E-08
276 D+W+L+R 4.106E-19 4.084E-19 3.423 -1.361E-19 1.369E-19 7.982E-08
294 D+W+L+R 4.364E-19 4.106E-19 3.423 -1.369E-19 1.455E-19 7.982E-08
274 D+L+R 0 0 3.423 0 0 -1.236E-16
276 D+L+R 0 0 3.423 0 0 -1.236E-16
278 D+L+R 0 0 3.423 0 0 -1.236E-16
TABLE: Joint Reactions
Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
286 D 0 0 2.400 0 0 1.386E-16
264 D -4.365E-15 0 2.400 0 0 1.386E-16
288 D 0 0 2.400 0 0 1.386E-16
262 D 0 0 2.400 0 0 1.386E-16
290 D 0 0 2.400 0 0 1.386E-16
260 D 0 0 2.400 0 0 1.386E-16
292 D 0 0 2.400 0 0 1.386E-16
258 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
294 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
256 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
296 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
254 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
298 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
228 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
252 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
182

TABLE: Joint Reactions


Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
230 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
250 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
232 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
248 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
234 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
246 D -8.726E-15 0 2.399 0 0 1.386E-16
236 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
238 D 0 1.745E-14 2.399 0 0 1.386E-16
240 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
242 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
244 D 0 0 2.399 0 0 1.386E-16
LAMPIRAN 7
184

Hasil analisa struktur bawah dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di
sekeliling tangki (variasi isi 100%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2947 D+E+L -20.205 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2947 D+E -37.673 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2972 D+E+L -20.205 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2972 D+E -37.672 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2997 D+E+L -20.203 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2997 D+E -37.669 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3022 D+E+L -20.202 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3022 D+E -37.667 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3047 D+E+L -20.201 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3047 D+E -37.667 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3797 D+E+L -20.207 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3797 D+E -37.678 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3822 D+E+L -20.206 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
398 D+E -62931.840 -62.240 -62.190 -0.03728 -38062.520 -38090.800
416 D+E+L -33760.360 -62.240 -62.200 -0.03728 -38066.570 -38090.810
416 D+E -62933.950 -62.240 -62.200 -0.03728 -38066.550 -38090.810
506 D+E+L -33739.780 -62.240 -62.220 -0.03728 -38077.780 -38091.100
506 D+E -62887.840 -62.240 -62.220 -0.03728 -38077.760 -38091.110
3072 D+E -37686.750 -62.240 -62.190 -0.02237 -38060.780 -38092.950
3072 D+E+L -20221.060 -62.240 -62.190 -0.02237 -38060.800 -38092.970
3772 D+E+L -20229.360 -62.240 -62.230 -0.02237 -38082.750 -38092.990
3772 D+E -37702.250 -62.240 -62.230 -0.02237 -38082.730 -38093.000
200 D+E -62870.450 -62.240 -62.190 -0.03728 -38059.190 -38093.760
200 D+E+L -33730.130 -62.240 -62.190 -0.03728 -38059.210 -38093.770
470 D+E+L -33733.100 -62.250 -62.210 -0.03728 -38070.390 -38095.620
470 D+E -62876.720 -62.250 -62.210 -0.03728 -38070.370 -38095.620
218 D+E+L -33728.830 -62.250 -62.190 -0.03728 -38062.640 -38096.540
218 D+E -62869.980 -62.250 -62.190 -0.03728 -38062.620 -38096.540
186

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
3047 D+E -37686.020 -62.250 -62.190 -0.02237 -38059.900 -38096.940
3047 D+E+L -20220.560 -62.250 -62.190 -0.02237 -38059.920 -38096.950
3797 D+E+L -20226.670 -62.250 -62.220 -0.02237 -38078.650 -38096.970
3797 D+E -37697.390 -62.250 -62.220 -0.02237 -38078.630 -38096.980
3022 D+E -37685.650 -62.250 -62.190 -0.02237 -38059.180 -38099.880
3022 D+E+L -20220.120 -62.250 -62.190 -0.02237 -38059.200 -38099.890
3822 D+E+L -20224.170 -62.250 -62.210 -0.02237 -38074.130 -38099.900
3822 D+E -37693.190 -62.250 -62.210 -0.02237 -38074.110 -38099.910
2997 D+E -37685.560 -62.260 -62.190 -0.02237 -38060.270 -38101.680
2947 D+E+L -20221.620 -62.260 -62.200 -0.02237 -38069.350 -38101.690
2997 D+E+L -20219.690 -62.260 -62.190 -0.02237 -38060.290 -38101.690
2947 D+E -37689.140 -62.260 -62.200 -0.02237 -38069.330 -38101.700
2972 D+E+L -20219.400 -62.260 -62.200 -0.02237 -38064.520 -38102.300
2972 D+E -37685.970 -62.260 -62.200 -0.02237 -38064.500 -38102.300
Hasil analisa struktur bawah dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di
sekeliling tangki (variasi isi 75%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2947 D+E+L -15.862 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2947 D+E -28.986 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2972 D+E+L -15.862 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2972 D+E -28.986 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2997 D+E+L -15.860 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
2997 D+E -28.983 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3022 D+E+L -15.859 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3022 D+E -28.982 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3047 D+E+L -15.858 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3047 D+E -28.981 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3797 D+E+L -15.863 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
3797 D+E -28.990 0.062 0.062 2.237E-08 0.038 0.038
188

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
3522 D+E -29.032 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3697 D+E+L -15.890 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3697 D+E -29.023 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3722 D+E+L -15.888 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3722 D+E -29.020 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3072 D+E+L -15.878 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3072 D+E -29.001 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3097 D+E+L -15.879 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3097 D+E -29.002 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3747 D+E+L -15.887 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3747 D+E -29.016 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3772 D+E+L -15.885 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3772 D+E -29.013 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
2947 D+E+L -15.878 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
2947 D+E -29.003 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2972 D+E+L -15.876 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
2972 D+E -29.000 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
2997 D+E+L -15.877 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
2997 D+E -29.000 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3022 D+E+L -15.877 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3022 D+E -29.000 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3047 D+E+L -15.878 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3047 D+E -29.000 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3797 D+E+L -15.883 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3797 D+E -29.009 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3822 D+E+L -15.881 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
3822 D+E -29.006 -0.062 -0.062 -2.237E-08 -0.038 -0.038
190

Hasil analisa struktur bawah dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di
sekeliling tangki (variasi isi 50%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2947 D+E+L -15.8618 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03807 0.0381
2947 D+E -28.986 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03807 0.0381
2972 D+E+L -15.8621 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2972 D+E -28.9855 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2997 D+E+L -15.8603 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2997 D+E -28.9832 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3022 D+E+L -15.859 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3022 D+E -28.9818 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3047 D+E+L -15.8583 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3047 D+E -28.981 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3797 D+E+L -15.8631 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03808 0.0381
3797 D+E -28.9896 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03808 0.0381
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
3522 D+E -29.0317 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03808
3697 D+E+L -15.8897 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3697 D+E -29.0231 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3722 D+E+L -15.8883 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3722 D+E -29.02 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3072 D+E+L -15.8782 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3072 D+E -29.001 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3097 D+E+L -15.8785 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3097 D+E -29.0016 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3747 D+E+L -15.8866 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03809
3747 D+E -29.0164 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03809
3772 D+E+L -15.8847 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03809
3772 D+E -29.0129 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03809
2947 D+E+L -15.8783 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
2947 D+E -29.0025 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
192

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2972 D+E+L -15.8763 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2972 D+E -28.9998 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2997 D+E+L -15.8768 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2997 D+E -28.9998 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3022 D+E+L -15.8773 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3022 D+E -29 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3047 D+E+L -15.8778 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3047 D+E -29.0004 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3797 D+E+L -15.8825 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.0381
3797 D+E -29.0091 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.0381
3822 D+E+L -15.8805 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
3822 D+E -29.0058 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
Hasil analisa struktur bawah dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di
sekeliling tangki (variasi isi 25%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2947 D+E+L -7.1751 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03807 0.0381
2947 D+E -11.6127 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03807 0.0381
2972 D+E+L -7.1759 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2972 D+E -11.6132 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2997 D+E+L -7.1745 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2997 D+E -11.6116 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3022 D+E+L -7.1734 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3022 D+E -11.6105 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3047 D+E+L -7.1727 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3047 D+E -11.6098 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3797 D+E+L -7.1748 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03808 0.0381
3797 D+E -11.6131 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03808 0.0381
194

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
3522 D+E -11.6408 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03808
3697 D+E+L -7.1967 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3697 D+E -11.6372 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3722 D+E+L -7.1965 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3722 D+E -11.6364 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3072 D+E+L -7.1925 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3072 D+E -11.6296 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3097 D+E+L -7.1926 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3097 D+E -11.6298 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3747 D+E+L -7.196 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03809
3747 D+E -11.6354 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03809
3772 D+E+L -7.1953 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03809
3772 D+E -11.6341 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03809
2947 D+E+L -7.1916 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
2947 D+E -11.6292 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2972 D+E+L -7.1901 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2972 D+E -11.6275 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2997 D+E+L -7.191 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2997 D+E -11.6281 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3022 D+E+L -7.1917 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3022 D+E -11.6288 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3047 D+E+L -7.1922 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3047 D+E -11.6292 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3797 D+E+L -7.1942 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.0381
3797 D+E -11.6325 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.0381
3822 D+E+L -7.193 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
3822 D+E -11.6309 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
196

Hasil analisa struktur bawah dengan program bantu SAP2000 setelah penambahan tiang bor di
sekeliling tangki (variasi isi 0%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2947 D+E+L -2.8318 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03807 0.0381
2947 D+E -2.926 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03807 0.0381
2972 D+E+L -2.8328 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2972 D+E -2.9271 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2997 D+E+L -2.8316 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
2997 D+E -2.9258 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3022 D+E+L -2.8306 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3022 D+E -2.9249 0.0623 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3047 D+E+L -2.8299 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3047 D+E -2.9242 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03806 0.0381
3797 D+E+L -2.8306 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03808 0.0381
3797 D+E -2.9248 0.0622 0.0622 2.237E-08 0.03808 0.0381
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
3522 D+E -2.9454 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03808
3697 D+E+L -2.8502 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3697 D+E -2.9442 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3722 D+E+L -2.8507 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3722 D+E -2.9447 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03808
3072 D+E+L -2.8496 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3072 D+E -2.9439 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3097 D+E+L -2.8496 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3097 D+E -2.9439 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.03809
3747 D+E+L -2.8508 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03809
3747 D+E -2.9448 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03809 -0.03809
3772 D+E+L -2.8506 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03809
3772 D+E -2.9447 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.03809
2947 D+E+L -2.8483 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
2947 D+E -2.9425 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
198

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2972 D+E+L -2.8471 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2972 D+E -2.9413 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2997 D+E+L -2.8481 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
2997 D+E -2.9423 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3022 D+E+L -2.8489 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3022 D+E -2.9431 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3047 D+E+L -2.8494 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3047 D+E -2.9437 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03806 -0.0381
3797 D+E+L -2.8501 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.0381
3797 D+E -2.9443 -0.0622 -0.0622 -2.237E-08 -0.03808 -0.0381
3822 D+E+L -2.8493 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
3822 D+E -2.9435 -0.0623 -0.0622 -2.237E-08 -0.03807 -0.0381
LAMPIRAN 8
200

Hasil analisa struktur bawah eksisting dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 100%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Kgf Kgf Kgf Kgf-cm Kgf-cm Kgf-cm
199 1D+Ex+Ey+L -33036.4 1864.55 1454.22 207.54 396859.3 542542.8
199 1D+Ey+1Ex+L -33036.4 1864.55 1454.22 207.54 396859.3 542542.8
199 D+Ex+Ey -32176 1861.8 1454.53 207.59 396895.3 541575.2
199 1D+Ey+Ex -32176 1861.8 1454.53 207.59 396895.3 541575.2
163 1D+Ex+Ey+L -29033.8 1823.9 1125.13 202.11 270896 526774.3
163 1D+Ey+1Ex+L -29033.8 1823.9 1125.13 202.11 270896 526774.3
163 D+Ex+Ey -28222.8 1822.79 1125.73 200.93 271042.5 526419
163 1D+Ey+Ex -28222.8 1822.79 1125.73 200.93 271042.5 526419
145 1D+Ex+Ey+L -31619.2 1786.16 1211.35 204.71 302899.1 513284.1
145 1D+Ey+1Ex+L -31619.2 1786.16 1211.35 204.71 302899.1 513284.1
145 D+Ex+Ey -30737.6 1783.14 1208.5 203.89 301744.7 512205
145 1D+Ey+Ex -30737.6 1783.14 1208.5 203.89 301744.7 512205
217 1D+Ex+Ey+L -32572 1774.85 1619.4 188.69 456984.8 509120.2
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Kgf Kgf Kgf Kgf-cm Kgf-cm Kgf-cm
1706 1D+Ey+Ex -38664 -1757.46 -987.29 -74.82 -210973 -508882
1958 D+Ex+Ey -35021.3 -1758.84 -1097.99 -24.56 -253767 -509105
1958 1D+Ey+Ex -35021.3 -1758.84 -1097.99 -24.56 -253767 -509105
1958 1D+Ex+Ey+L -35926.6 -1758.69 -1097.91 -24.16 -253682 -509117
1958 1D+Ey+1Ex+L -35926.6 -1758.69 -1097.91 -24.16 -253682 -509117
1706 1D+Ex+Ey+L -39682.7 -1758.42 -982.5 -74.52 -209109 -509309
1706 1D+Ey+1Ex+L -39682.7 -1758.42 -982.5 -74.52 -209109 -509309
1994 D+Ex+Ey -9505.69 -1893.15 -1078.22 -19.95 -242307 -558808
1994 1D+Ey+Ex -9505.69 -1893.15 -1078.22 -19.95 -242307 -558808
1994 1D+Ex+Ey+L -10272.9 -1900.33 -1079.2 -19.37 -242626 -561590
1994 1D+Ey+1Ex+L -10272.9 -1900.33 -1079.2 -19.37 -242626 -561590
1220 D+Ex+Ey -69255.3 -1957.54 -1295.96 -23.59 -327355 -582810
1220 1D+Ey+Ex -69255.3 -1957.54 -1295.96 -23.59 -327355 -582810
1220 1D+Ex+Ey+L -70355.7 -1971.08 -1297.94 -22.98 -328028 -587992
1220 1D+Ey+1Ex+L -70355.7 -1971.08 -1297.94 -22.98 -328028 -587992
202

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Kgf Kgf Kgf Kgf-cm Kgf-cm Kgf-cm
1688 D+Ex+Ey -30266.5 -1993.31 -1006.86 16.11 -214860 -594025
1688 1D+Ey+Ex -30266.5 -1993.31 -1006.86 16.11 -214860 -594025
1688 1D+Ex+Ey+L -31021.2 -2001.57 -1003.36 17.8 -213485 -597212
1688 1D+Ey+1Ex+L -31021.2 -2001.57 -1003.36 17.8 -213485 -597212
Hasil analisa struktur bawah eksisting dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 75%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
199 1D+Ex+Ey+L -26.6862 1.7016 1.3939 0.00183 3.73044 4.81737
199 1D+Ey+1Ex+L -26.6862 1.7016 1.3939 0.00183 3.73044 4.81737
199 D+Ex+Ey -25.8258 1.6988 1.3942 0.00183 3.7308 4.80769
199 1D+Ey+Ex -25.8258 1.6988 1.3942 0.00183 3.7308 4.80769
163 1D+Ex+Ey+L -23.6138 1.6587 1.148 0.00181 2.78545 4.64886
163 1D+Ey+1Ex+L -23.6138 1.6587 1.148 0.00181 2.78545 4.64886
163 D+Ex+Ey -22.8028 1.6576 1.1486 0.0018 2.78692 4.6453
163 1D+Ey+Ex -22.8028 1.6576 1.1486 0.0018 2.78692 4.6453
217 1D+Ex+Ey+L -26.37 1.6397 1.5066 0.00181 4.13307 4.58917
217 1D+Ey+1Ex+L -26.37 1.6397 1.5066 0.00181 4.13307 4.58917
217 D+Ex+Ey -25.4781 1.6363 1.5052 0.00181 4.12706 4.57714
217 1D+Ey+Ex -25.4781 1.6363 1.5052 0.00181 4.12706 4.57714
145 1D+Ex+Ey+L -25.728 1.636 1.2102 0.00184 3.0154 4.56985
204

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
1976 1D+Ey+Ex -10.395 -1.5868 -0.9896 -0.00073 -2.11164 -4.42595
2012 D+Ex+Ey -10.318 -1.587 -0.8469 -0.00044 -1.58623 -4.45109
2012 1D+Ey+Ex -10.318 -1.587 -0.8469 -0.00044 -1.58623 -4.45109
2012 1D+Ex+Ey+L -11.0841 -1.5891 -0.8453 -0.00044 -1.57949 -4.45986
2012 1D+Ey+1Ex+L -11.0841 -1.5891 -0.8453 -0.00044 -1.57949 -4.45986
1958 D+Ex+Ey -28.3259 -1.6063 -1.127 -0.00045 -2.64865 -4.50486
1958 1D+Ey+Ex -28.3259 -1.6063 -1.127 -0.00045 -2.64865 -4.50486
1958 1D+Ex+Ey+L -29.2312 -1.6061 -1.1269 -0.00045 -2.6478 -4.50498
1958 1D+Ey+1Ex+L -29.2312 -1.6061 -1.1269 -0.00045 -2.6478 -4.50498
1706 D+Ex+Ey -31.434 -1.6098 -1.013 -0.00086 -2.20814 -4.52197
1706 1D+Ey+Ex -31.434 -1.6098 -1.013 -0.00086 -2.20814 -4.52197
1706 1D+Ex+Ey+L -32.4527 -1.6108 -1.0083 -0.00086 -2.18949 -4.52625
1706 1D+Ey+1Ex+L -32.4527 -1.6108 -1.0083 -0.00086 -2.18949 -4.52625
1994 D+Ex+Ey -8.9284 -1.7281 -1.0812 -0.00043 -2.43457 -4.95537
1994 1D+Ey+Ex -8.9284 -1.7281 -1.0812 -0.00043 -2.43457 -4.95537
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
1994 1D+Ex+Ey+L -9.6956 -1.7353 -1.0821 -0.00042 -2.43776 -4.98319
1994 1D+Ey+1Ex+L -9.6956 -1.7353 -1.0821 -0.00042 -2.43776 -4.98319
1220 D+Ex+Ey -53.5903 -1.7746 -1.2735 -0.00043 -3.19727 -5.12976
1220 1D+Ey+Ex -53.5903 -1.7746 -1.2735 -0.00043 -3.19727 -5.12976
1220 1D+Ex+Ey+L -54.6907 -1.7881 -1.2755 -0.00043 -3.20401 -5.18159
1220 1D+Ey+1Ex+L -54.6907 -1.7881 -1.2755 -0.00043 -3.20401 -5.18159
1688 D+Ex+Ey -24.74 -1.8009 -1.015 -0.00032 -2.17871 -5.20484
1688 1D+Ey+Ex -24.74 -1.8009 -1.015 -0.00032 -2.17871 -5.20484
1688 1D+Ex+Ey+L -25.4946 -1.8091 -1.0115 -0.0003 -2.16496 -5.23671
1688 1D+Ey+1Ex+L -25.4946 -1.8091 -1.0115 -0.0003 -2.16496 -5.23671
206

Hasil analisa struktur bawah eksisting dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 50%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
199 1D+Ex+Ey+L -20.3359 1.5388 1.3328 0.00157 3.49066 4.20965
199 1D+Ey+1Ex+L -20.3359 1.5388 1.3328 0.00157 3.49066 4.20965
199 D+Ex+Ey -19.4754 1.536 1.3331 0.00157 3.49102 4.19998
199 1D+Ey+Ex -19.4754 1.536 1.3331 0.00157 3.49102 4.19998
217 1D+Ex+Ey+L -20.1677 1.5047 1.393 0.00173 3.69471 4.0874
217 1D+Ey+1Ex+L -20.1677 1.5047 1.393 0.00173 3.69471 4.0874
217 D+Ex+Ey -19.2758 1.5013 1.3916 0.00173 3.68869 4.07537
217 1D+Ey+Ex -19.2758 1.5013 1.3916 0.00173 3.68869 4.07537
163 1D+Ex+Ey+L -18.196 1.4937 1.1702 0.00158 2.86071 4.03067
163 1D+Ey+1Ex+L -18.196 1.4937 1.1702 0.00158 2.86071 4.03067
163 D+Ex+Ey -17.385 1.4926 1.1708 0.00157 2.86217 4.02712
163 1D+Ey+Ex -17.385 1.4926 1.1708 0.00157 2.86217 4.02712
145 1D+Ex+Ey+L -19.8421 1.4864 1.2083 0.00162 2.99995 4.00904
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
1958 1D+Ey+Ex -21.6306 -1.4535 -1.1571 -0.00067 -2.76212 -3.91814
1958 1D+Ex+Ey+L -22.5359 -1.4534 -1.157 -0.00066 -2.76127 -3.91827
1958 1D+Ey+1Ex+L -22.5359 -1.4534 -1.157 -0.00066 -2.76127 -3.91827
1706 D+Ex+Ey -24.205 -1.462 -1.0398 -0.00099 -2.30839 -3.95474
1706 1D+Ey+Ex -24.205 -1.462 -1.0398 -0.00099 -2.30839 -3.95474
1706 1D+Ex+Ey+L -25.2237 -1.4629 -1.035 -0.00099 -2.28975 -3.95902
1706 1D+Ey+1Ex+L -25.2237 -1.4629 -1.035 -0.00099 -2.28975 -3.95902
1904 D+Ex+Ey -20.9479 -1.4573 -1.0245 -0.00066 -2.27408 -3.9602
1904 1D+Ey+Ex -20.9479 -1.4573 -1.0245 -0.00066 -2.27408 -3.9602
1904 1D+Ex+Ey+L -21.8119 -1.4584 -1.0246 -0.00065 -2.27386 -3.96489
1904 1D+Ey+1Ex+L -21.8119 -1.4584 -1.0246 -0.00065 -2.27386 -3.96489
2012 D+Ex+Ey -9.6159 -1.4691 -0.936 -0.00066 -1.92339 -3.99419
2012 1D+Ey+Ex -9.6159 -1.4691 -0.936 -0.00066 -1.92339 -3.99419
2012 1D+Ex+Ey+L -10.382 -1.4712 -0.9343 -0.00065 -1.91666 -4.00296
2012 1D+Ey+1Ex+L -10.382 -1.4712 -0.9343 -0.00065 -1.91666 -4.00296
208

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
1994 D+Ex+Ey -8.351 -1.5629 -1.0851 -0.00068 -2.44786 -4.32236
1994 1D+Ey+Ex -8.351 -1.5629 -1.0851 -0.00068 -2.44786 -4.32236
1994 1D+Ex+Ey+L -9.1181 -1.5701 -1.0861 -0.00067 -2.45105 -4.35018
1994 1D+Ey+1Ex+L -9.1181 -1.5701 -1.0861 -0.00067 -2.45105 -4.35018
1220 D+Ex+Ey -37.9296 -1.5915 -1.2517 -0.00064 -3.12186 -4.4309
1220 1D+Ey+Ex -37.9296 -1.5915 -1.2517 -0.00064 -3.12186 -4.4309
1688 D+Ex+Ey -19.2149 -1.6086 -1.0238 -0.00081 -2.20972 -4.47033
1688 1D+Ey+Ex -19.2149 -1.6086 -1.0238 -0.00081 -2.20972 -4.47033
1220 1D+Ex+Ey+L -39.03 -1.605 -1.2537 -0.00064 -3.1286 -4.48272
1220 1D+Ey+1Ex+L -39.03 -1.605 -1.2537 -0.00064 -3.1286 -4.48272
1688 1D+Ex+Ey+L -19.9695 -1.6168 -1.0203 -0.00079 -2.19597 -4.5022
1688 1D+Ey+1Ex+L -19.9695 -1.6168 -1.0203 -0.00079 -2.19597 -4.5022
Hasil analisa struktur bawah eksisting dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 25%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
199 1D+Ex+Ey+L -13.9859 1.3757 1.2733 0.00133 3.25414 3.60125
199 1D+Ey+1Ex+L -13.9859 1.3757 1.2733 0.00133 3.25414 3.60125
199 D+Ex+Ey -13.1254 1.3729 1.2736 0.00133 3.2545 3.59158
199 1D+Ey+Ex -13.1254 1.3729 1.2736 0.00133 3.2545 3.59158
217 1D+Ex+Ey+L -13.966 1.3695 1.2809 0.00166 3.25952 3.58511
217 1D+Ey+1Ex+L -13.966 1.3695 1.2809 0.00166 3.25952 3.58511
217 D+Ex+Ey -13.074 1.3661 1.2795 0.00166 3.25351 3.57308
217 1D+Ey+Ex -13.074 1.3661 1.2795 0.00166 3.25351 3.57308
55 1D+Ex+Ey+L -3.1519 1.3494 1.2222 0.00125 3.02776 3.4855
55 1D+Ey+1Ex+L -3.1519 1.3494 1.2222 0.00125 3.02776 3.4855
55 D+Ex+Ey -2.4096 1.3462 1.2203 0.00125 3.01995 3.47432
55 1D+Ey+Ex -2.4096 1.3462 1.2203 0.00125 3.01995 3.47432
145 1D+Ex+Ey+L -13.9455 1.3356 1.208 0.00142 2.98822 3.44386
210

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
1904 D+Ex+Ey -14.4114 -1.3411 -1.1139 -0.00085 -2.61638 -3.50976
1904 1D+Ey+Ex -14.4114 -1.3411 -1.1139 -0.00085 -2.61638 -3.50976
1904 1D+Ex+Ey+L -15.2754 -1.3421 -1.114 -0.00084 -2.61615 -3.51445
1904 1D+Ey+1Ex+L -15.2754 -1.3421 -1.114 -0.00084 -2.61615 -3.51445
2012 D+Ex+Ey -8.916 -1.3513 -1.023 -0.00085 -2.25613 -3.53722
2012 1D+Ey+Ex -8.916 -1.3513 -1.023 -0.00085 -2.25613 -3.53722
2012 1D+Ex+Ey+L -9.6821 -1.3534 -1.0213 -0.00084 -2.2494 -3.54599
2012 1D+Ey+1Ex+L -9.6821 -1.3534 -1.0213 -0.00084 -2.2494 -3.54599
1994 D+Ex+Ey -7.7739 -1.398 -1.0871 -0.00089 -2.45757 -3.68994
1994 1D+Ey+Ex -7.7739 -1.398 -1.0871 -0.00089 -2.45757 -3.68994
1994 1D+Ex+Ey+L -8.5411 -1.4052 -1.0881 -0.00088 -2.46076 -3.71776
1994 1D+Ey+1Ex+L -8.5411 -1.4052 -1.0881 -0.00088 -2.46076 -3.71776
1220 D+Ex+Ey -22.2602 -1.4087 -1.2287 -0.00083 -3.04473 -3.73309
1220 1D+Ey+Ex -22.2602 -1.4087 -1.2287 -0.00083 -3.04473 -3.73309
1688 D+Ex+Ey -13.6869 -1.416 -1.0311 -0.00127 -2.23892 -3.73402
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
1688 1D+Ey+Ex -13.6869 -1.416 -1.0311 -0.00127 -2.23892 -3.73402
1688 1D+Ex+Ey+L -14.4415 -1.4243 -1.0276 -0.00125 -2.22517 -3.76589
1688 1D+Ey+1Ex+L -14.4415 -1.4243 -1.0276 -0.00125 -2.22517 -3.76589
1220 1D+Ex+Ey+L -23.3605 -1.4223 -1.2307 -0.00082 -3.05147 -3.78491
1220 1D+Ey+1Ex+L -23.3605 -1.4223 -1.2307 -0.00082 -3.05147 -3.78491
212

Hasil analisa struktur bawah eksisting dengan program bantu SAP2000 (variasi isi 0%)

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
1724 1D+Ex+Ey+L -6.8653 1.2634 1.2011 0.0011 2.93423 3.18328
1724 1D+Ey+1Ex+L -6.8653 1.2634 1.2011 0.0011 2.93423 3.18328
1724 D+Ex+Ey -5.9298 1.2614 1.1992 0.0011 2.92648 3.17645
1724 1D+Ey+Ex -5.9298 1.2614 1.1992 0.0011 2.92648 3.17645
1526 1D+Ex+Ey+L -7.0939 1.2588 1.2023 0.00111 2.94168 3.16162
1526 1D+Ey+1Ex+L -7.0939 1.2588 1.2023 0.00111 2.94168 3.16162
1526 D+Ex+Ey -6.1425 1.2565 1.2025 0.00111 2.94157 3.1536
1526 1D+Ey+Ex -6.1425 1.2565 1.2025 0.00111 2.94157 3.1536
1076 D+Ex+Ey -5.4611 1.2523 1.2204 0.00106 3.02556 3.15069
1076 1D+Ey+Ex -5.4611 1.2523 1.2204 0.00106 3.02556 3.15069
1076 1D+Ex+Ey+L -6.3263 1.252 1.2175 0.00107 3.01519 3.14902
1076 1D+Ey+1Ex+L -6.3263 1.252 1.2175 0.00107 3.01519 3.14902
1544 1D+Ex+Ey+L -6.8588 1.2528 1.2126 0.00116 2.98179 3.14201
TABLE: Element Forces - Frames
Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
571 1D+Ex+Ey+L -9.2473 -1.2322 -1.1059 -0.00112 -2.57554 -3.07184
571 1D+Ey+1Ex+L -9.2473 -1.2322 -1.1059 -0.00112 -2.57554 -3.07184
589 1D+Ex+Ey+L -6.7545 -1.2421 -1.2168 -0.0015 -3.00672 -3.0725
589 1D+Ey+1Ex+L -6.7545 -1.2421 -1.2168 -0.0015 -3.00672 -3.0725
1058 1D+Ex+Ey+L -8.1279 -1.2299 -1.2259 -0.00101 -3.04053 -3.07404
1058 1D+Ey+1Ex+L -8.1279 -1.2299 -1.2259 -0.00101 -3.04053 -3.07404
1058 D+Ex+Ey -7.3615 -1.2305 -1.2243 -0.00102 -3.03475 -3.07578
1058 1D+Ey+Ex -7.3615 -1.2305 -1.2243 -0.00102 -3.03475 -3.07578
2012 D+Ex+Ey -8.215 -1.2335 -1.111 -0.00105 -2.59109 -3.08029
2012 1D+Ey+Ex -8.215 -1.2335 -1.111 -0.00105 -2.59109 -3.08029
1994 1D+Ex+Ey+L -7.9638 -1.2402 -1.091 -0.00112 -2.47226 -3.08504
1994 1D+Ey+1Ex+L -7.9638 -1.2402 -1.091 -0.00112 -2.47226 -3.08504
1220 1D+Ex+Ey+L -7.6955 -1.2393 -1.2083 -0.00102 -2.97519 -3.08658
1220 1D+Ey+1Ex+L -7.6955 -1.2393 -1.2083 -0.00102 -2.97519 -3.08658
2012 1D+Ex+Ey+L -8.9812 -1.2356 -1.1094 -0.00104 -2.58435 -3.08906
214

TABLE: Element Forces - Frames


Frame OutputCase P V2 V3 T M2 M3
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
2012 1D+Ey+1Ex+L -8.9812 -1.2356 -1.1094 -0.00104 -2.58435 -3.08906
379 D+Ex+Ey -8.0082 -1.2371 -1.1567 -0.00106 -2.774 -3.11318
379 1D+Ey+Ex -8.0082 -1.2371 -1.1567 -0.00106 -2.774 -3.11318
379 1D+Ex+Ey+L -8.8601 -1.2381 -1.1543 -0.00106 -2.76457 -3.1177
379 1D+Ey+1Ex+L -8.8601 -1.2381 -1.1543 -0.00106 -2.76457 -3.1177
LAMPIRAN 9
216

Hasil perhitungan potensi likuifaksi setelah cement grouting tipe 1

Depth air ' z σv σ'v


NSPT t (t/m3) H (m) H/2 (m) z (m) z/r I
(m) (t/m3) (t/m3) (t/m2) (t/m2) (t/m2)
0 0 - - - - - - - -
2 4 1.200 - 1.200 2 1 1 0.070 1 11.280 12.480 12.480
4 12 1.421 1 0.421 2 1 3 0.209 1 11.280 26.381 25.381
6 10 1.642 1 0.642 2 1 5 0.349 1 11.280 40.724 37.724
8 12 1.639 1 0.639 2 1 7 0.488 1 11.280 55.285 50.285
10 18 1.521 1 0.521 2 1 9 0.627 0.95 10.716 69.160 62.160
12 28 1.501 1 0.501 2 1 11 0.767 0.9 10.152 82.335 73.335
14 30 1.471 1 0.471 2 1 13 0.906 0.85 9.588 94.895 83.895
16 35 1.422 1 0.422 2 1 15 1.046 0.775 8.742 106.530 93.530
18 37 1.411 1 0.411 2 1 17 1.185 0.7 7.896 117.260 102.260
20 39 1.584 1 0.584 2 1 19 1.325 0.6 6.768 127.023 110.023
22 24 1.646 1 0.646 2 1 21 1.464 0.5 5.640 135.892 116.892
24 21 1.697 1 0.697 2 1 23 1.603 0.45 5.076 144.311 123.311
26 18 1.748 1 0.748 2 1 25 1.743 0.375 4.230 151.985 128.985
28 19 1.733 1 0.733 2 1 27 1.882 0.35 3.948 159.414 134.414
30 20 1.718 1 0.718 2 1 29 2.022 0.325 3.666 166.530 139.530
g
amax rd CSR CN CE CB CR CS N1(60) FC D(N1)60 (N1)60.cs
(m2/s)
0.5 9.81 - -
0.5 9.81 0.994 0.323 1.661 1 1 1 1 6.643 0 0 6.643
0.5 9.81 0.979 0.331 1.513 1 1 1 1 18.159 0 0 18.159
0.5 9.81 0.965 0.339 1.395 1 1 1 1 13.948 0 0 13.948
0.5 9.81 0.948 0.339 1.292 1 1 1 1 15.503 0 0 15.503
0.5 9.81 0.923 0.334 1.208 1 1 1 1 21.739 0 0 21.739
0.5 9.81 0.883 0.322 1.138 1 1 1 1 31.862 0 0 31.862
0.5 9.81 0.826 0.304 1.079 1 1 1 1 32.370 0 0 32.370
0.5 9.81 0.760 0.281 1.030 1 1 1 1 36.060 0 0 36.060
0.5 9.81 0.696 0.259 0.990 1 1 1 1 36.624 0 0 36.624
0.5 9.81 0.641 0.240 0.956 1 1 1 1 37.301 0 0 37.301
0.5 9.81 0.598 0.226 0.929 1 1 1 1 22.289 0 0 22.289
0.5 9.81 0.565 0.215 0.904 1 1 1 1 18.988 0 0 18.988
0.5 9.81 0.541 0.207 0.884 1 1 1 1 15.905 0 0 15.905
0.5 9.81 0.522 0.201 0.865 1 1 1 1 16.430 0 0 16.430
0.5 9.81 0.508 0.197 0.848 1 1 1 1 16.954 0 0 16.954
218

K
CRR7.5 MSF C K CRRM FS Likuifaksi/Not
pakai

0.096 1.25 0.081 1.169 1.100 0.132 0.408 Likuifaksi


0.185 1.25 0.124 1.171 1.100 0.255 0.770 Likuifaksi
0.147 1.25 0.107 1.104 1.100 0.203 0.599 Likuifaksi
0.160 1.25 0.113 1.078 1.078 0.216 0.638 Likuifaksi
0.229 1.25 0.143 1.068 1.068 0.306 0.917 Likuifaksi
0.631 1.25 0.222 1.069 1.069 0.842 2.616 Not
0.683 1.25 0.228 1.040 1.040 0.888 2.924 Not
1.397 1.25 0.279 1.019 1.019 1.779 6.320 Not
1.595 1.25 0.288 0.994 0.994 1.981 7.642 Not
1.888 1.25 0.301 0.971 0.971 2.292 9.538 Not
0.238 1.25 0.146 0.977 0.977 0.290 1.285 Not
0.194 1.25 0.128 0.973 0.973 0.236 1.098 Not
0.164 1.25 0.115 0.971 0.971 0.209 1.040 Not
0.169 1.25 0.117 0.965 0.965 0.203 1.011 Not
0.173 1.25 0.119 0.960 0.960 0.208 1.058 Not
Hasil perhitungan potensi likuifaksi setelah cement grouting tipe 2

Depth air ' z σv σ'v


NSPT t (t/m3) H (m) H/2 (m) z (m) z/r I
(m) (t/m3) (t/m3) (t/m2) (t/m2) (t/m2)
0 0 - - - - - - - -
2 4.00 1.200 - 1.200 2 1 1 0.070 1 11.280 12.480 12.480
4 12.00 1.421 1 0.421 2 1 3 0.209 1 11.280 26.381 25.381
6 41.00 1.811 1 0.811 2 1 5 0.349 1 11.280 40.892 37.892
8 24.00 1.535 1 0.535 2 1 7 0.488 1 11.280 55.518 50.518
10 33.00 1.341 1 0.341 2 1 9 0.627 0.95 10.716 69.110 62.110
12 35.00 1.308 1 0.308 2 1 11 0.767 0.9 10.152 81.912 72.912
14 37.00 1.266 1 0.266 2 1 13 0.906 0.85 9.588 94.074 83.074
16 41.00 1.184 1 0.184 2 1 15 1.046 0.775 8.742 105.265 92.265
18 42.00 1.157 1 0.157 2 1 17 1.185 0.7 7.896 115.501 100.501
20 43.00 1.848 1 0.848 2 1 19 1.325 0.6 6.768 125.274 108.274
22 46.00 1.900 1 0.900 2 1 21 1.464 0.5 5.640 134.662 115.662
24 38.00 1.248 1 0.248 2 1 23 1.603 0.45 5.076 142.885 121.885
26 29.00 1.423 1 0.423 2 1 25 1.743 0.375 4.230 149.786 126.786
28 32.00 1.369 1 0.369 2 1 27 1.882 0.35 3.948 156.527 131.527
30 34.00 1.316 1 0.316 2 1 29 2.022 0.325 3.666 162.878 135.878
220

g
amax rd CSR CN CE CB CR CS N1(60) FC D(N1)60 (N1)60.cs
(m2/s)
0.5 9.81 - -
0.5 9.81 0.994 0.323 1.661 1 1 1 1 6.643 0 0 6.643
0.5 9.81 0.979 0.331 1.513 1 1 1 1 18.159 0 0 18.159
0.5 9.81 0.965 0.339 1.393 1 1 1 1 57.128 0 0 57.128
0.5 9.81 0.948 0.339 1.290 1 1 1 1 30.964 0 0 30.964
0.5 9.81 0.923 0.334 1.208 1 1 1 1 39.866 0 0 39.866
0.5 9.81 0.883 0.322 1.140 1 1 1 1 39.915 0 0 39.915
0.5 9.81 0.826 0.304 1.083 1 1 1 1 40.084 0 0 40.084
0.5 9.81 0.760 0.282 1.036 1 1 1 1 42.494 0 0 42.494
0.5 9.81 0.696 0.260 0.998 1 1 1 1 41.905 0 0 41.905
0.5 9.81 0.641 0.241 0.964 1 1 1 1 41.441 0 0 41.441
0.5 9.81 0.598 0.226 0.934 1 1 1 1 42.943 0 0 42.943
0.5 9.81 0.565 0.215 0.910 1 1 1 1 34.562 0 0 34.562
0.5 9.81 0.541 0.208 0.891 1 1 1 1 25.852 0 0 25.852
0.5 9.81 0.522 0.202 0.875 1 1 1 1 27.989 0 0 27.989
0.5 9.81 0.508 0.198 0.860 1 1 1 1 29.233 0 0 29.233
K
CRR7.5 MSF C K CRRM FS Likuifaksi/Not
pakai

0.096 1.25 0.081 1.169 1.100 0.132 0.408 Likuifaksi


0.185 1.25 0.124 1.171 1.100 0.255 0.770 Likuifaksi
385308.825 1.25 0.000 1.000 1.000 481636.031 1422387.736 Not
0.552 1.25 0.212 1.145 1.100 0.759 2.242 Not
3.957 1.25 0.357 1.170 1.100 5.442 16.306 Not
4.020 1.25 0.358 1.113 1.100 5.528 17.154 Not
4.248 1.25 0.363 1.067 1.067 5.668 18.636 Not
10.212 1.25 0.439 1.035 1.035 13.217 46.878 Not
8.105 1.25 0.418 0.998 0.998 10.111 38.911 Not
6.812 1.25 0.403 0.968 0.968 8.243 34.221 Not
12.270 1.25 0.457 0.934 0.934 14.319 63.324 Not
1.014 1.25 0.256 0.949 0.949 1.203 5.586 Not
0.312 1.25 0.169 0.960 0.960 0.374 1.800 Not
0.383 1.25 0.185 0.949 0.949 0.455 2.250 Not
0.441 1.25 0.196 0.940 0.940 0.518 2.620 Not
222

LAMPIRAN 10
Daya dukung pondasi yang sudah ada setelah tanah diperbaiki dengan metode cement grouting tipe 1

z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Pasir
0.0 0.0 Pasir 0.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kelanauan
Pasir
2.0 4.0 Pasir 19.5 4 9.5 19.01 9.1 4.0 12.25 490.00 138.60 2.45 0.00 0.00 138.60 46.20
Kelanauan
Pasir
4.0 12.0 Pasir 24.0 12 14.0 46.98 16.7 12.0 13.53 541.24 153.09 2.71 0.00 0.00 153.09 51.03
Kelanauan
Pasir
Kelanauan
6.0 18.0 Sedikit Pasir 19.7 16.5 9.7 66.48 18.0 33.0 15.32 612.67 173.30 3.06 0.00 0.00 173.30 57.77
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
8.0 23.0 Sedikit Pasir 18.0 19 8.0 82.39 18.7 18.7 16.73 669.11 189.26 3.35 12.61 12.61 201.88 67.29
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
10.0 36.0 Sedikit Pasir 16.7 25.5 6.7 95.71 24.2 24.2 20.53 821.18 232.28 4.11 15.48 28.09 260.37 86.79
Kulit
Kerang
Pasir
Kelanauan
Sedikit
12.0 40.0 Kulit Pasir 17.9 27.5 7.9 111.60 25.2 25.2 24.09 963.75 272.60 4.82 18.17 46.26 318.86 106.29
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
14.0 45.0 Kelanauan Pasir 17.2 30 7.2 125.92 26.6 26.6 26.59 1063.51 300.82 5.32 20.05 66.30 367.13 122.38
Sedikit
224

Kulit
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
16.0 54.0 Kulit Pasir 22.9 34.5 12.9 151.70 28.9 28.9 26.19 1047.68 296.34 5.24 19.75 86.05 382.40 127.47
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
18.0 58.0 Kulit Pasir 19.5 36.5 9.5 170.63 29.5 29.5 26.15 1045.82 295.82 5.23 19.71 105.77 401.58 133.86
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
20.0 62.0 Kulit Pasir 16.9 38.5 6.9 184.43 30.2 30.2 24.95 998.13 282.33 4.99 18.81 124.58 406.91 135.64
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
22.0 32.0 Pasir 11.7 23.5 1.7 187.84 18.3 18.3 23.28 931.21 263.40 4.66 17.55 142.13 405.53 135.18
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
24.0 26.0 Pasir 11.5 20.5 1.5 190.74 15.9 15.9 21.51 860.25 243.33 4.30 16.22 158.35 401.67 133.89
dengan
Kerikil
Pasir
26.0 20.0 Kelanauan Pasir 11.7 17.5 1.7 194.12 13.5 13.5 19.50 779.92 220.61 3.90 14.70 173.05 393.66 131.22
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
28.0 22.0 Pasir 11.1 18.5 1.1 196.39 14.2 14.2 17.84 713.53 201.83 3.57 13.45 186.50 388.33 129.44
dengan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
30.0 24.0 Pasir 11.2 19.5 1.2 198.73 14.9 14.9 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 198.08 371.87 123.96
dengan
Kerikil
226

Daya dukung pondasi yang sudah ada setelah tanah diperbaiki dengan metode cement grouting tipe 2

z Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N SPT N1 N2 Ň Cni
m Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Pasir
0.0 0.0 Kelana Pasir 0.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
uan
Pasir
2.0 4.0 Kelana Pasir 19.5 4 9.5 19.01 9.1 4.0 14.25 570.00 161.23 2.85 0.00 0.00 161.23 53.74
uan
Pasir
4.0 12.0 Kelana Pasir 24.0 12 14.0 46.98 16.7 12.0 16.11 644.52 182.31 3.22 0.00 0.00 182.31 60.77
uan
Pasir
Kelana
uan
6.0 26.0 Pasir 19.7 20.5 9.7 66.48 22.4 41.0 18.89 755.77 213.78 3.78 0.00 0.00 213.78 71.26
Sedikit
Kulit
Kerang
Pasir
Kelana
uan
8.0 33.0 Pasir 18.0 24 8.0 82.39 23.6 23.6 21.10 844.13 238.77 4.22 15.91 15.91 254.68 84.89
Sedikit
Kulit
Kerang
Pasir
Kelana
uan
10.0 54.0 Pasir 16.7 34.5 6.7 95.71 32.8 32.8 26.30 1051.96 297.55 5.26 19.83 35.74 333.29 111.10
Sedikit
Kulit
Kerang
Pasir
Kelana
12.0 60.0 Pasir 17.9 37.5 7.9 111.60 34.4 34.4 31.48 1259.26 356.19 6.30 23.74 59.48 415.67 138.56
uan
Sedikit
z Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall
N SPT N1 N2 Ň Cni
m Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Kulit
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelana
uan
Sedikit
14.0 67.0 Pasir 17.2 41 7.2 125.92 36.4 36.4 35.70 1428.19 403.97 7.14 26.92 86.40 490.37 163.46
Kulit
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelana
uan
Sedikit
16.0 81.0 Pasir 22.9 48 12.9 151.70 40.3 40.3 35.96 1438.44 406.87 7.19 27.11 113.51 520.38 173.46
Kulit
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelana
uan
Sedikit
18.0 88.0 Pasir 19.5 51.5 9.5 170.63 41.6 41.6 39.06 1562.29 441.90 7.81 29.45 142.96 584.86 194.95
Kulit
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelana
20.0 94.0 uan Pasir 16.9 54.5 6.9 184.43 42.8 42.8 39.69 1587.58 449.06 7.94 29.93 172.89 621.94 207.31
Sedikit
Kulit
228

z Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N SPT N1 N2 Ň Cni
m Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelana
22.0 101.0 uan Pasir 11.7 58 1.7 187.84 45.2 45.2 38.91 1556.38 440.23 7.78 29.34 202.22 642.45 214.15
dengan
Kerikil
Pasir
Kelana
24.0 81.0 uan Pasir 11.5 48 1.5 190.74 37.2 37.2 38.21 1528.29 432.29 7.64 28.81 231.03 663.32 221.11
dengan
Kerikil
Pasir
Kelana
26.0 60.0 uan Pasir 11.7 37.5 1.7 194.12 28.9 28.9 37.31 1492.34 422.12 7.46 28.13 259.16 681.28 227.09
dengan
Kerikil
Pasir
Kelana
28.0 67.0 uan Pasir 11.1 41 1.1 196.39 31.5 31.5 36.60 1463.97 414.10 7.32 27.60 286.75 700.85 233.62
dengan
Kerikil
Pasir
Kelana
30.0 74.0 uan Pasir 11.2 44.5 1.2 198.73 34.0 34.0 35.36 1414.42 400.08 7.07 26.66 313.42 713.50 237.83
dengan
Kerikil
9
LAMPIRAN 11
230

Hasil perhitungan potensi likuifaksi setelah ground flex mole tipe 1

Depth air ' z σv σ'v


NSPT t (t/m3) H (m) H/2 (m) z (m) z/r I
(m) (t/m3) (t/m3) (t/m2) (t/m2) (t/m2)
0 0.00 - - - - - - - -
2 4.00 1.200 - 1.200 2 1 1 0.070 1 11.280 12.480 12.480
4 12.00 1.421 1 0.421 2 1 3 0.209 1 11.280 26.381 25.381
6 10.00 1.379 1 0.379 2 1 5 0.349 1 11.280 40.461 37.461
8 12.00 1.421 1 0.421 2 1 7 0.488 1 11.280 54.540 49.540
10 16.00 1.547 1 0.547 2 1 9 0.627 0.95 10.716 68.225 61.225
12 17.00 1.589 1 0.589 2 1 11 0.767 0.9 10.152 81.513 72.513
14 17.00 1.632 1 0.632 2 1 13 0.906 0.85 9.588 94.322 83.322
16 41.00 2.574 1 1.574 2 1 15 1.046 0.775 8.742 107.270 94.270
18 42.00 2.753 1 1.753 2 1 17 1.185 0.7 7.896 120.492 105.492
20 43.00 2.932 1 1.932 2 1 19 1.325 0.6 6.768 132.944 115.944
22 19.00 1.621 1 0.621 2 1 21 1.464 0.5 5.640 143.136 124.136
24 16.00 1.716 1 0.716 2 1 23 1.603 0.45 5.076 151.549 130.549
26 20.00 1.589 1 0.589 2 1 25 1.743 0.375 4.230 159.084 136.084
28 22.00 1.632 1 0.632 2 1 27 1.882 0.35 3.948 166.253 141.253
30 24.00 1.674 1 0.674 2 1 29 2.022 0.325 3.666 173.225 146.225
g
amax rd CSR CN CE CB CR CS N1(60) FC D(N1)60 (N1)60.cs
(m2/s)
0.5 9.81 - -
0.5 9.81 0.994 0.323 1.661 1 1 1 1 6.643 0 0 6.643
0.5 9.81 0.979 0.331 1.513 1 1 1 1 18.159 0 0 18.159
0.5 9.81 0.965 0.339 1.397 1 1 1 1 13.972 0 0 13.972
0.5 9.81 0.948 0.339 1.298 1 1 1 1 15.572 0 0 15.572
0.5 9.81 0.923 0.334 1.214 1 1 1 1 19.423 0 0 19.423
0.5 9.81 0.883 0.322 1.143 1 1 1 1 19.427 0 0 19.427
0.5 9.81 0.826 0.304 1.082 1 1 1 1 18.394 0 0 18.394
0.5 9.81 0.760 0.281 1.027 1 1 1 1 42.097 0 0 42.097
0.5 9.81 0.696 0.258 0.976 1 1 1 1 40.977 0 0 40.977
0.5 9.81 0.641 0.239 0.932 1 1 1 1 40.094 0 0 40.094
0.5 9.81 0.598 0.224 0.901 1 1 1 1 17.122 0 0 17.122
0.5 9.81 0.565 0.213 0.878 1 1 1 1 14.049 0 0 14.049
0.5 9.81 0.541 0.206 0.859 1 1 1 1 17.182 0 0 17.182
0.5 9.81 0.522 0.200 0.842 1 1 1 1 18.526 0 0 18.526
0.5 9.81 0.508 0.195 0.826 1 1 1 1 19.833 0 0 19.833
232

K
CRR7.5 MSF C K CRRM FS Likuifaksi/Not
pakai

0.096 1.25 0.081 1.169 1.100 0.132 0.408 Likuifaksi


0.185 1.25 0.124 1.171 1.100 0.255 0.770 Likuifaksi
0.148 1.25 0.107 1.105 1.100 0.203 0.599 Likuifaksi
0.161 1.25 0.113 1.079 1.079 0.217 0.640 Likuifaksi
0.199 1.25 0.131 1.064 1.064 0.265 0.792 Likuifaksi
0.199 1.25 0.131 1.042 1.042 0.259 0.804 Likuifaksi
0.188 1.25 0.126 1.023 1.023 0.240 0.790 Likuifaksi
8.728 1.25 0.425 1.025 1.025 11.183 39.771 Not
5.761 1.25 0.388 0.979 0.979 7.051 27.306 Not
4.263 1.25 0.363 0.946 0.946 5.042 21.122 Not
0.175 1.25 0.120 0.974 0.974 0.213 0.952 Likuifaksi
0.148 1.25 0.107 0.971 0.971 0.180 0.844 Likuifaksi
0.176 1.25 0.120 0.963 0.963 0.211 1.029 Not
0.189 1.25 0.126 0.956 0.956 0.226 1.132 Not
0.204 1.25 0.133 0.950 0.950 0.242 1.238 Not
Hasil perhitungan potensi likuifaksi setelah ground flex mole tipe 2

Depth air ' σv σ'v g


NSPT t (t/m3) H (m) H/2 (m) z (m) amax rd CSR
(m) (t/m3) (t/m3) (t/m2) (t/m2) (m2/s)
0 0.00 - - - - - - - - 0.5 9.81 - -
2 4.00 1.951 - 1.951 2 1 1 1.951 1.951 0.5 9.81 0.994 0.323
4 12.00 2.398 1 1.398 2 1 3 6.299 5.299 0.5 9.81 0.979 0.378
6 10.00 1.975 1 0.975 2 1 5 10.673 7.673 0.5 9.81 0.965 0.436
8 12.00 1.758 1 0.758 2 1 7 14.406 9.406 0.5 9.81 0.948 0.472
10 16.00 1.632 1 0.632 2 1 9 17.795 10.795 0.5 9.81 0.923 0.494
12 17.00 1.794 1 0.794 2 1 11 21.221 12.221 0.5 9.81 0.883 0.498
14 17.00 1.716 1 0.716 2 1 13 24.731 13.731 0.5 9.81 0.826 0.484
16 29.00 2.289 1 1.289 2 1 15 28.736 15.736 0.5 9.81 0.760 0.451
18 30.00 1.947 1 0.947 2 1 17 32.971 17.971 0.5 9.81 0.696 0.415
20 31.00 1.690 1 0.690 2 1 19 36.608 19.608 0.5 9.81 0.641 0.389
22 19.00 1.170 1 0.170 2 1 21 39.468 20.468 0.5 9.81 0.598 0.374
24 16.00 1.145 1 0.145 2 1 23 41.784 20.784 0.5 9.81 0.565 0.369
26 20.00 1.169 1 0.169 2 1 25 44.098 21.098 0.5 9.81 0.541 0.368
28 22.00 1.114 1 0.114 2 1 27 46.381 21.381 0.5 9.81 0.522 0.368
30 24.00 1.117 1 0.117 2 1 29 48.611 21.611 0.5 9.81 0.508 0.371
234

K
CN CE CB CR CS N1(60) FC D(N1)60 (N1)60.cs CRR7.5 MSF C K pakai CRRM FS Li

1.804 1 1 1 1 7.216 0 0 7.216 0.100 1.250 0.083 1.327 1.100 0.137 0.424 Li
1.756 1 1 1 1 21.070 0 0 21.070 0.220 1.250 0.139 1.408 1.100 0.302 0.798 Li
1.723 1 1 1 1 17.232 0 0 17.232 0.176 1.250 0.120 1.309 1.100 0.242 0.555 Li
1.700 1 1 1 1 20.401 0 0 20.401 0.211 1.250 0.135 1.320 1.100 0.290 0.614 Li
1.682 1 1 1 1 26.912 0 0 26.912 0.344 1.250 0.176 1.393 1.100 0.472 0.956 Li
1.664 1 1 1 1 28.286 0 0 28.286 0.396 1.250 0.187 1.394 1.100 0.544 1.092 No
1.645 1 1 1 1 27.967 0 0 27.967 0.382 1.250 0.185 1.367 1.100 0.526 1.087 No
1.621 1 1 1 1 47.003 0 0 47.003 89.923 1.250 0.705 2.305 1.100 123.645 273.988 No
1.595 1 1 1 1 47.836 0 0 47.836 146.806 1.250 0.792 2.359 1.100 201.858 486.639 No
1.576 1 1 1 1 48.851 0 0 48.851 278.118 1.250 0.928 2.513 1.100 382.413 983.899 No
1.566 1 1 1 1 29.758 0 0 29.758 0.470 1.250 0.200 1.318 1.100 0.647 1.726 No
1.563 1 1 1 1 25.003 0 0 25.003 0.290 1.250 0.163 1.255 1.100 0.399 1.080 No
1.559 1 1 1 1 31.184 0 0 31.184 0.570 1.250 0.215 1.334 1.100 0.784 2.132 No
1.556 1 1 1 1 34.234 0 0 34.234 0.950 1.250 0.251 1.388 1.100 1.307 3.549 No
1.554 1 1 1 1 37.285 0 0 37.285 1.881 1.250 0.300 1.460 1.100 2.586 6.969 No
LAMPIRAN 12
236

Daya dukung pondasi yang sudah ada setelah tanah diperbaiki dengan metode ground flex mole tipe 1

z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Pasir
0.0 0.0 Pasir 0.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kelanauan
Pasir
2.0 Pasir 19.5 4 9.5 19.01 9.1 4.0 6.50 260.00 73.54 1.30 0.00 0.00 73.54 24.51
4 Kelanauan
Pasir
4.0 Pasir 24.0 12 14.0 46.98 16.7 12.0 7.75 310.11 87.72 1.55 0.00 0.00 87.72 29.24
12 Kelanauan
Pasir
Kelanauan
6.0 Sedikit Pasir 19.7 10 9.7 66.48 10.9 10.0 9.15 366.18 103.58 1.83 0.00 0.00 103.58 34.53
Kulit
10 Kerang
Pasir
Kelanauan
8.0 Sedikit Pasir 18.0 13 8.0 82.39 12.8 12.8 10.14 405.49 114.69 2.03 7.64 7.64 122.34 40.78
Kulit
13 Kerang
Pasir
Kelanauan
10.0 Sedikit Pasir 16.7 17 6.7 95.71 16.2 16.2 12.48 499.26 141.22 2.50 9.41 17.05 158.27 52.76
Kulit
19 Kerang
Pasir
Kelanauan
Sedikit
12.0 Kulit Pasir 17.9 17.5 7.9 111.60 16.0 16.0 14.37 574.70 162.56 2.87 10.83 27.89 190.45 63.48
Kerang
dan
20 Kerikil
Pasir
14.0 Kelanauan Pasir 17.2 18.5 7.2 125.92 16.4 16.4 15.13 605.28 171.21 3.03 11.41 39.30 210.51 70.17
22 Sedikit
z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall
N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Kulit
Kerang
dan
Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
16.0 Kulit Pasir 22.9 20.5 12.9 151.70 17.2 17.2 16.23 649.09 183.60 3.25 12.24 51.53 235.13 78.38
Kerang
dan
26 Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
18.0 Kulit Pasir 19.5 21.5 9.5 170.63 17.4 17.4 17.02 680.90 192.60 3.40 12.83 64.37 256.96 85.65
Kerang
dan
28 Kerikil
Pasir
Kelanauan
Sedikit
20.0 Kulit Pasir 16.9 22.5 6.9 184.43 17.7 17.7 16.98 679.39 192.17 3.40 12.81 77.17 269.34 89.78
Kerang
dan
30 Kerikil
Pasir
Kelanauan
22.0 Pasir 11.7 23.5 1.7 187.84 18.3 18.3 16.62 664.83 188.05 3.32 12.53 89.70 277.75 92.58
dengan
32 Kerikil
Pasir
Kelanauan
24.0 Pasir 11.5 20.5 1.5 190.74 15.9 15.9 16.30 652.15 184.47 3.26 12.29 102.00 286.46 95.49
dengan
26 Kerikil
238

z N Jenis Tanah γSAT γ' Po N2 Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N1 N2 Ň Cni
m SPT Tanah Dominan kN/m3 kN/m3 kPa pakai ton t/m2 ton m2 ton ton
Pasir
Kelanauan
26.0 Pasir 11.7 17.5 1.7 194.12 13.5 13.5 15.97 638.96 180.73 3.19 12.04 114.04 294.77 98.26
dengan
20 Kerikil
Pasir
Kelanauan
28.0 Pasir 11.1 18.5 1.1 196.39 14.2 14.2 15.74 629.77 178.14 3.15 11.87 125.91 304.05 101.35
dengan
22 Kerikil
Pasir
Kelanauan
30.0 Pasir 11.2 19.5 1.2 198.73 14.9 14.9 15.36 614.39 173.79 3.07 11.58 137.49 311.28 103.76
dengan
24 Kerikil
Daya dukung pondasi yang sudah ada setelah tanah diperbaiki dengan metode ground flex mole tipe 2

z Tanah γSAT γ' Po Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N Jenis N2
Domina kN/m N1 kN/m N2 Ň Cni t/m
m SPT Tanah kPa pakai ton ton m2 ton ton
n 3 3 2
Pasir 0.0
0.0 0.0 Pasir 0.0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kelanauan 0
Pasir 260.0
2.0 Pasir 19.5 4 9.5 19.01 9.1 4.0 6.50 73.54 1.30 0.00 0.00 73.54 24.51
4 Kelanauan 0
Pasir 16. 302.2
4.0 Pasir 24.0 12 14.0 46.98 12.0 7.56 85.50 1.51 0.00 0.00 85.50 28.50
12 Kelanauan 7 6
Pasir
Kelanauan
10. 356.4 100.8 100.8
6.0 Sedikit Pasir 19.7 10 9.7 66.48 10.0 8.91 1.78 0.00 0.00 33.61
9 7 3 3
Kulit
10 Kerang
Pasir
Kelanauan
11. 397.1 112.3 119.8
8.0 Sedikit Pasir 18.0 12 8.0 82.39 11.8 9.93 1.99 7.49 7.49 39.94
8 6 4 3
Kulit
12 Kerang
Pasir
Kelanauan
10. 16. 15. 12.2 490.9 138.8 155.6
Sedikit Pasir 16.7 6.7 95.71 15.7 2.45 9.25 16.74 51.87
0 5 7 7 4 7 1
Kulit
18 Kerang
Pasir
Kelanauan
12. Sedikit 17. 111.6 16. 15.8 633.5 179.1 11.9 207.8
Pasir 17.9 7.9 16.0 3.17 28.68 69.29
0 Kulit 5 0 0 4 0 9 4 7
Kerang
20 dan Kerikil
Pasir
14. 18. 125.9 16. 18.3 733.2 207.4 13.8 249.9
Kelanauan Pasir 17.2 7.2 16.4 3.67 42.50 83.30
0 5 2 4 3 6 1 2 1
22 Sedikit
240

z Tanah γSAT γ' Po Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall


N Jenis N2
Domina kN/m N1 kN/m N2 Ň Cni t/m
m SPT Tanah kPa pakai ton ton m2 ton ton
n 3 3 2
Kulit
Kerang
dan Kerikil
Pasir
Kelanauan
16. Sedikit 34. 151.7 28. 21.2 848.8 240.1 16.0 298.6
Pasir 22.9 12.9 28.9 4.24 58.50 99.54
0 Kulit 5 0 9 2 6 1 0 1
Kerang
54 dan Kerikil
Pasir
Kelanauan
18. Sedikit 36. 170.6 29. 22.1 886.2 250.6 16.7 325.9 108.6
Pasir 19.5 9.5 29.5 4.43 75.21
0 Kulit 5 3 5 6 7 9 1 0 3
Kerang
58 dan Kerikil
Pasir
Kelanauan
20. Sedikit 38. 184.4 30. 22.1 887.4 251.0 16.7 342.9 114.3
Pasir 16.9 6.9 30.2 4.44 91.94
0 Kulit 5 3 2 9 8 3 3 7 2
Kerang
62 dan Kerikil
Pasir
22. Kelanauan 23. 187.8 18. 21.8 872.9 246.9 16.4 108.3 355.3 118.4
Pasir 11.7 1.7 18.3 4.36
0 dengan 5 4 3 2 2 1 5 9 0 3
32 Kerikil
Pasir
24. Kelanauan 20. 190.7 15. 21.5 860.2 243.3 16.2 124.6 367.9 122.6
Pasir 11.5 1.5 15.9 4.30
0 dengan 5 4 9 1 5 3 2 1 3 4
26 Kerikil
Pasir
26. Kelanauan 17. 194.1 13. 19.5 779.9 220.6 14.7 139.3 359.9 119.9
Pasir 11.7 1.7 13.5 3.90
0 dengan 5 2 5 0 2 1 0 1 2 7
20 Kerikil
z Tanah γSAT γ' Po Qp fsi Rsi Zrsi Qu Qall
N Jenis N2
Domina kN/m N1 kN/m N2 Ň Cni t/m
m SPT Tanah kPa pakai ton ton m2 ton ton
n 3 3 2
Pasir
28. Kelanauan 18. 196.3 14. 17.8 713.5 201.8 13.4 152.7 354.5 118.2
Pasir 11.1 1.1 14.2 3.57
0 dengan 5 9 2 4 3 3 5 6 9 0
22 Kerikil
Pasir
30. Kelanauan 19. 198.7 14. 15.3 614.3 173.7 11.5 164.3 338.1 112.7
Pasir 11.2 1.2 14.9 3.07
0 dengan 5 3 9 6 9 9 8 4 3 1
24 Kerikil
LAMPIRAN 13
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR


A A
ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG
PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

28688
25238

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

TAMPAK ATAS TANGKI BBM EKSISTING TAMPAK ATAS


SKALA 1:200 TANGKI 01
EKSISTING
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


PILE DIAMETER 600 MM NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Ø28688 Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

DENAH PONDASI DAN TIANG PANCANG TANGKI EKSISTING DENAH PONDASI DAN
SKALA 1:200 TIANG PANCANG 02
TANGKI EKSISTING
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

28688 FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
25238
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR


11000

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
SLAB BETON BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

TEBAL 450 MM DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


450

Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085
18000

KETERANGAN

PILE
DIAMETER
ᴓ60 cm

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

POTONGAN A-A TANGKI BBM EKSISTING POTONGAN A-A


SKALA 1:200 TANGKI BBM 03
EKSISTING
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

TULANGAN D19-250

TULANGAN D19-250

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR
DETAIL
DETAIL PENULANGAN SLAB SEBELUM PENAMBAHAN BORED PILE PENULANGAN SLAB
SKALA 1:200 SEBELUM 04
PENAMBAHAN BORED
PILE
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

28688 JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING
TULANGAN D19-250
Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.
Ir. SUWARNO, M.Eng
TULANGAN D19-250
250 TULANGAN GESER D16-250 IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

SKALA 1:50

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

detail penulangan slab sebelum penambahan bored pile detail penulangan


SKALA 1:150 sebelum penambahan 05
bored pile
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

32888
25238

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

TAMPAK ATAS TANGKI BBM SETELAH PENAMBAHAN TIANG TAMPAK ATAS


TANGKI BBM
SKALA 1:200 SETELAH 06
PENAMBAHAN TIANG
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


PILE DIAMETER 600 MM NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

2100 Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ø28688 Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR
DENAH PONDASI DAN
DENAH PONDASI DAN TIANG PANCANG TANGKI DENGAN PENAMBAHAN BORED PILE TIANG PANCANG
SKALA 1:200 TANGKI DENGAN 07
PENAMBAHAN BORED
PILE
32888
25238

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
11000
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER

SLAB
BETON JUDUL TUGAS AKHIR

TEBAL ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
450

450 MM LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA


STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING
18000

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

PILE
MAHASISWA : AUREL PRICILIA
30000

DIAMETER NRP : 03111740000085

ᴓ60 cm
KETERANGAN

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

POTONGAN A-A TANGKI BBM SETELAH PENAMBAHAN TIANG POTONGAN A-A


TANGKI BBM
SKALA 1:200 SETELAH 08
PENAMBAHAN TIANG
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

TULANGAN D19-250

900 TULANGAN D19-250 JUDUL


HALAMAN
GAMBAR

detail penulangan slab setelah penambahan bored pile detail penulangan


slab setelah
SKALA 1:200 penambahan bored 09
pile
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING
TULANGAN D19-250
Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.
TULANGAN D19-250 Ir. SUWARNO, M.Eng
900
TULANGAN GESER D16-250 IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

SKALA 1:50

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

detail penulangan slab setelah penambahan bored pile detail penulangan


SKALA 1:150 setelah penambahan 10
bored pile
CEMENT GROUT DIAMETER DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
560 MM
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
1700 BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

28688
25238

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

denah cement grout tipe 1


denah cement grout
SKALA 1:200 tipe 1 11
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

25238 FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
28688
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
CEMENT GROUT DIAMETER STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK
560 MM
DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085
18000
20000

KETERANGAN

1700
JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

potongan melintang tangki dengan cement grout tipe 1 potongan melintang


SKALA 1:200 tangki dengan 12
cement grout tipe 1
CEMENT GROUT DIAMETER DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
700 MM
FAKULTAS TEKNIK SIPIL,
PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
1500 BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

28688
25238

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

denah cement grout tipe 1I


denah cement grout
SKALA 1:200 tipe 1I 13
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

25238 FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
28688
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
CEMENT GROUT DIAMETER STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK
700 MM
DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085
18000
20000

KETERANGAN

1500
JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

POTONGAN melintang tangki dengan cement grout tipe 1I POTONGAN


melintang tangki
SKALA 1:200 dengan cement grout 14
tipe 1I
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

700
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
1500 NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

28688
25238

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

denah ground flex mole tipe 1 POTONGAN A-A


TANGKI BBM
SKALA 1:200 SETELAH 15
PENAMBAHAN TIANG
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA

-0.00 m
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA

CEMENT GROUT NRP : 03111740000085

DIAMETER 700 MM
KETERANGAN

-16.00 m
1500

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

potongan tangki dengan ground flex mole tipe 1 potongan tangki


SKALA 1:200 dengan ground flex 16
mole tipe 1
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

560
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
1700 NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA


NRP : 03111740000085

KETERANGAN

28688
25238

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

denah ground flex mole tipe 1I


denah ground flex
SKALA 1:200 mole tipe 1I 17
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL,


PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER

JUDUL TUGAS AKHIR

ANALISIS KEKUATAN DAYA DUKUNG


PONDASI DALAM AKIBAT PENGARUH
LIKUIFAKSI DAN METODE PERBAIKANNYA

-0.00 m
STUDI KASUS: TANGKI TERMINAL BAHAN
BAKAR MINYAK DI AMPENAN, LOMBOK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. TRIHANYNDIO RENDY SATRYA, ST. MT.


Ir. SUWARNO, M.Eng

IDENTITAS MAHASISWA

MAHASISWA : AUREL PRICILIA

CEMENT GROUT NRP : 03111740000085

DIAMETER 560 MM
KETERANGAN

-16.00 m
1700

JUDUL
HALAMAN
GAMBAR

potongan tangki dengan ground flex mole tipe 1I potongan tangki


SKALA 1:200 dengan ground flex 18
mole tipe 1I
BIODATA PENULIS

Aurel Pricilia
Penulis dilahirkan di Tangerang,
23 April 1999 dan merupakan
anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis menempuh
Pendidikan formal di SDI Al-
Azhar BSD, SMPN 11 Kota
Tangerang Selatan, dan SMAN
7 Kota Tangerang Selatan.
Setelah lulus dari jenjang SMA,
penulis melanjutkan pendidikan
di Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil,
Perencanaan, dan Kebumian,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya pada tahun 2017
dengan NRP 03111740000085. Selama kuliah, penulis aktif
berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) – FTSP ITS
sebagai Staff Departemen Dalam Negri pada periode 2018-2019
dan sebagai Kepala Biro Relasi Departemen Dalam Negri pada
periode 2019-2020. Selain berorganisasi di himpunan, penulis
juga aktif sebagai Pemandu LKMM Pra-TD dan LKMM TD ITS
selama berkuliah di Departemen Teknik Sipil, FTSPK – ITS.
Penulis dapat dihubungi melalui email:
aurelpricilia123@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai