Anda di halaman 1dari 24

sTRuKTuR bETon 3

MATERI 3 :
AnAlIsA KEhIlAngAn gAyA pRATEgAng
KRITERIA KELULUSAN:
1. Syarat mengikuti ujian akhir semester (UAS) 75% kehadiran. Apabila
total kehadiran 12 x pertemuan, maka minimal mhs mengikuti 9 x
pertemuan.
2. Absensi kehadiran wajib di isi oleh mhs dalam bentuk kuisioner yang
akan dishare ke WA grup setiap pertemuan dimulai dan akan ditutup 15
menit dari jam mulai kuliah.
3. Setiap pertemuan akan diberi materi kuliah dan Kuis yang wajib diisi
dan ditutup setelah jam kuliah habis/selesai.
4. Proporsi penilaian adalah sbb:
30% nilai rata-rata KUIS
15% nilai mid semester (UTS)
30% nilai Ujian Akhir Semester (UAS)
25% nilai Tugas Besar Mata Kuliah
Pendahuluan
 Analisis kehilangan prategang (loss of prestress)
merupakan bagian penting dari perencanaan
konstruksi beton prategang. Sampai saat ini
analisis kehilangan prategang selalu berpedoman
pada peraturan beton prategang negara-negara
yang sudah memilikinya.
Pendahuluan (lanjut)
 Diantara peraturan-peraturan tersebut ada yang
dengan mudah dapat disesuaikan dengan
keadaan di Indonesia dan ada pula yang sulit
dilaksanakan karena peraturan tersebut khusus
dibuat untuk negara yang bersangkutan.
Kehilangan prategang jangka waktu panjang harus
dianalisis lebih dalam karena kehilangan ini erat
sekali hubungannya dengan keadaan lingkungan
bangunan tersebut berada.
Pendahuluan (lanjut)
 Pada umumnya sumber kehilangan prategang
dapat dibedakan 2 (dua) bagian besar, tergantung
dari waktu terjadinya, yaitu kehilangan jangka
waktu pendek (immediate losses of prestress) dan
kehilangan jangka waktu panjang (long term losses
of prestress).
Pendahuluan (lanjut)
 Pada umumnya sumber kehilangan prategang
dapat dibedakan 2 (dua) bagian besar, tergantung
dari waktu terjadinya, yaitu kehilangan jangka
waktu pendek (immediate losses of prestress) dan
kehilangan jangka waktu panjang (long term losses
of prestress).
Immediate Losses of Prestress
(Initial Losses)
 Pada sistem pre-tensioning berupa :
 Deformasi elastis pada beton.
 Pada sistem post-tensioning berupa :
 Deformasi elastis pada beton jika tendon
ditegangkan (ditarik) secara berurutan. Jika
tendon ditarik secara bersamaan, maka
kehilangan akibat deformasi elastis beton tidak
akan terjadi.
 Gesekan.
 Pergelinciran angker (anchorage slip).
Immediate Losses (lanjut)
 Sistem pre-tensioning :
• Kehilangan tegangan karena deformasi elastis
beton tergantung kepada perbandingan
modulus serta tegangan rata-rata dalam beton
ketinggian baja. Kondisi ini bisa terjadi pada
kondisi titik berat tendon berhimpit dengan titik
berat beton (cgs = cgc) ataupun mempunyai
eksentrisitas (cgs  cgc).
Immediate Losses (lanjut)
 Sistem post-tensioning :
 Jika tendon hanya 1 batang dan ditarik
sekaligus, begitu selesai penarikan
perpendekan elastis sudah terjadi karena
dongkrak menekan beton (jadi tidak ada
kehilangan prategang).
 Kalau tendon banyak (ditarik satu persatu),
maka yang ditarik paling awal akan kehilangan
prategang akibat penarikan berikutnya.
 Apabila titik berat tendon tidak berhimpit
dengan titik berat beton eksentrisitas (cgs 
cgc), maka beton pada cgs mengalami
deformasi akibat beban total (Mtot).
Immediate Losses (lanjut)
 Sistem post-tensioning :
 Jika tendon hanya 1 batang dan ditarik
sekaligus, begitu selesai penarikan
perpendekan elastis sudah terjadi karena
dongkrak menekan beton (jadi tidak ada
kehilangan prategang).
 Kalau tendon banyak (ditarik satu persatu),
maka yang ditarik paling awal akan kehilangan
prategang akibat penarikan berikutnya.
 Apabila titik berat tendon tidak berhimpit
dengan titik berat beton eksentrisitas (cgs 
cgc), maka beton pada cgs mengalami
deformasi akibat beban total (Mtot).
Immediate Losses (lanjut)
 Sistem post-tensioning :
Kehilangan prategang akibat gesekan antara tendon dan
dinding saluran. Gesekan dalam saluran tendon disebabkan
oleh :
 Gesekan fisis yang normal terjadi antara dua benda
yang bergeser, dalam hal ini tendon yang bergerak
terhadap dinding saluran yang diam, terutama pada
bagian lengkung.
 Melendutnya letak saluran tendon (tidak tepatnya tracee
saluran), biasanya disebut dengan ”Wobble-effect”.
 Adanya karat (korosi) pada tendon dan dinding saluran
tendon yang terbuat dari baja.
 Kemungkinan adanya spesi beton yang masuk (bocor)
dalam saluran tendon.
 Kebersihan saluran.
Immediate Losses (lanjut)
 Sistem post-tensioning :
Kehilangan prategang akibat penggelinciran angker
dapat terjadi jika kabel ditegangkan dan dongkrak
dilepaskan untuk memindahkan pratekan kepada
beton (tidak bisa terjadi 100% tanpa adanya suatu
perubahan bentuk sama sekali pada peralatan
angker). Tentu ada slip sedikit antara angker dan
tendons yang besarnya untuk tiap jenis sistem
angker akan berbeda. Untuk berbagai jenis angker
sudah ditentukan berdasarkan atas banyak
percobaan, yang perlu mendapat perhatian adalah
makin panjang bentang balok (panjang tendon),
maka makin kecil prosentase kehilangannya.
Long Term Losses of Prestress
(Final Losses)
 Baik pada sistem pre-tensioning ataupun sistem
post-tensioning, kehilangan prategang jaga
panjang berupa :
 Susut (shrinkage) pada beton.
 Rangkak (creep) pada beton.
 Relaksasi (relaxation) pada baja.
Long Term Losses (lanjut)
 Susut (shrinkage) pada beton disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain :
 Hilangnya air dari beton karena mengeras
 Pemadatan kurang sempurna
 Perubahan temperatur
 Komposisi adukan kurang sempurna
 Sifat-sifat fisis dari bahan penyusun beton
Bila menderita tekanan, maka beton akan
menyusut dan memendek akibat adanya sifat-sifat
di atas
Long Term Losses (lanjut)
 Kehilangan prategang akibat rangkak beton
adalah meregangnya/memendeknya beton tanpa
adanya pertambahan tegangan.
Long Term Losses (lanjut)
 Kehilangan prategang akibat relaksasi baja :
 Merupakan reaksi pertahanan diri dari bahan,
bila bekerja gaya luar terhadap bahan
tersebut. Karena reaksi internal tersebut
atom-atom bahan tersebut menyesuaikan diri
dengan berkurangnya tegangan internal.
 Terhadap baja prategang, relaksasi
merupakan kehilangan tegangan tarik pada
tendon yang dibebani gaya tarik pada
panjang tendon tetap dan suhu tertentu.
Long Term Losses (lanjut)
 Kehilangan prategang akibat relaksasi baja.
 Kehilangan prategang relaksasi jangka waktu
panjang dihitung berdasarkan kehilangan
relaksasi jangka waktu yang relatif pendek
(umumnya pengamatan dilakukan selama
1000 jam pada suhu tertentu dan beban awal
tertentu).
 Kehilangan relaxasi berdasarkan pengamatan
tersebut adalah kehilangan relaxasi-murni,
karena tidak dipengaruhi oleh regangan
medium sekitarnya.
Long Term Losses (lanjut)
 Kehilangan prategang akibat relaksasi baja.
 Kehilangan jangka waktu panjang beton
prategang oleh susut beton, rangkak beton
dan relaksasi baja terjadi bersama-sama
menurut perkembangan waktu (regangan
susut beton dan regangan rangkak beton
akan mempengaruhi relaksasi baja).
 Kehilangan relaxasi nyata yang terjadi kurang
dari relaksasi murni.
Long Term Losses (lanjut)
 Kehilangan prategang akibat relaksasi baja.
 Berdasarkan atas hasil beberapa percobaan,
T.Y. Lin menganjurkan bahwa kehilangan
prategang baja akibat relaksasi baja adalah
sebesar :
 Sistem pre-tensioning =8%
 Sistem post-tensioning =8%
Total Losses of Prestress
Didalam perencanaan batang beton prategang,
sudah menjadi kebiasaan untuk menganggap
kehilangan tegangan total sebagai prosentase dari
tegangan awal serta menyediakannya untuk ini
didalam perhitungan perencanaan. Dikarenakan
banyak faktor yang mempengaruhinya, maka akan
sulit untuk menyeragamkan nilai yang pasti.
Kehilangan tegangan total yang dapat digunakan
dalam kondisi kerja normal adalah seperti yang
dianjurkan oleh T.Y. Lin seperti tabel berikut :
Total Losses of Prestress (lanjut)
Tabel Kehilangan tegangan total
Prosentase kehilangan
No. Type kehilangan
Pre-tensioning Post-tensioning
1. Perpendekan 1 1
elastis dan
lenturan beton.
2. Rangkak beton 6 5
3. Susut beton 7 6
4. Relaxasi baja 8 8
Jumlah 25
22 20
Total Losses of Prestress (lanjut)
 Didalam rekomendasi pelaksanaan dianggap bahwa telah
dilakukan pemberian tegangan lebih secara sementara untuk
mengimbangi kehilangan-kehilangan akibat geseran dan slip
pada angker.
 Besarnya kehilangan prategang tidak mungkin dapat
diketahui secara pasti, karena banyaknya faktor yang turut
menentukan dan saling mempengaruhi selama terjadinya
kehilangan tersebut.
 Dari analisis kehilangan prategang, terlihat bahwa kehilangan
prategang jangka waktu panjang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan bangunan tersebut berada. Oleh karena itu
penggunaan peraturan beton prategang negara lain, belum
tentu sesuai untuk Indonesia, sehingga perlu dicarikan
formulasi yang lebih sesuai dan mudah dipergunakan di
Indonesia.
sIlAhKAn
KERJAKAn KuIs

Anda mungkin juga menyukai