VERTIKAL
2.1 ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen vertikan adalah perpotongan bidang vertikal pada bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 laju 2 arah
atau melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan
median yang seringkali disebut sebagai penampang memanjang jalan
(Sukirman, 1994). Alinyemen vertikal merupakan potongan memanjang
sumbu jalan, yang berupa (minimal) 2 garis vertikal dimana kurva parabola
disisipkan diantara garis tersebut. Lengkung vertikal menghubungkan dua
garis kelandaian (gradien) yang saling berpotongan.
Alinyemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian
lengkung vertikal. Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung
atau lengkung cembung. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai
vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan),
atau landai nol (datar).
Pertimbangan perencanaan alinyemen vertikal meliputi :
Kondisi medan.
Persyaratan yang berhubungan dengan fungsi jalan.
Kondisi tanah dasar.
Muka air banjir.
Muka air tanah
Kelandaian yang masih memungkinkan.
Besarnya biaya pembangunan yang tersedia.
Kelandaian Jalan (Gradien)
Kelandaian jalan adalah naik atau turunnya jalan yang dinyatakan
dalam ± %. Kelandaian +... % berarti jalan itu naik. Kelandaian
- ... % berarti jalan itu turun. Antara kelandaian-kelandaian
tersebut dihubungkan dengan suatu lengkungan vertikal yang
berbentuk lengkungan parabola sederhana simetris.
Kelandaian ideal pada alinyemen vertikal menurut kepentingan
berlalu lintas adalah 0% (datar).
(Xi)2 A
Yi = Ev ; Yi = Xi2 ()
0,5 LV 200 LV
Jika Xi = 1/2 Lv, maka Yi = Ev
Keterangan :
Yi = pergeseran vertikal titik i
Xi = pergeseran horizontal titik i
Titik i = titik lengkungan
Elevasi PVI −Elevasi PLV
g1 = 100 % ()
0,5 LV
Elevasi PTV −Elevasi PVI
g2 = 100 % ()
0,5 LV
Keterangan :
g1 = turunan dengan harga (-)%
g2 = tanjakan dengan harga (+)%
2. Cara menghitung elevasi pada titik utama lengkung vertikal (PLV,
PVI, PTV)
1. HPVI = HPLV + ∆h PLV_PVI ()
1
∆h PLV_PVI = /2 Lv.G1
2. HPTV = HPVI + ∆h PVI_PTV ()
∆h PVI_PTV = 1/2 Lv.G2
Keterangan :
PLV = awal lengkungan parabola
PVI = perpotongan kelandaian g1 dan g2
PTV = akhir lengkungan parabola
3 Panjang Lengkung Vertikal
Hitung Jh terlebih dahulu
VD 2
( )
Jh = VD 3,6 ()
T+
3,6 2. g . fp
Keterangan :
VR = kecepatan rencana
Fp = koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan
perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,28 – 0,45 (menurut
AASHTO), fp akan mengecil jika kecepatan (VR) semakin
tinggi dan sebaliknya (menurut Bina Marga, fp = 0,35 –
0,55)
T = waktu (2,5 detik)
Hitung Jd
Jd = d1 + d2 + d3 + d4 ()
Keterangan :
a .T 1
d1 = 0,278.T1.(VR – m + ) ()
2
d2 = 0,278 x VR x T2 ()
Nilai d3 dapat menggunakan ketentuan jarak kendaraan menyiap di
akhir gerakan dengan kendaraan di arah lawan, diambil 100-300 ft
(1m = 3,28 ft) atau dengan table berikut ini:
2
d4 = d2 ()
3
Lv . g 12
HX = HA – 1/2 . ( ¿ ()
(g 2−g 1)
8 Kelandaian dan Panjang Kritis
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan
bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.