DOSEN PENGASUH
DISUSUN OLEH:
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho
Allah SWT Tuhan Semesta Alam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas makalah untuk mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian
Proyek, dengan judul : “Jembatan Kec. Moramo Kab. Konawe Selatan”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian Proyek yang telah
ini.
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengigat kemampuan yang
dimiliki penulis masi terbatas. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3. Tujuan ..................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................... 42
4.2. Saran ............................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 44
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 2.1. Sistem Manajemen Waktu (Clogh dan scars, 1991) ……………..6
Gambar. 2.2. Klasifikasi Anggaran Biaya Proyek ……………..7
Gambar. 2.3. Proses Penyususnan Anggaran dan Biaya ……………………..7
Gambar. 3.1. Pondasi dangkal ……………………………………………19
Gambar. 3.2. Informasi Proyek ……………………………………………24
Gambar. 3.3. Contoh Barchart ……………………………………………26
Gambar. 3.4. Contoh Network Planning ……………………………………26
Gambar. 3.5. Penggunaan Kurva S untuk Menganalisis Varians ……………27
Gambar. 3.6. Contoh Grafik Kurva S Earned Value ……………………………29
Gambar. 3.7. Bagan Diagram Network Planning Normal ……………...…….38
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
apakah jembatan tersebut menggunakan pondasi sumuran atau pondasi tiang
pancang. Dibutuhkan kemampuan perencanaan yang benar-benar matang di
bidang rekayasa sebelum menentukan jenis jembatan yang akan
dilaksanakan.
1.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mampu mengatasi pengendalian dan perencanaan proyek.
2. Mampu mengelola sumber daya manusia yang tersedia.
3. Mampu mengelola dan manajemen peralatan yang tersedia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2. Perencanaan (planning)
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan
alternatif- alternatif, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-
prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai. 4 (empat) tingkat kemampuan dasar dalam
kegiatan perencanaan :
1. Insight yaitu kemampuan untuk menghimpun fakta dengan jalan
mengadakan penyelidikan terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan masalah yang direncanakan.
2. Forsight yaitu kemampuan untuk memproyeksikan atau
menggambarkan jalan atau cara-cara yang akan ditempuh,
memperkirakan keadaan keadaan yang mungkin timbul sebagai
akibat dari kegiatan yang dilakukan.
3. Studi eksploratif yaitu kemampuan untuk melihat segala sesuau
secara keseluruhan, sehingga diperoleh gambaran secara integral
dari kondisi yang ada.
4. Doorsight yaitu kemampuan untuk mengetahui segala cara yang
dapat menyamarkan pandangan, sehingga memungkinkan untuk
dapat mengambil keputusan.
4
guna mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, baik untuk
tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi.
Dalam pengorganisasian dikenal istilah KISS (koordinasi,
integrasi, simplifikasi, dan sinkronisasi) dalam rangka menciptakan
keharmonisan dalam kegiatan organisasi.
5
akhir penyelesaian proyek, 8 merencanakan penanganan untuk
mengatasi akibat masalah tersebut, yang terakhir memperbaharui
kembali penjadwalan proyek (Clogh dan scars, 1991). Sedang aspek-
aspek manajemen waktu itu sendiri merupakan proses yang saling
berurutan satu dengan yang lainnya.
6
kelayakan sampai konstruksi atau instalasi tersebut berjalan penuh.
Sedangkan modal kerja merupakan biaya yang digunakan untuk
menutupi kebutuhan pada tahab awal operasi. Secara lebih jelas, total
biaya yang dikeluarkan pada suatu proyek dapat dilihat pada bagan
dibawah ini :
7
Anggaran menunjukkan perencanaan penggunaan dana
untuk melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Dalam
penyelenggaraan proyek, suatu anggaran yang disusun rapi yaitu
anggaran yang dikaitkan dengan rencana jadwal pelaksanaan
pekerjaan, akan merupakan patokan dasar atau pembanding dalam
kegiatan pengendalian. Anggaran dapat menjadi tidak sesuai dengan
kenyataan. Bila perbedaan sudah terlalu besar maka penggunaan
anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian menjadi tidak
ampuh lagi. Oleh karenanya anggaran perlu disesuaikan, bila hal ini
memang diperlukan dari segi pengendalian dan perencanaan. Jadi
penyesuaian disini adalah untuk membuat anggaran tetap terhadap
situasi akhir. Dengan demikian sifat-sifat ketat dan realistik dari suatu
anggaran tetap terjaga.
8
schedule), serta membuat terkoordinasi dengan baik agar dapat menghasilkan
pekerjaan dengan kualitas yang sesuai dengan yang direncanakan.
9
Pelaksanaan Proyek (EBPP). EBPP ini memuat informasi atau laporan
tentang anggaran biaya yang direncanakan, realisasi penggunaan
anggaran biaya dilapangan sampai kemajuan pekerjaan tetentu dan
proyeksi biaya sampai penyelesaian proyek atau disebut Projected
Final Cost ( PFC ).
10
Sistem informasi ( laporan ) sebaiknya memberikan
keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi
kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan,
pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan,
kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan.
11
proyek baik. Kondisi yang demikian mengakibatkan hasil yang
dicapai lebih besar dari yang direncanakan. Tetapi ada kalanya
trend kurva mendatar atau bahkan turun. Gejala ini jika terus
berlanjut mengakibatkan kurva berada di bawah mulai paling lambat.
Ini berarti prestasi kerja yang dicapai lebih rendah dari yang
direncanakan.
Dengan mengetahui trend kurva pengendalian pihak
pengawas dapat memberikan saran atau peringatan kepada pihak
pelaksana proyek. Penggunaan grafik “S” dijumpai dalam hal-hal
berikut :
1. Pada analisis kemajuan proyek secara keseluruhan.
2. Penggunaan sama dengan butir di atas, tetapi untuk satuan unit
pekerjaan atau elemen- elemennya.
3. Pada kegiatan engineering dan pembelian untuk menganalisis
prosentase (%) penyelesaian pekerjaan, misalnya jam-orang
untuk menyiapkan rancangan, produksi gambar, menyusun
pengajuan pembelian terhadap waktu.
4. Pada kegiatan kontruksi, yaitu untuk menganalisa pemakaian
tenaga kerja atau jam- orang dan untuk menganalisa prosentase
(%) penyelesaian serta pekerjaan lain yang diukur dalam unit
versus waktu. Grafik “S” sangat berfaedah untuk dipakai sebagai
bulanan dan laporan kepada pimpinan proyek maupun pimpinan
perusahaan karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan
kemajuan proyek maupun pimpinan perusahaan karena grafik ini
dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan proyek.
12
Bar charts adalah sekumpulan daftar kegiatan yang
disusun dalam kolom arah vertikal. Kolom horizontal menunjukan
skala waktu, saat mulai dan akhir sebuah 14 kegiatan dapat terlihat
dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh
panjangnya diagram batang.
Proses Penyusunan Diagram Batang :
1. Daftar Item Kegiatan
Yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam
rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan Pekerjaan
Dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang
akan dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan
kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
3. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai
seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan
diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan setiap item kegiatan.
13
b) Memeriksa kuantitas pekerjaan
c) Kemudian menentukan durasi.
2. Pendekatan praktek, meliputi pengalamandan keputusan.
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan atau orang yang kemudian
disalurkan ke bagian bawah. Sedang bangunan bawah terletak di bawah
bangunan atas yang berfungsi untuk menerima atau memikul beban-beban
yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi.
Pondasi berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah lalu
disalurkan ke tanah. Jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah dasarnya,
dapat menggunakan tiang pancang, tiang bor, atau sumuran.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi, dan
tipe struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan
kemajuan zaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
konstruksi yang mutakhir. Berdasarkan kegunaannya jembatan dapat
dibedakan sebagai berikut (Agus Iqbal Manu, 1995:9):
1. Jembatan jalan raya (highway bridge).
2. Jembatan jalan kereta api (railway bridge).
3. Jembatan jalan air (waterway bridge).
4. Jembatan jalan pipa (pipeway bridge)
5. Jembatan militer (military bridge).
6. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Jenis-jenis jembatan cukup banyak tergantung dari sudut pandang
yang di ambil. Berdasar bahan bangunannya sendiri jembatan dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Jembatan Kayu
2. Jembatan pasangan batu dan batu bata
3. Jembatan Beton Bertulang
4. Jembatan beton prategang ( Prestressed Concrete Bridge)
5. Jembatan Baja
6. Jembatan Komposit
Klasifikasi jembatan menurut sistem strukturnya dapat dibagi
menjadi :
1. Jembatan lengkung (arch bridge)
2. Gelagar (beam bridge)
16
3. Jembatan Cable-Stayed
4. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)
5. Jembatan rangka (Truss Bridge)
6. Jembatan Beton Prategang ( Prestressed Concrete Bridge)
7. Jembatan Box Girder
8. Jembatan Kantilever
Dalam Perencanaan Jembatan ada beberapa aspek yang perlu
ditinjau yang nantinya akan mempengaruhi dalam proses perencanaan
jembatan, antara lain :
1. Aspek Lalu Lintas
2. Aspek Hidrologi
3. Aspek Tanah
4. Aspek Konstruksi Jembatan
17
Perkerasan jalan pada perencanaan jembatan yaitu pada oprit
jembatan sebagai jalan pendekat yang merupakan bagian penting pada
proses perencanaan jalan, yang berfungsi :
18
Pondasi kaison bor dibuat dengan cara mengebor lebih dulu
untuk membuat lubang di dalam tanah, dan kemudian lubang diisi
dengan beton.Bagian tubuh kaison dapat dilindungi pipa yang
merupakan bagian dari pondasi, atau pipa pelindung ditarik setelah
pengecoran. Pondasi kaison yang berbentuk silinder atau kotak beton
dibuat dengan membenamkan silinder beton ditempatnya, bersamaan
dengan penggalian tanah.
B = Lebar pondasi
19
3.1.4. Aspek Konstruksi Jembatan
Dalam merencanakan suatu jembatan, peraturan
pembebanan yang dipakai mengacu pada Bridge Management System
( BMS’92 ). Beban - beban yang bekerja meliputi :
1. Beban Tetap (Beban Mati)
Berat nominal dan nilai terfaktor dari berbagai bahan dapat
diambil dari tabel 3.1. berikut ini:
Tabel. 3.1. Berat Bahan Nominal S.L.S dan U.L.S
20
untuk penentuan pengaruh dari pratekan dalam struktur tidak
tertentu adalah cara beban ekivalen dimana gaya tambahan pada
beton akibat kabel pratekan dipertimbangkan sebagai beban luar.
2. Beban Tidak Tetap (Beban Lalu Lintas)
Beban lalu lintas adalah semua beban yang berasal dari berat
kendaraan-kendaraan bergerak, dan pejalan kaki yang dianggap
bekerja pada jembatan. Beban lalu lintas meliputi :
Beban kendaraan mempunyai tiga komponen, yaitu :
a. Komponen vertikal
b. Komponen rem
c. Komponen sentrifugal (untuk jembatan melengkung)
Beban lalu lintas untuk rencana jembatan jalan raya terdiri dari
pembebanan lajur “D” dan pembebanan truk “T”. Pembebanan
lajur “D” ditempatkan melintang pada lebar penuh dari jalan
kendaraan jembatan dan menghasilkan pengaruh pada jembatan
yang ekivalen dengan rangkaian kendaraan sebenarnya, jumlah
total pembebanan lajur “D” yang ditempatkan tergantung pada
lebar jalan kendaraan jembatan.
Pembebanan truk “T” adalah berat kendaraan, berat tunggal truk
dengan tiga gandar yang ditempat dalam kedudukan sembarang
pada lajur lalu lintas rencana. Tiap gandar terdiri dari dua
pembebanan bidang kontak yang dimaksudkan agar mewakili
pengaruh moda kendaraan berat. Hanya satu truk “T” boleh
ditempatkan perlajur lalu lintas rencana.
Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas harus
diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan
dianggap bekerja pada lantai kendaraan. Gaya ini tidak tergantung
pada lebar jembatan. Pemberian besarnya gaya rem dapat dilihat
pada tabel 3.2 berikut :
21
Tabel. 3.2. Gaya Rem
22
Pengaruh gempa bumi pada jembatan diperhitungkan senilai
dengan pengaruh horizontal yang bekerja pada titik berat
konstruksi/bagian konstruksi yang ditinjau dalam arah yang paling
berbahaya.
Beban gempa horisontal (Gh) pada jembatan dapat ditentukan
dengan rumus :
23
Gambar. 3.2. Informasi Proyek
24
3.2.2. Manajemen Waktu
Menurut Haynes (1994), manajemen waktu adalah suatu
proses di mana untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi waktu
dengan cara memanfaatkan analisis dan perencanaan yang baik.
Adapun menurut Clough dan Scars (1991) Manajemen Waktu proyek
adalah proses merencanakan, menyusun dan mengendalikan jadwal
kegiatan proyek, manajemen waktu termasuk ke dalam proses yang
akan diperlukan untuk memastikan waktu penyelesaian suatu proyek
di mana perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan
pedoman yang spesifik untuk menyelesaiakan aktivitas proyek dengan
lebih cepat dan efisien.
Manajemen waktu bertujuan untuk mendukung produktifitas
walau tampak dan dirasakan seperti membuang-buang waktu, dengan
merencanakan terlebih dahulu penggunaan waktu, bukanlah suatu
pemborosan melainkan memberikan kerangka serta acuan bahkan
pengawasan terhadap waktu.
Dalam buku Ir. Abrar Husen, MT (2011) bahwa Standar
kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahan kegiatan
proyek beserta durasi dan penggunaan sumber data. Dari semua
informasi dan data yang telah diperoleh, dilakukan proses
penjadwalan sehingga akan ada output berupa format-format laporan
lengkap mengenai indikator progress waktu, yaitu:
1. Barchart
Menurut Ir. Abrar Husen, MT (2011) ditemukan oleh Gantt dan
Fredick W. Taylor (1887), merupakan bentuk bagan balok, dengan
panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan.
Format bagan baloknua informative, mudah dibaca dan efektif
untuk komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana.
25
Gambar. 3.3. Contoh Barchart
2. Network Planning
Menurut Ir. Abrar Husen, MT (2011) adalah sebagai jaringan kerja
berbagai kegiatan dapat menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis
yang membutuhkan pengawasan ketat agar pelaksanaannya tidak
keterlambatan. Format Network Planning juga digunakan untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan yang longgar waktu
penyelesaiannya berdasarkan total float-nya, sehingga kesemua itu
dapat digunakan untuk memperbaiki jadwal dan agar alokasi
sumber dayanya menjadi lebih efektif serta efisien.
26
3. Kurva Kemajuan (Kurva S)
Menurut Ir. Abrar Husen, MT (2011) kurva S adalah sebuah grafik
yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar
pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga
akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek
berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang
direprentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan
proyek.
Kurva S seacar grafis menyajikan beberapa ukuran kemajuan
komulatif pada suatu sumbu tegak terhadap waktu pada sumbu
mendatar. Kemajuan itu dapat diukur menurut jumlah nilai uang
yang telah dikeluarkan, survey kauntitas dari pekerjaan di tempat
itu, jam yang telah dijalani, atau setiap ukuran lainnya yang
memberikan manfaat. Masing-masing hal itu dinyatakan baik
menurut pengertian satuan-satuan sebenarnya ( dolar, meter kubik,
dan lain-lain) sebagai presentase dari jumlah kuantitas yang telah
diperkirakan untuk diukur.
27
28
Jadwal pelaksanaan manajemen proyek merupakan jadwal yang
mencakup seluruh item pekerjaan atau paket pekerjaan yang ada
dalam proyek sehingga dapat memberikan gambaran rencana
kegiatan pada tahap persiapan sampai tahap penyelesaian.
Umumnya digunakan gabungan antara diagram batang (Bar
Chart) dengan kurva S. Sistem ini dirasa lebih bermanfaat
mengingat dengan diagram batang dapat dilihat dengan mudah
rangakaian kegiatan secara keseluruhan, sedangkan melalui kurva
S akan diperoleh kemajuan manajemen proyek secara
keseluruhan.
29
3.2.3. PDM ( Precedence Diagram Method)
PDM pada dasarnya menitik beratkan pada pesoalan
keseimabangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM
menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja
atau sumber daya untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu
proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan sumber-
sumber daya tersebut. Dalam PDM jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tahapan dari proyek konstruksi sianggap pasti.
3.2.4. Man
Merupakan penduduk yang berada pada usia kerja. Secara
garis besar penduduk suatu Negara dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong
tergolong tenaga kerja jika telah memasuki usia kerja yang berlaku di
Indonesia sekitar usia 15 tahun sampai 64 tahun.
3.2.5. Method
Merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Proyek
konstruksi memerlukan metode guna melaksanakan semua susunan
pekerjaan yang telah disusun didalam sebuah jadwal.
3.2.6. Money
Merupakan sebuah nilai tukar yang digunakan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Sebuah proyek konstruksi sangatlah memerlukan
nilai tukar sebagai tanda bayar yang sah.
30
3.3. Hambatan Pelaksanaan Manajemen Waktu
Dalam kenyataan di lapangannya, pelaksanaan manajemen waktu
proyek konstruksi banyak menemui kendala-kendala yang menyebabkan
pelaksanaannya tidak optimal. Adapun masalah-masalah yang dapat
menghambat pelaksanaan manajemen waktu adalah sebagai berikut:
1. Alokasi penempatan sumber daya tidak efektif dan efisien karena
penyebarannya fluktuatif dan ketersediaan sumber dayanya tidak
mencukupi. Untuk mengatasubta, dilakukan pemerataan jumlah sumber
daya dan penjadwalan ulang serta merelokasi sumber daya agar lebih
efektif dan efisien.
2. Terjadi keterlambatan proyek yang disebabkan oleh jumlah tenga kerja
yang terbatas, peralatan tidak mencukupi, kondisi cuaca buruk, metode
kerja yang salah. Untuk mengatasinya, dilakukan duration cost trade yaitu
menambah tenaga kerja dan peralatan, dengan konsekuensi biaya
meningkat namun sebagai gantinya akan mempercepat durasi proyek.
3. Kondisi alam yang diluar perkiraan dapat memengaruhi dan menunda
jadwal rencana, sehingga antisipasi keadaan tersebut perlu dilakukan.
31
3.3.2. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corrective
Action)
Menurut Clough dan Sears (1991), Corrective Action adalah
segala upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kinerja masa
depan yang diharapkan sesuai jalur yang direncanakan. Adapun
tindakan pembetulan dapat berupa:
1. Realokasi sumber daya.
2. Menambah jumlah tenaga kerja.
3. Jadwal alternatif (lembur atau shift).
4. Membagi-bagi pekerjaan ke subkontraktor.
5. Mengubah metode kerja.
6. Work Splitting (Pembagian pekerjaan dengan durasi yang lama).
3.4. Pembahasan
Adapun peneliti melakukan pengumpulan data yang bersumber data
primer maupun data sekunder dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di
lapangan.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari interview dengan pihak
terkait dan dari data proyek yang ada. Serta mengenai data-data yang
32
berkaitan dengan pihak proyek dari literature kepustakaan yang
digunakan untuk mendukung data primer.
33
3.4.3. Perhitungan Critical Path Method (CPM)
Penelitian ini menganalisis optimalisasi durasi proyek dengan
menggunakan critical path method (CPM). Adapun Langkah-langkah
untuk perencanaan waktu dengan menggunakan critical path method
(CPM) sebagai berikut:
1. Membuat daftar jenis pekerjaan.
2. Perkiraan waktu/durasi pada setiap item pekerjaan.
3. Analisa waktu dengan menggunakan critical path method (CPM),
EF, LS, dan Float Time.
4. Mengidentifikasi pekerjaan kritis dan gambar network planning.
34
Tabel. 3.6. Jumlah Koefisien Tenaga Kerja pada Proyek
Pembangunan Jembatan Lambo Kec. Moramo
35
Setelah diperoleh jumlah koefisien tenaga kerjanya,
kemudian dikalikan dengan volume dan dibagi 7 (jam kerja efektif
dalam 1 hari), sehingga jumlah hari diperoleh sebagai berikut:
Tabel. 3.7. Jumlah Hari Pekerjaan pada Proyek Pembangunan
Jembatan Lambo Kec. Moramo
36
Tabel. 3.8. Jumlah Uraian Pekerjaan dan Durasi Pelaksanaanpada
Proyek Pembangunan Jembatan Lamboo Kec. Moramo
37
Gambar. 3.7. Bagan Diagram Network Planning Normal
38
tercapainya pelaksanaan pekerjaan tepat waktu. Setelah dianalisa
kembali, berikut penjelasan tentang tambah kurang tenaga kerjanya:
39
yang didapatkan: 0.040 sedangkan jika jumlah tenaga pekerja
menjadi 2 orang maka durasi hari pekerjaan yang didapatkan:
0.100 dan tetap dibulatkan menjadi 1 hari, jadi akan lebih optimal
jika 3 orang tenaga kerja lainnya akan di alokasikan pada
pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 dan pemasangan jembatan
rangka baja.
5. Tenaga kerja pada pekerjaan pembersihan dan pengupasan lahan
semula: 11 orang menjadi: 2 orang dikarenakan sebelumnya jika
jumlah tenaga pekerja semula: 11 orang maka durasi hari
pekerjaan yang didapatkan: 0.034 sedangkan jika jumlah tenaga
pekerja menjadi 2 orang maka durasi hari pekerjaan yang
didapatkan: 0.185 dan tetap dibulatkan menjadi 1 hari, jadi akan
lebih optimal jika 9 orang tenaga kerja lainnya akan di alokasikan
pada pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 dan pemasangan
jembatan rangka baja.
6. Tenaga kerja pada pekerjaan pemotongan pohon pilihan d > 30–
50cm semula: 11 orang menjadi: 2 orang dikarenakan sebelumnya
jika jumlah tenaga pekerja semula: 11 orang maka durasi hari
pekerjaan yang didapatkan: 0.043 sedangkan jika jumlah tenaga
pekerja menjadi 2 orang maka durasi hari pekerjaan yang
didapatkan: 0.235 dan tetap dibulatkan menjadi 1 hari, jadi akan
lebih optimal jika 9 orang tenaga kerja lainnya akan di alokasikan
pada pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 dan pemasangan
jembatan rangka baja.
7. Setelah pengurangan tenaga kerja pada pekerjaan galian batu,
galian struktur dengan kedalaman 0–2 m, galian struktur dengan
kedalaman 2–4 m, timbunan biasa dari sumber galian,
pembersihan dan pengupasan lahan dan pemotongan pohon
pilihan d > 30–50cm didapatkan 34 tenaga kerja yang akan dibagi
ke pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280: 29 orang dan
pemasangan jembatan rangka baja: 5 orang, sehingga tenaga kerja
40
pada pekerjaan ditambah 17 tenaga kerja sehingga untuk
pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 tenaga kerjanya semua: 5
orang menjadi: 34 orang, dan baja tulangan sirip-BjTS 280 semua:
5 orang menjadi: 10 orang.
41
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sesuai dengan rumusan
permasalahan yang dikemukakan pada bab 1 yaitu sebagai berikut:
1. Hasil dari analisa waktu menggunakan critical path method (CPM) sesuai
dengan data jumlah tenaga kerja yang diperoleh dari pengamatan
langsung dilapangan bahwa pelaksanaannya dapat diselesaikan dalam
waktu 354 hari, sedangkan waktu pelaksanaan yang diberikan adalah 240
hari. Berarti akan terjadi keterlambatan pekerjaan selama 114 hari.
2. Setelah menganalisa waktu kembali menggunakan critical path method
(CPM) sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang sudah ditambah kurang
maka pelaksanaannya dapat diselesaikan dalam waktu 170 hari,
sedangkan waktu pelaksanaan yang diberikan adalah 240 hari. Berarti
akan ada penghematan waktu pengerjaan selama 70 hari.
3. setelah menganalisa waktu kembali menggunakan critical path method
(CPM) sesuai dengan tambah jam kerja atau lembur maka pelaksanaannya
dapat diselesaikan dalam waktu 223 hari, sedangkan waktu pelaksanaan
yang diberikan adalah 240 hari. Berarti akan ada penghematan waktu
pengerjaan selama 17 hari.
4. Berdasarkan diagram critical path method (CPM), kegiatan kritis dalam
proyek pembangunan jembatan Lambo Kec. Moramo adalah pekerjaan
pembersihan dan pengupasan lahan, pemotongan pohon pilihan d > 30–
50cm, galian struktur dengan kedalaman 0–2m, galian struktur dengan
kedalaman 2–4m, galian struktur dengan kedalaman 4–6m, galian batu,
dinding sumuran silinder, beton fc’ 10 mpa, baja tulangan sirip-bjts 280,
beton struktur fc’ 30 mpa, baja tulangan polos-bjtp 280, beton struktur fc’
25 mpa, pengangkutkan bahan jembatan, pemasangan jembatan rangka
baja dan papan nama jembatan.
42
4.2. Saran
Untuk pihak kontraktor agar terhindar keterlambatan kerja
diharapkan untuk melakukan antisipasi dikarenakan ada beberapa faktor yang
tidak terduga di lapangan seperti faktor cuaca, jadi jika dalam cuaca baik
segera melaksanakan pekerjaan dengan semaksimal mungkin.
43
DAFTAR PUSTAKA
44