Anda di halaman 1dari 28

Torsi

Momen Puntir merupakan peristiwa yang diakibatkan oleh adanya


kopel-kopel yang menghasilkan putaran pada sumbu longitudinal suatu
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir,
momen torsi yang biasanya dinyatakan
dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor
translasi dengan menggunakan aturan
tangan kanan. Lipatan jari tangan arah
vektor rotasi dan jari jempol menunjukkan
vektor translasi
Pada gambar kita tinjau sebuah batang yang
berpenampang lingkaran yang dipuntir oleh
kopel-kopel P1 dan P2, maka batang ini akan
mengalami puntiran pada sumbu
longitudinalnya, yang menyebabkan
permukaan batang terpuntir serta
timbulnya momen puntir yakni:
T1  P1  d1 dan T2  P2  d2
Seperti halnya Gaya Aksial, teganan puntir
timbul bila terjadi momen puntir, dan bila
penampang batang diiris dengan
menggunakan Metoda irisan, maka akan
didapatkan momen puntir dalam yang akan
mengimbangi momen putir luar dan
dengan menggunakan kaidah tangan
kanan, maka vektor rotasi akan diubah
menjadi vektor transformasi ke sumbu
longituninal batang, sehingga tegangan
geser akibat puntir dapat dicari.

    max
c
Dimana :
τ = tegangan geser yang terjadi pada potongan
τmax = tegangan geser maksimun pada permukaan
ρ = jarak dari pusat luas potongan dA
c = jarak dari pusat ke permukaang batang
Dalam menganalisis keseimbangan konstruksi bangunan, torsi atau
momen puntir merupakan hal yang harus dianalisis, seperti kita ketahui
komponen struktur bangunan mempunyai bentuk penampang yang
berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan pendekatan yang berbeda pula.
Beberapa bentuk penampang yang ditinjau meliputi :
1. Penampang solid berbentuk lingkaran

2. Penampang berbentuk pipa

3. Penampang solid berbentuk empat persegi

4. Penampang berbentuk kotak kosong


Penampang solid berbentuk lingkaran
Untuk mencari hubungan antara momen puntir dalam dengan tegangan
pada penampang batang bulat, perlu dibuatkan asumsi sebagai berikut :
1. Potongan normal dianggap tetap
dibidang datar sebelum maupun
sesudah Puntiran.
2. Regangan geser berbanding lurus
terhadap sumbu pusat.
3. Potongan normal tetap berbentuk
bulat selama puntiran.
4. Batang dibebani momen puntir dalam
bidang tegak lurus sumbu batang.
5. Tegangan puntir tidak melebihi batas
proporsional.
6. Tegangan geser berubah sebanding
dengan regangan linier.


T    dF     dA 
Lebih jelasnya kita tinjau sebuah batang yang
berpenampang lingkaran yang dipuntir oleh
kopel-kopel T yang bekerja pada ujung batang,
batang yang dibebani dengan cara ini akan
mengalami puntiran murni
Bila susunan elemen ini diberi nama abcd, maka
selama pemuntiran penampang sebelah kanan
berputar terhadap permukaan yang berhadapan
dengannya, dan titik b dan c berturut-turut bergerak
ke b’ dan c’ Panjang dari rusuk-rusuk elemen ini
tidak mengalami perubahan selama perputaran ini,
tetapi sudut-sudut pada titik-titik sudutnya tidak
lagi sama dengan 90o jadi elemen ini berada dalam
keadaan geser murni, dan besarnya regangan
puntir/geser  sama dengan mengecilnya sudut siku-
siku di a, dan besarnya pengurangan sudut ini
adalah :
bb 
 
ab
Dimana bb’ adalah panjang dari busur kecil berjari-jari r yang mengapit sudut
d yang berupakan sudut putar dari salah satu penampang terhadap yang
lainnya, jadi diperoleh bahwa bb  r  d , dan ab sama dx dengan dengan
mengsubsitusikan hasil ini kepersamaan di atas, maka diperoleh regangan
r  d d
puntir/geser   . Dimana besaran menyatakan perubahan sudut puntir.
d dx dx
bila   , maka rumus regangan puntir/geser akan menjadi
dx
  r 
d
Dalam keadaan khusus untuk puntir murni, maka perubahan sudut puntir
dx
akan konstan sepanjang arah memanjang batang, karena tiap-tiap penampang

dikenakan momen puntir yang sama. Oleh karena itu kita peroleh   , dimana
L
L adalah panjang sumbu, sehingga rumus regangan puntir/geser berubah
menjadi : r 
  r  
L
karena penurunan rumus di atas hanya berdasarkan kosep geometrik saja, maka
dengan demikian rumus yang diperoleh dapat berlaku bagi semua batang bundar,
tidak perduli dari bahan apa batang tersebut dibuat, apakah elastis, tak elastis,
linier atau non linier.
Tegangan geser τ dalam batang bundar memiliki arah-arah yang diperlihatkan
dalam gambar di atas. Untuk suatu bahan elastis linier, maka tegangan geser ini
berhubungan dengan regangan geser melalui hukum Hooke untuk keadaan
geseran, sehingga diperoleh :  max  G   max  G  r  ; dimana G adalah modulus
geser elastis.
Regangan dan tegangan di bagian dalam dapat ditentukan dengan cara yang sama
seperti yang dipergunakan bagi sebuah elemen pada permukaan poros. Karena
jari-jari penampang batang tetap lurus dan ridak berubah bentuk selama
pemuntiran, maka kita dapat kita lihat bahwa pembahasan untuk elemen abcd
permukaan luar di atas akan tetap berlaku untuk elemen yang sama yang terdapat
pada permukaan bagian dalam dari sebuah selinder berjari-jari ρ. Oleh karena itu
elemen bagian dalam juga akan berada dalam geser murni dengan regangan geser
dan regangan geser bersangkutan diperoleh dari persamaan :
      G    G   
Persamaan ini memperlihatkan bahwa regangan dan tegangan dalam batang
bundar berubah secara linier terhadap jarak radial dari pusat, dan memiliki harga
maksimum pada suatu elemen di permukaan luar.
Dengan menyelesaikan persamaan diatas diperoleh
hubungan sebagai berikut:
 max  G    G  r    G    G    

    max
r
Momen puntir yang timbul akibat gaya geser yang
bekerja pada luas dA dapt dirumuskan sebagai berikut
 max
:
 
 max
r
r  r   max  dA    T
o
Pada kondisi tertentu τmax dan c adalah konstan, maka

hubungan diatas dapat ditulis sebagai berikut :
dA  max

2
  dA  T
r
  dA  I p
2

Dimana Ip adalah momen inersia polar untuk


penampang bulat
Dengan menggunakan momen inersia polar maka tegangan geser
maksimum yang terjadi akibat momun puntir adalah :
T r
 max 
Ip
Dan tegangan geser pada sebuah titik dengan jarak ρ dari pusat sebuah
irisan adalah :
T 

Ip
Dengan melakukan substitusi pada persamaan regangan akibat puntir
diperoleh :  T r
 max  max 
G I p G
d T T  dx
 atau d  
dx I p G I p G

Jadi persamaan umum untuk sudut puntir pada suatu irisan pada sebuah
poros dari bahan elastis adalah : B B
T x  dx
   d  A I px  G
A
Jadi persamaan umum untuk sudut puntir
A B
per satuan panjang suatu irisan pada
sebuah poros dari bahan elastis adalah :
B B
T x  dx
   d  A I px  G
A

Jadi persamaan umum untuk sudut puntir total pada suatu irisan pada
sebuah poros dari bahan elastis adalah :
T L
  L 
I p G
Contoh Soal 1.
 Diketahui sebatang baja dengan penampang bulat dengan diameter d =1.5 in, dan panjang
l = 54 in seperti tergambar , mempunyai modulus elastis geser G  11,5 106 psi. Pada
batang tersebut bekerja momen puntir T = 250 lbft
 Ditanyakan berapa besar tegangan geser maksimum yang terjadi pada batang tersebut dan
berapa besar sudut puntir pada batang tersebut ?
Penyelesaian :
I p    2 dA  dA  2    d 
A
r
1 4
I p   2   3 d   2  r
0
0
4
 r4  d 4   1,5 4
Ip    Ip   0, 497 in 4
2 32 32
T  d 250121,5
 max    4.527,16 psi
2 I p 2  0,497
T  250  12  54
    0 , 0283 radian
G  I p 11 ,5  10 6  0 , 497
360
  0 ,0283   1, 62 o
2
Contoh Soal 2.  Diketahui poros berongga berbentuk selinder dengan
ukuran seperti terlihat pada gambar, digerakan oleh
momen puntir seperti yang ditunjukan dalam gambar
Bila diketahui sudut puntir adalah 2 derajat dan modulus
elastis geser G = 77 MPa
 Ditanyakan berapa besar momen puntir yang terjadi ?
Penyelesaian :
 2 
  2 0  2 0 
 0 . 035 rad
 360 

Ip 
 4 4 
2
 2

r2  r1   0.03  0.02
4 4

 1,021106 m 4
T 
 
G Ip
T  1 .5
0 , 035 
77  1, 021  10  6
0 , 035  77  1, 021  10  6
T 
1, 5
T  1,829 kN  m
Contoh Soal 3.  Diketahui poros padat berbentuk selinder dengan ukuran
bervariasi seperti terlihat pada gambar, digerakan oleh
momen puntir seperti yang ditunjukan dalam gambar
Penampang poros padat pada bagian AB dan CD dengan
diamater d, sedangkan bagian BC adalah poros berongga
dengan diamater luar 120 mm dan diameter dalam 90
mm
 Ditanyakan berapa besar tegangan geser maksimum yang
terjadi pada batang BC dan berapa besar diameter poros
bagian AB dan CD bila tegangan geser yang terjadi
dalam sistem ini total sebesar 65 MPa
Penyelesaian :

 M x  0  6 kN  m   T AB  M x  0  6 kN  m   14 kN  m   TBC
T AB  6 kN  m  TCD TBC  20 kN  m
• Bila tegangan geser izin dalam • Dengan r2 menggunakan formula torsi
rangkai poros seperti tergambar untuk poros berongga pada bagian BC,
= 65 Mpa , dengan menggunakan maka tegangan geser maksimum dan
formula Torsi untuk batang minimum dapat dihitung sebagai berikut
elastis, maka diameter poros
pada bagian AB dan CD dapat
dihitung sebagai berikut :

Ip 
 4 4 
2
 2

r2  r1   0.060  0.045
4 4

 13.92106 m4
TBCr2 20 kN  m0.060m
Tr Tr 6 kN  m  max   2  
 max    4  65MPa   3 Ip 13.92106 m4
Ip 2 r 2 r
 86.2 MPa
3
r  38.9 10 m
 min r1  min 45 mm
d  2 r  77 . 8 mm   
 max r2 86.2 MPa 60 mm
 min  64.7 MPa
Contoh Soal 4.
Contoh Soal 6.
Diketahui dua batang solid dari bahan yang berlainan disambung dan
terjepit kedua ujungnya seperti tergambar, diameter batang aluminium
Ø=7,6 cm dengan modulus elastis geser G=2,8 x 105 ksc. Diameter batang baja
Ø= 5 cm dan G=8,4.105 ksc. Jika torsi T=11.521 kg.cm bekerja di titik
pertemuan dua bahan tersebut. Tentukan τmax pada masing-masing batang.
• Previous torsion formulas are valid for
axisymmetric or circular shafts
• Planar cross-sections of noncircular
shafts do not remain planar and stress
and strain distribution do not vary
linearly

• For uniform rectangular cross-


sections, T TL
 2 
max  3
c
ab c
1 ab
2 G

• At large values of a/b, the maximum


shear stress and angle of twist for
other open sections are the same as a
rectangular bar.
Extruded aluminum tubing with a
rectangular cross-section has a torque
loading of 24 kip-in. Determine the
shearing stress in each of the four walls
with (a) uniform wall thickness of 0.160 in.
and wall thicknesses of (b) 0.120 in. on AB
and CD and 0.200 in. on CD and BD.
SOLUTION:
• Determine the shear flow through the
tubing walls.
• Find the corresponding shearing
stress with each wall thickness .
SOLUTION: • Find the corresponding shearing
stress with each wall thickness.
• Determine the shear flow through
the tubing walls.
With a uniform wall thickness,
q1.
335
kip
in.
 
t 0
.
160
in.
  8.34 ksi

With a variable wall


thickness 1 .
335kip in.
2

AB
 
AC
A
3
.842
in..34
in.8
.986
in. 0
.
120
in.

T 24kip
-in. kip  AB   BC  11.13 ksi
q  1.
335
2
A2 8
.986
2
in. 
in.
 

1

.
335
kip
in.
BD CD
0
.
200
in.
 BC   CD  6.68 ksi

Anda mungkin juga menyukai