MODUL
STEBC – 04 : JADWAL PELAKSANAAN
PEKERJAAN JEMBATAN
2006
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
STEBC-04: Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi
materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam
rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
TUJUAN PELATIHAN :
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN
(Structure Engineer of Bridge Construction)
DAFTAR MODUL
Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan
Jabatan Kerja :
(Structure Engineer of Bridge Construction/STEBC)
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 STEBC – 01 UUJK, K3 dan Pemantauan Lingkungan
2 STEBC – 02 Survey Lapangan Pekerjaan Jembatan
A. BATASAN
Waktu = 10 menit
Waktu = 90 menit
3. Ceramah Bab III Urutan Mengikuti ceramah dengan tekun dan OHT
Pelaksanaan Pekerjaan memperhatikan hal-hal penting yang
Pembagian Pekerjaan perlu di catat
Urutan Pelaksanaan Pekerjaan Mengajukan pertanyaan apabila
Berdasarkan Ketergantungan kurang jelas atau sangat berbeda
Jenis Pekerjaan dengan fakta dilapangan dan atau
Alur Penggunaan Peralatan dan pengalaman
Tenaga Kerja
Waktu = 90 menit
Waktu = 80 menit
STEBC-04: Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I : Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Modul ini disusun dalam rangka membekali peserta pelatihan dalam mengenali
prinsip-prinsip penyiapan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan. Penyiapan
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan tersebut perlu dibuat sesuai dengan
metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam upaya memenuhi Spesifikasi
Teknis yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan metode pelaksanaan pekerjaan jembatan, ada 5 (lima) hal yang
harus dipersiapkan yaitu metode kerja pelaksanaan pondasi, metode kerja
pelaksanaan bangunan bawah, metode kerja pelaksanaan bangunan atas, metode
kerja pelaksanaan jalan pendekat dan metode kerja pelaksanaan bangunan
pelengkap dan pengaman jembatan.
Berikutnya, kebutuhan alat, kebutuhan material, dan kebutuhan tenaga kerja juga
merupakan substansi-substansi yang juga harus dijadikan pertimbangan dalam
penyiapan jadwal pelaksanaan pekerjaan jembatan.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Berikut ini diuraikan dalam garis besar prinsip-prinsip metode pelaksanaan untuk
masing-masing jenis pondasi tersebut di atas:
D Di
TepT
ii na
ibadi
n
swana
a. Menentukan
ih posisi telapak abutment / tepi atas dinding sumuran
gh
Bdin
b. Melaksanakan
s
edin penurunan dinding sumuran
tguk
c. Mengisi
osume sumuran dengan beton K-175 dan K-250 dan
nmu r
ur
d. Menyiapkan
a
ran
a
telapak abutment
Kdile
s
n
-tak
1kan
y
Pelatihan Structure
71
a
Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-1
5me
n
ter
dig
te
ba
wa
la
h
h
tan
te
ah
rp
ker
asas
a
n
g
di
isi
B
et
o
K-
2
5
0
se
ti
n
2.1.1.1 Menentukan
g Posisi Telapak Abutment / Tepi Atas Dinding Sumuran
gi
Untuk dapat
1 menentukan posisi telapak abutment/tepi atas dinding sumuran
m
terlebih dahulu
et harus dibuat patok-patok pengukuran untuk dijadikan titik-titik
referensi er(titik-titik kontrol pengukuran) dalam memandu posisi dasar abutment
di
sesuai dengan
at gambar rencana maupun gambar kerja.
as
b
Pelaksanaan
et pekerjaan jembatan membutuhkan pelaksanaan seluruh elemen-
o
elemennya n
pada posisi yang benar. Untuk memindahkan suatu Gambar Rencana
dari atas sikertas ke suatu bangunan di lapangan, maka dibutuhkan :
kl
Sejumlaho titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem
p
koordinat
K- yang tetap.
1
Perencanaan konstruksi yang harus dikaitkan pada sistem koordinat yang
7
sama. 5
Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah
proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan konstruksi.
Jarak antara titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan tetapi
bebas dari area kegiatan, dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya
pergeseran posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari
peralatan. Untuk itu letak titik-titik kontrol tersebut harus selalu dicek secara
teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat terjadi pada dasar tanah, pada
timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu
sendiri, seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban.
Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah
pengecoran, atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton
telah mencapai 70 persen dari kuat tekan beton rancangan dalam 28 hari.
Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton
tersebut mengeras paling sedikit 14 hari setelah pengecoran, atau sampai
pengujian menunjukkan kuat tekan mencapai 85 persen dari kuat tekan
rancangan dalam 28 hari.
1) Pengisian Sumuran
Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di
bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton
K250, atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.
2) Beton Siklop
Pengecoran beton siklop terdiri dari campuran beton kelas K175 dengan
batu-batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati, tidak
boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan
yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan
lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi
sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga
dari total volume pekerjaan beton siklop.
Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu
menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses
penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran
selesai dikerjakan.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mem-
punyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
2) Pengendalian Keselamatan
Dalam melaksanakan pembuatan pondasi sumuran, standar keselamatan yang
tinggi harus digunakan untuk para pekerja dengan ketat mematuhi undang-
undang dan peraturan yang berkaitan.
1) Pemancangan tiang pancang dimulai dari titik pancang yang terletak paling
dekat dengan sungai.
a). Umum
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau
mandrel dan kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi
tempa atau besi non-magnetik sebagaimana yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang
harus mempunyai sumbu yang sama dan harus terletak dengan tepat
satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang miring
harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi
yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan
dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari Direksi
Pekerjaan atau wakilnya.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau
diesel. Untuk tiang pancang beton, umumnya digunakan jenis uap atau
diesel. Berat palu pada jenis gravi-tasi sebaiknya tidak kurang dari
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak
boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang beserta topi
pancangnya, dan minimum 2 ton untuk tiang pancang beton. Untuk
tiang pancang baja, berat palu harus dua kali berat tiang beserta topi
pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis
gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan
tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15
cm dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan
sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang
disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor. Enerji total alat pancang
tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan, kecuali untuk tiang
pancang beton sebagaimana disyaratkan di bawah ini.
Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang
pancang beton harus mempunyai enerji per pukulan, untuk setiap
gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari 635 kgm untuk setiap
meter kubik beton tiang pancang tersebut.
Berikut ini adalah pemasangan abutment (beton) setelah pondasi (sumuran atau
tiang pancang) terpasang dan baja tulangan sudah disiapkan pada posisi minimal
40 kali diameter tulangan untuk disiapkan menjadi bagian dari pembesian
abutment sebelum beton untuk abutment dicor.
Pembuatan abutment
Pembesian untuk
backwall sementara Pengecoran abutment beton
ditekuk dulu karena
pengecorannya masih
bertulang;
menunggu selesainya Back wall belum dicor, agar
pemasangan tidak menghalang-halangi
bangunan atas pemasangan bangunan atas.
Muka
air
sungai
a) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton
dapat dicor di dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup
kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam.
b) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus
sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
2) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk
dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara
manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas
harus dibuang sebelum pengecoran beton.
b) Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan.
3) Pengecoran
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan
bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran,
atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan
tambah (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang
disetujui oleh Direksi.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan
sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah
pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-
lapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton,
tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan
dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan
metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis
yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama
pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik
sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton
dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar
tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke
titik lain di dalam cetakan.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000
putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5
cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton
basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
keda-laman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik
pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm
jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30
detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi
lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel
tersebut di bawah :
Tabel 2.1: Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam
Jika untuk bangunan atas jembatan dipilih rangka baja, maka pekerjaan
pemasangan jembatan rangka baja tersebut secara prinsip mengikuti urutan
pelaksanaan berdasarkan metode kerja pelaksanaan tersebut di bawah. Ada 2
(dua) metode pemasangan sebagai berikut :
Catatan :
Merupakan metode peluncuran kantilever dengan rol.
Jembatan rangka dirakit dari satu sisi sungai kemudian diluncurkan pada
posisinya dengan menggunakan bentang pemberat dan peralatan khusus
untuk meluncurkan jembatan.
Kemudian diturunkan ke perletakan dengan dongkrak.
Tidak diperlukan perancah yang melintasi sungai.
Ketinggian dari rangka baja jembatan pada saat peluncuran dikaitkan
dengan ketinggian akhir lantai jembatan, dan diusahakan agar posisi balok
peluncur lebih tinggi dari abutment.
Metode ini dapat digunakan untuk bentang tunggal atau bentang pertama
dari bentang banyak.
Catatan
Merupakan sistem perakitan rangka baja secara bertahap, komponen per
komponen.
Dimulai dari abutment hingga posisi akhir (bisa abutment, bisa pilar tergantung
span) dengan cara :
Menambahkan dan memasang masing-masing komponen pada sebagian
bentang yang telah terpasang sebelumnya sehingga membentuk kantilever
berikutnya sampai posisi akhir.
Cara pemasangan sistem cantilever ini :
Membutuhkan bentang pemberat (anchor span) dan rangka penghubung
(link set).
PELAKSANAAN
1) Umum
2) Pekerjaan Sipil
Pekerjaan sipil untuk abutment dan pier yang mungkin terbuat dari kayu,
pasangan batu atau beton sesuai dengan Gambar atau yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan Seksi yang
berkaitan dengan Spesifikasi ini atau spesifikasi lainnya yang diterbitkan
oleh Direksi Pekerjaan. Semua pekerjaan sipil harus selesai di tempat dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum operasi perakitan dimulai.
Komponen baja harus dirakit dengan akurat sesuai dengan tanda yang
ditunjukkan pada gambar kerja pabrik pembuat jembatan dan sesuai
dengan prosedur urutan pemasangan yang benar yang dirinci dalam
prosedur pemasangan. Selama perakitan bahan-bahan harus ditangani
dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak terdapat bagian yang
melengkung, retak atau kerusakan lainnya. Pemaluan yang dapat melukai
atau menyebabkan distorsi terhadap elemen-elemen tidak diijinkan.
6) Prosedur Pemasangan
1) Penerimaan Unit-unit
Semua baut yang tertanam dan lubang untuk tulangan melintang, dan
sebagainya harus diluruskan dengan hati-hati selama pemasangan unit-unit
tersebut. Batang baja harus dipasang pada lubang untuk tulangan melintang
sewaktu perakitan berlangsung, agar dapat menjamin penempatan lubang
dengan tepat.
2) Penghamparan Timbunan
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous,
harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak
tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan
suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan
memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit
ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
3) Pemadatan Timbunan
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung
batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu
pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus
dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang
disyaratkan.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas
alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur
yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan
pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f) Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase
beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa
agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir
sama.
BAB III
URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Berikut ini diuraikan dalam garis besar prinsip-prinsip metode pelaksanaan untuk
masing-masing pembagian pekerjaan tersebut di atas:
Pekerjaan jembatan
Pekerjaan pondasi
Pekerjaan pondasi langsung
Pekerjaan pondasi tiang pancang
Pekerjaan pondasi tiang pancang baja
Pekerjaan pondasi tiang pancang beton tulang
Pekerjaan pondasi tiang pancang beton pratekan
Pekerjaan pondasi tiang bor
Pekerjaan pondasi sumuran
Pekerjaan beton siklop K-175
Pekerjaan beton K-250
Pekerjaan bangunan bawah
Pekerjaan beton bertulang
Sebagai pedoman umum, berikut ini diberikan tabel yang menunjukkan daftar
jenis peralatan yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan utama
dalam pelaksanaan jembatan :
1. Pondasi langsung
1. 1. Pekerjaan Galian
(Pilihan, tergantung kondisi lapangan)
Galian biasa 1). Excavator
2). Dump Truck
Galian cadas 1). Compressor
2). Jack hammer
3). Wheel loader
4). Dump truck
Galian struktur 1). Excavator
2). Bulldozer
1. 2. Pekerjaan Timbunan
(Pilihan, tergantung kondisi lapangan)
Urugan biasa 1). Wheel Loader
2). Dump Truck
3). Motor Grader
4). Vibro Roller
5). Water Tanker
Urugan pilihan 1). Wheel Loader
2). Dump Truck
3). Motor Grader
4). Vibro Roller
5). Water Tanker
4. Pondasi Sumuran
1. 2. Pekerjaan Timbunan
(Pilihan, tergantung kondisi lapangan)
Urugan biasa 1). Wheel Loader
2). Dump Truck
3). Motor Grader
4). Vibro Roller
5). Water Tanker
Urugan pilihan 1). Wheel Loader
2). Dump Truck
3). Motor Grader
4). Vibro Roller
5). Water Tanker
Jenis dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan, baik tenaga ahli maupun
tenaga terampil, akan tergantung pada jenis pekerjaan, volume pekerjaan, jadwal
pelaksanaan pekerjaan, lokasi pekerjaan, jenis-jenis peralatan yang digunakan,
serta jumlah peralatan yang disediakan. Pembagian pekerjaan dengan demikian
akan tergantung pada kemampuan dan ketersediaan tenaga kerja serta peralatan
yang tersedia.
Pekerjaan ini mencakup dari pemasangan struktur jembatan rangka baja hasil
rancangan patent, seperti jembatan rangka (truss) baja, gelagar komposit,
Bailey atau sistem rancangan lainnya, di atas bangunan bawah yang telah
dipersiapkan di tempat yang telah dirancang sesuai Gambar Rencana.
Pekerjaan pemasangan akan mencakup sebagaimana yang diperlukan,
penanganan, pemeriksaan, identifikasi dan penyimpanan semua bahan pokok
lepas, pemasangan perletakan, pra-perakitan, peluncuran dan penempatan
posisi akhir struktur jembatan, pencocokan komponen lantai jembatan (deck)
dan operasi lainnya yang diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan
rangka baja sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknis.
Setelah gelegar induk terpasang (jembatan rangka baja, gelagar komposit,
Bailey atau sistem rancangan lainnya), pekerjaan selanjutnya adalah
pemasangan lantai jembatan. Kecuali untuk jembatan-jembatan semi
permanen, pada umumnya pelat lantai jembatan (dan trotoir) dibuat dari bahan
beton bertulang dengan mutu beton K-350. Mutu beton yang dibuat harus
sesuai dengan yang ada dalam Gambar Rencana.
Untuk menyelesaikan pekerjaan bangunan atas jembatan, pekerjaan
selanjutnya yang harus dilakukan adalah pemasangan sandaran jembatan,
pengaspalan lantai kendaraan dan expansion joint.
Jika bangunan atas jembatan telah diselesaikan, pekerjaan berikutnya yang
harus dilaksanakan adalah pengecoran backwall dan penyelesaian oprit
jembatan.
3.2.4 Pembuatan oprit jembatan
Cakupan dari pekerjaan ini antara lain adalah pembuatan bronjong, pemancangan
turap baja, pemasangan fender untuk pengamanan pilar jembatan. Pembuatan
bangunan pelengkap dan pengaman jembatan ini dilaksanakan pada urutan
terakhir setelah pekerjaan-pekerjaan pondasi, bangunan bawah, bangunan atas
dan oprit jembatan selesai dilaksanakan.
Berikut ini diberikan bagan alir penggunaan peralatan dan tenaga kerja :
STEBC-04: Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III : Urutan Pelaksanaan Pekerjaan
STRUCTURE ENGINEER OF ASISTEN PENYIAPAN ASISTEN SURVEY LAP DAN ASISTEN PELAKSANA ASISTEN K3 DAN
BRIDGE CONSTRUCTION SUMBER DAYA UJI TANAH/ MATERIAL STRUKTUR JEMBATAN PEMANTAUAN
KEPALA URUSAN MEKANIK/ OPERATOR MANDOR
LINGKUNGAN
Menerbitkan Surat Menerima
Penugasan tentang penugasan dari
penyiapan rencana Structure Eng of
kebutuhan peralatan Bridge
dan tenaga kerja Construction
Menyiapkan Surat Menerima Surat
Permintaan Permintaan
Masukan untuk Masukan untuk
perhitungan perhitungan
kebutuhan kebutuhan
peralatan dan peralatan dan
tenaga kerja tenaga kerja
Menerima bahan Menyiapkan dan
masukan berkaitan mengirimkan
dengan kebutuhan bahan masukan
peralatan dan tentang kebutuhan
tenaga kerja peralatan dan
tenaga kerja
Menyiapkan
laporan tentang
Menerima dan
7. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto Nakazawa –