Anda di halaman 1dari 41

“OM SWASTYASTU”

PERENCANAAN STRUKTUR
BAJA
DAN KONSEP PEMBEBANAN
Dosen Pengampu : I Wayan Aryana Basoka,
S.T.,M.Eng.
PERENCANAAN STRUKTUR BAJA
DAN KONSEP PEMBEBANAN
OLEH :

1. Yordan Tubagus Dewa Randja (1761121001/C1)


2. Kadek Widiarsana (1761121018/C1)
3. Ni Luh Ani Dian Paramita Sari (1761121035/C1)
4. Kadek Dwi Pranata (1761121103/C3)
POKOK BAHASAN

BENCANAN
KONSEP
PENDAHULUAN DAN REKAYASA
PEMBEBANAN
STRUKTUR
PENDAHULUAN
Perencanaan struktur dapat
PENGERTIAN didefinisikan sebagai campuran
PERENCANAAN STRUKTUR antara seni dan ilmu
Pengertia pengetahuan yang
dikombinasikan dengan intuisi
n seorang ahli struktur mengenai
Perencana prilaku struktur dengan dasar
dasar pengetahuan dalam
an statika, dinamika, mekanika
bahan,dan analisa struktur,
Struktur untuk menghasilkan suatu
struktur yang ekonomis, dan
aman, selama masa
layanannya.
TUJUAN DARI
Tujuan dari perencanaan
PERENCANAAN BAJA
struktur menurut Spesifikasi
TUJUAN untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural (SNI 1729:2015)
DARI adalah menghasilkan suatu
struktur yang stabil, kuat,
PERENCAN mampu
memenuhi
layan, awet, dan
tujuan-tujuan
AAN BAJA lainnya seperti ekonomi dan
kemudahan pelaksanaan.
Kriteria yang umum untuk
perencanaan struktur bisa
berupa :
1. Biaya minimum
PRINSIP- 2. Berat minimum
3. Waktu konstruksi yang
PRINSIP minimum
4. Tenaga kerja minimum.
PERENCANA 5. Biaya produksi minimum
AN bagi si pemilik gedung.
6. Effisiensi operasi maksimum
bagi si pemilik.
7. dll
PROSEDUR
PERENCANAAN

Perencanaan
Fungsional Perencanaan
Kerangka
Struktural
Perencanaan fungsional adalah
perencanaan untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki seperti :
1. Menyediakan ruang kerja dan jarak
yang memadai.
2. Menyediakan ventilasi dan/atau
pendingin ruangan.
3. Fasilitas transportasi yang memadai,
seperti elevator, tangga, dan keran
atau peralatan pengangkat bahan.
4. Penerangan yang cukup.
5. Menyajikan bentuk arsitektur yang
menarik.
Perencanaan kerangka struktur adalah
pemilihan tata letak dan ukuran elemen
struktur sehingga beban kerja (service load)
dapat dipikul dengan aman. Garis besar
prosedur perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Perancangan. Penetapan fungsi yang harus
dipenuhi oleh struktur.
2. Konfigurasi struktur prarencana. Penataan letak
elemen agar sesuai dengan fungsi dalam
langkah 1.
3. Penentuan beban yang harus dipikul.
4. Pemilihan batang prarencana.
5. Analisa struktur untuk menentukan aman atau
tidaknya batang yang dipilih.
6. Melakukan evaluasi hasil rancangan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
diatas.
7. Apabila hasil evaluasi menunjukkan belum
tercapainya kriteria yang telah ditetapkan, maka
harus dilakukan perancangan ulang (langkah 1
s/d 6).
FILOSOFI
DESAIN
STRUKTUR
BAJA
Strong Column Waek Beam adalah
filosofi dasar yang harus selalu
diimplementasikan setiap kali melakukan
perencanaan struktur.
Konsep Perencanaan Desain Kolom
Kuat Balok Lemah atau yang kebih
dikenal dengan istilah strong column
weak beam concept adalah salah satu
cara inovasi desain struktur dengan cara
membuat sistem struktur yang fleksible
yang mampu berdeformasi saat terjadi
gempa (memiliki daktilitas yang tinggi)
BANGUNAN
STRUKTUR
RANGKA
BAJA
BENCANAN DAN
REKAYASA
STRUKTUR
Sifat tak
terduga
Bencana
Yang namanya bencana, resiko kejadian di luar
rencana yang merugikan, bisa – bisa tidak terduga
bentuknya. Misalnya peristiwa jembatan baja
Eggner Ferry di atas danau Tennessee, Kentucky,
AS, ternyata runtuh karena tersangkut oleh kapal.
Bentuk kerusakan jembatan seperti itu, tentu
tidak terbayangkan sebelumnya oleh perencana,
dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi relative telah mapan. Tetapi peristiwa
tersebut manjadi pertanda bahwa pada dasarnya
tidak ada jaminan bahwa resiko bencana akan
ifat Tak Terduga Bencana
Tidak itu saja, bencana alam juga
nyata tidak menjadi berkurang
peristiwa di kota Moore, Okhlama,
diterjang angin tornado dengan
kecepatan mancapai 320 km/jam.
Suatu kecepatan angin yang tidak
terbayangkan di Indonesia.

Jadi dapat di pahami bahwa sifat


bencana pada dasarnya adalah tidak
terduga, bentuknya bahkan banyak
yang tidak terpikirkan sebelumnya. Jika
dapat di duga sebelumnya, dan masih
saja terjadi itu berarti kelelaian atau
Insinyur,
Sifat bencana yang tak terduga, kadang
Code dan
disepelekan sebelum ada, sehingga lalai dan
Bencana
terabaikan untuk dipikirkan.
Tugas insinyur, untuk memilih solusi teoritis
paling tepat atau optimal untuk suatu kasus
bencana yang akan terjadi. Untuk
menyelesaikan sebuah kasus diperlukan trial
and error.
Aturan khusus atau code yang biasanya dipakai
acuan oleh para insinyur biasanya dibuat oleh
asosiasi profesi. Jadi fungsi code lebih
menekankan kepada bagaimana dapat
dihasilkan suatu standar minimum, sehingga
diharapkan bangunan yang direncanakan akan
Code/Aturan
Code adalah petunjuk penting jaring
Perencanaan
pengaman untuk memastikan apa –
Struktur Baja
apa yang perlu disiapkan dan harus
dikerjakan oleh insinyur dengan
bangunan rancanganya.
Code atau standar desain, untuk
struktur baja di Indonesia adalah
mengadopsi penuh code amerika,
yang dikeluarkan oleh asosiasi
profesinya. American society of civil
engineers (ASCE) dan American
Institute of Steel Construction (AISC).
Selanjutnya code atau desain standar
desain Indonesia biasa disebut
sebagai SNI dan kode nomer serta
tahun keluarnya.
Code asli dan versi adopsi untuk perancangan struktur baja di
Indonesia, diperinci sebagai berikut.
a. ASCE.(2010). Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures
(ASCE/SEI 7-10), American Society of Civil Engineers, Virginia, 291 halaman.
Code atau standar desain ini penting bagi insinyur teknik sipil. Isinya mencakup
beban rencana pada perencanaan struktur, termasuk factor beban dan
kombinasi untuk mendapatkan kondisi batas (ultimate).
b. AISC.(2010a). Specification for Structural Steel Buildings (ANSI/AISC 360-10),
America Institute of Steel Construction, Chicago, Illnois, 612 halaman.Code ini
mampu berkinerji optimal pada kondisi beban kerja rencana. Syarat yang
diperlukan adalah kuat (strength) dan kaku (stiffness), adapun persyaratan
daktail (ductility) masih terbatas local secara setempat saja.
c. AISC. (2010b). Seismic Provisions for Structural Steel Buildings (ANSI/AISC 341-
10), America Institute of Steel Construction, Chicago, Illnois, 402 halaman. Isinya
menyakut ketentuan khusus, perencanaan dan pelaksanaan struktur baja atau
struktur komposit baja / beton bertulang pada system bangunan tahan gempa.
 d. AISC.(2011). Prequalified Connections for Special and Intermediate Steel
Moment Frames for Seismic Applications – Including Supplement. Chicago, 178
halaman. Code ini berisi cara perencanaan dan detail pelaksanaan pembuatan
tujuh (7) tipe sambungan momen khusus, yang kinerjanya telah dibuktikan
berdasarkan hasil uji empiris di laboratorium.
e. ACI.(2011). Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318M-11)
and Commentary, American Concrete Institute. Farmington Hills. Sekitar 500
halaman. Isinya berupa ketentuan umum tentang perancanaan struktur beton.
f. AASHTO. (2005). AASHTO LRFD Bridge Design Specifications – SI Units, 3rd Ed.
America Association of State Highway and Transportation Officials, Washington.
1436 halaman. Isinya berupa untuk menetapkan kondisi beban rencana pada
perencanaan baut mutu tinggi dengan mekanisme slip-kritis dan mekanisme
tumpu.
g. BSN. (2013a). beban minimum untuk perancangan bagunan gedung dan struktur lain
(SNI 1727:2013), Badan Standarisai Nasional, Jakarta. 196 halaman. Merupakan adopsi
sebagaian dari ASCE/SEI 7-10, yaitu beban tetap dan angin. Beban gempa
diterjemahkan pada buku tersendiri.
h. BSN. (2013b). Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung (SNI 1726:2012), Badan Standarisai
Nasional, Jakarta. 149 halaman.Ini terjemahan dari ASCE/SEI 7-10 tetapi
khusus beban gempa. Isinya telah disesuaikan untuk penggunaan wilayah di
Indonesia
i. BSN. (2015). Spesifikasi untuk bangunan gedung baja structural (SNI
1729:2015), Badan Standardisasi Nasional. 289 halaman. Buku teks yang
dibaca ini ditulis mengacu pada sumber yang sama (AISC 2010) sehingga
dapat dijadikan pembanding untuk memahami lebih dalam SNI 1729:2015
tersebut.
j. BSN.(-). Ketentuan desain tahan gempa untuk struktur gedung baja (RSNI2),
Badan Standardisasi Nasional. 161 halaman. Isi RSNI2 pada dasarnya adalah
adopsi penuh ANSI/AISC 341-10
KONSEP
PEMBEBANAN
KONSEP PEMBEBANAN

Dalam menjalankan fungsinya, setiap


struktur akan menerima pengaruh dari
luar yang perlu dipikul. selain pengaruh
dari luar, sistem struktur yang terbuat dari
material bermassa, juga akan memikul
beratnya sendiri akibat pengaruh
gravitasi.
Beban Hidup (Live Load)

Semua beban yang terjadi akibat


penghunian atau penggunaan
suatu gedung, termasuk beban-
beban pada lantai yang berasal
dari barang-barang yang dapat
berpindah-pindah, peralatan yang
merupakan bagian dari gedung
dan dapat diganti posisi, sehingga
mengakibatkan perubahan dalam
pembebanan pada gedung.
Hunian atau Penggunaan Merata (Kn/m2) Terpusat (kN)
Apartemen (lihat rumah tinggal)    
Sistem lantai akses    
Ruang kantor
Ruang komputer
2.40
4.79
8.9
8.9 Tabel beban hidup
Gedung persenjataan dan ruang latihan
Ruang siding dan teater
7.18
 
 
  minimum (ASCE
Kursi tetap (terpasang mati di lantai) 2.87
Lobi
Kursi jenis dapat dipindahkan
4.79
4.79
2010)
Panggung siding 4.79
Lantai podium 7.18
Rumah sakit    
Ruang operasi, laboratorium 2.87 4.45
Ruang pasien 1.92 4.45
Koridor diatas lantai pertama 3.83 4.45
Hotel (lihat rumah tinggal)    
Perpustakaan    
Ruang baca 2.87 4.45
Ruang penyimpanan 7.18 4.45
Koridor diatas lantai pertama 3.83 4.45
Pabrik (manufaktur)    
Ringan 6.00 8.90
Berat 11.97 13.40
Gedung perkantoran    
Ruang penyimpanan berkas – sesuai kebutuhan Beban aktual  
Lobi dan koridor lantai pertama 4.79 8.90
Ruang kantor 2.40 8.90
Koridor diatas lantai pertama 3.83 8.90
Rumah tinggal    
Hunian (satu dan dua keluarga)  
Loteng tidak dapat didiami tanpa gudang 0.48
Loteng tidak dapat didiami dengan gudang 0.96
Loteng dapat didiami dengan ruang tidur 1.44
Semua ruang kecuali tangga dan balkon 1.92
Hunian rumah tinggal yang lain  
Ruang pribadi dan koridornya 1.92
Ruang public dan koridornya 4.79

Sekolah    
Ruang kelas 1.92 4.45
Koridor diatas lantai satu 3.83 4.45
Kntor lantai satu 4.49 4.45
Pinggir jalan untuk pejalan kaki, jalan lintas kendaraan, dan lahan/jalan 11.97 35.6
untuk truk-truk
b. Beban Mati (Dead
Load)]
Merupakan berat dari semua
unsur atau bagian gedung yang
bersifat tetap dan segala unsur
tambahan, serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari gedung.
 Elemen Struktur yakni bagian yang
menghasilkan kekuatan dan
Beban kekakuan dari bangunan. Jadi jika
Mati hilang berarti risiko rencana akan
besar
Eleme  Non Struktur yakni berlawanan
dengan elemen struktur yaitu tidak
n menyumbang sedikitpun kekuatan
strukt atau kekakuan bangunan.
Cenderung sebagai beban saja.
ur Jika bagian Non Struktur dapat
Non dikurangi, maka kapasitas
Strukt bangunan dalam memikul beban
dapat ditingkatkan lagi
ur
Tabel 2 : Berat Sendiri Bahan
Bangunan dan Komponen Gedung
c. Beban Hujan (Rain Load)

Menurut SNI 1729-2015 pembebanan air hujan pada atap


gedung dihitung sebagai berikut:

RL = 0,0098 . (ds + dh)

Keterangan :
R : beban air hujan pada atap yang tidak melendut
(kN/m2 )
ds : kedalaman air pada atap yang tidak melendut
meningkat ke lubang masuk sistem drainase sekunder
apabila sistem drainase primer tertutup (mm).
dh : tambahan kedalaman air pada atap yang tidak
melendut diatas lubang masuk sistem drainase sekunder
d. Beban Angin (Wind Load)
Beban Angin, adalah beban yang bekerja pada struktur akibat
tekanan-tekanan dari gerakan angin. Beban angin sangat tergantung
dari lokasi dan ketinggian dari struktur. Besarnya tekanan tiup harus
diambil minimum sebesar 25 kg/m2 ,kecuali untuk bangunan-
bangunan berikut:
 Tekanan tiup di tepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil
minimum 40 kg/m2
 Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan
tiupnya lebih dari 40 kg/m2 , harus diambil sebesar :
  =)

dengan V adalah kecepatan an gin dalam m/s


 Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan
dengan rumus (42,5 + 0,6h), dengan h adalah tinggi eerobong
seluruhnya dalam meter
 
Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan di atas harus dikalikan
dengan suatu koefisien angin, untuk rnendapatkan gaya resultan yang
bekerja pada hiding kontak tersebut.
ARAH ANGIN
PADA GEDUNG
e. Beban Gempa (Earthquake
Load)
Beban gempa adalah beban
statik ekuivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang
menirukan pengaruh dari gerakan
tanah akibat gempa itu. Dalam hal
pengaruh gempa pada struktur
ditentukan berdasarkan suatu
Dalam perhitungan beban
gempa, dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
1. Metode statik ekuivalen
Statik ekivalen merupakan Apabila gedung memiliki
salah satu metode struktur yang tidak
menganalisis struktur beraturan maka selain
gedung terhadap dilakukan analisis statik
pembebanan gempa ekivalen juga diperlukan
dengan menggunakan analisis lebih lanjut, yaitu
beban gempa nominal analisis respon dinamik
statik ekivalen. Analisis
statik ekivalen cukup dapat
dilakukan pada gedung
yang memiliki struktur
2. Respon Spektrum

Desain Respons spektrum Spektrum elastik adalah


adalah suatu spektrum suatu spektrum respons
yang disajikan dalam spektrum yang didasarkan
bentuk grafik/plot antara atas respon elastik suatu
periode getar struktur, struktur, sedangkan
dengan respon-respon spektrum inelastik (juga
maksimum berdasarkan disebut desain respons
rasio redaman dan gempa spektrum) adalah respon
tertentu. spektrum yang discale
Terdapat dua macam down dari spektrum elastik
respons spektrum yang ada dengan nilai daktilitas
yaitu respons spektrum tertentu.
elastik dan respons
KOMBINASI
PEMBEBANA
N
Berdasarkan peraturan yang berlaku pada SNI 1729-2015 tentang
Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain,
digunakan kombinasi dasar pembebanan metode desain kekuatan
Keterangan :
sebagai berikut :
D = beban mati
1). 1,4 D.
2). 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau H). E = beban
3). 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W).
gempa
4). 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau R).
L = beban hidup
5). 1,2 D ± 1,0 E + L
6). 0.9 D + 1.0 W Lr = beban

7). 0,9 D ± 1.0E hidup atap

R = beban
hujan
Kondisi Batas Faktor SNI 1729 : FAKTOR TAHANAN
Ketahana 2015
Tarik : leleh Tarik n
0.90 D2
leleh Tarik
Tarik : putus Tarik 0.90
0.75 D2
Tarik : putus Tarik
Tekan 0.75
0.90 E1
Tekan 0.90 E1
F1
Balok : lentur 0.90
  F1
 
Balok : geser    
- WF gilas panas  
1.00 G1 
dengan h/tw 2.24 1.00
0.90 G1
- Lainnya 0.90 G1
Las
Las 0.75
0.75 J3
J3
Sambungan
Sambungan :: tarik,
tarik, 0.75
0.75 J3.6,
J3.6, J3.7
J3.7
geser,
geser, dan
dan
kombinasi
kombinasi geser
geser
dan
dan tarik
tarik
CONTOH SOAL

Suatu struktur balok dari baja profil WF 450.300.11.18 dengan


panjang balok adalah sebesar 5,5 m (as ke as). Beban mati balok
sebesar 3,5 kg/ m2 dan beban hidup 4 kg/m2. Hitunglah beban
terfaktor yang harus dipikul oleh balok tersebut sesuai kombinasi
LRFD (SNI 03- 1729-2015)!
JAWAB:
Tiap baja harus memikul berat sendiri ditambah beban dari balok
selebar 2,5 m.
D = 124 + 3.5(5,5) = 143.25 kg/m
L = 5,5(4) = 22 kg/m
Karena hanya ada 2 jenis beban yakni beban mati clan beban
hidup, maka hanya perlu diperiksa terhadap kombinasi beban D
dan L :
U = 1,4D = 1,4(143.25) = 200.55 kg/m
U = l,2D + l,6L + 0,5(Lo atau R)
= 1,2(143,25) + 1,6(22) + 0,5(0) = 207.1 kg/m
SESI TANYA JAWAB :

1. Komang Angga Tri Maryadi (1761121033/C1)


Pertanyaan : Metode Ekuivalen, pada bangunan berparkir pertu tidak dihitung beban
angina?
2. Ida Ayu Made Suryati (1761121106/C3)
Apakah semua code itu dipakai dalam membangun pada struktur baja?
3. Ni Komang Tia Deviyanti (1761121027/C1)
Bagaimana sebuah bangunan itu dikatakan stabil, kuat, mampu layan, dana wet?
4. Tama Dua Hupomone Sailana (1761121012/C1)
Mengapa pada filosofi desain digunakan metode Kolom Kuat Balok Lemah, mengapa
tidak Kolom Kuat, Balok kuat?
5. Kadek Dhiyo Narayana (1761121015/C1)
Bagaimana caranya mencegah terjadinya beban berlebih?
6. Shogun
Jelaskan inti dari beban mati, dan beban hidup ! apakah tembok tergolong beban
mati?
7. I Komang Arya Sukrawan (1761121006/C1)
Bagaimana solusi agar struktur baja terbakar atau mengalami kebakaran? Dan
apakah struktur rangka atap baja akan melemah jika terpapar sinar matahari?
8. I Made Pande Adi Wijaya (1761121036/C1)
Apakah kombinasi beban yang di keluarkan oleh code bias menjaga efisiensi
biaya?
9. I Wayan Adi Premana Putra (1761121025)
Apakah jenis baja berbeda atau sama?
“OM SHANTI SHANTI
SHANTI OM”

Anda mungkin juga menyukai