i
2.4.1 Biaya Langsung (Direct Cost) ………………………………….………... 13
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Harga Cost Varians dan Schedule Varians beserta Keterangannya …… 22
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lokasi Proyek Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku
SPAM Regional Banjarbakula ....................................................... 3
Gambar 3.1 Flow Chart Metode Penelitian Pengendalian Waktu dan Biaya
Proyek dengan Menggunakan Metode Analisis Earned Value ..........27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
peringatan awal jika terdapat inefisiensi biaya maupun waktu.
Dari uraian latar belakang di atas, penulis melakukan studi kasus pada
proyek “Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku SPAM Regional
Banjarbakula dari IPA II Pinus (Kabupaten Banjar) ke IPA Pramuka (Kota
Banjarmasin)” untuk melakukan penelitian pengendalian biaya dan waktu dengan
menggunakan metode Earned Value pada proyek tersebut. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisa kinerja pelaksanaan proyek dari segi biaya dan waktu
sesuai dengan konsep nilai dan hasil (earned value), menganalisa estimasi waktu
dan biaya penyelesaian proyek, serta merumuskan solusi yang dilakukan
kontraktor sehubungan dengan adanya penyimpangan atau keterlambatan.
2
2. Sebagai literatur dalam kegiatan akademik khususnya dalam bidang Teknik Sipil
agar dapat menambah pengetahuan tentang pengendalian proyek.
Gambar 1.1 Lokasi Proyek Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku
SPAM Regional Banjarbakula
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
sumber daya lingkungan, risiko dan manajemen sistem informasi yang bertujuan
untuk memperoleh hasil maksimal dalam pencapaian kinerja proyek.
5
1. Ukuran proyek
Semakin besar ukuran bangunan, semakin komplek konstruksinya dan
memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama.
2. Fungsi bangunan
Fungsi suatu bangunan menyiratkan target bisnis yang ingin dicapai.
Contohnya kantor, ritel dan bangunan lainnya.
3. Kompleksitas
Kompleksitas menggambarkan kerumitan pekerjaan yang berdampak pada
metode konstruksi seperti tipe pondasi yang digunakan.
4. Kualitas
Kualitas dapat diklasifikasikan oleh variabel atau atribut yaitu
penampilan kekuatan, stabilitas, penggunaan material. Tampilannya
merupakan salah satu aspek penilaian kualitas.
5. Lokasi
Lokasi bangunan mempunyai dampak penting pada waktu pelaksanaan
proyek, karena lokasi proyek berdampak pada ketersediaan sumber daya
seperti material, alat dan waktu.
6
jaringan merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan teknik dasar
dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan, yang pada giliran
selanjutnya dapat dipakai untuk memperkirakan waktu penyelesaian proyek ecara
keseluruhan. Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam penjadwalan
proyek, yaitu :
2.3.1 Diagram Batang (Bar Chart)
Diagram batang sesuai dengan nama orang yang pertama kali
mengembangkannya adalah suatu diagram yang terdiri dari sekumpulan
garis-garis yang menunjukkan saat mulai dan saat selesai yang direncanakan
untuk item-item pekerjaan di dalam proyek. Sebelum pelaksanaan pekerjaan
biasanya owner/pemilik pekerjaan mengharuskan kontraktor untuk
menyerahkan jadwal induk rencana pelaksanaan yang memperlihatkan saat
mulai dan selesainya proyek.
2.3.2 Kurva “S”
Kurva “S” suatu alat yang dipakai oleh pihak kontraktor sebagai
salah satu sarana untuk mengendalikan pekerjaan. Penjadwalan waktu
suatu proyek yang menggunakan Bar Chart dapat dihubungkan dengan
kurva “S” dan menjadi satu acuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kegunaannya antara lain dapat digunakan untuk mcngctahui apakah waktu
yang sudah berjalan sesuai dengan rencana.
7
2. Float, waktu tenggang maksimum dari suatu kegiatan
- Total float, adalah float pada kegiatan : LFT – EST – Durasi
- Relation float (RF), float pada hubungan keterkaitan:
FS, RF = LSTj - Eei – Lead, SS, RF = LSTj - Esi – Lag
FF, RF = LFTj – Efi – Lead, SF, RF = LFTj – Esi – Lag
3. Lag, jumlah waktu tunggu dari suatu periode kegiatan j terhadap
kegiatan i telah dimulai, pada hubungan SS dan SF.
4. Lead, jumlah waktu yang mendahuluinya dari suatu periode kegiatan
j sesudah kegiatan i belum selesai, pada hubungan FS dan FF.
5. Dangling, keadaan dimana terdapat beberapa kegiatan yang tidak
mempunyai kegiatan pendahulu (predecessor) atau kegiatan yang
mengikuti (successor). Agar hubungan kegiatan tersebut tetap terikat
oleh suatu kegiatan, dibuatkan dummy finish atau dummy start.
Secara garis besar PDM mempunyai 4 macam hubungan aktivitas, yaitu:
1. FS (Finish to start): mulainya suatu kegiatan bergantung pada
selesainya kegiatan pendahulunya, dengan waktu mendahului lead.
lead
Gambar 2.1 Aktivitas Finish to Start
(Sumber : Abrar Husen, 2010)
2. SS (Start to start): mulainya suatu kegiatan bergantung pada
mulainya kegiatan pendahulunya, dengan waktu tunggu lag.
lag
Gambar 2.2 Aktivitas Start to Start
(Sumber : Abrar Husen, 2010)
8
3. FF (Finish to finish): selesainya suatu kegiatan bergantung pada
selesai kegiatan pendahulunya, dengan waktu mendahului lead.
lead
Gambar 2.3 Aktivitas Finish to Finish
(Sumber : Abrar Husen, 2010)
4. SF (Start to finish): selesainya suatu kegiatan bergantung pada
mulainya kegiatan pendahulunya, dengan waktu tunggu lag.
Lag
9
mengoptimalkan biaya proyek yang bersangkutan. Jalur kritis terdiri dari
rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada
kegiatan terakhir proyek. Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-
aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan
kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek
secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal. Manfaat yang
didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut :
1) Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh
pekerjaan proyek tertunda penyelesaiannya.
2) Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan
yang ada pada lintasan kritis dapat dipercepat.
3) Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur
kritis yang tepat dalam penyelesaiannya.
4) Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang
tidak melalui lintasan kritis. Hal ini memungkinkan bagi manajer untuk
memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di
lintasan kritis agar efektif dan efisien.
Dalam menentukan jalur kritis, terdapat data yang diperlukan,
seperti durasi pekerjaan, urutan pekerjaan. Kedua data ini kemudian
diurutkan dan dihitung dengan menambahkan durasi pekerjaan awal
ditambahkan secara komulatif sampai pada pekerjaan terakhir. Dalam
menentukan CPM terdapat beberapa faktor yang harus ditentukan
berikut adalah komponen yang terdapat dalam metode jalur kritis :
1. ES (earliest activity start time)
Waktu paling awal untuk memulai suatu pekerjaan.
2. EF (earliest activity finish time)
Waktu selesai paling awal dari suatu pekerjaan, EF kegiatan terdahulu =
ES kegiatan berikutnya.
3. LS (latest activity start time)
Waktu paling lambat untuk diperbolehkan memulai suatu pekerjaan.
4. LF (latest activity finish time)
10
Waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu kegiatan tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
5. T (activity duration time)
Adalah kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan
(hari,minggu, bulan).
6. S (activity slack)
Adalah waktu tenggang untuk memulai suatu pekerjaan atau waktu
tenggang untuk menyelesaikan pekerjaan. Jika Latest finish – Earlist
Finish = Latest Start – Earliest Start = 0 , maka pekerjaan tersebut
berada pada jalur kritis. Sebaliknya, apabila hasilnya lebih dari 0 maka
pekerjaan tersebut bukan berada pada jalur kritis. Semakin besar nilai
Latest finish – Earlist Finish atau Latest Start – Earliest Start, maka
semakin besar peluang waktu dalam pengerjaannya.
Pada realisasi metode jalur kritis terdapat teknik dalam penggunaanya,
menurut Arifudin dalam jurnalnya menyebutkan bahwa perhitungan jalur kritis
mencakup dua tahap. Tahap pertama disebut perhitungan maju (forward pass),
dimana perhitungan dimulai dari node “awal” dan bergerak ke node “akhir”.
Disetiap node, sebuah angka dihitung yang mewakili waktu yang tercepat
untuk suatu kejadian yang bersangkutan. Tahap kedua yang disebut
perhitungan mundur (backward pass), memulai perhitungan dari node “akhir”
dan bergerak ke node “awal”. Berikut adalah teknik menghitung metode jalur
kritis:
1. Hitungan Maju (Forward Pass)
Hitungan maju dimulai pada titik mulai (start) dan selesai pada titik akhir
(finish), dan memiliki komponen ES (waktu tercepat memulai suatu
kegiatan) dan EF (waktu tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan).
Berikut adalah aturan dalam hitungan maju :
a. Kegiatan awal dimulai pada saat kegiatan terdahulu telah selesai
(kecuali kegiatan paling awal).
b. Waktu selesai paling awal sama dengan waktu mulai paling awal
setelah di tambah lamanya kegiatan terdahulu.
11
c. Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan terdahulu yang
bergabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegitan tersebut
adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari
kegiatan terdahulu.
2. Hitungan Mundur (Backward Pass)
Hitungan mundur dimulai pada titik akhir (Finish) menuju titik awal
(Start) yang berguna mengidentifikasi waktu paling lambat suatu
pekerjaan, dan memiliki komponen berupa LF (waktu paling lambat
selesainya kegiatan dan LS (waktu paling lambat untuk memulai
pekerjaan). Berikut adalah aturan dalam menghitung waktu mundur :
a. Waktu mulai paling akhir sama dengan waktu selesai paling akhir
dikurangi durasi kegiatan tersebut.
b. Bila suatu kegiatan terpecah menjadi dua kegiatan atau lebih, maka
waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai
paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang paling terkecil.
Setelah mendapatkan kedua hitunga diatas, maka akan didapat nilai Slack
dan Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu pada sebuah
jaringan kerja.
2.3.5 Diagram Vertical Production Method (VPM)
Diagram garis disebut juga Vertical Production Method atau Linier
Schedule Method (LSM). Adapun keuntungan dalam penggunaan VPM
adalah mudah dibaca, dapat diamati masing-masing kegiatan satu persatu
dari awal sampai akhir suatu pekerjaan, bobot dan proses, keterkaitan satu
kegiatan dengan kegiatan lain jelas untuk proyek-proyek skala kecil.
Sedangkan kerugiannya adalah rumit bila diterapkan pada proyek besar
dengan aktivitas-aktivitas yang banyak.
2.3.6 Program Evaluation & Review Technique (PERT)
PERT seperti CPM, merupakan alat perencanaan dan
pengendalian proyek yang berorientasi pada waktu, CPM
mengembangkan waktu hanya satu ukuran sentral waktu (expected mean
time) penyelesaian proyek, sedangkan Pert mengembangkan kedua
ukuran sekaligus yaitu mean dan deviasi standar waktu penyelesaian
12
proyek. Dengan diketahuinya parameter dapat dilacak distribusi waktu
penyelesaian untuk proyek dan probabilitas penyelesaian proyek.
13
a. Upah harian, besar upah yang dibayarkan per satuan waktu, misalnya
tergantung pada jenis keahlian, lokasi pekerjaan dan lain-lain.
b. Upah borongan, besar upah ini tergantung atas kesepakatan bersama
antara kontraktor dengan pekerja atas satu item pekerjaan.
c. Upah berdasarkan produktivitas, besar jenis upah ini tergantung atas
banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan pekerja dalam satu satuan
waktu tertentu.
3. Biaya Peralatan
Unsur-unsur biaya yang terdapat pada biaya peralatan adalah: modal,
biaya sewa, biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya
mobilisasi dan lainnya yang menyangkut biaya peralatan.
4. Biaya Sub Kontraktor
Biaya ini diperlukan bila ada bagian pekerjaan diserahkan atau
dikerjakan oleh sub kontraktor.
14
mengakibatkan pengurangan biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung
dapat dibagi menjadi :
a. Biaya pengeluaran umum (General Overhead)
Contoh dari biaya General Overhead adalah biaya operasional kantor
seperti pembelian utilitas, menyewa akuntan dan penggajian pegawai.
b. Biaya pengeluaran proyek (Project Overhead)
Overhead proyek ialah biaya yang dapat dibebankan kepada proyek
tetapi tidak dapat dibebankan kepada biaya bahan-bahan, upah tenaga
kerja atau biaya alat-alat seperti misalnya; asuransi, telepon yang
dipasang di proyek, pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan,
pengukuran (survey), surat-surat ijin dan lain sebagainya. Jumlah
overhead dapat berkisar antara 12 sampai 30 %.
c. Profit
Merupakan keuntungan yang didapat oleh pelaksana kegiatan proyek
(kontraktor) sebagai nilai imbal jasa dalam proses pengadaan proyek
yang sudah dikerjakan. Secara umum keuntungan yang yang diset oleh
kontraktor dalam penawarannya berkisar antara 10 % sampai 12 % atau
bahkan lebih, tergantung dari keinginan kontrakor.
d. Pajak
Berbagai macam pajak seperti PPN, PPh dan lainnya atas hasil operasi
perusahaan.
15
seharusnya mempunyai acuan sebagai sasaran dan tujuan pengendalian. Oleh
karena itu, indikator-indikator tujuan akhir pencapaian proyek haruslah ditampilkan
dan dijadikan pegangan selama pelaksanaan proyek. Indikator yang biasanya
menjadi sasaran pencapaian tujuan akhir proyek adalah indikator kinerja biaya,
indikator kinerja waktu, indikator kinerja mutu dan indikator kinerja K3.
16
menjamin biaya proyek tidak melampaui rencana anggaran pelaksanaannya.
Peluang terbesar untuk menekan biaya akhir proyek adalah pada tahap studi
kelayakan dan perencanaan. Hal yang diperlukan untuk mengontrol
pengendalian biaya adalah rencana anggaran pelaksanaan yang menyangkut
mutu, volume, dan harga satuan pekerjaan yang didapatkan.
Informasi yang dibutuhkan kontraktor agar pengendalian tersebut
dapat tercapai sasaran yang efisien dan efektif yaitu :
Biaya proyek yang digunakan sesuai dengan hasil bagian pekerjaan yang
telah dilaksanakan. Jika terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil
dari rencana biaya), dimana hal itu terjadi dan siapa yang bertanggung
jawab dan apa yang akan dikerjakan.
Memperkirakan biaya yang akan datang sesuai rencana atau melebihi
rencana. Adalah sangat penting menyadari kecenderungan yang akan
terjadi sedini mungkin, tahap atau hal yang akan mempengaruhi biaya.
Ketika biaya dengan pasti berbeda, biasa sangat terlambat disadari.
Rahasia dari suatu pengendalian yang nyata adalah dapat menentukan
kecenderungan-kecenderungan yang akan dapat secepat mungkin
begitu hal tersebut mulai terjadi dan dapat mengatasinya. Dengan
demikian manajemen proyek perlu dapat meramalkan biaya akhir dari
bagian proyek atau keseluruhan proyek.
Hal yang diperhatikan tentang biaya adalah hubungannya dengan waktu
pelaksanaan. Umumnya percepatan pekerjaan dalam penyediaan bahan
mengurangi biaya pelaksanaan. Apakah diperlukan pelaksanaan yang
lebih cepat dan beberapa besar pengaruhnya terhadap biaya. Manfaat apa
yang akan didapat dengan mempercepat waktu, maka manajemen proyek
sangat perlu mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang pengaruh
ini.
Adapun teknik pengendalian yang lebih rinci dilaksanakan langkah
langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan target atau standar waktu untuk suatu bagian pekerjaan
yang harus diselesaikan dengan kontrol tertentu .
2. Apabila suatu bagian lengkap pekerjaan yang ditargetkan telah
17
dilaksanakan, dibandingkan prestasi aktualnya dengan target.
3. Berikan penilaian, lakukan evakuasi dan tetapkan pengaruh prestasi
yang sekarang terhadap prospek penghasilan dimasa mendatang.
4. Jika diperlukan, rencanakan ulang sehingga target semula dapat dicapai
atau dapat didekati.
5. Meminta tindak lanjut yang sesuai dari para penanggung jawab
langsung atas berbagai kegiatan yang dimaksudkan.
18
hanya menyajikan dua dimensi saja yaitu hubungan yang sederhana antara biaya
aktual dengan biaya rencana. Dengan manajemen biaya tradisional, status kinerja
tidak dapat diketahui. Pada Gambar 2.5 dapat diketahui bahwa biaya aktual
memang lebih rendah, namun dalam kenyataannya bahwa biaya aktual yang lebih
rendah dari rencana ini tidak menunjukkan bahwa kinerja yang telah dilakukan
telah sesuai dengan target rencana. Adanya analisis biaya dan waktu secara terpadu,
sehingga diharapkan dapat dengan akurat memperlihatkan prestasi suatu pekerjaan
pada saat pelaporan, serta membuat prakiraan berupa total biaya dan waktu yang
diperlukan sampai proyek tersebut selesai. Kemudian dari hasil analisis tersebut
dapat melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan agar hasil pekerjaan
mencapai sasaran. Sebaliknya, konsep earned value memberikan dimensi yang
ketiga selain biaya aktual dan biaya rencana. Dimensi yang ketiga ini adalah
besarnya pekerjaan secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut earned
value/percent complete. Adanya dimensi ketiga ini, seorang manajer proyek akan
dapat lebih memahami seberapa besar kinerja yang dihasilkan dari sejumlah biaya
yang telah dikeluarkan (Gambar 2.5).
Sumber : Mandiyo Priyo & Noor Adi Wibowo (2008) Jurnal Ilmiah
Semesta Teknika
19
2.8 Indikator-Indikator dalam Eearned Value
Ervianto (2004), menjelaskan ada tiga indikator-indikator dasar yang
menjadi acuan dalam menganalisa kinerja dari proyek berdasarkan konsep earned
value. Ketiga indikator tersebut adalah:
2. Planned Value (PV)
Merupakan anggaran biaya yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja
yang telah disusun terhadap waktu tertentu. Disebut juga dengan BCWS
(Budget Cost of Work Schedule). PV dapat dihitung dari akumulasi anggaran
biaya yang direncanakan untuk pekerjaan dalam periode waktu tertentu.
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
𝐵𝐶𝑊𝑆 = × 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 ………..……2.1
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
20
Gambar 2.6 Kurva S Earned Value
Sumber : Mandiyo Priyo & Noor Adi Wibowo (2008) Jurnal Ilmiah
Semesta Teknika
21
Adapun harga CV dan SV beserta isinya dapat dijabarkan seperti pada
Tabel 2.1 sebagai berikut.
Varians Varians
Jadwal biaya
BCWP – BCWP – Keterangan
BCWS ACWP
Pekerjaan terlaksana lebih cepat dari jadwal
Positif Positif
dengan biaya lebih kecil dari pada anggaran
Pekerjaan terlaksana tepat sesuai jadwal dengan
Nol Positif
biaya lebih rendah dari pada anggaran
Pekerjaan terlaksana sesuai anggaran dan selesai
Positif Nol
lebih cepat dari pada jadwal
22
terhadap nilai proyek keseluruhan) terhadap biaya yang dikeluarkan. CPI
kurang dari 1 menunjukkan kinerja biaya yang buruk, karena biaya yang
dikeluarkan (ACWP) lebih besar dibandingkan dengan nilai yang didapat
(BCWP) atau dengan kata lain terjadi pemborosan.
d. Schedule Performance Index (SPI)
Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat
diperlihatkan oleh perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah
diselesaikan (BCWP) dengan rencana pengeluaran biaya yang dikeluarkan
berdasar rencana pekerjaan (BCWS).
Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu
diselesaikan (relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan pekerjaan
yang direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1 menunjukkan bahwa kinerja
pekerjaan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena tidak mampu
mencapai target pekerjaan yang sudah direncanakan.
𝐵𝐶𝑊𝑃
𝑆𝑃𝐼 = ………………………………………………………….…2.7
𝐵𝐶𝑊𝑆
23
saat pelaporan, maka SETC adalah waktu pekerjaan tersisa dibagi indek
kinerja jadwal atau seperti ditunjukkan pada persamaan berikut ini.
(𝑆𝐴𝐶−𝑡𝐵𝐶𝑊𝑃)
𝑆𝐸𝑇𝐶 = …………………………………………………2.10
𝑆𝑃𝐼
24
BAB III
METODE PENELITIAN
25
completion date (ECD), dan estimate at completion (EAC). Pengolahan data
dilakukan dengan metode konsep earned value untuk menganalisa
penyimpangan, produktifitas kinerja, prakiraan waktu dan biaya akhir
penyelesaian proyek. Adapun analisaanalisa tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
3.2.4.1 Analisa Biaya dan Waktu Anggaran
Nilai BCWS perminggu dapat diperoleh berdasarkan bobot
mingguan yang ada pada kurva S (time schedule), dengan nilai BCWP
perminggu diperoleh berdasarkan data jadwal pelaksanaan kemajuan.
Sedangkan nilai ACWP diperoleh berdasarkan asumsi dari hasil analisis
anggaran biaya pekerjaan realisasi (BCWP) dengan penambahan atau
pengurangan bobot prestasi terhadap BCWP karena sulit untuk
mendapatkan nilai biaya nyata dari proyek yang bersangkutan. Analisa
pengolahan indikator ini dilakukan secara kumulatif dan mingguan.
3.2.4.2 Analisa variansi jadwal, Biaya dan Anggaran (SV), (CV)
dan (BV)
Analisa penyimpangan ini mengacu pada konsep nilai hasil
dengan indikatornya, yaitu: BCWS, ACWP, dan BCWS. Menganalisis
variansnya dilakukan secara kumulatif dan mingguan. Setelah diperoleh
nilai ketiga indikator tersebut, maka selanjutnya menghitung analisis
variansi sesuai dengan rumus yang telah ada.
3.2.4.3 Analisa Kinerja proyek (SPI) dan (CPI)
Analisa ini juga mengacu pada konsep nilai hasil dengan
indikatornya, yaitu : BCWS, BCWP dan ACWP. Untuk mendapatkan
nilai SPI setiap periode dilakukan dengan cara perbandingan antara nilai
BCWP terhadap nilai BCWS sedangkan untuk mendapatkan nilai CPI
setiap periode dilakukan dengan cara perbandingan antara nilai BCWP
terhadap nilai ACWP. Semakin besar perbedaannya dari angka 1 maka
semakin besar penyimpanganya dari perencanaan dasar atau anggaran.
Analisa ini dilakukan secara kumulatif dan mingguan yang kemudian
disajikan dalam bentuk grafik hubungan waktu dan indeks kinerja
mingguan dan kumulatif.
26
3.2.4.4 Analisa Prakiraan Waktu dan Biaya Akhir Proyek
Analisa prakiraan biaya atau jadwal amat bermanfaat karena
memberikan peringatan dini mengenai hal-hal yang akan terjadi pada
masa yang akan datang, bila kecenderungan yang ada pada saat
pelaporan tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil analisis
sebelumnya yang diperoleh sampai tanggal pelaporan (nilai kumulatif),
maka dapat ditentukan nilai prakiraan waktu dan biayanya, dengan cara
menghitung terlebih dahulu penyimpangan dan indeks kinerja sesuai
rumus yang ada. Dari hasil analisis prakiraan waktu dan biaya tersebut
dapat diketahui kapan proyek tersebut selesai dengan biaya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek hingga penyerahan pada pihak
pertama atau owner.
27
Mulai
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data:
Analisis Data :
1. Menghitung indikator Planned Value, Earned Value dan Actual Cost
2. Analisa Kinerja (SV, CV, SPI dan CPI)
Pembahasan
Selesai
Gambar 3.1 Flow Chart Metode Penelitian Pengendalian Waktu dan Biaya
Proyek dengan Menggunakan Metode Analisis Earned Value
28
3.3 Data Umum dan Ruang Lingkup Proyek
Adapun data umum proyek yang diperoleh dari pihak kontraktor adalah
sebagai berikut :
Nama Proyek : Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku
SPAM Regional Banjarbakula Dari IPA II Pinus
(Kabupaten Banjar) Ke IPA Pramuka (Kota
Banjarmasin)
Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Banjar-Kalimantan Selatan
Jenis Pekerjaan : Jaringan Pipa Transmisi Air Baku
Jenis Kontrak : Harga Satuan
Lingkup Pekerjaan : - Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Rumah Jaga (2 Unit)
- Pekerjaan Rumah Genset (2 Unit)
- Pekerjaan Pagar Booster (2 Unit)
- Pekerjaan Reservoir (2 Unit)
- Pekerjaan Jembatan Pipa (2 Unit)
- Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa Hdpe
OD 710 mm
- Pekerjaan Hidromekanikal Dan Elektrikal
- Pekerjaan Listrik
- Pekerjaan di Bendung Karang Intan
Waktu Pelaksanaan : 600 (Enam Ratus) Hari Kalender
Waktu Pemeliharaan : 365 (Tiga Ratus Enam Puluh Lima) Hari Kalender
P0 : 15/12/2017
P1 : 06/08/2019
P2 : 05/08/2020
Nilai Kontrak : Rp. 177.990.862.000.00 (Incl. PPn 10%)
Sumber Dana : SBSN Tahun Anggaran (2017-2019)
Tahun 2017 : Rp. 4.911.880.000,00
Tahun 2018 : Rp. 76.240.073.000,00
Tahun 2019 : Rp. 99.174.512.000,00
29
Sistem Pembayaran :
Jaminan Pelaksanaan : Rp. 8.501.669.550 ( 5% )
Uang Muka : Rp. 4.911.880.000 ( 2,89% )
Progress Payment : Termyn By Progres
Retensi : Rp. 8.501.669.550 ( 5% )
Pemilik Pekerjaan : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Wilayah
Sungai Kalimantan II SNVT PJPA Ks-Atab Ws. Barito
Kontraktor : PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.
Konsultan Pengawas : PT.Suwanda Karya Mandiri J.O PT. Ika Adya Perkasa
30
DAFTAR PUSTAKA
Auzan, Rifqi N. , dkk. 2017. Pengendalian Biaya dan Waktu Proyek dengan Metode
Konsep Nilai Hasil (Earned Value). Jurnal Karya Teknik Sipil. 6 (4) : 460-
470.
Husen, Abrar. 2009. Manajemen Proyek. Yogyakarta : Penerbit Andi. Edisi Revisi.
Juliana. 2016. Analisis Pengendalian Biaya dan Waktu pada Proyek Konstruksi
dengan Metode Earned Value Management (EVM). Jurnal Faktor Eksakta.
9 (3) : 257-265.
Kartikasari, Dwi. 2014. Pengendalian Biaya dan Waktu Dengan Metode Earned
Value. Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya. 7 (2) : 107-114.
Priyo, Mandiyo, dan Noor Adi Wibowo. 2008. Konsep Earned Value dalam
Aplikasi Pengelolaan Proyek Konstruksi. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika. 11
(2) : 153-161.
Witjaksana, Budi, dan Samuel Petrik Reresi. 2012. Analisis Biaya Proyek dengan
Metode Earned Value dalam Proses Kinerja. Jurnal Teknik Sipil Untag
Surabaya. 5 (2) : 45-56.