Anda di halaman 1dari 52

BAB I

DATA – DATA PERENCANAAN

1.1 Data Teknis


- Tipe Jembatan = Jembatan Beton Bertulang
- Lokasi Jembatan = Kota Malang
- Tipe Kelas Jembatan = Kelas II
- Penentuan Dimensi :

Adapun perencanaan bentang jembatan sesuai dengan tipe jembatan beton bertulangan,
dipilih bentang 24 m dengan pertimbangan bentang jembatan beton bertulangan yang ekonomis
maksimalnya adalah 25 m.

Panjang jembatan = 132 m


Lebar jembatan = 10 m

Tampak Atas Jembatan

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Gambar Potongan Jembatan

Gambar Potongan Jembatan

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
BAB II
PERENCANAAN PIPA SANDARAN

Data
Menurut RSNI-T-02-2005, Sandaran untuk pejalan kaki harus direncanakan untuk dua
pembebanan rencana daya layan yaitu w’ = 0,75 kN/m yang bekerja bersamaan dalam arah
horizontal dan vertikal pada masing-masing sandaran. Digunakan pipa sandaran Ø76,3 :

Diameter luar = 76,3 mm


Tebal pipa = 3,2 mm
Berat pipa = 0,057 kN/m’
Mutu baja = BJ – 41
Modulus penampang (W) = 12,9 𝑐𝑚3
Momen inersia (Ix) = 49,2 𝑐𝑚4
Ebaja = 200000 MPa
Luas Penampang Bruto (Ag) = 7,349 𝑐𝑚2
Pipa yang dipasang diantara dua tiang sandaran berjumlah dua dengan panjang 2 m.

Beban pipa sandaran yang bekerja arah vertikal :


Qvertikal ultimate = 1,6 . Wsandaran + 1,2 . Berat pipa
= 1,6 . 0,75 kN/m’ + 1,2 . 0,057 kN/m’
= 1,268 kN/m’

Momen dan gaya geser pipa sandaran di analisis menggunakan statis tak tentu dengan SAP2000

Maka didapat :
Momen maksimum = 0,65 kNm
Gaya geser maksimum = 1,921 kN

Kontrol Lendutan
Batas lendutan maksimum untuk tumpuan sederhana :
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
L 2000
Δmax = = = 5,556 𝑚𝑚
360 360

Lendutan akibat beban luar :


1 . q . 𝐿4 1 . 1,268 . 20004
Δy = = = 0,53 𝑚𝑚
384 . E . Ix 384 . 200000 . 49,2 . 104

Karena lendutan akibat beban luar < lendutan izin, maka OK!

Klasifikasi Penampang
D 7,63
λ = tf = 0,32 = 23,844
0,07 . E 0,07 . 200000
λp = = = 56
Fy 250
0,11 . E 0,11 . 200000
λr = = = 88
Fy 250
λ < λp < λr, maka penampang kompak.
Karena bentuk penampang melintang adalah lingkaran (PSR bundar), kondisi batas yang
digunakan adalah leleh dan tekuk lokal.

Leleh (Yield)
Modulus plastis = Zx = 1,12 . W = 1,12 . 12,9 = 14448 𝑚𝑚3
Mn = Mp = Zx . Fy = 14448 . 250 = 3612000 Nmm

Tekuk Lokal (Local Buckling)


Pada penampang kompak tidak terjadi tekuk lokal, maka digunakan Mn terkecil = 3612000
Nmm = 3,612 kNm. Sehingga :
ØMn > Mmaks (Mu)
0,9 x Mn > 0,65
0,9 x 3,612 > 0,65
3,2508 kNm > 0,65 kNm … (OK!)

Analisis Kuat Geser


Vn dihitung berdasarkan persamaan untuk PSR bundar :
Fcr . Ag
Vn = 2
Dimana nilai Fcr diambil yang terbesar diantara :
1,6 E 1,6 . 200000
F𝑐𝑟 = 𝐿𝑣 𝐷 5/4 = 1000 76,3 5/4 = 1677,62 𝑀𝑃𝑎
√( )( ) √( )( )
𝐷 𝑡 76,3 3,2
0,78 E 0,78 . 200000
F𝑐𝑟 = = = 1339,87 𝑀𝑃𝑎
𝐷 3/2 76,3 3/2
(𝑡) ( 3,2 )

(Lv = jarak dari gaya geser maksimum ke gaya geser nol, D = diameter luar, t = tebal profil)
Nilai Fcr tidak boleh melebihi nilai 0,6 Fy = 0,6 . 250 = 150 MPa. Maka :
Fcr . Ag
Vn = 2
150 . 7,349 . 102
= 2

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
= 55117,5 N = 55,117 kN

Sehingga :
ØVn > Vu
1 x Vn > 1,921
1 x 55,117 > 1,921
55,117 kN > 1,921 kN … (OK!)

Maka, profil bundar hollow Ø76,3 tebal 3,2 mm BJ – 41 aman digunakan.

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
BAB III
PERENCANAAN TIANG SANDARAN

Tampak Sisi dalam Tiang Sandaran

Tampak Samping Tiang Sandaran

Data
Panjang jembatan = 132 m
Bentang jembatan = 24 m
Lebar jembatan = 10 m
Lebar trotoar =2x1m
Dimensi tiang sandaran = 0,2 x 0,2 m
Tinggi tiang sandaran = 1,45 m (diukur dari atas lantai trotoar)
Jarak antar tiang sandaran =2m
BJ. beton bertulang = 2400 kg/𝑚3
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
F’c = 30 MPa
Fy ulir = 400 MPa
Fy polos = 240 MPa
Profil digunakan = ø76,3 mm
Berat pipa baja per m panjang = 7,13 kg/m
Berdasarkan RSNI-T-02-2005, beban yang bekerja pada sandaran adalah berupa gaya
horizontal dan vertikal sebesar 0,75 kN/m yang bekerja secara bersamaan. Tiang sandaran
menerima beban horizontal dari berat sendiri.
Beban layan = 0,75 kN/m’ atau 0,75 kN
Mu = Beban layan . Jarak gaya ke pelat lantai
= 0,75 . (1,2 + 0,25 + 0,2)
= 1,2375 kNm
= 123,75 kgm

Pembebanan Struktur

Akibat berat sendiri berupa terpusat:


Berat sendiri sandaran = b x h x tinggi tiang sandaran x BJ. beton bertulang
= 0,2 x 0,2 x 1,45 x 2400
= 139,2 kg
Berat sendiri pipa =nxlxw
= 2 x 2 x 7,13
= 28,52 kg
Total beban terpusat (P) = berat sendiri sandaran + berat sendiri pipa
= 139,2 + 28,52
= 167,72 kg

Rencana Penulangan Struktur Tiang Sandaran


Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Penulangan Utama Tiang Sandaran
Mu = 123,75 kgm
Pu = 167,72 kg

Data Penampang Struktur


b = 200 mm
h = 200 mm
F’c = 30 MPa = 300 kg/𝑐𝑚2
Fy = 400 MPa = 4000 kg/𝑐𝑚2
d’ = 40 mm
d = 200 – 40 = 160 mm
ß1 = 0,85 (f’c < 30 MPa)

Cek Kelangsingan Struktur

- k (jepit bebas) =2
- L = 1,2 m
- r = 0,2887 h = 0,2887 x 0,2 = 0,058 m (penampang persegi)
𝑘𝐿 2 . 1,2
- = = 41,3793 > 22 (Struktur merupakan kolom langsing)
𝑟 0,058

Pembesaran Momen Struktur Kolom Langsing


- Momen akibat beban lateral (Mu) = 123,75 kgm
- Ec = 4700√𝑓′𝑐
= 4700√30
= 25742,96 Mpa
= 257,43 x 107 kg/m2
1
- Ig = 12 𝑏ℎ3
1
= 12 0,2 (0,2)3

= 1,33 x 10−4 𝑚4
𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟
- βd = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟
167,72
= 167,72 =1
0,4 . 𝐸𝑐 . 𝐼𝑔
- EI = 1+βd

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
0,4 . 257,43x107 . 1,33x10−4
= 1+1

= 68476,38 kgm2
π2 𝐸𝐼
- Pc = (k.L)2

π2 68476,38
= (2 . 2)2

= 42239,6738 kg
- ΣPu = 167,72 kg
𝑀𝑠
- δs.Ms = ΣPu
1−
0,75.Pc

123,75
= 167,72
1−
0,75 . 42239,6738

= 124,4086 kgm
- Mu = δs.Ms = 124,4086 kgm

Menurut SNI Beton 03-2847-2002, rasio ρ tulangan memanjang diambil antara 0,01 sampai
0,06. Diambil ρ = 0,04 karena terpasang pada 2 sisi, ρ = 0,02
As = As’ = 1%
As = As’ . b . d
= 0,01 . 20 . 16
= 3,2 cm2
Maka, digunakan :
Tulangan tarik = 3 – ø12 = 339 kgm2
Tulangan tekan = 3 – ø12 = 339 kgm2
𝑀𝑢
e = Pu
124,4086
= 167,72

= 0,7418 m
emin = 0,1 . h
= 0,1 . 0,2
= 0,02 m < e
Struktur menerima beban eksentris
600
cb = 600+𝑓𝑦 . 𝑑′
600
= 600+400 . 40

= 24 cm
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
= 240 mm
ab = 0,85 . 240
= 204 mm
Pnb = 0,85 . f’c . ab . b
= 0,85 . 30 . 204 . 200
= 1040400 N
= 104040 kg
φPub = 0,65 . Pnb
= 0,65 . 104040
= 121380 kg
1
0,85 . 𝑓 ′ 𝑐 . 𝑏 . ℎ .(𝑑 − ℎ) + 𝐴𝑠′ . 𝑓𝑦(𝑑−𝑑′ )
d’’ = 2
0,85 . 𝑓 ′ 𝑐 . 𝑏 . ℎ + (𝐴𝑠+𝐴𝑠′ ) . 𝑓𝑦
200
0,85 . 30 . 200 . 200.(160− ) + 300 . 400(160−40′ )
= 2
0,85 . 30 . 200 . 200 + (300+300). 400

= 60 mm
Mnb = 0,85. f’c. b. ab. (d-d’’ - ab/2) + As’. fy (d-d’-d’’) + As. fy. d’’
= 0,85. 30. 200. 204. (160-60 - 204/2) + 300 . 400 (160-40-60) + 300. 400. 60
= 12319200 Nmm
= 1231,92 kgm
𝑀𝑛𝑏
eb = 𝑃𝑛𝑏
1231,92
= = 0,0119 m ≈ 0,012 m
104040

Pu = 167,72 kg < φPub = 121380 kg


e = 0,7418 kg > eb = 0,012 m
Terjadi Keruntuhan Tarik
e’ = e + d’’
= 0,7418 + 0,06
= 0,8018 m
𝑓𝑦 400
m = = 0.85 𝑥30 = 15,69
0.85 𝑓′ 𝑐

𝜌 = 𝜌′
𝐴𝑠
= 𝑏.𝑑
3,39
= 20 . 16
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
= 0,0106
m’ =m-1
= 15,69 - 1
= 14,69
𝑒′
Pn = 0,85.f’c.b.d. [ρ′.m′ − ρ.m + 1 - 𝑑

𝑒′ 𝑒′ 𝑑′
+ . √(1 − )2 + 2 { 𝑑 (ρ . m − ρ′. m′) + ρ ′m′. (1 − }]
𝑑 𝑑

801,8
= 0,85.30.200.160. [0,0106.12,45 – 0,0106.13,45 + 1 - 160

801,8 801,8 40
+ . √(1 − )2 + 2 { 160 (0,0106 .15,69 − 0,0106.14,69) + 0,0106.14,69. (1 − }]
160 160

= 25733,1744 N = 2573,3174 kg
ΦPn = 0,65 . 2573,3174
= 1672,6563 kg ≥ Pu = 167,72 kg (OK!)
Mn = ΦPn.e
= 1672,6563 x 0,7418
= 1240,7764 kgm
ΦMn = 0,65 . 1240,7764
= 806,5047 kgm ≥ Mu = 124,4086 kgm (OK!)

Penulangan Geser Tiang Sandaran


Vu = H1 x l
= 100 x 1,2
= 120 kg = 1200 N
𝑉𝑢
𝑉𝑛 = ɸ
120
= 0,6

= 𝟐𝟎𝟎 𝒌𝒈
√𝑓 ′ 𝑐
𝑉𝑐 =[ ]𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
6
√30
=[ ]𝑥 200 𝑥 160
6

= 29211,8697 𝑁

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
ΦVc = 0,75 x 29211,8697
= 𝟐𝟏𝟗𝟎𝟖, 𝟗𝟎𝟐𝟑 𝑵
Karena Vu < ΦVc, maka digunakan tulangan geser praktis Ø8 – 200 mm
Jadi, berdasarkan perhitungan di atasm maka pada tiang sandaran digunakan tulangan :
Tulangan tarik : 3 – ø12 (As’ = 339 mm^2 = 3,39 cm^2)
Tulangan tekan : 3 – ø12 (As’ = 339 mm^2 = 3,39 cm^2)
Tulangan sengkang : ø8 – 200 mm

Sketsa Penulangan :

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
BAB IV
PERENCANAAN TROTOAR

Data
Kelas Jembatan = II (dua)
Bentang Jembatan = 132 m
Lebar Jembatan = 10 m
Lebar trotoar =2x1m
F’c = 30 MPa
Berat Jenis Beton Bertulang = 2400 kg/m^3

Pembebanan Struktur
Adapun perhitungan pembebanan dihitung berdasarkan panjang pias jembatan per 1 m.

a) Beban Mati (Akibat beban sendiri)


Berdasarkan SNI 1725:2016 tabel 3:
Faktor beban keadaan batas limit biasa (Kms) = 1,3
Beban Mati
- Beban Trotoar = Tebal trotoar x Lebar trotoar x Panjang x BJ Beton Bertulang
= 0,25 x 0,8 x 1 x 2400
= 480 kg
- Beban Kerb = Tebal kerb x Lebar kerb x Panjang x BJ Beton Bertulang
= 0,25 x 0,2 x 1 x 2400
= 120 kg
- Beban Pelat = Tebal pelat x Lebar pelat x Panjang x BJ Beton Bertulang
= 0,2 x 1 x 1 x 2400
= 480 kg
Momen Akibat Beban Mati (Terhadap Titik A)
- Momen trotoar = Beban trotoar x jarak terhadap titik A
= 480 x (0,4 + 0,1)
= 240 kgm
- Momen kerb = berat kerb x jarak terhadap titik A
= 120 x 0,1
= 12 kgm
- Momen pelat = berat pelat x jarak terhadap titik A
= 480 x 0,5
= 240 kgm
Maka momen total (Ms) = 492 kgm

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
b) Beban Hidup
- Beban hidup pada trotoar dan kerb (q1) = 500 kg/m^2
- Beban hidup pada kerb (H1) = 500 kg/m
- Beban hidup pada tiang sandaran (H2) = 0,75 kN = 76,48 kg
Momen Akibat Beban Hidup
Berdasarkan SNI 1725:2016 Tabel 1 : faktor kombinasi beban hidup terbesar. Faktor beban
(KP) = 1,8
- Momen Akibat Beban q1
= q1 x Panjang per 1 m x lebar trotoar x jarak terhadap titik A
= 500 x 1 x 0,8 x 0,5
= 200 kgm
- Momen Akibat Beban H1
= H1 x Panjang per 1 m x jarak terhadap titik A
= 500 x 1 x 0,45
= 225 kgm
- Momen Akibat Beban H2
= H2 x jarak terhadap titik A
= 76,48 x 1,65
= 126,192 kgm
Maka momen total (MP) = 551,192 kgm
c) Momen Ultimate Slab Trotoar
Mu = (Kms x Ms) + (Kp x Mp)
Mu = (1,3 x 492) + (1,8 x 551,192)
Mu = 1631,7456 kgm = 16,32 kNm

Kombinasi Pembebanan:
1. 1,4MD = 1,4 x 492
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
= 688,8 kgm
2. 1,2MD + 1,6 ML = 1,2 x 492 + 1,6 x 551,192
= 1472,3072 kgm
Maka digunakan momen ultimate sebesar 1472,3072 kgm

Penulangan Trotoar
Data
Dengan asumsi trotoar merupakan struktur pelat satu arah dengan tumpuan jepit-bebas.
Tebal trotoar (h) = 250 mm
Tebal selimut beton (d’) = 40 mm
d = h – d’ = 210 mm
Lebar trotoar tiap 1 m (b) = 1000 mm
Mutu beton (f’c) = 30 MPa
Mutu baja tulangan polos (fy) = 240 MPa
Mutu baja tulangan ulir (fy) = 400 MPa
Faktor desain menahan lentur = 0,8 (SNI 03 – 2847 – 2002)

Perhitungan Penulangan
Mu = 1472,3072 kgm
Mn perlu = Mu/Ø
= 1472,3072/0,8
= 1840,384 kgm
𝜌min = 1,4/fy
= 1,4/400 = 0,0035
𝑀𝑢
𝜌max = 𝑏 .𝑑2
1840,384 . 103
= 1000 . 2102
= 0,04173 N/𝑚𝑚2
𝑀𝑢 𝑓𝑦 2
𝐾𝐶𝑅 . Fy − √(𝐾𝐶𝑅 . Fy)2 − 2,4𝐾𝐶𝑅 ( ) ( )
𝑏 . 𝑑 2 𝑓′𝑐
ρ =
𝑓𝑦 2
1,2𝐾𝐶𝑅 . ( )
𝑓′𝑐

1472,3072 . 103 4002


0,75 . 400 − √(0,75 . 400)2 − 2,4 . 0,75 ( )( )
1000 . 2102 30
ρ =
4002
1,2 . 0,75 . ( 30 )

𝜌 = 0,000111
𝑀𝑛
Rn = ∅ .𝑏 .𝑑2
1472,3072 𝑥 104
= 0,8 .1000 . 2102
= 0,41732 MPa

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
𝑓𝑦
m = 0,85 .𝑓′ 𝑐
400
= 0,85 .30
= 15,686

Daktilitas
𝜌(0,000111) < 𝜌max(0,04173)
𝜌(0,000111) < 𝜌min(0,00583)

Menurut SK-SNI 2847-2002 :

, maka digunakan 𝜌min sebagai desain tulangan


As = 𝜌min x b x d = 0,00583 x 100 x 215 = 125,345 mm^2

Tulangan geser diambil sebesar 0,0018 dari dimensi penampang plat trotoar
As’ = 0,0018 x b x d = 0,0018 x 100 x 215 = 38,7 mm^2

Dipilih profil tulangan :


Tulangan pokok = 6-Ø6, As = 170 mm^2
Tulangan bagi = 2-Ø6, As = 57 mm^2

Tulangan Utama
Digunakan tulangan 6-D13 dengan As pasang = 796 𝑚𝑚2
As pasang > As perlu
796 𝑚𝑚2 > 693 𝑚𝑚2 … (ok!)

Diketahui Fy tulangan polos sebesar 240 MPa, sehingga tulangan bagi diambil sebesar 0,002
daripada luasan balok.
As’ = 0,0018 x b x d
= 0,0018 x 1000 x 210
= 378 mm^2
Dipilih profil tulangan :
Tulangan pokok = D13 – 100 = 1062 mm^2
Tulangan bagi = D13 – 200 = 483 mm^2

Kontrol Kapasitas Nominal Penampang


Keseimbangan gaya :
C =T
Cc =T
0.85 x fc’ x b x a = As. Fy
0.85 x 30 x 1000 x a = 1062 x 400
a = 17,7 mm
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Letak garis netral (c) = a/β = a/0.85 = 17,7 mm / 0.85 = 20,82 mm

Kontrol regangan Tarik baja


𝑑−𝑐 (210 − 20,82 )
ɛ𝑠 = . ɛ𝑐 = 𝑥 0.003 = 0,0273
𝑐 20,82
Tegangan baja Tarik:
Fs = ɛ𝑠. 𝐸𝑠 = 0,0273 x 200000 MPa = 5460 MPa > 400 MPa (OK!)

Momen lentur nominal:


Mn = As. fy (d – a/2) = 1062 x 400 x (210 – 17,7 /2) = 85448520 Nmm
Mn = 85448520 Nmm > Mu = 1472,3072 kgm
Mn = 85448520 Nmm > Mu = 1472307,2 Nmm
(OK!)

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
BAB V
PERENCANAAN KERB

Data
F’c = 30 MPa
Fu ulir = 400 MPa
Fy polos = 240 MPa
Panjang ditinjau (L) =1m
h = 0,25 m
Berdasarkan peraturan yang tertulis dalam RSNI T-02-2005 pasal 12, dituliskan bahwa kerb
harus direncanakan untuk menahan beban rencana ultimit sebesar 15 kN/m yang bekerja
sepanjang bagian atas kerb. Dalam hal ini, kerb jembatan direncanakan menerima beban hidup
vertikal sebesar 15 kN/m yang bekerja di ujung atas kerb.

Perhitungan Momen
Mu =pxlxh
= 15 x 1 x (0,25)^2
= 0,9375 kNm
= 93,75 kgm

Penulangan
Tebal kerb = 250 mm
Tebal selimut beton (d’) = 35 mm
Lebar trotoar = 1000 mm (ditinjau tiap 1 m panjang kerb)
B = 100 mm
Fy Ø = 240 MPa
Fy D = 420 MPa
F’c = 30 MPa
D = h – d’ = 250 – 35 = 215 mm
Ø = 0,8 (Faktor desain untuk menahan lentur)
Mu = 93,75 kgm
Mn = Mu/Ø = 93,75/0,8
= 117,1875
𝜌min = 1,4/fy
= 1,4/240
= 0,00583
𝜌max = Mu/b.d^2
= 93,75 x 10^3 / 100 x 215^2
= 0,0203

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
𝑀𝑢 𝑓𝑦 2
𝐾𝐶𝑅 . Fy − √(𝐾𝐶𝑅 . Fy)2 − 2,4𝐾𝐶𝑅 ( ) ( )
𝑏 . 𝑑 2 𝑓′𝑐
ρ =
𝑓𝑦 2
1,2𝐾𝐶𝑅 . ( )
𝑓′𝑐

93,75 . 103 2402


0,75 . 240 − √(0,75 . 240)2 − 2,4 . 0,75 ( )( )
100 . 2152 30
ρ =
2402
1,2 . 0,75 . ( 30 )

𝜌 = 0,000113
𝑀𝑢
Rn = ∅ .𝑏 .𝑑2
117,1875 𝑥 104
= 0,8 .1000 . 2152
= 0,032 MPa
𝑓𝑦
m = 0,85 .𝑓′ 𝑐
240
= 0,85 .30
= 9,4117

Daktilitas
𝜌(0,000113) < 𝜌max(0,0203)
𝜌(0,000113) < 𝜌min(0,00583), maka digunakan 𝜌min sebagai desain tulangan
As = 𝜌min x b x d = 0,00583 x 100 x 215 = 125,345 mm^2
Tulangan geser diambil sebesar 0,0018 dari dimensi penampang plat trotoar
As’ = 0,0018 x b x d = 0,0018 x 100 x 215 = 38,7 mm^2

Dipilih profil tulangan :


Tulangan pokok = 6-Ø6, As = 170 mm^2
Tulangan bagi = 2-Ø6, As = 57 mm^2

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
BAB VI
PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN

Data
Tebal pelat lantai = 20 cm = 0,2 m
Tebal perkerasan aspal = 10 cm
Tinggi air hujan = 5 cm
Tebal trotoar = 25 cm = 0,25 m
Bentang jembatan = 132 m
Lebar jembatan = 10 m
Lebar lantai kendaraan = 7,6 m
Lebar trotoar = 0,8 m
F’c = 30 MPa
Fy polos (Ø) = 240 MPa (tulangan polos)
Fy ulir (D) = 400 MPa (tulangan ulir)
ϒbeton bertulang = 2400 kg/m^3 (SNI 1725:2016)
ϒbeton = 2200 kg/m^3 (SNI 1725:2016)
ϒaspal = 2200 kg/m^3 (SNI 1725:2016)
ϒair hujan = 1000 kg/m^3

Perhitungan Pelat Lantai


Berdasarkan BMS-Bridge Design Code Volume 1 (1992) halaman 6-75 ditentukan bahwa tebal
pelat lantai yang berfungsi sebagai jalan kendaraan pada jembatan harus memenuhi kedua syarat
tebal minimum sebagai berikut :
1. Ts > 200 mm
2. Ts > 100 + 40.L mm, dengan L adalah bentang dari pelat lantai antara pusat tumpuan (m).
Ts = 100 + 40 . 1 = 140 mm, maka digunakan Ts = 200 mm.

Pembebanan (Berdasarkan SNI 1725-2016)


1. Beban Sendiri (Ms)
Berdasarkan SNI 1725:2016, beban sendiri berasal dari berat sendiri plat lantai jembatan.

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Faktor beban ultimate (Kms) = 1,3 (beton di cor di tempat)
Lebar pelat ditinjau (b) =1m
Tebal pelat (Tp) = 0,2 m
Berat jenis material pelat (ϒb) = 2400 kg/m^3 (beton bertulang)
Beban lantai kendaraan = tebal x lebar x BJ. Beton Bertulang
= 0,2 x 1 x 2400
= 480 kg/m
Beban trotoar = tebal x lebar x BJ. Beton Bertulang
= 0,25 x 1 x 2400
= 600 kg/m
Beban kerb = tebal x lebar x BJ. Beton Bertulang
= 0,25 x 1 x 2400
= 600 kg/m
QMS = Beban lantai kendaraan + Beban trotoar + Beban
kerb
= 480 + 600 + 600
= 1680 kg/m

2. Beban Mati Tambahan

Faktor beban ultimate (Kma) =2


Lebar pelat ditinjau =1m
Jenis Beban
a. Perkerasan Aspal
- Tebal aspal = 0,1 m
- Berat jenis aspal (ϒaspal) = 2200 kg/m^3
b. Air Hujan
- Tebal (trotoar – kerb) = 0,05 m
- Berat jenis (ϒair) = 1000 kg/m^3
c. Tiang Sandaran
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
- Tebal = 0,2 m
- Berat Jenis (ϒtiang sandaran) = 2200 kg/m^3

Beban lapisan aspal = tinggi x lebar x BJ. aspal beton


= 0,1 x 1 x 2200
= 220 kg/m
Beban air hujan = tinggi x lebar x BJ. air
= 0,05 x 1 x 1000
= 50 kg/m
Beban tiang sandaran = tinggi x lebar x BJ. beton
= 1,2 x 1 x 2200
= 2640 kg/m
QMA = Beban lapisan aspal + Beban lapisan air hujan +
Beban tiang sandaran
= 220 + 50 + 2640
= 2910 kg/m

3. Beban Truk “T” (TT)


Beban truk (T) untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem lantai
kendaraan jembatan, harus digunakan beban “T” dengan faktor beban ultimit Ktt = 1,8 dan
faktor beban dinamis = 40% yang ditentukan berdasarkan SNI 1725-2016 pasal 8.6 pada
gambar berikut.

Berat 1 roda = 112,5 kN, untuk jembatan kelas II dikali 70%, sehingga berat 1 roda
menjadi = 79 kN. Beban truk (PTT) menjadi = (1 + 0,4) x 79 = 110,6 kN = 11060 kg.
Penyebaran beban roda :

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
11060 11060
𝑞 = (0,75 + h)(0,25+h) = = 19151,51 𝑘𝑔/𝑚^2
(0,75 + 0,3)(0,25+0,3)

Maka q per meter :


q = 19151,51 x 0,5 = 9575,755 kg/m

Maka pembebanan untuk beban truk adalah sebagai berikut :


- Faktor beban ultimate (Ktt) = 1,8
- Faktor roda ganda truk (T) = 11060 kg/m
- Faktor beban dinamis (DLA) = 40%
- Beban truk (Ptt) = (1 + DLA) x T
= (1 + 0,4 ) x 11060
= 15484 kg/m

4. Beban Pejalan Kaki


Faktor beban ultimit, KTP = 2
Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban sebagai berikut :
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
A = luas bidang trotoar yang dibebani pejalan kaki (m^2)
Beban hidup merata pada trotoar :
Untuk A < 10 m^2 : q = 5 kPa
Untuk 10 m^2 < A < 100 m^2 q = 5 – 0,033 * (A – 10) kPa
Untuk A > 100 m^2 q = 2 kPa

Panjang bentang, LE = 24 m
Lebar satu trotoar, b2 = 0,8 m
Luas bidang trotoar, A = 2 x (b2 x LE)
= 2 x (0,8 x 24)
= 38,4 m^2
Intensitas beban pada trotoar, q = 5 – 0,033 x (A – 10)
= 5 – 0,033 x (38,4 – 10)
= 4,0628 kPa
Pembebanan jembatan untuk trotoar, QTP = q x b2
= 4,0628 x 0,8
= 3,25024 kN/m
= 325,024 kg/m

5. Beban Angin
Jembatan harus direncanakan memikul gaya akibat tekanan angin pada kendaraan, dimana
tekanan tersebut harus diasumsikan sebagai tekanan menerus sebesar 146 kg/m (SNI
1725:2016 pasal 9.6).

Tekanan angin pada struktur


VDZ = 2,5 Vo (V10/VB) Ln(Z/Z0)
Keterangan :
VDZ = kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
Vo = kecepatan gesekan angin (SNI 1725:2016)
V10 = kecepatan angin pada elevasi 10 m diatas permukaan air (km/jam)
VB = kecepatan angin dasar (90-126) km/jam
Z = elevasi struktur dimana angin dihitung diatas permukaan air (Z>10 m)
Zo = Panjang gesekan di hulu jembatan (SNI 1725:2016)

PD = PB (VDZ/VB)^2
PD = tekanan angin struktur
PB = tekanan angin dasar (SNI 1725:2016)

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
VDZ = 2,5 Vo (V10/VB) Ln(Z/Zo)
= 2,5 . 19,3 (126/126) Ln(10500/2500)
= 69,243 km/jam
PD = PB (VDZ/VB)^2
= 0,0024 (69,243/126)^2
= 0,00072 MPa
= 72 kg/m^2 x 3 m
= 216 kg/m
Qw = 146 + 216
= 362 kg/m

6. Momen pada Tiang Sandaran dan Kerb

Momen akibat beban horizontal pada tiang sandaran


H1 = 100 kg/m
M1 = 100 x 1,55 x (1,1 + 0,25 + 0,1)
= 224,75 kgm

Momen akibat beban horizontal kerb


H2 = 500 kg/m
M2 = 500 x 1,1 x (0,25 + 0,1)
= 192,5

Momen pada Pelat Lantai Jembatan

Q trotoar = 500 kg/m

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Beban Hidup Trotoar, Momen Tiang Sandaran, dan Momen Kerb

Mmaks Tumpuan = 42,68 kgm


Mmaks Lapangan = 46,15 kgm

Beban Angin

Mmaks Tumpuan = 49,61 kgm


Mmaks Lapangan = 25,65 kgm

Beban Pejalan Kaki

Mmaks Tumpuan = 908,68 kgm


Mmaks Lapangan = 322,86 kgm

Beban Mati Tambahan

Mmaks Tumpuan = 882,68 kgm


Mmaks Lapangan = 290,96 kgm

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Beban Mati

Mmaks Tumpuan = 104,34 kgm


Mmaks Lapangan = 83,99 kgm

Beban Truk
Kondisi 1

Mmaks Tumpuan = 1564,63 kgm


Mmaks Lapangan = 1709,97 kgm

Kondisi 2

Mmaks Tumpuan = 2012,91 kgm


Mmaks Lapangan = 1117,37 kgm

Kondisi 3

Mmaks Tumpuan = 1516,64 kgm


Mmaks Lapangan = 1645,83 kgm

Kondisi 4

Mmaks Tumpuan = 1547,19 kgm


Mmaks Lapangan = 1490,34 kgm

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Kondisi 5

Mmaks Tumpuan = 994,8 kgm


Mmaks Lapangan = 1460,66 kgm

Kondisi 6

Mmaks Tumpuan = 994,8 kgm


Mmaks Lapangan = 1460,66 kgm

Keterangan :
MS : Beban mati komponen struktural dan nonstruktural jembatan
MA : Beban mati perkerasan dan utilitas
TA : Gaya horizontal akibat tekanan tanah
TT : Beban truk “T”
TD : Beban lajur “D”
TP : Beban untuk pejalan kaki
TB : Gaya rem
BF : Gaya friksi
SH : Gaya akibat susut dan rangkak
ES : Beban akibat penurunan
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
EU : Beban arus dan hayutan
EQ : Beban Gempa
EWS : Beban angin pada struktur
EWL : Beban angin pada kendaraan
Kombinasi pembebanan yang akan digunakan adalah Kuat I, yaitu kombinasi pembebanan
yang memperhitungkan gaya-gaya yang timbul pada jembatan dalam keadaan normal tanpa
memperhitungkan beban angin. Pada keadaan batas ini, semua gaya nominal yang terjadi
dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.

Mmaks tumpuan = 1880850 kgmm


Mmaks lapangan = 3528420 kgmm
Dmaks = 16761,05

Penulangan Lantai Kendaraan


Data perencanaan :
F’c = 30 MPa
Fy = 240 MPa (polos) dan 400 MPa (ulir)
b = 1000 mm (tiap pias 1 m Panjang)
h = 200 mm
d’ = 40 mm
d = h – d’
= 200 – 40 = 160 mm
𝜌min = 1,4/Fy
= 1,4/400 = 0,0035

Penulangan Tumpuan
Mu tumpuan = 1880850
𝜌max = Mu/b.d^2
= 1880850 / 1000 x 160^2
= 0,07347
𝑀𝑢 𝑓𝑦 2
𝐾𝐶𝑅 . Fy − √(𝐾𝐶𝑅 . Fy)2 − 2,4𝐾𝐶𝑅 ( ) ( )
𝑏 . 𝑑 2 𝑓′𝑐
ρ =
𝑓𝑦 2
1,2𝐾𝐶𝑅 . ( )
𝑓′𝑐

4002
0,75 . 400 − √(0,75 . 400)2 − 2,4 . 0,75 (0,07347) ( 30 )
ρ =
4002
1,2 . 0,75 . ( 30 )

𝜌 = 0,000245

Cek Daktilitas
𝜌min (0,0035) > 𝜌(0,000245) < 𝜌max(0,07347)
Maka digunakan 𝜌min = 0,0035
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
As perlu = 𝜌 . b . d = 0,0035 . 1000 . 160 = 560 mm^2
Tulangan bagi diambil sebesar 0,002 dari dimensi penampang pelat trotoar
As’ = 0,5 x As perlu
= 0,5 x 560
= 280 mm^2
Digunakan tulangan :
Tulangan utama = D10 – 100 (As = 571 mm^2)
Tulangan bagi = D10 – 200 (As = 285 mm^2)

Penulangan Lapangan
Mu Lapangan = 3528420 kgmm
𝜌max = Mu/b.d^2
= 3528420 / 1000 x 160^2
= 0,01378
𝑀𝑢 𝑓𝑦 2
𝐾𝐶𝑅 . Fy − √(𝐾𝐶𝑅 . Fy)2 − 2,4𝐾𝐶𝑅 ( 2 )( )
𝑏 .𝑑 𝑓′𝑐
ρ =
𝑓𝑦 2
1,2𝐾𝐶𝑅 . ( )
𝑓′𝑐

4002
0,75 . 400 − √(0,75 . 400)2 − 2,4 . 0,75 (0,01378) ( 30 )
ρ =
4002
1,2 . 0,75 . ( 30 )

𝜌 = 0,00046

Cek Daktilitas
𝜌min (0,0035) > 𝜌(0,00045) < 𝜌max(0,01378)
Maka digunakan 𝜌min = 0,0035
As perlu = 𝜌 . b . d = 0,0035 . 1000 . 160 = 560 mm^2
Tulangan bagi diambil sebesar 0,002 dari dimensi penampang pelat trotoar
As’ = 0,5 x As perlu
= 0,5 x 560
= 280 mm^2
Digunakan tulangan :
Tulangan utama = D10 – 100 (As = 571 mm^2)
Tulangan bagi = D10 – 200 (As = 285 mm^2)

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
BAB VII
PERENCANAAN GELAGAR MEMANJANG

Berdasarkan peraturan yang tertulis pada BMS-Bridge Design Manual Volume I halaman 5-4 ditentukan
bahwa tinggi nominal gelagar beton bertulang sebesar:
D ≥ 165 + 0,06L (mm)

Potongan Jembatan
Maka dengan panjang bentang sebesar 24 m, diambil ukuran awal gelagar sebesar:
Tinggi balok = tinggi web + tebal pelat (flens)
= 900 + 500 mm
= 1400 mm
Lebar balok = 600 mm
D ≥ 165 + 0,06L (mm)
1400 mm ≥ 165 + 0,06(24000)
1400 mm ≥ 1365 mm (OK)

Pada struktur balok T dan balok L, perlu menghitung lebar efektif pada flens. Dalam hal ini, diatur
dalam BMS-Bridge Design Code Volume I halaman 6-46 sampai dengan 6-47 yang menjelaskan bahwa nilai
bentang efektif flens untuk balok T diambil yang terkecil dari:
1. Seperlima dari panjang bentang balok (untuk bentang perletakan sederhana).
Sepertujuh dari panjang bentang balok (untuk bentang menerus).
2. Jarak dari pusat ke pusat antara badan balok.
3. Dua belas kali ketebalan terkecil sayap

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Sedangkan pada struktur balok L, bentang efektif flens dapat digunakan setengah dari poin diatas
dan diambil nilai yang terkecil.

Profil balok: (a) Balok T dan (b) Balok L

Dengan panjang bentang sebesar 24 m (24000 mm) dan tebal terkecil sayap (t) sebesar 0,5 m (500
mm) dapat dihitung berdasarkan peraturan diatas sebesar:
1 1
1. 𝐿 = 5 (24000) = 4000 𝑚𝑚
5

2. Jarak antar pusat badan balok = 1200 mm


3. 12𝑡 = 12(500) = 6000 𝑚𝑚

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diambil nilai lebar efektif (be) flens untuk balok T sebesar
1200 mm. Sedangkan nilai lebar efektif (be) flens untuk balok L dapat diambil sebesar 600 mm.

Analisis Pembebanan Pelat Lantai

1. Beban Sendiri (Ms)


Berdasarkan RSNI T-02-2005, beban sendiri berasal dari berat sendiri gelagar dan pelat lantai
jembatan.

RSNI T-02-2005 halaman 10


Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Faktor beban ultimate (KMS) = 1,3 (beton dicor ditempat)
Lebar web (bw) = 0,6 m
Tinggi web (hw) = 0,9 m
Berat jenis material (γb) = 24 kN/𝑚3
Berat Sendiri Gelagar
𝑞𝑀𝑆𝑏 = 𝑏𝑤 𝑥 ℎ𝑤 𝑥 𝛾𝑏 𝑥 𝐾𝑀𝑆
𝑞𝑀𝑆𝑏 = 0,6 𝑥 0,9 𝑥 24 𝑥 1,3
𝑞𝑀𝑆𝑏 = 16,848 𝑘𝑁/𝑚
Berat Sendiri Pelat
𝑞𝑀𝑆𝑝 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝐾𝑀𝑆
𝑞𝑀𝑆𝑝 = 7,2 𝑥 1,3
𝑞𝑀𝑆𝑝 = 9,36 𝑘𝑁/𝑚
Berat Sendiri Total
𝑞𝑀𝑆 = 𝑞𝑀𝑆𝑏 + 𝑞𝑀𝑆𝑝
𝑞𝑀𝑆 = 16,848 + 9,36
𝑞𝑀𝑆 = 26,208 𝑘𝑁/𝑚

2. Beban Mati Tambahan (MA)


Berdasarkan RSNI T-02-2005, beban mati tambahan berasal dari seluruh bahan yang membentuk
suatu beban terhadap jembatan serta elemen non structural. Dalam perencanaan gelagar memanjang,
beban mati tambahan berasal dari beban mati tambahan pada perencanaan pelat lantai jembatan.

RSNI T-02-2005 halaman 10

Faktor beban ultimate (KMA) =2


Beban Mati Tambahan Aspal + Hujan
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
𝑞𝑀𝐴 = (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 + ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛) 𝑥 𝐾𝑀𝐴
𝑞𝑀𝐴 = 2,7 𝑥 2
𝑞𝑀𝐴1 = 5,4 𝑘𝑁/𝑚
Beban Mati Tambahan Trotoir + Kerb
𝑞𝑀𝐴 = (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑡𝑟𝑜𝑡𝑜𝑖𝑟 + 𝑘𝑒𝑟𝑏) 𝑥 𝐾𝑀𝐴
𝑞𝑀𝐴 = 8,4 𝑥 2
𝑞𝑀𝐴1 = 16,8 𝑘𝑁/𝑚

3. Beban D
Berdasarkan RSNI T-02-2005, beban D merupakan salah satu bebam lalu lintas yang digunakan
sebagai beban hidup atau beban bergerak dalam perencanaan jembatan. Beban D terdiri dari beban terbagi
rata (BTR) yang digabungkan dengan beban garis terpusat (BGT).

RSNI T-02-2005 halaman 17

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Dalam RSNI T-02-2005, besaran beban terbagi rata (BTR) ditentukan berdasarkan panjang total
jembatan yang dibebani dan dapat dituliskan sebagai berikut:
1. 𝐿 ≤ 30 𝑚 ∶ 𝑞 = 9 𝑘𝑃𝑎
15
2. 𝐿 > 30 𝑚 ∶ 𝑞 = 9 (0,5 + ) 𝑘𝑃𝑎
𝐿

Berdarkan peraturan tersebut, maka dengan panjang gelagar yang akan menerima beban BTR
sepanjang 24 m (≤ 30 m) dapat digunakan besar beban untuk BTR:
𝑞 = 9 𝑘𝑃𝑎 = 9 𝑘𝑁/𝑚2
Dengan jarak efektif antar gelagar T sebesar 1,2 m maka beban merata yang bekerja pada gelagar
adalah sebagai berikut:
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 1,2 𝑥 𝑞 𝑥 𝐾𝑇𝐷
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 1,2 𝑥 9 𝑥 1,8
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 19,44 𝑘𝑁/𝑚
Dengan jarak efektif antar gelagar L sebesar 0,6 m maka beban merata yang bekerja pada gelagar
adalah sebagai berikut:
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 0,6 𝑥 𝑞 𝑥 𝐾𝑇𝐷
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 0,6 𝑥 9 𝑥 1,8
𝑞𝐵𝑇𝑅 = 9,72 𝑘𝑁/𝑚
Sedangkan untuk besaran beban garis terpusat (BGT), dalam RSNI T-02-2005 dituliskan bahwa
intensitas beban garis terpusat ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan sebesar:
𝑃 = 49 𝑘𝑁/𝑚
Memperhitungkan faktor beban dinamik (FBD) untuk pembebanan lajur D berdasarkan RSNI T-02-
2005.

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
RSNI T-02-2005 halaman 25

Berdasarkan grafik, untuk jembatan 24 m, memiliki FBD sebesar 40% atau 0,4. Dengan jarak efektif
antar gelagar sebesar 1,2 m maka beban terpusat yang bekerja pada gelagar adalah:
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 1,2 𝑥 𝑃 𝑥 (1 + 𝐷𝐿𝐴) 𝑥 𝐾𝑇𝐷
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 1,2 𝑥 49 𝑥 (1 + 0,4) 𝑥 1,8
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 148,176 𝑘𝑁
Dengan jarak efektif antar gelagar sebesar 0,6 m maka beban terpusat yang bekerja pada gelagar
adalah:
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 0,6 𝑥 𝑃 𝑥 (1 + 𝐷𝐿𝐴) 𝑥 𝐾𝑇𝐷
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 0,6 𝑥 49 𝑥 (1 + 0,4) 𝑥 1,8
𝑝𝐵𝐺𝑇 = 74,088 𝑘𝑁

Rekapitulasi pembebanan
Balok T Balok L Satuan
Lebar efektif flens (be) 1,2 0,6 M
Beban Mati
Berat sendiri total 26,208 26,208 kN/m
Berat aspal + hujan 5,4 5,4 kN/m
Berat trottoir + kerb - 16,8 kN/m
Beban Mati Total (qDU) 31,608 48,408 kN/m
Beban Hidup

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Beban merata D (qBTR) 19,44 9,72 kN/m
Beban terpusat D (pBGT) 148,176 74,088 kN/m

Perhitungan Statika Balok T

Berdasarkan analisis pembebanan gelagar memanjang tersebut, maka model dari pembebanan gelagar
memanjang adalah sebagai berikut:
Beban Mati Total (qDU)

Model Pembebanan Akibat Beban Mati Total

Beban Merata D (qLU)

Model Pembebanan Akibat Beban Hidup Merata

Beban Terpusat D (pLU)

Model Pembebanan Akibat Beban Hidup Terpusat


Dari model pembebanan diatas, maka dapat dilakukan analisis untuk mendapatkan nilai momen dan
gaya lintang dari hasil kombinasi pembebabnan dari beban-beban yang telah disebutkan dengan
menggunakan bantuan software SAP2000.

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Bidang M

Diagram Momen Gelagar Memanjang T

Bidang D

Diagram Gaya Lintang Gelagar Memanjang T


Dari diagram momen dan gaya lintang tersebut, maka dapat dituliskan besaran momen dan gaya
lintang pada balok T sebesar:
M* = 684,91 kNm = 684910000 Nmm
V* = 393,47 kN = 393470 N

Perhitungan Statika Balok L

Berdasarkan analisis pembebanan gelagar memanjang tersebut, maka model dari pembebanan gelagar
memanjang adalah sebagai berikut:
Beban Mati Total (qDU)

Model Pembebanan Akibat Beban Mati Total

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Beban Merata D (qLU)

Model Pembebanan Akibat Beban Hidup Merata

Beban Terpusat D (pLU)

Model Pembebanan Akibat Beban Hidup Terpusat


Dari model pembebanan diatas, maka dapat dilakukan analisis untuk mendapatkan nilai momen dan
gaya lintang dari hasil kombinasi pembebabnan dari beban-beban yang telah disebutkan dengan
menggunakan bantuan software SAP2000.
Bidang M

Diagram Momen Gelagar Memanjang L


Bidang D

Diagram Gaya Lintang Gelagar Memanjang L


Dari diagram momen dan gaya lintang tersebut, maka dapat dituliskan besaran momen dan gaya
lintang pada balok T sebesar:
M* = 350,41 kNm = 350410000 Nmm
V* = 393,47 kN = 393470 N
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Perhitungan Penulangan Gelagar Memanjang T

Berdasarkan BMS-Bridge Design Manual Volume I halaman 5-87, perhitungan rencana penulangan
gelagar T adalah sebagai berikut:
1. Data Teknis
• Tebal flens (t) = 500 mm
• Lebar web (bw) = 600 mm
• Lebar efektif (be) = 1200 mm
• Tinggi total (h) = 1400 mm
• d’ = 50 mm
•d = 1350 mm
• f’c = 29 Mpa
• fsy = 400 Mpa
• Kc = 0,75
2. Perhitungan Tulangan Lentur
Menentukan Titik Jatuh Balok Tekan
M∗ 684910000
2
= = 0,313
bd (1200)(1350)2
1/2
𝑀∗
𝛾𝐾𝑢 = 1 − [1 − 𝑏𝑑 2 ]
0,425𝐾𝑐 𝑥 𝑓 ′ 𝑐

1/2
0,313
𝛾𝐾𝑢 = 1 − [1 − ]
0,425(0,75)(29)
𝛾𝐾𝑢 = 0,017
𝛾𝐾𝑢 𝑥 𝑑 = 0,017(1350)
𝛾𝐾𝑢 𝑥 𝑑 = 22,95 𝑚𝑚
t = 500 mm
𝛾𝐾𝑢 𝑥 𝑑 < 𝑡 maka balok tekan seluruhnya terletak di flens. Seluruh lebar flens digunakan dalam
perhitungan Mu.

Perhitungan Penulangan
1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0035
𝑓𝑠𝑦 400
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
𝐾𝑐 𝑥 𝑓𝑠𝑦 = 0,75(400) = 300
fsy 2 4002
= = 5517,241
𝑓′𝑐 29
𝑀 𝑓𝑠𝑦 2
𝐾𝑐 𝑥 𝑓𝑠𝑦 − √(𝐾𝑐 𝑥 𝑓𝑠𝑦)2 − 2,4𝐾𝑐 ( 2 )( ′ )
𝑏𝑑 𝑓𝑐
𝜌=
𝑓𝑠𝑦 2
1,2𝐾𝑐 ( )
𝑓′𝑐
300 − √(300)2 − 2,4(0,75)(0,313)(5517,241)
𝜌=
1,2(0,75)(5517,241)
𝜌 = 0,00105

Cek Daktilitas
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0035
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,00105
Karena 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑖𝑛 maka digunakan 𝜌 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0035
𝐴𝑠 = 𝜌 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
𝐴𝑠 = 0,0035 𝑥 1200 𝑥 1350
𝐴𝑠 = 5670 𝑚𝑚2
𝐴𝑠 = 56,70 𝑐𝑚2
Dengan As perlu untuk tulangan tarik sebesar 56,70 𝑐𝑚2 , maka dapat digunakan tulangan 8D-
32 (As = 63,5 𝑐𝑚2 )

Dikarenakan dalam analisis menghasilkan struktur gelagar dengan tulangan tunggal, maka
digunakan nilai minimum untuk tulangan tekan sebesar 30% dari luas tulangan perlu.
Asc = 30% x Asperlu
Asc = 30% x 56,7
Asc = 17,01 𝑐𝑚2
Dengan Asc sebesar 30% dari As perlu, maka dapat digunakan tulangan tekan 4-D25 (As =
20,3 𝑐𝑚2 )

3. Perhitungan Tulangan Geser

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Berdasarkan BMS-Bridge Design Manual Volume 1 halaman 5-94, perhitungan rencana
penulangan geser gelagar T adalah sebagai berikut :
Data Teknis
V* = 393470 N
h = 1000 mm
d’ = 50 mm
do = 1350 mm
bv = 600 mm
f’c = 29 MPa
Ast = 6350 mm^2
Kcr = 0,75

Perhitungan Penulangan
𝑑𝑠
β1 = 1,4 − ≥ 1,1
2000
1350
β1 = 1,4 − ≥ 1,1
2000
β1 = 0,725 ≥ 1,1 , maka digunakan β1 = 1,1
β2 = 1
β3 = 1
𝐴𝑠𝑡 . 𝐹′𝑐 1/2
Vuc = β1 . β2 . β3 . bv . do ( )
𝑏𝑣 . 𝑑𝑜
6350 . 29 1/2
Vuc = (1,1) . (1) . (1) . 600 . 1350 ( )
600 . 1350
Vuc = 424835,7506 N

Vu min = Vuc + 0,6 . bv . do


Vu min = 424835,7506 + 0,6 . 600 . 1350
Vu min = 910835,7506 N

Vu max = 0,2 . F’c . bv . do


= 0,2 . 29 . 600 . 1350
= 4698000 N

Cek
𝑉∗ ≤ 𝑉𝑢𝑚𝑎𝑥 × 𝐾𝑐𝑅
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
393470 N ≤ 4698000 × (0,75)
393470 N ≤ 3523500 𝑁 (OK)

Cek
𝑉∗ ≤ 𝑉𝑢𝑚𝑖𝑛 × 𝐾𝑐𝑅
393470 N ≤ 910835,7506 × (0,75)
393470 N ≤ 683126,81295 𝑁
(Cek 𝑽 ∗ ≤ 𝑽𝒖𝒎𝒊𝒏 × 𝑲𝒄 𝑹 )
Cek
𝑉∗ ≤ 𝑉𝑢𝑐 × 𝐾𝑐𝑅
393470 N ≤ 424835,7506× (0,75)
393470 N ≤ 318626,81295 𝑁 (Tidak memenuhi, maka memenuhi tulangan geser)

Cek Tinggi Penampang Melintang dalam Bidang Terlentur (h)


ℎ ≤ 250 𝑎𝑡𝑎𝑢 0,5𝑏𝑣, diambil yang terbesar.
ℎ ≤ 250 𝑚𝑚 ℎ ≤ 0,5𝑏𝑣
ℎ ≤ 0,5. 600
ℎ ≤ 300 mm
Digunakan kontrol sebesar 300 mm.
ℎ ≤ 300 𝑚𝑚
1400 𝑚𝑚 ≤ 300 𝑚𝑚 (Tidak Memenuhi)

Karena kontrol 𝑉∗ ≤ 𝑉𝑢𝑐 × 𝐾𝑐𝑅 dan kontrol tinggi penampang melintang dalam bidang terlentur
tidak memenuhi, maka memerlukan tulangan geser (sengkang).

Menghitung Tulangan Geser Minimum


0,35 b.s
𝐴𝑠𝑣𝑚𝑖𝑛 ≤ fsy

Diambil jarak (s) sebesar 300 mm, maka


0,35(600)(300)
𝐴𝑠𝑣𝑚𝑖𝑛 ≤ 400

𝐴𝑠𝑣𝑚𝑖𝑛 ≤ 157,5 𝑚𝑚2


𝐴𝑠𝑣𝑚𝑖𝑛 ≤ 1,575 𝑐𝑚2
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Dengan 𝐴𝑠 minimum sebesar 1,575 cm2, maka dapat digunakan tulangan D10-250 (𝑨𝒔 = 2,85
cm2 = 285 mm2)

Dalam BMS-Bridge Design Code Volume 1 (1992) halaman 6-62, begel yang digunakan untuk
tulangan sengkang membentuk sudut sebesar 45 dengan tulangan memanjang.

4. Kontrol Kecukupan Lebar Penampang


Berdasarkan BMS-Bridge Design Code Volume 1 (1992) halaman 6-53 ditentukan bahwa jarak
bersih minimum antar tulangan yang sejajar, tendon, kelongsong, seikat tulangan, dan
sejenisnya tidak boleh kurang dari :
- 1,5 kali ukuran nominal maksimum agregat
- 1,5 kali diameter tulangan
- 40 mm
Dalam hal ini, digunakan persyaratan poin 2 dan 3 dengan perhitungan sebagai berikut :

Data Teknis
Tulangan lentur dipakai (Dlentur) = 8 – D32
Tulangan sengkang dipakai (Dsengkang) = D10 – 250
Tebal selimut beton (d’) = 50 m
Lebar balok (b) = 600 mm

Syarat Jarak Minimum (s’)


1. 40 mm
2. 1,5 diameter tulangan = 1,5 . 40 = 60 mm
Maka, digunakan syarat minimum sebesar 60 mm.

Kontrol Lebar Penampang


2 . d’ + 2 . Dsengkang + 4 . Dlentur + 3s’ ≤ b
2 . 50 + 2 . 10 + 4 . 40 + 3 . 60 ≤ 600 mm
460 mm ≤ 600 mm

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
BAB VIII
PERENCANAAN DIAFRAGMA

a) Data Perencanaan
Mutu Beton (f’c) = 30 Mpa
Mutu Baja (fy) = 240 Mpa
Berat Jenis = 24 kN/𝑚3
Panjang Balok = 1,75 m
Tinggi Balok (L) = 0,5 m
Tebal Balok (t) = 0,3 m
Selimut Beton (d’) = 5 cm
Gambar
b) Pembebanan Diafragma
Diafragma merupakan struktur yang berfungsi memberikan ikatan antara balok prategang
sehingga akan memberikan kestabilan dalam arah horizontal. Pada perencanaan kali ini, struktur
diafragma dipasang pada posisi menggantung pada bagian seb (badan) balok prategang, sehingga
beban yang bekerja pada struktur diafragma hanya berupa berat akibat berat sendiri diafragma
• 𝑞𝑑 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 = 𝑏. ℎ. 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 0,3 𝑥 0,5 𝑥 24 = 3,6 𝑘𝑁/𝑚
Asumsi beton dicor ditempat maka keadaan bata ultimit = 1,3
• 𝑞𝑢 = 1,3 𝑞𝑑 = 1,3 𝑥 3,6 = 4,68 𝑘𝑁/𝑚

1 1 1 1
M Lapangan = 8 𝑥 𝑞𝑢 𝑥 𝐿2 − 12 𝑥 𝑞𝑢 𝑥 𝐿2 = 8 𝑥 4,68 𝑥 1,752 − 12 𝑥 4,68 𝑥 1,752 = 0,597 𝑘𝑁𝑚
1 1
M Tumpuan = 12 𝑥 𝑞𝑢 𝑥 𝐿2 = 12 𝑥 4,68 𝑥 1,752 = 1,194 𝑘𝑁𝑚

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
𝑞𝑙 𝑀1 𝑀2 1,8 1,19 1,19
Vu = + − = 4,68 𝑥 + − = 4,212 𝑘𝑁
2 𝐿 𝐿 2 1,8 1,8

c) Rencana Penulangan
b = 300 mm
h = 500 mm
f’c = 30 MPa
fy = 420 MPa
d’ = 40 mm
d = 500-40 = 460
β1 = 0,85
• Desain Tulangan Tumpuan
Mu = 121792,852 + 7201510 = 1586453,422 𝑘𝑔𝑚𝑚
𝑀𝑢 1586453,422
ρmax = 𝑏𝑑2 = = 0,0249 𝑀𝑃𝑎
300 𝑥 4602

𝑀𝑢 𝑓𝑦2
𝐾𝑐 𝑅 .𝑓𝑦 −√(𝐾𝑐 𝑅 .𝑓𝑦)2 −2,4𝐾𝑐 𝑅 ( )( )
𝑏𝑑2 𝑓′ 𝑐
ρ = 𝑓𝑦2
1,2𝐾𝑐 𝑅 ( ′ )
𝑓 𝑐

1586453,422 4202
0,75 𝑥 420 −√(0,75 𝑥 420)2 −2,4 𝑥 0,75( )( )
300 𝑥 4602 30
= 4202
1,2𝑥 0,75( )
30

= 2,3801 𝑥 10−8
Karena ρmin = 1,4/fy = 0,0033 > ρ = 2,3801 x 10−8 < ρmax = 0,0249
maka digunakan ρmin = 0,0033
As = ρ. b. d = 0,0033 x 300 x 460 = 459,54 mm2
As’ = 0,0018. b. h = 0,0018 x 300 x 500 = 270 mm2

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Digunakan tulangan tarik = D10-150 (As = 476 mm2 )
Digunakan tulangan tekan = D10-250 (As = 285 mm2 )
• Desain Tulangan Lapangan
Mu = 60897,4515 + 5353100 = 1143696,942 𝑘𝑔𝑚𝑚
𝑀𝑢 1143696,942
ρmax = 𝑏𝑑2 = = 0,0178 𝑀𝑃𝑎
300 𝑥 4602

𝑀𝑢 𝑓𝑦2
𝐾𝑐 𝑅 .𝑓𝑦 −√(𝐾𝑐 𝑅 .𝑓𝑦)2 −2,4𝐾𝑐 𝑅 ( )( )
𝑏𝑑2 𝑓′ 𝑐
ρ = 𝑓𝑦2
1,2𝐾𝑐 𝑅 ( ′ )
𝑓 𝑐

1143696,942 4202
0,75 𝑥 420 −√(0,75 𝑥 420)2 −2,4 𝑥 0,75( )( )
300 𝑥 4602 30
= 4202
1,2𝑥 0,75( )
30

= 1,6976 𝑥 10−8
Karena ρmin = 0,0033 > ρ = 1,6976 x 10−8 < ρmax = 0,0178
maka digunakan ρmin = 0,0033
As = ρ. b. d = 0,0033 x 300 x 460 = 459,54 mm2
As’ = 0,0018. b. h = 0,0018 x 300 x 500 = 270 mm2
Digunakan tulangan tarik = D10-150 (As = 476 mm2 )
Digunakan tulangan tekan = D10-250 (As = 285 mm2 )
• Perencanaan Penulangan Geser
Vu = 500 x 1 = 500 kg
 = 0,75 (faktor reduksi untuk geser SNI 03-2847-2002 pasal 11.3.2.(3))
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.3.1.(1) halaman 89, komponen struktur yang hanya
menahan geser dan lentur saja, beton memberikan kapasitas kemampuannya (tanpa
penulangan geser ) untuk menahan gaya geser yaitu Vc sebesar:
√𝑓′𝑐 √30
Vc = 𝑥𝑏𝑥𝑑= 𝑥 300 𝑥 460 = 125976,19 𝑁 = 1286 𝑘𝑔
6 6

Syarat tulangan geser yaitu:


1
- Bila Vu ≤ 2 Vc perlu tulangan geser praktis
1
- Bila 2 Vc < Vu < Vc perlu tulangan geser minimum

- Bila Vu ≥ Vc perlu tulangan geser


1 1
Vc = 2 x 0,75 x 1286 = 482,25 kg
2

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
1
Vu ≤ 2 Vc

428,5 kg ≤ 482,25 kg (hanya perlu tulangan geser praktis)


Sehingga menggunakan tulangan geser praktis 8-200
Skema Penulangan Diafragma

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
BAB IX
PERENCANAAN TUMPUAN ELASTOMER

a) Data Perencanaan
Tumpuan elastomer = Karet Alam 50 Duro
Perkuatan pelat baja = 9 buah
Tebal perkuatan pelat baja = 0,4 cm
Koef. Susut defleksi umur 25 tahun (Cd) = 0,25
Mutu baja (fy) = 300 Mpa
Panjang dudukan (Lpad) = 80 cm
Lebar dudukan (Wpad) = 80 cm
Spesifikasi karet 50 duro menurut SNI 03-3967-2008 Tabel 1 halaman 3

b) Faktor Bentuk
Syarat yang harus dipenuhi dalam faktor bentuk elastomer lapisan baja, antara lain:
• Seluruh tebal lapisan elastomer bagian dalam harus memiliki ketebalan yang sama
• Tebal lapisan luar tidak boleh lebih dari 70% tebal lapisan bagian dalam.
• Asumsi tebal lapisan dalam elastomer (hr dalam) = 10 mm
hrcover ≤ 70% hrdalam
hrcover ≤ 70% (10 mm)

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
hrcover ≤ 7 mm
hrcover digunakan 6 mm untuk tumpuan persegi tanpa baut, faktor bentuk setiap lapisan:
𝐿𝑝𝑎𝑑 𝑥 𝐷𝑝𝑎𝑑
𝑆𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟 =
2ℎ𝑟(𝐿𝑝𝑎𝑑 + 𝐷𝑝𝑎𝑑)

Berdasarkan tabel 7.5 BMS 7-1 faktor bentuk lapisan luar (cover)
80 𝑥 80
𝑆𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 33,333
2 𝑥 0,6(80 + 80)

Jossie Mutiara Putri (205060107111002)


M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)
Faktor bentuk lapisan dalam
80 𝑥 80
𝑆𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 = = 20
2 𝑥 1(80 + 80)
c) Kontrol Tegangan Tekan
Tegangan tekan yang terjadi pada elastomer harus memenuhi syarat:
σs ≤ σijin = 1 ksi (6,89 MPa)
σs ≤ G . Sdalam
σs ≤ 0,8 x 20
σs ≤ 16 MPa
𝑉𝑢 9216
σs = 𝐿𝑝𝑎𝑑 𝑥 𝑊𝑝𝑎𝑑 = 80 𝑥 80 = 6,4 kg/𝑐𝑚2 = 0,628 𝑀𝑃𝑎

Karena σs (0,628 MPa) < σijin (16 MPa) maka memenuhi syarat dan aman
d) Kontrol Kombinasi dan Rotasi
Rotasi dikontrol untuk memastikan tidak ada gaya yang dapat mengangkat dari tumpuan dengan
menggunakan rumus:
𝜃𝑠𝑟 = 0,001 𝑟𝑎𝑑 berdasarkan SNI 2967-2008 halaman 5, θ ≤ 0,02
Jumlah lapisan elastomer (n) = 9
𝐿 2 𝜃𝑠𝑟
σs ≤ 0,5 𝑥 𝐺 𝑥 𝑆 𝑥 ( ) 𝑥
ℎ𝑟𝑖 𝑛
80 2 0,001
σs ≤ 0,5 𝑥 0,8 𝑥 33,333 𝑥 ( ) 𝑥
1 9
3,648 MPa ≤ 9,482 𝑀Pa
Maka struktur aman menahan rotasi
e) Kontrol Stabilitas
Tebal total dudukan tidak boleh lebih dari L/3 dan W/3
𝐿𝑝𝑎𝑑 80
= = 26,667
3 3
𝑊𝑝𝑎𝑑 80
= = 26,667
3 3
Tebal total dudukan (Htotal) = 2(ℎ𝑟𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟) + 8(ℎ𝑟𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚) + 9(ℎ𝑟𝑒𝑖𝑛𝑓)
= 2(0,6) + 8(1) + 9(0,4)
= 23,6 𝑐𝑚
𝐿𝑝𝑎𝑑 𝑊𝑝𝑎𝑑
𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≤ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 23,6 𝑐𝑚 ≤ 26,667 𝑐𝑚 (𝑨𝒎𝒂𝒏)
3 3
Jossie Mutiara Putri (205060107111002)
M. Raihan Hetarizqi (205060107111003)

Anda mungkin juga menyukai