OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas karunian-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
TABANAN". Proposal ini dibuat sebagai syarat kelulusan dari Jurusan Teknik
Sipil Universitas Warmadewa. Selain itu laporan ini juga dibuat untuk
menginformasikan dan menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh penulis dari
bangku kuliah jurusan Teknik Sipil khususnya pada bidang konstruksi bangunan
gedung.
1. Bapak Ir. Cok Agung Yujana, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,
2. Ibu Anak Agung Sagung Dewi Rahadiani, S.T., M.T., selaku Sekretaris
3. Bapak Gede Pringgana, S.T., M.T., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang
i
4. Bapak Ir. I Ketut Yasa Bagiarta, M.T., selaku dosen penguji yang dengan
5. Bapak Putu Aryastana, S.T., M.Eng., M.Si., selaku dosen penguji yang
Penulis menyadari proposal ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Jika
proposal ini, penulis memohon maaf dan kiranya dapat dimaklumi. Penulis
proposal ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya serta bisa
ii
DAFTAR ISI
iii
2.2 Metode Perencanaan ........................................................................ 19
iv
3.1.1 Asumsi dalam Perencanaan Konstruksi .............................. 148
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.7 Diagram tegangan-regangan balok tulangan rangkap di daerah
momen negatif....................................................................................................... 48
Gambar 2.9 Pemasangan tulangan geser dan pengekang pada kolom .............. 58
Gambar 2.16 Tebing dan bukit memanjang 2-D atau bukit simetris 3-D ......... 110
Gambar 2.20 Kotak dialog Material Property Data untuk material beton ....... 127
Gambar 2.21 Kotak dialog Material Property Data untuk tulangan longitudinal ..
..................................................................................................... 128
Gambar 2.22 Kotak dialog Material Property Data untuk tulangan transversal ....
..................................................................................................... 129
Gambar 2.24 Kotak dialog Reinforcement Data untuk balok ........................... 130
Gambar 2.25 Kotak dialog Property Modifier untuk balok .............................. 131
Gambar 2.26 Kotak dialog Rctangular Section untuk kolom ........................... 131
Gambar 2.27 Kotak dialog Reinforcement Data untuk kolom .......................... 132
Gambar 2.28 Kotak dialog Property Modifier untuk kolom ............................. 132
Gambar 2.29 Kotak dialog Shell Section untuk pelat ........................................ 133
vii
Gambar 2.30 Kotak dialog Stiffness Modifier untuk pelat ................................ 133
Gambar 2.36 Kotak dialog Assign Automatic Area Mesh ................................. 137
Gambar 2.37 Kotak dialog Assign Frame Distributed Loads ........................... 137
Gambar 2.38 Kotak dialog Object Model - Line Information ........................... 138
Gambar 2.39 Kotak dialog Assign Area Uniform Loads ................................... 139
Gambar 2.40 Kotak dialog Object Model - Area Information .......................... 139
Gambar 2.42 Kotak dialog Object Model - Point Information ......................... 141
Gambar 2.45 Kotak dialog Set Load Cases to Run ........................................... 142
Gambar 2.49 Frame Force COMB2 Component Axial Force (P) .................... 144
Gambar 2.50 Kotak dialog Diagrams for Frame Object 5 ............................... 145
Gambar 2.52 Resultant Forces COMB2 Component Moment (M) ................... 146
viii
Gambar 3.1 Diagram alir perencanaan struktur .............................................. 153
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.7 Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup
terpusat minimum.................................................................................................. 83
Tabel 2.8 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
............................................................................................................ 85
Tabel 2.15 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa ................... 98
Tabel 2.17 Kategori risiko bangunan dan struktur lainnya untuk beban banjir,
angin, salju, gempa* dan es ................................................................................. 104
x
Tabel 2.20 Parameter untuk peningkatan kecepatan di atas bukit dan tebing .... 114
Tabel 2.25 Simpangan antar lantai tingkat ijin (Δa) ........................................... 124
xi
DAFTAR NOTASI
Ach = luas penampang komponen struktur dari sisi luar ke sisi luar
As = luas tulangan
pengikat) dalam rentang spesi s dan tegak lurus terhadap dimensi hc,
mm2
B = lebar/diameter pondasi
b = lebar penampang
xii
Cvx = faktor distribusi vertikal
c = kohesi
c = lebar kolom
cm = centimeter
D = beban mati
Df = kedalaman pondasi
E = beban gempa
Ec = modulus elastisitas
perioda pendek
1 detik
ft = feet
xiii
G = faktor efek tiupan angin
g = gram
H = tinggi bukit atau tebing relatif terhadap elevasi kawasan di sisi angin
tulangan pengekang, mm
h = tinggi penampang
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, dinyatakan dalam meter
I = inersia
setempat
xiv
Kd = faktor arah angin
kg = kilogram
km = kilometer
kN = kiloNewton
L = beban hidup
Lh = jarak horizontal pada sisi angin datang (upwind), dari puncak bukit
atau tebing sampai setengah tinggi bukit atau tebing, dalam feet
(meter)
xv
M = momen terhadap sumbu koordinat
Mr = kekuatan nominal
Mu = momen ultimate
m = meter
m2 = meter persegi
mm = milimeter
N = jumlah tingkat
xvi
p = tekanan angin
qz = tekanan velositas
R = beban hujan
SF = faktor keamanan
TB = tidak dibatasi
xvii
TI = tidak diijinkan
U = kekuatan perlu
V = beban vertikal
W = beban angin
wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur, W yang ditempatkan atau
x = jarak (di sisi angin datang atau sisi angin pergi) dari puncak ke
xviii
z = ketinggian di atas elevasi tanah setempat, dalam feet (meter)
xix
Ω0 = faktor kuat lebih sistem
balok-kolom tersebut
balok-kolom tersebut
xx
BAB I
PENDAHULUAN
pada kawasan obyek wisata Pura Tanah Lot di Kabupaten Tabanan dapat
pengembangan pariwisata pada obyek wisata tersebut, maka pada kawasan obyek
wisata Pura Tanah Lot ini akan dibangun beberapa fasilitas penunjang dengan
Pondok wisata atau sering juga disebut homestay adalah suatu usaha dalam
bidang akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya
Dalam tugas akhir ini penulis akan merencanakan bangunan pondok wisata
berlantai lima yang terdiri dari struktur bawah dan struktur atas dengan
Beton bertulang adalah paduan antara beton dengan baja tulangan yang
menjadi satu kesatuan secara komposit, dimana sifat utama dari beton adalah
sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi lemah terhadap beban tarik dan
sebaliknya sifat utama dari baja tulangan adalah sangat kuat terhadap beban tarik
beton lebih mudah dicetak sesuai bentuk yang diinginkan, pembuatan dan
pengerjaan konstruksi beton bertulang lebih mudah dan untuk pembuatan dan
Kemajuan ilmu dalam bidang konstruksi, baik dari segi bentuk maupun
desain bangunan semakin bervariasi dan beragam, dan bagi seorang perencana
bangunan dibidang teknik sipil, hal tersebut merupakan sebuah tantangan baru.
Perencana harus dapat mencari solusi dalam setiap permasalahan yang terkait
dengan pelaksanaan sebuah proyek konstruksi yang bisa diwujudkan. Dalam tugas
akhir ini penulis akan merencanakan struktur bangunan pondok wisata dari bahan
beton bertulang di kawasan obyek wisata Pura Tanah Lot di Kabupaten Tabanan.
berikut:
terasering untuk pondok wisata dari bahan beton bertulang sesuai dengan
SNI 2847:2013?
2
1.3 Tujuan Perencanaan
berikut:
untuk pondok wisata dari bahan beton bertulang sesuai dengan SNI
2847:2013.
berikut:
2. Penulis dapat menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh dari bangku
gedung.
berikut:
3
1. Perencanaan struktur yang ditinjau dikhususkan pada perencanaan kolom,
dan PPIUG-1983.
Kediri, Tabanan, Bali, dengan waktu perencanaan struktur selama tiga bulan.
4
Gambar 1.1 Lokasi perencanaan pembangunan
Data gambar pondok wisata ini didesain langsung oleh penulis, karena
penulis berencana membuat sebuah desain yang baru. Desain gambar bertujuan
untuk mengetahui model dari desain struktur yang akan direncanakan. Dalam
tugas akhir ini penulis merencanakan desain gambar dengan pemodelan bangunan
mengamati prilaku dari stabilitas struktur terhadap gaya-gaya yang bekerja pada
struktur tersebut.
5
Gambar arsitektur yang direncanakan dalam perencanaan ini sebagai
berikut:
6
7
8
Gambar 1.7 Tampak depan
9
Gambar 1.9 Tampak samping kiri
10
Gambar struktur awal yang direncanakan dalam perencanaan ini sebagai
berikut:
11
12
13
14
1.6.3 Data Sturktur
sebagai berikut:
Bali
Lantai 3 : Restoran
Lantai 4 : Restoran
Lantai 1 : 304,00 m²
15
Lantai 2 : 224,00 m²
Lantai 3 : 144,00 m²
Lantai 4 : 76,76 m²
Bahan struktur dan mutu bahan yang dipakai dalam perencanaan ini adalah
sebagai berikut:
Bahan Struktur
Mutu Beton
16
Tegangan leleh minimum
Data tanah yang digunakan untuk perencanaan ini diambil dari hasil
penyelidikan tanah yang dilakukan oleh CV. PREMA DESAIN yang dapat dilihat
2847:2013
17
BAB II
LANDASAN TEORI
yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul
Sifat utama dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi juga
bersifat getas/mudah patah atau rusak terhadap beban tarik. Sifat utama dari baja
tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun tekan. Dari sifat utama
tersebut, maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan) dipadukan menjadi
satu-kesatuan secara komposit, akan diperoleh bahan baru yang disebut beton
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan atau
18
tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI 03-2847-2002 ps.
3.13).
kurang dari jumlah baja prategang atau tulangan non-prategang minimum yang
2847:2013.
Metode kekuatan dan kemampuan layan adalah gabungan dari metode tegangan
kerja (teori elastik) dengan metode kekuatan batas (ultimate strength design).
19
1. Faktor Beban
yang mencukupi jika muncul peningkatan beban layan dari nilai beban
beban bervariasi sesuai dengan jenis beban yang bekerja, semakin tinggi
tingkat kepastian hitungan nilai beban yang bekerja maka akan semakin
menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam terkait dalam
U = 1,4D (2.1)
20
U = 0,9D + 1,0E (2.7)
Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
R = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
dan asumsi metode desain kekuatan SNI ini sebelum penerapan faktor
reduksi kekuatan.
21
Kekuatan desain (design strength) adalah kekuatan nominal yang
dan torsi harus diambil sebesar kekuatan nominal dihitung sesuai dengan
persyaratan dan asumsi dari standar ini yang dikalikan dengan faktor
Faktor reduksi
Gaya dalam yang membebani komponen struktur
kekuatan, ɸ
22
berdasarkan kombinasi beban kerja, nilai faktor beban dan nilai faktor
reduksi kekuatan.
kemampuan layan struktur pada beban kerja. Munculnya defleksi yang berlebihan
struktur diatur dalam SNI 2847:2013 ps. 9. Perhitungan dimensi penampang ini
akan dibahas lebih lanjut pada bagian perencanaan komponen lentur untuk pelat
dan balok.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan disamping kekuatan dan kemampuan
struktur mulai saat pertama menerima beban kerja sampai terjadinya keruntuhan.
struktur getas atau mendadak, dengan kata lain harus diupayakan kemampuan
struktur untuk berdeformasi sebagai tanda awal kegagalan struktur sehingga dapat
transversal dan penyaluran tulangan pada elemen dengan beban aksial tekan.
23
2.2.3 Pola Keruntuhan Elemen Struktur
menggabungkan komponen beton untuk menahan haya tekan dan baja tulangan
untuk menahan gaya tarik yang bekerja. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar
tepi lentur dalam analisis penampang dapat diketahui bahwa untuk letak garis
letak garis netral tergantung pada jumlah baja tulangan tarik yang dipasang pada
gaya tekan pada beton seimbang dengan gaya tarik pada baja tulangan.
balok tekan pada beton bertambah pula, sehingga posisi garis netral bergeser ke
bawah. Apabila jumlah baja tulangan tarik sedemikian hingga letak garis netral
pada posisi dimana akan terjadi regangan leleh pada baja tulangan dan regangan
tulangan tarik lebih dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan,
maka balok dengan kondisi semacam ini disebut bertulangan lebih (over-
24
reinforced). Berlebihnya baja tulangan tarik mengakibatkan garis netral bergeser
ke bawah, sehingga pada saat dicapai beban kritis akan berakibat beton terlebih
keruntuhan tekan.
baja tulangan tarik kurang dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan
reinforced). Letak garis netral akan berada diatas garis netral dalam kondisi
seimbang. Dalam kondisi ini baja tulangan tarik akan terlebih dahulu mencapai
regangan leleh baja terlampaui, hal ini berakibat terjadinya keruntuhan yang
didahulukan dengan mulurnya batang baja tulangan tarik yang mulai memasuki
fase leleh. Hal ini berarti baik regangan beton maupun baja terus bertambah tetapi
gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan tidak bertambah besar. Proses tersebut
diatas akan terus berlangsung sampai suatu saat daerah tekan pada beton tidak
mampu lagi menahan beban tekan dan hancur sebagai efek sekunder.Segera
setelah baja mencapai titik leleh, lendutan balok meningkat tajam sebagai awal
25
Gambar 2.1 Variasi letak garis netral
Sistem rangka pemikul momen adalah sistem struktur yang pada dasarnya
memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap, sedangkan beban
lateral yang diakibatkan oleh gempa dipikul oleh rangka pemikul momen melalui
mekanisme lentur. Sistem rangka pemikul momen dapat dibagi sebagai berikut:
sebasar 1,0 yang harus direncanakan agar tetap berprilaku elastik pada saat
Struktur gedung dengan nilai skala faktor daktilitas antara gedung yang
elastik penuh sebesar 1,0 dengan gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
26
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau daktail penuh.
Menurut SNI 1726:2012 ps. 7.3.2 untuk struktur bangunan gedung harus
tersebut harus didasarkan pada kofigurasi horizontal dan vertikal dari struktur
bangunan gedung.
mempunyai satu atau lebih tipe ketidakberaturan seperti Tabel 2.2 harus dianggap
Pasal Penerapan
1726:2012 seismik
27
ada jika simpangan antar lantai tingkat 7.7.3 B, C, D, E, dan F
kaku.
28
kaku.
ke tingkat selanjutnya.
29
melintang terhadap elemen vertikal. 1726:2012
12.2.2 B, C, D, E, dan F
mempunyai satu atau lebih tipe ketidakberaturan seperti Tabel 2.3 harus dianggap
Pasal Penerapan
1726:2012 seismik
30
lunak didefinisikan ada jika terdapat pada SNI
atasnya.
31
gempa di semua tingkat lebih dari 130 1726:2012
dekatnya.
bawahnya.
yang ditinjau.
32
lateral tingkat di atasnya. Kuat tingkat pada SNI
tanah, yaitu pelat, balok dan kolom dan struktur bawah adalah elemen bangunan
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada
bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini
Pelat pada perencanaan ini ditumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu
dengan perletakan pelat terjepit penuh untuk mencegah pelat berotasi dan relatif
33
sangat kaku terhadap momen putir. Metode analisis pelat juga bergantung pada
dimensi bidangnya.
Apabila ly/lx > 2 harus dianalisis sebagai struktur pelat satu arah
Dimana:
Perencanaan tebal pelat sesuai SNI 2487:2013 ps. 9.5.3.3, untuk pelat
dengan balok yang membentang di antara tumpuan pada semua sisinya, tebal
34
a) Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus menggunakan ps.
b) Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0 h tidak boleh kurang
dari:
fy
Ln 0,8
1400
h (2.7)
36 5 m 0,2
c) Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0 h tidak boleh kurang
dari:
fy
Ln 0,8
1400
h (2.8)
36 5
d) Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan
αf tidak kurang dari 0,8 atau sebagai alternatif ketebalan minimum yang
ditentukan Pers. (2.7) atau (2.8) harus dinaikan paling tidak 10 persen pada
Dimana:
35
fy = tegangan leleh baja
I balok
a1 (2.9)
I pelat
am
1
a1 a2 a3 ..... an (2.10)
n
2. Perencanaan penulangan
macam, yaitu: sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (pelat
satu arah/one way slab) dan sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua
arah (pelat dua arah/two way slab). Pada perencanaan ini, pelat direncanakan
menggunakan tulangan pokok dua arah dan dihitung berdasarkan momen ultimate
Mu
Mn (2.11)
36
Dimana:
Mu = momen ultimate
Mu
Mn (2.12)
b.d 2
Dimana:
b = lebar penampang
tulangan tarik.
1,4
min (2.13)
fy
f 'c
min (2.14)
4 fy
37
fy
m (2.17)
0,85. f 'c
1 2.m.Rn
maks 1 1 (2.18)
m fy
As .b.d (2.19)
Dimana :
As = luas tulangan
38
saling bertemu/berpotongan pada titik buhul (joint), seperti terlihat pada Gambar
2.3. Biasanya pada perencanaan portal dengan bahan beton bertulang, ujung
kolom bagian bawah dari portal tersebut bertumpu/tertanam kuat pada fondasi dan
dapat direncanakan sebagai perletakan jepit ataupun sendi (Ali Asroni: 2010: 39).
3
4
Keterangan:
1 = elemen balok
2 = elemen kolom
4 = perletakan sendi
5 = perletakan jepit
39
A. Perencanaan Balok
Balok dapat didefinisikan sebagai salah satu dari elemen struktur portal
dengan bentang yang arahnya horizontal. Beban yang bekerja pada balok biasanya
berupa beban lentur, beban geser maupun torsi (momen puntir), sehingga perlu
baja tulangan untuk menahan beban-beban tersebut. Tulangan ini berupa tulangan
memanjang atau tulangan longitudinal yang menahan beban lentur serta tulangan
geser/begel yang menahan beban geser dan torsi (Ali Asroni: 2010: 39).
1. Ketentuan dimensi
melebihi 0,1.Ag.ƒ’c.
Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali
Perbandingan lebar terhadap tinggi (b/h) tidak boleh kurang dari 0,3
40
- Lebih dari lebar komponen struktur pendukung (diukur pada
struktur lentur.
tulangan atas dan bawah tidak boleh kurang dari yang ditentukan
f 'c 1,4.bw .d
persamaan AS min .bw .d dan tidak boleh kurang dari
4 fy fy
harus ada dua batang tulangan atas dan dua batang tulang bawah yang
Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak
boleh lebih kecil dari setengah kuat lentur negatifnya pada muka
tersebut. Baik kuat lentur positif maupun kuat negatif pada setiap
kuat lentur terbesar yang disediakan pada kedua muka kolom tersebut.
41
Pada sembarang penampang Mn+ dan Mn- ≥ 0,25 Mn-tumpuan
terbesar.
lewatan tersebut tidak boleh melebihi d/4 atau 100 mm. Sambungan
Pada daerah hingga jarak dua kali tinggi balok dari muka kolom
42
Gambar 2.5 Persyaratan sambungan lewatan tulangan longitudinal balok
Pada daerah hingga dua kali tinggi balok (2h) diukur dari muka
struktur lentur.
Pada sepanjang daerah dua kali tinggi balok (2h) pada kedua sisi
melebihi:
43
d/4
150 mm
sudut sebuat sengkang atau kait-kait yang sudut dalamnya tidak lebih
dari 135̊ dan tidak boleh ada batang tulangan disepanjang masing-
masing sisi sengkang kait yang jarak bersihnya lebih dari 150 mm
44
4. Perencanaan dimensi
untuk balok dengan dua tumpuan sederhana memiliki tebal minimum ℓ/16,
untuk balok dengan satu ujung menerus memiliki tebal minimum ℓ/18,5,
untuk balok dengan kedua ujung menerus memiliki tebal minimum ℓ/21,
Mu
M nd (2.20)
Ø
As '
a 0 1 (2.21)
As
45
Mencari batasan minimum dan maksimum luas tulangan.
berikut:
f 'c
Amin .b.d (2.22)
4 fy
1,4
Amin .b.d (2.23)
4 fy
b 2.M r
Amin 0,85. f 'C . d d 2
(2.24)
f 0,85 . f ' .b
y c
b.d 2
M r 0,54 f ' c (2.25)
6
(0,75.cb )
M max 0,85. f ' c ( 1 (0,75.cb )b Amax ) d 1
2
46
nilai c, sehingga regangan dan tegangan diketahui. Dari nilai-nilai
tersebut diperoleh nilai As dan Mnk, nilai Mnk tersebut harus sama atau
a
c (2.28)
1
c d'
's 0,003 (2.29)
c
fy
y (2.30)
Ee
a
M nk 0,85. f 'c (a.b As ) d As . f ' s (d d ' ) (2.32)
2
maksimum.
d = h – d”
Asumsi bahwa tulangan tarik sudah leleh dan tulangan tekan belum
leleh.
47
Gambar 2.7 Diagram tegangan-regangan balok tulangan
H 0 (2.33)
Cc C s Ts 0 (2.34)
0,85. f 'c 1 .c.b As ' As ' c d ' 0,003 Es As . f y 0 (2.36)
c
→ Es = 200.000 MPa
0,85. f 'c .1.c.b 0,85. f 'c .As 'c As ' c d '600 As . f y c 0 (2.37)
0,85. f 'c .1 .bc 2 As '.600 0,85. f 'c .As ' As . f y c As '.d '.600 0 (2.39)
b b 2 4.a.c
c1, 2 (2.40)
2.a
48
(24.099,943) 24.009,9432 45.418,7540.487.903,64 (2.41)
c1, 2
2(5.418,75
a 1 .c
fy 400
y 0,002 (2.42)
Es 200,000
c d'
's cu (2.43)
c
d c
s cu (2.45)
c
Tc As . f ' s (2.48)
a
M nk Cc d C s d d ' (2.49)
2
M ud
M nk (2.50)
Ø
49
M nk M nd
dapat diabaikan bila nilai momen puntir terfaktor Tu bersarnya kurang dari:
f ' c A 2 cp
Ø (2.51)
12 Pcp
f ' c A 2 cp
Ø 1 3.N u (2.52)
12 Pcp
Ag f ' c
2 2
Vu T .P 2 f 'c
u h Ø Vc (2.53)
1,7. A 2 bw .d
bw .d oh 3
50
2. A0 . At . f yv At Tn
Tn cot ; (2.54)
s s 2. A0 . f yv . cot
At f yv
Al Ph cot 2 (2.55)
s f yl
5 f ' c . Acp A f yv
A1 min t Ph (2.56)
12. f yl s f yl
sendi plastis, maka keruntuhan akibat gaya geser harus dicegah. Gaya geser
dengan 1,25 fy dan = 1. Gaya geser terfaktor pada muka tumpuan dihitung
sebagai berikut:
M pr1 M pr 2 Wu .L
Ve (2.58)
L 2
51
Gambar 2.8 Perencanaan geser balok
berdasarkan nilai terbesar dari gaya geser terfaktor pada muka tumpuan (Ve)
dengan gaya geser analisis struktur, sedangkan diluar sendi plastis dapat
maksimum pada segmen tersebut. Kapasitas geser balok untuk setiap segmen
harus memenuhi:
Ve Vn
Ve Vc Vs (2.59)
Gaya geser gempa akibat Mpr balok < setengah dari gaya geser perlu
Ag . f ' c Ag . fc '
Gaya aksial ultimate Pu (Pu) < (2.61)
20 20
At Av
Luas tulangan tranversal total akibat geser dan torsi = 2 (2.62)
s s
52
B. Perencanaan kolom
pendukung beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar
melalui fondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan serta
momen lentur (akibat kontinuitas konstruksi). Oleh karena itu dapat didefinisikan,
kolom ialah suatu struktur yang mendukung beban aksial dengan/tanpa momen
1. Ketentuan dimensi
Elemen struktur ini harus memikul gaya akibat beban gempa dan
Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik
53
2. Ketentuan kuat lentur minimum
E e 6 5 M g (2.63)
Dimana:
54
3. Ketentuan tulangan longitudinal
Rasio tulangan g tidak boleh kurang dari 0,01 atau tidak boleh lebih
dari 0,06.
sambungan lewatan tarik, dan harus diikat dengan tulangan spiral atau
sengkang tertutup.
dipenuhi:
0,12. f ' c
s (2.64)
f yh
55
Ag f'
s 0,45 1 c (2.65)
Ac fy
f' Ag
Ash 0,3 s.hc c 1 (2.66)
A
f yh ch
f'
Ash 0,09 s.hc c (2.67)
f yh
Dengan:
56
tertutup boleh digunakan. Tiap ujung tulangan pengikat saling
350 h x
S x 100 (2.68)
3
Nilai Sx tidak perlu lebih besar dari pada 150 mm dan tidak
perlu lebih kecil daei pada 100 mm. Tulangan pengikat silang tidak
boleh dipasang dengan spasi lebih dari pada 350 mm dari sumbu-
57
Tinggi penampang komponen strutkur pada muka hubungan
balok-kolom.
450 mm.
58
Cek kelangsingan
k .Lu
22 → rangka tanpa pengaku lateral (2.69)
r
k .Lu M
34 12 1 40 → rangka dengan pengaku lateral (2.70)
r M2
Dimana:
pengaku lateral
M 1 M 1ns s .M 1s (2.71)
M 2 M 2 ns s .M 2 s (2.72)
1
s 1,0 (2.73)
1
P u
0,75 P c
Dimana:
59
Pu = beban rencana aksial terfaktor
N uk
Sumbu vertikal : (2.74)
. Agr .0,85. f ' c
N uk et
Sumbu horizontal : (2.75)
. Agr .0,85. f 'c h
r. (2.76)
As . Agr (2.77)
Pnmaks N uk
pada setiap ujung komponen struktur. Gaya-gaya pada muka hubungan balok-
60
dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan beban-beban aksial
M pr3 M pr 4
Ve (2.79)
Hn
Dimana:
Momen ujung Mpr kolom tidak perlu lebih besar dari pada momen
yang dihasilkan oleh Mpr balok yang merangka pada hubungan balok-
kolom.
Ve ≥ V u
terpenuhi:
mewakili 50% atau lebih kuat geser perlu maksimum pada bagian
sepanjang lo.
61
Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidak
melampaui:
Ag . f ' c
(2.80)
10
Nu
Vc 0,171 f ' c bw .d (2.81)
14. A
g
62
C. Perencanaan hubungan balok-kolom (joint)
(Purwono, 2005).
1. Ketentuan umum
berikut:
diteruskan hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom dan diangkur.
63
2. Ketentuan tulangan tranversal
64
Untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat
Untuk hubungan yang terkadang pada ketiga sisinya atau dua sisi
berikut:
65
2.4.3 Perencanaa Pondasi
Struktur bawah dari suatu bangunan lazim disebut pondasi, yang bertugas
termasuk beban-beban yang bekerja pada bangunan dan berat pondasi sendiri,
harus dipindahkan atau diteruskan oleh pondasi ke tanah dasar dengan sebaik-
dengan cermat terhadap 2 macam beban, yaitu beban gravitasi dan beban lateral.
dijadikan sebagai materi dalam perencanaan pondasi ini, maka jenis pondasi yang
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk memikul tekanan atau
beban maksimum yang diizinkan untuk bekerja pada pondasi. Untuk mendapat
tegangan yang dipakai dalam perencanaan pondasi, besarnya beban dibagi dengan
faktor keamanan (safety factor). Nilai yang diperoleh disebut dengan tegangan
ult
ijin (2.85)
SF
66
Dimana:
SF = faktor keamanan
penting faktor aman boleh diambil kurang dari 3. Faktor aman 3 adalah sangat
perencanaan ini adalah metode dari Terzaghi. Analisis daya dukung didasarkan
dengan lebar B dan terletak di atas tanah homogen dengan persamaan sebagai
berikut:
Dimana:
c = kohesi
Df = kedalaman pondasi
67
B = lebar/diameter pondasi
Pondasi lingkaran
Untuk faktor – faktor daya dukung (Nc, Nq, Nγ) dapat dilihat dalam Tabel
2.4 berikut:
0 5,7 1 0
68
20 17,7 7,4 5
2. Perencanaan beban
aksial yang terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya gaya tekan pada dasar
pondasi yang disalurkan ke tanah tanah. Dalam analisis ini, dianggap bahwa
pondasi sangat kaku dan tekanan pondasi didistribusikan secara linier pada dasar
Jika resultan beban berhimpit dengan pusat berat luasan pondasi, tekanan
V
p (2.89)
A
nilai q yaitu:
q p (2.90)
69
Jika resultan beban eksentris (bekerja tidak pada pusat berat) dan terdapat
sebagai berikut:
Akibat beban V maka akan bekerja gaya desak ke atas terbagi rata
V
q (2.91)
A
11
Pt bx .q 2 b y (2.92)
22
2
M t Pt bx (2.93)
3
11 2
bx .q 2 b y bx
22 3
1 2
bx .q 2 .b y bx
4 3
1 2
bx .b y .q 2
6
Mt
q2 (2.94)
1 2
bx .b y
6
P q1 .q2 (2.95)
70
V M
P (2.96)
bx .b y 1 2
bx .b y
6
V M
Pmaks (2.97)
bx .b y 1 2
bx .b y
6
V M
Pmin (2.98)
bx .b y 1 2
bx .b y
6
Bila diatas pelat pondasi terdapat beban merata akibat beban tanah, maka
V M
P q (2.99)
bx .b y 1 2
bx .b y
6
V M
Pmaks q (2.100)
bx .b y 1 2
bx .b y
6
V M
Pmin q (2.101)
bx .b y 1 2
bx .b y
6
Nilai Pmin ≥ 0, agar pada dasar pondasi terjadi tegangan desak saja karena
V M
Pmin
bx .b y 1 2
bx .b y
6
71
V M
0
bx .b y 1 2
bx .b y
6
V M .e
0
bx .b y 1 2
bx .b y
6
V e
1 0
bx .b y 1
bx
6
e
1 0
1
bx
6
e
1
1
bx
6
1
e bx (2.102)
6
V M
Pmaks
bx .b y 1 2
bx .b y
6
V V .e
bx .b y 1 2
bx .b y
6
1
V . bx
V 6
bx .b y 1 2
bx .b y
6
72
V V
bx .b y bx .b y
2.V
(2.103)
bx .b y
V 6
P 1 e (2.104)
bx .b y bx
Bila gaya V bekerja diantara 1/3 bx – 2/3 bx lebar pondasi atau bekerja
diantara 1/6 bx ke kiri dan 1/6 bx ke kanan maka akan di bawah dasar
pondasi akan terjadi tegangan desak saja. Daerah sepanjang 1/3 bagian
tengah disebut bagian inti. Jika gaya V bekerja pada bagian diluar itu maka
2.V
Pmaks (2.105)
b
3.b y x e
2
Dimana:
V = beban vertikal
73
by = lebar pondasi arah y
yaitu geser satu arah dan geser dua arah sebagai berikut:
geser satu arah, maka dapat diambil potongan kritis penampang yang
74
terletak sejarak d dari muka kolom. Pemeriksaan terhadap geser pada
Vu Vn
Vu Vc Vs (2.106)
sebagai berikut:
Vu Pu
Vu qu .B.q (2.108)
Pu
qu (2.109)
Ap
1 1
q L cd (2.110)
2 2
Vu
d (2.111)
f 'c
bw
6
75
Dimana:
c = lebar kolom
76
Gambar 2.13 Geser satu arah pada pondasi telapak
peninjauan geser dua arah diambil sejarak d/2 dari muka kolom seperti
geser pondasi akibat geser dua arah, Vc adalah diperoleh dari nilai
terkecil antara:
2
Vc 0,171 f ' c bw .d (2.112)
c
77
.d
Vc 0,083 s 2 f ' c bw .d (2.113)
bw
Dimana:
78
4. Perencanaan tulangan
Beban yang bekerja pada pondasi berupa beban vertikal dengan arah ke
atas yang disebabkan oleh tekanan tanah di bawah pondasi. Tulangan pondasi
dihitung berdasarkan momen maksimal yang terjadi pada pondasi, dengan asumsi
bahwa pondasi dianggap sebagai pelat yang dijepit oleh bagian tepi kolom.
menggunakan rumus:
M u 0,5.qu .c 2 .B (2.115)
berikut:
Mu
Rn (2.116)
.b.d 2
As .b.d (2.118)
79
Asmaks maks .b.d (2.120)
1 2
.D b
s
4 (2.122)
As
Beban adalah gaya atau aksi lainnya yang diperoleh dari berat seluruh
bekerja pada perencanaan struktur ini adalah beban mati, beban hidup, beban
80
2.4.1 Beban Mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap,
finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta
peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran. Dalam menentukan beban
mati untuk perancangan, harus digunakan berat bahan dan konstruksi yang
sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika tidak ada informasi yang jelas, nilai
yang harus digunakan adalah nilai yang disetujui oleh pihak yang berwenang.
Baja 7.850
Sumber: PPIUG-1983
81
Catatan:
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis,
- dari semen 21
Berlubang
Tanpa lubang
Sumber: PPIUG-1983
82
Apabila bahan bangunan dan komponen gedung yang diperlukan tidak
tercantum dalam Tabel 2.5 dan Tabel 2.6, maka berat sendiri dari masing-masing
Beban hidup adalah beban yang dikaitkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan
beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir,
atau beban mati. Untuk hunian atau penggunaan yang tidak tercantum dalam SNI
1727:2013 ps. 4, besar beban hidup harus ditentukan sesuai dengan metode yang
disetujui oleh pihak yang berwenang. Beban hidup yang digunakan dalam
perencanaan bangunan gedung dan struktur lain harus beban maksimum yang
diharapkan terjadi akibat penghuni dan penggunaan bangunan gedung, akan tetapi
tidak boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan dalam Tabel 2.7
berikut.
Tabel 2.7 Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup
terpusat minimum
Merata Terpusat
Hunian atau penggunaan
psf (kg/m2) lb (kN)
hidup untuk
83
daerah yang
dilayani. Tidak
perlu melebihi
kN/m2)
Rumah tinggal
melayani mereka
melayani mereka
Atap
84
2.4.3 Beban Gempa
besarnya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 persen. Untuk
sebagai berikut:
Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan non gedung
sesuai Tabel 2.8, pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan
Tabel 2.8 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban
gempa
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
85
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
- Perumahan
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan Industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
gawat darurat
- Penjara
86
- Bangunan untuk orang jompo
dibatasi untuk:
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko
87
Gedung dan non gedung yang ditunjukan sebagai fasilitas yang
- Bangunan-bangunan monumental
IV
88
Tabel 2.9 Faktor keutamaan gempa
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
2. Klasifikasi situs
berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs harus
minimal mengukur secara independen dua dari tiga parameter tanah harus
diberlakukan.
SC (tanah keras,
batuan lunak)
89
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
2. Kadar air, w ≥ 40
SF (tanah khusus, Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau
(ketebalan, H > 3 m)
IP > 75)
90
3. Parameter percepatan terpetakan
dari respon spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah
seismik pada peta gempa dalam SNI 1726:2012 dengan kemungkinan 2 persen
tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan
percepatan pada getaran perioda perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait
respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang
91
Dan koefisien situs Fa dan Fv mengikuti Tabel 2.11 dan Tabel 2.12
sebagai berikut:
SF SSb
Catatan:
92
Tabel 2.12 Koefisien situs, Fv
SF SSb
Catatan:
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek, SDS dan pada
2
S DS S MS
3 (2.126)
93
2
S D1 SM1
3 (2.127)
Bila speturm desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak tanah
dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus
bawah ini:
a. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan
T
S a S DS 0,4 0,6 (2.128)
T0
b. Untuk perioda lebih besat dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa sama dengan
SDS
c. Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa
S DS
Sa (2.129)
T
Keterangan:
94
S D1
T0 0,2 (2.130)
S DS
S D1
Ts (2.131)
S DS
sebagi berikut:
Pekerjaan Umum.
95
7. Kategori desain seismik
mengikuti SNI 1726:2012 ps. 6.5. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III
perioda 1 detik, S1 lebih besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan
pada perioda 1 detik, S1 lebih besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan
struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah
dengan mengacu pada Tabel 2.13 atau Tabel 2.14, terlepas dari nilai perioda
Kategori risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
0,50 ≤ SDS D D
96
Tabel 2.14 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
Kategori risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
0,20 ≤ SD1 D D
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi
salah satu tipe yang ditunjukan dalam Tabel 2.15. Koefisien modifikasi respons
yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ω0, dan koefisien amplifikasi defleksi, Cd,
geser dasar, gaya desain elemn, dan simpangan antar lantai tingkat desain.
97
Tabel 2.15 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa
B C D E F
Rangka beton
bertulang pemikul 8 3 51 TB TB TB TB TB
2
momen khusus
Rangka beton
bertulang pemikul 5 3 41 TB TB TI TI TI
2
momen menengah
Rangka beton
bertulang pemikul 3 3 21 TB TI TI TI TI
2
momen biasa
Catatan:
98
9. Berat seismik efektif
tingkat
99
ketinggian tidak melebihi 2
tingkat
Catatan:
(a) I = Diijinkan
100
persen dari massa aktual dalam masing-masing arah horizontal ortogonal dari
termasuk simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung dan gaya elemen struktur
properti masing-masing ragam dan spektrum respons didefinisikan dalam 6.4 atau
kuadrat (SRSS) atau metode kombinasi kuadrat lengkap (CQC), sesuai dengan
SNI 1726:2012.
Apabila kombinasi respons untuk geser dasar ragam (Vt) lebih kecil dari 85
persen dari geser dasar yang dihitung (V) menggunakan prosedur gaya lateral
101
a. Kategori desain seismik B
dalam masing-masing arah dari dua arah ortogonal dan pengaruh interaksi
digunakan.
102
Penerapan serentak gerak tanah ortogonal. Struktur harus dianalisis
semua kolom atau dinding yang membentuk bagian dari dua atau lebih
sistem penahan gaya gempa yang berpotongan dan dikenai beban aksial
akibat gaya gempa yang bekerja sepanjang baik sumbu denah utama sama
atau melebihi 20 persen kuat desain aksial kolom atau dinding harus
didesain untuk pengaruh beban paling kritis akibat penerapan gaya gempa
diafragma fleksibel.
Angin Utama (SPBAU) dan seluruh komponen dan klading gedung harus
dirancang dan dilaksanakan untuk menahan beban angin seperti yang ditetapkan
103
menurut SNI 1727:2013. SPBAU adalah suatu rangkaian dari elemen-elemen
struktur dan sistem tersebut umumnya menerima beban angin lebih dari satu
beban banjir, angin, salju, es dan gempa berdasarkan resiko yang terkait dengan
kinerja yang tidak dapat diterima. Untuk berbagai kategori resiko bangunan dan
struktur lainnya untuk beban banjir, angin, salju, es dan gempa dapat dilihat pada
Tabel 2.17.
Tabel 2.17 Kategori risiko bangunan dan struktur lainnya untuk beban
Struktur risiko
104
Risiko IV, dengan potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi
jumlah yang cukup dari zat yang sangat beracun dimana kuantitas
105
dirilisa.
Catatan:
*
Jenis bangunan sesuai dengan Tabel 1 SNI 1726:2012
a
Bangunan gedung dan struktur lain yang mengandung racun, zat yang sangat
beracun, atau bahan peledak harus memenuhi syarat untuk klasifikasi terhadap
Kategori Risiko lebih rendah jika memuaskan pihak yang berwenang dengan
suatu penilaian bahaya seperti dijelaskan dalam SNI 1727:2013 ps. 1.5.3 bahwa
pelepasan zat sepadan dengan risiko yang terkait dengan Kategori Risiko.
desain dibangunan gedung dan struktur lain harus ditentukan dari Instansi yang
berwenang, sesuai dengan kategori risiko bangunan gedung dan struktur. Angin
harus diasumsikan datang dari segala arah horizontal. Kecepatan angin dasar
angin lebih tinggi dari pada yang ditentukan. Namun dalam perencanaan
kecepatan angin dasar harus direncanakan minimal sebesar 110 mph (49,1744
106
3. Arah angin
Faktor arah angin, Kd harus ditentukan dari Tabel 2.18. Faktor arah ini
hanya akan dimasukkan dalam menentukan beban angin bila kombinasi beban
yang disyaratkan dalam SNI 1727:2013 ps. 2.3 dan 2.4 digunakan untuk desain.
Pengaruh arah angin dalam menentukan beban angin sesuai dengan SNI
1727:2013 ps. 31 harus didasarkan pada analisis untuk kecepatan angin yang
Faktor Arah
Tipe Struktur
Angin, Kd*
Bangunan gedung
Bundar 0,95
107
Rangka batang menara
Catatan:
*
Faktor arah Kd telah dikalibrasi dengan kombinasi beban yang ditetapkan dalam
SNI 1727:2013 ps. 2. Faktor ini hanya diterapkan bila digunakan sesuai dengan
kombinasi beban yang disyaratkan dalam SNI 1727:2013 ps. 2.3 dan 2.4.
4. Kategori eksposur
dasarkan pada kekasaran permukaan tanah uang ditentukan dari topografi alam,
kurang dari atau sama dengan 30 ft (9,1 m), Eksposur B berlaku bilamana
B, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 1.500 ft (457 m).
Untuk bangunan dengan tinggi atap rata-rata lebih besar dari 30 ft (9,1 m),
angin untuk jarak lebih besar dari 2.600 ft (792 m) atau 20 kali tinggi bangunan,
108
Eksposur C: Eksposur C berlaku untuk semua kasus dimana Eksposur B
angin untuk jarak yang lebih besar dari 5.000 ft (1.524 m) atau 20 kali tinggi
permukaan tanah segera lawan angin dari situs B atau C dan situs yang berada
dalam jarak 600 ft (183 m) atau 20 kali tinggi bangunan, mana yang terbesar dari
Untuk situs yang terletak di zona transisi antara kategori eksposur, harus
ditentukan oleh metode analisis rasional yang dijelaskan dalam literatur dikenal.
5. Faktor topografi
Efek peningkatan kecepatan angin pada bukit, bukit memanjang dan tebing
perhitungan beban angin bila kondisi bangunan gedung dan kondisi lokasi dan
Bukit, bukit memanjang atau tebing curam yang terisolasi dan tidak
terhalang angin arah vertikal ke atas oleh pengaruh topografi serupa dari
109
ketinggian yang setara untuk 100 kali tinggi fitur topografi (100 H) atau 2
mil (3,22 km), dipilih yang terkecil. Jarak ini harus diukur horizontal dari
titik dimana tinggi H pada bukit, punggu bukit atau tebing yang
ditentukan.
ketinggian fitur dataran arah vertikal ke atas antara radius 2 mil (3,22 km)
Struktur yang berlokasi seperti terlihat pada Gambar 2.16 pada setengah
bagian ke atas dari bukit atau punggung bukit atau dekat puncak tebing.
Gambar 2.16 Tebing dan bukit memanjang 2-D atau bukit simetris 3-D
110
Tabel 2.19 Pengali topografi untuk eksposur C
0,20 0,29 0,17 0,21 0,00 1,00 1,00 0,00 1,00 1,00 1,00
0,25 0,36 0,21 0,26 0,50 0,88 0,67 0,10 0,74 0,78 0,67
0,30 0,43 0,26 0,32 1,00 0,75 0,33 0,20 0,55 0,61 0,45
0,35 0,51 0,30 0,37 1,50 0,63 0,00 0,30 0,41 0,47 0,30
0,40 0,58 0,34 0,42 2,00 0,50 0,00 0,40 0,30 0,37 0,20
0,45 0,65 0,38 0,47 2,50 0,38 0,00 0,50 0,22 0,29 0,14
0,50 0,72 0,43 0,53 3,00 0,25 0,00 0,60 0,17 0,22 0,09
111
Catatan:
(a) Untuk nilai-nilai H/Lh, x/Lh dan z/Lh selain dari yang diperlihatkan,
(b) Untuk H/Lh > 0,5, asumsikan H/Lh = 0,5 untuk menghitung K1 dan gantikan
(c) Pengali didasarkan pada asumsi bahwa angin menuju bukit atau tebing
(d) Notasi:
H : tinggi bukit atau tebing relatif terhadap elevasi kawasan di sisi angin
Lh : jarak horizontal pada sisi angin datang (upwind), dari puncak bukit
atau tebing sampai setengah tinggi bukit atau tebing, dalam feet (meter).
sehubungan dengan jarak ke sisi angin datang atau ke sisi angin pergi
dari puncak.
112
x : jarak (di sisi angin datang atau sisi angin pergi) dari puncak ke lokasi
K zt 1 K1 .K 2 .K 3
2
(2.132)
Dimana:
x
K 2 1
(2.133)
.Lh
K 3 . z / Lh (2.134)
113
Tabel 2.20 Parameter untuk peningkatan kecepatan di atas bukit dan
tebing
K1/(H/Lh)
Bukit memanjang 2-
dalam K1/(H/Lh)
Bukit simetris 3-
0,95 1,05 1,15 4 1,5 1,5
dimensi
H/Lh ≥ 0,2
H adalah lebih besar dari atau sama dengan 15 ft (4,5 m) untuk Eksposur C
Jika kondisi situs dan lokasi gedung dan struktur bangunan lain tidak
114
6. Faktor efek tiupan angin
Faktor efek tiupan angin, G untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain
7. Klasifikasi ketertutupan
seperti dijelaskan dalam SNI 1727:2013 ps. 26.2. Penentuan banyaknya bukaan
ps. 26.10.
115
+ 0,55
Bangunan gedung tertutup sebagian
- 0,55
+ 0,18
Bangunan gedung tertutup
- 0,18
Catatan:
(a) Tanda positif dan negatif menandakan tekanan yang bekerja menuju
ditetapkan.
internal
internal
harus ditentukan dari Tabel 2.22. Untuk situs yang terletak di zona transisi antara
116
kategori eksposur yang dekat terhadap perubahan kekasaran permukaan tanah,
dalam Tabel 2.22 asalkan ditentukan dangan metode analisis rasional yang
Eksposur
Tinggi di atas level tanah, z
B C D
ft (m)
117
160 (48,8) 1,13 1,39 1,55
Catatan:
(b) Kategori eksposur yang ditetapkan dalam SNI 1727:2013 ps. 26.7
persamaan berikut:
q z 0,00256.K z .K zt .K d .V 2 lb / ft 2 (2.135)
q z 0,613.K z .K zt .K d .V 2 N / m 2 ;V dalam m/s (2.136)
118
Dimana:
pada ketinggian z
Koefisien numerik 0,00256 (0,613 dalam SI) harus digunakan kecuali bila
ada data iklim yang tersedia cukup untuk membenarkan pemilihan nilai yang
Digunakan
Permukaan L/B Cp
dengan
119
0-1 - 0,5
≥4 - 0,2
p q.GC p qi GC pi lb / ft 2 N / m 2 (2.137)
Dimana
q = qh untuk dinding di sisi angin pergi, dinding samping, dan atap yang
120
tertinggi pada bangunan gedung yang dapat mempengaruhi tekanan
berpartikel terbawa angin, kaca yang tidak tahan impak atau dilindungi
dalam SNI 1727:2013 ps. 26.7.3. Tekanan harus diterapkan secara bersamaan
pada dinding di sisi angin datang dan di sisi angin pergi pada permukaan atap
seperti ditetapkan dalam SNI 1727:2013 Gambar 27.4-1, 27.4-2 dan 27.4-3.
1. Kuat perlu
U = 1,4D (2.138)
121
U = 1,2D + 1,0W + 0,1L + 0,5(Lr atau R) (2.141)
2. Kuat desain
Faktor reduksi
Gaya dalam yang membebani komponen struktur
kekuatan ɸ
Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus dihitung sebagai
perbedaan defleksi pada pusat massa ditingkat teratas dan terbawah yang ditinjau.
Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk
122
Bagi struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C, D, E atau F
yang memiliki ketidakberaturan horizontal tipe 1a atau 1b, simpangan antar lantai
desain (Δ) harus dihitung sebagai selisih terbesar dari defleksi titik-titik di atas
dan di bawah tingkat yang deperhatikan yang letaknya segaris secara vertikal,
Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) (mm) harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
C d . xe
x (2.145)
Ie
Dimana:
gempa terpilih
Simpangan antar lantai tingak desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan
antar lantai tingkat ijin (Δa) seperti pada Tabel 2.25 berikut:
123
Tabel 2.25 Simpangan antar lantai tingkat ijin (Δa)
Kategori risiko
Struktur
I dan II III IV
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx
suatu elemen struktur bangunan, ada beberapa metode perhitungan salah satunya
aplikasi Structural Analysis Program 2000 (SAP 2000). SAP 2000 adalah
124
yang berupa struktur bidang 2 dimensi maupun struktur 3 dimensi. Analisis
struktur dapat dilakukan secara statik maupun dinamik, dengan berbagai macam
3. Klik template Grid Only, sehingga muncul kotak diaog Quick Grid Lines
125
Gambar 2.18 Kotak dialog Quick Grid Lines
4. Klik kanan pada layar > Edit Grid Data > Modify/Show System
126
5. Klik menu Define > Materials > Add New Material
Gambar 2.20 Kotak dialog Material Property Data untuk material beton
127
Gambar 2.21 Kotak dialog Material Property Data untuk tulangan
longitudinal
128
Gambar 2.22 Kotak dialog Material Property Data untuk tulangan
transversal
8. Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New Property
129
Gambar 2.23 Kotak dialog Rctangular Section untuk balok
130
Pada Property Modifier, masukkan nilai inersia efektif penampang
9. Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New Property
131
Pada Concreate Reinforcement Data, masukkan spesifikasi baja tulangan
132
10. Klik menu Define > Section Properties > Area Section > Add New Section
Pada Stiffness Modifiers, masukkan nilai selimut beton dan baja tulangan
133
11. Klik menu Define > Load Patterns
Klik Add New Load Pattern untuk menambah beban-beban yang bekerja
13. Klik menu Define > Load Combinations > Add New Combo
134
Gambar 2.33 Kotak dialog Load Combination Data
14. Klik icon Draw Frame/Cable > pilih section yang diinginkan > klik dua
titik yang akan menjadi titik awal dan akhir elemen frame (balok/kolom) >
Adapun perintah lain yang terkait dengan penggambaran elemen frame adalah
135
15. Klik icon Draw Poly Area > pilih section yang diinginkan > klik titik-titik
yang diperlukan untuk menggambar area (pengambaran dimulai dari satu titik
Adapun perintah lain yang terkait dengan penggambaran area section adalah
16. Klik pelat yang akan mesh > Assign > Area > Automatic Area Mesh
Pilih Auto Mesh Area Into Object of This Maximum Size (Quads and
Triangles Only)
Pada kotak dialog Along Edge from Point 1 to 2 dan 1 to 3 tuliskan nilai
136
Gambar 2.36 Kotak dialog Assign Automatic Area Mesh
17. Klik elemen frame (balok//kolom) yang akan diberi beban > Assign > Frame
Pilih Load Pattern Name dan masukan nilai beban pada kotak dialog
Uniform Load
137
Untuk melakukan pengecekan beban yang sudah diberikan pada elemen
18. Klik area section (pelat) yang akan diberi beban > Assign > Area Loads >
Uniform (Shell)
Pilih Load Pattern Name dan masukan nilai beban pada kotak dialog
Uniform Load
138
Gambar 2.39 Kotak dialog Assign Area Uniform Loads
139
19. Klik joint (pertemuan balok dan kolom) yang akan diberi beban > Assign >
Pilih Load Pattern Name dan masukan nilai beban pada kotak dialog
Force Global
(pertemuan balok dan kolom), maka klik kana pada joint yang ditinjau
140
Gambar 2.42 Kotak dialog Object Model - Point Information
20. Klik joint yang berada di bawah kolom pada level pondasi yang akan diberi
141
21. Klik Analyze > Set Analysis Option > Space Frame
Pilih nama beban atau kombinasi, type dan komponen untuk melihat
142
Gambar 2.46 Kotak dialog Display Deformed Shape
143
24. Klik Display > Show Forces/Stresses > Frame/Cable
Untuk melihat gaya-gaya dalam yang terjadi pada elemen struktur (gaya
aksial (P), gaya geser (V), torsi (T) dan momen (M))
144
Untuk melihat gaya-gaya dalam yang terjadi pada elemen struktur lebih
Untuk melihat gaya-gaya dalam yang terjadi pada elemen struktur (gaya
145
Gambar 2.51 Kotak dialog Display Shell Stresses
146
Gambar 2.53 Kotak dialog Display Joint Reactions
147
BAB III
METODE PERENCANAAN
berikut:
memisahkan ruangan.
maupun berotasi.
148
3.1.2 Asumsi dalam Perencanaan Struktur Beton Bertulang
berikut:
149
Tegangan beton dianggap sebesar 0,85 f’c diasumsikan
dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar
tekan maksimum.
perencaan seperti data gambar, data struktur, data bahan struktur, data
150
2. Analisis ketidakberaturan struktur
1726:2012.
4. Merumuskan Pembebanan
beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban angin sesuai dengan
5. Pemodelan struktur
3D seperti pelat, balok dan kolom yang kemudian diberi beban dan
elemen struktur.
151
6. Kontrol pemodelan struktur
7. Desain struktur
8. Gambar struktur
software AutoCAD.
152
Mulai
Data Perencanaan:
- Lokasi dan Waktu Perencanaan
- Data Gambar
- Data Struktur Gedung
- Data Bahan Struktur Gedung
- Data Tanah
- Dasar-Dasar Perencanaan
Kontrol Pemodelan
Struktur
Ya
Rekapitulasi Gaya-Gaya Dalam Hasil SAP 2000
untuk Desain Elemen Struktur dan Sambungan
153
A
Desain Portal
Desain Pelat (Balok dan Kolom) Desain Pondasi
Gambar Struktur:
- Dimensi
- Penulangan
Selesai
Nilai M22 dengan nilai negatif terkecil sebagai My-tunpuan dan nilai
154
2. Penulangan lentur
3. Penulangan susut/suhu
Mulai
Gaya-Gaya Dalam
Hasil SAP
Perancangan Tulangan
Lentur
Perancangan Tulangan
Susut/Suhu
Selesai
analisis SAP 2000 yang kemudian digunakan sebagai gaya desain untuk
155
merancang elemen struktur. Gaya-gaya tersebut meliputi gaya aksial,
berdasarkan nilai terbesar dari gaya geser dan torsi dari hasil analisis
struktur dengan gaya geser dan torsi akibat momen maksimum (Mpr)
2847:2013.
luas tulangan dibantu dengan grafik interaksi kolom pada tabel CUR. Hasil
156
5. Penulangan transversal kolom
gaya geser akibat momen maksimum (Mpr) kolom namun nilai tersebut
tidak harus melebihi gaya geser akibat momen maksimum (Mpr) balok dan
tidak kurang dari gaya geser dari hasil analisis struktur. Hasil penulangan
horizontal akibat momen maksimum (Mpr) balok yang melewati inti joint.
Kuat geser nominal dan tulangan transversal pada joint harus memenuhi
Mulai
Gaya-Gaya Dalam
Hasil SAP
Perancangan Tulangan
Longitudinal Balok
Tidak
Kontrol Tulangan
Ya
A
157
A
Perancangan Tulangan
Transversal Balok
Tidak
Kontrol Tulangan
Perancangan Tulangan
Longitudinal Kolom
Tidak
Kontrol Tulangan
Ya
Perancangan Tulangan
Transversal Kolom
Tidak
Kontrol Tulangan
Ya
Hubungan Balok-Kolom
(Joint)
Selesai
berikut:
158
1. Gaya-gaya dalam
Gaya-gaya dalam yang bekerja pada pondasi berasal dari gaya yang
kontrol geser satu arah dan kontrol geser dua arah dan dikontrol juga daya
3. Penulangan lentur
Penulangan lentur pada pondasi sama seperti penulangan lentur pada pelat
lantai.
Mulai
Gaya-Gaya Dalam
Tidak
Kontrol Daya
Dukung Tanah
Ya
A B C
159
A B C
Tidak
Kontrol Geser
Satu Arah
Ya Tidak
Kontrol Geser
Dua Arah
Ya
Perancangan Tulangan
Lentur
Selesai
160
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Asroni, A. 2010. Kolom, Fondasi & Balok "T" Beton Bertulang. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2014. SNI 2052:2014 Baja tulangan beton. Jakarta.
Utama.
161
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1983. Peraturan Pembebanan
Masalah Bangunan.
162