TUGAS AKHIR
Oleh,
Moch Aldi Maulana
NIM:112019005
Oleh,
Moch Aldi Maulana
NIM:112019005
Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknik Sipil
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Sistem pelat satu arah ................................................................... 6
Gambar 2. 2 Gambar minimum balok dan pelat satu arah ............................. 7
Gambar 3. 1 Lokasi kajian ................................................................................. 13
Gambar 3. 2 Denah Lokasi ................................................................................. 14
Gambar 3. 3 Diagram Air .................................................................................. 20
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Diameter batang dalam mm² per meter lebar pelat ......................... 8
Tabel 2. 2 Luas penampang batang total dalam mm²........................................ 8
Tabel 2. 3 Syarat-syarat untuk tulangan dan pelat ......................................... 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan Surya Kencana merupakan merupakan salah satu jalan utama di Kota
sukabumi yang dimana sering mengadakan rehabilitasi dan perbaikan di ruas jalan
itu. Dari hasil survei dan observasi dilapangan ketika hujan sering terjadi genangan
di lokasi perencanaan terutama di sepanjang ruas jalan surya kencana yang
disebabkan karena tidak berfungsinya saluran drainase dengan optimal karena
adanya sampah dan lumpur.
Drainase ialah salah satu komponen penanggulangan masalah banjir dan
genangan air pada infrastruktur perkotaan termasuk pada pedestrian sebuah jalan
agar nyaman saat digunakan oleh pejalan kaki. Terganggunya aktivitas masyarakat
salah satunya dikarenakan adanya genangan yang dapat berdampak pada kesehatan,
Salah satu komponen struktur dalam menahan beban antara pedestrian dengan
drainase adalah gorong-gorong menggunakan plat lantai.
Pelat lantai adalah suatu konstruksi yang terletak di atas saluran air merupakan
penghubung antara batas saluran air sebelah dengan batas saluran air selanjutnya,
pelat lantai ini bisa juga digunakan sebagai akses jalan atau bisa dikatakan juga
sebagai jembatan kecil. Pelat lantai didukung oleh balok dan ada yang tidak di
dukung sama sekali. Pelat lantai adalah struktur yang pertama kali menerima beban,
baik itu beban mati maupun beban hidup yang kemudian menyalurkannya ke
pondasi atau ke tanah, pelat lantai ini juga harus mampu dilalui oleh kendaraan dan
pelat lantai ini sebagai penghubung antara daerah yang satu dengan daerah yang
lainnya.
Oleh karena itu, plat lantai ini sudah terencana dibuat kuat, kokoh dan detail
dalam perencanaan plat lantai saluran drainase menggunakan gorong-gorong u-
ditch supaya mampu menahan beban-beban dengan tepat.
1
2. Berapa besi tulangan yang efesien untuk digunakan berdasarkan SK SNI T-
15-1991-03?
3. Beban apa saja yang bekerja pada gorong-gorong plat lantai ?
3. Masyarakat
2
Sebagai pengenalan penambahan pengetahuan ilmu dalam bidang
konstruksi terutama perencanaan drainase.
3
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori – teori yang menjadi dasar studi yang dilakukan. Kajian teoritis
yang dilakukan adalah penjelasan mengenai aspal dengan campuran limbah besi.
Selain itu juga dibahas teori – teori yang berkaitan dengan metode marshall test.
BAB III PENJELASAN OBJEK KAJIAN
Bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian beserta tahapan
penelitian dari awal sampai akhir.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan objek penelitian yakni evaluasi plat lantai
saluran drainase menggunakan gorong-gorong u-ditch pada pedestrian jalan surya
kencana kota sukabumi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian dan saran-
saran penulis sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Drainase
Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air dalam
satu konteks pemanfaatan tertentu, baik yang berasal dari hujan, rembesan maupun
yang lainnya di suatu kawasan, sehingga fungsi kawasan tidak terganggu (Hasmar,
2012). Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau
mengalirkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
2.2 Pelat Lantai
Pelat merupakan salah satu komponen struktur yang memiliki peran penting
dalam meningkatkan fungsi kegunaan bangunan. Plat adalah elemen struktur datar
yang memiliki ketebalan yang lebih kecil dari dimensi lainnya yang berfungsi
sebagai diafragma pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung
kekakuan. Berdasarkan posisi peletakan tumpuan, plat lantai dapat diklasifikasikan
sebagai plat dengan 1 arah tumpuan. Pada posisi 1 arah, plat ditumpukan pada dua
ujung plat dengan posisi sejajar [7].
1) Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai
kekuatan tarik;
2) Hubungan antara tegangan dan regangan baja dapat dinyatakan secara
skematis;
5
3) Hubungan antara tegangan dan regangan beton dapat dinyatakan secara
skematis [2].
Syarat batas bentang pelat yang dapat dihitung dengan metode lentur murni
sendiri untuk pelat satu arah adalah apabila perbandingan sisi panjang terhadap
6
sisi pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari 2, pelat dapat dianggap
hanya bekerja sebagai pelat satu dengan lenturan utama pada arah sisi yang
lebih pendek. Sehingga struktur pelat satu arah dapat didefinisikan sebagai pelat
yang didukung pada dua tepi yang berhadapan sedemikian sehingga lenturan
timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap
arah dukungan tepi [1].
Beban yang bekerja pada pelat lantai terdiri dari beban hidup dan beban mati. Untuk
mati dan hidup SK SNI T-15-1991-03 merupakan persamaan sebagai berikut:
U = 1,2 D + 1,6 L
Dimana U adalah kuat rencana (kuat perlu), D adalah beban mati dan L adalah
beban hidup. Selanjutnya yaitu memilih tulangan untuk pelat, yang disesuaikan
dengan momen yang telah dihitung dan direncanakan. Semakin besar momen, maka
semakin besar pula tulangan yang digunakan atau bisa juga menggunkaan tulangan
berdiameter kecil hanya saja jaraknya yang diperkecil, yang mana untuk
menentukan tulangan diperlukan tabel yang memberi hubungan antara jarak antar
batang luas penampang baja yang sesuai dalam mm² per meter lebar pelat.
7
Tabel 2. 1 Diameter batang dalam mm² per meter lebar pelat
Jumlah Batang
𝜙
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 28 57 85 113 141 170 198 226 254 283
8 50 101 151 201 251 302 352 402 435 503
10 79 157 236 314 393 471 550 628 707 784
12 133 226 339 452 565 679 792 905 1018 1131
14 154 308 462 616 770 924 1078 1232 1385 1539
16 201 402 603 804 1005 1206 1407 1608 1810 2011
19 284 567 851 1134 1418 1701 1985 2268 2552 2835
20 314 628 942 1257 1571 1885 2199 2513 2827 3142
22 380 760 1140 1521 1901 2281 2661 3041 3421 3801
25 491 982 1473 1963 2454 2945 3436 3927 4418 4909
28 616 1232 1847 2463 3079 3695 4310 4926 5542 6158
32 804 1608 2413 3217 4021 4825 5630 6434 7238 8042
8
Dengan menggunakan table dan rumus diatas dapat diketahui tulangan yang sesuai
untuk perencanaan sebuah pelat dengan sistem satu arah.
Alur peritungan pelat satu arah dengan menggunakan metode lentur murni sebagai
berikut:
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menganalisis suatu pelat yaitu
dengan menentukan syarat batas pelat. Dalam sistem pelat satu arah, syarat
batas yang diharuskan adalah lebih besar dari 2. Maka dari itu perbandingan
anatara bentang terpanjang (Iy) dengan bentang terpendek (Ix) harus lebih besar
dari 2. Sehingga dapat disimpulkan pelat tersebut menggunakan sistem satu
arah. Rumus yang digunakan adalah:
𝐼𝑦
>2
𝐼𝑥
2) Menentukan Tebal Pelat
9
beserta penggantungnya dan lain-lain. Dalam menghitung beban menggunakan
rumus:
𝑊𝑢 = 1,2 𝑊𝐷 + 1,6 𝑊𝐿
4) Menghitung Momen
𝐴𝑠
𝜌=
𝑏𝑑
Diamerter mínimum
yang disarankan BJTP 240 BJTP 400
Tulangan utama +
tulangan pembagi Øp8 ØD6
jaringan atas
10
Tulangan pembagi
jaringan bawah Øp6 ØD6
2.5 Beton
Beton didefinisikan “sebagai campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan membentuk massa padat” (SK SNI T-15-1991-03). Sifat-sifat dan
karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja dari beton yang
dibuat. Pemilihan material yang memenuhi persyaratan sangat penting dalam
perencanaan beton, sehingga diperoleh kekuatan yang optimum. Selain itu
kemudahan pengerjaan (workabilitas) juga sangat dibutuhkan pada perancangan
beton. Meskipun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan yang
tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan di lapangan
karena sulit untuk dikerjakan, maka rancangan tersebut menjadi percumaBeton
bertulang
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Seperti substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat
tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat
tarik yang tidak dimiliki beton. Beton bertulang. merupakan gabungan dua jenis
bahan yaitu beton dan tulangan, baik berupa tulangan ulir maupun tulangan polos
[6].
11
waktu lama serta biaya tinggi. Kondisi ini kemudian menyebabkan banyak
pekerja proyek berlomba-lomba melakukan inovasi untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik sekaligus biaya termurah.
2. Metode half slab disebut half slab karena separuh struktur palt lantai
dikerjakan dengan sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu
dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang, selanjutnya dilakukan
pemasangan besi tulangan bagian atas lalu dilakukan pengecoran separuh
plat ditempat. Kelebihannya yaitu adanya pengurangan waktu serta biaya
pekerjaan bekisting. Namun, tidak semua bagian plat gedung bisa dibuat
dengan sistem half slab, contohnya area plat kantilever baguan pinggir
biasanya tetap dipasangan dengan sistem konvensional, area toilet juga
sebaiknya dibuat secara konvensional untuk menghindari kebocoran.
3. Metode Pelat precast bisa dibilang bahwa ini merupakan sistem paling
cepat, namun yang perlu diperhatikan jika menggunkan metode ini adalah
segi kekuatan alat angkat. Misalnya kuat angkat ujung tower crane harus
lebih besar dan total berat beton precast dapat dilakukan dipabrik sejak dini
lalu tinggal dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang.
4. Metode pelat bondek tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya digantikan
oleh plat bondek dengan begini diharapkan ada penghematan besi tulangan
dan bekisting dibawahnya.Tulangan atas bisa dibuat dalam bentuk batangan
atau diganti dengan besi wiremesh agar lebih cepat saat pemasangan.
12
BAB III
PENJELASAN OBJEK KAJIAN
3.1 Lokasi Kajian
Lokasi tempat pengambilan obyek untuk studi tugas akhir ini terletak
di jalan surya kencana kota sukabumi.
13
Gambar 3. 2 Denah Lokasi
14
4. Analisa harga satuan pekerjaan
5. Time schedule
15
hmin = Tebal minimum pelat = mm
hmaks = Tebal maksimum pelat = mm
fy = Tegangan leleh baja = mm
3. Pembebanan Pelat Lantai
Pembebanan pada pelat lantai mengacu pada pedoman perencanaan
pembebanan untuk rumah dan gedung (PPURG 1987), secara terperinci
beban yang akan digunakan pada analisis pelat lantai ini adalah:
a. Beban Mati (WD)
1) Beban sendiri pelat = h pelat x b x BJ beton = kg/m2
2) Beban spesi 3 cm = t spesi x b x BJ spesi = kg/m2
3) beban keramik = t keramik x b x BJ keramik = kg/m2
4) Total (WD) = kg/m2
= kN/m2
b. Beban Hidup (WL)
Beban Hidup yang bekerja pada pelat lantai trotoar adalah:
(Terdapat pada tabel PPPURG, 1989) = kg
= kN/m2
c. Beban Rencana (WU)
𝑊𝑈 = 1,2 𝑊𝐷 + 16 𝑊𝐿 = 𝑘𝑁/𝑚2
16
𝑙𝑛𝑦
Dimana: a = nilai hasil dari
𝑙𝑛𝑥
𝑙𝑛𝑦
b = Nilai yang lebih kecil dari nilai a pada tabel
𝑙𝑛𝑥
𝑙𝑛𝑦
𝑏′ = Nilai yang lebih besar dari nilai a pada tabel
𝑙𝑛𝑥
c. Menghitung Penulangan
Dalam analisis perencanaan, rasio tulangan tidak boleh melebihi
rasio tulangan maksimal dan tidak boleh kurang dari rasio tulangan
minimal. Ada beberapa rumus dalam menghitung tulangan antara
lain sebagai berikut:
1) Menentukan rasio tulangan maksimal
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
3) Syarat rasio penulangan
17
Dimana: 𝜌𝑚𝑖𝑛 = Rasio tulangan minimal
𝜌𝑚𝑖𝑛 = Rasio tulangan minimal
𝜌 = Rasio tulangan
𝑓𝑐′ = Mutu Beton = Mpa
4) Mencari tinggi efektif
1
𝑑 = ℎ−𝑝− ∅𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
2
Dimana: d = Tinggi efektif pelat
h = Tebal pelat
p = Selimut beton
∅ = Diameter tulangan yang di rencanakan
5) Faktor momen yang di gunakan
𝑀𝑈
𝑘=
ϕ . b . d2
Dimana: k = Faktor panjang efektif komponen struktur tekan
MU = Momen ultimate
ϕ = Koefisien susut beton
b = Lebar efektif
6) Menghitung rasio tulangan
𝑓𝑦2
𝑓𝑦 − √𝑓𝑦2 − 2,36 . .𝑘
𝑓𝑐′
𝜌= 𝑓𝑦2
1,18 .
𝑓𝑐 ′
Dimana: 𝜌 = Rasio tulangan
𝑓𝑐′ = Mutu Beton
fy = Tegangan leleh baja
jika hasil nya 𝜌 < 𝜌𝑚𝑖𝑛 maka di gunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛
jika hasil nya 𝜌 > 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 maka di gunakan 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
7) Menghitung luas tulangan
𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏 . 𝑑
Dimana: 𝐴𝑠 = Luas tulangan
𝜌 = Rasio tulangan
b = Lebar efektif
18
3.4 Diagram Alir
19
DAFTAR PUSTAKA
[6] I Gede Putu Joni, Anak Agung Diah Parami Dewi, dan I Gede Abdi Candra
Sasmita “ANALISIS PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA
PELAKSANAAN PEKERJAAN ANTARA PLAT LANTAI BONDEK
DENGAN KONVENSIONAL (STUDI KASUS : PROYEK
PEMBANGUNAN RSU GARBAMED-KEROBOKAN),” jurnal ilmiah
teknuik sipil A stiencific journal of civil enggineering, Vol. 24 No.1 januari
2020.
20
[7] Mubarak , Abdullah , Medyan Riza dan Yulia Hayati “PERUBAHAN
PENGGUNAAN MATERIAL PLAT LANTAI BETON BERTULANG
DISEBABKAN PERBEDAAN ZONASI GEMPA,” konferensi teknik
nasional 12, Batam,18-19 september 2018.
21
22