Anda di halaman 1dari 25

Inspeksi, Pemeliharaan dan Metoda Perbaikan Infrastruktur

(Studi Kasus Jembatan Lubuk Kuari, Provinsi Jambi)

Oleh:
ELRICH GRATIAWAN WD. GULO
NIM. 221158007

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA INFRASTRUKTUR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Inspeksi, Pemeliharaan dan Metoda
Perbaikan Infrastruktur (Studi Kasus Jembatan Lubuk Kuari, Provinsi Jambi). Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inspeksi, Pemeliharaan dan Metoda Perbaikan
Infrastruktur (IPMPI), Program Studi Magister Terapan Rekayasa Infrastruktur, Jurusan Teknik
Sipil, Politeknik Negeri Bandung.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil literatur dan analisis terhadap Jembatan Lubuk
Kuari di Provinsi Jambi dengan tujuan untuk mendata kerusakan-kerusakan yang ada pada
komponen baja jembatan dan memberikan rekomendasi pengujian dan penanganan terkait
kerusakan tersebut.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai
penunjang dalam bidang keilmuan teknik sipil. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan waktu,
namun demikian semoga laporan ini dapat menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca.

Bandung, Februari 2023

Elrich Gratiawan WD. Gulo


NIM. 221158007

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Maksud dan Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4 Metode yang Digunakan .............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ........................................................................................................... 3

2.1 Deskripsi Jembatan Lubuk Kuari ................................................................................. 3


2.2 Kondisi Jembatan Lubuk Kuari ................................................................................... 4

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................... 5

3.1 Pemeriksaan Kondisi Jembatan ................................................................................... 5


3.2 Analisis Kerusakan ...................................................................................................... 7
3.3 Rekomendasi Pengujian dan Alasannya ...................................................................... 8

3.3.1 Rekomendasi Pengujian Komponen Baja Pada Jembatan Lubuk Kuari........ 11


3.3.2 Alasan Pemilihan Metode Sensor Ultrasonik ................................................ 12

3.4 Metode Pengujian ...................................................................................................... 12

3.4.1 Melakukan Inspeksi Visual ............................................................................ 13


3.4.2 Data Kerusakan pada Komponen Baja........................................................... 13
3.4.3 Analisis Kerusakan ......................................................................................... 13
3.4.5 Pemilihan Metode Pengujian ......................................................................... 14
3.4.6 Pelaksanaan Pengujian ................................................................................... 14
3.4.7 Rekomendasi Penanggulangan Terhadap Korosi Baja Jembatan Lubuk
Kuari... ............................................................................................................ 16
3.4.8 Inspeksi Akhir (Final Inspection) .................................................................. 17

ii
BAB 4 PENUTUP ........................................................................................................................ 18

4.1 Simpulan .................................................................................................................... 18


4.2 Saran........................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Kondisi Jembatan........................................................................ 5


Tabel 3.2 Rekomendasi Perbaikan .......................................................................................... 16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta lokasi Jembatan Lubuk Kuari, Jambi ............................................................ 3


Gambar 2.2 Kondisi Jembatan Lubuk Kuari saat ini ................................................................ 4
Gambar 3.1 Pengaturan perangkat sensor pada spesimen ........................................................ 9
Gambar 3.2 Ilustrasi pengujian Metode Piezoelectric Pulse Echo ......................................... 10
Gambar 3.3 Pengaturan Metode Deteksi Laser Ultrasonic .................................................... 11
Gambar 3.4 Diagram alir pengujian ....................................................................................... 13
Gambar 3.5 Komponen alat sensor ultrasonik ........................................................................ 14
Gambar 3.6 Peletakkan tranducer .......................................................................................... 15
Gambar 3.7 Pembacaan data hasil pengujian ......................................................................... 15

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jembatan merupakan suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan jalan
melalui suatu rintangan berupa jalan lalu lintas maupun sungai. Pada umumnya jembatan
yang direncanakan dapat berfungsi dengan baik selama masa layan tertentu. Dalam masa
layannya jembatan memerlukan pemeliharaan karena semakin lama usia jembatan akan
mengakibatkan terjadinya degradasi akibat dari tercapainya durabilitas material jembatan
dan kondisi lingkungan atau bencana alam yang dapat mengurangi kemampuan layan
jembatan tersebut. Selain itu juga untuk antisipasi apabila terjadi perkembangan atau
perubahan jenis dan muatan angkutan yang meningkat sehingga melebihi beban yang
direncanakan.
Pemeriksaan jembatan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu sistem
informasi manajemen jembatan. Pemeriksaan jembatan berkaitan erat dengan kondisi
jembatan, rencana pemeliharaan atau peningkatan pelayanan dalam waktu mendatang.
Inspeksi ini bertujuan untuk melakukan penilaian kondisi jembatan rangka pada
Jembatan Lubuk Kuari yang dibangun pada tahun 1993 di ruas jalan nasional Provinsi
Jambi mengingat usia jembatan tersebut telah lebih dari 25 tahun, maka selayaknya
mendapatkan perhatian demi menjaga kondisi jembatan tersebut.
Pemeriksaan jembatan dilakukan secara visual (visual inspection) untuk menilai
kondisi jembatan terhadap komponen baja yang ada. Pengumpulan data fisik kerusakan
komponen baja jembatan dilakukan berdasarkan foto yang ada. Kemudian dilakukan
analisis terkait kerusakan pada komponen baja dan memberikan rekomendasi pengujian
dan perbaikan terhadap kerusakan komponen baja tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam kegiatan inspeksi Jembatan
Lubuk Kuari dirumuskan sebagai berikut:
1. Kondisi Jembatan Lubuk Kuari dan kerusakan-kerusakan yang ada pada komponen
bajanya;

1
2. Faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan pada komponen baja dan memperkirakan
tingkat kerusakannya;
3. Rekomendasi pengujian terkait kerusakan pada komponen baja dan tindakan perbaikan
untuk menanggulangi kerusakan yang ada.

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari kegiatan inspeksi ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi Jembatan Lubuk Kuari berdasarkan pemeriksaan secara visual;
2. Menganalisis kerusakan yang ada terhadap komponen baja jembatan;
3. Mengetahui pengujian NDT (Non Destructive Test) yang akan dilakukan berdasarkan
pemeriksaan visual;
4. Mengetahui tindakan perbaikan dan pemeliharaan yang tepat terhadap kerusakan pada
komponen baja jembatan.

1.4 Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Jembatan Lubuk Kuari adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan jembatan dilakukan secara visual (visual inspection) untuk menilai
kondisi jembatan meiputi komponen baja jembatan;
2. Uji NDT (Non Destructive Test)

2
BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Deskripsi Jembatan Lubuk Kuari


Jembatan Lubuk Kuari adalah jembatan rangka yang dibangun pada tahun 1993 di
ruas jalan nasional Provinsi Jambi. Jembatan Lubuk Kuari berada di Jalan Tembesi-Jambi,
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, dengan kondisi sebagai berikut:
Nama jembatan : Jembatan Lubuk Kuari
No. : 11.025.001.0 JMB KM. 000+23.280 103.46E 01.58432N
Panjang jembatan : 60.0 m
Lebar jembatan :6m
Jumlah bentang jembatan : 1 bentang
Tahun didirikan : 1993

Peta lokasi Jembatan Lubuk Kuari dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Peta lokasi Jembatan Lubuk Kuari, Jambi


Sumber: Google Earth (2023)

3
2.2 Kondisi Jembatan Lubuk Kuari
Pada bagian ini ditampilkan gambar yang menunjukkan kondisi Jembatan Lubuk
Kuari saat ini, dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Kondisi Jembatan Lubuk Kuari saat ini


Sumber: Google Maps (2023)

Jembatan Lubuk Kuari saat ini masih berfungsi sebagai penghubung antar Jalan
Tembesi-Jambi, Kabupaten Muaro Jambi yang dilalui oleh sungai Muaro Pijoan.

4
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan Kondisi Jembatan


Pemeriksaan jembatan dilakukan secara visual untuk menilai kondisi Jembatan
Lubuk Kuari saat ini. Inspeksi visual adalah inspeksi yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mengobservasi suatu bahan atau struktur teknik dengan tujuan untuk
memeriksa adanya kerusakan atau cacat makroskopis seperti korosi atau las yang buruk
(Arana, 2006). Pemeriksaan visual meliputi inspeksi terhadap komponen baja pada
elemen-elemen struktur jembatan. Berikut ini merupakan hasil pemeriksaan kondisi
Jembatan Lubuk Kuari yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Kondisi Jembatan

No Jenis Kerusakan Elemen Perkiraan Kuantitas Foto Kerusakan Jembatan

Baut pengikat gempa


pada salah satu tumpuan
1 24 buah
jembatan (abutmen)
mengalami pengaratan

Adanya karat pada


2 seluruh tumpuan 4 bagian
jembatan (abutmen)

5
No Jenis Kerusakan Elemen Perkiraan Kuantitas Foto Kerusakan Jembatan

Terjadi pengaratan pada


3 60 m
batang tepi bawah

Terjadi pengaratan pada Seluruh batang


4
batang diagonal diagonal

6
No Jenis Kerusakan Elemen Perkiraan Kuantitas Foto Kerusakan Jembatan

Adanya karat pada


5 60 m
batang tepi atas

Terjadi pengaratan pada


6 1 bagian
bagian buhul atas

Sumber: Saputra (2019)

3.2 Analisis Kerusakan


Berdasarkan hasil pemeriksaan secara visual pada Tabel 3.1 di atas, disimpulkan
bahwa jenis kerusakan komponen baja pada elemen struktur Jembatan Lubuk Kuari adalah
karat atau korosi. Korosi adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan sekitarnya. Korosi merupakan salah satu musuh
besar dalam dunia industri, beberapa contoh kerugian yang ditimbulkan korosi adalah
terjadinya penurunan kekuatan material dan biaya perbaikan akan naik jauh lebih besar
dari yang diperkirakan (Utomo, 2009). Korosi dianggap sebagai fenomena destruktif yang
mempengaruhi hampir semua logam (Putro, 2019).

7
Menurut Fahimuddin et al. (2022), Karat atau korosi pada baja sangat erat
hubungannya dengan inspeksi maupun perawatan, lebih khusus pada konstruksi jembatan
baja karena konstruksinya yang terekspose secara terbuka di lingkungan yang tidak
terlindung dari hujan serta panas. Korosi pada baja merupakan masalah utama pada
struktur, terutama jembatan baja, karena dapat menyebabkan berkurangnya penampang dan
menurunkan sifat mekanik, termasuk kekuatan leleh, kekuatan ultimit, dan daktilitas.
Korosi dapat mengurangi masa layan jembatan dan membuat jembatan rentan terhadap
kegagalan. Dalam sebagian besar kasus, baja jembatan secara bersamaan mengalami
tegangan akibat pembebanan dalam kondisi mengalami korosi. Oleh karena itu, sangat
penting untuk melakukan inspeksi dan pemeliharaan terhadap komponen baja pada elemen
struktur jembatan.

3.3 Rekomendasi Pengujian dan Alasannya


Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat korosi yang ada pada komponen
baja Jembatan Lubuk Kuari adalah Non-Destructive Test (NDT). Pengujian Non-Destruktif
memungkinkan pengujian spesimen tanpa merusaknya sehingga spesimen masih utuh dan
tidak mengurangi kualitas dari material tersebut (Putro, 2019). Dengan Pengujian Non-
Destruktif Test, dimungkinkan untuk memeriksa suatu bahan atau struktur teknik tanpa
merusak tekstur permukaannya, integritas produk, dan kegunaannya di masa depan (Arana,
2006). Data hasil pengujian terhadap korosi nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam
menentukan tindakan penanggulangan yang dibutuhkan, bila tingkat korosi baja belum
mencapai batas yang dipersyaratkan maka dapat diakukan tindakan perbaikan (repair),
namun bila sebaliknya maka material baja tersebut perlu diganti (replace). Menurut Putro
(2019) terdapat empat jenis metode deteksi korosi yang termasuk dalam NDT, yakni
sebagai berikut:

1. Metode Photoacoustic Sensor


Metode Photoacoustic Sensor menggunakan sensor photoacoustic yang terbuat
dari bahan nano komposit emas dan serat optik, dengan mekanisme mengubah energi
cahaya menjadi gelombang ultrasonic. Nano komposit emas digunakan sebagai
medium photoacoustic untuk mengakumulasi energi cahaya. Berdasarkan efek
thermaldeformation, perubahan energi cahaya menyebabkan perluasan dan kontraksi
pada nano komposit emas. Perubahan nano komposit emas ini kemudian akan

8
menghasilkan gelombang ultrasonic. Selain memperoleh data dari hasil pembacaan
sensor photoacoustic, metode pelengkap yang digunakan adalah menghitung beban
yang hilang (mass loss) pada setiap spesimen yang terkorosi. Nantinya hasil
penghitungan massa yang hilang tersebut akan dihubungkan dengan hasil pembacaan
sensor photoacoustic untuk memperoleh hubungan keterkaitannya.
Gelombang ultrasonik yang dihasilkan oleh Ultrasound Generator (UG)
berfrekuensi 8 MHz dalam ruang 0.4 mm yang dipasangkan dengan Fiber Bragg
Grating (FBG) sebagai receiver. Transmitter dan receiver diposisikan secara
berpasangan dan berseberangan, yaitu satu UG dan satu FBG diposisikan di sisi yang
saling berhadapan dan mengapit spesimen. Satu spesimen diapit oleh beberapa pasang
alat tersebut dalam jarak yang sudah ditentukan. Pemasangan perangkat sensor dapat
dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Pengaturan perangkat sensor pada spesimen


Sumber: Putro (2019)

2. Metode Piezoelectric Pulse Echo


Metode Piezoelectric Pulse Echo merupakan metode Pengujian Non-Destruktif
dengan menggunakan sebuah tranducer yang menghasilkan gelombang dengan
frekuensi maksimal 125 MHz. Pendeteksian spesimen dilakukan dengan menggunakan
air sebagai medium rambat gelombang. Kemudian, tranducer dihadapkan pada
permukaan spesimen yang telah mengalami korosi. Pantulan balik antara gelombang
yang mengenai permukaan terkorosi akan berbeda dengan pantulan balik gelombang
yang mengenai permukaan spesimen tidak terkorosi. Hasil pembacaan gelombang
balik tersebut kemudian akan disalurkan ke pulse receiver unit. Ilustrasi pengujian
dengan Metode Piezoelectric Pulse Echo dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut.

9
Gambar 3.2 Ilustrasi pengujian Metode Piezoelectric Pulse Echo
Sumber: Putro (2019)

3. Metode Laser Ultrasonic


Metode Laser Ultrasonic memanfaatkan sensor ultrasonic dengan frekuensi
yang lebih tinggi dari gelombang yang dihasilkan oleh metode Piezoelectric Pulse
Echo (>125 MHz). Gelombang yang dipancarkan oleh Pulsed Laser kemudian
diarahkan langsung menuju ke spesimen tanpa melalui medium lain (langsung
melewati udara). Hasil pantulan gelombang dari spesimen kemudian akan diterima
oleh Interferometer. Gelombang yang diterima akan diolah oleh controller. Data hasil
konversi sinyal kemudian akan dikirimkan ke komputer sebagai data mentah.
Hasil pantulan gelombang dari spesimen digunakan untuk menginisialisasikan
keadaan yang sebenarnya, dimana proses pemancaran gelombang dan pendeteksian
sinyal hasil pantulan dilakukan di permukaan depan spesimen. Gelombang ultrasonic
setelah dipantulkan oleh permukaan bagian belakang spesimen akan menimbulkan
gerakan kecil pada permukaan. Gelombang hasil pantulan bagian depan spesimen
(tidak terkorosi) kemudian dibandingkan dengan gelombang hasil pantulan bagian
belakang spesimen (terkorosi). Ilustrasi Pengaturan Metode Deteksi Laser Ultrasonic
dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut.

10
Gambar 3.3 Pengaturan Metode Deteksi Laser Ultrasonic
Sumber: Putro (2019)

4. Metode Sensor Ultrasonik dengan Artificial Neural Network Back Propagation dan
Radial Basis Function
Metode ini menggunakan sensor ultrasonic dan kemudian data hasil pengukuran
diolah menggunakan Artificial Neural Network (ANN). Metode pengujian dengan
prinsip Huygens-Fresnel, menjelaskan bahwa ketika ukuran lapisan korosi lebih kecil
dibanding panjang gelombang ultrasonic, maka gelombang akan berdifraksi sehingga
receiver akan menerima gelombang yang lebih panjang. Karena impedansi akustik
udara lebih rendah dari beton dan spesimen, maka energi suara hasil pantulan akan
berkurang sehingga durasi suara akan meningkat akibat pemantulan dan hamburan
gelombang yang mengenai permukaan terkorosi. Pengujian ini juga memperhatikan
tingkat kadar air yang terkandung dalam lapisan spesimen untuk mengetahui dan
membuktikan apakah kadar air tersebut memiliki pengaruh terhadap gelombang
ultrasonic atau tidak.

3.3.1 Rekomendasi Pengujian Komponen Baja Pada Jembatan Lubuk Kuari


Berdasarkan keempat metode deteksi korosi yang telah dipaparkan di atas,
maka penulis merekomendasikan Pengujian Non-Destruktif dengan Metode Sensor
Ultrasonik untuk memeriksa tingkat korosi pada komponen baja Jembatan Lubuk
Kuari, Jambi.

11
3.3.2 Alasan Pemilihan Metode Sensor Ultrasonik
Masing-masing metode deteksi memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode
Piezoelectric Pulse Echo digunakan untuk mendeteksi spesimen yang terletak di
bawah permukaan air, contohnya adalah permukaan bawah kapal atau struktur tiang
jembatan, karena gelombang yang dihasilkan oleh transmitter dapat merambat pada
medium air. Ketiga metode lain yakni Metode Photoacoustic Sensor, Metode Laser
Ulstrasonic, dan Metode Sensor Ultrasonik dapat digunakan untuk melakukan
deteksi terhadap spesimen yang berada di atas permukaan air. Meskipun tidak ada
percobaan yang menggunakan sensor ultrasonic untuk mendeteksi spesimen yang
terendam di dalam medium air, namun sensor ultrasonic juga dapat digunakan
untuk mendeteksi spesimen yang terendam di bawah permukaan air karena adanya
bukti bahwa kadar air dalam lapisan spesimen dapat mempengaruhi kecepatan
gelombang ultrasonic. Dibandingkan dari sisi sensitivitas, sensor ultrasonic juga
memiliki sensitivitas yang lebih baik dibandingkan dengan sensor piezoelectric.
Sensor piezoelectric dapat mendeteksi korosi dengan resolusi maksimal 75 µm,
tetapi harus dengan pengolahan FFT, sedangkan untuk sensor ultrasonic hasil yang
sama dapat diperoleh tanpa menggunakan pengolahan FFT. Hal tersebut
dipengaruhi oleh frekuensi gelombang yang digunakan. Frekuensi yang dihasilkan
oleh sensor ultrasonic lebih tinggi sehingga dapat menjangkau pori-pori korosi yang
lebih kecil dibandingkan dengan gelombang yang dihasilkan oleh sensor
piezoelectric. (Putro, 2019)
Berdasarkan pembahasan tersebut, dari sisi medium dan sensitivitas deteksi,
penulis menyimpulkan bahwa deteksi korosi dengan metode sensor ultrasonic lebih
baik daripada sensor piezoelectric.

3.4 Metode Pengujian


Pengujian yang dilakukan untuk memeriksa tingkat korosi komponen baja pada
elemen struktur Jembatan Lubuk Kuari adalah Pengujian Non-Destruktif dengan Metode
Sensor Ultrasonik. Adapaun diagram alir pengujian yang dapat dilihat pada Gambar 3.4
berikut ini.

12
Gambar 3.4 Diagram alir pengujian
Sumber: Studi literatur

3.4.1 Melakukan Inspeksi Visual


Inspeksi visual (visual inspection) terhadap Jembatan Lubuk Kuari telah
dilakukan oleh Saputra pada tahun 2019. Hasil dari inspeksi tersebut kemudian
dijadikan sebagai data sekunder dalam penyusunan laporan ini.

3.4.2 Data Kerusakan pada Komponen Baja


Data kerusakan atau cacat pada komponen baja Jembatan Lubuk Kuari dapat
dilihat pada Tabel 3.1.

3.4.3 Analisis Kerusakan


Kerusakan atau cacat yang ada pada komponen baja Jembatan Lubuk Kuari
adalah karat atau korosi. Berdasarkan hasil pengamatan, jenis korosi yang dialami

13
oleh komponen baja Jembatan Lubuk Kuari adalah korosi seragam (uniform
attack). Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat
reaksi kimia karena pH air yang rendah dan udara yang lembab, sehingga makin
lama logam makin menipis (Utomo, 2009).

3.4.5 Pemilihan Metode Pengujian


Pengujian yang digunakan pada pemeriksaan tingkat korosi pada komponen
baja Jembatan Lubuk Kuari adalah Pengujian Non-Destruktif (Non-Destructive
Test) dengan Metode Sensor Ultrasonik. Pemilihan metode pengujian ini dilakukan
berdasarkan literatur yang ada mengenai pengujian metode deteksi korosi.

3.4.6 Pelaksanaan Pengujian


Pengujian Non-Destruktif dengan Metode Sensor Ultrasonik dilakukan untuk
memeriksa tingkat korosi yang terdapat pada komponen baja Jembatan Lubuk
Kuari. Adapun tahapan pengujian yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat sensor ultrasonik yang terdiri dari beberapa komponen alat,
seperti pulser atau receiver, tranducer, dan perangkat display. Komponen alat
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.

Tranducer
Perangkat
Display

Receiver

Gambar 3.5 Komponen alat sensor ultrasonik


Sumber: https://hesa.co.id/uji-korosi-struktur-baja/

14
2. Tranducer diletakkan secara sembarang pada titik di area baja yang terkena
korosi. Ilustrasi peletakkan tranducer dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.6 Peletakkan tranducer


Sumber: https://youtu.be/6gd7c6lJ6Ds

3. Pembacaan data hasil pengujian melalui display perangkat ataupun software


pada komputer, seperti terlihat pada Gambar 3.7 berikut.

Gambar 3.7 Pembacaan data hasil pengujian


Sumber: https://youtu.be/6gd7c6lJ6Ds

4. Melakukan pengolahan dan analisis data hasil pengujian ultrasonik terhadap


korosi baja.
5. Menentukan tindakan penanggulangan atau perbaikan terhadap korosi baja
berdasarkan data pengujian yang didapatkan.

15
3.4.7 Rekomendasi Penanggulangan Terhadap Korosi Baja Jembatan Lubuk Kuari
Data hasil pengujian terhadap korosi baja yang telah diolah dan dianalisis
dijadikan sebagai bahan acuan dalam menentukan tindakan penanggulangan yang
dibutuhkan, bila tingkat korosi baja belum mencapai batas yang dipersyaratkan
maka dapat diakukan tindakan perbaikan (repair), namun bila sebaliknya maka
material baja tersebut perlu diganti (replace). Berikut beberapa tindakan perbaikan
yang direkomendasikan oleh penulis terhadap korosi yang dialami oleh komponen
baja Jembatan Lubuk Kuari, dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Rekomendasi Perbaikan


Jenis Kerusakan Perkiraan
No Rekomendasi Perbaikan
Elemen Kuantitas
Baut pengikat a. Dilakukan pembersihan karat, lumut
gempa pada dan sampah di sekitar area pemasangan
salah satu baut;
tumpuan b. Dilakukan penggantian baut yang sudah
1 24 buah
jembatan tidak layak;
(abutmen) c. Diberikan inhibitor;
mengalami d. Diberikan coating dari zat agresif;
pengaratan e. Pemeliharaan rutin.

a. Pembersihan sistem perletakan dari


Adanya karat
karat, tanaman, lumut dan kotoran yang
pada seluruh
ada disekitarnya;
2 tumpuan 4 bagian
b. Diberikan inhibitor;
jembatan
c. Diberikan coating dari zat agresif;
(abutmen)
d. Pemeliharaan rutin.

a. Dilakukan pembersihan karat, lumut,


dan sampah yang ada pada batang tepi
Terjadi bawah;
pengaratan pada b. Diberikan inhibitor;
3 60 m
batang tepi c. Diberikan coating dari zat agresif;
bawah d. Pengecatan atau galvanisasi bila
diperlukan;
e. Pemeliharaan rutin.

16
Jenis Kerusakan Perkiraan
No Rekomendasi Perbaikan
Elemen Kuantitas
a. Pembersihan dari karat dan lumut pada
batang diagonal jembatan;
Terjadi Seluruh b. Diberikan inhibitor;
4 pengaratan pada batang c. Diberikan coating dari zat agresif;
batang diagonal diagonal d. Pengecatan atau galvanisasi bila
diperlukan;
e. Pemeliharaan rutin.

a. Pembersihan dari karat dan lumut pada


batang tepi atas jembatan;
Adanya karat b. Diberikan inhibitor;
5 pada batang tepi 60 m c. Diberikan coating dari zat agresif;
atas d. Pengecatan atau galvanisasi bila
diperlukan;
e. Pemeliharaan rutin.

a. Dilakukan penggantian pelat


penghubung buhul;
Terjadi
b. Pembersihan dari karat dan lumut;
pengaratan pada
6 1 bagian c. Diberikan inhibitor;
bagian buhul
d. Pengecatan atau galvanisasi bila
atas
diperlukan;
e. Pemeliharaan rutin.

Sumber: Utomo (2009), Saputra (2019)

3.4.8 Inspeksi Akhir (Final Inspection)


Inspeksi akhir dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap perbaikan yang telah diaplikasikan pada komponen baja jembatan. Bila
masih terdapat kerusakan atau kegagalan maka perlu dilakukan peninjauan kembali.

17
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil inspeksi terhadap Jembatan Lubuk Kuari, maka dapat disimpulkan
beberapa hal, antara lain:

1. Jembatan Lubuk Kuari di Provinsi Jambi masih beroperasi dan digunakan aktif oleh
masayarakat. Kerusakan atau cacat utama yang ada pada jembatan tersebut adalah
korosi dengan jenis uniform attack (korosi seragam) yang ada pada sistem perletakan,
batang tepi atas dan bawah serta batang diagonal. Deskripsi kerusakan lebih detail
dapat dilihat pada Tabel 3.1;
2. Faktor-faktor yang menyebabkan korosi adalah sebagai berikut:
a. Faktor usia jembatan yang sudah mencapai lebih dari 25 tahun;
b. Konstruksi jembatan baja terekspose secara terbuka di lingkungan yang tidak
terlindung dari hujan serta panas;
c. Kurangnya pemeliharaan rutin.
3. Pengujian yang direkomendasikan berdasarkan kerusakan yang ada yakni korosi,
berupa Pengujian Non-Destruktive dengan Metode Sensor Ultrasonik untuk
memeriksa tingkat korosi yang dialami oleh komponen baja Jembatan Lubuk Kuari.
Rekomendasi perbaikan yang diberikan oleh penulis dapat dilihat pada Tabel 3.2.

4.2 Saran

1. Pada kegiatan inspeksi terhadap jembatan sebaiknya tidak hanya pada satu aspek
kerusakan saja. Perlu diperhatikan seluruh aspek dan komponen material yang terdapat
pada jembatan seperti mutu beton, baja, dsb.
2. Perlu dilakukan pengujian dengan berbagai metode untuk mendapatkan keakuratan
data hasil pemeriksaan terhadap kerusakan pada jembatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arana. (2006). Non-Destructive Testing.


Fahimuddin, F., Kasmuri, M., & Sofyan, R. (2022). Pengaruh Karat Terhadap Ketangguhan
Material Baja Untuk Jembatan. 1–6.
Putro, H. (2019). Perbandingan Metode Deteksi Korosi dengan Pengujian Non-Destruktif
Menggunakan Sistem Elektronik.
Saputra, W. (2019). Kajian Pemeriksaan Kondisi Jembatan di Ruas Jalan Nasional Provinsi
Jambi (Studi Kasus Jembatan Rangka).
Utomo, B. (2009). JENIS KOROSI DAN PENANGGULANGANNYA (Vol. 6, Issue 2).

19

Anda mungkin juga menyukai