Anda di halaman 1dari 48

DATA DATA PERENCANAAN

1.1 Data-Data Jembatan


Data-data yang dibutuhkan untuk desain jembatan adalah sebagai berikut:
- Jenis jembatan = Jembatan jalan raya
- Tipe jembatan = Jembatan komposit (Tipe 2)
- Lokasi jembatan = Jembatan Dieng Kota Malang
- Kelas jembatan = Kelas 1 / A
- Panjang jembatan = 60 m
- Lebar jembatan = 14,4 m
- Lebar lantai kendaraan = 12 m (4 lajur 3 m)
- Lebar trotoar = 2 x 1,2 m
- Jumlah pilar = 2 buah
- Panjang bentang jembatan = 3 bentang masing-masing 20 m
- Elevasi dari muka air = 18 m
- Elevasi dari muka air =2m

1.2 Data Teknis Perencanaan

Jembatan direncanakan berdasarkan pembaharuan pada struktur jembatan


eksisting, data-data tersebut antara lain :

- Tipe Jembatan = Jembatan Prategang PCI Girder

- Mutu Beton = 30 MPa (Struktur Atas)

35 MPa (Struktur Bawah)

40 MPa (Beton Pracetak)

- Mutu Baja = 240 MPa (Tulangan Polos)

450 MPa (Tulangan Ulir)


1.3 Kondisi Eksisting Jembatan Dieng Kota Malang
Tampak Samping Jembatan Eksisting
PERENCANAAN TIANG SANDARAN & TROTOAR JEMBATAN

Gambar 1 : Perspektif Tiang Sandaran Dan Trotoar

A. PERENCANAAN TIANG SANDARAN


Data Yang Diketahui :

 Kelas Jembatan = I (satu)


 Bentang Jembatan = 60 m (2 lajur)
 Lebar Jembatan = 14,4 m
 Lebar Trotoar = 1,1 m
 Lebar Kerb = 0,1 m = 10 cm
 Jarak Antar Tiang Sandaran = 2,5 m
 Tinggi Tiang Sandaran = 1,0 m
 Mutu beton fc’ = 30 Mpa
 Mutu beton fy = 240 Mpa (Tulangan Polos)
350 Mpa (Tulangan Ulir)
Gambar 2: Potongan Melintang Tiang Sandaran dan Trotoar

Gambar 3: Tampak Memanjang Tiang Sandaran


Pembebanan :

Gambar 4: Pembebanan Tiang Sandaran


Tiang sandaran jembatan direncanakan menahan beban horisontal sebesar 100 kg/m yang
bekerja 0,9 m diatas trotoir. (PPPJJR ’ 87 Bab III Pasal 1 (2))
Momen yang terjadi akibat beban horizontal 100 kg/m
Mu =Pxlxh
= 100 x 2,5 x (0,9)
= 225 kgm
Vu =Pxl
= 100 x 2,5 = 250 kg
Maka dari hasil perhitungan pembebanan pada tiang dan pipa sandaran didapatkan hasil
Mu = 225 kgm
Vu = 250 kg

Rencana Penulangan :

Lebar (b) = 20 cm = 200 mm


Panjang (h) = 25 cm = 250 mm
Mutu Beton (f’c) = 30 MPa
Mutu Baja (fy) = 240 MPa (Untuk tulangan Polos)
d’ = 4 cm = 40 mm
d = 25 – 4 = 19 cm = 190 mm

Desain Tulangan Utama


Mu 225 x 104
Rn = = = 0,39 𝑀𝑃𝑎
b. d2 0,8 x 200 x 1902
𝑓𝑦 240
m = = = 9,41
0,85 x 𝑓 ′ 𝑐 0,85 x 30
1,4 1,4
ρmin = = = 0,00583
𝑓𝑦 240
ρmax = 0,75 x 𝜌𝑏

0.85𝑥𝑓′ 𝑐 600
= 0.75 (𝛽1 𝑥 600+𝑓𝑦 )
𝑓𝑦

30 600
= 0,75 x (0,85 x x 0,85 x )
240 600+240

= 0,048

1 2. 𝑚. 𝑅𝑛
𝜌 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦

1 2 x 9,41 x 0,39
= 9,41 (1 − √1 − )
240

= 0,00135
Karena ρmin > ρ, maka digunakan digunakan ρmin = 0,00583
As =  .b .d
= 0,00583. 200 . 190
= 221,54 mm2
= 2,215 cm2
As’ = 0,2 x As
= 0,2 x 2,215
= 0,443 cm2
 Tulangan tarik digunakan : 2 – Ø8 (As = 1,01cm2)
 Tulangan tekan digunakan : 2 – Ø8 (As’= 1,01 cm2)

Desain tulangan geser


Vu = 250 kg
Vu 250
Vn = = = 416,667 kg
ɸ 0,6
Vc untuk kombinasi geser dan aksial tekan, maka digunakan:

√𝑓′𝑐
𝑉𝑐 = x𝑏x𝑑
6
√30
= x 250 x 190
6
= 43361,369 𝑁
= 4336,1369 𝑘𝑔

Ø𝑉𝑐 = 0,75 x 4336,1369


= 𝟒𝟑𝟑𝟔, 𝟏𝟑𝟔𝟗 𝐤𝐠 > 𝐕𝐧 = 𝟒𝟏𝟔, 𝟔𝟔𝟕 𝐤𝐠
Sehingga, tidak diperlukan tulangan geser
Karena tulangan utama sendiri sudah kuat menahan geser, tetapi memerlukan tambahan
jarak minimal sengkang untuk keperluan ikatan tulangan utama. Sehingga cukup digunakan
tulangan praktis yaitu Ø 6 – 200 mm

Jadi, berdasarkan perhitungan di atas, maka pada tiang sandaran jembatan


digunakan tulangan :
 Tulangan tarik 2Ø-8 ; As = 101 mm2
 Tulangan tekan 2Ø-8 ; As’ = 101 mm2
 Tulangan sengkang Ø 6 – 200 mm
Gambar 5: Detail Tulangan Tiang Sandaran

B. PERENCANAAN TROTOAR
Data yang diketahui 
Tebal Trotoar (h) = 25 cm = 250 mm
Lebar Trotoar = 1,1 m = 110 cm
Lebar Kerb = 0,1 m = 10 cm
Tebal Selimut Beton (d) = 4 cm = 40 mm
Mutu Beton (f’c) = 30 MPa
Mutu Baja (fy) = 240 MPa (Untuk tulangan Polos)
d = 25 – 4 = 19 cm = 190 mm
Pembebanan :

Gambar 6 : Pembebanan Pada Trotoar


Berat sendiri tiang sandaran dan pipa sandaran berupa beban terpusat (P1), direncanakan
untuk pipa sandaran menggunakan Pipa Galvanis Ø 76,3 mm; tebal 2,8 mm BJ-37

 Beban Mati :

Berat sendiri sandaran (P1) = ( b x h ) x tinggi tiang sandaran x 𝛾𝑐


= (0,20 x 0,25) x 1 x 2400
= 120 kg
Berat sendiri pipa (P2) =nxlxw
= 3 x 2,5 x 5,96 kg/m
= 44,7 kg
Berat sendiri trotoar (P3) = h x L x 𝛾𝑐
= 0,25 x 1,2 x 1 x 2400 = 720 kg
Total beban terpusat = Berat sendiri sandaran + Berat sendiri pipa + Berat sendiri
trotoar
= 120 + 44,7 + 720
= 884,7 kg
 Beban Hidup:

Menurut PPPJJR ’ 87 Bab III Pasal 1 (2) 2.5 Beban pada trotoar, kerb, dan sandaran adalah:
a. Konstruksi trotoar harus diperhitungkan terhadap beban hidup sebesar 500 kg/m2.
b. Kerb yang terdapat pada tepi-tepi lantai kendaraan harus diperhitungkan untuk dapat menahan
satu beban horisontal ke arah melintang jembatan sebesar 500 kg/m1 yang bekerja pada
puncak kerb atau pada tinggi 25 cm di atas permukaan lantai kendaraan apabila tinggi kerb
yang bersangkutan lebih tinggi dari 25 cm.
c. Tiang-tiang sandaran pada setiap tepi trotoar harus diperhitungkan untuk dapat menahan
beban horisontal sebesar 100 kg/m1 yang bekerja pada tinggi 90 cm di atas trotoar.

Maka dapat disimpulkan beban hidup yang bekerja sebesar


Beban Hidup Tiang Sandaran (H1) = 100 kg/m’
Beban Hidup Pada Kerb (H2) = 500 kg/m’
Beban Hidup pada Trotoar (H3) = 500 kg/m2

 Perhitungan Momen Terhadap Titik A


Akibat Beban Mati :
MP1 = 120 x 1,1 = 132 kgm
MP2 = 44,7 x 1,1 = 49,17 kgm
MP3 = 720 x 0,61 = 439,2 kgm
Momen total beban mati = 620,37 kgm
Akibat Beban Mati
MH1 = 100 x 1,15 x 1 = 115 kgm
MH2 = 500 x 0.25 x 1 = 125 kgm
MH3 = 500 x 1,2 x 0,61 = 366 kgm
Momen total beban hidup= 606 kgm
 Kombinasi Momen
1. 1,4 MD = 1,4 x 620,37 = 868,52 kgm
2. 1,2 MD + 1,6 ML = (1,2 x 620,37) + (1,6 x 606) = 1724,6 kgm

Rencana Penulangan Trotoar :


Mu = 1724,6 kgm
 = 0,8
Mn = 1724,6 / 0,8 = 2155,75 kgm
b = 1000 mm (diambil per 1 m)
d = 250 – 40 = 210 mm
fc’ = 30 MPa
fy = 350 MPa
1.4 1.4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,004
𝑓𝑦 350
0,85 𝑓𝑐 600 0,85 𝑥 30 600
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 𝛽 = 0,75 0,85 = 0,029
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦 350 600 + 350
𝑀𝑛 2155,75 x 104
𝑅𝑛 = = = 0,489 𝑀𝑃𝑎
𝑏 𝑑2 1000 𝑥 2102
𝑓𝑦 350
𝑚= = 0,85 𝑥 30 = 13,7
0,85 𝑓𝑐

1 2𝑚𝑅𝑛 1 2 𝑥 13,7𝑥 0,489


𝜌= (1 − √1 − )= (1 − √1 − ) = 0,00141
𝑚 𝑓𝑦 13,7 350

Karena ρ = 0,00141<ρmin= 0,004 , sehingga digunakan ρmin= 0,004

As = ρmin x b x d = 0,004 x 1000 x 210 = 840 mm2 = 8,4 cm2


Tulangan bagi diambil 50% dari tulangan utama
As’ = 0,5 x 840 = 420 mm2 = 4,2 cm2
Maka digunakan:
tulangan pokok D 13-150 ; As = 8,85 cm2
tulangan bagi D 13-300 ; As' =4,42 cm2

Gambar 7 : Detail Tulangan Trotar


PERENCANAAN PELAT LANTAI KENDARAAN

 BATASAN PERENCANAAN
1. Penulangan lantai kendaraan diperhitungkan per pias 1 m

 DATA PERENCANAAN
Tebal pelat lantai kendaraan = 0,20 m
Tebal perkerasan aspal = 0,10 m
Tebal air hujan = 0,05 m
Tebal trotoar dan kerb = 0,25 m
Dimensi sandaran = 0,20 x 0,25 m
Lebar trotoar dan kerb = 1,2 m
Lebar jembatan = 14,4 m
Lebar lantai kendaraan = 12 m
Tinggi sandaran =1 m
Jarak antar gelagar memanjang (s) = 2 m
Jarak antar diafragma =5 m
Mutu beton (f’c) = 30 MPa
Mutu baja (fy) tulangan polos = 240 Mpa
Mutu baja (fy) tulangan ulir = 350 Mpa

Besarnya nilai berat isi untuk bahan-bahan bangunan :


Berat isi beton bertulang = 2500 kg/m3
Berat isi aspal = 2200 kg/m3
Berat isi air hujan = 1000 kg/m3
Berat isi paving block (tebal 6 cm) = 2000 kg/m3
Berat isi pasir = 1400 kg/m3

 PEMBEBANAN
A. Beban Mati (Faktor beban ultimit = 1,3)
a. Beban merata pada jalan
(Per pias 1 meter panjang gelagar memanjang)
 Berat Lantai Kendaraan = 0,20 x 1 x 2500 = 600 kg/m
 Berat Perkerasan (aspal) = 0,10 x 1 x 2200 = 220 kg/m
q = 820 kg/m
b. Beban merata pada trotoar
(Per pias 1 meter panjang gelagar memanjang)
 Berat Lantai Kendaraan = 0,20 x 1 x 2500 = 600 kg/m
 Berat pasir (t=19 cm) = 0,19 x 1 x 1400 = 266 kg/m
 Berat paving blok = 0,06 x 1 x 2000 = 120 kg/m
q = 986 kg/m
c. Berat terpusat pada trotoar
 Berat Sendiri Sandaran = 0,20 x 0,25 x 1 x 2500 = 156,25 kg
 Berat sendiri Ø 60,5 mm = 3 x 2,5 x 5,08 = 38,1 kg
P = 194,35 kg
B. Beban Hidup (Faktor beban ultimit = 1,8)
Beban muatan “T”
Menurut SNI 1725-2016 Pasal 7 (4)
untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem lantai kendaraan jembatan harus
digunakan beban ” T ” yaitu beban yang merupakan kendaraan truck yang mempunyai beban roda
ganda ( Dual Wheel Load ) sebesar 112,5 kN (11,468 ton). Bidang kontak roda kendaraan yang
terdiri atas satu atau dua roda diasumsikan mempunyai bentuk persegi panjang dengan panjang
750 mm dan lebar 250 mm.
Gambar 1. Beban T Lantai Kendaraan
Untuk jembatan kelas I:
Beban yang ditumpu 100% → beban = 100% x 11,468 ton
= 11,468 ton
Gambar penyebaran beban roda:

11.468 t 11.468 t

0.100 0.100

0.250 0.750

Gambar 2. Penyebaran beban roda


Luas bidang penyebaran :
p = 0,75 + 0,1 + 0,1 = 0,95 m
l = 0,25 + 0,1 + 0,1 = 0,45 m
A = p x l = 0,95 x 0,45 = 0,4275 m2
Beban merata akibat beban “T” (beban roda)
11468
q= 𝑥 0,45 = 𝟏𝟐𝟎𝟕𝟏, 𝟓𝟗 𝐤𝐠/𝐦
0,4275
Beban Trotoar, Sandaran, dan Kerb
SNI 1725-2016 Pasal 8 (9)
a. Semua komponen trotoar yang lebih lebar dari 600 mm harus direncanakan untuk memikul
beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa (500 kg/m2) dan dianggap bekerja secara
bersamaan dengan beban kendaraan pada masing-masing lajur kendaraan.
b. Kerb yang terdapat pada tepi-tepi lantai kendaraan harus di perhitungkan untuk dapat
menahan satu beban horisontal ke arah melintang jembatan sebesar 500 kg/m2 yang bekerja
pada puncak kerb atau pada tinggi 25 cm di atas permukaan lantai kendaraan apabila tinggi
kerb yang bersangkutan lebih tinggi dari 25 cm, Untuk tiap pias 1 m:
M1 = q x L x h
= 500 x 1 x 0,25
= 125 kgm
c. Tiang-tiang sandaran pada setiap tepi trotoar harus diperhitungkan untuk dapat menahan
beban horisontal sebesar 100 kg/m’ yang bekerja pada tinggi 90 cm di atas trotoar

M2 = H x L x h
= 100 x 2,5 x (1,15)
= 287,5 kgm

Beban Hujan
Berat air hujan per pias 1 m
q = b . h . air
= 1 x 0,05 x 1000
= 50 kg/m
.
Statika Lantai Kendaraan
Ly 5
= 2 = 2,5 > 2,0 → Pelat satu arah
Lx
A. Akibat Beban Mati

B. Akibat Beban Hidup


Kondisi 1

1
m

Kondisi 2

Kondisi 3
Perhitungan Kombinasi Momen Ultimit (1,3 MDL + 1,8 MLL)
Hasil analisis SAP
Kondisi 1

Kondisi 2

Kondisi 3

Kondisi Pembebanan Momen Maksimum (kgm)


(1,3D + 1,8L) Tumpuan Lapangan
Kondisi 1 6756,68 4208,79
Kondisi 2 6917,55 4616,36
Kondisi 3 6737.85 4218.5

 PENULANGAN LANTAI KENDARAAN


Data Penampang Struktur
 b =1m = 1000 mm
 h = 0,2 m = 200 mm
 f’c = 30 MPa
 fy = 350 MPa
 d’ = 40 mm
 β1 = 0,85 (f’c ≤ 30 MPa)
Penulangan Tumpuan
Mu = 6917,55 kgm
defektif = 200 – 40 = 160 mm
Mu 6917,55 x 104
Rn = = = 3,38 𝑀𝑃𝑎
b. d2 0,8 x 1000 x 1602
𝑓𝑦 350
m = ′
= = 13,725
0,85 x 𝑓 𝑐 0,85 x 30
1,4 1,4
ρmin = = = 0,004
𝑓𝑦 370
ρmax = 0,75 x 𝜌𝑏
30 600
= 0,75 x (0,85 x x 0,85 x )
350 600 + 350
= 0,0293

1 2. 𝑚. 𝑅𝑛
𝜌 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦

1 2 x 13,725 x 3,38
= (1 − √1 − ) = 0,01039
13,725 350

Karena ρmin < ρ < ρmax, maka digunakan digunakan ρ = 0,01039


As =  . b . d
= 0,01039 . 1000 . 160
= 1663 mm2
= 16,63 cm2

As’ = 0,5. As
= 0,5. 1663
= 832 mm2
= 8,32 cm2
 Digunakan tulangan utama : D19 – 150 (As = 18.9 cm2)
 Digunakan tulangan bagi : D13 – 150 (As’ = 8,85 cm2)
Penulangan Lapangan
Mu = 4616,36 kgm
defektif = 200 – 40 = 160 mm
Mu 4616,36 x 104
Rn = = = 2,254 𝑀𝑃𝑎
b. d2 0,8 x 1000 x 1602
𝑓𝑦 350
m = ′
= = 13,725
0,85 x 𝑓 𝑐 0,85 x 30
1,4 1,4
ρmin = = = 0,004
𝑓𝑦 350
ρmax = 0,75 x 𝜌𝑏
30 600
= 0,75 x (0,85 x x 0,85 x )
350 600 + 350
= 0,0293

1 2. 𝑚. 𝑅𝑛
𝜌 = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦

1 2 x 13,725 x 2,254
= (1 − √1 − ) = 0,00675
13,725 350

Karena ρmin < ρ < ρmax, maka digunakan digunakan ρ = 0,00675


As =  . b . d
= 0,00675 . 1000 . 160
= 1080 mm2
= 10,8 cm2

As’ = 0,5. As
= 0,5. 1080
= 540 mm2
= 5,4 cm2
 Digunakan tulangan utama : : D19 – 150 (As = 11,34 cm2)
 Digunakan tulangan bagi : Ø13 – 200 (As’ = 6,64 cm2)
Xl PERENCANAAN DIAFRAGMA

 BATASAN PERENCANAAN
1. Analisis diafragma dilakukan pada tap segmen gelagar induk (beton prategang)

 DATA PERENCANAAN
Berat Jenis Beton = 2320 kg/m3 (SNI-1725-2016)
f'’c = 30 Mpa
Panjang balok (L) = 168 cm
Tinggi balok (h) = 87,5 cm
Tebal balok (t) = 20 cm
Selimut beton (d) = 5 cm

Gambar 1. Potongan Melintang Gelagar Induk dan Diafragma

 PEMBEBANAN
Diafragma merupakan struktur yang berfungsi memberikan ikatan antara Balok
memanjang Prategang sehingga akan memberikan kestabilan pada masing Balok Prategang
dalam arah horisontal. Pada perencanaan kali ini, struktur diafragma dipasang pada posisi
menggantung pada bagian web (badan) balok prategang dengan posisi tegak lurus dengan balok
memanjang, Sehingga beban yang bekerja pada struktur diafragma hanya berupa berat akibat
berat sendiri diafragma,
 qD = b x h x BJ Beton = 0,2 x 1,050 x 2320 = 487 kg/m
 MD = 1/8 x qD x L2 = 1/8 x 487 x 1,682 = 171,88 kgm
 Vu = ½ x qD x L = ½ x 487 x 1,68 = 409,8 kg

Gambar 2. Skema Statika Pembebanan


 PENULANGAN

Perencanaan Tulangan Utama


Dicoba = tulangan tarik 4- D13 dengan As = 531 mm2
tulangan tekan 2- D13 dengan As’ = 265 mm2
b = 200 mm
h = 1050 mm
As = 531 mm2
As’ = 265 mm2
f'c = 30 MPa
fy = 350 MPa
d = 1050 – 50 = 1000 mm

Asumsi awal :
Baja Tarik sudah leleh fs = fy
Baja Tekan sudah leleh fs’ = fy

C=T
0,85.fc’.b.a + As’.fy = As.fy
(𝐴𝑠−𝐴𝑠 ′).𝑓𝑦
a= 0,85 𝑓𝑐 ′ 𝑏
(531−265).350
a= 0,85.30.200

a = 18,25 mm
c = a/1 = 18,25/0,85 = 21,47 mm ----> karena nilai c < (d = 50 mm) maka tulangan tekan
berlaku sebagai tulangan semu
𝑑−𝑐 1050−21,47
s = 𝜀𝑐 = 0,003 = 0,143
𝑐 21,47

fs = s. Es = 0,143 . 200000 = 28689 Mpa (> fy = 370 Mpa, tulangan tarik sudah
leleh)
𝑑′−𝑐 50−21,47
s’ = 𝜀𝑐 = 0,003 = 0,0039
𝑐 21,47

fs’ = s’. Es = 0,0039 . 200000 = 200000 Mpa (> fy = 370 Mpa, tulangan tekan sudah
leleh)
Mn = 0,85.fc’.b.a.(d-a/2)
Mn = 0,85.30.200.18,25.(1050-21,47/2)
Mn = 96729589 Nmm
Mn = 9673 kgm

Mu = Mn . 
Mu = 9673 . 0,8
Mu = 7738 kgm (> MD = 143,2 kgm) -----> OKE!!!!
Maka digunakan tulangan tarik 4- D13 dengan As = 531 mm2
tulangan tekan 2- D13 dengan As’ = 265 mm2

Perencanaan Tulangan Geser


Vu = 409,8 kg
Vu 409,8
Vn = = = 683kg
ɸ 0,6
√f ′ c
Vc = bw. d [ ]
6

√30
= 200 x 1000 x [ ]
6
= 182574 N
= 18257,4 kg
Vn < Vc ---> tulang geser praktis
Tulangan geser tidak diperlukan, karena tulangan sudah kuat menahan geser. Sehingga cukup
digunakan tulangan praktis yaitu Ø 8 – 200 mm
Gambar 3. Penulangan Diafragma

Gambar 4. Penulangan Diafragma


PERENCANAAN BALOK GIRDER PRATEGANG

 BATASAN PERENCANAAN
1. Perencanaan gelagar induk (belok girder prategang) dihitung pada bentang terpanjang dari
jembatan yaitu 20 m.

 DATA PERENCANAAN
Bentang jembatan = 20 m
Lebar jembatan = 14,2 m
Kelas jembatan = I (satu)
Jumlah gelagar = 7 buah
Jarak antar gelagar = 1,85 m
Tebal perkerasan = 0,1 m
Mutu balok prategang (beton normal)
f’c = 40 Mpa
Ebalok = 4700√f′c
= 4700√40
= 29725,41 Mpa
Mutu pelat lantai kendaraan (beton normal)
f’c = 30 Mpa
Epelat = 4700√f′c
= 4700√30
= 25742,9602 Mpa

Kuat tekan beton pada saat prategang awal sama seperti kuat tekan beton selama 28 hari
(f’c). Sehingga:
f’ci = 80% x 40 = 32 MPa
Tegangan Ijin Beton Prategang
 Awal : fci = 0,6 x f’ci = 0,6 x 32 = -19,2 Mpa = -196 kg/cm2
fti = 0,5√𝑓′𝑐𝑖 = 0,5√32 = 2,828 Mpa = 28,84 kg/cm2
 Akhir : fc = 0,45 x f’c = 0,45 x 40 = -18 Mpa = -184 kg/cm2
ft = 0,5√𝑓′𝑐 = 0,5√40 = 3,162 Mpa = 32,24 kg/cm2
 PERENCANAAN DIMENSI BALOK PRATEGANG
Sebelum komposit
Untuk dimensi penampang balok prategang keadaan sebelum komposit dapat dilihat pada
Gambar 1.

(ukuran dalam cm)


Gambar 1. Penampang Balok Prategang Sebelum Komposit

Menentukan Letak Garis Netral Penampang Sebelum Komposit


Statis momen terhadap serat bawah:

Luas x Jarak
Bidang Luas A (cm2) Jarak Y (cm)
A.Y (cm2)
I 65 x 12,5 = 812,5 6,25 5078,125
II 2 x 0,5 x 24 x 10 = 240 15,83 3799,2
III 17 x 105 = 1785 58,75 104868,75
IV 2 x 0,5 x 9 x 7,5 = 67,5 115 7762,5
V 35 x 7,5 = 262,5 121,25 31828,125

Σ 3167,5 153336,7

Sehingga didapatkan letak garis netral terhadap serat paling bawah Cb dan letak garis netral
terhadap serat paling atas Ca :
153336,7
Cb = = 𝟒𝟖, 𝟒𝟏 𝐜𝐦
3167,5
Ca = 125 − 48,41 = 𝟕𝟔, 𝟓𝟗 𝐜𝐦
(ukuran dalam cm)
Gambar 2. Titik Berat Balok

Menentukan Momen Inersia


Momen Inersia terhadap titik berat
Bidang Ixo + A.a2 =
1 1
x 65 x 12,53 + 812,5 x 42,162 = 1454770,227
12
2 1
2x x 24 x 103 + 240 x 32,5772 = 256030,744
36
3 1
x 17 x 1053 + 1785 x 16,592 = 2131250,909
12
4 1
2x x 9 x 7,53 + 67,5 x 66,592 = 299521,3343
36
5 1
x 35 x 7,53 + 262,5 x 72,842 = 1393967,689
12
I = 5535540,903 cm4
Jarak Bidang Kern diukur terhadap garis netral
I 5535540,903
ka = = = 𝟑𝟔, 𝟏 𝐜𝐦
A x Cb 3167,5 x 48,41
I 5535540,903
kb = = = 𝟐𝟐, 𝟖 𝐜𝐦
A x Ca 3167,5 x 76,59
Setelah komposit
Penentuan lebar efektif pelat lantai kendaraan

(ukuran dalam cm)


Gambar 3. Penentuan Lebar Efektif

Nilai Lebar efektif pelat lantai ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari :
a. Be = ¼ Bentang = ¼ . 20 =5m
b. Be = Jarak antar gelagar (s) = 1,85 m
c. Be = 12 x Tebal Pelat Lantai Kendaraan = 12 x 0,20 = 2,4 m
 Sehingga lebar efektif pelat lantai Be = 1,85 m = 1850 mm

Mutu balok prategang (beton normal)


f’c = 40 Mpa
Ebalok = 4700√f′c
= 4700√40
= 29725,41 Mpa
Mutu pelat lantai kendaraan (beton normal)
f’c = 30 Mpa
Epelat = 4700√f′c
= 4700√30
= 25742,9602 Mpa
Angka ekivalen :
Ebalok 29725,41
n= = = 𝟏, 𝟏𝟓𝟓
Epelat 25742,9602
Lebar pelat efektif ekivalen Bee = Be/n = 1850/1,155 = 1602,147 mm = 160,215 cm
Luas pelat ekivalen = Bee x tebal plat lantai = 160,215 x 20 = 3204,294 cm2
Sehingga dimensi penampang balok prategang keadaan sebelum komposit dapat dilihat pada
gambar 4.

(ukuran dalam cm)


Gambar 4. Penampang Balok Komposit (lebar pelatnya diganti)
Luas penampang balok komposit :
A komposit = A + (h0 x Bee) = 3167,5 + (20 x 160,215) = 6371,794 cm2

Berdasarkan pembagian luasan penampang seperti pada Gambar 4, maka dapat dicari letak
garis netral penampang setelah komposit dengan mengambil statis momen terhadap serat paling
bawah.
S = (A.Y) + ((h0 x Bee).( h x h0/2))
20
S = 153336,7 + {(20 x 160,215) ( 125 + )} = 585916,39 cm3
2

585916,39
Cb = = 𝟗𝟏, 𝟗𝟓𝟓 𝐜𝐦
6371,794
Ca = 145 − 91,955 = 𝟓𝟑, 𝟎𝟒𝟓 𝐜𝐦
(ukuran dalam cm)
Gambar 5. Titik Berat Balok Komposit

Menentukan Momen Inersia


Momen Inersia terhadap titik berat
Bidang Ixo + A.a2 =
1 1 5978631,755
x 65 x 12,53 + 812,5 x 85,7052 =
12
2 1 1392004,233
2x x 24 x 103 + 240 x 76,1212 =
36
3 1 2936870,705
x 17 x 1053 + 1785 x 26,9552 =
12
4 1 36059,24
2x x 9 x 7,53 + 67,5 x 23,0452 =
36
5 1 226511,84
x 35 x 7,53 + 262,5 x 29,2952 =
12
6 1 5938460,62
x 160,215 x 203 + 3204,294 x 43,0452 =
12
I = 16508538,39 cm4
I 16508538,39
ka = = = 𝟐𝟖, 𝟏𝟕𝟓 𝐜𝐦
A x Cb 6371,794 x 91,955
I 16508538,39
kb = = = 𝟒𝟖, 𝟖𝟒𝟑 𝐜𝐦
A x Ca 6371,794 x 81,3
 PEMBEBANAN DAN PERHITUNGAN STATIKA
Pembebanan Jembatan dihitung berdasarkan SNI 1725-2016 mengenai Standar
Pembebanan Untuk Jembatan. Jembatan direncanakan menahan beban dengan kondisi Daya
Layan I. Beban-beban yang bekerja pada kondisi ini antara lain:
 Beban Mati :
Beban mati dalam perencanaan jembatan ini ada 2 yaitu beban mati akibat berat sendiri
dan beban mati tambahan. Berat isi material yang digunakan diambil berdasarkan tabel
2 SNI 1725-2016.

(ukuran dalam cm)


Beban mati akibat berat sendiri (MS):
Gelagar induk, Berat isi beton dengan f’c 40 MPa= 2240+ 2,29f’c = 2331,6 kg/m3
𝒒𝟏 = Luas Balok x BJ Beton Prategang = 0,31675 𝑥 2331,6 = 738,5343 𝑘𝑔/𝑚
Berat isi beton bertulang untuk pelat lantai kendaraan, f’c= 30 MPa diambil 2320 kg/m3.
𝒒𝟐 = Tebal Pelat x Lebar x BJ Beton = 0,2 𝑥 1,85 𝑥 2320 = 858,4 𝑘𝑔/𝑚
Beban yang terjadi akibat berat sendiri diafragma
berupa beban terpusat P.

Luas Arsiran diketahui 1,84575 m2


P = A x tebal x BJ beton
= 1,84575 x 0,2 x 2320
= 856,428 kg

(ukuran dalam cm)


Statika reaksi perletakan:
𝑅𝐴 = 0,5 𝑥 3𝑃 = 0,5 𝑥 3 𝑥 856,428 = 1284,642 𝑘𝑔
Momen maksimum tengah bentang :
𝑀5 = 1284,642 𝑥 10 − 856,428 𝑥 5 = 8564,28 𝑘𝑔𝑚
Beban diafragma dijadikan beban merata pada gelagar induk:
1
𝑀5 = 8 𝑥 𝑞 𝑥 𝑙2
1
8564,28 = 8 𝑥 𝑞 𝑥 202

𝑞 = 171,29 𝑘𝑔/𝑚
Sehingga beban akibat diafragma sebesar 𝒒𝟑 = 𝟏𝟕𝟏, 𝟐𝟗 𝒌𝒈/𝒎
Total Berat Sendiri (MS) = q1 + q2 + q3
= 1768,22 kg/m
Beban mati tambahan (MA):
Berat isi aspal perkerasan jalan (tebal 10 cm) diambil 2200 kg/m3.
Berat isi air hujan (5 cm) diambil 1000 kg/m3
𝒒𝟒 = 0,1 𝑥 1,85 𝑥 2200 = 407 𝑘𝑔/𝑚
0,05 𝑥 1,85 𝑥 1000 = 92,5 𝑘𝑔/𝑚
𝒒𝟒 = 𝟒𝟗𝟗, 𝟓 𝒌𝒈/𝒎

 Beban Lalu Lintas :


Beban lalu lintas dalam perencanaan jembatan ini berdasarkan SNI 1725-2016. Yakni
sebagai berikut ini:
Beban Lajur “D” (TD):

Pada pasal 8.3 SNI 1725-2016 beban lajur D terbagi dalam dua beban yaitu beban merata
(BTR) dan beban garis (BGT).
Untuk beban merata (BTR) pada jembatan dengan bentang L<30 m maka :
𝑞 = 9,0 𝑘𝑃𝑎 = 917,74 kg/m2
Jarak antar gelagar = 1,85 m
Seghingga:
𝒒 = 917,74 𝑥 1,85 = 𝟏𝟔𝟗𝟕, 𝟖𝟐 𝒌𝒈/𝒎

Untuk beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus
terhadap arah lalu lintas pada jembatan.
Besarnya intensitas p kN/m adalah 49 kN/m = 4900 kg/m.
Faktor Beban Dinamis (FBD) diperhitungkan dalam beban garis BGT.
20

Pada SNI 1725-2016 pasal 8.6 gambar 28 untuk jembatan dengan bentang 20 m didapat FBD
sebesar 40%. Jarak antar gelagar 1,85 m. Sehingga beban garis (BGT) didapatkan :
P = FBD x 1,85 x 4900 = 1,4 x 1,85 x 4900 = 12691 kg
 Gaya Rem (TB):
Berdasarkan SNI 1725-2016 pasal 8.7, gaya rem harus diambil yang terbesar dari:
 25% dari berat gandar truk desain atau,
 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi merata (BTR)
Gaya ini harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm di atas
permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang paling menentukan.

 25% x 112,5 kN = 28,125 kN = 2812,5 kg


 5% x (112,5x4 + 25x2) + 1697,82 = 4197,82 kg
Jumlah gelagar induk = 7 buah dengan jarak antar gelagar 1,85 m.
Sehingga gaya rem pada jembatan ini:
𝐻𝑇𝐵 4197,82
𝑻𝑻𝑩 = 𝑛.𝑔𝑒𝑙𝑎𝑔𝑎𝑟 = = 599,69 kg
7

ha = Tebal lapis perkerasan = 10 cm = 0,1 m


yac = Jarak garis netral penampang setelah komposit terhadap serat
paling atas penampang = 53,05 cm = 0,5305 m
Gaya rem selanjutnya merupakan beban berupa momen di tengah
bentang yaitu:
M = TTB x Y
M = 599,69 x (Yac + ha + 1,8)
M = 599,69 x (0,5305 + 0,1 + 1,8)
M = 599,69 x 2,4305 = 1457,55 kgm

 Beban Angin (EW):


Berdasarkan SNI 1725-2016 pasal 9.6, tekanan angin bekerja pada struktur (EWs) dan
kendaraan (EWL). :
V10 Z
VDZ (Kecepatan angin rencana) = 2,5V0 ( VB )In(𝑍0)
90 18000
= 2,5.19,3 (90)In( 2500 )

= 95,25 km/jam (SNI 1725-2016)


Sehingga beban angin pada struktur dengan asumsi tekanan angin bekerja pada arah
lateral gelagar dengan sudut serang 60 derajat adalah:
VDZ
EWs = PD = PB ( VB )2 . cos 60
95,25 2
= 0,0011 ( ) cos 60
90

= 6,16 x 10-4 N/mm2


= 61,6 kg/m2
QEWS = EWs x L efektif
= 61,6 x 1,5
= 92,4 kg/m
Tekanan angin pada kendaraan diasumsikan sebagai tekanan menerus sebesar 1,46
N/mm, tegak lurus dan bekerja 1800 mm di atas permukaan jalan.

Tinggi tekanan angin (h) = 1,8 m


Jarak antara roda kendaraan (x) = 1,75 m
Transfer beban angin ke lantai jembatan:
QEWL = [ ½ * h/x * EWL ]
= [ ½ * 1,8/1,75 * 1,46 ]
= 0,751 N/mm = 75,1 kg/m

QEWtotal = QEWS + QEWL


= 92,4 + 75,1
= 167,5 kg/m

Resume semua beban yang bekerja pada gelagar prategang:


Beban
No Tipe Beban Kode Beban
Q (kg/m) P (kg) M (kgm)
1 Gelagar Prategang q1 738.5343
2 Pelat Lantai Kendaraan q2 858.4
3 Diafragma q3 856.428
4 Berat Sendiri Ms 1768.2243
5 Beban Mati tambahan MA 499.5
6 Beban Lajur "D" TD 1697.82 12691
7 Gaya Rem TB 1457.55
8 Beban Angin Struktur EWs 92.400
9 Beban Angin Kendaraan EWL 75.1

Beban terfaktor untuk kondi Kuat 1: 1,2(q1q3)+1,3(q2)+2MA+1,8TD+1,8TB


Beban
No Tipe Beban Kode Beban
Q (kg/m) P (kg) M (kgm)
1 Gelagar Prategang q1 886.24116
2 Pelat Lantai Kendaraan q2 1115.92
4 Diafragma q3 1027.7136
5 Berat Sendiri Ms 1768.2243
6 Beban Mati tambahan MA 999
7 Beban Lajur "D" TD 3056.076 22843.8
8 Gaya Rem TB 2623.59
9 Beban Angin Struktur EWs 92.400
10 Beban Angin Kendaraan EWL 75.1
Perhitungan momen pada gelagar:
Momen dihitung dengan beberapa kombinasi seperti pada tabel berikut ini.

Perhitungan Momen:

Reaksi Momen (kg)


Akibat Beban Kode Beban Perletakan
Pada interval m dari kanan A
(Ra dan Rb)
0 5 10 15 20
Gelagar Prategang q1 8862.4116 0 33234.044 44312.058 33234.0435 0.00
Pelat Lantai Kendaraan q2 11159.2 0 41847 55796 41847 0
Diafragma q3 1541.5704 0 7707.852 10277.136 7707.852 0
Berat Sendiri MS 17682.243 0 66308.411 88411.215 66308.4113 0
Beban Mati Tambahan MA 9990 0 37462.5 49950 37462.5 0
Beban Lajur "D" TD 41982.66 0 171712.35 267022.8 171712.35 0E+00
Gaya Rem TB 131.1795 0 655.8975 3935.385 655.8975 0
Beban Angin Struktur EWS 924 0 3465 4620 3465 0
Beban Angin Kendaraan EWL 751 0 2816.25 3755 2816.25 0
Kuat 1 (1,2(q1q3)+1,3(q2)+2MA+1,8TD+1,8TB) 0 292619.64 431293.379 292619.643 0.00
Perhitungan Gaya Lintang:
Reaksi Gaya Lintang (kg)
Akibat Beban Kode Beban Perletakan Pada interval m dari kanan A
(Ra dan Rb) 0 5 10 15 20
Gelagar Prategang q1 8862.4116 8862.4116 4431.2058 0 -4431.2058 -8862.4116
Pelat Lantai Kendaraan q2 11159.2 11159.2 5579.6 0 -5579.6 -11159.2
Diafragma q3 1541.5704 1541.5704 513.8568 -513.8568 -513.8568 -1541.5704
Berat Sendiri MS 17682.243 17682.243 8841.1215 0 -8841.1215 -17682.243
Beban Mati Tambahan MA 9990 9990 4995 0 -4995 -9990
Beban Lajur "D" TD 41982.66 41982.66 26702.28 -11421.9 -26702.28 -41982.66
Gaya Rem TB 131.1795 131.1795 131.1795 131.1795 131.1795 131.1795
Beban Angin Struktur EWS 924 924 462 0 -462 -924
Beban Angin Kendaraan EWL 751 751 375.5 0 -375.5 -751
Kuat 1 (1,2(q1q4)+1,3(q2q3)+2MA+1,8TD+1,8TB) 73667.0215 42353.122 -11804.5773 -42090.7631 -73404.663
Gambar Diagram Momen dan Gaya Lintang
 DATA BETON PRATEGANG DAN BAJA PRATEGANG
DATA BETON PRATEGANG
 Tegangan Ijin :
Awal : fci = 0,6 x f’ci = 0,6 x 32 = -19,2 Mpa = -196 kg/cm2
fti = 0,5√𝑓′𝑐𝑖 = 0,5√32 = 2,828 Mpa = 28,84 kg/cm2
Akhir : fc = 0,45 x f’c = 0,45 x 40 = -18 Mpa = -184 kg/cm2
ft = 0,5√𝑓′𝑐 = 0,5√40 = 3,162 Mpa = 32,24 kg/cm2
 Mutu beton pelat lantai  f’c = 30 Mpa
 Modulus elastisitas :

Ebalok = 4700 √f′c = 4700 √40 = 29725,41 N/mm2

Epelat = 4700 √f′c = 4700 √30 = 25742,9602 N/mm2

DATA BAJA PRATEGANG


Digunakan kabel prategang dengan jenis uncoated 7 wire ssuper strands ASTM A-416 grade
270 dengan spesifikasi sebagai berikut:
Data Strands Cable – Standar VSL
Jenis kabel Uncoated 7 super wire stands ASTM A-416 grade 270
Tegangan leleh strands fpy 1675 Mpa
Kuat tarik strands fpu 1860 Mpa
Diameter nominal strands 12,7 mm (D=1/2”)
Luas tampang satu nominal strands Ast 98,7 mm2
Beban putus minimal satu stands Pbs 187,32 kN
Jumlah kawat untaian (strands cable) 7 Kawat Untaian
Diameter selubung ideal 100 mm
Luas tampang strands 1184,4 mm2
Beban putus satu tendon Pb1 3490 kN
Modulus elastis strands Es 195000 Mpa
Tipe dongkrak VSL 19
 PERHITUNGAN GAYA PRATEGANG, EKSENTRISITAS, DAN JUMLAH TENDON
 KONDISI AWAL (SAAT TRANSFER)
MB = 44312,06 kgm = 4431206 kgcm
(Momen maksimum akibat berat sendiri Gelagar Prategang)
Ct = 76,6 cm
Cb = 48,4 cm

Ditetapkan jarak titik berat tendon terhadap serat paling bawah balok prategang sebelum
komposit :
Zo = 10 cm
Eksentrisitas tendon (es) = Cb – Zo
= 48,4 cm – 10 cm = 38,4 cm

Perhitungan gaya prategang awal


Tegangan serat atas (ft) = 0
𝑃 (𝑃𝑖 .𝑒)−𝑀𝑏
0 = − 𝐴𝑖 + . 𝐶𝑎
𝐼𝑥

𝑖 𝑃 (𝑃𝑖 .38,4)−4431206
0 = − 3167,5 + . 76,6
5535540,9

0 = -0,0003157 Pi + 0,0005314 Pi – 61,32


Pi = 284283.73 kg

Tegangan serat bawah (fb) = 0,6 f’ci = -19,2 Mpa = -196 kg/cm2 (C)
𝑃 (𝑃𝑖 .𝑒)−𝑀𝑏
- 196 = − 𝐴𝑖 − . 𝐶𝑏
𝐼𝑥

𝑖𝑃 (𝑃𝑖 .38,4)−4431206
- 196 = − 3167,5 − . 48,4
5535540,9

- 196 = −0,0003157 𝑃𝑖 − 0,0003357 𝑃𝑖 + 38,74


- 234,74 = − 0,0006514 𝑃𝑖
Pi = 360362 kg
Sehingga, gaya prategang awal (Pi) batas = 284284 kg
Gaya prategang awal batas  Pi = 284284 kg = 2842,84 kN
Beban putus minimal satu strand  Pbs = 183,7 kN
Beban putus satu tendon ( 1 tendon = 7 strand)  Pb1 = 7 x Pbs = 1286 kN
Tegangan ijin Tekan  fc = 184 kg/cm2
Menentukan Jumlah Strand/Untaian Kawat maksimum ns :
Pi
ns = 𝑓
𝑝𝑖 𝑥𝐴𝑠𝑡

284284
= = 22,14 ≈ 23 strands
1300 x 98,77

Karena berdasarkan tabel data baja prategang menggunakan standard VSL, maka
ditentukan jumlah untaian sebanyak 7 untaian dalam 1 tendon, sehingga untuk 3 tendon
digunakan = (3 x 7) = 21 untaian.
Luas total strand (Aps):
Aps = 𝑛𝑠 𝑥 𝐴𝑠𝑡 = 21 x 98,7 = 2072,7 mm2
Gaya prategang awal (Pi) :
Pi = Aps x fpi
= 2072,7 x 1300
= 2694,51 kN
= 269451 kg
Batas Tendon
Mb = 4431206 kgcm
Mt = 8841122 kgcm

ka = 36,1 cm
kb = 22,8 cm
𝑀𝑏 4431206
𝑎𝑚𝑖𝑛 = = = 16,45 𝑐𝑚
𝑃𝑖 269451
𝑀𝑡 8841122
𝑎𝑚𝑎𝑘𝑠 = = = 41,01 𝑐𝑚
𝑃𝑒 215560,8
e = titik berat selubung tendon
= amaks - (ka+kb+amin - amaks)/2-ka = 42,02 cm
Maka digunakan e = 42,02 cm
Kontrol tegangan awal yang terjadi:
Tegangan serat atas (ft)
𝑃 (𝑃𝑖 .𝑒)−𝑀𝑏
ft = − 𝐴𝑖 + . 𝐶𝑡
𝐼𝑥
269451 (269451.42,02)−4431206
ft =− + . 76,6
3167,5 5535540,9

ft = -85,067 + 156,677 – 61,318


ft = 10,292 kg/cm2 (Tarik) < fti = 28,84 kg/cm2 (Tarik) .........OK!
Tegangan serat bawah (fb)
𝑃 (𝑃𝑖 .𝑒)−𝑀𝑏
fb = − 𝐴𝑖 − . 𝐶𝑏
𝐼𝑥
269451 (269451.42,02)−4431206
fb = − − . 48,4
3167,5 5535540,9

fb = -85,067 – 98,997 + 38,744


fb = -145,32 kg/cm2 (Tekan) < fci = -196 kg/cm2 (Tekan) ..........OK!

 KONDISI AKHIR :
Diperkirakan kehilangan prategang total (loss of prestress) : 20%
Gaya prategang akhir setelah kehilangan prategang (loss of prestress) :
Pe = 0,8 x Pi
= 0,8 x 269451
= 215560,8 kg
Kontrol tegangan akhir yang terjadi:
Tegangan serat atas (ft)
𝑃 (𝑃𝑒 .𝑒)−𝑀𝑡
ft = − 𝐴𝑒 + . 𝐶𝑎
𝐼𝑥
215560,8 (215560,8.42,02)−88411,21
ft =− + . 76,6
3167,5 5535540,9

ft = -68,054 + 125,341 – 61,318


ft = -4,031 kg/cm2 (Tekan) < ft = 32,24 kg/cm2 (Tarik) .........OK!
Tegangan serat bawah (fb)
𝑃 (𝑃𝑒 .𝑒)−𝑀𝑡
fb = − 𝐴𝑒 − . 𝐶𝑏
𝐼𝑥
215560,8 (215560,8.42,02)−8411,21
fb = − − . 48,4
3167,5 5535540,9

fb = -68,054 + 79,197 – 77,302


fb = -66,156 kg/cm2 (Tekan) < fc = -184 kg/cm2 (Tekan) ..........OK!

Sehingga, dari perhitungan di atas digunakan:


Gaya Prategang Awal  Pi = 269451 kg = 2694,51 kN
Gaya Prategang Akhir  Pe = 215560,8 kg = 2155,608 kN
Eksentrisitas  es = 38,4 cm
Jumlah Tendon  nt = 3 tendon
Jumlah Untaian  ns = 21 untaian (masing-masing tendon menggunakan 7 untaian)

 PENULANGAN GELAGAR INDUK PRATEGANG


Untuk penulangan gelagar induk, tulangan arah memanjang menggunakan besi diameter
D13 mm dengan As= 2,009 cm2.
,Tabel Penulangan Gelagar Prategang
Luas Tulangan As Jumlah tulangan n
Luas Penampang Tul. yang
Posisi (cm2) (buah)
A (cm2) digunakan
0,004*A A/As
Atas 4.575 0.0183 2.2 6 – D16
Badan 14.875 0.0595 7.4 14 – D16
Bawah 12.225 0.0489 6.1 10 – D16
 POSISI TENDON
 Posisi di tengah bentang
Jarak dari alas balok ke as baris tendon ke-1  a
a = Cb – (kb+amin)
= 0,484 –(0,228+0,1645) = 0,09 m
Jumlah tendon yang digunakan nt = 3 tendon
Jumlah untaian yang digunakan ns = 21 untaian, masing-masing tendon memiliki 7 untaian
Jumlah tendon yang dipasang pada baris ke-1 sejarak 9 cm dari alas balok prategang = 2 tendon,
sehingga jumlah untaian yang digunakan n1 = 2 x 7 = 14 untaian
Jumlah tendon sisa = 1 tendon, sehingga
Jumlah untaian yang digunakan pada tendon baris ke- 2  n2 = 7 untaian
yd = jarak vertikal antara as ke as tendon.
Yd = Selubung tendon tengah bentang
= (ka+kb+amin - amaks)
= (36,1 + 22,8 + 16,45 – 41,01)
= 34 cm = 0,34 m

KETERANGAN
Ca = Ya = 76,6 cm
Cb = Yb = 48,4 cm

 Posisi di tumpuan

Jumlah tendon baris ke-1 : n1 = 1 tendon 7 strands = 7 strands


Jumlah tendon baris ke-2 : n2 = 1 tendon 7 strands = 7 strands
Jumlah tendon baris ke-3 : n3 = 1 tendon 7 strands = 7 strands
Jumlah strans ns = 21 strands

a’ = Cb- kb
= 48,4 – 22,8
= 25,6 cm = 0,256 m
Yd’ = (ka+kb)/(nt-1)
= (36,1 + 22,8)/(3-1)
= 29 cm = 0,29 m
Eksentrisitas Masing – Masing Tendon :
Posisi tendon di Posisi tendon di
No. Zi’ No. Zi fi = Zi’-Zi
tumpuan tengah bentang
Tendon Tendon
(X = 0 m) (m) (X = 10 m) (m) (m)
1 Z2’ = a’ + 2 Yd’ 0.85 1 Z2 = a 0.09 0.75

2 Z3’ = a’ + 1 Yd’ 0.55 2 Z3 = a 0.09 0.46

3 Z4’ = a’ 0.26 3 Z4 = a 0.09 0.16

Posisi tendon di tengah bentang dan posisi tendon di tumpuan

Anda mungkin juga menyukai