Anda di halaman 1dari 15

TORSI

DISUSUN OLEH:
INDAH KURNIAWATI 1704101010007
DORA NAFIRA 1704101010019
ASRAF HAZID 1704101010072
NUR HANIF BAKHTIAR 1704101010079
KHALISHA ZAHRA 1704101010085
HAYATUN NAFISAH 1704101010099
TORSI

■ Torsi mengandung arti puntir yang terjadi pada batang


lurus apabila batang tersebut dibebani momen (atau
torsi) yang cenderung menghasilkan rotasi terhadap
sumbu longitudinal batang.
■ Sebagai contoh, apabila obeng diputar, maka tangan
memberikan torsi T ke obeng.
■ Contoh lain batang-batang yang mengalami torsi
adalah batang penggerak, batang as, batang baling-
baling, batang pengendali, dan batang bor.
Sebuah batang lurus yang dipikul disatu ujungnya dan dibebani oleh dua
pasang gaya sama besar dan berlawanan arah yang bekerja pada bidang tegak lurus
sumbu batang. Batang tersebut dikatakan dalam kondisi terkena torsi.
■ 𝑇 = 𝑃. 𝑑
P adalah gaya (N) , dan d adalah diameter lengan
putar (m). Jadi:
 𝑇1 = 𝑃1 . 𝑑1
 𝑇2 = 𝑃2 . 𝑑2
Momen Inersia Polar

■ Momen inersia polar untuk penampang lingkaran:

𝐼𝑝 = න 𝜌2 𝑑𝐴
𝐴
■ Untuk lingkaran dengan jari-jari r dan diameter d,
momen inersia polar adalah:
𝜋𝑟 4 𝜋𝑑4
𝐼𝑝 = =
2 32
Tegangan Geser

Tegangan geser yang terjadi pada penampang


yang mengalami torsi diperlihatkan pada gambar
disamping. Torsi T cenderung untuk memutarkan
ujung kanan batang berlawanan jarum jam
apabila dilihat dari kanan, sehingga tegangan
geser 𝜏 bekerja dalam arah seperti yang terlihat
pada gambar tersebut.
Tegangan geser yang bekerja dibidang penampang disertai dengan tegangan
geser yang besarnya sama dengan yang bekerja pada bidang longitudinal. Jika bahan
batang lemah terhadap geser pada bidang longitudinal dibandingkan dengan pada
bidang penampang seperti yang terjadi pada kayu dengan serat yang berarah sumbu
batang, maka retak pertama akibat torsi akan muncul pada permukaan dalam bidang
longitudinal.
■ Torsi tegangan geser pada jarak 𝜌 dari titik pusat poros, dinyatakan dengan :
𝑇𝜌
𝜏=
𝐼𝑝
■ Dan untuk torsi tegangan maksimum adalah :
16𝑇
𝜏𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝜋𝑑 3
Regangan Geser

Selama terjadi puntir pada batang, penampang kanan berotasi terhadap


penampang kiri dengan sudut puntir kecil 𝑑∅, sehingga masing-masing titik bergerak.
Panjang sisi elemen tidak berubah selama rotasi, namun sudut-sudut di pojok tidak lagi
90°, jadi elemen ini ada dalam keadaan geser murni, dan besar regangan geser 𝛾𝑚𝑎𝑘𝑠
sama dengan berkurangnya sudut yang dinyatakan dalam radian.
Suatu garis membujur a‐b digambarkan pada permukaan poros tanpa beban.
Setelah suatu momen puntir T dikenakan pada poros, garis a-b bergerak menjadi a-b’.
Sudut 𝛾, yang diukur dalam radian, diantara posisi garis akhir dengan garis awal
didefinisikan sebagai regangan geser pada permukaan poros, yang berlaku sama untuk
setiap titik pada batang poros.
■ Modulus Elastisitas Geser :
Rasio tegangan geser terhadap regangan geser disebut modulus elastisitas
geser, dinyatakan dengan persamaan:
𝜏
𝐺=
𝛾
Sudut Puntir

Jika suatu poros dengan panjang L dikenai momen puntir T secara konstan
dikeseluruhan panjang poros, maka sudut puntir yang terbentuk pada ujung poros
dapat dinyatakan dengan :
𝑇𝐿
∅=
𝐺𝐼𝑝
■ Kekakuan torsional batang, yaitu torsi yang diperlukan untuk menghasilkan satu
sudut rotasi, dinyatakan dengan persamaan :
𝐺𝐼𝑝
𝐾𝑇 =
𝐿

■ Fleksibilitas torsional adalah kebalikan dari kekakuan, dan didefinisikan sebagai


sudut rotasi yang dihasilkan oleh torsi satuan, diperlihatkan dengan persamaan
berikut :
𝐿
𝑓𝑇 =
𝐺𝐼𝑝
Tabung Lingkaran

■ Tegangan geser pada batang lingkaran solid akibat momen torsi


akan mencapai maksimum di tepi luar penampang dan berharga
nol di pusat. Dengan demikian sebagian besar bahan pada batang
solid mengalami tegangan yang jauh lebih kecil daripada tegangan
geser maksimum (𝜏𝑚𝑎𝑘𝑠 terjadi pada permukaan terluar batang)
■ Oleh karena hal tersebut maka dalam mendisain penampang yang
memikul beban momen torsi, akan lebih efisien apabila digunakan
tabung lingkaran.
Torsi Tak Seragam
■ Pada kasus torsi murni, beban momen torsi yang konstan bekerja pada suatu
batang yang prismatis
■ Tetapi, pada beberapa kasus beban momen torsi yang berbeda-beda dapat terjadi
di manapun di sepanjang batang, terkadang pula batang bukan merupakan batang
yang prismatis. Kasus demikian dinamakan sebagai torsi tak seragam (non uniform
torsion)
■ Ada 3 macam kasus yang dapat terjadi :
1. Batang yang mengandung segmen-segmen prismatis dengan torsi konstan di
tiap segmen
2. Batang dengan penampang yang berubah secara kontinu dan mengalami torsi
konstan
3. Batang dengan penampang yang bervariasi secara kontinu dan mengalami torsi
yang bervariasi secara kontinu pula
Kasus 1
■ Untuk keperluan analisis, maka dapat dibuat diagram badan bebas di tiap segmen,
kemudian ditentukan besarnya torsi internal yang bekerja
■ Torsi internal bertanda positif jika vektornya berarah meninggalkan potongan dan
negatif jika vektornya berarah menuju potongan

TCD = − T1 − T2 + T3 TBC = − T1 − T2

𝑛 𝑛
𝑇𝑖 𝐿𝑖
TAB = − T1 ∅ = ෍ ∅𝑖 = ෍
𝐺𝑖 𝐼𝑝𝑖
𝑖=1 𝑖=1
Kasus 2
■ Apabila torsi adalah konstan, maka tegangan geser maksimum di batang solid akan
selalu terjadi di penampang yang mempunyai diameter terkecil
■ Sudut puntir, dicari dengan meninjau elemen yang panjangnya dx pada jarak x dari
salah satu ujung batang. Sudut rotasi diferensial d∅ untuk elemen ini adalah :
𝑇𝑑𝑥
𝑑∅ =
𝐺𝐼𝑝 (𝑥)
■ Maka sudut puntir total adalah :
𝐿 𝐿
𝑇𝑑𝑥
∅ = න 𝑑∅ = න
0 0 𝐺𝐼𝑝 (𝑥)
Kasus 3
■ Sudut puntir untuk batang dapat diperoleh dengan cara yang sama seperti halnya
kasus 2, perbedaannya adalah bahwa torsi dan momen inersia polar juga bervariasi
di sepanjang sumbu, sehingga persamaan untuk sudut puntir menjadi :
𝐿 𝐿
𝑇 𝑥 𝑑𝑥
∅ = න 𝑑∅ = න
0 0 𝐺𝐼𝑝 (𝑥)
■ Integral ini dapat dihitung secara analitis untuk beberapa kasus, namun biasanya
harus dihitung secara numerik

Anda mungkin juga menyukai