Anda di halaman 1dari 193

BAB V

PERENCANAAN

Dari hasil analisa data, maka ditetapkan bahwa perencanaan jalan meliputi
perencanaan geometrik dan perencanaan konstruksi perkerasan. Perencanaan
geometri hanya merencanakan Alinyemen Vertikal, Karena tidak terdapat
perhitungan alinyemen horizontal.

Adapun perhitungan perencanaan meliputi :

1. Perhitungan perencanaan Geometri yaitu alinyemen vertikal


2. Perhitungan struktur perkerasan lentur jalan raya
3. Perencanaan Struktur Jembatan

Untuk mengetahui letak elevasi suatu jembatan dalam perhitungan


alinyemen vertikal maka diperlukan denah jembatan dan peta kontur yang
disajikan dibawah ini :

5.1 Perencanaan Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertikal adalah perpotongan antara bidang vertikal dengan


sumbu jalan. Untuk jalan dengan dua lajur, alinyemen vertikal ini adalah
perpotongan bidang vertikal melalui sumbu atau as jalan. Didalam perancangan
geometrik jalan harus diusahakan agar alinyemen vertikal mendekati permukaan
tanah asli yang secara teknis berfungsi sebagai tanah dasar,untuk dapat
mengurangi pekerjaan tanah

Dalam perencaan alinyemen vertikal mengambil spesifikasi Teknis dari


bab perencanaan yaitu besarnya kecepatan rencana 50 km/jam. Besaran
kecepatan rencana ini yang akan dipakai dalam klasifikasi perencanaan
alinyemen vertikal yang akan ditentukan berdasarkan Dirjen Bina Marga
“Standar Perencanaan Geometri untuk Jalan Perkotaan, 1992” adalah sebagai
berikut :

1
a. Panjang lengkung minimum vertikal = 50 meter
b. Jari-jari minimum lengkung vertikal
1. Cekung = 1000 meter
2. Cembung = 1400 meter
c. Jarak pandang menyiap
Adalah jarak pandang yang dibutuhkan sehingga aman dalam
melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal. Besarnya jarak
pandang menyiap untuk mengurangi kejutan dalam berkendara.

Lv = 50 m
Lv = 50 m
+8,77 +8,77
+2,50 +2,50
Lv = 50 m Lv = 50 m

5 mm 25 m 60 m 50 m 5m
120
50 m 60 m 25 m

Gambar 5.1. Alinyemen Vertikal Jembatan Kartini

5.1.1 Lengkung Vertikal Cekung

Lengkung ini terbentuk pada perpotongan antara kedua kelandaian yang


berada dibawah permukaan jalan.

g2
PTV

g1 Ev
PLV
50 m 60 m

Gambar 5.2 Alinyemen vertikal cekung

Jenis lengkung : Vertikal


cekung Kecepatan rencana : 50
km/jam Jarak pandang henti : 55 m
Jarak pandang menyiap : 220 m
g1 = 0 % ; g2 = 10 %

2
1. Perbedaan aljabar kelandaian (A)

A = g2  g1
= 10%  0% = 10%

2. Panjang lengkung vertikal (Lv)


a. Berdasarkan Penyinaran Lampu besar
Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan (S < L)
 Diketahui S = 55 meter maka JPH sebesar :
A*S2 10 * 552
JPH L = = = 88,321 m > S (memenuhi)
150  3,5 * S  150  3,5 * 55
 Diketahui S = 220 meter maka JPM sebesar :
A*S2 10 * 2202
JPM L = = = 526,087 m > S
150  3,5 * S 150  3,5 * 220
(memenuhi)

Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan (S > L)
 Diketahui S = 55 meter maka JPH sebesar :

JPH L = 2 * S - 150  (3,5 * = 75,75 m > S (tidak memenuhi)


S)
A
 Diketahui S = 220 meter maka JPM sebesar :

JPM L = 2 * 150  (3,5 * = 348 m > S (tidak memenuhi)


-S )
S
A

b. Berdasarkan syarat keamanan


Dari grafik V hal 22 PPJJR didapat Lv = 50 meter
c. Berdasarkan syarat kenyamanan

A *V 10 *
Lv = 2 502 = 64,10 m
=
390 390
d. Berdasarkan syarat keluwesan
bentuk Lv = 0,6 x V = 0,6 x 50 = 30
m
e. Berdasarkan syarat drainase
Lv = 40 x A = 40 X 10 = 400 (tidak memenuhi karena > jarak A-B)

Dari data perhitungan diatas diambil Lv = 70 m

3
i. Pergeseran vertikal (Ev)

Ev  AxLv 10x70
  0,875
800 800

4
ii. Elevasi rencana sumbu jalan
- Permukaan lengkung vertikal

(PLV) Elevasi PLV = 1 x Lv x GI


2
Elevasi PPV -
= + 3,00 – 1
x 70 x 0%
2
= + 3,00

Stasioning = Sta PPV 1 x Lv


– 2

x 70
= + 0,50 – 1
2
= + 0.15
- Pertengahan lengkung (PPV)

Elevasi PLV = Elevasi PPV +


Ev
= + 3,00 + 0,875
= + 3,875
STA PPV = + 0.50 m
- Akhir lengkung
x Lv x g2
Elevasi PLV = Elevasi PPV + 1
2

= + 3,00 + 1 x 70 x 10%
2
= + 6,5 m

STA PTV = STA PPV 1 x Lv


2
+
1 x 50
2
= + 0,50 m +

= + 0.85 m

5.1.2 Lengkung Vertikal Cembung

Lengkung ini terbentuk pada perpotongan antara kedua kelandaian


5
berada dibawah permukaan

6
PPV PTV g2

PLV Ev
g1

60 m 25 m

Gambar 5.3 Alinyemen vertikal cembung

Perencanaan Alinyemen
Jenis lengkung : Vertikal
cembung Kecepatan rencana : 50 km/jam
Jarak pandang henti : 55 m
Jarak pandang menyiap : 220 m
g1 = 10 % ; g2 = 0 %
Untuk Jarak Pandang Henti
h1 = 1,25 m : h2 = 0,10 m
Untuk Jarak Pandang Menyiap
h1 = 1,25 m : h2 = 1,25 m
 Perbedaan aljabar kelandaian (A)

A = g 2  g1
= 10%  0% = 10%

 Panjang lengkung vertikal (Lv)


a. Berdasarkan Jarak
Pandang Jarak pandang (S
< L)
Diketahui S = 55 meter maka JPH sebesar :
A*S2 10 * 552
JPH L = h1 = 73,53 m > S

h2
 2
=200 *  1,25  0,10  2

(memenuhi) karena S = 55 m

7
Diketahui S = 220 meter maka JPM sebesar :
A*S2 10 * 2202
h1 = 484 m > S
JPM L =
 
h2
 2
= 200 *  1,25  1,25  2

(memenuhi) karena S = 220 m


Jarak pandang (S > L)
Diketahui S = 55 meter maka JPH sebesar :
200 * ⎛⎜ h 
h2
200 * ⎛⎜ 1,25  0,10 
2

 2

1
⎝ ⎝
JPH L = 2 * S - = 2 * 55 -
A 10
= 68,86 m > S (tidak memenuhi)
Diketahui S = 220 meter maka JPM sebesar
:

200 *
⎛⎜
h1  h2  2

JPM L = 2 *
S ⎝ A
-
200 * ⎛⎜ 1,25  1,25 2


= 2 * 220 - = 340 m > S
10
(tidak memenuhi)
b. Berdasarkan syarat keamanan
Dari grafik III hal 20 PPJJR didapat Lv = 50 meter
c. Berdasarkan syarat keluwesan
bentuk Lv = 0,6 x v = 0,6 x 50 = 30
m
d. Berdasarkan syarat drainase
Lv = 40 x A = 40 X 6,5 = 260 (tidak memenuhi karena > jarak A-B)
Dari data perhitungan diatas diambil Lv = 50 m
i. Pergeseran vertikal (Ev)

Ev  AxLv 10x50
  0,625
800 800
ii. Elevasi rencana sumbu jalan
- Permukaan lengkung vertikal (PLV)

8
Elevasi PLV = Elevasi PPV - 1 x Lv x g1
2
= + 9,00 1 x 50 x 10%
– 2

= + 6,5

9
Stasion PLV = Sta PPV –
1 x Lv
2
= + 0.110 – 1
2 x 50
= + 0.85 m
- Pertengahan lengkung
(PPV)

Elevasi PPV = Elevasi PPV – Ev


= + 9,00 – 0,625
= + 8,375 m
Stasion PPV = + 0,110 m

- Akhir lengkung (PTV)

Elevasi PTV = Elevasi PPV 1 x Lv x g2


2
+
= + 9,00 + 1
x 50 x 0%
2
= + 9,00

Stasion PTV = STA PPV 1 x Lv


+ 2

= + 0,110 m 1 x 50
+ 2

= + 0,135 m

5.2 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Jalan Raya

Struktur perkerasan pada jalan penghubung berdasarkan buku “Petunjuk


Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, 1987”

a. Data-data :

a. Umur rencana = 20 tahun

b. Pertumbuhan lalu lintas = 1,51 %

c. Untuk CBR diambil dari data CBR pada jalan dr. Cipto yaitu : 4, 4,
3.5, 4, 4.35, 3.2 , Penggunaaan CBR pada jalan dr. Cipto untuk
perencanaan konstruksi perkerasan lentur pada oprit jembatan Kartini
10
dikarenakan karakteristik tanah pada kedua tempat tersebut
dimungkinkan hampir sama, karena letak kedua jalan tersebut dalam
jarak yang tidak terlalu jauh.

11
1. Cara Grafis

Tabel 5.1 Nilai CBR pada Jl. Dr. Cipto Semarang

CBR Jumlah yang sama atau yang Prosentase yang sama


lebih besar atau lebih besar

3,20 6 6/6 x 100% = 100%


3,50 5 5/6 x 100% = 83,33%
4,00 4 4/6 x 100% = 66,67%
4,00 - -
4,00 - -
4,35 1 1/6 x 100% = 16,67%

Sumber : Ibnu F.Z. dan Moch. Rezani I. ,Tahun 2004

(%) 100
90
80 CBR mewakili = 3,4
70
60
50
40
30
20
10

33.54 4.5 ( CBR)


Sumber : Ibnu F.Z. dan Moch. Rezani I. ,Tahun 2004

Gambar 5.4 Grafik Nilai CBR

Dari grafik diatas didapat harga CBR rata-rata 90% ( CBR mewakili )
sebesar 3,4.

12
2. Menurut RDS ( Road Design System )

Menurut RDS ( Road Design System ), nilai CBR desain diperoleh


dengan rumus :

CBR desain = CBR rata-rata – ( 1 * SD )

Keterangan :

CBR desain = nilai CBR rencana yang dicari


CBR rata-rata = nilai CBR rata-rata yang diperoleh dari data yang
ada

CBR n
= 1
, n = jumlah data
n

SD = Standar Deviasi ( Simpangan Baku )

⎛n ⎞ ⎛n ⎞2
n⎜ CBR2 ⎟  ⎜CBR ⎟
= ⎝1 ⎠⎝ 1 ⎠
nn  1
Peritungan CBR :

CBR ( 90% nilai yang sama )  3,2  3,5  4  4  4  4,35 = 3,84


= 
6

Standar Deviasi =

6 3,22  3,52  42  42  42  4,352  23,052   
66  1
= 1,49

Sehingga didapat nilai CBR desain = 3,84 – 1,49 = 2,35

3. Pemeriksaan Urugan Pilihan

Nilai CBR tersebut terlalu kecil untuk digunakan dalam menentukan


besarnya Daya Dukung Tanah (DDT) dalam perencanaan perkerasan jalan, maka

13
diperlukan adanya perbaikan tanah di lokasi . Perbaikan daya dukung tanah
yang dipillih adalah dengan melakukan penimbunan menggunakan urugan
pilihan sampai dengan elevasi rencana.
Pemeriksaan material urugan pilihan dilakukan untuk menilai apakah
tanah pada lokasi quarry terdekat dapat digunakan sebagai urugan pilihan. CBR
urugan pilihan yang digunakan harus mempunyai syarat nilai > 6 .
Dalam menentukan lokasi sumber material disarankan dekat dengan
lokasi proyek dan harus diperiksa apakah volume ketersediaannya cukup atau
diperlukan penambahan beberapa lokasi quarry.

b. Perhitungan Data Lalu Lintas

Tabel 5.2 Perhitungan LHR Awal Umur Rencana


LHR 2006
LHR 2004 Pertumbuhan
No Jenis Kendaraan Awal Rencana
(Kend/hari) lalu lintas (i)
(Kend/hari)
1 Kendaraan ringan (LV) 4.321 1,51% 4.426
2 Kendaraan berat (HV) 66 1,51% 68
3 Sepeda motor (MC) 22.202 1,51% 22.743
Jumlah 26.589 27.237

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2008

Lanjutan Tabel 5.2 Perhitungan LHR Awal Umur Rencana


LHR (Kend/hari/2 arah)
No Jenis Kendaraan Masa Masa
Masa Rencana
Perencanaan Pelaksanaan
(20 tahun)
(1 tahun) (1 tahun)
1. Kendaraan ringan (LV) 4.480 4.534 5.767
2. Kendaraan berat (HV) 69 70 89
3. Sepeda motor (MC) 23.018 23.297 29.632
Jumlah 27.567 27.901 35.488

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2008

14
c. Angka Ekivalen ( E ) Beban sumbu
kendaraan

Sumber : Buku Rekayasa Jalan Raya, Ir. Alik Ansyori Alamsyah, 2001

Menetapkan Angka Ekivalen Beban Sumbu Kendaraan ( E )


 Kendaraan ringan 2 ton (LV) = 0,0004
 Truk 2 as (HV) = 5,0264

15
d. Koefisien Distribusi Kendaraan ( C )

Tabel 5.3 Koefisien Distribusi Kendaraan (C)


Kendaraan Ringan *) Kendaraan Berat **)
Jumlah Jalur
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

1 jalur 1,00 1,00 1,00 1,00


2 jalur 0,60 0,50 0,70 0,50
3 jalur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 jalur - 0,30 - 0,45
5 jalur - 0,25 - 0,425
6 jalur - 0,20 - 0,40

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya


Dengan Metode Analisa Komponen, 1987

Keterangan :

*) Berat total < 5 ton, misalnya : Mobil penumpang, Pick up, Mobil hantaran.

**) Berat total > 5 ton, misalnya : Bus, Truk, Traktor, Semi Trailer, Trailer.

Menetapkan Koefisien Distribusi Kendaraan ( C )

Kendaraan ringan (2 lajur 2 arah) dengan berat total < 5 ton (C) = 0,50

Kendaraan berat (2 lajur 2 arah) dengan berat total > 5 ton (C) = 0,50

e. Menetapkan Faktor Regional (FR)

Tabel 5.4 Faktor Regional


Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian II
(<6%) ( 6 –10 % ) ( > 10 % )
% Kendaraan Berat % Kendaraan Berat % Kendaraan Berat

≤30 % > 30 % ≤30 % > 30 % ≤30% > 30 %


Iklim I < 900 mm/th 0,5 1,0-1,5 1,0 1,5-2,0 1,5 2,0-2,5

Iklim II > 900 mm/th 1,5 2,0-2,5 2,0 2,5-3,0 2,5 3,0-3,5

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode
Analisa Komponen, 1987

16
Kelandaian II ( 6 – 10 ) %, Prosentase kendaraan berat ≤ 30 % dengan
Iklim II > 900 mm/th, maka didapatkan nilai FR = 2,0

f. Menghitung Lintas Ekivalensi Permulaan (LEP)

Nilai LEP kendaraan ditentukan berdasarkan rumus

: LEP = Σ ( LHRj x Cj x Ej )

Maka nilai LEP tiap golongan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 5.5 Perhitungan LEP


LHR Awal Koef Angka
Jenis
Umur Distribusi Ekivalensi LEP
kendaraan
Rencana (Cj) (Ej)
(Kend/hari)
Kendaraan ringan (LV) 4.426 0,5 0,0004 0,8852
Kendaraan berat (HV) 68 0,5 5,0264 170,8976
Total 4.494 171,7828

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2008

g. Menghitung Lintas Ekivalensi Akhir (LEA)

Nilai LEA kendaraan ditentukan berdasarkan rumus

LEA = Σ ( LHRj x Cj x Ej )

Maka nilai LEA tiap golongan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 5.6 Perhitungan LEA


LHR Akhir Umur Koef Angka
Golongan
Rencana 20 tahun Distribusi Ekivalensi LEA
kendaraan
(Kend/hari) (Cj) (Ej)
Mobil Penumpang 5.767 0,5 0,0004 1,1534
Bus 89 0,5 5,0264 223,6748
Total 5.856 224,8282

Sumber : Hasil Analisa Tahun 2008

17
h. Menghitung Lintas Ekivalensi Tengah (LET)

Nilai LET ditentukan berdasarkan rumus :

LET = 0,5 x ( LEP + LEA )

= 0,5 x ( 171,7828 + 224,8282 )

= 198,31 UE 18 KSAL (Unit Ekivalensi 18 Kips Single Axle load)

i. Menghitung Lintas Ekivalensi Rencana (LER)

Nilai LER ditentukan berdasarkan rumus :

LER = LET x UR/10

= 198,31 x 20/10

= 396,62 UE 18 KSAL (Unit Ekivalensi 18 Kips Single Axle load )

j. Menetapkan Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Data – data :

1. CBR tanah dasar = 6

2. Dari grafik korelasi DDT dan CBR diperoleh DDT =

5,05 3. LER = 396,62

4. Indeks permukaan ( IPt ) = 2,0

5. Faktor permukaan awal umur rencana ( IPo ) = 3,9 – 3,5

6. Faktor regional ( FR ) = 2,0

Berdasarkan data – data diatas, maka dengan menggunakan Nomogram


4 diperoleh : ITP = 9,15

18
Gambar 5.5 Korelasi DDT dan CBR

19
Gambar 5.6 Nomogram 4

132
k. Menghitung Tebal Perkerasan Lentur

Perkerasan jalan menggunakan bahan susun sebagai berikut :

 Lapis permukaan : Laston ( MS = 590 kg )


 Lapis pondasi atas Batu pecah kelas A ( CBR 100% )
 Lapis pondasi bawah Agregat kelas A ( CBR 70% )

Tebal lapis permukaan laston dan lapis pondasi atas ( batu pecah kelas A )
ditetapkan terlebih dahulu :

Berdasarkan tabel batas – batas minimum tebal lapisan perkerasan dengan parameter
ITP dan jenis bahan perkerasan yanng digunakan didapat tebal minimum dan
koefisien kekuatan relatif (a) sebagai berikut :

Laston ( MS 590 kg )ATB ; a1 = 0,35 dan D1 = 5 cm


Batu pecah A ( CBR 100% ) ; a2 = 0,14 dan D2 = 20 cm
Sirtu kelas A (CBR 70 %) : a3 = 0,13 dan D3 = ?

Maka :

ITP = a1. D1 + a2 . D2 + a3 . D3
9,15 = 0,35 . 5 + 0,14 . 5 + 0,14 . D3
9,15  0,35 * 5  0,14 *
D3 =
20
0,13
= 35,38 cm  35 cm
Maka tebal lapisan Sirtu kelas A (CBR 70 %) sebesar 35 cm.

Gambar 5.7 Susunan Perkerasan Jalan


13
5.3 Perencanan Struktur Jembatan
5.3.1 Data - Data Perancangan
1. Nama Jembatan : Jembatan Kartini pada Bajir Kanal Timur
2. Lokasi Jembatan : Ruas Jalan Kartini
3. Jenis Jembatan : Lalu Lintas Atas
4. Tipe Jalan : Tipe II Kelas 2
5. Konstruksi Jembatan : Jembatan Prategang I dengan Lantai Komposit
6. Data Konstruksi Jembatan :
Bentang Jembatan : 123,2 meter (4 x 30,80
m) Lebar Jembatan : 16,00 m (4 lajur)
Lebar Jalur : 4  3,5 m
Lebar Trotoir Jalan : 2 x 1,00 m
7. Bangunan bawah : abutment tembok penahan kontrafort
8. Tipe pondasi : pondasi tiang pancang

5.3.2 Spesifikasi bahan untuk struktur


a. Beton
Struktur utama dalam perencanaan ini hampir seluruhnya menggunakan
konstruksi dari beton bertulang. Mutu beton yang digunakan dalam
perencanaan konstruksi jembatan dapat dilihat dibawah ini :
a. Gelagar Prategang = K – 500
b. Plat lantai, plat injak dan diafragma = K – 350
c. Deck slab, cincin pondasi, wingwall, sandaran = K – 225
d. Abutment = K – 250
b. Baja Tulangan
Tulangan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah tulangan yang ada
dipasaran dengan alasan mudah didapat dan umum bagi pelaksana dilapangan.
Mutu baja yang digunakan :
a. Kuat tarik ulur baja prestress 18.000 kg/cm2
b. Baja tulangan D > 13 mm menggunakan U – 39
c. Baja tulangan D < 13 mm menggunakan U – 24
d. Mutu baja railing mengikuti SK-SNI yang ada atau Standard ASTM

13
c. Balok Prategang
Balok prategang yang direncanakan dengan dimensi yang sudah ada. Dengan
tinggi balok 170 cm dan panjang 30,80 m. Adapun untuk spesifikasi dimensi
yang sudah ada adalah sebagai berikut :


 

1600 180

100
225  

550
650

Gambar 5.8. Dimensi Balok Girder

d. Kabel Prategang ( Tendon )


Kabel prategang yang digunakan mempunyai spesifikasi sebagai
berikut: Diameter nominal = ½”
Tegangan ultimate minimum ( fpu ) = 190 kg / mm2
Tegangan leleh minimum ( fpy ) = 160 kg / mm2
Nominal section Ap = 98,71 kg / mm2
Kabel tendon yang digunakan = Seven Wire
Strand
e. Elastomer
Dimensi elastomer yang digunakan dalam perencanaan ini dapat didimensi
sendiri, kemudian dipesankan lepada pihak suplier. Dimensi rencana yang
digunakan dalam perhitungan adalah (40 x 45 x 45) cm.
f. Pipa Baja
Pipa baja digunakan dalam sandaran. Dipasang pada jarak tepi 150 cm dan
jarak tengah setiap 200 cm. Diameter pipa yang digunakan Ø 7,63 cm.

13
5.3.3 Perhitungan Struktur Atas

5.3.3.1 Sandaran

1 Tiang Sandaran

Sandaran selain berfungsi sebagai pembatas jembatan juga sebagai pagar


pengaman baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki. Sandaran terdiri dari beberapa
bagian , yaitu ;

 Railing sandaran
 Rail post / tiang sandaran

Railing merupakan pagar untuk pengaman jembatan di sepanjang bentang


jembatan, yang menumpu pada tiang-tiang sandaran (Rail Post) yang terbuat dari pipa
baja galvanished

13

 



Lampu Penerangan


Railling Galvanished Diameter 3"



 Trotoar
Tiang Sandaran




 Lantai
Jembatan
Balok Prategang

Gambar 5.9 Penampang Tiang Sandaran

137
Perencanaan tiang sandaran :

(1). Mutu beton = K-225 ( f ‘c = 22,5 Mpa )


(2). Mutu baja = BJTP –24 ( fy = 240 Mpa
) (3). Tinggi sandaran = 1,00 meter
(4). Jarak sandaran = 2,00 meter
(5). Dimensi sandaran = - bagian atas ( 100 x 160 ) mm
- bagian bawah ( 100 x 250 ) mm
(6). Tebal selimut = 20 mm
(7).  tul. utama = 10 mm
(8).  tul. sengkang = 8 mm
(9). Tinggi efektif = h – p – 0,5 x  tul. utama -  tul. sengkang
= 250 – 20 – 0,5 x 10 – 8
= 217 mm
Penentuan gaya dan pembebanan
Muatan horisontal H = 100 kg / m’
( Letak H = 90 cm dari trotoir )
P=HxL
= 100 x 2,00
= 200 kg
Gaya momen H sampai ujung trotoir ( h ) = 90 + 20 = 110 cm = 1,1 m
M=Pxh
= 200 x 1,1
= 220 kgm = 2200000 Nmm.
M / b d2 = 2,2 x 106 / ( 100 x 2172 ) = 0,467 N / mm2
M ⎡

2 fy ⎤
bxd x 0,8 x fy x ⎢⎣ 1  0,588xx ⎦⎥
f'c
0,467 = 192  - 1204,224 2
 = 0,00247

min = 0,0058
maks = 0,0363  <  min , dipakai  min
As =  x b x d = 0,0058 x 100 x 217 = 125,86 mm2
Di pakai tulangan 2 Ø 10 , As terpasang 157 mm2 > 125,86 mm2

13

Lantai Jembatan

1 1
2 Ø 10

Ø 10 - 100



Trotoar

Lantai Jembatan

Gambar 5.10 Penulangan tiang sandaran

5.3.3.2 Trotoar
Trotoir atau sering disebut side walk adalah sebuah prasarana yang diperuntukkan
bagi pejalan kaki. Yang dimaksud dengan trotoir di sini pertebalan dari plat lantai
kantilever seperti pada gambar di bawah ini. Bagian pertebalan tersebut direncanakan
terbuat dari bahan beton bertulang. Trotoir ini direncanakan pada sisi jembatan sepanjang
bentang jembatan.
Direncanakan :
 Lebar (b) = 1,0 m
 Tebal (t) = 0,2 m
 Mutu beton (f'c) = 22,5 Mpa
 Mutu baja ( fy ) = 240 Mpa
Pembebanan menurut PPPJR SKB 1987 ( ditinjau 1 meter arah memanjang ) adalah

sebagai berikut :

13
(1). H1 = 100 kg / m adalah gaya horisontal yang harus ditahan tiang-tiang sandaran pada
setiap tepi trotoir yang bekerja pada tinggi 90 cm di atas trotoir.
(2). H2 = 500 kg / m adalah muatan horisontal ke arah melintang yang harus ditahan oleh
tepi trotoir , yang terdapat pada tiap-tiap lantai kendaraan yang bekerja pada puncak
trotoir yang bersangkutan / pada tinggi 28 cm diatas penulangan lantai kendaraan bila
tepi trotoir yang bersangkutan lebih tinggi dari 28 cm
H3 = 500 kg / m2 adalah muatan yang ditahan oleh konstruksi trotoir.

132
1

Lampu Penerangan

100.0
1

Trotoir

Gambar 5.11 Pembebanan Trotoir

Pembebanan :

(1). Beban Mati


P1 ( Pipa sandaran ) = 2 x 2 x 3,58 = 14,32 kg

P2 ( Tiang sandaran ) = 0,16 x 0,1 x 0,55 x 2400 = 21,12 kg

P3 ( Tiang sandaran ) = ½ ( 0,16 + 0,25 ) x 0,1 x 0,45 x 2400 = 22,14 kg

14
P4 ( Balok tepi ) = ½ ( 0,25 + 0,29 ) x 0,1 x 0.2 x 2400 = 12,96 kg

P5 ( Plat lantai ) = ½ ( 1,02 + 1,00 ) x 0,2 x 1,00 x 2400 = 484,8

kg P6 ( Trotoir ) = 1,0 x 0,2 x 1,0 x 2400 = 480 kg.

(2). Momen Terhadap potongan titik A


a. Akibat beban hidup
MH1 = 100 x 1 x 1,30 = 130 kgm

MH2 = 500 x 1 x 0,40 = 200 kgm

MH3 = 500 x 1,00 x 0,3 = 150 kgm

Jumlah akibat beban hidup = 480 kgm

b. Akibat beban mati


MP1 = 14,32 x 1,03 = 14,75 kgm

MP2 = 21,12 x 1,03 = 21,75 kgm

MP3 = 22,14 x 0,97 = 21,48 kgm

MP4 = 12,96 x 0,90 = 11,66 kgm

MP5 = 484,8 x 0,50 = 242,4 kgm

MP6 = 480 x 0,30 = 144 kgm

Jumlah akibat beban mati = 456,04 kgm

Jumlah momen total = 1,2 x MD + 1,6

ML

= 1,2 x 456,04 + 1,6 x 480

= 1315,248 kgm = 1,315 x 107 Nmm


d = h – p – ½ tulangan utama
= 200 – 20 – ½ x 12 =174 mm
M / b d2 = 1,315 x 107 / ( 1000 x 1742 ) = 0,434 N / mm2
M ⎡

2 fy ⎤
bxd x 0,8 x fy x ⎢1  0,588xx
⎣ f ' c⎦⎥
0,434 = 192  - 1204,224 2
 = 0,00229

14
min = 0,0058

maks = 0,0363  <  min , dipakai  min


As =  x b x d = 0,0058 x 1000 x 174 = 1009,2 mm2
Di pakai tulangan Ø 12 - 100 , As terpasang 1131 mm2 > 1009,2 mm2
Tulangan pembagi = 0,2 x As tulangan utama
= 0,2 x 1131 = 226,2 mm2
Jadi tulangan yang digunakan Ø 8 – 200 ( As = 251 mm2 )

 

 


 
3 3

 

 
2

 





Gambar 5.12 Penulangan Lantai Trotoir

5.3.3.3 Pelat Lantai Kendaraan

Direncanakan :

(1). Tebal pelat lantai kendaraan ( h ) : 20 cm


(2). Tebal aspal ( t ) : 5 cm
(3). Tebal lapisan air hujan ( th ) : 5 cm
(4). Mutu beton ( f'c ) : K-225 ( f ‘c = 22,5 Mpa )
(5). Mutu baja ( fy ) : 240 Mpa ( BJTP 24 )
14
(6). Berat Jenis ( BJ ) beton : 2400 kg/m3
(7). Berat Jenis ( BJ ) aspal : 2200 kg/m3
(8). Berat Jenis ( BJ ) air hujan :1000kg/m3

14
32.0100.0 700 700 100.032.0

31.0

Gelagar Beton Prategang Lantai Jembatan Perkerasan aspal


Diafragma

Tiang Sandaran
1
1

Trotoir
6
5

100.0 185.0 185.0 185.0 185.0 185.0 185.0 185.0 185.0 100.0

Gambar 5.13 Penampang Melintang Jembatan

144
1. Pembebanan Akibat Beban Mati

 Beban mati ( D ) pada lantai kendaraan


 Berat sendiri pelat = h x b x BJ beton = 0,2 x 1 x 2400 = 480 kg/m'
 Berat aspal = t x b x BJ aspal = 0,05 x 1 x 2200 =
110kg/m'
 Berat air hujan = th x b x BJ air
= 0,05 x 1 x1000 = 50 kg/m'
 Beban Mati (qD) = Berat sendiri pelat + Berat aspal + Berat air hujan
= 480 + 110 + 50 = 640 kg/m' = 6,40 kN/m'

Diasumsikan plat lantai menumpu pada dua sisi ( arah ly ) dan terletak bebas pada dua

sisi yang lain ( arah lx ).

185 185

185

Gelagar Pratekan

Pelat Lantai

3080

1600

Gambar 5.14 Denah Plat Lantai.

14
ly

lx

Gambar 5.15 Asumsi perletakan plat lantai jembatan

Menurut PBI ‘ 71 Tabel 13. 3.2 :

Mlx = 0,063 x q x ( lx )2 Mlx = 0,063 x 6,4 x 1,852 = 1,3799 kNm


Mtx = -0,063 x q x ( lx )2 Mtx = -0,063 x 6,4 x 1,852 = -1,3799 kNm
Mly = 0,013 x q x ( lx )2 Mly = 0,013 x 6,4 x 1,852 = 0,2848 kNm

Beban Akibat Muatan "T" pada Lantai Kendaraan

5 4-9m 0.5 1.75 05m


2.75
50 200 kN 200
25 100 100
125 500
200 500

200 200 2 75m

125 500 500


25100100 kN

Gambar 5.16 Muatan T

14
Beban roda : T = 100 kN
Bidang roda : bx = 50 + 2 (10 + 10) = 90 cm = 0,9 m
by = 20 + 2 (10 + 10) = 60 cm = 0,6 m
Bidang kontak : bxy = 0,6 x 0,9 = 0,540 m2
Muatan T disebarkan : T = 100 / 0,540 =185,185 kN/m2

50 cm 20

45o

5 cm
10 cm
10 cm
90 cm 60 cm

Gambar 5.17 Penyebaran muatan T pada lantai

Digunakan tabel Bittner ( dari DR. Ernst Bitnner ), dengan


; lx = 1,85

ly =  ( karena tidak menumpu pada gelagar melintang )


dan setelah di interpolasi, hasilnya sebagai berikut :
Momen pada saat 1 ( satu ) roda berada pada tengah-tengah plat
tx = 90

lx = tx / lx = 0,486 fxm = 0,1477


185

ty = 60 ty / lx = 0,324 fym = 0,0927


lx =
185
Mxm = 0,1477 x 185,185 x 0,6 x 0,9 = 14,77 kNm

Mym = 0,0927 x 185,185 x 0,6 x 0,9 = 9,27 kNm

Momen total ( beban mati + muatan T)

Arah - x : Mxm = 1,3799 + 14,77 = 16,1499


kNm Arah - y : Mym = 0,2848 + 9,27 = 9,5548
kNm

14
Momen pada saat 2 ( dua ) roda berdekatan dengan jarak antara as ke as minimum =
1,00 meter. Luas bidang kontak dapat di hitung atas 2 bagian( I & II ) sebagai berikut :

14
60

87,51087,5 185 10
(I)
( II )

Gambar 5.18 Bidang kontak dihitung atas 2 bagian

Bagian - I :
tx = 185
tx / lx = 1 fxm = 0,0910
lx = 185

ty = 60 ty / lx = 0,324 fym = 0,0608

lx = 185

Mxm = 0,0910 x 185,185 x 0,6 x 1,85 = 18,705 kNm

Mym = 0,0608 x 185,185 x 0,6 x 1,85 = 12,497 kNm


Bagian – II :
tx = 10
lx = tx / lx = 0,054 fxm = 0,2539
185
ty = 60 ty / lx = 0,324 fym = 0,1161
lx =
185
Mxm = 0,2539 x 185,185 x 0,6 x 0,1 = 2,8211 kNm
Mym = 0,1161 x 185,185 x 0,6 x 0,1 = 1,29 kNm
Jadi : Mxm = I – II = 15,884
kNm Mym = I – II =
11,207 kNm
Momen total ( beban mati + muatan T )
Mxm = 1,3799 + 15,884 = 17,2639 kNm
Mym = 0,2848 + 11,207 = 11,4918 kNm
 Akibat beban sementara
Beban sementara adalah beban angin yang bekerja pada kendaraan sebesar q = 150

14
kg/m2 pada arah horizontal setinggi 2 (dua ) meter dari lantai

15
2
q = 150 kg/m
2m

1,75 m

Gambar 5.19 Tinjauan terhadap beban angin

Reaksi pada roda = ( 2 x 4 x 1x 150 ) / 1,75 = 685,71 kg = 6,857 kN

Sehingga beban roda, T = 100 + 6,857 = 106,857 kN


Beban T disebarkan = 106,857 : ( 0,6 x 0,9 ) = 197,9 kN
Di tinjau akibat beban 1 ( satu ) roda ( yang menentukan ) pada tengah-tengah plat.
Mxm = 0,1477 x 197,9 x 0,6 x 0,9 = 15,784 kNm

Mym = 0,0927 x 197,9 x 0,6 x 0,9 = 9,906 kNm


Momen total ( beban mati + beban sementra ) ;
Mxm = 1,3799 + 15,784 = 17,1639 kNm

Mym = 0,2848 + 9,906 = 10,1908 kNm

 Momen desain di pakai momen yang


terbesar Mxm = 17,2639 kNm

Mym = 11,4918 kNm

2. Penulangan Plat Lantai

a. Penulangan lapangan arah x

Mxm = 17,2639 kNm

Mu = M / 

Mu = 17,501 / 0,8 = 21,579 kNm


Direncanakan tulangan Ø 12
dx = h – p – 0,5 Ø = 200 – 40 – 0,5 x 12 = 154 mm
M / b d2 = 21,579 / ( 1 x 0,1542 ) = 909,892 kN / m2 = 909,892 . 10-3 N / mm2
M ⎡

2 fy ⎤
bxd x 0,8 x fy x ⎢1  0,588xx ⎥
⎣ f 'c⎦

15
909,892 . 10-3 = 192  - 1204,224 2

15
 = 0,0049
min =
0,0058
 <  min , dipakai  min
maks =
0,0363
As =  x b x d x 106 = 0,0058 x 1 x 0,154 x 106 = 893,2 mm2
Di pakai tulangan Ø 12 – 125
As terpasang 905 mm2 > 893,2 mm2

b. Penulangan lapangan arah y


Mym = 11,4918 kNm
Mu = M / 
Mu = 11,4918 / 0,8 = 14,365
Direncanakan tulangan Ø 12
dy = h – p – 0,5 Øy – Øx = 200 – 40 - 6 –12 = 142 mm
M / b d2 = 14,365 / ( 1 x 0,1422 ) = 712,408 kN / m2 = 712,408 . 10-3 N / mm2
M ⎡

fy ⎤
x 0,8 x fy x ⎢1  0,588xx ⎥
2 f 'c
bxd ⎣ ⎦
712,408 . 10-3 = 192  - 1204,224 2
Dari perhitungan didapat :
 = 0,0038

min = 0,0058
maks = 0,0363  <  min , dipakai  min

As =  x b x d x 106 = 0,0058 x 1x 0,142 x 106 = 832,6 mm2

Di pakai tulangan Ø 12 – 125

As terpasang 905 mm2 > 832,6 mm2


Penulangan tumpuan
Dari PBI ‘ 71 pasal 8. 5. ( 2 ) “ …tulangan momen negatif paling sedikit 1/3
(sepertiga) dari tulangan tarik total yang diperlukan di atas tumpuan… “
Mtx total = 1,3799 + ( 1/3 x 17,2639 )
= 1,3799 + 5,7546 = 7,135 kNm
Mu =M/
Mu = 7,135 / 0,8 = 8,919 kNm

15
M / b d2 = 8,919 / ( 1 x 0,1542 ) = 376,075 kN / m2 = 376,075 . 10-3 N / mm2

15
M ⎡
 fy ⎤
2
bxd x 0,8 x fy x ⎢1  0,588xx ⎥
⎣ f 'c⎦
376,075 . 10-3 = 192  - 1204,224 2
Dari perhitungan didapat :
 = 0,002
min = 0,0058
maks = 0,0363  <  min , dipakai  min
As =  x b x d x
= 0,0058 x 1 x 0,154 x 106 = 893,2 mm2
10 6

Di pakai tulangan Ø 12 – 125 As terpasang 905 mm2 > 893,2 mm2

II


Balok Prategang Girder I


Ø  

Balok Prategang Girder I



Balok Prategang Girder I


I I


Balok Prategang Girder I


D 12



D

Balok Prategang Girder I


Ø  

Ø  
Balok Prategang Girder I
D  

D  
Balok Prategang Girder I
Ø  

Balok Prategang Girder I



Balok Prategang Girder I


 II
POTONGAN II - II Ø  
 Ø  

Skala 1 : 20


Gambar 5.20. Penulangan plat lantai kendaraan

15
5.3.4 Gelagar

Spesifikasi Teknis :
Lebar Jembatan = 16 meter
Panjang Gelagar = 30,80 meter
Jarak Antar Gelagar = 1,85 meter
Kelas Jalan =2
Mutu Beton Balok Girder ( f’c ) = K-500 ( 50 Mpa )
Mutu Beton Plat Lantai ( f’c ) = K-350 ( 35 Mpa )
Tegangan Ijin :
f’c = 50 Mpa
f’ci = 0,9 x 50 = 45 Mpa
Tegangan Awal
fci = 0,6 x f’ci
= 0,6 x 45 = 27 Mpa

fti = 0,5 f ' ci

= 0,5 45 = 3,35 Mpa


Tegangan Akhir
fci = 0,45 x f’c
= 0,45 x 50 = 22,5 Mpa

fti = 0,5 f'c

= 0,5 50 = 3,54 Mpa


Dalam perencanaan ini digunakan tanda positif untuk tegangan tekan (+) dan
tanda negatif untuk tegangan tarik (-)

15
5.3.4.1 Analisa Penampang Balok
1. Sebelum Komposit

beff = 1850

125 
  Yt(c)
75
Yt(p)
180 cgc composit cgc prestress
1600 1075

Yb(p) Yb(c)
100  
225 

550
650

Gambar 5.21 Gambar Potongan Melintang Balok Girder 30,8 m

Tabel 5.7. Analisa Penampang Balok Prategang


No A (cm2) Y (cm) A.Y(cm3) I (cm4) A . (Y-Yb(p)) 2 Ix (cm4)
1 687,5 153,75 105703,125 8951,822 4691783,319 4700735,141
2 138,75 145 20118,75 433,59375 756922,82 757356,414
3 2250 85 191250 2929687,50 432224,1 3361911,6
4 235 25,833 6070,755 1305,55 482390,198 483695,748
5 1462,5 11,25 16453,125 61699,22 5245712,69 5307411,91
4773,75 339595,755 14611110,81

 Penentuan cgc balok prategang


Yb(p) =  A. Y /  A = 339595,755 / 4773,75 = 71,14 cm
Yt(p) = 160 – 71,14 = 88,86 cm
 Penentuan batas inti balok
prategang Kt(p) = Ix / ( A .
Yb(p) )
= 14611110,81 / ( 4773,75 x 71,14 ) = 43,024 cm
Kb(p) = Ix / ( A x Yt(p) )
= 14611110,81 / ( 4773,75 x 88,86 ) = 34,44 cm

15
Wa = I X 14611110,81
= = 164428,4359 cm3
Yt 88,86
I 14611110,81
Wb = X= = 205385,308 cm3
Yb 71,14

2. Sesudah Komposit
Bma
x
Bef
f
Plat Lantai
20
cm

Balok Pratekan
160
cm

Gambar 5.22 Komposit Balok Prategang

Direncanakan :
 Mutu beton gelagar prategang : f’c = 50 Mpa
 Mutu beton pelat lantai : f’c = 22,5 Mpa
 Modulus elastisitas beton ( E ) = 4730 f’c
E plat = 4730 22,5
E balok = 4730 50
 Angka ekivalen ( n ) = E balok / E plat
= 4730 50 / 4730 22,5 = 1.49
 Luas plat lantai = 185 x 20 = 3700 cm2
 Luas plat lantai ekivalen dengan luas beton precast
Aeki = Aplat / n = 3700 / 1,49 = 2483,22 cm2
 beff = Aeki / tplat = 2483,22 / 20 = 124,161 cm = 1241,61 mm
 beff maximum = 1850 mm ( jarak bersih antar balok )

15
Tabel 5.8. Analisa Penampang Komposit
No A (cm2) Y (cm) A.Y(cm3) I (cm4) A . (Y-Yb(p)) 2 Ix (cm4)
P 4773,75 71,14 339604,575 14611110,81 5462762,447 20073873,26
VI 2483,22 170 422147,4 82774 10501937,24 10584711,24
7256,97 761751,975 30658584,5

 Penentuan cgc balok komposit


Yb(c) =  A. Y /  A = 761751,975 / 7256,97 = 104,968 cm  104,97 cm
Yt(c) = 180 – 104,968 = 75,032 cm  75,03

 Penentuan batas inti balok


komposit Kt(c) = Ix / ( A .
Yb(c) )
= 30658584,5 / ( 7256,97 x 104,968 ) = 40,2475 cm
Kb(c) = Ix / ( A x Yt(c) )
= 30658584,5 / (7256,97 x 75,032 ) = 56,3054 cm

5.3.4.2 Pembebanan Balok Prategang :

1. Beban Mati
a. Berat sendiri balok prategang ( q1 ) :
q1 = Ac x γbeton pratekan U = 0,477375 m2 x 2,5 t/m3
= 1,1934 t/m = 11,934 kN/m

11,934 kN/m

A 30,8 m B

VB =0
VB = RA . 30,8 – ½ . 11,934 . 30,82
= 30,8RA – 5660,5349
RA = 183,784 kN
M = RA . x – ½ . 11,934 . x 2 MX
= 183,784 . x – 5,967 . x2 Dx =
183,784 . – 11,934 . x2

15
Jarak Mx Dx
.
3,85 619,12 137,84
4,00 639,66 136,05
7,70 1061,35 91,89
8,00 1088,38 88,31
11,50 1324,38 46,54
12,00 1346,16 40,58
15,40 1415,14 0,00

b. MMATI TOTAL
Qtotal = Berat sendiri + berat plat + diafragma + berat perkerasan
- Berat sendiri balok prategang ( q1 ) :
q1 = Ac x γbeton pratekan U = 0,477375 m2 x 2,5 t/m3
= 1,1934 t/m = 11,934 kN/m
- Berat plat lantai ( q2 )
q2 = Aplat x γbeton bertulang = 0,2m x 1,85m x 2,5 t/m3
= 0,925 t/m
- Berat Pavement ( q3 ) :
q3 = A x γbeton aspal = 0,05m x 1,85m x 2,0 t/m3
= 0,185 t/m
- Berat diafragma ( P ) :
P = Vdiafragma x γbeton bertulang
= 0,20 m x 1,67 m x 1,075 m x 2,5 t/m3
= 0,8976 t
Total beban q = q1 + q2 + q3
= 1,1934 t/m +0,925 t/m + 0,185 t/m
= 2,3034 t/m = 23,034 kN/m
Total beban P = 0,8976 t
Q =2,3034 t/m

P1 P2 P3 P4 P5 P6

B
A
0,4 m 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 0,4 m
m m m m m

16
30.80 m

16
Direncanakan dipasang 6 buah difragma dengan jarak antar diafragma 6,00m
P = 6 x 0,8976 = 5,386 Ton
VB =0
VB = RA . 30,8 - P1 . 30,4 – P2 . 24,4 – P3 . 18,4 – P4 . 12,4 – P5 .6,4 – P6 . 0,4
- ½ . q . 30,82
VB = RA . 30,8 - 0,8976 . 30,4 – 0,8976 . 24,4 – 0,8976 . 18,4 – 0,8976 . 12,4
– 0,8976 .6,4 – 0,8976 . 0,4 - ½ . q . 30,82
VB = RA . 30,8 – 22,34 – 17,93 – 13,52 – 9,11 – 4,70 – 0,29 – 1092,549
RA = 38,17 Ton
M3,85 = RA . 3,85 – P1 . (3,85 – 0,4) – ½ . q . 3,852
= 38,17 . 3.85 – 0,8976 . 3,45 – 0,5 . 2,3034 . 3,852 = 126,787 Tonm =
= 1267,87 kNm
D3,85 = RA – P1 – q . 3,85
= 38,17 – 0,8976 – 2,3034 . 3,85 = 28,404 Ton = 284,04 kN
Jarak Mx Dx
0 0 381,7
3,85 1267,87 284,04
4,00 1310,21 280,59
7,70 2179,05 186,39
8,00 2233,93 179,48
11,50 2721,02 98,86
12,00 2767,56 87,34
15,40 2904,46 0,00

2. Beban Hidup
a. ( Beban lajur D )

Beban garis P=12 ton


1 jalur
Beban terbagi rata q

Gambar 5.23 Beban D

16
Beban lajur D terdiri dari :
- Beban terbagi rata sebesar q ton per m’ per jalur
1,1
q  2,2  x  L  30
(ton/m) untuk 30  L  60m

60
L = 30,8 m
q = 2,185 t/m
Untuk pias selebar ( S ) 1,85 m
q’ = ( q / 2,75 ) x S
= ( 2,185/ 2,75 ) x 1,85 = 1,469 ton/m

- Beban garis sebesar P per


jalur P = 12 ton
Koefisien 20 20
Kejut K1 1  1,247
 ( 50  L )  ( 50  30,8 )
Untuk pias selebar ( S ) 1,85 m
P’ = ( P / 2,75 ) x K
= ( 12 / 2,75 ) x 1,25 x 1,85 = 10,067 ton

x q’

A B
30,8

Gambar 5.24 Pembebanan akibat beban D

Mencari reaksi tumpuan :


KV = 0 ; RA = RB
RA + RB - Pu - qU x L = 0
2 R A = Pu + q U x L
RA = (Pu + ( qU x L)) / 2
= (10,067 + ( 1,47 x 30,8 )) / 2 = 27,671tm
Momen pada jarak x dari A : Gaya Lintang pada jarak x dari A :
MX = RA. x - 1/2 . q’. x2 DX = RA - q’. x
16
MX = 27,671.x – ½. 1,47. x2 DX = 27,671 – 1,47 x

16
b. Akibat rem dan traksi
Muatan D untuk pias 1,85 m
P = ( 12 / 2,75 ) x 1,85 = 8,073 ton
P = (2,185 / 2,75 ) x 1,85 x 30,8 = 45,273 ton
Total Muatan D = 53,346 ton

Gaya rem = 5% x Total Muatan D


= 5% x 53,346 t = 2,6673 t

Tebal aspal = 0,05 m


Tebal Plat = 0,2 m
Jarak garis netral Yt(p) = 0,8886
Tinggi pusat berat kendaraan = 1,8 m
HR = 2,6673 t
ZR = Yt(p) + h ( pelat & aspal ) + 1,80
= 0,8886 + 0,2 + 0,05 + 1,8 = 2,9386 m

x HR
ZR

A B
30,8 m

Gambar 5.25 Pembebanan akibat rem dan traksi

Mencari reaksi tumpuan :


 MB = 0
( R A x L ) - ( H R x ZR ) = 0
( RA x 30,8 ) - (2,6673 x 2,9386) =0
RA = 0,25448 t

Momen pada jarak x dari A : Gaya Lintang pada jarak x dari A


:
MX = RA. x DX = RA

MX = 0,25448. x DX = 0,25448

16
Momen Hidup dan Gaya Lintang Hidup Total :

Jarak Mx Dx
0 0 279,39
3,85 966,19 222,66
4,00 999,42 220,46
7,70 1714,48 166,07
8,00 1763,64 161,66
11,50 2239,39 110,21
12,00 2292,66 102,86
15,40 2557,40 52,88

5.3.4.3 Perhitungan Gaya Prategang :


Spesifikasi beton prestress (K-
500) f’c = 50 Mpa
fci = 90% . f’c
= 45 Mpa
emax = yb – ½ Øtendon - ½ Øtul besi - Øtul utama – penutup
= 71,14 – ½ . 6 – 1,2 – 1,2 – 2,5
= 63,24 cm
2. Gaya Penampang Awal
MMAX = Momen dari berat sendiri balok
= 1415,14 kNm
Kondisi akan ideal apabila perencanaan disini tidak boleh terjadi tegangan tarik
(full prestressing) agar gelagar/balok benar-benar aman terhadap tegangan tarik
yang akan berakibat pada keretakan pada balok atau gelagar, sehingga :
fatas = 0 (tidak boleh ada tegangan tarik)
fbawah = ftekan
fci = 0,6 x f’ci
= 27 Mpa

16
3. Tegangan yang terjadi
 Sebelum kehilangan tegangan dan sebelum plat di
cor Beban yang berlaku = berat sendiri balok
F Fe.Yt M GELAGAR .Yt
f atas    
A Ix Ix

0 F F  632,4  888,6 1415,14 106  888,6


 
4773,75 10 2
14611110,8110 4 14611110,81104

F  4914968,4N

F Fe.Yb M .Yb
f bawah   
A Ix Ix

27  F F  632,4  711,4 1415,14 106  711,4


 
4773,75 102 14611110,8110 4 14611110,81104
F = 18537252
N
Diambil F terkecil = 4914968,4
N FAWAL = 4914968,4
F Fe.Yt M GELAGAR .Yt
f atas    
A Ix Ix

4914968,4
f atas   4773,75 10
2 4914968,4  632,4  1415,14 106  888,6
888,6  14611110,81104
14611110,81104

fatas  0Mpa  27Mpa...............OK

F Fe.Yb M .Yb
f bawah   
A Ix Ix

4914968,4
f bawah  4773,75 10 2 4914968,4  632,4  1415,14 106  711,4
711,4  14611110,81104
14611110,81104

f bawah 18,539Mpa  27Mpa..................OK

 Setelah Kehilangan Tegangan


Beban yang berlaku = berat sendiri
balok Losses of prestress = 17% (plat di
cor) F2 = 0,83 x F1
= 0,83 x 4914968,4 N

16
= 4079423,8 N

16
ftekan setelah Losses Of Prestress
ftekan = 0,45 x fci
= 0,45 x 45
= 20,25 Mpa
Beban keadaan 1 sama dengan beban keadaan 2 sehingga momen keadaan 2 sama
dengan momen keadaan 1
F Fe.Yt M .Yt
f atas    
A Ix Ix

4079423,8
f atas   4773,75 10
2 4079423,8  632,4  1415,14 106  888,6
888,6  14611110,81104
14611110,81104
fatas  11,4622Mpa  20,25Mpa......ok

F Fe.Yb M .Yb
f bawah   
A Ix Ix

4079423,8
f bawah  4773,75 102 4079423,8  632,4  1415,14 106  711,4
711,4  14611110,81104
14611110,81104
fbawah  14,216Mpa  20,25Mpa........ok

 Setelah kehilangan tegangan dan setelah plat lantai dicor


Beban yang berlaku = Berat sendiri + berat plat + diafragma + berat
perkerasan MMAX = 2904,46 kNm
F Fe.Yt M .Yt
f atas    
A Ix Ix

4079423,8
2 4079423,8  632,4  888,6 2904,46 10  888,6
6
f atas   4773,75 10
 14611110,81104
14611110,81104
fatas  10,519Mpa  20,25Mpa...........ok

F Fe.Yb M .Yb
f bawah   
A Ix Ix

4079423,8
f bawah  4773,75 10 2 4079423,8  632,4  711,4 2904,46 106  711,4
 14611110,81104
14611110,81104

16
fbawah  6,965Mpa  20,25Mpa...........ok

17
 Setelah beban luar bekerja dan penampang sudah komposit
Beban yang bekerja = berat sendiri struktur komposit + beban bergerak
Karena pada kondisi diatas beban mati sudah bekerja maka perhitungan yang
dimasukan tinggal beban hidup.
MHidup = 2557,40 kNm

 atas
M .yt composite
 Ix.composite
2557,40 106.750,3
=
30658584,5 104

= 6,257 Mpa

 bawah  M .ybcomposite
Ix.composite
2557,40 106.1049,7
=
30658584,5 104

= - 8,7561 Mpa

Dari perhitungan di atas dapat di buat diagram tegangan seperti pada gambar
dibawah ini :
a. Diagram Tegangan keadaan I (Sebelum kehilangan tegangan dan sebelum
plat di cor)

b 10,2958 -18,9032 8,6064 0

+ + =

15,1336 - 6,8902
10,2958 18,5392

17
b. Diagram Tegangan keadaan II (Setelah Kehilangan Tegangan)

8,5455 - 15,6897 8,6064 11,4622

+ + =

8,5455 12,5609 - 6,8902 14,2162

c. Diagram Tegangan Keadaan III (Setelah kehilangan tegangan dan setelah


plat lantai dicor)
8,5455 -15,6897 17,6639 10,5197

+ + =

8,5455 12,5609 -14,1415 6,9649

d. Diagram Tegangan Keadaan IV (Setelah beban luar bekerja dan penampang


sudah komposit)

6,257

5,11

-8,7561

17
e. Diagram Tegangan kondisi akhir (jumlah kondisi III dam kondisi IV)

6,257
6,257
10,5197 15,6297
5,11

=
+

6,9649 -1,7912
-8,7561

Tegangan ijin beton :


 atas  6,8 Mpa < 0,45 f’c = 22,50 Mpa

 plat  15,429 Mpa < 0,45 f’c = 22,50 Mpa


 bawah  -1,7912 Mpa < -3,54 Mpa
Dari kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan tegangan pada
penarikan dengan umur beton 14 hari dan kehilangan tegangan (LOP) 17% diatas
aman terhadap tarik.

5.3.4.4 Perhitungan Kabel Prategang ( Tendon )

1. Ukuran tendon
MMax = 563,026 tonm
= 5630,26 kNm
Gaya Prategang efektif (F) :
F = 4079423,8 N
= 4079,423 kN
Sebelum Kehilangan Tegangan (LOP)
17% Fo = 4914968,4 N
= 4914,968 kN
Dari tabel VSL
Menurut persyaratan-persyaratan ASTM-4161-30 :
Diameter nominal = 12,7 mm
Tegangan ultimate minimum (fpu) = 190

17
kg/mm2

17
Tegangan leleh minimum (fpy) = 160 kg/mm2
Nominal section (Ap) = 98,71
mm Gaya prestress transfer ;
2

P = 98,71 x 190 x 0,75


= 14066,175 kg
Direncanakan menggunakan 3 buah tendon :
491496,84
Jumlah strand = 11,65  12
= 14066,75 
4
Digunakan 12 kawat untaian.
Dari Tabel VSL diperoleh :
E5-12 jumlah 12 strand

Gaya maksimum = 396,5 kips


= 396,5 x 4,448 kN
= 1763,632 kN
Maka Jumlah tendon yang digunakan :
n = Fawal / GayaMax
= 4914,968 / 1763,63
= 2,7  3 buah

2. Perhitungan daerah aman tendon


Letak kabel prategang di dalam beton mengikuti lengkung parabola. Agar
konstruksi tetap aman maka konstruksi kabel harus terletak di antara kedua garis
aman kabel.
Diketahui :
Fawal = 4914,968 kN
Fefektif= 4079,4238 kN
Yt = 88,86 cm
Yb = 71,14 cm
Yb(c)= 104,97
cm
Yt(c) = 75,03 cm
Ix = 14611110,81 cm4

17
Ix(c) = 30658584,5 cm4

17
Tegangan Awal
fci = 0,6 x
f’ci
= 0,6 x 45
= 27 Mpa

fti = 0,5 f ' ci

= 0,5 45
= - 3,35 Mpa
Tegangan Akhir
fci = 0,45 x
f’c
= 0,45 x 50
= 22,5 Mpa

fti = 0,5 f ' c

= 0,5 50
= - 3,54 Mpa

 Sebelum kehilangan tegangan dan sebelum plat di


cor Beban yang berlaku = berat sendiri balok
F Fe.Yt M .Yt
f atas    
A Ix Ix

M Gelagar
e  I (f FAWAL
 )
X top
A
1 FAwal Ytop .FAWAL
4914968
146111108100  (27  )
M GELAGAR 477375
e1  
4914968 888,6  4914968
M GELAGAR
e   558,832
1
4914968

17
Jarak e1
0 -558,832
3,85 -432,865
4,00 -428,686
7,70 -342,889
8,00 -337,389
11,50 -289,373
12,00 -284,942
15,40 -270,907

f F Fe.Yb M .Yb
bawah   
A Ix Ix

FAWAL
I (f  )
e X bottom
A M Gelagar
 
2 Ybottom .FAWAL FAWAL
4914968
14611108100  (3.35  )
e 477375  M Gelagar
2
711,4  4914968
4914968

M Gelagar
e2  570,23 
4914968

Jarak e2
0 -570,230
3,85 -444,263
4,00 -440,084
7,70 -354,287
8,00 -348,787
11,50 -300,771
12,00 -296,340
15,40 -282,305

 Setelah beban luar bekerja dan penampang sudah komposit


F F.e.Yt MGelagar .Yt M HIDUP .Ytop.com
f top     
A Ix Ix IX .comp
1 ⎡
e  M
17
Ix
( (f .Ytcomp ⎤
Fefektif M Hidup ))
⎢ 
MATr


3 FEfektif ⎢⎣ Yt
top
A Ixcomp ⎥⎦

17
1 ⎡
e 
M  146111108100 4079423,8 M Hidup  750,3
(22,5  ⎤
⎢ ( ))

3
4079423,8
MSTI
888,6 477375 ⎥
306585845000
⎣ ⎦
1 ⎡
e  M  (164428440  (22,5  8,5455 M Hidup  750,3
 ⎤
))
⎢ ⎥
306585845000 ⎦
MSTI
3
4079423,8

e3  1
M  (2294516700  HIDUP
)
4079423,8 MATI 0,4024.M

Jarak e3
0 -562,461
3,85 -156,359
4,00 -142,701
7,70 140,815
8,00 159,117
11,50 325,446
12,00 342,110
15,40 401,781

f F Fe.Yb M .Yb M Hidup .Ytcomp


   
bottom
A Ix Ix Ixcomp

e4 
F
⎡ Ix Fefektif ⎤
1 ( (  A M HIDUP .Ybcomp ⎥
bootom  Ix ))  M mati
f
Yb

Efektif ⎢⎣ comp ⎥⎦

1
e 

⎡ 146111108100 4079423,8 M HIDUP.1049,7 ⎤


(3,54
 477375  ))  M MATI ⎥
4
4079423,8 711,4
306585845000
⎢( ⎣ ⎦
1 ⎡ M .1049,7 ⎤
e  (205385310  (12,0855  HIDUP ))  M
MATI ⎥
4
4079423,8 ⎢⎣ 306585845000 ⎦

e4  1
(2482184100  0,703.M HIDUP )  MATI

4079423,8 M

18
Jarak e4
0 -608,464
3,85 -131,168
4,00 -115,060
7,70 221,146
8,00 243,070
11,50 444,456
12,00 465,046
15,40 544,225

Gambar 5.26 Daerah Aman Tendon

3. Lay Out Tendon Prategang


Bentuk lay out tendon memanjang adalah parabola. Untuk menentukan
posisi tendon digunakan persamaan garis lengkung :

Y
Y = 4 f ( Lx – x2 )

x X
y f

Gambar 5.27 Grafik persamaan lengkung parabola

18
Dimana : y = ordinat tendon
x = panjang tendon
L = panjang bentang
f = tingi puncak tendon

58,75
34

16,7
0m 15,4 m

Gambar 5.28 Perencanaan lay out tendon

Puncak lengkung tiap – tiap tendon adalah sebagai berikut :


- Tendon I : fI = 98 – 16,72 = 81,28 cm
- Tendon II : fI = 68 – 16,72 = 51,28 cm
- Tendon III : fI = 38 – 16,72 = 21,28 cm

Contoh perhitungan untuk tendon I


4 f (lx  x 2 )
y1 ' 
l2
4 x 66,794 x (3080 x  x 2 ) 267,176 ( 3080 x  x 2 )
 30802 
30802
Untuk x = 2,0 m = 200 cm
267,176 x (3080 x 200  2002
)
y '1  16,223 cm
30802
y1  ya  y1 '  83,514 16,223  67,2914 cm

Perhitungan jarak kabel dari tepi bawah disajikan dalam tabel berikut :

18
Tabel 5.9 Jarak Tendon dari tepi bawah

Jarak Tendon I Tendon II Tendon III


0 83,51 58,76 34,00
385 54,29 40,37 26,44
400 53,32 39,76 26,19
770 33,42 27,23 21,04
800 32,14 26,43 20,71
1150 21,01 19,42 17,83
1200 19,98 18,77 17,56
1540 16,72 16,72 16,72

4. Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang


Kehilangan tegangan dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya (bajanya).
Jenis-jenis kehilangan tegangan adalah sebagai berikut :
1) Akibat tegangan elastis beton
2) Akibat rangkak beton
3) Akibat susut beton
4) Akibat relaksasi baja.
Pada perencanaan jembatan Kartini ini perhitungan kehilangan tegangan
menggunakan rumus-rumus dan ketentuan-ketentuan pada “Desain Struktur
Prategang” TY LIN.

a. Akibat tegangan elastis beton


Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh
: Aps = 98,71 mm2
Ac = 4773,75 cm2 = 477375 mm2
FO = 0,75fpu x Aps x strain x tendon
= 0,75 x 19000 x (0,9871 x 10) x 3
= 421985,25 kg
Es = 200000 Mpa
Ec = 25001,5 x 0,043 x √50
= 380069,895 kg/cm2
= 38006,99 Mpa
Ic = 14611110,81 cm4
e =632,4 mm

18
MG = 1415,3 kNm = 14153000 kgcm
Es
n = = 5,26
Ec
Fo Fo  e 2 M e
fcs   G
Ix Ix

Ac

fcs =
421985,25 421985,25  14153000  63,24
4773,75  63.242  14611110,81
14611110,81
= 88,39 + 115,50 – 61,26
= 142,63 kg/cm2 = 14,263 MPa
Maka :
∆fpES = 5,26 x 142,63 = 750,546 kg/cm2
Pengurangan nilai Pi digunakan reduksi 10 %, maka :
∆fpES = 0,9 x 750,546 kg/cm2
= 675,210 kg/cm2 = 67,521 MPa
Karena ada 3 buah tendon
ES = 0.5 x 67,521
MPa
= 33,761 Mpa

b. Akibat rangkak beton ( Creep Losses )


Eps
∆fpCR = Kcr ( fcs  fcsd )
Ec
Kcr = untuk struktur pasca tarik, koefisien rangkan beton 1,6
Mp * 2,85.10 7

Fcsd x63,24 = 123,354 kg/cm2


eI =
14611110,81
=
` = 12,3354 MPa
Fcs = 14,263 Mpa
∆fpCR = Kcr  n  ( fcs  fcsd )
= 1,6 x 5,26 x (14,263 – 12,3354 )
= 16,223 MPa

c. Akibat susut beton ( Shrinkage )

18
∆fpSH = €SH x Eps
Dimana :
€SH = 0,0005
= jumlah tegangan susut sisa yang mengurangi besar 0,0005 setelah

18
umur beton 28 hari baru dilaksanakan kabel, pada saat tersebut
susut beton mencapai 40%
Eps = 2.000.000
kg/cm2 Maka,
∆fpSH = 0,0005 x 2.000.000 x 40%
= 400 kg / cm2
= 40 Mpa

d. Akibat relaksasi baja


Log t ⎛ f ' pi ⎞
∆fpR = fpi x ⎜  0.55⎟
10 ⎝ fpu ⎠

fpi = 0.75 x fpu


= 0.75 x 19.000
= 14250 kg / cm2
Pengurangan gaya akibat relaksasi adalah
17% f’pï = (1- 0.17 ) x 14250
= 11827.5 kg / cm2 = 1182.75 Mpa
Waktu durasi pada saat relaksasi diambil selama 5
tahun t = 5 x 365 x 24
= 43800 jam

Maka,
∆fp ⎞
=14250 Log 43800 ⎛ 1182.75  0.55
R ⎜ ⎟
10 ⎝ 19000 ⎠
= 479.727 kg/ cm2
= 47.973 Mpa

Kehilangan Gaya Prategang Total :


Dari hasil perhitungan 4 macam kehilangan gaya prategang yang terjadi pada
beton dan baja, maka diperoleh kehilangan gaya prategang total sebesar :
Kehilangan Total = ES + CR + SH + RE
= 33,761 MPa + 16,223 MPa + 40 Mpa + 47.973 MPa
= 137,957 Mpa

18
5.3.4.5 Perencanaan Tulangan Balok Prategang

1. Perhitungan tulangan utama


Penulangan Balok prategang didasarkan atas pengangkutan 2
titik. Mu = 0.5 q (0,209.L)2
= 0.5 11934 (0,209*30800)2
= 2.473x106 Nmm
Direncanakan tulangan pokok D20 dan sengkang
D10. d = h – p - Øsengkang – ½ Øtul. pokok
= 1600 – 40 – 10 – (0,5 x20 )
= 1540 mm
Mu
2.473 *106
b*d = = 0,001 Mpa
2
1000 *15402
Mu
= 0,8 ρ fy (1 – 0,0588 fy
ρ f 'c )
b*d2

0,001 = 0,8 ρ 320 (1 – 0,0588 320


ρ 60 )

ρ = 0,00003
1,4
ρmin = = 1,4
fy = 0,0044
320

ρmin > ρ maka dipakai ρmin = 0,0044

As =ρbd
= 0,0044*100*1540
= 6737,5 mm2
Maka digunakan tulangan 22 D 20 (As = 6908 mm2 )

2. Perhitungan tulangan geser balok prategang

Gaya lintang akibat beban mati (VD)


Akibat gelagar = 0,5 q L = 0,5 *1193,4 *30,8 = 18378,36 kg
Akibat diafragma = 0,5 P = 0,5 *4408,8 = 2204,4 kg
Akibat plat lantai = 0,5 q L = 0,5 *925*30,8 = 14245 kg
18
+
VD = 34827,76 kg
= 348277,6 N

18
Gaya lintang akibat beban hidup (VL)
Akibat beban D = 0.5 P + 0,5qL = 0,5*10091 + 0.5*1470*30.8
= 27683,5 kg
Akibat rem dan traksi = 0,5 P = 0,5 *2667,3 = 1333,65 kg +
VL = 29017,15 kg
= 290171,5 N
Vu = VD + VL
= 348277,6 N + 290171,5 N
= 638449,1 N
d = Tinggi efektif balok
= 1600 – 40
= 1560 mm
Vc = gaya lintang yang ditahan oleh beton

Untuk perhitungan Vc ini, harus dilihat dari dua hal yaitu retak akibat geseran
pada badan penampang (Vcw) dan retak miring akibat lentur (Vci). Nantinya
nilai Vc adalah nilai terkecil dari Vcw dan Vci.
Retak akibat geseran pada badan penampang

Vcw = (0,29* f 'c + 0,3*fpc)*bw*d + Vp

Vp = komponen vertikal dari gaya


prategang Vp = Fo *tg α

= 4914968 * 52
15400
= 16595,996 N
Bw = 18 cm = 180 mm

Fpc F 3671481,4 N
Ac= 477375
=
= 7,6 N/mm2

Vcw = (0,29* f 'c


+ 0,3*fpc)*bw*d + Vp

= (0,29* 50 + 0,3*7,6)*180*1560 + 16595,996


= 1232531,2 N

18
Retak miring akibat lentur

(Vci) Vci = 0,05*bw*d*f 'c Vt * Mcr


+ M max

Mcr = Ic' *(0,5*


f 'c + fpc)
Yt'
= 1,46
*1011 *(0,5* 50 + 7,6)
8886
= 1,83 108 Nmm
Menurut buku “Struktur Beton Pratekan Ir. Han Aylie” tegangan terbesar
terdapat pada 0.25 L dari tumpuan.
x = 0,25*30,8
= 7,7 m = 770 cm
M max
L * x  x2
Vt =
L2*x
3080 * 770 
7702 = 1155 cm = 11550 mm
=
3080  2 * 770
1,83*108
Vci = 0,05*180*1560* 50 +
11550
= 115121,95 N
Jadi dipakai Vc = Vci = 115121,95 N
 Vs = Vu -  Vc
 = vaktor reduksi kekuatan =
0,6 0,6 Vs = 638449,1 – 0,6 *115121,95
Vs =569375,93 N
Tulangan rencana sengkang D10 (As = 157 mm2)

Av * fy *
S = d Vs

157 * 320
=
*1560 = 137,649 mm ≈ 300 mm
569375,93
Jadi dipakai tulangan sengkang D 10-300 mm.

19
5.3.4.6 Diafragma

550

1075

650

Gambar 5.29 Dimensi balok diafragma

1. Perhitungan Balok diafragma


Dimensi : h = 107,5 cm
P = 167 cm
L = 20 cm
1
Ix *200*10753
12
=
= 2,07 * 1010 mm4
Ix
2,07 1010
Kt – Kb = = = 179,167 mm
A * Cb 1075  200 1075 /
2

2. Pembebanan diafragma
Berat sendiri = 0,20*1,075*2,5
= 0,5375 T/m2
= 5,375 N/mm2
1
Momen yang terjadi *q*L2
12
=
= 1249194,792 Nmm
Gaya lintang = 0.5 *q*L
= 0.5 * 5,375 *1670 = 4488,125 N

19
3. Perhitungan momen kritis balok diafragma
Perhitungan meomen kritis balok diafragma dihitung terhadap terjadinya
keadaan yang paling ekstrim, yaitu pada kondisi di mana salah satu lajurnya
terdapat beban kendaraan yang maksimum sedangkan lajur yang lain tanpa
beban kendaraan. Pada diafragma tengah dikuatirkan akan pecah akibat
momen yang terjadi, yang diakibatkan oleh perbedaan deformasi pada
gelagar yang saling berdekatan.
Diketahui :
Tinggi balok (h) = 1075
mm Mutu beton (f’c) = 35
Mpa Tebal balok (t) = 200
mm Selimut beton = 40
mm

∆maks 1
1075 = 3,5833 mm
300
=

Ec =4700
35 = 2,78 104 Mpa
M * L2
∆maks
6 * Ec *
= I
6 * 2,78*104 * 2,07
6 * Ec * * ∆maks *3,5833
*1010
=
M I L2 16702

=
= 4436256198 Nmm

4. Tegangan izin Balok Diafragma


F’c = 35 Mpa
F’ci = 0,9 * 35 = 31,5 Mpa
1.Kondisi awal (sesudah transfer tegangan)
σA = - f ti

=- (-0,5 fci )

= 0,5* 31,5

= 2,806 Mpa = 28,06 kg/cm 2


σB = -0,6*f’ci
19
= -0,6 * 31,5
= -18,9 Mpa = 189 kg/cm 2

19
5. Kondisi Akhir pada saat beban mulai bekerja
σ B = -0,45*35

=-15,75 Mpa = -157,5 kg/cm 2


σA = -ft

= -(  0,5f 'C )

= 0,5 35

= 2,958 Mpa = 29,58 kg/cm 2

6. Perhitungan gaya pratekan yang dibutuhkan


M
σ = = 4436256198
= 11,517 N/mm2
W 1
* 200 *10752
6
P =σ*A
= 11,517 * 200 *1075 = 2476155 N
Direncanakan menggunakan dua buah tendon sehingga gaya prategang
efektifnya menjadi :
P = 2*F
2476155 = 2* F
F = 1238077,5 N

7. Perhitungan gaya prategang awal


Fo 1238077,5
Fo = = = 1547596,875 N
0,8 0,8
Kontrol
Tegangan
a. Akibat momen kritis
MT 1249194,792
fbottom = = 200 *1075 *179,167
A
KA

= 0,03242 Mpa
MT 1249194,792
ftop =- = - 200 *1075 *179,167
A
KB
= - 0,03242 Mpa

19
b. Akibat gaya prategang awal
Fo
fbottom = - = 1547596,875
A
200 *1075
= - 7,198 Mpa

ftop = - Fo 1547596,875
=-
A 200 *1075
= - 7,198 Mpa
c. Akibat gaya prategang efektif

fbottom = F = 1238077,5
A 200 *1075
= 5,7585 Mpa

ftop =- F 1238077,5
=-
A 200 *1075
= - 5,7585 Mpa

8. Kombinasi Tegangan
Keadaan awal (a + b)
Serat atas (ft) = - 0,03242 - 7,198
= - 7,23042 Mpa < - 18,9 Mpa........(ok)
Serat bawah (fb) = 0,03242 - 7,198
= - 7,165 Mpa < 2,806 Mpa.............(ok)
Akibat gaya pratekan efektif (a + c)
Serat atas = - 0,03242 – 5,7585
= - 5,79 Mpa < -15,75 Mpa..............(ok)
Serat bawah = 0,03242 – 5,7585
= -5,726 Mpa < 2,958 Mpa..............(ok)

9. Perhitungan tendon balok diafragma


Digunakan untaian kawat/strand “seven wire strand” dengan diameter setiap
strand 0,5”. Luas tiap strand 129,016 mm2, jumlah strand
7. Luas tampang = 903,116 mm2
= 9,031 cm2
Tegangan batas Tpu = 19000 kg/cm2 = 19
ton/cm2. Gaya prapenegangan terhadap beban
Fpu = Tpu * luas tampang

19
= 19 * 9,031 = 171,592 ton

19
Tegangan baja prategang, tegangan ijin menurut ACI :
1. Tegangan saat transfer : Tat = 0,8
Tpu 2.Tegangan saat beton bekerja : Tap = 0,7
Tpu Jumlah tendon yang dibutuhkan :
F = 1238077,5 N = 123,81 t
FO = 1547596,875 N = 154,76 t
FO
n =
154,76 = 1,58 ≈ 2
0,7  Fpu = 0,7
171,592

10 Perhitungan tulangan balok diafragma

Tinggi balok ( h ) = 1075 mm

Mutu beton = K-350 ( f ‘ c = 35 Mpa


) Berat jenis beton ( BJ ) = 2400 kg/m3
Tebal balok ( t ) = 200
mm Tebal penutup beton= 40 mm
 tulangan = 16 mm
 sengkang = 8 mm
tinggi efektif (d ) = h - p -  sengkang - 0.5  tulangan
= 880 - 40 - 8 – 0,5 x 16 = 824 mm

qd = 1,2 x 0,2 x 0,824 x 2400


= 5474,624 kg/m = 4,746 kN / m

Tulangan Utama ;
M = 1/8 ( q x l2 ) = 1/8 ( 4,746 x 1,852 ) = 2,0304 kNm
Mu = M / 
Mu = 2,0304 / 0,8 = 2,538 kNm
Mu / bd2 = 2,538 / ( 0,2 x 0,8242 ) = 18,689 kN / m2 = 18,689 . 10-3 N /mm2
M
⎡ fy ⎤
bxd   x 0,8 x fy 1 0,588x
 x
2
x ⎣⎢ f 'c ⎥⎦

18,689 E-03 = 192  - 774,144 2

19
Dari perhitungan didapat
:
 = 0,00007
min = 0,0058
ρ < ρmin , maka dipakai min
max = 0,0564
As = min x b x d
= 0,0058 x 0,2 x 0,824 x 106 = 955,84 mm2
dipilih tulangan 6  16 , As = 1206 mm2 > 955,84 mm2
Tulangan pembagi = 0,2 x As tul. Utama
= 0,2 x 1206 = 241,2 mm2
Dipakai tulangan 4  10 ( As = 314 mm2 > 241,2 mm2)

STANDAR DIAFRAGMA
PLAT LANTAI COR SETEMPAT (K350) 1 Ø 12,7 mm

PLAT DECK PRACETAK


DIFRAGMA PRACETAK (K350)

10
6Ø10


10D13
10D13

Gambar 5.30 Layout Tendon Diafragma

5.3.4.7 END BLOCK


Akibat stressing maka pada ujung balok terjadi tegangan yang besar dan untuk
mendistribusikan gaya prategang tersebut pada seluruh penampang balok, maka perlu
suatu bagian ujung block (end block) yang panjangnya sama dengan tinggi balok dengan
seluruhnya merata selebar flens balok. Pada bagian end block tersebut terdapat 2 (dua)
macam tegangan yang berupa :
1. Tegangan tarik yang disebut Bursting Zone terdapat pada pusat penampang di
sepanjang garis beban.
2. Tegangan tarik yang tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end block yang disebut
Spalling Zone (daerah yang terkelupas).
19
Untuk menahan tegangan tarik di daerah Bursting Zone digunakan sengkang atau
tulangan spiral longitudinal. Sedangkan untuk tegangan tarik di daerah Spalling Zone
digunakan Wiremesh atau tulang biasa yang dianyam agar tidak terjadi retakan.
Perhitungan untuk mencari besarnya gaya yang bekerja pada end block adalah berupa
pendekatan.
Gaya yang terjadi pada end block dicari dengan rumus sebagai berikut :
 Untuk angkur tunggal 3

T  0.04F  0.20 ⎡ b2  b1⎤⎥ F


o ⎢
b  b1 ⎦
⎣ 2
 Untuk angkur majemuk 3

T  0.20 ⎡ b2  b1⎤⎥ F


o ⎢
b  b1 ⎦
⎣ 2
F
T  1  
s
3
Dimana : To = Gaya pada Spelling Zone
Ts = Gaya pada Bursting Zone
F = Gaya prategang efektif
b1, b2 = bagian – bagian dari prisma

FFF
100

Gambar 5.31 Gaya pada end block

19
Prisma1

F = 4914,968 kN / 3 = 1638,32 kN b2

b1 = 12,4 cm
b1
b2 = 76,5 cm

Prisma 2 b2

F = 6150 kN / 4 = 1638,32 kN b1

b1 = 12,4 cm
b2 = 12,4 cm
Prisma 3 b2

F = 6150 kN / 4 = 1638,32 kN
b1
b1 = 34 cm
b2 = 12,4 cm

Tabel 5.10 Perhitungan gaya pada permukaan end block

Jarak dari angkur Surface force (Kn)


3
Prisma Gaya F (kN) ⎛bb⎞
b1 (cm) b2 (cm) 0.04 F 0.2 ⎜ 2 1 ⎟ F
⎝ b2  b1 ⎠
1 12,34 76,5 1638,32 65,53 123,42
2 12,34 12,378 1638,32 65,53 0
3 34 12,378 1638,32 65,53 33,46

To1 max = 65,53 kN


To1 ditahan oleh Net Reinforcement yang ditempatkan di belakang pelat pembagi. Kita
gunakan tulangan dengan fy = 400 MPa.

A s  65,53 x 10
3  163,825 mm 2
400
Maka dipasang tulangan 4 Ø 10 mm ( AS = 314 mm2 ).
To2 max = 123,42 kN
Ditempatkan di belakang dinding end block. Kita gunakan tulangan dengan fy = 400 MPa.
400
123,42 x 10
As  3

20
 308,55 mm 2
Maka dipasang tulangan 4 Ø 10 mm ( AS = 314 mm2 ).

20
Perhitungan gaya pada daerah bursting zone (Ts)

Diameter tiap jangkar = 6,35 cm

2a = 0,88 d = 0,88 x 6,35 = 5,588 cm = 0,056 m

Penulangan Bursting Zone disajikan dalam tabel berikut :

Tabel.5.11 Penulangan Bursting Zone


No Uraian Prisma 1 Prisma 2 Prisma 3 Sat
1 Gaya ( F ) 1638,32 1638,32 1638,32 kN
2 Sisi Prisma ( 2b ) 0,25 0,25 0,25 m
3 Lebar ( 2a ) 0,056 0,056 0,056 m
4 2a 0,224
 = 2b 0,224 0,224 -
5 F 432,779 432,779 432,779
Bursting Force T  1  γ kN
s
3
6 Koefisien reduksi (  b  0 ) 1 1 1 -
7 Angkur miring Ts ' 1,1 Ts 436,157 436,157 436,157 kN
8 fy ( a ) 400 400 400 MPa
9 T' 1165,393 1165,393 1165,393
As  as mm2
Tulangan diperlukan
10 Tulangan terpasang 1012 10  12 10  12
kN
Luas tul. terpasang 1131 1131 1131

5.3.4.8 Bearing Pad ( Elastomer )


Perletakan direncanakan menggunakan elastomer dengan dimensi yang dipesan
sesuai permintaan.
Dimensi rencana ( 40 x 45 x 4.5 ) cm.

GELAG

10 40
1 4 1
4,5
4.5
10,5
Bearing Pad 1

60

Gambar 5.32. Bearing Pad

20
Digunakan :
CPU Elastomeric Bearing tebal 45 mm isi 3 plat baja 3
mm Kuat tekan = 56 kg/cm2
Kuat geser = 35 kg/cm2
CPU Bearing Pad / strip tebal 20
mm Kuat geser = 2.11 kg/cm2
Beban yang bekerja :
Vmax = D Total
= 638,4491k N
= 63844,91 kg
Pengecekan terhadap beban vertikal :

Vmax
f = A

63844,91
= 45 * 40

= 35,469 kg/cm2 ≤ 56 kg/cm2


Pengecekan terhadap CPU Bearing Pad / strip :

5% * V max
f = A

5% * 63844,91
= 45 * 40

= 1,77 kg/cm2 ≤ 2.11 kg/cm2

5.3.4.9 Shear Connector

Karena hubungan antara lantai jembatan dengan gelagar beton prategang


merupakan hubungan komposit, dimana dalam hubungan seperti ini, lantai jembatan dan
gelagar pratekan tidak dicor dalam satu kesatuan, maka perlu diberi penahan geser atau
shear connector supaya antara lantai jembatan dengan gelagar dapat bekerja bersama-
sama untuk menahan beban-beban mati dan hidup.
Diketahui ;
Vmax = 638,4491k N
D = tinggi efektif komposit = 1800 mm
B = bidang kontak = 550 mm
Q = faktor reduksi = 0,6

20
V = koefisien gesekan = 1
V max
V 638449,1
bxd   0,645 N / mm 2
550x1800
Vn = tegangan geser yang ditahan bidang kontak
= 0,55 Mpa ( jika bidang kontak bersih , tidak terlalu kasar dan tanpa shear conector )
= 2,40 Mpa ( jika bidang kontak bersih , sedikit kasar dan menggunakan shear
connector minimum )
Vsc = tegangan geser yang dapat ditahan oleh shear conector
= V - Q x Vn
= 0,645 - 0,6 x 0,55
= 0,315 Mpa
digunakan 2 buah shear conector ( SC ) tipe U dengan tulangan Ø 12 ( As = 452 mm 2 )
As x fy x v
Jarak pemasangan shear conector 452x240x1
=  0,492x1000  220 mm
Vsc x b
Digunakan 2 buah shear conector type U Ø 12 – 200 mm

5.3.4.10 Deck Slab

Direncanakan :

Menggunakan beton K-
225 L = 100 cm
P = 170 cm
t = 7 cm

Pembebanan :
a. Plat lantai kendaraan : 0,2*1,7*2,5 = 0,85 T/m
b. Lapisan Aspal : 0,05*1,7*2,0 = 0,17 T/m
c. Berat sendiri : 0,07*1,7*2,5= 0.,2975
T/m qtot = 1,3175 T/m
1
M = qtot*L2
8
1
= *1,3175*12
20
8

20
= 0,165 Tm = 165 kgm = 1650000 Nmm
Mu = 1650000/0,8
= 2062500 Nmm
Direncanakan tulangan pokok D13
d = h – p– 0,5 D tul. pokok
= 70 – 40 – 6,5
= 23,5 mm
Mu
2,06 *106
b*d = = 3,73 Mpa
2 1000 *
23,52
Mu
= 0,8 ρ fy (1 – 0,0588 fy
ρ f 'c )
b*d2

3,73 = 0,8 ρ 320 (1 – 0,0588 320


ρ 22,5 )

214,08 ρ2 – 256 ρ + 3,73 =0


p = 0,0019
1,4
ρmin = = 1,4
fy = 0,0044
320

ρmin > ρ maka dipakai ρmin =


0,0044 As =ρbd
= 0,0044*1000*23,5
= 103,4 mm2
Maka digunakan tulangan pokok 6 D 13 (As = 796 mm 2)

5.4. PERHITUNGAN BANGUNAN BAWAH

Fungsi utama bangunan bawah jembatan adalah untuk menyalurkan semua beban
yang bekerja pada bangunan atas ke tanah. Perencanaan bangunan bawah bertujuan untuk
mendapatkan konstruksi bawah yang kuat, dan efisien. Perhitungan bangunan bawah
meliputi :
 Perhitungan Pilar
 Perhitungan Abutment
 Perhitungan Tiang Pancang
20
5.4.1. DATA TEKNIS :

1. Elevasi Tanah Asli : + 2,5 meter


2. Elevasi Rencana Jembatan : + 8,7 meter
3. Hcr timbunan kritis : 4,2 meter

Kontrol Tinggi Timbunan ( Hcr )


Kestabilan konstruksi abutment ditinjau terhadap tinggi timbunan kritis ( Hcr ) akibat
timbunan tanah diatas abutment.

Hcr  c * Nc
 timbunan
Dimana :
c : kohesi tanah dasar 1,00 ton/m2
: tanah timbunan 1,80 ton/m3
Nc : factor daya dukung untuk ( Ө2 = 20,250 ) = 7,5
1,00*
Hcr = 4,1667 > H timbunan ( 1,5 meter )
7,5
:
1,80

4,1667 = 2,78 < 3.................( aman )


SF
: 1,50

Berdasarkan data tanah dari Lab. Mekanika tanah Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Semarang, timbunan Kritis diperkirakan ( Hcr ) = 4,2 meter.

5.4.2. PERENCANAAN STRUKTUR PILAR

Pilar direncanakan untuk menyalurkan beban struktur atas kedalam tanah. Didalam
pembebanan abutment/pilar perlu diperhatikan :
1. Gaya akibat berat sendiri pilar ( PBA )
2. Gaya akibat berat vertikal tanah ( PT )
3. Gaya akibat beban mati ( PKM ) dan beban hidup dari konstruksi atas ( PKH )
4. Gaya akibat angin ( PA )
5. Gaya akibat rem dan traksi ( PRT )
6. Gaya akibat tekanan tanah horizontal ( PTA )
7. Gaya Gesek tumpuan dengan gelagar beton ( PG )
8. Gaya akibat gempa ( PGA )
20






Kepala Pilar


 

 Badan Pilar Diameter 100 cm

 

Pile Cap Pilar







  




Gambar 5.33. Tampak Samping Pilar

20


Kepala Pilar


Badan Pilar Diameter 100 cm


 Badan Pilar
Diameter 100 cm

Pile Cap Pilar  








Gambar 5.34. Tampak Depan Pilar

5.4.2.1 PEMBEBANAN STRUKTUR PILAR


1. Beban Mati Akibat Berat Sendiri Pilar ( PBA )
Beton = 2,5 Ton / m3

Tabel 5.12. Beban Mati Akibat Berat Sendiri Pilar ( PBA )


F W=F*L* X Y F*X F*Y
No
( m2 ) ( ton ) (m) (m) ( m3 ( m3 )
1 0,75 33,75 0 8,95 0 6,7125
2 3,5 139,5 0 7,70 0 23,8700
3 1,55 69,75 0 6,95 0 10,7725
4 15,6 91,85 0 4,10 0 63,9600
5 2,75 55 0 1,25 0 3,4375
6 8 160 0 0,50 0 4,0000
Total 31,75 549,85 0 0 112,7525

20
Lanjutan Tabel 5.12.
W=F*L* Y Momen
No
( ton ) (m) (Ton meter)
1 33,75 8,95 302,0625
2 139,5 7,70 1074,1500
3 69,75 6,95 484,7625
4 91,85 4,10 376,5850
5 55 1,25 68,7500
6 160 0,50 80,0000
Total 549,85 2386,31

Beban akibat sendiri pada Pilar ( PBA ) = 549,85 Ton, dimana titik berat :
0
XBA =  F* = = 0,00 m
X 31,75

F
YBA =  F* 112,7525 = 3,55 m
= 31,75
Y
F
2. Beban Mati Akibat Tanah Diatas Pilar ( PT )
: tanah timbunan 1,80 ton/m3

Tabel 5.13. Beban Mati Akibat Tanah Diatas Pilar ( PT )


F W=F*L* X Y F*X F*Y
No
( m2 ) ( ton ) (m) (m) ( m3 ( m3 )
1 0,625 9,0 -3,167 1,33 -1,979 0,831
2 0,625 9,0 3,167 1,33 1,992 0,831
Total 1,250 18,0 0,00 2,66 0,00 1,662

Lanjutan Tabel 5.13.


W=F*L* Y Momen
No
( ton ) (m) (Ton meter)
1 9,0 1,33 11,97
2 9,0 1,33 11,97
3 18,0 2,66 23,94
21
Beban akibat berat tanah diatas Pilar ( PT ) = 18,0 ton, dimana titik berat :
0
XT =  F* = = 0,00 m
X 1,250

F
YT =  F* 1,662
= 1,250 = 1,33 m
Y
F

3. Beban Mati Dari Konstruksi Atas ( PM )

Tabel 5.14. Beban Mati Dari Konstruksi Atas ( PM )


No Jenis Beban Volume Total ( ton )
1 Air Hujan 0.05 * 16,00 * 30,8 * 1 t/m 3
24,64
2 Aspal 0.05 * 14,00 * 30,8 * 2.2 t/m3 47,43
3 Pipa Sandaran 3 “ 2 bh * 30,8 * 2 * 0.00879 t/m 1,083
4 Trotoar 0.20 * 1 * 30,8 * 2 * 2.5 t/m3 30,80
5 Plat Lantai 0.20 * 16,00 * 30,8 * 2.5 t/m3 246,40
Struktur Beton
 Gelagar 0,4774*30,8*9*2,5 t/m3 330,838
7
 Diafragma 0,20*1,67*1,075*6*8*2,5 t/m3 35,270
Total 366,108
8 Pipa Drainase Ø 4” 10 bh * 2 * 0.00596 t/m 0.1192
total 716,5802

Beban yang diterima satu pilar ( C ) = C1 + C2 = 716,5802 Ton


Beban yang diterima pilar dari ½ bentang ( C 1 = C2 ) = 358,2901 Ton
Lengan Gaya terhadap titik O XKM = 0,00 meter
YKM = 8,20 meter

4. Beban Hidup Dari Konstruksi Atas ( PKH )

 Beban merata
1.1 = 2.2 t/m –
Q muatan merata = 2.2 t/m – 60
60
1.1

21
* ( L – 30 ) L = 30,80 meter

* ( 30,8 – 30 ) = 2,185 t/m

21
Q100% untuk lebar 4 * 3.50 m = 2,185
* 14,00 *30,8 * 100% = 942,172 ton
2.75
Q50% untuk lebar 2 * 1.00 m = 2,185
* 2,00 *30,8* 50% = 36 ton
2.75
Beban hidup merata total = 978,172 ton
Beban hidup merata pada Pilar = 489,086 ton
 Beban Terpusat “ P “
P = 12 ton
K = 1 + ⎢⎡ 20 ⎤
⎥  50  L untuk L = 30,8 meter,

⎣ ⎦
⎡ 20 ⎤
= 1 + ⎢  50  30,8 ⎥ = 1.247
⎣ ⎦
12
P100% untuk lebar 4 * 3.50 m = * 1,247* 14,00*100% = 76,180 ton
2,75
12
P100% untuk lebar 2 * 1.00 m = * 1,247* 2,00*100% = 10,883 ton
2,75
Beban Hidup “ P “ total = 87,063 ton

Beban hidup total pada Pilar = B Merata + B terpusat


= 489,086 + 87,063
= 576,149 ton
Lengan Gaya terhadap titik O XK = 0,00 meter
YK = 8,20 meter

5. Gaya Angin ( PA )

Menurut PPPJJR 1987, beban angin diperhitungkan sebesar 150 kg/m2 bekerja
pada bidang jembatan dan kendaraan.
Bentang jembatan : ( 4 x 30,80 ) meter
Tinggi sisi jembatan : 3 meter
Tinggi kendaraan : 2 meter
 Keadaan tanpa beban hidup
QDW = q * h * ( 30 % + 15 % )
= 150 * 3 * ( 30 % + 15 % )

21
= 202.5 kg/m

21
 Keadaan dengan beban hidup
QDW = 150 * 3 * ( 30 % + 15 % ) * 50 %
= 101,25 kg/m
QLW = q * h * 100 %
= 150 * 2 * 100 %
= 300 kg/m
QUW = 101,25 + 300 kg/m = 401,25 kg/m

Diambil beban angin yang bekerja


QUW = 401,25 kg/m = 0,40125 T/m
W = QUW * ( F Gelagar + F Pilar )
= 0,40125 * ( 0,4774 + 63,225 )
= 25,56 T
Lengan Gaya terhadap titik O XUW = 0,00 meter
YUW = 8,20 meter

6. Gaya Rem dan Traksi ( PRT )

Pengaruh gaya – gaya dalam arah memanjang jembatan akibat gaya rem
diperhitungkan sebesar 5 % dari beban D tanpa koefesien kejut yang memenuhi semua
jalur lalu lintas yang ada, dan dalam satu jurusan.
Beban hidup terpusat tanpa faktor kejut :
12
P100% untuk lebar 4 * 3.5 = * 14 = 61,091 ton
2.75
12
P50% untuk lebar 2 * 1.00 = * 2 * 50% = 4.363 ton
2.75
Beban hidup terpusat total = 65,454 ton
Beban hidup merata pada Pilar = 489,086 ton
Gaya Rem dan Traksi ( PRT ) = ( 65,454 + 489,086 ) * 5% = 27,727 ton
Lengan Gaya terhadap titik O XRT = 0 meter
YRT = 8,2 meter
Momen = PRT * YRT
= 27,727 * 8,2 = 227,36 Tm

21
7. Gaya Gesek Pada Tumpuan ( PG )

Gaya gesek pada tumpuan :


PG = fs * b
Dimana :
PG = gaya gesek antara tumpuan dengan gelagar beton
fs = koef. Gesek antara karet dengan beton / baja ( 0.15 - 0.18 )
b = beban mati pada tumpuan ( PKM = 716,5802 Ton )
PG = 0.15 * 716,5802 = 107,49 Ton

Lengan Gaya terhadap titik O XG = 0 meter


YG = 8,2 meter
Momen = PG * YG
= 107,49 * 8,2
= 881,39 Tm

8. Gaya Akibat Gempa ( PGA )

h =E*M
dimana :
h = gaya horizontal akibat gempa
E = koef. gempa untuk daerah jawa tengah pada wilayah II = 0.14
( Peraturan Muatan Untuk Jalan Raya no.12 / 1970 )
M = muatan mati dari konstruksi yang ditinjau

 Gaya gempa terhadap berat sendiri Pilar


PBA = 549,85 ton
HBA = 549,85 * 0.14 = 76,979 ton
YBA = 3,55 meter
Momen = 76,979 * 3,55 = 273,275 Tm

 Gaya gempa terhadap bangunan atas


PKA = 716,5802 ton
HKA = 716,5802 * 0.14 = 100,32 ton
YKA = 8,2 meter
Momen = 100,32 * 8,2 = 822,624 Tm

21
 Gaya gempa terhadap tanah diatas Pilar
PT = 18,0 ton
HT = 18,0 * 0.14 = 2,52 ton
YT = 1,33 meter
Momen = 2,52 * 1,33 = 3,352 Tm
Momen Total = 273,275 + 822,624 + 3,352
= 1099,25 Tm

9. Gaya akibat tekanan tanah aktif ( Ta )


⎡ ⎤
Ka = tg2 45o 
2 ⎡ o 20,25⎤ = 0,485
= tg 45 
⎢ 2 ⎥⎦ ⎢ 2 ⎥⎦
⎣ ⎣
P = 0,5 * γ * H2 * Ka
= 0,5 * 1,8 * 1,52 * 0,485 = 0,982 ton
PTA = 0,982 * 8 = 7,856 ton
Titik pusat tekanan tanah Pilar terhadap titik O :
YTA = 1⁄3 * 1,5 = 0,5 m

10. Gaya akibat aliran dan hanyutan ( Ah )

Ah = k * Va2 * Luas bidang kontak


Dimana :
Ah = tekanan aliran (ton/m2).
k = koefisien aliran yang tergantung bentuk pilar. Untuk bentuk pilar
lingkaran k = 0,035
Va = kecepatan aliran air yang dihitung berdasarkan analisa hidrologi (0,63 m3/dtk)
Luas bidang kontak yang terkena aliran = 21 m2
Ah = 0,035 * 0,632 * 21 = 0,463 ton
Lengan gaya terhadap titik O YAh = 5,015 m

11. Gaya tekanan tanah akibat gempa bumi ( Tag )

PTA = P * L
= 0,982 * 8 = 7,856 ton
Tag = 7,856 * 0,14 = 1,10 ton
Titik pusat tekanan tanah Pilar terhadap titik O Y Tag = 0,5 m

21
5.4.2.2 KOMBINASI PEMBEBANAN

Kestabilan konstruksi harus ditinjau berdasarkan komposisi pembebanan dan gaya


yang mungkin terjadi. Tegangan atau gaya yang digunakan dalam pemeriksaan kekuatan
konstruksi yang bersangkutan dikalikan terhadap tegangan ijin atau tegangan batas yang
ditentukan dalam prosen ( PPJJR – SKBI – 1987 ).

Tabel 5.15. Kombinasi Pembebanan


Tegangan yang dipakai
No Kombinasi Pembebanan dan Gaya
thd teganagan ijin
1 M + ( H + K ) + Ta + Tu 100 %
2 M + Ta + Ah + Gg + A + SR + Tm 125%
3 Komb. 1 + Rm + Gg + A + SR + Tm + S 140 %
4 M + Gh + Tag + Gg + Ahg + Tu 150 %

Keterangan :
A : Beban angin
Ah : gaya akibat aliran dan hanyutan
Ahg : Gaya aliran dan hanyutan pada waktu gempa
Gg : gaya gesek pada tumpuan bergerak
Gh : gaya horizontal ekivalen akibat gempa
bumi H+K : beban hidup dengan kejut
M : beban mati
PI : gaya – gaya pada waktu
pelaksanaan Rm : gaya rem
S : gaya setrifugal
SR : gaya akibat susut dan rangkak
Tm : gaya akibat perubahan suhu ( selain susut dan rangkak )
Ta : gaya tekanan tanah
Tag : gaya tekanan tanah akibat gempa bumi
Tb : gaya tumbuk
Tu : gaya angkat ( bouyancy )
Beban nominal : jumlah total beban
Beban ijin : beban nominal dibagi presentase terhadap tegangan ijin

21
Tabel 5.16. Kombinasi 1
Beban Gaya Jarak Lengan Momen

Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

M PBA 549,85 0,00 4,00 3,55 0,00 2199,40


PT 18,00 0,00 4,00 1,33 0,00 72,00

PKM 716,58 0,00 4,00 8,20 0,00 2866,32

H+K PKH 576,15 0,00 4,00 8,20 0,00 2304,60

Ta PTA 7,856 0,50 3,928


Tu

Nominal 1860,58 7,856 0,00 7442,32 3,928

ijin 1860,58 7,856 0,00 7442,32 3,928

Tabel 5.17. Kombinasi 2


Beban Gaya Jarak Lengan Momen
Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

M PBA 549,85 0,00 4,00 3,55 0,00 2199,40

PT 18,00 0,00 4,00 1,33 0,00 72,00

PKM 716,58 0,00 4,00 8,20 0,00 2866,32


Ta PTA 7,856 0,50 3,928
Ah 0,463 5,015 2,322

Gg PG 107,49 0,00 8,20 0,00 881,418

A V 25,56 25,56 0,00 4,00 8,20 0,00 102,24 209,592

SR

Tm

Nominal 1309,99 115,809 5239,96 1097,26


ijin 1047,99 92,647 0,00 4191,97 877,81

21
Tabel 5.18. Kombinasi 3
Beban Gaya Jarak Lengan Momen
Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

Komb. 1 1860,58 7,856 0,00 7442,32 3,928

Rm 27,727 8,20 227,36

Gg PG 107,49 0,00 8,20 0,00 881,42

A V 25,56 0,00 4,00 8,20 0,00 102,24 209,59

SR

Tm

Nominal 1886,14 143,073 0,00 7544,56 1322,30


ijin 1347,24 102,195 0,00 5388,97 944,50

Tabel 5.19. Kombinasi 4


Beban Gaya Jarak Lengan Momen
Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

M PBA 549,85 0,00 4,00 3,55 0,00 2199,40


PT 18,00 0,00 4,00 1,33 0,00 72,00
PKM 716,58 0,00 4,00 8,20 0,00 2866,32
Gh HBA 76,979 3,55 273,275
HT 100,32 8,20 822,624
HKM 2,52 1,33 3,352
TAG 1,10 0,00 0,5 0,00 0,55
Gg PG 107,49 0,00 8,20 0,00 881,42
Ahg

TU

Nominal 1284,43 288,41 5137,72 1981,22


ijin 856,29 192,27 3425,15 1320,81

22
Tabel 5.20. Kombinasi Gaya
Gaya Momen
kombinasi
V H MVo MVg MH
1 1860,58 7,856 0,00 7442,32 3,928
2 1047,99 92,647 0,00 4191,97 877,81
3 1347,24 102,195 0,00 5388,97 944,50
4 856,29 192,270 0,00 3425,15 1320,81

5.4.2.3 KONTROL STABILITAS PILAR

Kestabilan konstruksi diperiksa terhadap kombinasi gaya dan muatan yang paling
menentukan.

 Terhadap guling ( Fg ) =  MV g  SF
 MH
Fg 1
 MV g 7442,32
= 1894,68 ≥ 1.5............................oke
 3,928
=  MH
4191,97
 MV g 877,81
= 4,78 ≥ 1.5............................oke

Fg 2
 MH 5388,97
= 5,71 ≥ 1.5............................oke
=
 MV g 944,50

3425,15
Fg 3
 MH 1329,81
= 2,58 ≥ 1.5............................oke

=
 MV g

 MH
Fg 4

V * tan  Ca * B


 Terhadap geser ( Fq ) =  SF
H

Fq 2 =
Fq 1
Fq 4 =
= Fq 3 =

22
1860,58 * tan
20,25 = 88,39 ≥ 1.5............oke

1,00
*8,00

7,856
1047,99 * tan
20,25
 1,00
*8,00
92,647
1347,24 * tan
20,25
 1,00
*8,00
102,19
5
856,29 * tan
20,25
 1,00
*8,00
192,27
0
= 4,26 ≥ 1.5 ……… oke

= 4,94 ≥ 1.5 ……… oke

= 1,68 ≥ 1.5 ……….oke

22
1
 =
Terhadap eksentrisitas ( e )     B
MVO MH

V 6

Tabel 5.21. Kontrol terhadap eksentrisitas ( e )


MVg MH V 1/6 B
Kombinasi e Hasil
(Ton.m) (Ton.m) (Ton) (m)
I 7442,32 3,928 1860,58 1,33 4,002 Tidak OK
II 4191,97 877,81 1047,99 1,33 4,838 Tidak OK
III 5388,97 944,50 1347,24 1,33 4,701 Tidak OK
IV 3425,15 1320,81 856,29 1,33 5,542 Tidak OK

 Terhadap daya dukung


Tanah Diketahui :
γ2 = 1,80 t/m3 ; Ø2 = 20,25O ; C2 = 0,48 t/m2

Untuk Ø2 = 20,25O, maka nilai Nc = 7,5 , Nq = 3,54 , N = 1,62


Qu = c * Nc + * D * Nq + 0.5 * * B * N
= 0,48 * 7,5 + 1,80 * 1,5 * 3,54 + 0,5 * 1,80 * 3,10 * 1,62
= 3,60 + 9,558 + 4,520
= 17,678 ton/m2
Qu 17,678
Qall = = 11,785 t/m2
SF 1.5
=


V
A   W O  Qall
MV

1860,58 0,00 ..............


1  24,80   75,023 < 11,785 t/m2 Tidak oke
12,813
1047,99 0,00 ............
 2  24,80   42,258 < 11,785 t/m2 Tidak oke
12,813

1347,24
 3  24,80  0,00  55,579 < 11,785 t/m2 ………Tidak oke
12,813
24,
856,29 80 0,00
4 
22
12,813

34,5
28 <
11,7
85
t/m2
……

Tida
k
oke

22
Dimana :
SF = safety factor 1.5 ~ 3
B = lebar Pilar = 3,10 meter
L = panjang Pilar = 8,00 meter
A = 3,10 * 8,00 = 24,80 m2
W = 1/6 * L * B2 = 1/6 * 8,00 * 3,102 = 12,813 m3
Ø = sudut geser dalam
f = koefesien geser = 0.58
= berat isi tanah ton/m2
V = gaya vertikal ( ton )
H = gaya horizontal ( ton )
MVo = momen vertical terhadap titik O
MVg = momen vertical terhadap titik G
MH = momen horizontal terhadap dasar Pilar

Karena tinjauan stabilitas pilar hanya terhadap guling dan geser yang mempunyai
faktor aman, sedangkan tinjauan terhadap eksentrisitas dan daya dukung tidak aman
mempunyai faktor aman, maka dipasang / diperlukan ponadasi tiang pancang.

5.4.3 PERHITUNGAN PONDASI TIANG PANCANG PILAR

Pondasi mengunakan tiang pancang dari beton dengan


spesifikasi : Ø tiang = 45 cm
Tebal Dinding ( t ) = 5,00 cm

Luas penampang ( A ) = ¼ D2 = 1589.625 cm2


Keliling penampang tiang = D = 141.3 cm
Panjang tiang pancang = 24 meter
Kedalaman pondasi = 25,5 meter
Berat permeter tiang = 237 kg/m
Berat tiang pancang = 237 * 24 = 5688 kg = 5,7 ton

22
5.4.3.1 Pembebanan Pada Tiang Pancang

62,5135 135 135 135 13562,5


800

Gambar 5.35. Tampak Atas Pile Cap Pilar

Perencanaan beban maksimal ( Pmak ) yang mampu ditahan tiang pancang ditinjau
terhadap empat kombinasi pembebanan terhadap titik pusat tiang pancang.
PV M * X MAK
Pmak = ± ny*
n  X2
Dimana :
Pmak = beban maksimum yang diterima tiang pancang
PV = beban vertikal ( normal )
M = jumlah momen yang bekerja pada titik berat tiang pancang
Xmax = jarak terjauh tiang kepusat berat kelompk tiang = 3,325 m
n = jumlah pondasi tiang pancang = 36 buah
ny = jumlah pondasi tiang pancang dalam satu baris arah tegak lurus bidang
momen = 6

= (3,3252 ) * 6 = 66,33 m2
X
2

22
Tabel 5.22. Gaya Maksimum dan minimum akibat pembebanan
Kombinasi PV M=MH + Mvo X Pmak Pmin
X 2
n ny
(Ton) (Ton meter) (m) (m2) (Ton) (Ton)

I 1860,58 36 3,928 3,325 6 66,33 51,70 51,63


II 1047,99 36 877,81 3,325 6 66,33 36,44 21,78
III 1347,24 36 944,50 3,325 6 66,33 45,31 29,53
IV 856,29 36 1320,81 3,325 6 66,33 34,82 12,75

Berdasarkan perhitungan tabel diatas diketahui bahwa Pmak terjadi pada


kombinasi I sebesar 51,70 ton, maka daya dukung tiang pancang harus lebih besar dari
Pmak tersebut.

5.4.3.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang

Perhitungan daya dukung tiang pancang pada pilar sama dengan perhitungan daya
dukung tiang pancang pada abutment

1 Daya dukung tiang individu

Tinjauan spesifikasi tiang pancang berdasarkan :


a. Kekuatan bahan tiang
Mutu beton : K – 400

1
σb * 400 = 133,333 kg/cm2
: 3
P tiang : σb * A tiang = 133,333 * 1589.625 = 211,95 ton
b. Daya dukung tanah
 Rumus umum :
Kb*qc* A  Ks* JHP*O
Pult =
SF
Pult = ultimate axial load ( kg )
A = luas penampang tiang = 1589.625 cm2
O = keliling tiang = 141.3 cm
Kb = 0.75
Ks = 0.5 ~ 0.75
SF = safety factor, 1,5 – 3,0

22
Berdasarkan data tanah dari test sondir pada kedalaman 30,00 meter
didapatkan lapisan lempung keras / sangat kaku, dengan :
qc = nilai conus resistance diujung tiang = 150
kg/cm2 JHP = total friction = 1836 kg/cm2

Pult 0,75*150*1589,625  0,5*1836*141,3


= 102848,74 kg = 102,85 ton
3
=

 Rumus Trofimanhoffe
Kb *qc * A  Ks * JHP * O D
Pult =
SF
Dimana : D = 1,5 – 3,0
SF = 1,5 – 2,0
0,75*150*1589,625  0,5*1836*141,33
Pult = = 111035,31 kg = 111,04 ton
2

 Rumus begemann

Pult qc * A JHP * O

=
3 5
qc = nilai rata-rata conus resistance 1 * (qcu  qcb)
= 2
= 12 * (150  150) = 150 kg/cm2
qcu = conus resistance rata-rata 8D diatas ujung tiang = 150 kg/cm2
qcb = rata-rata perlawanan conus setebal 4D dibawah tiang = 150 kg/cm2
150 *1589,625 1836 *141,3
Pult  = 131366,61 kg = 131,37 ton
=
3 5

 Rumus Bala Subramanian


b*qc* A  a * JHP*
Pult
O SF
=
qc = nilai rata-rata conus resistance 1 * (qcu  qcb)
= 2

22
= 1 * (150  150) = 150 kg/cm2
2
qcu = conus resistance rata-rata 3,75D diatas ujung tiang = 150 kg/cm 2
qcu = conus resistance rata-rata D dibawah ujung tiang = 150 kg/cm2
a = faktor adhesi untuk tanah lempung medium =
0,7 b = faktor ujung tiang = 0,33

22
0,33*150*1589,625  0,7*1836*141,3
Pult = 173523,465 kg = 173,52 ton
1,5
=

Tabel 5.23. Daya Dukung Tiang Pancang Individu


No. Rumus Pult ( ton )
1. Kekuatan bahan tiang 211,95
2. Kb*qc* A Ks* JHP*O
102,85
Umum → Pult =
SF
3. Kb *qc * A  Ks * JHP * O
Trofimanhoffe → Pult = D 111,04
SF

4. qc * A JHP * O
Begemann → Pult =  131,37
3 5
5. b*qc* A  a * JHP* O
Bala Subramanian → Pult = 173,52
SF

Dari perhitungan diatas diambil Pult yang mempunyai nilai terkecil yaitu sebesar
102,85 ton.

2 Daya Dukung Kelompok Tiang Pancang

Berdasarkan perumusan dari “converse-labarre”


⎧n 1m  m  1n ⎫
Eff = 1 - Ө ⎨ ⎬
⎩ 900 * m * n ⎭
Dimana : m = jumlah tiang dalam baris y = 6

n = jumlah baris = 6

Ө = arc tan (D/S) = arc tan (45/135) = 18,435 0

D = diameter tiang = 45 cm

S = jarak antar tiang (as ke as) = 135 cm


⎧n 1m  m  1n ⎫
Eff = 1 - Ө = 0,6586
⎨ ⎬
⎩ 90 * m * n
0

Daya dukung tiap tiang pada kelompok tiang


: Pall = Pult * Eff
Pall = 102,85 * 0,6586 = 67,74 ton.

23
Kontrol Pall terhadap Pmaks yang terjadi
: Pall > Pmaks ( ton )
67,74 > 51,70 ( ton ).....................................OK!

3 Kontrol Gaya Horisontal

Gambar Gaya Horisontal tekanan tanah pasif pada pondasi


Diketahui :
Lp = 30,00 meter ; La = 1,50
meter Panjang penjepitan :
Ld = 1/3 Lp = 1/3 * 30 = 10 meter
LH = Ld + La = 10 + 1,5 = 11,5 meter
Lebar poer (L) = 8 meter
Kedalaman 0 – 15 meter :

1 = 9,870

Kp1 = tg2 (45 +  / 2) = 1,423


1

 = 1,80 ton/m3
1
Kedalaman > 15 meter :

2 = 10,930

Kp1 = tg2 (45 +  / 2) = 1,46


2

2 = 1,67 ton/m3
a. Perhitungan diagram tekanan tanah pasif
GM = (Kp* *LH) * L = (1,423*1,8*11,5) * 10 = 294,561 ton/m

FL = (Kp* *AF) * L = (1,423*1,8*9,5) * 10 = 243,333 ton/m


EK = (Kp* *EK) * L = (1,423*1,8*7,5) * 10 = 192,105 ton/m
DJ = (Kp* *DJ) * L = (1,423*1,8*5,5) * 10 = 140,877 ton/m
CI = (Kp* *CI) * L = (1,423*1,8*3,5) * 10 = 89,649 ton/m
BH = (Kp* *BH) * L = (1,423*1,8*1,5) * 10 = 38,421 ton/m
b. Tekanan tanah pasif efektif yang bekerja

BH = 38,421 ton/m
CL = ¾ * CI = ¾ * 89,649 = 67,237 ton/m
DM = ½ * DJ = ½ * 140,877 = 70,439 ton/m
EN = ¼ * EK = ¼ * 192,105 = 48,026 ton/m

23
PO = ¼ * FL = ¼ * 243,333 = 60,833 ton/m
Titik G = 0 ton/m

c. Resultan tekanan tanah pasif

P1 = ½ * La * BH = ½ * 1,5 * 38,421 = 28,816 ton


P2 = ½ * BC * (BH+CL) = ½ * 2 * (38,421+67,237) = 105,658 ton
P3 = ½ * CD * (CL+DM) = ½ * 2 * (67,237+70,439) = 137,676 ton
P4 = ½ * DE * (DM+EN) = ½ * 2 * (70,439+48,026) = 118,465 ton
P5 = ½ * EF * (EN+ PO) = ½ * 2 * (48,026+60,833) = 108,859 ton
P6 = ½ * FG * (PO+G) = ½ * 2 * (60,833+0,00) = 60,833 ton +

 P=P 1 + P2 + P3 + P4 + P5 + P6 = 560,307 ton

d. Titik tangkap resultan

 P *L Z = P1*L1 + P2*L2 + P3*L3 + P4*L4 + P5*L5 + P6*L6

L1 = 1,5* 1
3 + 10 = 10,5 m
L2 = 9,00 m
L3 = 7,00 m
L4 = 5,00 m
L5 = 3,00 m
L6 = 2,00* 2 3 = 1,33 m

 P *L Z = (28,816*10,5) + (105,658*9) + (137,676*7) + (118,465*5) + (108,859*3)

+ (60,833*1,33)

 P *L Z = 3217,032 tm

LZ = 3217,032 560,307 = 5,742 m

e. Kontrol gaya horisontal yang terjadi

vls =0

PH (Ld + La + Lz) =  P *z*Lz


⎛  P * z * Lz
⎞ ⎛ 560,307 * 2 * 5,742 ⎞
PH = ⎜⎜ Ld  La  Lz ⎟ = ⎜⎝ 10  1,5  5,742 ⎟⎠ = 373,191 ton
⎝ ⎠

23
PH (373,191 ton) > Hmax (192,270 ton)…..........................OK!

23
Karena tekanan tanah pasif yang terjadi dapat menahan gaya horisontal yang bekerja
pada konstruksi maka tidak diperlukan tiang pancang miring.

4 Kontrol Stabilitas Poer terhadap Geser Pons

Diketahui :

Pv = 1860,58 ton
D =3m ; p =8m
L =8m ; B =3m
A Poer =8*8 = 64 m2
A kolom = 3 * 3 = 9 m2
 Gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang kritis
Pv
Vu = * (A poer – A kolom)
Apoer

Vu = 1598,936 ton

 Kuat geser

beton Diketahui

c =D 1,5 = 2 ; d’ = 0,08 m

bo =2*8 = 16 m ; d = B – d’ = 2,92
m f’c = 25 Mpa
⎛ 2 ⎞ ⎛ f 'c ⎞
Vc = ⎜1  ⎟ * ⎜⎟ * bo * d
⎜ 6 ⎟
⎝ c ⎠ ⎠

Vc = 7786,67 ton
Abutment Aman terhadap geser pons : Vu < Vc
1598,936 ton < 7786,67 ton.......OK

5 Perhitungan Settlement

W poer = P*L*h*γb = 8*8*1,5*2500 = 240.000

kg W tiang= Jml tiang*A tiang*L tiang* γb

= 36*0,1589625*30*2500 = 429.198,75

kg V = 1860,58 ton = 1.860.580 kg


23
Berat V diperhitungkan merata dibawah kedalaman 2/3 L = 20

mL = 6 * 1,35 = 8,1 m

B = 6 * 1,35 = 8,1 m

A =L*B = 65,61 m2
v 1860,58
q = = 28,358 t/m2
= 65,61
A

L’ = 8,1 + 2*(10*tan450) = 28,1 m

B’ = 8,1 + 2*(10*tan450) = 28,1 m

A’ = L’ * B’ = 789,61 m2
A 65,61
∆P’ *q= * 28,358 = 2,356 t/m2
A' 789,61
=

LL = 49 %
Cc = 0,009*(49 – 10) = 0,351
Po = (30*2,67) – (20*1,67) = 46,7 t/m2

eo = 1,4
H * Cc Po  AP' 10 * 0,351 46,7  2,356
S = 1  eo * log Po = 1 * log 46,7
1,4
= 0,0312 m = 3,12 cm

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan pondasi tiang
pancang sebesar 3,12 cm.

5.4.4. PERENCANAAN DIMENSI ABUTMENT :

 Tinggi abutment (H) = 9,70 m


 Lebar Telapak Abutment = 6,00 m
 Tebal Footing = 1,50 m
 Tebal dinding Abutment = 0,90 m
 Tebal Pelat Penahan = 0,40 m
 Tebal Perletakan Pelat Injak = 0,30 m
23
 Panjang Abutment (L) = 16,0 m

23





Kepala
 Abutment




Badan
 Abutment



Pile Cap Abutment




Gambar 5.37. Tampak Samping Abutment

23
5.4.4.1 PEMBEBANAN ABUTMENT
1. Beban Mati Akibat Berat Sendiri Abutment ( PBA )
Beton = 2,5 Ton / m3

Tabel 5.24. Beban Mati Akibat Berat Sendiri Abutment ( PBA )


F W=F*L* X Y F*X F*Y
No
( m2 ) ( ton ) (m) (m) ( m3 ( m3 )
1 0,20 8,00 0,65 9,45 0,13 1,89
2 0,70 28,00 0,80 8,70 0,56 6,09
3 1,60 64,00 0,35 7,70 0,56 12,32
4 0,175 7,00 0,683 7,03 0,12 1,23
5 5,58 223,20 0 4,10 0 22,88
6 0,6375 25,50 1,30 1,17 0,83 0,75
7 0,6375 25,50 -1,30 1,17 -0,83 0,75
8 6,00 240 0 0,50 0 3,00
Total 15,53 621,20 2,483 39,82 1,37 48,91

Beban akibat sendiri pada Abutment ( PBA ) = 621,20 Ton, dimana titik berat :
1,37
XBA =  F* = = 0,088 m
X 15,53

F
YBA =  F* 48,91
= 15,53 = 3,149 m
Y
F
2. Beban Mati Akibat Tanah Diatas Abutment ( PT )
: tanah timbunan 1,80 ton/m3

Tabel 5.25. Beban Mati Akibat Tanah Diatas Abutment ( PT )


F W=F*L* X Y F*X F*Y
No
( m2 ) ( ton ) (m) (m) ( m3 ) ( m3 )
1 0,15 4,32 1,00 9,45 0,15 1,418
2 15,17 436,896 2,075 5,60 31,478 84,952
3 0,125 3,60 0,917 6,87 0,115 0,859
4 3,64 104,832 0,80 4,10 2,912 14,924

23
5 0,6375 18,36 2,15 1,17 1,371 0,746
6 0,6375 18,36 -2,15 1,17 -1,371 0,746

23
F W=F*L* X Y F*X F*Y
No
( m2 ) ( ton ) (m) (m) ( m3 ) ( m3 )
Total 20,36 586,368 4,792 28,36 34,655 103,645

Beban akibat berat tanah diatas Abutment ( PT ) = 586,368 ton, dimana titik berat :

34,655
XT =  F* = = 1,702 m
X 20,36

F
103,645
YT =  F* = = 5,091 m
Y 20,36

F
3. Beban Mati Dari Konstruksi Atas ( PM )

Tabel 5.26. Beban Mati Dari Konstruksi Atas ( PM )


No Jenis Beban Volume Total ( ton )
1 Air Hujan 0.05 * 16,00 * 30,8 * 1 t/m 3
24,64
2 Aspal 0.05 * 14,00 * 30,8 * 2.2 t/m 3
47,43
3 Pipa Sandaran 3 “ 2 bh * 30,8 * 2 * 0.00879 t/m 1,083
4 Trotoar 0.20 * 1 * 30,8 * 2 * 2.5 t/m3 30,80
5 Plat Lantai 0.20 * 16,00 * 30,8 * 2.5 t/m3 246,40
Struktur Beton
 Gelagar 0,4774*30,8*9*2,5 t/m3 330,838
7
 Diafragma 0,20*1,67*1,075*6*8*2,5 t/m 3
35,270
Total 366,108
8 Pipa Drainase Ø 4” 10 bh * 2 * 0.00596 t/m 0.1192
total 716,5802

Beban yang diterima satu Abutment ( C ) = C1 + C2 = 716,5802


Ton Beban yang diterima Abutment dari ½ bentang ( C1 = C2 ) = 358,2901
Ton Lengan Gaya terhadap titik O XKM = 0,00 meter
YKM = 8,20 meter

24
4. Beban Hidup Dari Konstruksi Atas ( PKH )

 Beban merata
1.1
Q muatan merata = 2.2 t/m –
60 * ( L – 30 ) L = 30,80 meter
1.1
= 2.2 t/m –
60 * ( 30,8 – 30 ) = 2,185 t/m
2,185
Q100% untuk lebar 4 * 3.50 m = * 14,00 *30,8 * 100% = 942,172 ton
2.75

2,185
Q50% untuk lebar 2 * 1.00 m = 2.75 * 2,00 *30,8* 50% = 36 ton

Beban hidup merata total = 978,172 ton


Beban hidup merata pada Abutment = 489,086 ton

 Beban Terpusat “ P “
P = 12 ton
K = 1 + ⎢⎡ 20 ⎤
⎥  50  L untuk L = 30,8 meter,

⎣ ⎦
⎡ 20 ⎤
= 1 + ⎢  50  30,8 ⎥ = 1.247
⎣ ⎦
12
P100% untuk lebar 4 * 3.50 m = * 1,247* 14,00*100% = 76,180 ton
2,75
12
P100% untuk lebar 2 * 1.00 m = * 1,247* 2,00*100% = 10,883 ton
2,75
Beban Hidup “ P “ total = 87,063 ton

Beban hidup total pada Abutment = B Merata + B terpusat


= 489,086 + 87,063
= 576,149 ton
Lengan Gaya terhadap titik O XK = 0,00 meter
YK = 8,20 meter

24
5. Gaya Angin ( PA )

Menurut PPPJJR 1987, beban angin diperhitungkan sebesar 150 kg/m2 bekerja
pada bidang jembatan dan kendaraan.
Bentang jembatan : ( 4 x 30,80 ) meter
Tinggi sisi jembatan : 3 meter
Tinggi kendaraan : 2 meter

 Keadaan tanpa beban hidup


QDW = q * h * ( 30 % + 15 % )
= 150 * 3 * ( 30 % + 15 % )
= 202.5 kg/m

 Keadaan dengan beban hidup


QDW = 150 * 3 * ( 30 % + 15 % ) * 50 %
= 101,25 kg/m
QLW = q * h * 100 %
= 150 * 2 * 100 %
= 300 kg/m
QUW = 101,25 + 300 kg/m = 401,25 kg/m

Diambil beban angin yang bekerja


QUW = 401,25 kg/m = 0,40125 T/m
W = QUW * ( F Gelagar + F Pilar )
= 0,40125 * ( 0,4774 + 63,225 )
= 25,56 T

Lengan Gaya terhadap titik O XUW = 0,00 meter


YUW = 8,20 meter

6. Gaya Rem dan Traksi ( PRT )

Pengaruh gaya – gaya dalam arah memanjang jembatan akibat gaya rem
diperhitungkan sebesar 5 % dari beban D tanpa koefesien kejut yang memenuhi semua
jalur lalu lintas yang ada, dan dalam satu jurusan.
Beban hidup terpusat tanpa faktor kejut :

24
12
P100% untuk lebar 4 * 3.5 = * 14 = 61,091 ton
2.75
12
P50% untuk lebar 2 * 1.00 = * 2 * 50% = 4.363 ton
2.75
Beban hidup terpusat total = 65,454 ton
Beban hidup merata pada Abutment = 489,086 ton
Gaya Rem dan Traksi ( PRT ) = ( 65,454 + 489,086 ) * 5% = 27,727 ton
Lengan Gaya terhadap titik O XRT = 0 meter
YRT = 8,2 meter
Momen = PRT * YRT
= 27,727 * 8,2 = 227,36 Tm

7. Gaya Gesek Pada Tumpuan ( PG )

Gaya gesek pada tumpuan :


PG = fs * b
Dimana :
PG = gaya gesek antara tumpuan dengan gelagar beton
fs = koef. Gesek antara karet dengan beton / baja ( 0.15 - 0.18 )
b = beban mati pada tumpuan ( PKM = 716,5802 Ton )
PG = 0.15 * 716,5802 = 107,49 Ton

Lengan Gaya terhadap titik O XG = 0 meter


YG = 8,2 meter
Momen = PG * YG
= 107,49 * 8,2
= 881,39 Tm

8. Gaya Akibat Gempa ( PGA )

h =E*M
dimana :
h = gaya horizontal akibat gempa
E = koef. gempa untuk daerah jawa tengah pada wilayah II = 0.14
( Peraturan Muatan Untuk Jalan Raya no.12 / 1970 )
M = muatan mati dari konstruksi yang ditinjau

24
 Gaya gempa terhadap berat sendiri abutment
PBA = 549,85 ton
HBA = 621,20 * 0.14 = 86,968 ton
YBA = 3,149 meter
Momen = 86,968 * 3,149 = 273,862 Tm

 Gaya gempa terhadap bangunan


atas PKA = 716,5802 ton
HKA = 716,5802 * 0.14 = 100,32 ton
YKA = 8,2 meter
Momen = 100,32 * 8,2 = 822,624 Tm

 Gaya gempa terhadap tanah diatas abutment


PT = 586,368 ton
HT = 586,368 * 0.14 = 82,091 ton
YT = 5,091 meter
Momen = 82,091 * 5,091 = 417,925 Tm
Momen Total = 273,862 + 822,624 + 417,925
= 1514,411 Tm

9. Gaya akibat tekanan tanah aktif ( Ta )

Berdasarkan PPPJJR 1987 ps.14 akibat muatan lalu lintas dapat diperhitungkan
sebagai beban merata senilai dengan tekanan tanah setinggi 60 cm, sehingga beban merata
diatas abutment :

q1 = 0,60 * 1,80 = 1,08 ton/m2


Akibat beban pelat injak, aspal,dan lapis pondasi :
q2 = (0,2*2,40) + (0,05*2,20) + (0,2*2,0) = 0,99 ton/m2
Beban merata total :
q = q1 + q2 = 1,08 + 0,99 = 2,07 ton/m2

24
Tanah Timbunan :
 1  1,80 t/m3,  1=300, C1 = 1 t/m2

Tanah Asli pada kedalaman > 2meter


 1  1,80 t/m3,  1=20,250, C1 = 0,48 t/m2

Gambar 5.38. Gaya Horisontal Akibat Tekanan Tanah

Koefisien tekanan tanah :


⎡ ⎤ ⎡ 30 ⎤
Ka1 = tg2 45o  = tg2 45o 
 = 0,333
⎢ ⎥ ⎢ 2 ⎥⎦
⎡ ⎣o  ⎤2 ⎦ ⎣
Ka2 = tg 45 
2

2⎡ o 20,25⎤ = 0,485
= tg 45 
⎢ 2⎥ ⎢ 2 ⎥
⎡⎣ o  ⎤ ⎦ ⎣ ⎦
Kp = tg 45 
2

2⎡ o 20,25⎤ = 2,059
= tg 45 
⎢ 2⎥ ⎢ 2 ⎥
⎣ ⎦ ⎣ ⎦

Tekanan tanah aktif :


P1 = q * Ka1 * H1 = 2,07 * 0,333 * 2,0 = 1,38 ton
P2 = 0,5 * γ1 * H12 * Ka1 = 0,5 * 1,8 * 2,02 * 0,333 = 1,20 ton P3
= (q+ γ1*H1) H2 * Ka2 = (2,07+ 1,8*2,0) 7,2 * 0,485 = 19,80 ton P 4 =
0,5 * γ2 * H22 * Ka2 = 0,5 * 1,8 * 7,22 * 0,485 = 22,63 ton
Tekanan tanah pasif :

P5 = 2 * c2 * H2 * Kp = 2,0 * 0,48 * 1,0 * 2,059 = 1,378 ton

P6 = 0,5 * γ2 * H22 * Kp = 0,5 * 1,8 * 1,02 * 2,059 = 1,853 ton

24
Tabel 5.27. Perhitungan tekanan tanah (Ta)
No. Tekanan tanah Titik berat Momen
(ton) Y (m) (tm)
1. 1,38 8,20 11,316
2. 1,20 7,87 9,444
3. 19,80 3,60 71,280
4. 22,63 2,40 54,312
5. 1,378 0,50 0,689
6. 1,853 0,33 0,611
Total 48,241 147,652

PTA = P * L = 48,241 * 16 = 771,856 ton


Titik pusat tekanan tanah abutment terhadap titik O :

Y =
MP = 147,652 = 3,06 m
TA 48,241

P
10. Gaya tekanan tanah akibat gempa bumi ( Tag )

PTA = P * L = 48,241 * 16 = 771,856


ton Tag = 771,856* 0,14 = 108,060 ton
Titik pusat tekanan tanah abutment terhadap titik O :

Y =
MP = 147,652 = 3,06 m
TA 48,241

P

5.4.4.2 KOMBINASI PEMBEBANAN

Kestabilan konstruksi harus ditinjau berdasarkan komposisi pembebanan dan gaya


yang mungkin terjadi. Tegangan atau gaya yang digunakan dalam pemeriksaan kekuatan
konstruksi yang bersangkutan dikalikan terhadap tegangan ijin atau tegangan batas yang
ditentukan dalam persentase ( PPJJR – SKBI – 1987 ).

24
Tabel 5.28. Kombinasi Pembebanan
Tegangan yang dipakai
No Kombinasi Pembebanan dan Gaya
thd teganagan ijin
1 M + ( H + K ) + Ta + Tu 100 %
2 M + Ta + Ah + Gg + A + SR + Tm 125%
3 Komb. 1 + Rm + Gg + A + SR + Tm + S 140 %
4 M + Gh + Tag + Gg + Ahg + Tu 150 %

Keterangan :
A : Beban angin
Ah : gaya akibat aliran dan hanyutan
Ahg : Gaya aliran dan hanyutan pada waktu gempa
Gg : gaya gesek pada tumpuan bergerak
Gh : gaya horizontal ekivalen akibat gempa
bumi H+K : beban hidup dengan kejut
M : beban mati
PI : gaya – gaya pada waktu
pelaksanaan Rm : gaya rem
S : gaya setrifugal
SR : gaya akibat susut dan rangkak
Tm : gaya akibat perubahan suhu ( selain susut dan rangkak )
Ta : gaya tekanan tanah
Tag : gaya tekanan tanah akibat gempa bumi
Tb : gaya tumbuk
Tu : gaya angkat ( bouyancy )
Beban nominal : jumlah total beban
Beban ijin : beban nominal dibagi presentase terhadap tegangan ijin

24
Tabel 5.29. Kombinasi 1
Beban Gaya Jarak Lengan Momen

Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

M PBA 621,20 0,088 1,811 3,149 54,66 1124,993


PT 586,368 1,702 4,200 5,091 997,99 2462,746

PKM 716,580 0,00 1,811 8,20 0,00 1297,726

H+K PKH 576,15 0,00 1,811 8,20 0,00 1043,408

Ta PTA 771,86 3,06 2361,89


Tu

Nominal 2500,30 771,86 1052,66 5928,873 2361,89

ijin 2500,30 771,86 1052,66 5928,873 2361,89

Tabel 5.30. Kombinasi 2


Beban Gaya Jarak Lengan Momen
Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

M PBA 621,20 0,00 1,811 3,149 54,66 1124,993

PT 586,368 0,00 4,200 1,33 997,99 2462,746

PKM 716,580 0,00 1,811 8,20 0,00 1297,726


Ta PTA 771,86 3,06 2361,89
Ah

Gg PG 107,49 0,00 8,20 0,00 881,418

A 25,56 25,56 0,00 1,811 8,20 0,00 46,289 209,592

SR

Tm

Nominal 1949,71 904,91 1052,66 4931,754 3452,90


ijin 1559,77 723,93 842,13 3945,403 2762,32

24
Tabel 5.31. Kombinasi 3
Beban Gaya Jarak Lengan Momen
Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

Komb. 1 2500,30 771,86 1052,66 5928,873 2361,89

Rm 27,727 8,20 227,36

Gg PG 107,49 0,00 8,20 0,00 881,418

A 25,56 25,56 0,00 1,811 8,20 0,00 46,289 209,592

SR

Tm

Nominal 2525,86 932,637 1052,66 5975,162 3680,26


ijin 1804,19 666,169 751,90 4267,973 2628,76

Tabel 5.32. Kombinasi 4


Beban Gaya Jarak Lengan Momen
Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

M PBA 621,20 0,088 1,811 3,149 54,66 1124,99


PT 586,368 1,702 4,200 5,091 997,99 2462,75
PKM 716,580 0,00 1,811 8,20 0,00 1297,73
Gh HBA 86,968 3,55 273,275
HT 82,091 5,091 417,925
HKM 100,32 8,20 822,624
TAG 108,06 0,00 3,06 0,00 330,664
Gg PG 107,49 0,00 8,20 0,00 881,418
Ahg

TU

Nominal 1924,15 484,93 1052,66 4885,47 2725,91


ijin 1282,77 323,29 701,77 3256,98 1817,27

24
Tabel 5.33. Kombinasi Gaya
Gaya Momen
kombinasi
V H MVo MVg MH
1 2500,30 771,86 771,86 5928,873 2361,89
2 1559,77 723,93 842,13 3945,403 2762,32
3 1804,19 666,169 751,90 4267,973 2628,76
4 1282,77 323,29 701,77 3256,98 1817,27

5.4.4.3 KONTROL STABILITAS ABUTMENT

Kestabilan konstruksi diperiksa terhadap kombinasi gaya dan muatan yang paling
menentukan.

 Terhadap guling ( Fg ) =  MV g  SF
 MH
Fg 1
 MV g 5928,873
= 2,51 ≥ 1.5....................ok
 2361,89
=  MH
3945,403
= 1,43 ≥ 1.5....................Tidak ok
 MV g 2762,32

Fg 2
 MH 4267,973
= 1,62 ≥ 1.5....................ok
=
 MV g 2628,76
 3256,98
Fg 3
 MH 1817,27
= 1,79 ≥ 1.5....................ok

=
 MV g

 MH
Fg 4

V * tan  Ca * B


 Terhadap geser ( Fq ) =  SF
H

Fq 1
Fq 2 =
=

25
2500,30 * 20,25  1,00 *
t
8,00 771,86 = 1,21 ≥ 1.5 ……tidak oke
a
n 1559,77 * tan 20,25  1,00
= 0,81 ≥ 1.5 ……tidak oke
*8,00 723,93

Fq 3 =
1804,19 * tan 20,25  1,00 * 8,00 = 1,01 ≥ 1.5 ……tidak oke
666,169
1282,77 * tan 20,25  1,00 *8,00
Fq 4 = = 1,49 ≥ 1.5 …… tidak oke
323,29

25
1
 =
Terhadap eksentrisitas ( e )     B
MVO MH

V 6

Tabel 5.34. Kontrol terhadap eksentrisitas ( e )


MVo MH V 1/6 B
Kombinasi e Hasil
(Ton.m) (Ton.m) (Ton) (m)
I 771,86 2361,89 2500,30 1,00 1,253 Tidak OK
II 842,13 2762,32 1559,77 1,00 2,311 Tidak OK
III 751,90 2628,76 1804,19 1,00 1,874 Tidak OK
IV 701,77 1817,27 1282,77 1,00 1,964 Tidak OK

 Terhadap daya dukung


Tanah Diketahui :
γ2 = 1,80 t/m3 ; Ø2 = 20,25O ; C2 = 0,48 t/m2
Untuk Ø2 = 20,25O, maka nilai Nc = 7,5 , Nq = 3,54 , N = 1,62

Qu = c * Nc + * D * Nq + 0.5 * * B * N
= 0,48 * 7,5 + 1,80 * 1,5 * 3,54 + 0,5 * 1,80 * 6,00 * 1,62
= 3,60 + 9,558 + 4,520
= 21,906 ton/m2
Qu 17,678
Qall = = 11,785 t/m2
SF 1,5
=


V
A   MVO  Qall
W

2500,30 771,86 ..............


1   = 74,286 < 21,906 t/m2 Tidak oke
96 16
1559,77 842,13 ..............
2  = 68,881 < 21,906 t/m2 Tidak oke
96 16
1804,19 751,90 ..............
3  = 65,787 < 21,906 t/m2 Tidak oke
96 16
1282,77 701,77
4 
25
......................................................
= 57,223 < 21,906 t/m2 Tidak oke
96 16

25
Dimana :
SF = safety factor 1.5 ~ 3
B = lebar Abutment = 6,00 meter
L = panjang Abutment = 16,00 meter
A = 6,00 * 16,00 = 96,00 m2
W = 1/6 * L * B2 = 1/6 * 6,00 * 16,002 = 16,00 m3
Ø = sudut geser dalam
f = koefesien geser = 0.58
= berat isi tanah ton/m2
V = gaya vertikal ( ton )
H = gaya horizontal ( ton )
MVo = momen vertikal terhadap titik O
MVg = momen vertikal terhadap titik G
MH = momen horizontal terhadap dasar Abutment

Karena tinjauan stabilitas abutment hanya terhadap guling yang mempunyai faktor
aman, sedangkan tinjauan terhadap geser, eksentrisitas dan daya dukung tidak aman
mempunyai faktor aman, maka dipasang / diperlukan ponadasi tiang pancang.

5.4.5. PERHITUNGAN PONDASI TIANG PANCANG

Pondasi mengunakan tiang pancang dari beton dengan


spesifikasi : Ø tiang = 45 cm
Tebal Dinding ( t ) = 8,00 cm
Luas penampang ( A ) = ¼ D2 = 1589.625 cm2
Keliling penampang tiang = D = 141.3 cm
Panjang tiang pancang = 24 meter
Kedalaman pondasi = 25,5 meter
Berat permeter tiang = 237 kg/m
Berat tiang pancang = 237 * 24 = 5688 kg = 5,7 ton

25
5.4.5.1 Pembebanan Pada Tiang Pancang

Perencanaan beban maksimal ( Pmak ) yang mampu ditahan tiang pancang ditinjau
terhadap empat kombinasi pembebanan terhadap titik pusat tiang pancang.
PV M * X MAK
Pmak = ± ny*
n  X2
Dimana :
Pmak = beban maksimum yang diterima tiang pancang
PV = beban vertikal ( normal )
M = jumlah momen yang bekerja pada titik berat tiang
pancang Xmax = jarak terjauh tiang ke pusat berat kelompk tiang
= 7,98 m n = jumlah pondasi tiang pancang
ny = jumlah pondasi tiang pancang dalam satu baris arah tegak lurus
bidang momen = 12

X = ( 7,98 ) * 4 = 254,72 m
2 2

2
Tabel 5.35. Gaya Maksimum dan minimum akibat pembebanan
Kombinasi PV M=MH + Mvo X Pmak Pmin
X 2
n ny
(Ton) (Ton meter) (m) (m2) (Ton) (Ton)

I 2500,30 48 3133,75 7,98 12 254,72 60,27 43,91


II 1559,77 48 3604,45 7,98 12 254,72 41,91 23,09
III 1804,19 48 3380,66 7,98 12 254,72 46,41 28,76
IV 1282,77 48 2519,04 7,98 12 254,72 33,30 20,15

Berdasarkan perhitungan tabel diatas diketahui bahwa Pmak terjadi pada


kombinasi I sebesar 60,27 ton, maka daya dukung tiang pancang harus lebih besar dari
Pmak tersebut.

5.4.5.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang

Perhitungan daya dukung tiang pancang pada pilar sama dengan perhitungan daya
dukung tiang pancang pada abutment.

25
1 Daya dukung tiang individu

Tinjauan spesifikasi tiang pancang berdasarkan :


a. Kekuatan bahan tiang
Mutu beton : K – 400

1
σb * 400 = 133,33 kg/cm2
: 3
P tiang : σb * A tiang = 133,33 * 1589.625 = 211,95 ton
b. Daya dukung tanah
 Rumus umum :
Kb*qc* A  Ks* JHP*O
Pult =
SF
Pult = ultimate axial load ( kg )
A = luas penampang tiang = 1589.625 cm2
O = keliling tiang = 141.3 cm
Kb = 0.75
Ks = 0.5 ~ 0.75
SF = safety factor, 1,5 – 3,0

Berdasarkan data tanah dari test sondir pada kedalaman 30,00 meter
didapatkan lapisan lempung keras / sangat kaku, dengan :
qc = nilai conus resistance diujung tiang = 150
kg/cm JHP
2
= total friction = 1836 kg/cm2

Pult 0,75*150*1589,625  0,5*1836*141,3


= 102848,74 kg = 102,85 ton
3
=
 Rumus Trofimanhoffe
Kb *qc * A  Ks * JHP * O D
Pult =
SF
Dimana : D = 1,5 – 3,0
SF = 1,5 – 2,0
0,75*150*1589,625  0,5*1836*141,33
Pult = = 111035,31 kg = 111,04 ton
2

 Rumus begemann
Pult =

25
qc * A JHP * O
 3 5

25
qc = nilai rata-rata conus resistance 1 * (qcu  qcb)
= 2

= 1 * (150  150) = 150 kg/cm2


2
qcu = conus resistance rata-rata 8D diatas ujung tiang = 150 kg/cm2
qcb = rata-rata perlawanan conus setebal 4D dibawah tiang = 150 kg/cm2
150 *1589,625 1836 *141,3
Pult =  = 131366,61 kg = 131,37 ton
3 5

 Rumus Bala Subramanian


b*qc* A  a * JHP*
Pult
O SF
=
qc = nilai rata-rata conus resistance 1 * (qcu  qcb)
= 2
= 1 * (150  150) = 150 kg/cm2
2

qcu = conus resistance rata-rata 3,75D diatas ujung tiang = 150


kg/cm2 qcu = conus resistance rata-rata D dibawah ujung
tiang = 150 kg/cm2
a = faktor adhesi untuk tanah lempung medium =
0,7 b = faktor ujung tiang = 0,33

Pult 0,33*150*1589,625  0,7*1836*141,3


= 173523,465 kg = 173,52 ton
1,5
=

Tabel 5.36. Daya Dukung Tiang Pancang Individu


No. Rumus Pult ( ton )
1. Kekuatan bahan tiang 211,95
2. Kb*qc* A Ks* JHP*O
102,85
Umum → Pult =
SF
3. Kb *qc * A  Ks * JHP * O
Trofimanhoffe → Pult = D 111,04
SF

4. qc * A JHP * O
Begemann → Pult =  131,37
3 5
5. b*qc* A  a * JHP* O
Bala Subramanian → Pult = 173,52
SF

25
Dari perhitungan diatas diambil Pult yang mempunyai nilai terkecil yaitu sebesar
102,85 ton.

25
2 Daya Dukung Kelompok Tiang Pancang

Berdasarkan perumusan dari “converse-labarre”

⎧n 1m  m  1n ⎫


Eff = 1 - Ө ⎨ ⎬
⎩ 900 * m * n ⎭

97,5 135135135 97,5


600
1600

Gambar 5.39. Tampak Atas Pile Cap Abutment

m = jumlah tiang dalam baris y =


12 n = jumlah baris = 4
Ө = arc tan (D/S) = arc tan (45/135) =
18,4350 D = diameter tiang = 45 cm
S = jarak antar tiang (as ke as) = 135 cm
⎧n 1m  m  1n ⎫
Eff = 1 - Ө = 0,6245
⎨ ⎬
⎩ 90 * m * n
O

Daya dukung tiap tiang pada kelompok tiang :

Pall = Pult * Eff


Pall = 102,85 * 0,6245 = 64,23 ton.
Kontrol Pall terhadap Pmaks yang terjadi
: Pall > Pmaks ( ton )
64,23 > 60,27 ( ton ).....................................OK!

26
A) Kontrol Gaya Horisontal

Gambar Gaya Horisontal tekanan tanah pasif pada pondasi


Diketahui :
Lp = 30,00 meter ; La = 1,50
meter Panjang penjepitan :
Ld = 1/3 Lp = 1/3 * 30 = 10 meter
LH = Ld + La = 10 + 1,5 = 11,5 meter
Lebar poer (L) = 8 meter
 Kedalaman 0 – 15 meter :

1 = 9,870

Kp1 = tg2 (45+ / 2) = 1,423


1

 1 = 1,80 ton/m3

 Kedalaman > 15 meter :


2 = 10,930

Kp1 = tg2 (45+ / 2) = 1,46


1

 = 1,67 ton/m3
2

B) Perhitungan diagram tekanan tanah pasif

GM = (Kp* *LH) * L = (1,423*1,8*11,5) * 10 = 294,561 ton/m

FL = (Kp* *AF) * L = (1,423*1,8*9,5) * 10 = 243,333 ton/m


EK = (Kp* *EK) * L = (1,423*1,8*7,5) * 10 = 192,105 ton/m
DJ = (Kp* *DJ) * L = (1,423*1,8*5,5) * 10 = 140,877 ton/m
CI = (Kp* *CI) * L = (1,423*1,8*3,5) * 10 = 89,649 ton/m
BH = (Kp* *BH) * L = (1,423*1,8*1,5) * 10 = 38,421 ton/m

C) Tekanan tanah pasif efektif yang bekerja

BH = 38,421 ton/m
CL = ¾ * CI = ¾ * 89,649 = 67,237 ton/m
DM = ½ * DJ = ½ * 140,877 = 70,439 ton/m
EN = ¼ * EK = ¼ * 192,105 = 48,026 ton/m
PO = ¼ * FL = ¼ * 243,333 = 60,833 ton/m

26
Titik G = 0 ton/m

D) Resultan tekanan tanah pasif

P1 = ½ * La * BH = ½ * 1,5 * 38,421 = 28,816 ton


P2 = ½ * BC * (BH+CL) = ½ * 2 * (38,421+67,237) = 105,658 ton
P3 = ½ * CD * (CL+DM) = ½ * 2 * (67,237+70,439) = 137,676 ton
P4 = ½ * DE * (DM+EN) = ½ * 2 * (70,439+48,026) = 118,465 ton
P5 = ½ * EF * (EN+ PO) = ½ * 2 * (48,026+60,833) = 108,859 ton
P6 = ½ * FG * (PO+G) = ½ * 2 * (60,833+0,00) = 60,833 ton +

 P=P 1 + P2 + P3 + P4 + P5 + P6 = 560,307 ton

E) Titik tangkap resultan

 P *L Z = P1*L1 + P2*L2 + P3*L3 + P4*L4 + P5*L5 + P6*L6

L1 = 1,5* 1
3 + 10 = 10,5 m
L2 = 9,00 m
L3 = 7,00 m
L4 = 5,00 m
L5 = 3,00 m
L6 = 2,00* 2 3 = 1,33 m

 P *L Z = (28,816*10,5) + (105,658*9) + (137,676*7) + (118,465*5) + (108,859*3)

+ (60,833*1,33)

 P *L Z = 3217,032 tm

LZ = 3217,032 560,307 = 5,742 m

3 Kontrol gaya horisontal yang terjadi

vls =0

PH (Ld + La + Lz) =  P *z*Lz


⎛  P * z * Lz
⎞ ⎛ 560,307 * 2 * 5,742 ⎞
PH = ⎜⎜ Ld  La  Lz ⎟ = ⎜⎝ 10  1,5  5,742 ⎟⎠ = 373,191 ton
⎝ ⎠

PH (373,191 ton) > Hmax (192,270 ton)…..........................OK!


26
Karena tekanan tanah pasif yang terjadi dapat menahan gaya horisontal yang bekerja
pada konstruksi maka tidak diperlukan tiang pancang miring.

4 Kontrol Stabilitas Poer terhadap Geser Pons

Gambar 5.40. Tampak Atas Abutment

Diketahui :

Pv = 2500,30 ton
D = 16 m ; p =6m
L = 16 m ; B = 0,9 m
A Poer = 6 * 16 = 96 m2
A kolom = 0,9 * 16 = 14,4 m2

 Gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang kritis


Pv
Vu = * (A poer – A kolom)
Apoer
Vu = 2125,255 ton
 Kuat geser

beton Diketahui

c = D 1,5 = 10,67 ; d’ = 0,08 m

bo = 2 * 16 = 32 m ; d = B – d’ = 0,82 m
f’c = 25 Mpa
⎛ 2 ⎞ ⎛ f 'c ⎞
Vc = ⎜1  ⎟ * ⎜⎟ * bo * d
⎜ 6 ⎟
⎝ c ⎠ ⎠

26
Vc = 2596,5 ton

26
Abutment Aman terhadap geser pons : Vu < Vc
2125,255 ton < 2596,5 ton.......OK

5 Perhitungan Settlement

W poer = P*L*h*γb = 6*16*1,5*2500 = 360.000

kg W tiang = Jml tiang*A tiang*L tiang*

γb

= 48*0,1589625*30*2500 = 572.265 kg

V = 2500,30 ton = 2500.300

kg

Berat V diperhitungkan merata dibawah kedalaman 2/3 L = 20

mL = 12 * 1,35 = 16,2 m

B = 4 * 1,35 = 5,40 m

A =L*B = 87,48 m2
v 2500,30
q = = 28,581 t/m2
= 87,48
A

L’ = 16,2 + 2*(10*tan450) = 36,2 m

B’ = 5,40 + 2*(10*tan450) = 25,4 m

A’ = L’ * B’ = 919,48 m2
A
∆P’ * q = 87,48 * 28,581 = 2,719 t/m2
A' 919,48
=

LL = 49 %
Cc = 0,009*(49 – 10) = 0,351
Po = (30*2,67) – (20*1,67) = 46,7 t/m2

eo = 1,4
H * Cc Po  AP' 10 * 0,351 46,7  2,719
S = * log = * log
26
1  eo Po 1 46,7
1,4
= 0,0359 m = 3,59 cm

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan pondasi tiang
pancang sebesar 3,59 cm.

26
5.4.6 Penulangan Pilar

a. Penulangan Badan Pilar

Gambar 5.41. Penulangan Badan Pilar

Beban yang digunakan dalam penulangan badan abutment diambil dari kombinasi
pembebanan yang menghasilkan beban dan momen terbesar yaitu kombinasi pembebanan I

Tabel 5.37 Kombinasi Pembebanan Maksimum


Beban Gaya Jarak Lengan Momen

Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

M PBA 549,85 0,00 4,00 3,55 0,00 2199,40


PT 18,00 0,00 4,00 1,33 0,00 72,00

PKM 716,58 0,00 4,00 8,20 0,00 2866,32

H+K PKH 576,15 0,00 4,00 8,20 0,00 2304,60

Ta PTA 7,856 0,50 3,928


Tu

Nominal 1860,58 7,856 0,00 7442,32 3,928

ijin 1860,58 7,856 0,00 7442,32 3,928

26
◦ Data Teknis Perencanaan
: f’c = 35 MPa
fy = 240 Mpa
Ag = luas penampang
= 1000 * 1000
= 106 mm2
Ht = tinggi badan = 5200 mm
b = 900 mm (tiap meter lebar
pilar) h = 1000 mm
Diameter tulangan utama dipakai D20, dan tulangan pembagi dipakai D12,
sehingga : d’ = h – (50 + 12 + ½ 20) = 1000 – (50 + 12 + 10) = 928 mm
Ф = 0,65

Pu 1860580
 Ag  0,85  f 'c= = 0,001
0,65*106 *0,85*35
Mu 7442,32
et = = 4,00 m = 4000 mm
= 1860,58
Pu

et
h = 4000 = 4 mm
1000
Pu et
 = 4 * 0,001 = 0,004
 Ag  0,85 f 'c h
Dari perhitungan diatas dipakai grafik 6.3.c (Grafik dan Tabel Perhitungan Beton
Bertulang halaman 97)
r = 0,0015
f’c = 35 maka β = 1,33
ρ = r   = 0,0015 * 1,33 = 0,002

◦ Tulangan Pokok
Astot = ρ Ag
= 0,002 * 3000 * 928 = 5560,8 mm2
Askiri = Askanan = 0,5 As /meter = 2780,4 mm2
Dipakai tulangan rangkap D20 – 100 (Ast = 3140 mm2)
◦ Tulangan bagi
Diambil sebesar 20 % dari tulangan utama = 1112,16 mm2

26
Dipakai tulangan rangkap D12 – 100 (As = 1130,4 mm2)

26
 
D 20 - 100
 



D 12 - 100



Gambar 5.42. Penulangan Badan Pilar

b. Penulangan Kepala Pilar

50
150 150

300

300

350

Gambar 5.43. Dimensi Kepala Pilar

27
1. Gaya horisontal gempa (Gg) :

 Gaya gempa terhadap berat sendiri


Pilar PBA = 549,85 ton
HBA = 549,85 * 0.14 = 76,979 ton
YBA = 3,55 meter
Momen = 76,979 * 3,55 = 273,275 Tm
 Gaya gempa terhadap bangunan
atas PKA = 716,5802 ton
HKA = 716,5802 * 0.14 = 100,32 ton
YKA = 8,2 meter
Momen = 100,32 * 8,2 = 822,624 Tm
M total = 273,275 + 822,624 = 1095,899 T

2. Penulangan Kepala pilar

f’c = 35 MPa
fy = 240
Mpa
b = 500 mm
h = 1000 mm
Diameter tulangan utama dipakai D20, dan tulangan pembagi dipakai D12,
sehingga : d’ = h – (50 + 12 + ½ 20) = 1000 – (50 +12+ 10) = 928 mm
Ф = 0,65
Mu
fy
bd 2 = x0,85xfy (1-0,588 x f 'c )
x
1095,899
=  x 0,85 x 2400 (1-0,588 x 2400
350 )
x
1 x 0,9282

11515,4 2
- 20400 + 1273,231 = 0 , = 1,705
1,4
1,4
min =
fy = 240 = 0,0058
⎛ 0,85 f 600 ⎞
'c
⎠ 27
max = 0,75 x  1 ⎜ x ⎟ dan  1 = 0,85
⎝ fy 600  fy
⎛ 0,85 x 35
max = 0,75x0,85 600 ⎞ 
x ⎟ dan 1 = 0,85; max = 0,0403

⎝ 240 600  240 ⎠
dipakai min = 0,0058

27
◦ Tulangan Pokok
Astotal = x b x d = 0,0058 x 500 x 928 = 2691,2 mm2
Askiri = Askanan = 0, 5 Astotal = 1345,6 mm2
Dipakai tulangan rangkap D20 – 200 (Ast = 1570 mm 2)
◦ Tulangan bagi
Diambil sebesar 20 % dari tulangan utama = 538,24 mm2
Dipakai tulangan rangkap D12 – 200 (As = 565,2 mm2)


 
D 12 - 200

 D 20 - 200
 

D 12 - 200



Gambar 5.44. Penulangan Kepala Pilar

c. Penulangan Poer

Gambar 5.45. Pembebanan Poer Pilar

27
Pmak = 51,70 T ; Pmin = 51,63 T
W1 = ½ * 2,5 * 0,5 *1,00 * 2,5 = 1,563 T
W2 = 2,5 * 1,00 * 1,00 * 2,5 = 6,25 T

Momen yang terjadi pada potongan A:


MB = Pmaks * 2,5 – ( W1*0,85 + W2*1,25 )
= 51,70 * 2,5 – (1,563 *0,833 + 6,25 *1.25 )
= 120,136 Tm
Direncanakan :
f’c = 35 MPa
fy = 240
Mpa
b = 2500 mm
h = 1000 mm
Diameter tulangan utama dipakai D30, dan tulangan pembagi dipakai D20,
sehingga : d’ = h – (50 + 20 + ½ 30) = 1000 – (50 +20+ 15) = 915 mm
Ф = 0,65
Mu
= x0,8xfy (1-0,588 x fy
2 f 'c )
x
bd
120,136
=  x 0,85 x 24000 (1-0,588 x
24000
3500 )
x
1 x 0,9152

115153,9 2
- 20400 + 143,493 = 0 , = 1,698
1,4
1,4
min =
fy = 240 = 0,0058
⎛ 0,85 f 600 ⎞
'c
max = 0,75 x  1 ⎜ x ⎟ dan  1 = 0,85
⎝ fy 600  fy ⎠
⎛ 0,85 x 350
max = 0,75 x 0,85 ⎞
600 ⎟ = 0,0403
x ⎜
⎝ 0,0 ◦ Tulangan Pokok
058
dipakai min =

27
2400 6 00  2400 ⎠
Astotal = x b x d = 0,0058 x 2500 x 915 = 13267,5 mm2
Askiri = Askanan = 0, 5 Astotal = 6633,75 mm2
Dipakai tulangan rangkap D30 – 100 (Ast = 7065 mm 2)

27
◦ Tulangan bagi
Diambil sebesar 20 % dari tulangan utama = 2653,5 mm2
Dipakai tulangan rangkap D20 – 100 (As = 3140 mm2 )

D 30 - 100
D 20 - 100 
 

Gambar 5.46. Penulangan Poer Pilar

5.4.7 Penulangan Abutment

a. Penulangan Badan Abutment

Gambar 5.47. Penampang Badan Abutment

27
Beban yang digunakan dalam penulangan badan abutment diambil dari kombinasi
pembebanan yang menghasilkan beban dan momen terbesar yaitu kombinasi pembebanan I
Tabel 5.38. Kombinasi Pembebanan Maksimum
Beban Gaya Jarak Lengan Momen

Jenis Bagian V H Xo Xg Yo MVo MVg MH

M PBA 621,20 0,088 1,811 3,149 54,66 1124,993


PT 586,368 1,702 4,200 5,091 997,99 2462,746

PKM 716,580 0,00 1,811 8,20 0,00 1297,726

H+K PKH 576,15 0,00 1,811 8,20 0,00 1043,408

Ta PTA 771,86 3,06 2361,89


Tu

Nominal 2500,30 771,86 1052,66 5928,873 2361,89

ijin 2500,30 771,86 1052,66 5928,873 2361,89

◦ Data Teknis Perencanaan


: f’c = 35 MPa
fy = 240 Mpa
Ag = luas penampang
= 1000 * 1000
= 106 mm2
Ht = tinggi badan = 5700 mm
b = 900 mm (tiap meter lebar
abutment) h = 1000 mm
Diameter tulangan utama dipakai D30, dan tulangan pembagi dipakai D20,
sehingga : d’ = h – (50 + 20 + ½ 30) = 1000 – (50 +20 + 15) = 915 mm
Ф = 0,65
Pu
2500,30*103
= = 0,129
  Ag  0,85  f 'c 0,65*10 6
*0,85*35

Mu 5928,873
et = = 2,371 m = 2371 mm
= 2500,30
Pu

et h
=
27
2371
= 2,371
mm
1000

27
Pu et
 = 0,129 * 2,371 = 0,305
 Ag  0,85 f 'c h
Dari perhitungan diatas dipakai grafik 6.1.f (Grafik dan Tabel Perhitungan Beton
Bertulang halaman 88)
r = 0,01
f’c = 35 maka β = 1,33
ρ = r   = 0,01 1,33 = 0,0133

◦ Tulangan Pokok
Astot = ρ Ag
= 0,0133 * 900 *915 = 10952,55 mm2
Askiri = Askanan = 0,5 As /meter = 5476,28 mm2
Dipakai tulangan rangkap D30 – 125 (Ast = 5652 mm2)
◦ Tulangan bagi
Diambil sebesar 20 % dari tulangan utama = 2190,51 mm2
Dipakai tulangan rangkap D20 – 125 (As = 2512 mm2)

 

 




Gambar 5.48. Penulangan Badan Abutment

27
b. Penulangan Kepala Abutment

Gambar 5.49. Dimensi Kepala Abutment

Gaya horisontal gempa (Gg) :

◦ Gaya gempa terhadap berat sendiri abutment


PBA = 549,85 ton
HBA = 621,20 * 0.14 = 86,968 ton
YBA = 3,149 meter
Momen = 86,968 * 3,149 = 273,862 Tm

◦ Gaya gempa terhadap bangunan


atas PKA = 716,5802 ton
HKA = 716,5802 * 0.14 = 100,32 ton
YKA = 8,2 meter
Momen = 100,32 * 8,2 = 822,624 Tm

M total = 273,862 + 822,624 = 1096,486 T


◦ Penulangan Kepala
Abutment f’c = 35 MPa
fy = 240 Mpa
b = 300 mm

28
h = 1000 mm
Diameter tulangan utama dipakai D20, dan tulangan pembagi dipakai D12,
sehingga : d’ = h – (50 + 12 + ½ 20) = 1000 – (50 +12+ 10) = 928 mm
Ф = 0,65
Mu
fy
bd 2 = x0,85xfy (1-0,588 x f 'c )
x
1096,486
=  x 0,85 x 2400 (1-0,588 x 2400
350 )
x
1 x 0,9282

11515,4 2
- 20400 + 1273,231 = 0 , = 1,707
1,4
1,4
min =
fy = 240 = 0,0058
⎛ 0,85 f 600 ⎞
'c
max = 0,75 x  1 ⎜ x ⎟ dan  1 = 0,85
⎝ fy 600  fy ⎠
⎛ 0,85 x 35 600 ⎞
max=0,75x0,85 x dan  1 = 0,85; max = 0,0403
⎝⎜ 240 600  240 ⎠⎟
dipakai min = 0,0058
◦ Tulangan Pokok
Astotal = x b x d = 0,0058 x 300 x 928 = 1614,72 mm2
Askiri = Askanan = 0, 5 Astotal = 807,36 mm2
Dipakai tulangan rangkap D20 – 250 (Ast = 1256 mm 2)
◦ Tulangan bagi
Diambil sebesar 20 % dari tulangan utama = 322,94 mm 2
Dipakai tulangan rangkap D12 – 250 (As = 452,16 mm 2)

28








 
 


  




Gambar 5.50. Penulangan Kepala Abutment

c. Penulangan Poer

Gambar 5.51. Pembebanan Poer Abutment

Pmak = 60,27 T ; Pmin = 43,91 T


W1 = ½ * 2,55 * 0,5 *1,00 * 2,5 = 1,594 T
W2 = 2,55 * 1,00 * 1,00 * 2,5 = 6,375 T
Momen yang terjadi pada potongan A:
MB = Pmaks *2,55 – ( W1*0,85 + W2*1,275 )
= 60,27*2,55 – ( 1,594*0,85 + 6,375*1.275 ) = 144,205 Tm

28
Direncanakan :
f’c = 35 MPa
fy = 240
Mpa
b = 2550 mm
h = 1000 mm
Diameter tulangan utama dipakai D30, dan tulangan pembagi dipakai D20,
sehingga : d’ = h – (50 + 20 + ½ 30) = 1000 – (50 +20+ 15) = 915 mm
Ф = 0,65
Mu
= x0,8xfy (1-0,588 x fy
2 f 'c )
x
bd
1442,05
=  x 0,85 x 2400 (1-0,588 x
2400
350 )
x
1 x 0,9242
11515,39 2
- 20400 + 1689,03 = 0 , = 1,684
1,4
1,4
min = = = 0,0058
fy 240
⎛ 0,85 f 600 ⎞
'c
max = 0,75 x  1 ⎜ x ⎟ dan  1 = 0,85
⎝ fy 600  fy ⎠
⎛ 0,85 x 350
max = 0,75 x 0,85 ⎞
600 ⎟ = 0,0403
x ⎜
⎝ 2400 600  2400 ⎠
dipakai min =
0,0058
◦ Tulangan Pokok

Astotal = x b x d = 0,0058 x 2550 x 915 = 13532,85 mm2


Askiri = Askanan = 0, 5 Astotal = 6766,43 mm2
Dipakai tulangan rangkap D30 – 100 (Ast = 7065 mm 2)
◦ Tulangan bagi
Diambil sebesar 20 % dari tulangan utama = 2706,57 mm2

28
Dipakai tulangan rangkap D20 – 100 (As = 3140 mm2)

28
 

 





  

Gambar 5.52. Penulangan Poer Abutment

5.4.8 Perhitungan Penulangan Tiang Pancang

a. Momen akibat pengangkatan satu titik

R2

L-a M1
R1
x
M2

1
M1  q  a2
2 Gambar 5.53. Pengangkatan dengan 1 titik
1
R q 1 1 qa 2
1 L  qa2 q (L - - qL2  2aq
 2 L
2
a L 
a) 2(L -

a 2 a) a
2

Mx  R1 1
x q
x 2

Syarat dMx
Maksimum dx  0

28
R1  qx  0
R 
L2  2 aL 
x1
2 L  a 
q
Mmax  M2
2
Mmax  R1 L  2aL  1 ⎛q L ⎜2  2aL ⎞ ⎟
2

2 L  a  2 2L  a 
2
⎝ ⎠
1 ⎛ L2  2aL ⎞
Mmax  q ⎜ ⎟
2 ⎝ 2L  a  ⎠
M1  M2 2
1 2 1 ⎛ L2  2aL ⎞
qa  q ⎜ ⎟
 
 

2 2⎝2La⎠
L2  2aL
a
2 (L - a)
2a  4 aL  L2  0  L  24 m
2

2a 2  96a  576  0

a1,2 
96  962  4.2.576
 2.1
a1 = 40,97 (tidak memenuhi)
a2 = 7,03 (memenuhi)
1 1
WD d2 =  3,14  0,452  2500 = 397,406 kg/m
beton
= 4

4
WL = 40 kg/m
qtot = 1,2 WD + 1,6 WL = (1,2  397,406) + (1,640) = 540,887 kg/m
M1 = M2 = Mmax
1 1
=  q  a2 = * 540,887 * 7,032
2 2
= 13365,56 kgm
= 13,366 Tm
qL2  2aq 540,887 *242  2 * 7,03 *
R1  
540,887
2  L  a
2(24  7,03 )
= - 13227,35 kg = - 13,227 T

qL2 7,03)
R2 540,887
2  L  a  *242
2(24 
28
 9,179 T

28
b. Momen akibat pengangkatan dengan dua titik

L- L

M M

Gambar 5.54. Pengangkatan dengan 2 titik


1
M 21  q  a
2
1 1
M  q L  2a   qa 2
2

2
8 2
M1  M 2
1 2 1 1
qa  q L  2a   qa 2
2

2 8 2
4a2 + 4aL – L2 = 0

4a2 + 96a – 576 = 0

a1 = 4,97 m ; a2 = -28,97 (tidak memenuhi)


1 1
M1= M2= Mmax =  q  a2  540,887  = 6,680 Tm
= 4,972
2 2

R1 = ½ x q x L = ½ x 540,887 x 4,97 = 471,793 kg = 1,344 T

Pada perhitungan tulangan didasarkan pada momen pengangkatan dengan 1 titik


karena momen yang didapat dari 2 titik pengangkatan lebih kecil daripada momen
pengangkatan akibat 1 titik. Pada perhitungan tulangan didasarkan pada momen
pengangkatan dengan 1 titik.
M design = 1,5  MMax = 1,5  13,366 Tm = 20,049 Tm.

28
Direncanakan ;
f’c = 40 Mpa
fy = 240 Mpa
Diameter pancang (h) = 450
mm Tebal selimut (p) = 50 mm

Luas penampang ( Ag ) = ¼ D2 = 1589.625 cm2


Keliling penampang tiang = D = 141.3 cm
Panjang tiang pancang = 24 meter
Diameter efektif (d) = 350 – 50 – 0,5  20 – 14 = 276 mm
1,4
 min   1,4
fy  0,0583
240
⎡ 0,85xfc' 600 ⎤
 max  0,75x1x x dim ana1  0,85

⎢ ⎥
fy
⎣⎡ 0,85x40 600 600
fy ⎦ ⎤
 max  0,75x0,85x x  0,0645

⎣ 240 600  240 ⎥⎦
Tiang pancang berbentuk bulat, sehingga perhitungannya dikonfirmasikan ke dalam
bentuk bujur sangkar dengan b = 0,88D = 0,88. 0,45 = 0,396 m
RI = 0,85 * f’c = 0,85 * 40 = 34 Mpa = 340 kg/cm2

⎡ 600  fy⎤
1 * 450
Fmax = ⎡ 0,85 * 450 ⎤
= ⎢600  240 y ⎥= 0,4554
⎣⎢ ⎦⎥ ⎣ ⎦
⎡ Fmax ⎤ ⎡ 0,4554 ⎤
Kmax = Fmax* ⎢1  = 0,4554* ⎢1 
⎣ 2 ⎣ 2 ⎥ = 0,3517

20,049
Mn Mu = 25,061 Tm
 = 0,8
=

Mn
K = b*d2* 2506100 = 0,244
= 39,6 * 27,62 *
RI
340

F =1– 12*K = 1 – 1  2 * 0,244 = 0,284

F (0,284) < Fmax (0,4554) → Gunakan tulangan single


RI fy
As =F*b*d = 0,284 * 39,6 * 27,6
* *
28
340 2400
= 43,973 cm2

As
 = b * = 43,973 = 0,0402
d 39,6 * 27,6

 (0,0402) < min (0,0583) < maks (0,0645)

29
◦ Tulangan utama
Ast =  * b * d. = 0,0402 * 396 * 276 = 4397,342 mm2
Dipakai tulangan 10Ø26 ( 5306,6 mm 2 )

◦ Kontrol terhadap Tumbukan Hammer


Jenis Hammer yang akan digunakan adalah tipe K –35 dengan berat hammer 3,5 ton.
Daya dukung satu tiang pancang = 211,95 T
Rumus Tumbukan :
Wr .H
R
  s  c 
Dimana :
R = Kemampuan dukung tiang akibat
tumbukan Wr = Berat Hammer = 3,5 T
H = Tinggi jatuh Hammer = 1,5 m
S = final settlement rata-rata = 2,5 cm = 0,025 m
C = Koefisien untuk double acting system Hammer =
0,1 Maka :

Wr * H < Pult tiang ( 102,85 T )


R = FS * (s 
c)

3,5 *1,5 < Pult tiang ( 102,85 T )


R = 2 *(0,025 
0,1)
= 21 T < Pult tiang ( 102,85 T )...............OK

◦ Penulangan Akibat Tumbukan


Dipakai rumus New Engineering Formula :
eh .Wr .H
PU 
sc
Dimana :
PU = Daya Dukung Tiang tunggal
eh = efisiensi Hammer = 0,8
H = Tinggi jatuh Hammer = 1,5 m
S = final settlement rata-rata = 2,5 cm

29
Maka :
eh .Wr . 0,8 x 3,5 x1,5
PU  = 0,025  0,1 = 33,6 T
Hs
c

Menurut SKSNI – T – 03 – 1991 Pasal 3.3.3.5


Kuat Tekan Struktur :
Pmak = 0,8 ( 0,85 f’c ( Ag – Ast ) + fy.Ast )
33600 = 0,8 ( 0,85.400 (0,1590 – Ast ) + 2400.Ast
) Ast = 207,6968 m2
Dipakai tulangan 6  16 ( 1206 mm2 )

◦ Kontrol geser

b D max q.a  1/ 2.q.L


0,9x1/ 4  0,9x1/ 4 .d 2
.d 2
540,887 x7,03  1/ 2x540,887 x24
 b 0,9x1/ 4x3,14x0,452
= 71946,25 kg/m2 = 7,195kg/cm2
  0,53    2400 kg / cm2
b

= 0,53 . 1600 = 1272 kg /cm2


karena b < bijin maka tidak perlu tulangan geser,maka digunakan tulangan sengkang
praktis yaitu tulangan spiral.

◦ Perhitungan Tulangan

Spiral Rasio penulangan

spiral :

⎛ Ag ⎞ fc
  0,45 
s ⎜ 1⎟x
⎝ Ac ⎠ fy
⎛ 1/ 4. .452 ⎞ 400
s  0,45⎜ 2
 1⎟x  0,0490
⎝ 1/ 4.  .35 ⎠ 2400

As = 2 x s x Ac
= 2 x 0,0490 x ¼. 352
= 94,24 cm2

29
s = 2 x  x Dc x Asp/s
= 2 x 3,14 x 35 x ¼ .3,14.12/164,85 = 1,046 cm 5 cm

29
sehingga dipakai tulangan Ø8-50
sengkang pada ujung tiang dipakai Ø8-
50
sengkang pada tengah tiang dipakai Ø8-100

5.4.9 Perhitungan Pelat Injak

Pelat Injak adalah bagian dari konstruksi jembatan yang berfungsi mencegah
terjadinya penurunan elevasi muka jalan oleh beban kendaraan pada oprit. Pelat Injak
direncanakan dengan tebal 20 cm dan lebar 4 meter. Panjang pelat injak disesuaikan
dengan lebar abutment yang direncanakan, yaitu 16 meter.

a. Pembebanan :

Berat sendiri pelat injak = 0,20 * 1,00 * 2,50 = 0,50 ton/m’


Berat Aspal = 0,05 * 1,00 * 2,20 = 0,11 ton/m’
Berat pondasi = 0,20 * 1,00 * 2,00 = 0,40 ton/m’ +
Total Beban = 1,01 ton/m’

b. Momen

1 1
M * q * L2 = * 1,01 * 4,02 = 2,02 t.m.
8 8

=
Mu = 1,6 * M = 1,6 * 2,02 = 3,232 t.m.

c. Penulangan :

Mutu beton ( f’c ) = 25 Mpa

Mutu tulangan ( fy ) = 240 Mpa

Tebal selimut beton ( p ) = 20 mm

Diameter tulangan utama = Ø 12

mm

Tinggi efektif (d) = h – p – ½ Ø = 200 – 20 – 6 = 174 mm


1,4
 min   1,4
fy  0,00583
240

29
⎡ 0,85xfc' 600 ⎤
 max  0,75x1x x dim ana1  0,85

⎢ ⎥
fy
⎣⎡ 0,85x25 600 600
fy ⎦ ⎤
 max  0,75x0,85x x  0,0403

⎣ 240 600  240 ⎥⎦

29
RI = 0,85 * f’c = 0,85 * 25 = 21,25 Mpa = 212,5 kg/cm2

⎡ 600  fy⎤
1 * 450
Fmax = ⎡ 0,85 * 450 ⎤
= ⎣⎢600  240 ⎦ = 0,4554
⎣⎢ ⎦⎥
⎡ Fmax ⎤ ⎡ 0,4554
⎤Kmax = Fmax*  = 0,4554* 
= 0,3517
1 1

⎢ 2 ⎥⎦ ⎢ 2 ⎥

⎣ ⎣
3,232
Mn Mu = 4,04 Tm
 = 0,8
=

Mn
K = b*d2* 404000 = 0,06
= 100 *17,42 *
RI 212,5

F =1– 12*K = 1 – 1 2 * 0,06 = 0,06

F (0,06) < Fmax (0,4554) → Gunakan tulangan single


RI 212,5
As =F*b*d = 0,06 * 100 * 17,4 = 9,24 cm2
* 2400
*
fy

As 9,24
 = b* = = 0,0053
d 100 *17,4

 (0,0053) < min (0,0583) < maks (0,0645)

◦ Tulangan utama

Ast =  * b * d. = 0,00583 * 100 * 17,4 = 10,1442 cm2 = 1014,42

Dipakai tulangan Ø 12 – 100 ( 1130,40 mm 2 )

◦ Tulangan bagi

Diambil sebesar 20 % dari tulangan utama = 226,08 mm2

Dipakai tulangan rangkap Ø 10 – 250 (As = 314 mm2)

29





Ø 

Ø 
 


Ø  

 

Ø  

 



   





Gambar 5.55. Penulangan Plat Injak

5.4.10 Perhitungan Wing Wall







Wing Wall
Tebal = 50 cm





 

 

  

Gambar 5.56. Dimensi Wingwall


29
a. Pembebanan Wingwall

◦ Akibat Berat Sendiri

Tebal wingwall minimum = 1/20 x hw = 1/20 x 870 cm = 43,5 cm

Direncanakan tebal wingwall = 50 cm

P.1

P.3
820

P.2

P.4

P.5 P.6
175

600

Gambar 5.57. Akibat Berat Sendiri Wingwall

29
Tabel 5.39. Perhitungan Akibat Beban Sendiri Wing wall

P (m) L (m) T (m) V(m3) γbeton W(T) X (m) Momen (T.m)

1 4,00 0,500 0,500 1,00 2,500 2,500 2,00 5,00

2 3,600 7,700 0,500 13,86 2,500 34,65 1,65 57,173

3 0,400 0,500 0,500 0,10 2,500 0,250 3,43 0,858

4 0,400 5,200 0,500 1,040 2,500 2,600 3,50 9,10

5 1,750 0,500 0,500 0,4375 2,500 1,094 1,167 1,277

6 2,550 0,500 0,500 0,6375 2,500 1,594 2,30 3,667

Σ 17,075 42,688 77,075

◦ Akibat Tekanan Tanah

Dari perhitungan pembebanan abutment akibat tekanan tanah aktif, diperoleh :

Gambar 5.58. Akibat Tekanan Tanah aktif

Diketahui :
 Tanah Lapisan 1 (tanah urugan)
γ1 = 1,80 t/m3
φ1 = 30o C1
= 1 t/m2
H1= 8,7 m

29
 Koefisien tekanan tanah aktif:
Ka1 = tan2 (450 – φ1 /2)
= tan2 (450 – 30 /2)
= 0,333

Menurut pasal 1.4 P3JJR SKBI 1.3.28.1987, muatan lau lintas dapat diperhitungkan
sebagai beban merata senilai dengan tekanan tanah setinggi: h = 60 cm, jadi beban lalu
lintas (qx) :
q1 = γ1 * h
= 1,08 t/m2

Akibat beban pelat injak, aspal,dan lapis pondasi :


q2 = (0,2*2,40) + (0,05*2,20) + (0,2*2,0) = 0,99 ton/m2
q1 = q1 + q2
= 1,08 + 0,99
= 2,07 T/m2
Gaya tekanan tanah aktif:
P1 = Ka1  q1  H 1
= 0,333 * 2,07 * 8,7
= 5,997 Ton
P2 =
1  1 Ka 1 H 1
2

2
= 1 *1,80*0,333*8,72
2
= 22,684 T

M = 5,997 * 4,600 + 22,684 * 3,067 = 97,158 Tm

b. Penulangan Wingwall
Direncanakan :
f’c = 35 MPa
fy = 240 Mpa
b = 1000 mm ,h = 1000
mm Mtot = 97,158 Tm
Diameter tulangan utama dipakai D20, dan tulangan pembagi dipakai D16 sehingga
: d’ = h – (50 + 14 + ½ 16) = 1000 – (50 +16+10) = 924mm

30
Ф = 0,65

30
Mu = Mtot / 0,8 = 121,448 Tm
Mu
= x0,8xfy (1-0,588 x fy
2 f 'c )
x
bd
121,448
=  x 0,8 x 24000 (1-0,588 x x
1 x 0,9242 24000
3500 )

77414,4 2
- 19200 + 142,25 , = 0,240: = 0,0076
1,4
1,4
min = = = 0,0058
fy 240
⎛ 0,85 f 600 ⎞
'c
max = 0,75 x  1 ⎜ x ⎟ dan  1 = 0,85
⎝ fy 600  fy ⎠
⎛ 0,85 x 350
max = 0,75 x 0,85 600 ⎞
x dan  1 = 0,85
⎜ ⎟⎠
⎝ 2400 600  2400
max = 0,015
dipakai min = 0,0058
◦ Tulangan Pokok
Astotal = x b x d = 0,0058 x 1000 x 924= 5359,20 mm2
Askiri = Askanan = 0, 5 Astotal = 2679,6 mm2
Dipakai tulangan rangkap D20 – 100 (Ast = 3140 mm 2)
◦ Tulangan bagi
Diambil sebesar 20 % dari tulangan utama = 1071,84 mm2
Dipakai tulangan rangkap D16 – 125 (As = 1607,68 mm2)

30




D 16 - 125

D 16 - 125




D 16 - 125
 

 
D 20 -

D 20 -


D 20 - 100






   


A

Gambar 5.59. Penulangan Wingwall

30
5.4.11 Perhitungan Bearing Elastomer

Untuk perletakan jembatan direncanakan menggunakan bearing merk CPU buatan


Indonesia. CPU Elastomeric Bearing memiliki karateristik sebagai berikut:
b. Spesifikasi
 Merupakan bantalan atau perletakan elastomer yang dapat menahan beban berat,
baik yang vertikal maupun horisontal.
 Bantalan atau perletakan elastomer disusun atau dibuat dari lempengan elastomer
dan logam secara berlapis – lapis
 Merupakan satu kesatuan yang saling merekat kuat, diproses dengan tekanan tinggi.
 Bantalan atau perletakan elastomer berfungsi untuk merdam getaran, sehinngga
kepal jembatan (abutment) tidak mengalami kerusakan.
 Lempengan logam yang paling luar dan ujung – ujungnya elastomer dilapisi
dengan lapisan elastomer supaya tidak mudah berkarat.
 Bantalan atau perletakan elastomer (neoprene) dibuat dari karet sintetis
c. Pemasangan
 Bantalan atau perletakan elatomer dipasang diantara tumpuan kepala jembatan dan
gelagar jembatan.
 Untuk melekatkan bantalan atau elastomer dengan beton atau baja dapat digunakan
lem epoxy rubber.
d. Ukuran
 Selain ukuran – ukuran standart yang sudah ada, juga dapat dipesan ukuran sesuai
permintaan.
Gaya vertikal ditahan oleh bearing elastomer dan gaya horisontal ditahan oleh seismic
buffer.
Reaksi tumpuan yang terjadi pada jembatan beton prategang :
 Gaya vertikal pada tumpuan = 87,063 ton = 870,63 kN.
 Gaya horisontal dihitung berdasarkan gaya rem
: Gaya rem = PRM = 27,727 T
Gaya gempa = 179,819 T
Total gaya horisontal = 207,546 T = 2075,46 kN.

30
Spesifikasi elastomer dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel. 5.40. Spesifikasi Bearing Elastomer dan Seismic Buffer


Jenis Ukuran (mm) Beban Max (KN)
TRB 1 480.300.87 2435
TRB 2 480.300.101 3600
TRB 3 350.280.97 540
TRB 4 350.280.117 690

Dimensi bearing elastomer


TRB 1 ukuran 480.300.87
Beban max = 2435 kN > 2075,46 kN
Dimensi seismic buffer
TRB 1 ukuran 480.300.87
Beban max = 2435 kN > 870,63 kN....................OK

5.4.12 Perhitungan Angkur

Angkur berfungsi menahan gaya gesekan


kesamping. Digunakan angkur mutu baja 52
Gaya gesek = 0,08 x v
gaya gesek
Luas penampang
= 0,58

Dipakai Angkur diameter 25 mm


a = ¼ x Π x d2
= ¼ x 3,14 x 252
= 490,625 mm2
A
Jumlah angkur =
a
A
= 490,625

Panjang angkur max = 40 x d = 40 x 2,5 = 100 cm


Diambil kedalaman angkur 60 cm.

30

Anda mungkin juga menyukai