Anda di halaman 1dari 43

i

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................iii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan dan Manfaat........................................................................................2
BAB 2..................................................................................................................................2
JEMBATAN..........................................................................................................................2
2.1. Pengertian Jembatan........................................................................................2
2.2. Peranan Tembatan Terhadap Transportasi...................................................3
2.3. Jembatan Rangka (truss bridge)......................................................................4
2.4. Baja Konstruksi................................................................................................5
2.5. Proses Perencanaan Jembatan........................................................................5
2.5.1 Bangunan Struktur Bawah (Substructure).................................................5
2.5.2. Bangunan Struktur Atas (Upper Structure)................................................9
2.5.3. Tahapan Perencanaan.............................................................................12
2.5.4. Pemilihan Lokasi Jembatan.......................................................................13
2.5.5. Layout jembatan.......................................................................................15
2.6. Peraturan – Peraturan Perancangan Jembatan...........................................17
2.7. Perencanaan Pembebanan............................................................................18
BAB 3................................................................................................................................18
JALAN...............................................................................................................................18
3.1 Pengertian Jalan.............................................................................................18
3.2 Teknik Pembangunan Jalan..........................................................................20
BAB 4................................................................................................................................28
PENUTUP..........................................................................................................................28
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................28
4.2. Saran …………………………………………………………………………30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30
ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tipe - Tipe Jembatan Rangka.............................................................................5


Gambar 2 Tiang Pancang dan Pile Cap...............................................................................6
Gambar 3 Struktur Bawah ( Sub Structure ) Pada Pier.......................................................7
Gambar 4 Struktur Bawah ( Sub Structure ) pada Abument..............................................8
Gambar 5 Struktur Bawah ( Sub Structure ) pada Oprit.....................................................8
Gambar 6 Tampak Atas Oprit.............................................................................................8
Gambar 7 Melintang Oprit.................................................................................................9
Gambar 8 Struktur Atas ( Upper Structure ) pada Deck.....................................................9
Gambar 9 Deck Jembatan dan Truss................................................................................10
Gambar 10 Pot Bearing....................................................................................................10
Gambar 11 Expansion Joint..............................................................................................11
Gambar 12 Bentang.........................................................................................................12
Gambar 13 Skema Proses Perencanaan...........................................................................13
Gambar 14 Struktur Pekerjaan Tanah..............................................................................22
Gambar 15 Titik Sampel...................................................................................................25
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Gardasi Agregat...................................................................................................27


Tabel 2 Karakteristik Agregat...........................................................................................27
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan


jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, dimana rintangan ini
biasanya jalan berupa lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk,
1995).

Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang, dengan tingkat


kepentingan yang berbeda-beda tiap orangnya (Supriyadi, 2000). Menurut Dr. Ir.
Bambang Supriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi
menghubungkan suatu tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu
rintangan, namun jembatan merupakan suatu sistem transportasi, jika jembatan
runtuh maka sistem akan

lumpuh.

Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah


peradaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang
kompleks, dengan material yang sederhana sampai dengan material yang
modern.Jenis jembatan yang terus berkembang dan beraneka ragam
mengakibatkan seorang perencana harus tepat memilih jenis jembatan yang
sesuai dengan tempat tertentu.

Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama


dalam menentukan jenis jembatan apa yang tepat untuk dibangun di tempat
tertentu dan metode pelaksanaan apa yang akan digunakan. Penggunaan
metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam
penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi.Sehingga, target 3T yaitu
2

tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana


ditetapkan, dapat tercapai.

Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan bertujuan untuk


mendukung distribusi lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk
struktur ruang wilayah (Renstra Kementerian PU 2010-2014,2010), sehingga
pembangunan infrastruktur memiliki 2 (dua) sisi yaitu : tujuan pembangunan
dan dampak pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun
dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan
pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan
dampak negatif terhadap lingkungan yang minimum.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode pelaksanaan yang digunakan dalam suatu proyek


konstruksi Jembatan.

2. Bagaimana metode pelaksanaan Jembatan Beton

3. Bagaimana metode pelaksanaan Jembatan Rangka

1.3. Tujuan dan Manfaat


3

2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan dalam suatu proyek


konstruksi Jembatan.

2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan pada Jembatan


Beton.

3. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan pada Jembatan


Rangka.

BAB 2
JEMBATAN

2.1. Pengertian Jembatan

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan


melaluisuatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan
lain berupa jalan air atau lalu lintas biasa. Jembatan yang berada diatas jalan lalu
lintas biasanya disebut viaduct.

Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Jembatan – jembatan tetap.


4

2. Jembatan – jembatan dapat digerakkan.

Kedua golongan jembatan tersebut dipergunakan untuk lalu lintas


kereta api danlalu lintas biasa ( Struyk dan Veen, 1984). Jembatan adalah suatu
bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air,
lembah atau menyilang jalan lain yang tidak samatinggi permukaannya.

Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya


mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan
estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek
estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

Menurut (Asiyanto 2008) jembatan rangka baja adalah struktur


jembatan yang terdiri dari rangkaian batang – batang baja yang dihubungkan
satu dengan yang lain. Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan
diuraikan dan disalurkan kepada batang – batang baja struktur tersebut, sebagai
gaya – gaya tekan dan tarik, melalui titik – titik pertemuan batang (titik buhul).

Garis netral tiap – tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus
saling berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen
sekunder.

2.2. Peranan Tembatan Terhadap Transportasi

Jalan merupakan alat penghubung antara daerah yang penting sekali


bagipenyelenggaraan pemerintah, ekonomi kebutuhan sosial, perniagaan,
kebudayaan, pertahanan.Trasportasi sangat penting bagi ekonomi dan
pembangunan Negara dan bangsa.Maju – mundurnya suatu negara, terutama
dalam bidang ekonomi sangat tergantung pada baik dan tidaknya sistem
transportasi yang ada. Baik tidaknya atau lancar tidaknya transportasi sangat
tergantung pada alat – alatnya, antara lain yang terpenting kendaraan –
5

kendaraannya, sistem transportasi, tranportation policy dan pada keadaan


jalannya.

Jembatan adalah bagian dari jalan itu.Jembatan sangat menentukan


pula kelancaran transportasi.Perananjembatan yang sangat penting dalam
menopang sistem transportasi darat yang ada, maka jembatan harus kita buat
cukup kuat dan tahan, tidak mudah rusak.Kerusakan pada jembatan dapat
menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas jalan, terlebih – lebih di
jalan yang lalu lintasnya padat seperti di jalan utama, di kota, dan di daerah
ramai lainnya.

Kemacetan lalu lintas dalam kota bias terjadi karena adanya suatu
perbaikan jembatan. Berpuluh – puluh bahkan ratusan kendaraan berhenti
berderet – deret menunggu giliran untuk lewat jembatan. Berapakah kerugian
yang diderita sebagai akibat dari waktu yang hilang itu?.

Beberapa kerugian yang nyata itu dapatlah kita sebut, diantaranya


penghambatan kecepatan angkut dari kendaraan – kendaraan.Kecepatan angkut
sangat pentingpengaruhnya dalam bidang ekonomi, kestabilan harga – harga,
kelancaran distribusi dan lain sebagainya (Subarkah, 1979).
2.3. Jembatan Rangka (truss bridge)

Menurut (Satyarno, 2003) jembatan rangka dibuat dari struktur


rangkayang biasanya terbuat dari bahan baja dan dibuat dengan menyambung
beberapa batang dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga.
Jembatan rangka biasanya digunakan untuk bentang 20 m sampai 375 m. Ada
banyak tipe jembatan rangka yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut,
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.
6

Gambar 1 Tipe - Tipe Jembatan Rangka

2.4. Baja Konstruksi

Menurut (Spiegel dan Limbrunner, 1991) baja konstruksi adalah


alloysteels (baja paduan), yang pada umumnya mengandung lebih dari 98 % besi
danbiasanya kurang dari 1 % karbon. Komposisi aktual kimiawi sangat
bervariasiuntuk sifat – sifat yang diinginkan, seperti kekuatannya dan
ketahanannyaterhadap korosi, baja dapat juga mengandung elemen paduan
lainnya, sepertisilicon, magnesium, sulfur, fosfor, tembaga, krom, dan nikel,
dalam berbagaijumlah.

Baja tidak merupakan sumber yang dapat diperbaharui (renewable),


tetapidapat mempunyai daur ulang (recycled), dan komponen utamanya, besi,
sangatbanyak. Baja tidak mudah terbakar, tetapi harus anti api. Hal ini
tidakdimaksudkan untuk mengatakan bahwa baja merupakan jawaban untuk
semuamasalah struktur.Bahan bangunan lainnya, seperti beton, bata, dan
kayu,mempunyai peran sendiri – sendiri.
7

Penggunaan struktur baja, apabila dilihat padabangunan dan


perbandingan (ratio) antara kekuatan berat (atau kekuatan persatuan berat)
harus dipertahankan tinggi, maka bajalah yang dapat memenuhinya.

Baja konstruksi juga memiliki keuntungan dan kelemahan diantaranya


adalah sebagai berikut :

1. Keuntungan baja adalah keseragaman bahan dan sifat – sifatnya yang


dapatdiduga secara cukup tepat. Kestabilan dimension, kemudahan
pembuatan, dancepatnya pelaksanaan juga merupakan hal – hal yang
menguntungkan dari baja struktur ini.

2. Kelemahan baja adalah mudahnya bahan ini mengalami korosi (tidak


semuajenis baja) dan berkurangnya kekuatan pada temperatu tinggi.
2.5. Proses Perencanaan Jembatan
2.5.1 Bangunan Struktur Bawah (Substructure)

Bangunan struktur bawah berfungsi untuk menerima atau


menaha bebanbeban yang disalurkan dari beban struktur atas, dan
kemudian beban – beban tersebut disalurkan ke pondasi. Struktur
bawah ini terdiri dari :

1. Pondasi

Pondasi pada jembatan memiliki fungsi yang sama dengan


pondasi yang ada pada struktur bangunan gedung, dimana fungsi
dari pondasi itu sendiri adalah menyalurkan beban-beban yang di
tahan ke tanah. Pondasi memiliki 2 bagian yaitu :
8

a. Tiang Pancang / Bore Pile / Sumuran

b. Pile Cap

Gambar 2 Tiang Pancang dan Pile Cap

2. Kolom Pier

a. Pier

b. Pier Head
9

Gambar 3 Struktur Bawah ( Sub Structure ) Pada Pier

3. Abutment

Abutment merupakan bagian dari bangunan pada ujung-ujung


jembatan,yang memiliki fungsi sebagai pendukung untuk bangunan
struktur atas dan juga berfungsi untuk penahan tanah. Abutment
mempunyai bagian sebagai berikut :

a. Abutment
10

b. Wing Wall

c. Pelat Injak

d. Back Wall

Gambar 4 Struktur Bawah ( Sub Structure ) pada Abument

4. Oprit

Oprit adalah akses penghubung antara jembatan dengan jalan


yang ada.perencanaan konstruksi oprit ini sangat perlu diperhatikan
agar design oprit yang dihasilkan nantinya dapat aman dan awet
sesuai dengan umur rencanayang telah ditentukan
11

Gambar 5 Struktur Bawah ( Sub Structure ) pada Oprit

Gambar 6 Tampak Atas Oprit

Gambar 7 Melintang Oprit

2.5.2. Bangunan Struktur Atas (Upper Structure)

Bangunan struktur atas berfungsi untuk menampung beban-


beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan, dan lain
sebagainya.Bangunan atas biasanya terdiri dari pelat, lapisan
permukaan jalan, dan gelagar dari jembatan.
12

Gambar 8 Struktur Atas ( Upper Structure ) pada Deck

Struktur Atas (Upper Structure) terdiri dari :

1. Komponen

a. Deck Jembatan

Deck Jembatan ini bisah berupa I Girder, U Girder , Box


Girder , Truss, dll.
13

Gambar 9 Deck Jembatan dan Truss

b. Bearing

Bearing adalah bantalan yang bertujuan untuk


mengurangi gesekan untukbenda/poros yang bergerak secara
rotasi ataupun linier.

Gambar 10 Pot Bearing


14

c. Expansion Joint

Expansion Joint adalah suatu sabungan yang bersifat


flexible, sehinggasaluran yang disambungkan memiliki tolerasi
gerak.

Gambar 11 Expansion Joint

2. Pembagian Span (Bentang)

Dalam pembagian bentang dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :

a. Approach Span

b. Main Span
15

Gambar 12 Bentang

2.5.3. Tahapan Perencanaan

Menurut (Supriyadi dan Muntohar, 2007) perbedaan antara ahli


satudengan yang lainnya sangat dimungkinkan terjadi, dalam
perencanaan jembatan, tergantung latar belakang kemampuan dan
pengalamannya.

Belajar dari perbedaan pandangan inilah seharusnya para ahli


dapat menyimpulkan suatu permasalahan yang ada pada perencanaan
jembatan, dan dapat menemukan suatu penyelesaian dalam sebuah
perencanaan.

Perbedaan tersebut harus tidak boleh menyebabkan gagalnya


proses perencanaan. Seorang ahli atau perancang paling tidak harus
telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan
16

dengan pembangunan jembatan, sebelum sampai pada tahap


pelaksanaan konstruksi.Hal ini sangat diperlukan untuk kelangsungan
para ahli dalam merencanakan pembangunan sebuah jembatan.

Data sekunder maupun primer yang telah didapat tersebut,


merupakan bahan pemikiran dan pertimbangan sebelum kita
mengambil suatu keputusan akhir. Pada Gambar 2.2 akanditunjukkan
tentang suatu proses perencanaan yang perlu dilaksanakan. Data
yangdiperlukan berupa :

1. Lokasi :

a. Topografi

b. Lingkungan

c. Tanah Dasar

2. Keperluan : melintasi sungai, melintasi jalan lain

3. Bahan Struktur :

a. Karakteristiknya

b. Ketersediaannya

4. Peraturan
17

Gambar 13 Skema Proses Perencanaan

Sumber : Supriyadi dan Muntohar, 2007

2.5.4. Pemilihan Lokasi Jembatan

Penentuan lokasi dan layout jembatan tergantung pada kondisi


lalu lintas.Umumnya, suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu
lintas dengan baik, kecuali bila terdapat kondisi-kondisi khusus.Prinsip
dasar dalam pembangunanjembatan menurut (Troitsky, 1994) dalam
(Supriyadi dan Muntohar, 2007) adalahjembatan untuk jalan raya, tetapi
bukan jalan raya untuk jembatan.Kondisi lalulintas yang berbeda-beda
dapat mempengaruhi lokasi jembatan. Panjang -pendeknya bentang
jembatan akan disesuaikan dengan lokasi jalan setempat.

Penentuan bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa


alternatif bentangpada beberapa lokasi yang telah diusulkan.
Pertimbangan terhadap lokasi akansangat didasarkan pada kebutuhan
masyarakat yang menggunakan jembatan.

Pada penentuan lokasi jembatan akan dijumpai suatu


permasalahan apakah akan dibangun di daerah perkotaan ataukah
18

pinggiran kota bahkan di pedesaan. Perencanaan dan perancangan


jembatan di daerah perkotaan terkadang tidak diperhatikan dengan
cermat dan tepat.

Kehadiran jembatan di tengah kota sangat mempengaruhi


landscape atau tata kota tersebut. Perencanaan dan perancangan tipe
jembatan modern di daerah perkotaan, seorang ahli sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis
dan estetika-arsitektural (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

1. Aspek lalu lintas

Persyaratan transportasi meliputi kelancaran arus lalu lintas


kendaraan danpejalan kaki yang melintasi jembatan tersebut.
Perencanaan yang kurang tepat terhadap kapasitas lalu lintas perlu
dihindarkan, karena akan sangat mempengaruhi lebar jembatan.

Pentingnya diperoleh hasil yang optimum dalam


perencanaan lebar optimumnya agar didapatkan tingkat pelayanan
lalu lintas yang maksimum. Mengingat jembatanakan melayani arus
lalu lintas dari segala arah, maka muncul kompleksitas terhadap
existing dan rencana, volume lalu lintas, oleh karenanya sangat
diperlukan ketepatan dalam penentuan tipe jembatan yang akan
digunakan.

Pendekatan ekonomi selayaknya juga sebagai bahan


pertimbangan biaya jembatan perlu dibuat seminimum
mungkin.Melihat beberapa kasus biaya investasi jembatan di daerah
perkotaan adalah sangat tinggi. Hal ini akan sangat terkait dengan
kesesuaian lokasi yang akan direncanakan (Supriyadi dan Muntohar,
2007).
19

2. Aspek teknis

Persyaratan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain :

a. Penentuan geometri struktur, alinemen horizontal dan vertical,


sesuaidengan lingkungan sekitarnya.

b. Pemilihan sistem utama jembatan dan posisi dek.

c. Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat


hidraulika,arsitektural, dan biaya konstruksi.

d. Pemilihan elemen-elemen utama struktur atas dan struktur


bawah,terutama tipe pilar dan abutment.

e. Pendetailan struktur atas seperti : sandaran, parapet, penerangan,


dan tipeperkerasan.

f. Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan


berdasarkanpertimbangan struktural dan estetika.

3. Aspek estetika

Dewasa ini jembatan modern di daerah perkotaan didesain


tidak hanyadidasarkan pada struktural dan pemenuhan transportasi
saja, tetapi juga untuk ekonomi dan artistik.Aspek estetika jembatan
di perkotaan merupakan factor yang penting pula dipertimbangkan
dalam perencanaan.

Kesesuaian estetika dan arsitektural akan memberikan nilai


lebih kepada jembatan yang dibangun di tengah-tengah kota.
20

Jembatan pada kota-kota besar di dunia banyak yang mempunyai


nilai estetika yang tinggi disamping kekuatan strukturalnya (Supriyadi
dan Muntohar, 2007).
2.5.5. Layout jembatan

Variabel yang penting, setelah lokasi jembatan ditentukan


adalahmempertimbangkan layout jembatan terhadap topografi
setempat.Perkembangan sistem jalan raya, pada awalnya mempunyai
standar yaitu jalan raya lebih rendah dari jembatan. Biaya investasi
jembatan merupakan proporsi terbesardari total biaya jalan raya.

Konsekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun pada


tempat yang idela untuk memungkinkan bentang jembatan sangat
pendek, fondasi dapat dibuat sehematnya, dan melintasi sungai dengan
layout berbentuk squrelayout (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

Proses perencanaan jembatan akan dihadapkan pada dua sudut


pandang yang berbeda antara seorang ahli jalan dan ahli jembatan
menurut (Troitsky, 1994) dalam (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
Ilustrasi perbedaan \ kepentingan antara seorang ahli jalan dan ahli
jembatan adalah sebagai berikut:

1. Pandangan ahli jembatan

Perlintasan tegak lurus sungai, jurang atau jalan rel lebih sering
dipilih, daripada perlintasan yang membentuk alinemen yang miring.
Penentuan ini didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi.Menurut
(Waddel, 1916) dalam (Supriyadi dan Muntohar, 2007) menyatakan
bahwa struktur yang dibuat pada alinemen miring adalah abominasi
dalam lingkup rekayasa jembatan.

2. Struktur jembatan sederhana


21

Kenyataan untuk struktur jembatan yang relatif sederhana


sering diabaikanterhadap alinemen jalan.Para ahli jalan raya yang
sering menempatkan alinemen sedemikian sehingga struktur
jembatan merupakan bagian penuh dari alinemen rencana jalan
tersebutm, sehingga apabila melalui sungai seringkali kurang
memperhatikan layout secara cermat.

3. Layout jembatan bentang panjang

Struktur bertambahnya tingkat kegunaan jalan dan panjang


bentangmerupakan hal yang cukup penting untuk menentukan
layout.Kasus seperti ini, dalam menentukan bagaimana layout jembatan
yang sesuai perlu diselaraskan oleh kedua ahli tersebut guna menekan
biaya konstruksi.

Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah


sudut yang dibentuk terhadap bidang alinemen.
2.6. Peraturan – Peraturan Perancangan Jembatan

Struktur baja yang ada saat ini, telah berkembang pesat dengan
berbagaiaturan yang berbeda pada tiap negara. Konsep pemikiran dalam
perhitungannya adalah sama tetapi aturan yang terjadi adalah lain, dan itu
tergantung dari Negara yang memakainya.

Menurut Tim Peneliti dan Pengembangan Wahana Komputer, 2003,


struktru baja yang saat ini, telah berkembang pesat dengan berbagai aturan
yang berbeda pada tiap negara. Diantara peraturan perhitungan struktur baja
yang dipakai pada SAP 2000 adalah sebagai berikut :

1. American institute of Steel Construction’s ”Allowable Stress Design andPlastis


Design Spesification for Structural Steel Buildings”, AISC – ASD(AISC, 1989).
22

2. American institute of Steel Construction’s “Load and Resistance FactorDesign


Spesification for Structural Steel Buildings”, AISC – LRFD (AISC,1994).

3. American Assotiation of State Highway ang Transportation Officiall“AASHTO –


LRFD Bridge Design Spesification”, AASHTO – LRFD(AASHTO, 1997).

4. Canada Institute of Steel Construction’s “Limit State Design of


SteelStructures”, CANICSA – s16. 1 – 94 (CISC, 1995).

5. British Standart Institution’s “Structural Use of Steelwork in Building”,BS5950


(BSI, 1990).

6. European Committee for Standarditation’s “Eurocode 3 : Design of


SteelStructures Part 1.1 : General Rules and Rules for Buildings”, ENV 1993 –
1 – 1 (CEN, 1992). (Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer,
2003)

Badan Standarisasi Nasional (2005) mempunyai peraturan –


peraturanyang digunakan di Indonesia, untuk merancang struktur jembatan.
Peraturan yangdigunakan Badan Standarisasi Nasional (2005) dalam
perancangan jembatanadalah sebagai berikut :

1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR, 1987)

2. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI)

3. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (Bridge Management System, 1992)

4. Revisi SNI 03-2833-1992, tentang Perencanaan Ketahanan Gempa


untukJembatan.
23

5. RSNI T-03-2005, tentang Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan.


2.7. Perencanaan Pembebanan

Perencanaaan pembebanan jembatan jalan raya didasarkan pada


pedomanPerencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJR, 1987) dan
BrigdeManagement System 1992.

1. Beban primer

Beben primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan


padasetiap perencanaan jembatan. Beban primer meliputi beban mati, beban
hidup, beban kejut dan gaya akibat tekanan tanah.

2. Beban sekunder

Beban sekunder merupakan beban sementara yang selalu


diperhitungkandalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan
jembatan. Beban sekunder meliputi beban angin, gaya akibat perbedaan
selip, gaya akibat rangka susut, gaya rem, gaya akibat gempa bumi, gaya
gesekan pada tumpuan yang bergerak.

3. Beban khusus

Beban khusus merupakan beban-beban khusus untuk perhitungan


teganganpada perencanaan jembatan. Beban khusus meliputi gaya
sentrifugal, gaya tumbuk pada jembatan layang, gaya dan beban selama
pelaksanaan, dan gaya akibat air.
24

BAB 3
JALAN

3.1 Pengertian Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian


jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;
 Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
 Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;
 Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder.
 Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan.
 Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakansistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
25

Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan


arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
 Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.
 Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
 Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
 Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan
jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
 Jalan Arteri primer melayani angkutan utama yang merupakan tulang
punggung tranasportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang
utama (Pelabuhan Utama dan atau bandar Udara Kelas Utama).
 Jalan Kolektor I adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
ibukota propinsi.
 Jalan Kolektor II adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota
propinsi dengan ibukota kabupaten/kota.
 Jalan Kolektor III adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
ibukota kabupaten/kota.

3.2 Teknik Pembangunan Jalan

1. Penjelasan Umum
Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh
kontraktor pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi langsung konsultan
pengawas dan Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan
26

dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik


umum dan khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak, rencana
kerja & syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari
konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan
keinginan pemilik proyek.

2. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai.


Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan
tersebut, yaitu :
a. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang
Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh
kontraktor pelaksana dengan tujuan pengecekan ulang
pengukuran.Pemasangan patok pengukuran untuk profil memanjang
dipasang pada setiap jarak 25 meter.

b. Survey kelayakan struktural konstruksi perkerasan.


Kelayakan struktural konstruksi perkerasan dilaksanakan dengan
pemeriksaan destruktif yaitu suatu cara pemeriksaan dengan
menggunakan alat Benkelman.

c. Pengadan direksi keet


27

Untuk pengadaan direksi keet ini pihak kontraktor pelaksana


membuatnya disekitar lokasi proyek.Direksi keet ini berfungsi untuk
tempat beristirahat para pekerja dan penyimpanan material serta
peralatan pekerjaan.

d. Penyiapan badan jalan


Pekerjaan ini meliputi pembersihan lokasi, penutupan jalan dan
lainnya.Sehingga pelaksanaan proyek ini berjalan dengan lancar.

3. Pekerjaan Galian dan Timbunan

   
28

Gambar 14 Struktur Pekerjaan Tanah

 Pekerjaan Galian

1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan


tujuan untuk memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai
dengan gambar yang telah direncanakan.

2. Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu


dilakukan pekerjaan clearing dan grubbing yang bertujuan untuk
membersihkan lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan.

3. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan


pengukuran dengan menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila
elevasi tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan
menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi yang
diinginkan.

4. Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan


Vibrator Roller.

5. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan


(ujiDdensity Sand Cone test) di lapangan.

Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :

a. Galian Biasa Commond Excavation)


29

Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk


menghilangkan atau membuang material yang tidak dapat dipakai
sebagai struktur jalan, yang dilakukan menggunakan excavator untuk
memotong bagian ruas jalan sesuai dengan gambar rencana,
sedangkan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump
truck.

b. Galian Batuan / Padas

Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan


batu dengan volume 1 meter kubik atau lebih.Pada pekerjaan galian
batu ini biasa dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara
(pemboran) dan peledekan.

c. Galian Struktur

Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada


segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau
ditunjukkan dalam gambar untuk struktur.Pekerjaan galian ini hanya
terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan.

 Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan


30

Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus


didahului dengan pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya adalah
agar lokasi yang akan dilakerjakan tidak mengandung bahan organik dan
benda-benda yang mengganggu proses pemadatan. Timbunan
dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu dan dilakukan
proses pemadatan.

Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

1. Timbunan Biasa

Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa


digunakan berasal dari hasil galian badan jalan yang telah memenuhi
syarat.

2. Timbunan Pilihan

Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal


dari luar yang biasa disebut borrowpitt.Tanah ini digunakan apabila
nilai CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%.
31

Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan


tanah dasar sebelum melakukan proses penghamparan material
untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan alat berat
seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader.

Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :

1. Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan


menggunakan Dump Truck.

2. Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan


dilaksanakan pekerjaan penimbunan.

3. Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai


ketebalan yang direncanakan. Sebagai panduan operator Grader
dan vibro maka dipasang patok tiap jarak 25 m yang ditandai
sesuai dengan tinggi hamparan.

4. Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang


dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah
sumbu jalan dalm keadaan memanjang, sedangkan pada
tikungan (alinyemen horizontal) harus dimulai pada bagian yang
rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah yang tinggi,
pemadatan tersebut dipadatkan dengan 6 pasing (12 x lintasan)
32

hingga didapatkan tebal padat 20 cm hingga didapat elevasi top


subgrade yang sesuai dengan rencana.

 Pengujian Kepadatan Tanah


Pengujian Sand Cone

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan


dan kadar air dilapangan. Juga bisa sebagai perbandingan pekerjaan
yang akan dilaksanakan dilapangan dengan perencanaan pekerjaan.

Gambar 15 Titik Sampel

 Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah

Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan


tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai :

1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda


ke tanah dasar. Dengan nilai CBR 20% dan Plastisitas indeks (PI) ≤
10%.
33

2. Material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan


lapisan perkerasan diatasnya.

3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.

4. Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.

5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.

6. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar


naik kelapis atas. Tebal rencana lapisan pondasi bawah ini adalah
20 cm.

Lapisan pondasi agregat kelas B yang digunakan dalam


proyek ini memiliki komposisi sebagai berikut :

1. Split 5/7

2. Split 3/5

3. Split 2/3

4. Abu Batu

Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan


pemadatan dari Base B adalah :

 Pengangkutan material base B ke lokasi proyek dengan


menggunakan Dump Truck.
34

 Setelah sampai di lokasi, campuran ditumpuk menjadi lima


sampai enam tumpukan disepanjang lokasi yang telah siap untuk
dihampar base B.

 Penghamparan material base B dilakukan dengan menggunakan


alat motor grader dengan kapasitas 3,6 m. Setelah badan jalan
terbentuk, kemudian dipadatkan dengan alat vibrator roller
dengan kapasitas 16 ton.

 Jika disuatu lokasi ada campuran material yang kurang baik


ikatannya maka dapat ditambahkan abu batu dengan bantuan
tenaga manusia untuk mengikat material tersebut ketika
dipadatkan kebali dengan vibrator roller.

Untuk mengetahui apakah tebal penghamparan base B dan %


kemiringan telah sesuai dengan yang direncanakan maka digunakan
waterpass agar dapat menemukan elevasinya.

 Peralatan

Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas digunakan


alat alat sebagai berikut :

 Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari


tempat pengambilan material, selanjutnya dimasukkan kedalam
dunp truck.

 Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B


ke lokasi pekerjaan.
35

 Motor grader berfungsi untuk memadatkan material base B.

 Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B


setelah penghamparan. 

 Bahan dan Material

Agregat baru pecah kelas B yang sesuai dengan persyaratan


(table agregat base B)

Tabel 1 Gardasi Agregat

Tabel 2 Karakteristik Agregat

 Pengawasan Pekerjaan
36

Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan


pengawas.Hal ini dilakukan untuk menjamin pekerjaan yang
dilakukan oleh kontraktor sebagai pelaksana proyek, apakah sesuai
dengan ketentuan yang terdapat dalam spesifikasi.

Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai


dengan spesifikasi adalah sebagai berikut :

 Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas


B tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari dua kali ukuran
maksimum bahan.

 Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh


lebih dari 20 cm dalam keadaan loose, hal ini dapat
mempengaruhi proses pemadatan sehingga pemadatan yang
dilakukan tidak mencapai keadaan optimal.

 Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak


dapat menggenang akibat permukaan yang tidak rata. Deviasi
maksimum untuk kerataan permukaan adalah 1 cm.

 Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm


dari tebal rencana.

 Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk


pemadatan yaitu kurang dari 1% atau lebih dari 3% pada kadar
air optimum, diperbaiki dengan cara menggali dan mengganti
dengan bahan yang memenuhi syarat kadar air tersebut.
37

BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas mengenai metode pelaksanaan


konstruksi Jembatan didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan struktur metode pelaksanaan jembatan terdiri dari metode


pelaksanaan Jembatan Beton dan metode pelaksanaan Jembatan Rangka.

2. Metode pelaksanaan Jembatan Beton dibedakan menjadi 2 yaitu Cast insitu


dan Precast segmental.

Metode Cast insitu terdiri dari :

a. MSS (Movable Scaffolding System)

b. ILM (Increamental Launching Method)

c. Balanced Cantilever dengan FormTraveller

d. Cable Stayed dengan FormTraveller Metode Precast Segmental terdiri


dari :

a. Balanced Cantilever Erection With Launching Gantry


38

b. Balanced Cantilever Erection With Lifting Frames

c. Span by Span Erection With Launching Gantry

d. Balanced Cantilever Erection With Cranes

e. Precast Beam

3. Metode pelaksanaan Jembatan Rangka ada 2 yaitu metode Temporary


support

dan metode Cantilever.

4. Metode Temporary support terdiri dari Full temporary support dan Semi
temporary support. Sedangkan metode Cantilever terdiri dari Full cantilever
dan Semi cantilever.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian


jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;
 Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
 Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;
 Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder.
39

 Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan.
 Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakansistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

4.2. Saran

1. Setiap pembangunan Jembatan harus menggunakan metode pelaksanaan


yang tepat dan sesuai dengan standar yang berlaku.

2. Setiap pemilihan metode pelaksanaan harus disesuikan dengan kondisialam


dilokasi pembangunan.

3. Keselaman kerja menjadi hal penting dalam pemilihan metode konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Desember 2005;
40

2. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System,


Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
3. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Kazuto Nakazawa dkk, PT Pradnya
Paramita, Th 2000;
4. Foundation Design and Construction, MJ Tomlinson, Fourth Edition, the Pitman
Press London, 1983;
5. Principles of Foundation Engineering, Braja M.Das, PWS Publishing Company
Boston, Second Edition, 1990;
6. Bahan Publikasi, PC Pile, PT. Wijaya Karya Beton;
7. Ground Anchors and Anchored Systems, Geotechnical Engineering Circular No.4,
Publication FHWA, June 1999;
8. Load Cell Test Pada Pondasi Bored Pile Jembatan Suramadu, SKS Pembinaan
Teknik Pembangunan Jembatan Suramadu Core Team-Manajemen Konstruksi
Tahap II;
9. Test Daya Dukung Tiang Pancang Dengan Metode Beban Dinamis (DLT), Pile
Foundation Diagnostic Services;
10. Modul Pelatihan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan, Pembinaan
Manajemen Kebinamargaan , Direktorat Jenderal Bina Marga, May 2006;
11. Modul Pelaksanaan Konstruksi Jembatan, Jafung Teknik Jalan dan Jembatan
Pusat Pendidikan dan Latihan Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 2006.

Anda mungkin juga menyukai