Anda di halaman 1dari 50

TUGAS MAKALAH

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

“Jembatan Lamboo Kec. Moramo Kab. Konawe Selatan”

DOSEN PENGASUH

Dr. ABDUL KADIR, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:

ASRI G2T1 21 047


SAHRUM G2T1 21 051

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


JURUSAN MANAJEMEN REKAYASA
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho
Allah SWT Tuhan Semesta Alam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas makalah untuk mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian
Proyek, dengan judul : “Jembatan Kec. Moramo Kab. Konawe Selatan”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada dosen mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian Proyek yang telah

memberikan tugas makalah terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan

terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah

ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masi banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengigat kemampuan yang

dimiliki penulis masi terbatas. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga

makalah ini dapat memberikan manfaat.

Kendari, Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3. Tujuan ..................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Manajemen …………………....................................... 3
2.1.1. Fungsi Manajemen …………………………………..... 3
2.1.2. Perencanaan (planning) ……………………………. 4
2.1.3. Pengorganisasian (Organizing) ……………………. 4
2.1.4. Pengawasan (Contriling) ……………………. 5
2.1.5. Sistem Manajemen Waktu ……………………. 5
2.1.6. Aspek – aspek Manajemen Waktu ……………………. 5
2.1.7. Anggara Biaya Proyek ……………………. 6
2.1.8. Proses Penyusunan Perkiraan Anggaran dan Biaya ……. 7
2.2. Pengendalian Proyek ……………………………………. 8
2.2.1. Pengendalian Biaya ……………………………………. 9
2.2.2. Pengendalian Waktu …………………………………... 10
2.2.3. Laporan Kemajuan Pekerjaan ……………………………10
2.2.4. Kurva Pengendalian (Kurva S) ……………………11
2.2.5. Bar Charts ……………………12
2.2.6. Perkiraan Kurun Waktu (Durasi) ……………………13

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Gambaran Umum Jembatan …………………………………... 15
3.1.1. Aspek Lalu Lintas …………………………………... 17
3.1.2. Aspek Hidrologi …………………………………... 18
3.1.3. Aspek Geoteknik (Tanah) ……………………………18
3.1.4. Aspek Konstruksi Jembatan ……………………………20
3.2. Data Umum Proyek ……………………………23
3.2.1. Manajemen Proyek ……………………………24
iii
3.2.2. Manajemen Waktu …………………………... 25
3.2.3. PDM ( Precedence Diagram Method) …………... 30
3.2.4. Man ……………………………………30
3.2.5. Method ……………………………………30
3.2.6. Money ……………………………………30
3.2.7. Modern Machine ……………………………………30
3.3. Hambatan Pelaksanaan Manajemen Waktu ……………………31
3.3.1. Standarisasi Manajemen Waktu ……………………31
3.3.2. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan
(Corrective Action) ……………32
3.3.3. Memperbaharui Jadwal (Updating Schedule)……………32
3.4. Pembahasan …………………………………………....32
3.4.1. Perhitungan Critical Path Method (CPM) ……………33
3.4.2. Perhitungan Jumlah Hari Kerja Setiap Jenis Pekerjaan …33
3.4.3. Analisa Waktu dengan Menggunakan CPM ……………34
3.4.4. Perhitungan Jumlah Hari Kerja Setiap Jenis Pekerjaan …..34
3.4.5. Analisa Waktu dengan Menggunakan CPM ……………37

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................... 42
4.2. Saran ............................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 44

iv
DAFTAR TABEL

Tabel. 3.1. Berat Bahan Nominal S.L.S dan U.L.S ............................................20


Tabel. 3.2. Gaya Rem ……………………………22
Tabel. 3.3. Intensitas Beban Pejalan Kaki untuk Trotoar Jembatan Jalan Raya...22
Tabel. 3.4. Tekanan Angin pada Bangunan Atas …………………………....22
Tabel. 3.5. Tabel klasifikasi jenis tanah untuk penentuan koefisien geser dasar
gempa ……………………………………………………………23
Tabel. 3.6. Jumlah Koefisien Tenaga Kerja pada Proyek Pembangunan Jembatan
Lambo Kec. Moramo …………………………………………....35
Tabel. 3.7. Jumlah Hari Pekerjaan pada Proyek Pembangunan Jembatan Lambo
Kec. Moramo ……………………………………………………36
Tabel. 3.8. Jumlah Uraian Pekerjaan dan Durasi Pelaksanaanpada Proyek
Pembangunan Jembatan Lambo Kec. Moramo ……………………37

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1. Sistem Manajemen Waktu (Clogh dan scars, 1991) ……………..6
Gambar. 2.2. Klasifikasi Anggaran Biaya Proyek ……………..7
Gambar. 2.3. Proses Penyususnan Anggaran dan Biaya ……………………..7
Gambar. 3.1. Pondasi dangkal ……………………………………………19
Gambar. 3.2. Informasi Proyek ……………………………………………24
Gambar. 3.3. Contoh Barchart ……………………………………………26
Gambar. 3.4. Contoh Network Planning ……………………………………26
Gambar. 3.5. Penggunaan Kurva S untuk Menganalisis Varians ……………27
Gambar. 3.6. Contoh Grafik Kurva S Earned Value ……………………………29
Gambar. 3.7. Bagan Diagram Network Planning Normal ……………...…….38

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jembatan di buat untuk menghubungkan jalan yang terputus yang
biasanya disebabkan oleh beberapa faktor alam diantaranya adanya alur air
berupa sungai kering, sungai berair, rawa, lembah, danau dan sebagainya.
Jembatan juga merupakan sarana yang dapat menghubungkan transportasi-
transportasi dari suatu wilayah demi mendukung perkembangan wilayah dan
juga berdampak dari segi peningkatan perekonomian masyarakat. Saat ini,
jembatan tidak hanya terbatas untuk melintasi sungai dan lembah, tetapi
dapat juga sebagai penghubung antar pulau bahkan dapat menjadi
penyambung antar negara. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari banyaknya
kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi oleh tenaga ahli jembatan dengan
modifikasi dan kreatifitasnya yang digabungkan dan juga melalui
pertimbangan ekonomis dan kualitas yang terjaga agar semuanya dapat
dilaksanakan dengan baik.

Pada mulanya jembatan dibuat masih sangat sederhana hanya


dengan menggunakan kayu , balok atau pohon tapi seiring perkembangan
zaman dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi jembatan sudah
dibuat menggunakan beton, beton bertulang, beton prategang, rangka baja
dan sebagainya. Jembatan beton bertulang lebih banyak digunakan di
Indonesia karena ini tak lepas dari ketersediaan bahan penyusun beton itu
sendiri seperti agregat halus maupun agregat kasar, oleh karena itu,
jembatan beton bertulang lebih ekonomis daripada jembatan dengan
material lain dalam hal pembiaannya, tetapi dari segi kemudahan dan
kecepatan dalam pengerjaannya jembatan beton prategang lebih efektif.

Suatu hal yang penting dalam perencanaan jembatan adalah


menentukan jenis jembatan yang akan dibangun, menetukan bentang
jembatan yang akan di bangun, karena dari penentuan tersebut dapat kita
melakukan penyelidikan tanah berupa boring atau sondir untuk menentukan

1
apakah jembatan tersebut menggunakan pondasi sumuran atau pondasi tiang
pancang. Dibutuhkan kemampuan perencanaan yang benar-benar matang di
bidang rekayasa sebelum menentukan jenis jembatan yang akan
dilaksanakan.

Dan tugas yang paling utama seorang engineer jembatan dalam


pengerjaan suatu proyek jembatan adalah manajemen pengendalian dan
perencanaan proyek jembatan itu serta pengelolaan sumber daya manusia dan
manajemen peralatan yang tersedia demi tercapainya target dan
pertimbangan biaya yang ekonomis tanpa mengurangi kualitas dari pekerjaan
jembatan itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uarian latarbelakang di atas dapat kita simpulkan beberapa


permasalahan utamanya diantaranya :
1. Manajemen pengendalian dan perencanaan proyek.
2. Pengelolaan sumber daya manusia.
3. Manajemen peralatan.

1.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mampu mengatasi pengendalian dan perencanaan proyek.
2. Mampu mengelola sumber daya manusia yang tersedia.
3. Mampu mengelola dan manajemen peralatan yang tersedia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Manajemen


Manajemen berasal dari kata “manage” yang artinya mengatur,
mengurus atau mengelola. Manajemen dapat diartikan sebagai :
1. Manajemen sebagai suatu proses.
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen.
3. Menajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan
(science) (Project management institute, 1996).
Menurut George Robert Terry dari buku Principles of Management,
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
dengan menggunakan kegiatan orang lain yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating), dan pengendalian (controlling). Adapun menjadi tujuan
manajemen adalah sebagai berikut :
1. Untuk mencapai keteraturan, kelancaran, dan kesinambungan usaha untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Untuk mencapai efisiensi, yaitu suatu perbandingan terbaik antara input
dan output.

2.1.1. Fungsi Manajemen


Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dengan menggunakan kegiatan orang lain yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (actuating), dan pengendalian
(controlling).

3
2.1.2. Perencanaan (planning)
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan
alternatif- alternatif, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-
prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai. 4 (empat) tingkat kemampuan dasar dalam
kegiatan perencanaan :
1. Insight yaitu kemampuan untuk menghimpun fakta dengan jalan
mengadakan penyelidikan terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan masalah yang direncanakan.
2. Forsight yaitu kemampuan untuk memproyeksikan atau
menggambarkan jalan atau cara-cara yang akan ditempuh,
memperkirakan keadaan keadaan yang mungkin timbul sebagai
akibat dari kegiatan yang dilakukan.
3. Studi eksploratif yaitu kemampuan untuk melihat segala sesuau
secara keseluruhan, sehingga diperoleh gambaran secara integral
dari kondisi yang ada.
4. Doorsight yaitu kemampuan untuk mengetahui segala cara yang
dapat menyamarkan pandangan, sehingga memungkinkan untuk
dapat mengambil keputusan.

Planning jangka panjang memiliki 2 karakteristik utama,


yaitu :
1. Tujuan dan sasaran yaitu merupakan dasar bagi strategi
perusahaan.
2. Peramalan (forecasting) jangka panjang yaitu langkah awal
sebelum membuat perencanaan.

2.1.3. Pengorganisasian (Organizing)


Merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan
seluruh potensi yang ada dari seluruh bagian dalam suatu kelompok
orang atau badan atau organisasi untuk bekerja secara bersama-sama

4
guna mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, baik untuk
tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi.
Dalam pengorganisasian dikenal istilah KISS (koordinasi,
integrasi, simplifikasi, dan sinkronisasi) dalam rangka menciptakan
keharmonisan dalam kegiatan organisasi.

2.1.4. Pengawasan (Contriling)


Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua
kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien serta
bernilai guna dan berhasil guna.

2.1.5. Sistem Manajemen Waktu


Adapun pengertian manajemen waktu proyek adalah proses
merencanakan, menyusun dan mengendalikan jadwal kegiatan
proyek. Manajemen waktu termasuk kedalam proses yang akan
diperlukan untuk memastikan waktu peyelesaian suatu proyek. Sistem
manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan
dan penjadwalan proyek. Dimana dalam perencanaan dan
penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik untuk
menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien
(Clough dan Scars, 1991).

2.1.6. Aspek – aspek Manajemen Waktu


Dasar yang dipakai dalam sistem manajemen waktu yaitu
perencanaan operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi
proyek yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini penjadwalan digunakan
untuk mengontrol aktivitas proyek setiap harinya. Adapun aspek-
aspek manajemen waktu yaitu menentukan penjadwalan proyek,
mengukur dan membuat laporan kemajuan proyek, membandingkan
penjadwalan dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan pada

5
akhir penyelesaian proyek, 8 merencanakan penanganan untuk
mengatasi akibat masalah tersebut, yang terakhir memperbaharui
kembali penjadwalan proyek (Clogh dan scars, 1991). Sedang aspek-
aspek manajemen waktu itu sendiri merupakan proses yang saling
berurutan satu dengan yang lainnya.

Gambar. 2.1. Sistem Manajemen Waktu (Clogh dan scars, 1991)

2.1.7. Anggara Biaya Proyek


Pada pelaksanaan proyek konstruksi, disamping kita
mengetahui pihak – pihak yang berperan dalam pekerjaan konstruksi,
diperlukan juga perencanaan Anggaran atau keuangan. Menurut buku
Manajemen Proyek karangan Imam Soeharto, masalah keuangan
ini mencakup biaya dan pendapatan proyek serta penerimaan dan
pengeluaran kas, secara umum biaya proyek dapat dikelompokan
menjadi Biaya tetap ( modal tetap ) dan Biaya tidak tetap ( modal kerja
). Modal tetap merupakan bagian dari biaya proyek yang digunakan
untuk menghasilkan produk yang diinginkan, mulai dari studi

6
kelayakan sampai konstruksi atau instalasi tersebut berjalan penuh.
Sedangkan modal kerja merupakan biaya yang digunakan untuk
menutupi kebutuhan pada tahab awal operasi. Secara lebih jelas, total
biaya yang dikeluarkan pada suatu proyek dapat dilihat pada bagan
dibawah ini :

Gambar. 2.2. Klasifikasi Anggaran Biaya Proyek

2.1.8. Proses Penyusunan Perkiraan Anggaran dan Biaya


Untuk mempermudah dalam penyusunan Anggaran pada
proyek, hendaknya diperlukan pemahaman akan disiplin ilmu teknik
dan engineering bagi tim proyek yang akan menyusunnya. Adapun
sistematika proses penyusunan Anggaran tersebut, adalah sebagai
berikut :

Gambar. 2.3. Proses Penyususnan Anggaran dan Biaya

7
Anggaran menunjukkan perencanaan penggunaan dana
untuk melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Dalam
penyelenggaraan proyek, suatu anggaran yang disusun rapi yaitu
anggaran yang dikaitkan dengan rencana jadwal pelaksanaan
pekerjaan, akan merupakan patokan dasar atau pembanding dalam
kegiatan pengendalian. Anggaran dapat menjadi tidak sesuai dengan
kenyataan. Bila perbedaan sudah terlalu besar maka penggunaan
anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian menjadi tidak
ampuh lagi. Oleh karenanya anggaran perlu disesuaikan, bila hal ini
memang diperlukan dari segi pengendalian dan perencanaan. Jadi
penyesuaian disini adalah untuk membuat anggaran tetap terhadap
situasi akhir. Dengan demikian sifat-sifat ketat dan realistik dari suatu
anggaran tetap terjaga.

2.2. Pengendalian Proyek


Pengendalian didefinisikan sebagai usaha yang sistematis untuk
menentukan standar yang sesuai dengan sasaran dan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar,
menganalisis kemungkinan penyimpangan, kemudian melakukan tindakan
koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara efektif dan
efesien dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan (Monica, 2013).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
membutuhkan standar atau tolak ukur sebagai pembanding, alat ukur kinerja
dan tindakan koreksi yang akan dilakukan bila terjadi penyimpangan.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian dapat berupa
pengawasan, pemeriksaan serta tindakan koreksi, yang dilakukan selama
proses implementasi.
Pengendalian proyek adalah sistem yang mengatur semua kegiatan
dalam proyek dengan tujuan agar semua terlihat berfungsi secara optimal,
sehingga pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan jadwal proyek ( time

8
schedule), serta membuat terkoordinasi dengan baik agar dapat menghasilkan
pekerjaan dengan kualitas yang sesuai dengan yang direncanakan.

2.2.1. Pengendalian Biaya


Pegendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses
pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan
pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian
biaya akan identik dengan perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis
kegiatan di kantor pusat dan lapangan harus selalu dipantau dan
dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai dengan anggaran
yang telah ditentukan.
Agar suatu pegendalian biaya dapat terlaksana dengan baik,
di samping pelakunya harus menguasai masalah teknis serta
tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam perusahaan
yang bersangkutan diperlukan suatu suasana atau kondisi yang
mendukung, antara lain :
1. Sikap sadar anggaran; ini berarti semua pihak penyelenggara
proyek menyadari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap
biaya.
2. Selalu mencari alternatif yang dapat menghasilkan penghematan
biaya. Salah satu cara yang mendorong terciptanya suasana
tersebut adalah mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan
mereka yang berkepentingan perihal penggunaan dana dan
menekankan adanya area-area yang berpotensial dapat diperbaiki
kinerjanya.
Proses pengendalian biaya proyek dimulai pada saat
membuat RAPK (Rencana Anggaran Proyek Pengendali ) dan
contract review (Kaji Ulang Kontrak) hingga proses fisik proyek
mencapai akhir pelaksanaan. Sebagai salah satu alat pengendalian
adalah berupa laporan keuangan proyek atau Evaluasi Biaya

9
Pelaksanaan Proyek (EBPP). EBPP ini memuat informasi atau laporan
tentang anggaran biaya yang direncanakan, realisasi penggunaan
anggaran biaya dilapangan sampai kemajuan pekerjaan tetentu dan
proyeksi biaya sampai penyelesaian proyek atau disebut Projected
Final Cost ( PFC ).

2.2.2. Pengendalian Waktu


Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga
agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang
telah dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini dimaksudkan
agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai tolok
ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan.
Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu jadwal pelaksanaan seperti Bar Chat
Schedule, kurva S sebagai indikator terlambat tidaknya proyek
dan formulir – formulir pengendalian jadwal yang lebih rinci,
masing – masing untuk bahan, alat maupun subkontraktor.

2.2.3. Laporan Kemajuan Pekerjaan


Seiring dengan adanya kemajuan ( progress ) pada masing-
masing pekerjaan, untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada
pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengukuran pekerjaan
dituangkan dalam suatu laporan. Laporan kemajuan proyek
menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan,
termasuk didalamnya :
1. Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama.
2. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk.
3. Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya.
4. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar
terhadap pencapaian sasaran proyek.

10
Sistem informasi ( laporan ) sebaiknya memberikan
keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi
kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan,
pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan,
kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan.

2.2.4. Kurva Pengendalian (Kurva S)


Kurva Pengendalian Kurva-S dapat dibuat dengan cepat dan
mudah dalam penggunaannya untuk berbagai tujuan, termasuk
pembandingan visual antara target dan kemajuan aktual. Kurva S
dipakai juga untuk pengujian ekonomi dan mengatur pembebanan
sumber daya serta alokasinya, menguji perpaduan kegiatan terhadap
rencana kerja, pembandingan kinerja aktual target rencana atau
anggaran biaya untuk keperluan evaluasi dan analisis penyimpangan.
Kurva kemajuan secara grafis dapat memberikan bermacam ukuran
kemajuan pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada
sumbu mendatar. Kriteria kemajuan dapat berupa persentase bobot
prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang dibelanjakan,
jumlah kuantitas atau volume pekerjaan, penggunaan berbagai sumber
daya dan masih banyak lagi ukuran lainnya. Kurva-S rangkap ini
membentuk semacam pembungkus. Jika pelaksanaan yang
sebenarnya berada dalam daerah pembungkus, maka sasaran proyek
besar kemungkinannya akan tercapai. Jika pelaksanaan sebenarnya
berada dalam lingkungan pembungkus itu maka sasaran proyek besar
kemungkinan akan dapat tercapai. Bila pelaksanaan sebenarnya
berada di bawah rencana memulai lambat maka proyek umumnya
tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya jika tidak diadakan
revisi. Untuk mencegah sampai adanya kurva pelaksanaan berada di
bawah rencana mulai paling lambat maka pada setiap unit waktu
tertentu disajikan kecenderungan arah kemiringan kurva (trend). Pada
kurun waktu tertentu, bila trend kurva naik berarti kinerja pelaksanaan

11
proyek baik. Kondisi yang demikian mengakibatkan hasil yang
dicapai lebih besar dari yang direncanakan. Tetapi ada kalanya
trend kurva mendatar atau bahkan turun. Gejala ini jika terus
berlanjut mengakibatkan kurva berada di bawah mulai paling lambat.
Ini berarti prestasi kerja yang dicapai lebih rendah dari yang
direncanakan.
Dengan mengetahui trend kurva pengendalian pihak
pengawas dapat memberikan saran atau peringatan kepada pihak
pelaksana proyek. Penggunaan grafik “S” dijumpai dalam hal-hal
berikut :
1. Pada analisis kemajuan proyek secara keseluruhan.
2. Penggunaan sama dengan butir di atas, tetapi untuk satuan unit
pekerjaan atau elemen- elemennya.
3. Pada kegiatan engineering dan pembelian untuk menganalisis
prosentase (%) penyelesaian pekerjaan, misalnya jam-orang
untuk menyiapkan rancangan, produksi gambar, menyusun
pengajuan pembelian terhadap waktu.
4. Pada kegiatan kontruksi, yaitu untuk menganalisa pemakaian
tenaga kerja atau jam- orang dan untuk menganalisa prosentase
(%) penyelesaian serta pekerjaan lain yang diukur dalam unit
versus waktu. Grafik “S” sangat berfaedah untuk dipakai sebagai
bulanan dan laporan kepada pimpinan proyek maupun pimpinan
perusahaan karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan
kemajuan proyek maupun pimpinan perusahaan karena grafik ini
dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan proyek.

2.2.5. Bar Charts


Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan
adalah diagram batang (bar charts) atau Gant charts. Bar charts
digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena sederhana,
mudah dalam pembuatannya dan mudah dimengerti oleh pemakainya.

12
Bar charts adalah sekumpulan daftar kegiatan yang
disusun dalam kolom arah vertikal. Kolom horizontal menunjukan
skala waktu, saat mulai dan akhir sebuah 14 kegiatan dapat terlihat
dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh
panjangnya diagram batang.
Proses Penyusunan Diagram Batang :
1. Daftar Item Kegiatan
Yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam
rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan Pekerjaan
Dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang
akan dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan
kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
3. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai
seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan
diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan setiap item kegiatan.

2.2.6. Perkiraan Kurun Waktu (Durasi)


Setelah terbentuk jaringan kerja, masing-masing komponen
kegiatan diberikan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan, juga perkiraan sumber
daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.
Durasi suatu aktifitas adalah panjangnya waktu pekerjaan
mulai dari start sampai finis. Ada 2 pendekatan dalam menentukan
durasi aktifitas, yaitu :
1. Pendekatan Teknik, meliputi memeriksa persediaan sumber daya.
a) Mancatat produktivitas sumber daya

13
b) Memeriksa kuantitas pekerjaan
c) Kemudian menentukan durasi.
2. Pendekatan praktek, meliputi pengalamandan keputusan.

14
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Jembatan


Berdasarkan UU 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan jembatan sebagai
bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama
dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan yang
dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah.
Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi
untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-
rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali,
jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang, dan lain-lain.
Menurut Ir. H. J. Struyk dalam bukunya “Jembatan“, jembatan merupakan
suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan
air atau lalu lintas biasa).
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan
perubahan konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang
diperlukan relatif mahal, dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada
saat pelaksanaan pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100
tahun untuk jembatan besar. Minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun.
Ini berarti, disamping kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu
lintas, perlu diperhatikan juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik.
Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatu konstruksi atau struktur
bangunan yang menghubungkan rute/lintasan transportasi yang terpisah baik
oleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan raya, jalan kereta api, dan
perlintasan lainnya. Konstruksi suatu jembatan terdiri dari bangunan atas,
bangunan bawah dan pondasi. Sesuai dengan istilahnya bangunan atas berada
pada bagian atas suatu jembatan yang berfungsi untuk menampung semua

15
beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan atau orang yang kemudian
disalurkan ke bagian bawah. Sedang bangunan bawah terletak di bawah
bangunan atas yang berfungsi untuk menerima atau memikul beban-beban
yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi.
Pondasi berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah lalu
disalurkan ke tanah. Jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah dasarnya,
dapat menggunakan tiang pancang, tiang bor, atau sumuran.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi, dan
tipe struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan
kemajuan zaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
konstruksi yang mutakhir. Berdasarkan kegunaannya jembatan dapat
dibedakan sebagai berikut (Agus Iqbal Manu, 1995:9):
1. Jembatan jalan raya (highway bridge).
2. Jembatan jalan kereta api (railway bridge).
3. Jembatan jalan air (waterway bridge).
4. Jembatan jalan pipa (pipeway bridge)
5. Jembatan militer (military bridge).
6. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Jenis-jenis jembatan cukup banyak tergantung dari sudut pandang
yang di ambil. Berdasar bahan bangunannya sendiri jembatan dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Jembatan Kayu
2. Jembatan pasangan batu dan batu bata
3. Jembatan Beton Bertulang
4. Jembatan beton prategang ( Prestressed Concrete Bridge)
5. Jembatan Baja
6. Jembatan Komposit
Klasifikasi jembatan menurut sistem strukturnya dapat dibagi
menjadi :
1. Jembatan lengkung (arch bridge)
2. Gelagar (beam bridge)

16
3. Jembatan Cable-Stayed
4. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)
5. Jembatan rangka (Truss Bridge)
6. Jembatan Beton Prategang ( Prestressed Concrete Bridge)
7. Jembatan Box Girder
8. Jembatan Kantilever
Dalam Perencanaan Jembatan ada beberapa aspek yang perlu
ditinjau yang nantinya akan mempengaruhi dalam proses perencanaan
jembatan, antara lain :
1. Aspek Lalu Lintas
2. Aspek Hidrologi
3. Aspek Tanah
4. Aspek Konstruksi Jembatan

3.1.1. Aspek Lalu Lintas


Analisa terhadap lalu lintas diperlukan untuk mengetahui
tingkat pelayanan jembatan sampai umur rencana tertentu. Volume
lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melewati satu titik
tertentu dari suatu segmen jalan selama waktu tertentu (menit, jam
ataupun hari). Dinyatakan dalam satuan kendaraan atau satuan mobil
penumpang (smp). Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT)
adalah jumlah lalu lintas kendaraan ratarata yang melewati satu jalur
jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh.

LHRT dinyatakan dalam smp/hari/2 arah atau


kendaraan/hari/2 arah untuk jalan 2 lajur 2 arah, smp/hari/1 lajur atau
kendaraan/hari/1 arah untuk jalan berlajur banyak dengan median.

17
Perkerasan jalan pada perencanaan jembatan yaitu pada oprit
jembatan sebagai jalan pendekat yang merupakan bagian penting pada
proses perencanaan jalan, yang berfungsi :

1. Menyebarkan beban lalu lintas di atasnya ketanah dasar


2. Melindungi tanah dasar dari rembesan air hujan
3. Mendapatkan kenyamanan dalam perjalanan

3.1.2. Aspek Hidrologi


Perkiraan besarnya penggerusan tanah sekitar pondasi oleh
aliran sungai ini sangat penting, karena akan berdampak pada
stabilitas dan daya dukung pondasi jembatan. Perhitungan dan analisa
aspek hidrologi digunakan pada jembatan yang salah satu atau
beberapa pondasi pilarnya dan atau pondasi abutmentnya terletak
dalam aliran sungai atau dipengaruhi oleh aliran air sungai (muka air
banjir). Karena tidak ada pondasi pilar ataupun abutment yang
terpengaruh oleh aliran sungai, maka analisa Hidrologi tidak perlu
diperhitungkan.

3.1.3. Aspek Geoteknik (Tanah)


Pada umumnya pondasi dangkal berupa pondasi telapak
yaitu pondasi yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah
pondasi, bilamana terdapat lapisan tanah keras yang mampu
mendukung suatu bangunan pada permukaan tanah. Menurut Terzaghi
pondasi dangkal yaitu apabila kedalaman pondasi lebih kecil atau
sama dengan lebar pondasi.
Selain pondasi telapak juga ada pondasi kaison yaitu pondasi
yang merupakan peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Di Indonesia pondasi kaison sering dibuat berbentuk silinder sehingga
umumnya disebut pondasi sumuran.Pondasi kaison terdiri 2 tipe, yaitu
kaison bor ( drilled caisson ) dan kaison (caisson)

18
Pondasi kaison bor dibuat dengan cara mengebor lebih dulu
untuk membuat lubang di dalam tanah, dan kemudian lubang diisi
dengan beton.Bagian tubuh kaison dapat dilindungi pipa yang
merupakan bagian dari pondasi, atau pipa pelindung ditarik setelah
pengecoran. Pondasi kaison yang berbentuk silinder atau kotak beton
dibuat dengan membenamkan silinder beton ditempatnya, bersamaan
dengan penggalian tanah.

Gambar. 3.1. Pondasi dangkal

Df = Kedalaman pondasi dangkal dari permukaan tanah

B = Lebar pondasi

Pondasi telapak umumnya dibangun di atas tanah pendukung


dengan membuat suatu tumpuan yang bentuk dimensinya sesuai
dengan beban bangunan dan daya dukung tanah pondasi tersebut.
Pondasi tersebut bersatu dengan bagian utama bangunan sehingga
merupakan suatu konstruksi yang monolit.

Syarat- syarat pondasi dangkal yaitu :

1. Kapasitas daya dukung batas Qult > tegangan kontak yang


diakibatkan oleh beban luar.
2. Penurunan pondasi yang terjadi < penurunan yang disyaratkan
3. Struktur secara keseluruhan harus stabil dalam arah vertikal,
horizontal dan terhadap guling.

19
3.1.4. Aspek Konstruksi Jembatan
Dalam merencanakan suatu jembatan, peraturan
pembebanan yang dipakai mengacu pada Bridge Management System
( BMS’92 ). Beban - beban yang bekerja meliputi :
1. Beban Tetap (Beban Mati)
Berat nominal dan nilai terfaktor dari berbagai bahan dapat
diambil dari tabel 3.1. berikut ini:
Tabel. 3.1. Berat Bahan Nominal S.L.S dan U.L.S

Sumber : Bridge Management System ( BMS - 1992 )


Beban mati tambahan adalah berat semua elemen tidak struktural
yang dapat bervariasi selama umur jembatan seperti :

1. Perawatan permukaan khusus


2. Pelapisan ulang dianggap sebesar 50 mm aspal beton (hanya
digunakan dalam kasus menyimpang dan nominal 22 kN/ m³)
--- dalam SLS
3. Sandaran, pagar pengaman dan penghalang beton
4. Tanda-tanda (rambu)
5. Perlengkapan umum seperti pipa air dan penyaluran
(dianggap kosong atau penuh)
Selain dari pengaruh primer, pratekan menyebabkan pengaruh
sekunder dalam komponen tertahan dan struktur tidak tertentu,

20
untuk penentuan pengaruh dari pratekan dalam struktur tidak
tertentu adalah cara beban ekivalen dimana gaya tambahan pada
beton akibat kabel pratekan dipertimbangkan sebagai beban luar.
2. Beban Tidak Tetap (Beban Lalu Lintas)
Beban lalu lintas adalah semua beban yang berasal dari berat
kendaraan-kendaraan bergerak, dan pejalan kaki yang dianggap
bekerja pada jembatan. Beban lalu lintas meliputi :
Beban kendaraan mempunyai tiga komponen, yaitu :
a. Komponen vertikal
b. Komponen rem
c. Komponen sentrifugal (untuk jembatan melengkung)
Beban lalu lintas untuk rencana jembatan jalan raya terdiri dari
pembebanan lajur “D” dan pembebanan truk “T”. Pembebanan
lajur “D” ditempatkan melintang pada lebar penuh dari jalan
kendaraan jembatan dan menghasilkan pengaruh pada jembatan
yang ekivalen dengan rangkaian kendaraan sebenarnya, jumlah
total pembebanan lajur “D” yang ditempatkan tergantung pada
lebar jalan kendaraan jembatan.
Pembebanan truk “T” adalah berat kendaraan, berat tunggal truk
dengan tiga gandar yang ditempat dalam kedudukan sembarang
pada lajur lalu lintas rencana. Tiap gandar terdiri dari dua
pembebanan bidang kontak yang dimaksudkan agar mewakili
pengaruh moda kendaraan berat. Hanya satu truk “T” boleh
ditempatkan perlajur lalu lintas rencana.
Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas harus
diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan
dianggap bekerja pada lantai kendaraan. Gaya ini tidak tergantung
pada lebar jembatan. Pemberian besarnya gaya rem dapat dilihat
pada tabel 3.2 berikut :

21
Tabel. 3.2. Gaya Rem

Sumber : Bridge Management System ( BMS - 1992 )

Lantai dan balok yang langsung memikul pejalan kaki harus


direncanakan untuk 5 kPa. Intensitas beban untuk elemen lain
diberikan dalam tabel 3.3 di bawah ini :
Tabel. 3.3 Intensitas Beban Pejalan Kaki untuk Trotoar Jembatan
Jalan Raya

Sumber : Bridge Management System ( BMS - 1992 )


Tekanan angin rencana diberikan dalam tabel 3.4 berikut :
Tabel. 3.4. Tekanan Angin pada Bangunan Atas

Sumber : Bridge Management System ( BMS - 1992 )


Keterangan :
b = Lebar bangunan atas antara permukaan luar tembok pengaman
d = Tinggi bangunan atas (termasuk tembok pengaman padat)

22
Pengaruh gempa bumi pada jembatan diperhitungkan senilai
dengan pengaruh horizontal yang bekerja pada titik berat
konstruksi/bagian konstruksi yang ditinjau dalam arah yang paling
berbahaya.
Beban gempa horisontal (Gh) pada jembatan dapat ditentukan
dengan rumus :

 Wt = Berat total jembatan yang dipengaruhi oleh percepatan


gempa
 C = Koefisien geser dasar gempa (Daerah Semarang termasuk
dalam daerah/Zone gempa 5)
 I = Faktor kepentingan
 S = Faktor jenis struktur
Tabel. 3.5. Tabel klasifikasi jenis tanah untuk penentuan koefisien
geser dasar gempa

Sumber : Buku Ajar Mekanika Gempa Bab 6 hal 10

3.2. Data Umum Proyek


Lokasi proyek pembangunan Penggantian Jembatan Lamboo
terletak di Kec.Moramo Kab. Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
seperti yang tersaji pada Gambar 3.2. Jembatan Lamboo saat ini merupakan
jembatan pengganti dari jembatan sebelumnya.

23
Gambar. 3.2. Informasi Proyek

3.2.1. Manajemen Proyek


Menurut Wulfram I Ervianto (2002), Manajemen proyek
adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi
suatu proyek dari awal dimulainya proyek sampai dengan selesainya
proyek guna terjaminnya proyek terlaksana dengan tepat waktu, tepat
biaya, dan tepat mutu. Adapun menurut H. Kerzner (1982), dalam
buku Armaini Akhirson Karaini (1987) bahwa manajemen proyek
adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran
jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek
menggunakan pendekatan system dan hierarki (arus kegiatan) vertical
dan horizontal.

24
3.2.2. Manajemen Waktu
Menurut Haynes (1994), manajemen waktu adalah suatu
proses di mana untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi waktu
dengan cara memanfaatkan analisis dan perencanaan yang baik.
Adapun menurut Clough dan Scars (1991) Manajemen Waktu proyek
adalah proses merencanakan, menyusun dan mengendalikan jadwal
kegiatan proyek, manajemen waktu termasuk ke dalam proses yang
akan diperlukan untuk memastikan waktu penyelesaian suatu proyek
di mana perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan
pedoman yang spesifik untuk menyelesaiakan aktivitas proyek dengan
lebih cepat dan efisien.
Manajemen waktu bertujuan untuk mendukung produktifitas
walau tampak dan dirasakan seperti membuang-buang waktu, dengan
merencanakan terlebih dahulu penggunaan waktu, bukanlah suatu
pemborosan melainkan memberikan kerangka serta acuan bahkan
pengawasan terhadap waktu.
Dalam buku Ir. Abrar Husen, MT (2011) bahwa Standar
kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahan kegiatan
proyek beserta durasi dan penggunaan sumber data. Dari semua
informasi dan data yang telah diperoleh, dilakukan proses
penjadwalan sehingga akan ada output berupa format-format laporan
lengkap mengenai indikator progress waktu, yaitu:
1. Barchart
Menurut Ir. Abrar Husen, MT (2011) ditemukan oleh Gantt dan
Fredick W. Taylor (1887), merupakan bentuk bagan balok, dengan
panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan.
Format bagan baloknua informative, mudah dibaca dan efektif
untuk komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana.

25
Gambar. 3.3. Contoh Barchart

2. Network Planning
Menurut Ir. Abrar Husen, MT (2011) adalah sebagai jaringan kerja
berbagai kegiatan dapat menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis
yang membutuhkan pengawasan ketat agar pelaksanaannya tidak
keterlambatan. Format Network Planning juga digunakan untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan yang longgar waktu
penyelesaiannya berdasarkan total float-nya, sehingga kesemua itu
dapat digunakan untuk memperbaiki jadwal dan agar alokasi
sumber dayanya menjadi lebih efektif serta efisien.

Gambar. 3.4. Contoh Network Planning

26
3. Kurva Kemajuan (Kurva S)
Menurut Ir. Abrar Husen, MT (2011) kurva S adalah sebuah grafik
yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar
pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga
akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek
berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang
direprentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan
proyek.
Kurva S seacar grafis menyajikan beberapa ukuran kemajuan
komulatif pada suatu sumbu tegak terhadap waktu pada sumbu
mendatar. Kemajuan itu dapat diukur menurut jumlah nilai uang
yang telah dikeluarkan, survey kauntitas dari pekerjaan di tempat
itu, jam yang telah dijalani, atau setiap ukuran lainnya yang
memberikan manfaat. Masing-masing hal itu dinyatakan baik
menurut pengertian satuan-satuan sebenarnya ( dolar, meter kubik,
dan lain-lain) sebagai presentase dari jumlah kuantitas yang telah
diperkirakan untuk diukur.

Gambar. 3.5. Penggunaan Kurva S untuk Menganalisis Varians

27
28
Jadwal pelaksanaan manajemen proyek merupakan jadwal yang
mencakup seluruh item pekerjaan atau paket pekerjaan yang ada
dalam proyek sehingga dapat memberikan gambaran rencana
kegiatan pada tahap persiapan sampai tahap penyelesaian.
Umumnya digunakan gabungan antara diagram batang (Bar
Chart) dengan kurva S. Sistem ini dirasa lebih bermanfaat
mengingat dengan diagram batang dapat dilihat dengan mudah
rangakaian kegiatan secara keseluruhan, sedangkan melalui kurva
S akan diperoleh kemajuan manajemen proyek secara
keseluruhan.

4. Kurva Earned Value


Menurut Ir. Abrar Husen, MT (2011) yaitu yang dapat menyatakan
progress waktu berdasarkan baseline yang telah ditentukan untuk
periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek. Bila ada
indiaksi waktu terlambat dari yang direncanakan, maka hal itu
dapat dikoreksi dengan menjadwal ulang proyek dan meramalkan
seberapa lama durasi yang diperlukan untuk penyelesaian proyek
karena penyimpangan tersebut, serta dengan menambah jumlah
tenaga kerja waktu bergantian.

Gambar. 3.6. Contoh Grafik Kurva S Earned Value

29
3.2.3. PDM ( Precedence Diagram Method)
PDM pada dasarnya menitik beratkan pada pesoalan
keseimabangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM
menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja
atau sumber daya untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu
proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan sumber-
sumber daya tersebut. Dalam PDM jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tahapan dari proyek konstruksi sianggap pasti.

3.2.4. Man
Merupakan penduduk yang berada pada usia kerja. Secara
garis besar penduduk suatu Negara dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong
tergolong tenaga kerja jika telah memasuki usia kerja yang berlaku di
Indonesia sekitar usia 15 tahun sampai 64 tahun.

3.2.5. Method
Merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Proyek
konstruksi memerlukan metode guna melaksanakan semua susunan
pekerjaan yang telah disusun didalam sebuah jadwal.
3.2.6. Money
Merupakan sebuah nilai tukar yang digunakan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Sebuah proyek konstruksi sangatlah memerlukan
nilai tukar sebagai tanda bayar yang sah.

3.2.7. Modern Machine


Merupakan alat berat yang memiliki kemampuan dan
teknologi terbarukan. Berfungsi sebagai alat bantu dalam sebuah
proyek konstruksi.

30
3.3. Hambatan Pelaksanaan Manajemen Waktu
Dalam kenyataan di lapangannya, pelaksanaan manajemen waktu
proyek konstruksi banyak menemui kendala-kendala yang menyebabkan
pelaksanaannya tidak optimal. Adapun masalah-masalah yang dapat
menghambat pelaksanaan manajemen waktu adalah sebagai berikut:
1. Alokasi penempatan sumber daya tidak efektif dan efisien karena
penyebarannya fluktuatif dan ketersediaan sumber dayanya tidak
mencukupi. Untuk mengatasubta, dilakukan pemerataan jumlah sumber
daya dan penjadwalan ulang serta merelokasi sumber daya agar lebih
efektif dan efisien.
2. Terjadi keterlambatan proyek yang disebabkan oleh jumlah tenga kerja
yang terbatas, peralatan tidak mencukupi, kondisi cuaca buruk, metode
kerja yang salah. Untuk mengatasinya, dilakukan duration cost trade yaitu
menambah tenaga kerja dan peralatan, dengan konsekuensi biaya
meningkat namun sebagai gantinya akan mempercepat durasi proyek.
3. Kondisi alam yang diluar perkiraan dapat memengaruhi dan menunda
jadwal rencana, sehingga antisipasi keadaan tersebut perlu dilakukan.

3.3.1. Standarisasi Manajemen Waktu


Manajemen waktu itu dikatakan telah dilaksanakan dengan
baik, apabila setiap perusahaan kontraktor telah melaksanakan setiap
aspek-aspek dari manajemen waktu. Menurut Clough dan Sears
(1991) adapun aspek-aspek manajemen waktu itu sebagai berikut:
1. Menyusun jadwal (Planning)
2. Mengukur dan membuat laporan kemajuan (Monitoring)
3. Membandingkan kemajuan di lapangan dengan rencana dan
menentukan akibat yang timbul pada saat penyelesaian (Analysis)
4. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan
(Corrective Action)
5. Memperbaharui jadwal (update operational schedule)

31
3.3.2. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corrective
Action)
Menurut Clough dan Sears (1991), Corrective Action adalah
segala upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kinerja masa
depan yang diharapkan sesuai jalur yang direncanakan. Adapun
tindakan pembetulan dapat berupa:
1. Realokasi sumber daya.
2. Menambah jumlah tenaga kerja.
3. Jadwal alternatif (lembur atau shift).
4. Membagi-bagi pekerjaan ke subkontraktor.
5. Mengubah metode kerja.
6. Work Splitting (Pembagian pekerjaan dengan durasi yang lama).

3.3.3. Memperbaharui Jadwal (Updating Schedule)


Menurut Clough dan Sears (1991), Pada umumnya re-
schedule dilakukan bersamasama dengan proses updating. Adapun
beberapa tindakan yang perlu dilakukan dalam updating schedule
antara lain:
1. Perhitungan float dari setiap aktivitas dari jadwal yang baru.
2. Perhitungan project completion date jadwal yang baru.
3. Penyesuaian jadwal yang baru dengan jadwal yang sudah
dikoreksi (correctiong schedule).

3.4. Pembahasan
Adapun peneliti melakukan pengumpulan data yang bersumber data
primer maupun data sekunder dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di
lapangan.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari interview dengan pihak
terkait dan dari data proyek yang ada. Serta mengenai data-data yang

32
berkaitan dengan pihak proyek dari literature kepustakaan yang
digunakan untuk mendukung data primer.

3.4.1. Pengolahan Data


Pengolahan data berisi mengenai pengolahan data-data yang
telah diperoleh dari hasil pengumpulan data untuk mendapatkan
tujuan dari penelitian ini. Metode CPM adalah teknik menganalisis
jaringan kegiatan/aktivitas-aktivitas ketika menjalankan proyek dalam
rangka memprediksi durasi total.
Pengolahan data ini bertujuan agar data mentah yang
diperoleh bisa dianalisa dan kemudian memudahkan mengambil
kesimpulan atau menjawab permasalahan yang ada. Langkah standar
dalam penentuan CPM adalah sebagai berikut:
1. Membagi seluruh pekerjaan menjadi beberapa kelompok
pekerjaan yang dapat dikatakan sejenis.
2. Menentukan durasi penyelesaian masingmasing pekerjaan.
3. Menentukan keterkaitan antara kelompokkelompok Pekerjaan
tersebut.
4. Menentukan critical path method berdasarkan hubungan saling
keterkaitannya.
5. Membandingkan durasi total pekerjaan dengan penerapan di
lapangan.

3.4.2. Analisa Manajemen Proyek


Untuk selanjutnya data hasil pengolahan data dianalisa,
dimana akan dilakukan analisa dibagian hasil dan pembahasan yang
bertujuan untuk mempelajari masalah-masalah yang ada dan
mengambil kesimpulan dari masalah yang ada.

33
3.4.3. Perhitungan Critical Path Method (CPM)
Penelitian ini menganalisis optimalisasi durasi proyek dengan
menggunakan critical path method (CPM). Adapun Langkah-langkah
untuk perencanaan waktu dengan menggunakan critical path method
(CPM) sebagai berikut:
1. Membuat daftar jenis pekerjaan.
2. Perkiraan waktu/durasi pada setiap item pekerjaan.
3. Analisa waktu dengan menggunakan critical path method (CPM),
EF, LS, dan Float Time.
4. Mengidentifikasi pekerjaan kritis dan gambar network planning.

3.4.4. Perhitungan Jumlah Hari Kerja Setiap Jenis Pekerjaan


Jumlah hari kerja dihitung berdasarkan total koefisien
pekerja dikalikan dengan volume dibagikan jam kerja, berdasarkan
Engineer’s Estimate (EE) proyek Pembangunan Jembatan Lamboo
Kec. Moramo Kab. Konawe Selatan bahwa jam kerja efektif dalam 1
hari nya yaitu 7 jam.
Berdasarkan Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) SNI
2020 yang digunakan pada proyek pembangunan jembatan Lamboo
Kec. Moramo, maka diperoleh data koefisien dari setiap pekerjaan
adalah sebagai berikut:

34
Tabel. 3.6. Jumlah Koefisien Tenaga Kerja pada Proyek
Pembangunan Jembatan Lambo Kec. Moramo

35
Setelah diperoleh jumlah koefisien tenaga kerjanya,
kemudian dikalikan dengan volume dan dibagi 7 (jam kerja efektif
dalam 1 hari), sehingga jumlah hari diperoleh sebagai berikut:
Tabel. 3.7. Jumlah Hari Pekerjaan pada Proyek Pembangunan
Jembatan Lambo Kec. Moramo

Setelah diperoleh jumlah hari, kemudian jumlah hari


dibagikan dengan jumlah pekerja yang telah diperoleh dari hasil
pengamatan langsung di lokasi proyek, maka didapatkan jumlah hari
kerja sebagai berikut:

36
Tabel. 3.8. Jumlah Uraian Pekerjaan dan Durasi Pelaksanaanpada
Proyek Pembangunan Jembatan Lamboo Kec. Moramo

Berdasarkan perhitungan, semua pekerjaan dapat


diselesaikan dalam waktu 367 hari, sedangkan berdasarkan data
kontrak waktu pelaksanaannya 240 hari. Oleh karena itu dibutuhkan
strategi agar pelaksanaannya dapat selesai tepat waktu.

3.4.5. Analisa Waktu dengan Menggunakan CPM


Perhitungan maju (forward pass), rumus perhitungannya:
EF = ES + D, mencari waktu selesai paling awal EF (Earliest Finish)
pada setiap aktivitas dapat dilihat pada gambar 3.7. perhitungan maju
di bawah ini:

37
Gambar. 3.7. Bagan Diagram Network Planning Normal

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa proyek


pembangunan jembatan gantung lubuk ulak dapat diselesaikan dalam
waktu 354 hari sedangkan waktu pelaksanaan yang diberikan adalah
240 hari. Berarti akan terjadi keterlambatan pekerjaan selama 114
hari, hal ini disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang tidak
menyesuaikan waktu pelaksanaannya, maka akan dianalisa kembali
kebutuhan tenaga kerja yang menyesuaikan waktu pelaksaaan agar

38
tercapainya pelaksanaan pekerjaan tepat waktu. Setelah dianalisa
kembali, berikut penjelasan tentang tambah kurang tenaga kerjanya:

1. Tenaga kerja pada pekerjaan galian batu semula: 9 orang menjadi:


2 orang dikarenakan sebelumnya jika jumlah tenaga pekerja
semula: 9 orang maka durasi hari pekerjaan yang didapatkan:
0.057 sedangkan jika jumlah tenaga pekerja menjadi 2 orang maka
durasi hari pekerjaan yang didapatkan: 0.255 dan tetap dibulatkan
menjadi 1 hari, maka akan lebih optimal jika 7 orang tenaga kerja
lainnya akan di alokasikan pada pekerjaan baja tulangan sirip-
BjTS 280 dan pemasangan jembatan rangka baja.
2. Tenaga kerja pada pekerjaan galian struktur dengan kedalaman 0–
2 m semula: 5 orang menjadi: 2 orang dikarenakan sebelumnya
jika jumlah tenaga pekerja semula: 5 orang maka durasi hari
pekerjaan yang didapatkan: 0.314 sedangkan jika jumlah tenaga
pekerja menjadi 2 orang maka durasi hari pekerjaan yang
didapatkan: 0.785 dan tetap dibulatkan menjadi 1 hari, jadi akan
lebih optimal jika 3 orang tenaga kerja lainnya akan di alokasikan
pada pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 dan pemasangan
jembatan rangka baja.
3. Tenaga kerja pada pekerjaan galian struktur dengan kedalaman 2–
4 m semula: 6 orang menjadi: 3 orang dikarenakansebelumnya jika
jumlah tenaga pekerja semula: 6 orang maka durasi hari pekerjaan
yang didapatkan: 0.380 sedangkan jika jumlah tenaga pekerja
menjadi 2 orang maka durasi hari pekerjaan yang didapatkan:
0.760 dan tetap dibulatkan menjadi 1 hari, jadi akan lebih optimal
jika 3 orang tenaga kerja lainnya akan di alokasikan pada
pekerjaan baja tulangan Sirip-BjTS 280 dan pemasangan jembatan
rangka baja.
4. Tenaga kerja pada pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian
semula: 5 orang menjadi: 2 orang dikarenakan sebelumnya jika
jumlah tenaga pekerja semula: 5 orang maka durasi hari pekerjaan

39
yang didapatkan: 0.040 sedangkan jika jumlah tenaga pekerja
menjadi 2 orang maka durasi hari pekerjaan yang didapatkan:
0.100 dan tetap dibulatkan menjadi 1 hari, jadi akan lebih optimal
jika 3 orang tenaga kerja lainnya akan di alokasikan pada
pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 dan pemasangan jembatan
rangka baja.
5. Tenaga kerja pada pekerjaan pembersihan dan pengupasan lahan
semula: 11 orang menjadi: 2 orang dikarenakan sebelumnya jika
jumlah tenaga pekerja semula: 11 orang maka durasi hari
pekerjaan yang didapatkan: 0.034 sedangkan jika jumlah tenaga
pekerja menjadi 2 orang maka durasi hari pekerjaan yang
didapatkan: 0.185 dan tetap dibulatkan menjadi 1 hari, jadi akan
lebih optimal jika 9 orang tenaga kerja lainnya akan di alokasikan
pada pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 dan pemasangan
jembatan rangka baja.
6. Tenaga kerja pada pekerjaan pemotongan pohon pilihan d > 30–
50cm semula: 11 orang menjadi: 2 orang dikarenakan sebelumnya
jika jumlah tenaga pekerja semula: 11 orang maka durasi hari
pekerjaan yang didapatkan: 0.043 sedangkan jika jumlah tenaga
pekerja menjadi 2 orang maka durasi hari pekerjaan yang
didapatkan: 0.235 dan tetap dibulatkan menjadi 1 hari, jadi akan
lebih optimal jika 9 orang tenaga kerja lainnya akan di alokasikan
pada pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 dan pemasangan
jembatan rangka baja.
7. Setelah pengurangan tenaga kerja pada pekerjaan galian batu,
galian struktur dengan kedalaman 0–2 m, galian struktur dengan
kedalaman 2–4 m, timbunan biasa dari sumber galian,
pembersihan dan pengupasan lahan dan pemotongan pohon
pilihan d > 30–50cm didapatkan 34 tenaga kerja yang akan dibagi
ke pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280: 29 orang dan
pemasangan jembatan rangka baja: 5 orang, sehingga tenaga kerja

40
pada pekerjaan ditambah 17 tenaga kerja sehingga untuk
pekerjaan baja tulangan sirip-BjTS 280 tenaga kerjanya semua: 5
orang menjadi: 34 orang, dan baja tulangan sirip-BjTS 280 semua:
5 orang menjadi: 10 orang.

Untuk selanjutnya dilakukan perhitungan maju (forward


pass), dengan rumus perhitungannya: EF = ES + D, mencari waktu
selesai paling awal EF (Earliest Finish) pada setiap aktivitas sesuai
dengan durasi hari yang sudah dianalisa kembali. Setelah dilakukan
perhitungan, langkah berikutnya adalah membuat diagram network
planning.
proyek pembangunan jembatan Lambo Kec. Moramo dapat
diselesaikan dalam waktu 170 hari sedangkan waktu pelaksanaan
yang diberikan adalah 240 hari. Berarti akan ada penghematan waktu
pengerjaan selama 70 hari.
Adapun opsi selanjutnya selain menambah tenaga kerja yaitu
dengan menerapkan sistem kerja lembur atau penambahan waktu
kerja, maka akan dianalisa perhitungannya, yaitu dengan menambah
jam kerja efektif dalam 1 hari semula: 7 jam menjadi: 13 jam
khususnya pada pekerjaan Baja Tulangan Sirip-BjTS 280 dan
Pemasangan Jembatan Rangka Baja, karena kedua pekerjaan tersebut
berada dalam jalur kritis dan paling lama durasi pekerjaannya. Setelah
dilakukan perhitungan, langkah berikutnya adalah membuat diagram
network planning

41
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sesuai dengan rumusan
permasalahan yang dikemukakan pada bab 1 yaitu sebagai berikut:
1. Hasil dari analisa waktu menggunakan critical path method (CPM) sesuai
dengan data jumlah tenaga kerja yang diperoleh dari pengamatan
langsung dilapangan bahwa pelaksanaannya dapat diselesaikan dalam
waktu 354 hari, sedangkan waktu pelaksanaan yang diberikan adalah 240
hari. Berarti akan terjadi keterlambatan pekerjaan selama 114 hari.
2. Setelah menganalisa waktu kembali menggunakan critical path method
(CPM) sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang sudah ditambah kurang
maka pelaksanaannya dapat diselesaikan dalam waktu 170 hari,
sedangkan waktu pelaksanaan yang diberikan adalah 240 hari. Berarti
akan ada penghematan waktu pengerjaan selama 70 hari.
3. setelah menganalisa waktu kembali menggunakan critical path method
(CPM) sesuai dengan tambah jam kerja atau lembur maka pelaksanaannya
dapat diselesaikan dalam waktu 223 hari, sedangkan waktu pelaksanaan
yang diberikan adalah 240 hari. Berarti akan ada penghematan waktu
pengerjaan selama 17 hari.
4. Berdasarkan diagram critical path method (CPM), kegiatan kritis dalam
proyek pembangunan jembatan Lambo Kec. Moramo adalah pekerjaan
pembersihan dan pengupasan lahan, pemotongan pohon pilihan d > 30–
50cm, galian struktur dengan kedalaman 0–2m, galian struktur dengan
kedalaman 2–4m, galian struktur dengan kedalaman 4–6m, galian batu,
dinding sumuran silinder, beton fc’ 10 mpa, baja tulangan sirip-bjts 280,
beton struktur fc’ 30 mpa, baja tulangan polos-bjtp 280, beton struktur fc’
25 mpa, pengangkutkan bahan jembatan, pemasangan jembatan rangka
baja dan papan nama jembatan.

42
4.2. Saran
Untuk pihak kontraktor agar terhindar keterlambatan kerja
diharapkan untuk melakukan antisipasi dikarenakan ada beberapa faktor yang
tidak terduga di lapangan seperti faktor cuaca, jadi jika dalam cuaca baik
segera melaksanakan pekerjaan dengan semaksimal mungkin.

43
DAFTAR PUSTAKA

Jeffry Edgar, Mardijono Hadiwidjaja. 2018. Analisis Manajemen Waktu


Pelaksanaan Proyek Menggunakan Metode CPM Pada Pondasi Pabrik
Mesin Percetakan Plastik. Universitas Widya Kartika, Surabaya.
Fiki Aryani, Rafie, Syahruddin. 2014. Analisa Penerapan Manajemen Waktu Pada
Proyek Konstruksi Jalan Lingkungan Lokasi Kalimantan Barat. Universitas
Tanjung Pura, Pontianak.
Ir. Anak Agung Wiranata. 2018. Analisis Penerapan Manajemen Waktu pada PT.
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Universitas Udayana, Badung.
Ir. Abrar Husen, MT. 2011. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan, &
Pengendalian Proyek. ANDI, Yogyakarta.
Armaini Akhirson Karaini. 1987. Pengantar Manajemen Proyek. Univertsitas
Gunadarma, Depok.
Ir. Iman Soeharto. 1995. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operational.
Erlangga, Jakarta.

44

Anda mungkin juga menyukai