Adapun perencanaan bentang jembatan sesuai dengan tipe jembatan beton bertulangan,
dipilih bentang 24 m dengan pertimbangan bentang jembatan beton bertulangan yang ekonomis
maksimalnya adalah 25 m.
Data
Menurut RSNI-T-02-2005, Sandaran untuk pejalan kaki harus direncanakan untuk dua
pembebanan rencana daya layan yaitu w’ = 0,75 kN/m yang bekerja bersamaan dalam arah
horizontal dan vertikal pada masing-masing sandaran. Digunakan pipa sandaran Ø76,3 :
Momen dan gaya geser pipa sandaran di analisis menggunakan statis tak tentu dengan SAP2000
Maka didapat :
Momen maksimum = 0,65 kNm
Gaya geser maksimum = 1,921 kN
Kontrol Lendutan
Batas lendutan maksimum untuk tumpuan sederhana :
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
L 2000
Δmax = = = 5,556 𝑚𝑚
360 360
Karena lendutan akibat beban luar < lendutan izin, maka OK!
Klasifikasi Penampang
D 7,63
λ = tf = 0,32 = 23,844
0,07 . E 0,07 . 200000
λp = = = 56
Fy 250
0,11 . E 0,11 . 200000
λr = = = 88
Fy 250
λ < λp < λr, maka penampang kompak.
Karena bentuk penampang melintang adalah lingkaran (PSR bundar), kondisi batas yang
digunakan adalah leleh dan tekuk lokal.
Leleh (Yield)
Modulus plastis = Zx = 1,12 . W = 1,12 . 12,9 = 14448 𝑚𝑚3
Mn = Mp = Zx . Fy = 14448 . 250 = 3612000 Nmm
(Lv = jarak dari gaya geser maksimum ke gaya geser nol, D = diameter luar, t = tebal profil)
Nilai Fcr tidak boleh melebihi nilai 0,6 Fy = 0,6 . 250 = 150 MPa. Maka :
Fcr . Ag
Vn = 2
150 . 7,349 . 102
= 2
Sehingga :
ØVn > Vu
1 x Vn > 1,921
1 x 55,117 > 1,921
55,117 kN > 1,921 kN … (OK!)
Data
Panjang jembatan = 132 m
Bentang jembatan = 24 m
Lebar jembatan = 10 m
Lebar trotoar =2x1m
Dimensi tiang sandaran = 0,2 x 0,2 m
Tinggi tiang sandaran = 1,45 m (diukur dari atas lantai trotoar)
Jarak antar tiang sandaran =2m
BJ. beton bertulang = 2400 kg/𝑚3
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
F’c = 30 MPa
Fy ulir = 400 MPa
Fy polos = 240 MPa
Profil digunakan = ø76,3 mm
Berat pipa baja per m panjang = 7,13 kg/m
Berdasarkan RSNI-T-02-2005, beban yang bekerja pada sandaran adalah berupa gaya
horizontal dan vertikal sebesar 0,75 kN/m yang bekerja secara bersamaan. Tiang sandaran
menerima beban horizontal dari berat sendiri.
Beban layan = 0,75 kN/m’ atau 0,75 kN
Mu = Beban layan . Jarak gaya ke pelat lantai
= 0,75 . (1,2 + 0,25 + 0,2)
= 1,2375 kNm
= 123,75 kgm
Pembebanan Struktur
- k (jepit bebas) =2
- L = 1,2 m
- r = 0,2887 h = 0,2887 x 0,2 = 0,058 m (penampang persegi)
𝑘𝐿 2 . 1,2
- = = 41,3793 > 22 (Struktur merupakan kolom langsing)
𝑟 0,058
= 1,33 x 10−4 𝑚4
𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟
- βd = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟
167,72
= 167,72 =1
0,4 . 𝐸𝑐 . 𝐼𝑔
- EI = 1+βd
= 68476,38 kgm2
π2 𝐸𝐼
- Pc = (k.L)2
π2 68476,38
= (2 . 2)2
= 42239,6738 kg
- ΣPu = 167,72 kg
𝑀𝑠
- δs.Ms = ΣPu
1−
0,75.Pc
123,75
= 167,72
1−
0,75 . 42239,6738
= 124,4086 kgm
- Mu = δs.Ms = 124,4086 kgm
Menurut SNI Beton 03-2847-2002, rasio ρ tulangan memanjang diambil antara 0,01 sampai
0,06. Diambil ρ = 0,04 karena terpasang pada 2 sisi, ρ = 0,02
As = As’ = 1%
As = As’ . b . d
= 0,01 . 20 . 16
= 3,2 cm2
Maka, digunakan :
Tulangan tarik = 3 – ø12 = 339 kgm2
Tulangan tekan = 3 – ø12 = 339 kgm2
𝑀𝑢
e = Pu
124,4086
= 167,72
= 0,7418 m
emin = 0,1 . h
= 0,1 . 0,2
= 0,02 m < e
Struktur menerima beban eksentris
600
cb = 600+𝑓𝑦 . 𝑑′
600
= 600+400 . 40
= 24 cm
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
= 240 mm
ab = 0,85 . 240
= 204 mm
Pnb = 0,85 . f’c . ab . b
= 0,85 . 30 . 204 . 200
= 1040400 N
= 104040 kg
φPub = 0,65 . Pnb
= 0,65 . 104040
= 121380 kg
1
0,85 . 𝑓 ′ 𝑐 . 𝑏 . ℎ .(𝑑 − ℎ) + 𝐴𝑠′ . 𝑓𝑦(𝑑−𝑑′ )
d’’ = 2
0,85 . 𝑓 ′ 𝑐 . 𝑏 . ℎ + (𝐴𝑠+𝐴𝑠′ ) . 𝑓𝑦
200
0,85 . 30 . 200 . 200.(160− ) + 300 . 400(160−40′ )
= 2
0,85 . 30 . 200 . 200 + (300+300). 400
= 60 mm
Mnb = 0,85. f’c. b. ab. (d-d’’ - ab/2) + As’. fy (d-d’-d’’) + As. fy. d’’
= 0,85. 30. 200. 204. (160-60 - 204/2) + 300 . 400 (160-40-60) + 300. 400. 60
= 12319200 Nmm
= 1231,92 kgm
𝑀𝑛𝑏
eb = 𝑃𝑛𝑏
1231,92
= = 0,0119 m ≈ 0,012 m
104040
𝜌 = 𝜌′
𝐴𝑠
= 𝑏.𝑑
3,39
= 20 . 16
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
= 0,0106
m’ =m-1
= 15,69 - 1
= 14,69
𝑒′
Pn = 0,85.f’c.b.d. [ρ′.m′ − ρ.m + 1 - 𝑑
𝑒′ 𝑒′ 𝑑′
+ . √(1 − )2 + 2 { 𝑑 (ρ . m − ρ′. m′) + ρ ′m′. (1 − }]
𝑑 𝑑
801,8
= 0,85.30.200.160. [0,0106.12,45 – 0,0106.13,45 + 1 - 160
801,8 801,8 40
+ . √(1 − )2 + 2 { 160 (0,0106 .15,69 − 0,0106.14,69) + 0,0106.14,69. (1 − }]
160 160
= 25733,1744 N = 2573,3174 kg
ΦPn = 0,65 . 2573,3174
= 1672,6563 kg ≥ Pu = 167,72 kg (OK!)
Mn = ΦPn.e
= 1672,6563 x 0,7418
= 1240,7764 kgm
ΦMn = 0,65 . 1240,7764
= 806,5047 kgm ≥ Mu = 124,4086 kgm (OK!)
= 𝟐𝟎𝟎 𝒌𝒈
√𝑓 ′ 𝑐
𝑉𝑐 =[ ]𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
6
√30
=[ ]𝑥 200 𝑥 160
6
= 29211,8697 𝑁
Sketsa Penulangan :
Data
Kelas Jembatan = II (dua)
Bentang Jembatan = 132 m
Lebar Jembatan = 10 m
Lebar trotoar =2x1m
F’c = 30 MPa
Berat Jenis Beton Bertulang = 2400 kg/m^3
Pembebanan Struktur
Adapun perhitungan pembebanan dihitung berdasarkan panjang pias jembatan per 1 m.
Kombinasi Pembebanan:
1. 1,4MD = 1,4 x 492
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
= 688,8 kgm
2. 1,2MD + 1,6 ML = 1,2 x 492 + 1,6 x 551,192
= 1472,3072 kgm
Maka digunakan momen ultimate sebesar 1472,3072 kgm
Penulangan Trotoar
Data
Dengan asumsi trotoar merupakan struktur pelat satu arah dengan tumpuan jepit-bebas.
Tebal trotoar (h) = 250 mm
Tebal selimut beton (d’) = 40 mm
d = h – d’ = 210 mm
Lebar trotoar tiap 1 m (b) = 1000 mm
Mutu beton (f’c) = 30 MPa
Mutu baja tulangan polos (fy) = 240 MPa
Mutu baja tulangan ulir (fy) = 400 MPa
Faktor desain menahan lentur = 0,8 (SNI 03 – 2847 – 2002)
Perhitungan Penulangan
Mu = 1472,3072 kgm
Mn perlu = Mu/Ø
= 1472,3072/0,8
= 1840,384 kgm
𝜌min = 1,4/fy
= 1,4/400 = 0,0035
𝑀𝑢
𝜌max = 𝑏 .𝑑2
1840,384 . 103
= 1000 . 2102
= 0,04173 N/𝑚𝑚2
𝑀𝑢 𝑓𝑦 2
𝐾𝐶𝑅 . Fy − √(𝐾𝐶𝑅 . Fy)2 − 2,4𝐾𝐶𝑅 ( ) ( )
𝑏 . 𝑑 2 𝑓′𝑐
ρ =
𝑓𝑦 2
1,2𝐾𝐶𝑅 . ( )
𝑓′𝑐
𝜌 = 0,000111
𝑀𝑛
Rn = ∅ .𝑏 .𝑑2
1472,3072 𝑥 104
= 0,8 .1000 . 2102
= 0,41732 MPa
Daktilitas
𝜌(0,000111) < 𝜌max(0,04173)
𝜌(0,000111) < 𝜌min(0,00583)
Tulangan geser diambil sebesar 0,0018 dari dimensi penampang plat trotoar
As’ = 0,0018 x b x d = 0,0018 x 100 x 215 = 38,7 mm^2
Tulangan Utama
Digunakan tulangan 6-D13 dengan As pasang = 796 𝑚𝑚2
As pasang > As perlu
796 𝑚𝑚2 > 693 𝑚𝑚2 … (ok!)
Diketahui Fy tulangan polos sebesar 240 MPa, sehingga tulangan bagi diambil sebesar 0,002
daripada luasan balok.
As’ = 0,0018 x b x d
= 0,0018 x 1000 x 210
= 378 mm^2
Dipilih profil tulangan :
Tulangan pokok = D13 – 100 = 1062 mm^2
Tulangan bagi = D13 – 200 = 483 mm^2
Data
F’c = 30 MPa
Fu ulir = 400 MPa
Fy polos = 240 MPa
Panjang ditinjau (L) =1m
h = 0,25 m
Berdasarkan peraturan yang tertulis dalam RSNI T-02-2005 pasal 12, dituliskan bahwa kerb
harus direncanakan untuk menahan beban rencana ultimit sebesar 15 kN/m yang bekerja
sepanjang bagian atas kerb. Dalam hal ini, kerb jembatan direncanakan menerima beban hidup
vertikal sebesar 15 kN/m yang bekerja di ujung atas kerb.
Perhitungan Momen
Mu =pxlxh
= 15 x 1 x (0,25)^2
= 0,9375 kNm
= 93,75 kgm
Penulangan
Tebal kerb = 250 mm
Tebal selimut beton (d’) = 35 mm
Lebar trotoar = 1000 mm (ditinjau tiap 1 m panjang kerb)
B = 100 mm
Fy Ø = 240 MPa
Fy D = 420 MPa
F’c = 30 MPa
D = h – d’ = 250 – 35 = 215 mm
Ø = 0,8 (Faktor desain untuk menahan lentur)
Mu = 93,75 kgm
Mn = Mu/Ø = 93,75/0,8
= 117,1875
𝜌min = 1,4/fy
= 1,4/240
= 0,00583
𝜌max = Mu/b.d^2
= 93,75 x 10^3 / 100 x 215^2
= 0,0203
𝜌 = 0,000113
𝑀𝑢
Rn = ∅ .𝑏 .𝑑2
117,1875 𝑥 104
= 0,8 .1000 . 2152
= 0,032 MPa
𝑓𝑦
m = 0,85 .𝑓′ 𝑐
240
= 0,85 .30
= 9,4117
Daktilitas
𝜌(0,000113) < 𝜌max(0,0203)
𝜌(0,000113) < 𝜌min(0,00583), maka digunakan 𝜌min sebagai desain tulangan
As = 𝜌min x b x d = 0,00583 x 100 x 215 = 125,345 mm^2
Tulangan geser diambil sebesar 0,0018 dari dimensi penampang plat trotoar
As’ = 0,0018 x b x d = 0,0018 x 100 x 215 = 38,7 mm^2
Data
Tebal pelat lantai = 20 cm = 0,2 m
Tebal perkerasan aspal = 10 cm
Tinggi air hujan = 5 cm
Tebal trotoar = 25 cm = 0,25 m
Bentang jembatan = 132 m
Lebar jembatan = 10 m
Lebar lantai kendaraan = 7,6 m
Lebar trotoar = 0,8 m
F’c = 30 MPa
Fy polos (Ø) = 240 MPa (tulangan polos)
Fy ulir (D) = 400 MPa (tulangan ulir)
ϒbeton bertulang = 2400 kg/m^3 (SNI 1725:2016)
ϒbeton = 2200 kg/m^3 (SNI 1725:2016)
ϒaspal = 2200 kg/m^3 (SNI 1725:2016)
ϒair hujan = 1000 kg/m^3
Berat 1 roda = 112,5 kN, untuk jembatan kelas II dikali 70%, sehingga berat 1 roda
menjadi = 79 kN. Beban truk (PTT) menjadi = (1 + 0,4) x 79 = 110,6 kN = 11060 kg.
Penyebaran beban roda :
Panjang bentang, LE = 24 m
Lebar satu trotoar, b2 = 0,8 m
Luas bidang trotoar, A = 2 x (b2 x LE)
= 2 x (0,8 x 24)
= 38,4 m^2
Intensitas beban pada trotoar, q = 5 – 0,033 x (A – 10)
= 5 – 0,033 x (38,4 – 10)
= 4,0628 kPa
Pembebanan jembatan untuk trotoar, QTP = q x b2
= 4,0628 x 0,8
= 3,25024 kN/m
= 325,024 kg/m
5. Beban Angin
Jembatan harus direncanakan memikul gaya akibat tekanan angin pada kendaraan, dimana
tekanan tersebut harus diasumsikan sebagai tekanan menerus sebesar 146 kg/m (SNI
1725:2016 pasal 9.6).
PD = PB (VDZ/VB)^2
PD = tekanan angin struktur
PB = tekanan angin dasar (SNI 1725:2016)
Beban Angin
Beban Truk
Kondisi 1
Kondisi 2
Kondisi 3
Kondisi 4
Kondisi 6
Keterangan :
MS : Beban mati komponen struktural dan nonstruktural jembatan
MA : Beban mati perkerasan dan utilitas
TA : Gaya horizontal akibat tekanan tanah
TT : Beban truk “T”
TD : Beban lajur “D”
TP : Beban untuk pejalan kaki
TB : Gaya rem
BF : Gaya friksi
SH : Gaya akibat susut dan rangkak
ES : Beban akibat penurunan
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
EU : Beban arus dan hayutan
EQ : Beban Gempa
EWS : Beban angin pada struktur
EWL : Beban angin pada kendaraan
Kombinasi pembebanan yang akan digunakan adalah Kuat I, yaitu kombinasi pembebanan
yang memperhitungkan gaya-gaya yang timbul pada jembatan dalam keadaan normal tanpa
memperhitungkan beban angin. Pada keadaan batas ini, semua gaya nominal yang terjadi
dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.
Penulangan Tumpuan
Mu tumpuan = 1880850
𝜌max = Mu/b.d^2
= 1880850 / 1000 x 160^2
= 0,07347
𝑀𝑢 𝑓𝑦 2
𝐾𝐶𝑅 . Fy − √(𝐾𝐶𝑅 . Fy)2 − 2,4𝐾𝐶𝑅 ( ) ( )
𝑏 . 𝑑 2 𝑓′𝑐
ρ =
𝑓𝑦 2
1,2𝐾𝐶𝑅 . ( )
𝑓′𝑐
4002
0,75 . 400 − √(0,75 . 400)2 − 2,4 . 0,75 (0,07347) ( 30 )
ρ =
4002
1,2 . 0,75 . ( 30 )
𝜌 = 0,000245
Cek Daktilitas
𝜌min (0,0035) > 𝜌(0,000245) < 𝜌max(0,07347)
Maka digunakan 𝜌min = 0,0035
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
As perlu = 𝜌 . b . d = 0,0035 . 1000 . 160 = 560 mm^2
Tulangan bagi diambil sebesar 0,002 dari dimensi penampang pelat trotoar
As’ = 0,5 x As perlu
= 0,5 x 560
= 280 mm^2
Digunakan tulangan :
Tulangan utama = D10 – 100 (As = 571 mm^2)
Tulangan bagi = D10 – 200 (As = 285 mm^2)
Penulangan Lapangan
Mu Lapangan = 3528420 kgmm
𝜌max = Mu/b.d^2
= 3528420 / 1000 x 160^2
= 0,01378
𝑀𝑢 𝑓𝑦 2
𝐾𝐶𝑅 . Fy − √(𝐾𝐶𝑅 . Fy)2 − 2,4𝐾𝐶𝑅 ( 2 )( )
𝑏 .𝑑 𝑓′𝑐
ρ =
𝑓𝑦 2
1,2𝐾𝐶𝑅 . ( )
𝑓′𝑐
4002
0,75 . 400 − √(0,75 . 400)2 − 2,4 . 0,75 (0,01378) ( 30 )
ρ =
4002
1,2 . 0,75 . ( 30 )
𝜌 = 0,00046
Cek Daktilitas
𝜌min (0,0035) > 𝜌(0,00045) < 𝜌max(0,01378)
Maka digunakan 𝜌min = 0,0035
As perlu = 𝜌 . b . d = 0,0035 . 1000 . 160 = 560 mm^2
Tulangan bagi diambil sebesar 0,002 dari dimensi penampang pelat trotoar
As’ = 0,5 x As perlu
= 0,5 x 560
= 280 mm^2
Digunakan tulangan :
Tulangan utama = D10 – 100 (As = 571 mm^2)
Tulangan bagi = D10 – 200 (As = 285 mm^2)
Berdasarkan peraturan yang tertulis pada BMS-Bridge Design Manual Volume I halaman 5-4 ditentukan
bahwa tinggi nominal gelagar beton bertulang sebesar:
D ≥ 165 + 0,06L (mm)
Potongan Jembatan
Maka dengan panjang bentang sebesar 24 m, diambil ukuran awal gelagar sebesar:
Tinggi balok = tinggi web + tebal pelat (flens)
= 900 + 500 mm
= 1400 mm
Lebar balok = 600 mm
D ≥ 165 + 0,06L (mm)
1400 mm ≥ 165 + 0,06(24000)
1400 mm ≥ 1365 mm (OK)
Pada struktur balok T dan balok L, perlu menghitung lebar efektif pada flens. Dalam hal ini, diatur
dalam BMS-Bridge Design Code Volume I halaman 6-46 sampai dengan 6-47 yang menjelaskan bahwa nilai
bentang efektif flens untuk balok T diambil yang terkecil dari:
1. Seperlima dari panjang bentang balok (untuk bentang perletakan sederhana).
Sepertujuh dari panjang bentang balok (untuk bentang menerus).
2. Jarak dari pusat ke pusat antara badan balok.
3. Dua belas kali ketebalan terkecil sayap
Dengan panjang bentang sebesar 24 m (24000 mm) dan tebal terkecil sayap (t) sebesar 0,5 m (500
mm) dapat dihitung berdasarkan peraturan diatas sebesar:
1 1
1. 𝐿 = 5 (24000) = 4000 𝑚𝑚
5
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diambil nilai lebar efektif (be) flens untuk balok T sebesar
1200 mm. Sedangkan nilai lebar efektif (be) flens untuk balok L dapat diambil sebesar 600 mm.
3. Beban D
Berdasarkan RSNI T-02-2005, beban D merupakan salah satu bebam lalu lintas yang digunakan
sebagai beban hidup atau beban bergerak dalam perencanaan jembatan. Beban D terdiri dari beban terbagi
rata (BTR) yang digabungkan dengan beban garis terpusat (BGT).
Berdarkan peraturan tersebut, maka dengan panjang gelagar yang akan menerima beban BTR
sepanjang 24 m (≤ 30 m) dapat digunakan besar beban untuk BTR:
𝑞 = 9 𝑘𝑃𝑎 = 9 𝑘𝑁/𝑚2
Dengan jarak efektif antar gelagar T sebesar 1,2 m maka beban merata yang bekerja pada gelagar
adalah sebagai berikut:
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 1,2 𝑥 𝑞 𝑥 𝐾𝑇𝐷
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 1,2 𝑥 9 𝑥 1,8
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 19,44 𝑘𝑁/𝑚
Dengan jarak efektif antar gelagar L sebesar 0,6 m maka beban merata yang bekerja pada gelagar
adalah sebagai berikut:
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 0,6 𝑥 𝑞 𝑥 𝐾𝑇𝐷
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 0,6 𝑥 9 𝑥 1,8
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 9,72 𝑘𝑁/𝑚
Sedangkan untuk besaran beban garis terpusat (BGT), dalam RSNI T-02-2005 dituliskan bahwa
intensitas beban garis terpusat ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan sebesar:
𝑃 = 49 𝑘𝑁/𝑚
Memperhitungkan faktor beban dinamik (FBD) untuk pembebanan lajur D berdasarkan RSNI T-02-
2005.
Berdasarkan grafik, untuk jembatan 24 m, memiliki FBD sebesar 40% atau 0,4. Dengan jarak efektif
antar gelagar sebesar 1,2 m maka beban terpusat yang bekerja pada gelagar adalah:
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 1,2 𝑥 𝑃 𝑥 (1 + 𝐷𝐿𝐴) 𝑥 𝐾𝑇𝐷
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 1,2 𝑥 49 𝑥 (1 + 0,4) 𝑥 1,8
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 148,176 𝑘𝑁
Dengan jarak efektif antar gelagar sebesar 0,6 m maka beban terpusat yang bekerja pada gelagar
adalah:
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 0,6 𝑥 𝑃 𝑥 (1 + 𝐷𝐿𝐴) 𝑥 𝐾𝑇𝐷
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 0,6 𝑥 49 𝑥 (1 + 0,4) 𝑥 1,8
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 74,088 𝑘𝑁
Rekapitulasi pembebanan
Balok T Balok L Satuan
Lebar efektif flens (be) 1,2 0,6 M
Beban Mati
Berat sendiri total 26,208 26,208 kN/m
Berat aspal + hujan 5,4 5,4 kN/m
Berat trottoir + kerb - 16,8 kN/m
Beban Mati Total (qDU) 31,608 48,408 kN/m
Beban Hidup
Berdasarkan analisis pembebanan gelagar memanjang tersebut, maka model dari pembebanan gelagar
memanjang adalah sebagai berikut:
Beban Mati Total (qDU)
Bidang D
Berdasarkan analisis pembebanan gelagar memanjang tersebut, maka model dari pembebanan gelagar
memanjang adalah sebagai berikut:
Beban Mati Total (qDU)
Berdasarkan BMS-Bridge Design Manual Volume I halaman 5-87, perhitungan rencana penulangan
gelagar T adalah sebagai berikut:
1. Data Teknis
• Tebal flens (t) = 500 mm
• Lebar web (bw) = 600 mm
• Lebar efektif (be) = 1200 mm
• Tinggi total (h) = 1400 mm
• d’ = 50 mm
•d = 1350 mm
• f’c = 29 Mpa
• fsy = 400 Mpa
• Kc = 0,75
2. Perhitungan Tulangan Lentur
Menentukan Titik Jatuh Balok Tekan
M∗ 684910000
2
= = 0,313
bd (1200)(1350)2
1/2
𝑀∗
𝛾𝐾𝑢 = 1 − [1 − 𝑏𝑑 2 ]
0,425𝐾𝑐 𝑥 𝑓 ′ 𝑐
1/2
0,313
𝛾𝐾𝑢 = 1 − [1 − ]
0,425(0,75)(29)
𝛾𝐾𝑢 = 0,017
𝛾𝐾𝑢 𝑥 𝑑 = 0,017(1350)
𝛾𝐾𝑢 𝑥 𝑑 = 22,95 𝑚𝑚
t = 500 mm
𝛾𝐾𝑢 𝑥 𝑑 < 𝑡 maka balok tekan seluruhnya terletak di flens. Seluruh lebar flens digunakan dalam
perhitungan Mu.
Perhitungan Penulangan
1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0035
𝑓𝑠𝑦 400
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
𝐾𝑐 𝑥 𝑓𝑠𝑦 = 0,75(400) = 300
fsy 2 4002
= = 5517,241
𝑓′𝑐 29
𝑀 𝑓𝑠𝑦 2
𝐾𝑐 𝑥 𝑓𝑠𝑦 − √(𝐾𝑐 𝑥 𝑓𝑠𝑦)2 − 2,4𝐾𝑐 ( 2 )( ′ )
𝑏𝑑 𝑓𝑐
𝜌=
𝑓𝑠𝑦 2
1,2𝐾𝑐 ( )
𝑓′𝑐
300 − √(300)2 − 2,4(0,75)(0,313)(5517,241)
𝜌=
1,2(0,75)(5517,241)
𝜌 = 0,00105
Cek Daktilitas
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0035
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,00105
Karena 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑖𝑛 maka digunakan 𝜌 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0035
𝐴𝑠 = 𝜌 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
𝐴𝑠 = 0,0035 𝑥 1200 𝑥 1350
𝐴𝑠 = 5670 𝑚𝑚2
𝐴𝑠 = 56,70 𝑐𝑚2
Dengan As perlu untuk tulangan tarik sebesar 56,70 𝑐𝑚2 , maka dapat digunakan tulangan 8D-
32 (As = 63,5 𝑐𝑚2 )
Dikarenakan dalam analisis menghasilkan struktur gelagar dengan tulangan tunggal, maka
digunakan nilai minimum untuk tulangan tekan sebesar 30% dari luas tulangan perlu.
Asc = 30% x Asperlu
Asc = 30% x 56,7
Asc = 17,01 𝑐𝑚2
Dengan Asc sebesar 30% dari As perlu, maka dapat digunakan tulangan tekan 4-D25 (As =
20,3 𝑐𝑚2 )
Perhitungan Penulangan
𝑑𝑠
β1 = 1,4 − ≥ 1,1
2000
1350
β1 = 1,4 − ≥ 1,1
2000
β1 = 0,725 ≥ 1,1 , maka digunakan β1 = 1,1
β2 = 1
β3 = 1
𝐴𝑠𝑡 . 𝐹′𝑐 1/2
Vuc = β1 . β2 . β3 . bv . do ( )
𝑏𝑣 . 𝑑𝑜
6350 . 29 1/2
Vuc = (1,1) . (1) . (1) . 600 . 1350 ( )
600 . 1350
Vuc = 424835,7506 N
Cek
𝑉∗ ≤ 𝑉𝑢𝑚𝑎𝑥 × 𝐾𝑐𝑅
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
393470 N ≤ 4698000 × (0,75)
393470 N ≤ 3523500 𝑁 (OK)
Cek
𝑉∗ ≤ 𝑉𝑢𝑚𝑖𝑛 × 𝐾𝑐𝑅
393470 N ≤ 910835,7506 × (0,75)
393470 N ≤ 683126,81295 𝑁
(Cek 𝑽 ∗ ≤ 𝑽𝒖𝒎𝒊𝒏 × 𝑲𝒄 𝑹 )
Cek
𝑉∗ ≤ 𝑉𝑢𝑐 × 𝐾𝑐𝑅
393470 N ≤ 424835,7506× (0,75)
393470 N ≤ 318626,81295 𝑁 (Tidak memenuhi, maka memenuhi tulangan geser)
Karena kontrol 𝑉∗ ≤ 𝑉𝑢𝑐 × 𝐾𝑐𝑅 dan kontrol tinggi penampang melintang dalam bidang terlentur
tidak memenuhi, maka memerlukan tulangan geser (sengkang).
Dalam BMS-Bridge Design Code Volume 1 (1992) halaman 6-62, begel yang digunakan untuk
tulangan sengkang membentuk sudut sebesar 45 dengan tulangan memanjang.
Data Teknis
Tulangan lentur dipakai (Dlentur) = 8 – D32
Tulangan sengkang dipakai (Dsengkang) = D10 – 250
Tebal selimut beton (d’) = 50 m
Lebar balok (b) = 600 mm
a) Data Perencanaan
Mutu Beton (f’c) = 30 Mpa
Mutu Baja (fy) = 240 Mpa
Berat Jenis = 24 kN/𝑚3
Panjang Balok = 1,75 m
Tinggi Balok (L) = 0,5 m
Tebal Balok (t) = 0,3 m
Selimut Beton (d’) = 5 cm
Gambar
b) Pembebanan Diafragma
Diafragma merupakan struktur yang berfungsi memberikan ikatan antara balok prategang
sehingga akan memberikan kestabilan dalam arah horizontal. Pada perencanaan kali ini, struktur
diafragma dipasang pada posisi menggantung pada bagian seb (badan) balok prategang, sehingga
beban yang bekerja pada struktur diafragma hanya berupa berat akibat berat sendiri diafragma
• 𝑞𝑑 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 = 𝑏. ℎ. 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 0,3 𝑥 0,5 𝑥 24 = 3,6 𝑘𝑁/𝑚
Asumsi beton dicor ditempat maka keadaan bata ultimit = 1,3
• 𝑞𝑢 = 1,3 𝑞𝑑 = 1,3 𝑥 3,6 = 4,68 𝑘𝑁/𝑚
1 1 1 1
M Lapangan = 8 𝑥 𝑞𝑢 𝑥 𝐿2 − 12 𝑥 𝑞𝑢 𝑥 𝐿2 = 8 𝑥 4,68 𝑥 1,752 − 12 𝑥 4,68 𝑥 1,752 = 0,597 𝑘𝑁𝑚
1 1
M Tumpuan = 12 𝑥 𝑞𝑢 𝑥 𝐿2 = 12 𝑥 4,68 𝑥 1,752 = 1,194 𝑘𝑁𝑚
c) Rencana Penulangan
b = 300 mm
h = 500 mm
f’c = 30 MPa
fy = 420 MPa
d’ = 40 mm
d = 500-40 = 460
β1 = 0,85
• Desain Tulangan Tumpuan
Mu = 121792,852 + 7201510 = 1586453,422 𝑘𝑔𝑚𝑚
𝑀𝑢 1586453,422
ρmax = 𝑏𝑑2 = = 0,0249 𝑀𝑃𝑎
300 𝑥 4602
𝑀𝑢 𝑓𝑦2
𝐾𝑐 𝑅 .𝑓𝑦 −√(𝐾𝑐 𝑅 .𝑓𝑦)2 −2,4𝐾𝑐 𝑅 ( )( )
𝑏𝑑2 𝑓′ 𝑐
ρ = 𝑓𝑦2
1,2𝐾𝑐 𝑅 ( ′ )
𝑓 𝑐
1586453,422 4202
0,75 𝑥 420 −√(0,75 𝑥 420)2 −2,4 𝑥 0,75( )( )
300 𝑥 4602 30
= 4202
1,2𝑥 0,75( )
30
= 2,3801 𝑥 10−8
Karena ρmin = 1,4/fy = 0,0033 > ρ = 2,3801 x 10−8 < ρmax = 0,0249
maka digunakan ρmin = 0,0033
As = ρ. b. d = 0,0033 x 300 x 460 = 459,54 mm2
As’ = 0,0018. b. h = 0,0018 x 300 x 500 = 270 mm2
𝑀𝑢 𝑓𝑦2
𝐾𝑐 𝑅 .𝑓𝑦 −√(𝐾𝑐 𝑅 .𝑓𝑦)2 −2,4𝐾𝑐 𝑅 ( )( )
𝑏𝑑2 𝑓′ 𝑐
ρ = 𝑓𝑦2
1,2𝐾𝑐 𝑅 ( ′ )
𝑓 𝑐
1143696,942 4202
0,75 𝑥 420 −√(0,75 𝑥 420)2 −2,4 𝑥 0,75( )( )
300 𝑥 4602 30
= 4202
1,2𝑥 0,75( )
30
= 1,6976 𝑥 10−8
Karena ρmin = 0,0033 > ρ = 1,6976 x 10−8 < ρmax = 0,0178
maka digunakan ρmin = 0,0033
As = ρ. b. d = 0,0033 x 300 x 460 = 459,54 mm2
As’ = 0,0018. b. h = 0,0018 x 300 x 500 = 270 mm2
Digunakan tulangan tarik = D10-150 (As = 476 mm2 )
Digunakan tulangan tekan = D10-250 (As = 285 mm2 )
• Perencanaan Penulangan Geser
Vu = 500 x 1 = 500 kg
= 0,75 (faktor reduksi untuk geser SNI 03-2847-2002 pasal 11.3.2.(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.3.1.(1) halaman 89, komponen struktur yang hanya
menahan geser dan lentur saja, beton memberikan kapasitas kemampuannya (tanpa
penulangan geser ) untuk menahan gaya geser yaitu Vc sebesar:
√𝑓′𝑐 √30
Vc = 𝑥𝑏𝑥𝑑= 𝑥 300 𝑥 460 = 125976,19 𝑁 = 1286 𝑘𝑔
6 6
a) Data Perencanaan
Tumpuan elastomer = Karet Alam 50 Duro
Perkuatan pelat baja = 9 buah
Tebal perkuatan pelat baja = 0,4 cm
Koef. Susut defleksi umur 25 tahun (Cd) = 0,25
Mutu baja (fy) = 300 Mpa
Panjang dudukan (Lpad) = 80 cm
Lebar dudukan (Wpad) = 80 cm
Spesifikasi karet 50 duro menurut SNI 03-3967-2008 Tabel 1 halaman 3
b) Faktor Bentuk
Syarat yang harus dipenuhi dalam faktor bentuk elastomer lapisan baja, antara lain:
• Seluruh tebal lapisan elastomer bagian dalam harus memiliki ketebalan yang sama
• Tebal lapisan luar tidak boleh lebih dari 70% tebal lapisan bagian dalam.
• Asumsi tebal lapisan dalam elastomer (hr dalam) = 10 mm
hrcover ≤ 70% hrdalam
hrcover ≤ 70% (10 mm)
Berdasarkan tabel 7.5 BMS 7-1 faktor bentuk lapisan luar (cover)
80 𝑥 80
𝑆𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 33,333
2 𝑥 0,6(80 + 80)
Karena σs (0,628 MPa) < σijin (16 MPa) maka memenuhi syarat dan aman
d) Kontrol Kombinasi dan Rotasi
Rotasi dikontrol untuk memastikan tidak ada gaya yang dapat mengangkat dari tumpuan dengan
menggunakan rumus:
𝜃𝑠𝑟 = 0,001 𝑟𝑎𝑑 berdasarkan SNI 2967-2008 halaman 5, θ ≤ 0,02
Jumlah lapisan elastomer (n) = 9
𝐿 2 𝜃𝑠𝑟
σs ≤ 0,5 𝑥 𝐺 𝑥 𝑆 𝑥 ( ) 𝑥
ℎ𝑟𝑖 𝑛
80 2 0,001
σs ≤ 0,5 𝑥 0,8 𝑥 33,333 𝑥 ( ) 𝑥
1 9
3,648 MPa ≤ 9,482 𝑀Pa
Maka struktur aman menahan rotasi
e) Kontrol Stabilitas
Tebal total dudukan tidak boleh lebih dari L/3 dan W/3
𝐿𝑝𝑎𝑑 80
= = 26,667
3 3
𝑊𝑝𝑎𝑑 80
= = 26,667
3 3
Tebal total dudukan (Htotal) = 2(ℎ𝑟𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟) + 8(ℎ𝑟𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚) + 9(ℎ𝑟𝑒𝑖𝑛𝑓)
= 2(0,6) + 8(1) + 9(0,4)
= 23,6 𝑐𝑚
𝐿𝑝𝑎𝑑 𝑊𝑝𝑎𝑑
𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≤ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 23,6 𝑐𝑚 ≤ 26,667 𝑐𝑚 (𝑨𝒎𝒂𝒏)
3 3
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)