Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN KEPADA PT BINTANG SUKSES ENERGI

Sebagai Prasyarat Permohonan Penelitian Tugas Akhir di


PT Bintang Sukses Energi

ALFADIANSYAH
F1D118026

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2023
USULAN PENELITIAN

PERENCANAAN PENAMBANGAN BATUBARA JANGKA


PENDEK (SHORT-TERM) PADA KWARTAL I TAHUN
2024 DI PT BINTANG SUKSES ENERGI

ALFADIANSYAH
F1D118026

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. i


DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah .................................................................................... 2
1.5 Manfaat .................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
2.1 Tahapan Penambangan (sequence) .......................................................... 4
2.1.1 Perencanaan Penambangan .............................................................. 4
2.1.2 Perancangan Desain Tahapan Penambangan .................................... 7
2.1.3 Parameter-Parameter Rancangan (Design) ......................................... 8
2.1.4 Desain Timbunan (Disposal) ........................................................... 13
2.1.5 Batasan Penambangan ................................................................... 18
2.2 Perencanaan Kebutuhan Alat Gali Muat ................................................ 20
2.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Gali Muat ...................... 20
2.2.2 Material .......................................................................................... 21
2.2.3 Efesiensi Kerja ................................................................................ 21
2.2.4 Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut ................................. 22
2.3 Perencanaan Penjadwalan Penambangan .............................................. 24
2.4 Konstrain Penambangan ....................................................................... 25
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 26
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 27
3.1 Lokasi dan Area Penelitian Tugas Akhir ................................................. 27
3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian.............................................................. 27
3.3 Bahan dan Peralatan ............................................................................ 27
3.4 Metode Penelitian.................................................................................. 28
3.4.1 Studi Pendahuluan ......................................................................... 28
3.4.2 Observasi Lapangan ....................................................................... 28
3.4.3 Proses Pengumpulan Data .............................................................. 28
3.4.4 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 29
3.4.5 Alur Kerja Penelitian ........................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32
IV. PENUTUP ............................................................................................. 33
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 34
PELATIHAN/SERTIFIKASI ........................................................................ 34
PENGALAMAN ORGANISASI ...................................................................... 34

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang ..... 10
Tabel 2 Penelitian terdahulu........................................................................... 26
Tabel 3. Jadwal rencana kegiatan penelitian ................................................... 27
Tabel 4. Ringkasan metode penyelesaian masalah .......................................... 30

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lebar jenjang kerja ......................................................................... 9


Gambar 2. Overall slope angle .......................................................................... 9
Gambar 3. Catch bench ................................................................................. 10
Gambar 4. Jalan pit dan jalan utama ............................................................. 11
Gambar 5. Bagan alir penelitian ......................... Error! Bookmark not defined.

iii
DAFTAR LAMPIRAN

iv
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Bintang Sukses Energi merupakan perusahaan pertambangan batubara
yang berlokasi di Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumaera Selatan.
Kegiatan operasional penambangan di perusahaan ini menggunakan sistem
tambang terbuka dengan metode strip mine.
Dalam industri Pertambangan harus dilakukan perencanaan yang baik sesuai
dengan target produksi yang ingin dicapai. Suatu target produksi akan tercapai
jika perencanaan tambang yang dilakukan sudah tepat. Perencanaan tambang
dibagi menjadi 3 yaitu long-term mine planning, middle-term mine planning, dan
short-term mine planning. Perencanaan jangka panjang (long-term mine planning)
yang memuat perencanaan kegiatan untuk jangka waktu lebih dari 5 tahun
secara berkesinambungan, long-term mine planning terbagi menjadi life of mine
(LOM) yang termuat dalam dokumen feasibility study, 5 year business plan & 1
year detail plan yang termuat dalam dokumen strategis business plan.
Perencanaan jangka menengah (middle-term mine planning) yang memuat suatu
perencanaan kerja untuk jangka waktu antara 1-5 tahun. Perencanaan jangka
pendek (short-term mine planning) yang memuat perencanaan aktivitas untuk
jangka waktu kurang dari satu tahun demi kelancaran perencanaan jangka
menengah dan jangka Panjang, short-term mine planning terbagi menjadi 3
monthly rolling plan yang kemudian diturunkan lagi menjadi monthly plan dan
weekly plan. Short-term mine planning adalah bagian dari long-term mine planning,
maka short-term mine planning tidak boleh berdiri sendiri dan harus berdasar
pada long-term mine planning.
Tiga terminologi waktu dalam aktivitas penambangan yang selalu
dipertimbangan yakni: working hours, standby, breakdown. working hours
merupakan jam kerja unit yang bisa dimonitoring lewat HM meter pada kabin
masing-masing unit, sedangkan standby dan breakdown dapat dimonitoring
lewat hasil laporan operator dan pengawas. Standby time dan breakdown time
diturunkan menjadi beberapa bagian. Standby time dibagi menjadi idle time dan
delay time. Idle time merupakan waktu yang terjadi sebagai akibat adanya
aktivitas tertentu diluar aktivitas yang telah direncanakan (tidak dapat
dikendalikan dan tidak berhubungan dengan ketersediaan alat) contohnya:
Hujan, demonstrasi, kabut, bencana, dan lainnya. Delay time merupakan waktu
standby yang disebabkan oleh aktivitas tertentu yang telah direncanakan
sebelumnya dan waktu ini dapat diatur sesuai kebutuhan. Yang termasuk dalam
delay time contohnya: P2H, P5M, pengisian bahan bakar & oli, memindahkan

1
alat, menunggu alat, menunggu survey, menunggu ripping, membersihkan alat,
istirahat & makan, ganti shift, slippery, dan lainnya. Breakdown time terbagi atas:
breakdown schedule, breakdown unscheduled, dan accident.
PT Bintang Sukses Energi telah menetapkan target produksi overburden
removal (BCM) dan coal expose (MT) tahunan, untuk mempermudah dalam
mencapai target produksi maka target produksi tahunan tersebut dibagi lagi
menjadi target produksi quarterly, monthly dan weekly. Dalam pembuatan
rencana penambangan Kwartal I tahun 2024 harus mempertimbangkan target
produksi dan kemampuan unit yang tersedia.
Oleh karena hal tersebut maka penulis akan melakukan penelitian
perencanaan penambangan jangka pendek (short term mine planning) pada
Kwartal I Tahun 2024 di PT Bintang Sukses Energi dengan tujuan untuk
membuat sequence (tahapan penambangan), merencanakan kebutuhan dan
kapabilitas alat, dan merencanakan penjadwalan penambangan pada Kwartal I
tahun 2024.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah sequence (tahapan penambangan) batubara untuk
rencana produksi pada Kwartal I tahun 2024 di PT Bintang Sukses
Energi?;
2. Bagaimanakah kebutuhan dan kapabilitas alat gali muat dan angkut pada
Kwartal I tahun 2024 di PT Bintang Sukses Energi?;
3. Bagaimanakah penjadwalan penambangan untuk mencapai target
produksi pada Kwartal I tahun 2024 di PT Bintang Sukses Energi?.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan tahapan penambangan (sequence) batubara untuk
rencana produksi pada Kwartal I tahun 2024 di PT Bintang Sukses Energi;
2. Merencanakan kebutuhan dan kapabilitas alat gali muat dan angkut pada
Kwartal I tahun 2024 di PT Bintang Sukses Energi;
3. Merencanakan penjadwalan penambangan untuk mencapai target
produksi pada Kwartal I tahun 2024 di PT Bintang Sukses Energi.

1.4 Batasan Masalah


1. Daerah penelitian hanya terbatas pada pit X dan waste dump “X” di PT
Bintang Sukses Energi;
2. Rencana penambangan menggunakan rencana ketersediaan alat pada
Kwartal I tahun 2024;

2
3. Produktivitas alat, gali muat dan angkut diambil berdasarkan handbook
perusahaan penyedia alat tersebut;
4. Jam kerja yang digunakan dalam perhitungan kapabilitas produksi
disesuaikan dengan kalender hari kerja pemerintah;
5. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terbatas hanya pada aspek
teknis di pit X PT Bintang Sukses Energi dan tidak mempertimbangkan
faktor lainnya;
6. Dalam pembuatan desain pit dan disposal menggunakan ketetapan
geometri jenjang rekomendasi dari perusahaan;
7. Pembuatan desain tahapan penambangan (sequence) dan penjadwalan
penambangan menggunakan Software Tambang, sedangkan untuk
perencanaan kebutuhan alat gali muat dan angkut menggunakan
Software Microsoft Excel.

1.5 Manfaat
1. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
a. Menjadi tambahan referensi perihal perencanaan penambangan
batubara;
b. Menjalin kerjasama yang baik antara ruang lingkup akademisi dengan
ruang lingkungan kerja.
2. Manfaat Bagi Perusahaan
a. Mendapatkan rekomendasi kebutuhan alat gali muat dan alat angkut
untuk merencanakan tahapan penambangan pada Kwartal I tahun
2024 PT Bintang Sukses Energi;
b. Mendapatkan rekomendasi rencana desain pit pada Kwartal I tahun
2024 PT Bintang Sukses Energi;
c. Mendapatkan rekomendasi rencana desain kapasitas disposal (waste
balance) untuk merencanakan tahapan penambangan pada Kwartal I
tahun 2024 PT Bintang Sukses Energi.
3. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman-pengalaman dan data yang
diperoleh selama kegiatan penelitian ke dalam sebuah Laporan Tugas
Akhir;
b. Mahasiswa dapat mengenal dan membiasakan diri dengan suasana
kerja yang sebenarnya sehingga dapat membangkitkan etos kerja yang
baik dan memperluas wawasan dunia kerja;
c. Mahasiswa mendapat gambaran langsung tentang kondisi langsung
aktivitas industri penambangan khususnya penambangan batubara.

3
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahapan Penambangan (sequence)


Tahapan penambangan merupakan suatu bentuk-bentuk dari penambangan
yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal sampai
dengan bentuk pit akhir. Tujuan dari pembuatan tahapan penambangan adalah
untuk membagi seluruh volume yang ada di dalam pit menjadi sutu bagian-
bagian yeng lebih kecil sehingga akan lebih mudah untuk dikelola. Fungsi dari
perncanaan dan perancangan adalah untuk menjadi pedoman dalam melakukan
penambangan, meminimalisir ketidakpastian dan pemilihan kemungkinan yang
terbaik (Firdaus et, al., 2017).

2.1.1 Perencanaan Penambangan


Tahap perencanaan menempati posisi penting dalam industri
pertambangan, kegiatan penambangan yang nantinya dilakukan haruslah
berlandasan rencana yang matang dan benar agar mendapati hasil produksi yang
maksimum. Pada prinsipnya perencanaan tambang berkaitan erat dengan aspek
waktu dan tidak mencakup aspek geometri, contohnya untuk perhitungan
kebutuhan tenaga kerja dan alat, perkiraan biaya operasional dan biaya kapital
(Bargawa, 2018).
Menurut Purwaningsih dan Mamas (2017) Ada bebagai macam
perencanaan antara lain :
1. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka
waktu lebih dari 5 tahun secara berkesinambungan.
2. Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka
waktu antara 1-5 tahun.
3. Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan aktivitas untuk
jangka waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka
menengah dan panjang.
4. Perencanaan penyangga atau alternatif, bagaimana baiknya suatu
perencanaan telah disusun, kadang-kadang karena kemudian terjadi halhal
tak terduga atau ada perubahan data dan informasi atau timbul hambatan
(kendala) yang sulit untuk diatasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan,
maka harus diadakan perubahan dalam perencanaannya. Rancangan
(design) adalah penetuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria serta teknik
yang rinci dan pasti untk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta
urutan teknis pelaksanaannya

4
Manurut Martadinata dan Sepriadi (2019) fungsi perencanaan tergantung
dari jenis perencanaan yang digunakan dalam sasaran yang dituju, tetapi secara
umum fungsi perencanaan antara lain :
1. Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dalam
pencapaian tujuan.
2. Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan, harapan, hambatan,
dan kegagalan yang mungkin terjadi.
3. Usaha untuk mengurangi ketidakpastian.
4. Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik.
5. Penyusunan urutan kepentingan tujuan.
6. Alat pengukur atau dasar ukuran dalam pengawasan dan penilaian.
7. Cara penggunaan dan penempatan sumber daya secara berdaya guna dan
berhasil guna.
Dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 menjelaskan bahwa
perencanaan tambang paling kurang terdiri atas :
1. Pengoptimalan tambang/batas akhir penambangan yang digambarkan
dalam bentuk model endapan dengan memasukkan geometri dan dimensi
lereng atau bukaan tambang dengan mempertimbangkan Break Even
Stripping Ratio/Incremental Margin atau Break Even Cut Off Grade/Dollar
Index sesuai dengan karakteristik endapan dengan pengambilan data untuk
modifying factor paling kurang 5 (lima) tahun;
2. Sistem dan metode penambangan yang sesuai dengan kondisi spasial dan
geoteknik, endapan, pertimbangan lingkungan tambang, dan teknologi
penambangan;
3. Desain penambangan yang menggambarkan geometri dan dimensi bukaan
tambang, geometri dan dimensi, serta kapasitas timbunan berdasarkan
kajian daya dukung dasar timbunan, desain jalan tambang, dan SR atau
COG;
4. Rencana produksi dan umur tambang yang diuraikan pertahun dalam
bentuk tabel;
5. Tahapan penambangan dan penimbunan batuan penutup dimulai tahapan
land clearing sampai pengangkutan komoditas tambang ke stockpile;
6. Kemajuan tambang per tahun sampai akhir umur tambang yang mencakup
peta rencana kemajuan tambang yang menggambarkan elevasi bukaan
tambang, elevasi timbunan batuan penutup, geometri dan dimensi bukaan
tambang, geometri dan dimensi timbunan, desain jalan tambang, posisi
fasilitas penampungan dan pengelolaan air tambang (sump dan settling

5
pond), dan saluran penyaliran dengan skala yang dapat dicetak dalam
ukuran paling kurang kertas A3;
7. Kebutuhan peralatan utama dan peralatan pendukung penambangan
sampai akhir umur tambang yang meliputi kebutuhan pertahun (jumlah,
jenis, dan kapasitas peralatan), kesesuaian pemilihan alat penambangan
dengan tingkat produksi, kesesuaian alat penambangan dengan tipe
endapan dan daya dukung tanah, unjuk kerja peralatan, dan jam kerja
efektif;
8. Rencana sarana dan prasarana pertambangan;
9. Perencanaan kegiatan pemberaian batuan yang meliputi pemilihan metode
pemberaian batuan berdasarkan sifat fisik dan mekanik batuan dan analisis
struktur geologi massa batuan serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan/atau
10. Dalam hal menentukan metode pemberaian batuan mempertimbangkan
paling kurang :
a) metode gali bebas (free digging) untuk batuan yang memiliki nilai
Uniaxial Compressive Strength (UCS) kurang dari 1,5 MPa dengan
Geological Strength Index (GSI) kurang dari 50 (lima puluh) atau
kecepatan seismik massa batuan kurang dari 450 (empat ratus lima
puluh) m/s;
b) metode garu (ripping) untuk batuan yang memiliki nilai UCS 1,5 - 40
MPa dengan GSI 50 - 70 atau kecepatan seismik massa batuan antara
450 – 1650 m/s;
c) metode pengeboran dan peledakan (Drilling and Blasting) untuk batuan
yang memiliki nilai UCS lebih dari 40 MPa dengan GSI lebih dari 70
atau kecepatan seismik masa batuan lebih dari 1650 m/s; serta
mempertimbangkan reaktivitas batuan, batuan panas (hot rock/hot
ground), bahaya kelistrikan, ground reactivity, jumlah dan spesifikasi
peralatan, geometri dan dimensi pola peledakan, jenis bahan peledak,
fragmentasi hasil peledakan, rencana pemantauan efek peledakan yang
paling kurang terdiri atas ground vibration, air blast, fly rock, dan fumes;
11. Kajian daya dukung dasar timbunan daya dukung tanah, hidrologi,
hidrogeologi, struktur geologi, litologi, dan rekomendasi untuk tindak lanjut
terhadap hasil kajian;
12. Rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap hasil kajian tersebut meliputi
daya dukung dasar timbunan (ground bearing capacity) berupa tekanan
maksimum yang dapat diaplikasikan ke dasar timbunan;

6
13. Peta rencana kemajuan tambang dilengkapi dengan tabel yang berisi : tahun
kemajuan tambang; lokasi, luas, dan elevasi blok; lokasi, luas, dan elevasi
blok; jarak angkut; dan jumlah overburden, komoditas, dan stripping ratio;
14. Rencana kemajuan tambang dapat dilengkapi simulasi yang
menggambarkan kondisi sebenarnya sampai akhir umur tambang;
15. Rencana Stockpile dilengkapi dengan kajian daya dukung dasar timbunan,
kapasitas, perencanaan penyaliran, jenis, dan ketebalan material bedding;
16. Rencana fasilitas penampungan dan pengelolaan air tambang
mempertimbangkan sifat fisik dan kimia dari material di dasar dan dinding
fasilitas penampungan, debit air tambang, dan laju pengendapan sedimen;
17. Rencana bangunan sarana dan prasarana pertambangan lokasinya
mempertimbangkan daya dukung (ground bearing capacity) berupa tekanan
maksimum yang dapat diaplikasikan ke dasar bangunan serta daya dukung
batas (ultimate bearing capacity) berupa tekanan minimum yang
menyebabkan keruntuhan geser (shear failure) pada tanah pendukung
secara cepat kebawah;
18. Rencana pelabuhan mencakup lokasi, stockpile, metode dan peralatan
pemuatan dan pembongkaran, dan fasilitas penunjang pelabuhan, dan
sistem pengelolan air permukaan.

2.1.2 Perancangan Desain Tahapan Penambangan


Perancangan tambang merupakan bagian dari perencanaan tambang dan
berkaitan dengan masalah-masalah geometrik. Perancangan tambang mencakup
perancangan batas akhir penambangan, tahapan penambangan, urutan
penambangan tahunan atau bulanan, penjadawalan produksi, dan perancangan
waste dump (Bargawa, 2018).
Menurut Hariyadi (2018), menyatakan bahwa umumnya ada dua tingkat
rancangan, yaitu ;
1. Rancangan konsep (conceptual design), yaitu suatu rancangan awal atau titik
tolak rancangan yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara garis
besar dan baru dipandang dari beberapa segi terpenting, kemudian akan
dikembangkan agar sesuai dengan keadaan (condition) nyata lapangan;
2. Rancangan rekayasa atau rekacipta (engineering design), adalah suatu
rancangan lanjutan dari rancangan konsep yang disusun dengan rincian dan
lengkap berdasarkan data dan informasi hasil penelitian serta leteratur
dilengkapi dengan hasil-hasil pemeriksaan keadaan lapangan.
Manurut Martadinata dan Sepriadi (2019) salah satu aspek terpenting dalam
perencanaan tambang adalah desain pit tambang dimana tahapan ini dilakukan
setelah tahap eksplorasi dan studi konseptual diadakan. Faktor teknis
7
merupakan hal yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan agar suatu
rencana dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dapat
disimpulkan bahwa faktor tersebut berkaitan dengan batas akhir penambangan
(ultimate pit limit), geometri jalan, dan dimensi jenjang, serta striping ratio (SR).
Menurut Bargawa (2008), ada beberapa langkah yang dilakukan pada saat
tahap perancangan teknis, yaitu sebagai berikut:
a. Membuat bentuk cut penambangan untuk rencana penambangan selama
waktu yang diinginkan (bulanan/tahunan) sesuai dengan perhitungan
kapasitas penggalian selama waktu tersebut, menggunakan kondisi topografi
akhir penambangan sebagai awal rencana penabangan untuk periode
selanjutnya;
b. Dilanjutkan dengan pembuatan bentuk penambangan (cut) per bulan sesuai
dengan kapasitas produksi penggalian per bulan. Racangan cut yang dibuat
harus mempertimbangkan faktor ruang kerja alat, daerah yang direncanakn
dapat dijangkau oleh peralatan, dapat bekerja dengan aman dengan
mempertimbangkan adanya jalan masuk ke daerah yang akan ditambang.

2.1.3 Parameter-Parameter Rancangan (Design)


a) Geometri jenjang/lereng penambangan
Menurut Purwaningsih dan mamas (2017), Faktor-faktor yang
mempengaruhi geometri jenjang :
1. Produksi
Salah satu tujuan pentuan dimensi jenjang adalah harus dapat
menghasilakan produksi yang dinginkan dan memiliki standar keamanan.
Maka jenjang yang dibuat perlu mempertimbangkan jumlah produksi yang
diinginkan. Pada umunya jumlah produksi mentukan dimensi jenjang yang
akan dibuat
2. Kondisi Material
Kondisi material/batuan yang ada dapat mentukan peralatan yang harus
digunakan sehingga sesuai untuk produksi yang dikerjakan dapat ditentukan.
Kondisi batuan yang lebih dominan anatara lain kekuatan batuan, faktor
pengembangan, dimensi batuan dan struktur geologi

8
Gambar 1. Lebar jenjang kerja
(sumber: Purwaningsih dan mamas, 2017)
Gambar 1 diatas mengilustrasikan Lebar jenjang atau bench width (Bw)
adalah: dua kali radius penggalian (menggali dan memuat) ditambah jarak garis
tengah alat dan jalan dump truck. Lebar jenjang dinyatakan dengan notasi :
Bw = 2R + C + C1 + L ...................................................... (2.1)
Keterangan:
Bw = Lebar jenjang (m)
R = Digging radius dari alat muat (m)
C = Jarak sisi jenjang atau broken material ke garis
tengah rel (m)
L = lebar yang disediakan untuk faktor keamanan,
biasanya sebesar dump truck (m)
Pada penambangan lereng dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
lereng tunggal, lereng inter-ramp dan lereng keseluruhan. Lereng tunggal (single
slope) merupakan lereng yang dibentuk oleh satu jenjang atau terbentuk oleh
crest dan toe. Lereng keseluruhan (overall slope) merupakan lereng yang dibentuk
oleh keseluruhan jenjang yang Kemiringan ini diukur dari crest paling atas
sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan. Kemiringan lereng
sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan dan kegiatan peledakan. Pada
gambar 2 dibawah ini mengilustrasikan overall slope angle.

Gambar 2. Overall slope angle


(sumber: Hustrulid et,al., 2013)

9
Safety bench dapat disebut juga jenjang penangkap (catch bench) dan
dapat merujuk pada berm. Fungsi dari safety bench atau berm ini adalah untuk
mengumpulkan material tanah yang jatuh dari bench diatasnya dan menahannya
agar tidak terjadi longsoran yang fatal. Sebagai tambahan pada jenjang
penangkap, tumpukan material bongkahan (berm) biasanya sering terdapat di
sepanjang crest. Terdapatnya tumpukan tersebut maka akan terbentuk suatu
saluran antara tumpukan dan kaki lereng (toe) untuk menangkap batuan yang
jatuh. Impact zone merupakan area yang terkena dampak dari jatuhan material.
Semakin tinggi bench maka semakin lebar catch bench yang diperlukan. Pada
gambar 3 dibawah ini mengilustrasikan catch bench.

Gambar 3. Catch bench


(sumber: Hustrulid et.al., 2013)

Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor


Lereng Tambang

(Sumber: Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018)


Perancangan jenjang harus memperhatikan factor keamanan. Dalam
Keputusan Mnteri ESDM Nomor 1827 menyatakan bahwa Probabilitas Longsor

10
(Probability of Failure) adalah tingkat kemungkinan suatu lereng berpotensi
longsor akibat nilai dari satu atau lebih parameter geoteknik yang menyimpang
dari perhitungan faktor keamanan lereng (FK ≤1). Nilai faktor keamanan bisa
dilihat pada tabel 1 diatas.
b) Geometri Jalan Angkut
Menurut Halawa (2021), bahwa Perencanaan jalan angkut melihat dari
alat angkut ukuran terbesar yang digunakan untuk merencanakan geometri jalan
yang ideal. Lebar jalan dipengaruhi oleh jumlah jalur dan lebar alat angkut yang
digunakan, rancangan tikungan dipengaruhi oleh sifat membelok alat angkut
sedangkan kelandaian jalan (grade) akan dipengaruhi oleh daya alat angkut
sendiri. Dengan rancangan teknis jalan angkut yang direncanakan, maka
diharafkan fungsi, umur dan pelayanan jalan akan maksimum. Alat angkut ini
pun juga akan mempengaruhi rencana konstruksi jalan angkut karena setiap alat
angkut mempunyai kapasitas (berat dan daya angkut) yang bervariasi sehingga
perlu penyesuaian antara alat angkut dengan rencana kostruksi jalan. Semakin
lebar jalan angkut, akan semakin aman dan lancar untuk lalu lintas
pengangkutan. Umumnya jalan angkut pada tambang dibuat untuk jalur tunggal
dengan satu atau dua arah. Untuk menghitung lebar jalan angkut dibagi menjadi
dua, yaitu lebar jalan angkut lurus dan lebar jalan angkut tikungan.
Termuat dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 menjelaskan
bahwa Jalan pertambangan merupakan jalan khusus yang dibuat untuk kegiatan
pertambangan dan berada di area proyek atau area pertambangan, terdiri jalan
tambang dan jalan penunjang (ilustrasi pada gambar 4).

Gambar 4. Jalan pit dan jalan utama


(sumber : buku panduan lapangan untuk foreman dan supervisor PT BUMA)
a) Jalan tambang atau jalan produksi adalah jalan yang terdapat pada
area pertambangan yang digunakan dan dilalui oleh alat pemindah

11
tanah mekanis dan unit penunjang lainnya dalam kegiatan
pengangkutan tanah penutup, bahan galian, dan kegiatan penunjang
penambangan.
b) Jalan penunjang adalah jalan yang dibuat untuk jalan teransportasi
orang atau barang di dalam suatu area pertambangan untuk
mendukung operasi pertambangan atau penyediaan fasilitas
pertambangan.
c) Jalan masuk adalah jalan yang digunakan untuk memasuki area
tambang permukaan dan tabang bawah tanah.
1. Lebar jalan angkut
Menurut standar AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials) untuk perhitungan lebar jalan minimum pada jalan lurus
dengan jalur ganda atau lebih harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut
pada bagian tepi kiri dan kanan jalan.
Lmin = (n×Wt) + [(n+1)(0.5×Wt)] ......................................... (2.2)
Keterangan :
L = Lebar Jalan Angkut maksimum (m)
n = Jumlah Jalur yang Digunakan
Wt = Lebar Alat Angkut (m)
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar jalan
pada jalan lurus. Untuk jalan dua jalur, lebar jalan minimum pada tikungan
dihitung dengan mendasarkan pada :
C = Z = 0,5 (U + Fa +Fb) .................................................. (2.3)
W=n(U+Fa+Fb+Z)+C ........................................................ (2.4)
Keterangan :
W = lebar jalan angkut pada tikungan atau tikungan, (meter)
U = lebar jejak ban, (meter)
n = jumlah jalur
Fa = jarak as ban depan dengan bagian depan truk, (meter)
Fb = jarak as ban belakang dengan bagian belakang truk, (meter)
C = jarak antara dua truk yang akan bersimpangan, (meter)
Z = jarak sisi luar truk ke tepi jalan, m b. Lebar Jalan Angkut
,,,,,,,Pada Tikungan, (meter)
2. Kemiringan jalan angkut
Kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam persentase, dimana
kemiringan 1% merupakan kemiringan permukaan yang menanjak atau
menurun 1 meter secara vertikal dalam jarak horizontal 100 meter. Kemiringan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
12
∆h
Grade (%) = × 100% ...................................................... (2.5)
∆x

Keterangan :
h : Beda tinggi antara dua titik yang diukur (meter)
x : Jarak datar antara dua titik yang diukur (meter)
3. Jari-jari dan superelevasi
Jari-jari atau radius tikungan jalan angkut merupakan jari-jari dengan lintas
perlengkungan yang dibentuk oleh alat angkut ketika menikung atau membelok,
dimana besarnya dipengaruhi oleh nilai superelevasi maksimum, koefisien gesek
melintang dan kecepatan rencana yang ditetapkan.
VR 2
Rmin = ............................................................. (2.6)
127( emax+f )

Superelevasi merupakan kemiringan melintang jalan pada tikungan yang


berfungsi untuk mendapatkan komponen berat kendaraan guna mengimbangi
gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan di tikungan pada
kecepatan rencana.
V2
e+f = ......................................................................... (2.7)
127 R

Keterangan :
e = Superelevasi maksimum pada tikungan jalan (m/m)
f = Koefisien gesekan samping maksimum
V = Kecepatan rencana (km/jam)
R= Radius lengkung minimum tikungan (m)
4. Kemiringan melintang
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk
30 Cross Slope (a) penampang melintang cembung. Dibuat demikian dengan
tujuan untuk mempelancar penirisan. Apabila turun hujan atau sebab lain,
maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera mengalir ketepi jalan
angkut, tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Jalan tambang
yang baik memiliki kemiringan melintang 40 mm/m. Menurut Sukirman dalam
buku Pemindahan Tanah Mekanis tahun 2005, jalan produksi yang baik
memiliki kemiringan melintang 40 mm/m. Hal ini berarti setiap 1 meter jarak
mendatar terdapat beda tinggi 40 mm atau 4 cm. Hal ini penting karena air yang
menggenang pada permukaan jalan angkut akan membahayakan kendaraan
yang lewat dan mempercepat kerusakan jalan.

2.1.4 Desain Timbunan (Disposal)


Dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 Tahun 2018 menjelaskan
bahwa urutan dalam penimbunan batuan penutup meliputi lokasi, luas, elevasi,

13
kapasitas penimbunan batuan penutup, dan tata waktu. Urutan penimbunan
batuan penutup disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan penampang
melintang (cross section) dan tebel yang berisi : (kemajuan dan arah penimbunan)
dan (lokasi, luas, elevasi, dan kapasitas timbunan).
Pada Lampiran V KEPMEN ESDM NO. 1827 Tahun 2018 untuk pedoman
pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan mineral dan batubara,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kegiatan penimbunan batuan
penutup, yaitu:
1. Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dalam
melakukan penimbunan batuan penutup mengutamakan pengisian kembali
lubang bekas tambang dengan mempertimbangkan aspek konservasi mineral
dan batubara;
2. Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi melakukan
penimbunan batuan penutup berdasarkan kajian:
a) geoteknik;
b) geokimia batuan penutup; dan
c) hidrologi yang termasuk di dalamnya pengendalian erosi dan sedimentasi.
3. Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi melakukan
penimbunan batuan penutup di luar bekas tambang berdasarkan kajian
jarak aman terhadap bangunan perumahan penduduk, fasilitas umum,
badan perairan umum, lahan pertanian dan perkebunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Sebelum dilakukan penimbunan batuan penutup di area penimbunan,
dilaksanakan tahapan yang meliputi:
a) pembersihan vegetasi; dan
b) pengupasan dan pengelolaan lapisan tanah zona pengakaran.
Dalam KEPMEN ESDM NO. 1827 mengklasifikasikan penimbunan batuan
penutup menjadi penimbunan batuan penutup di luar bukaan tambang (out pit
dump) dan penimbunan batuan penutup di dalam bukaan tambang (in pit dump),
yakni sebagai berikut:
1. Penimbunan batuan penutup di luar bukaan tambang (out pit dump)
a) penimbunan batuan penutup tidak boleh ditempatkan pada area yang
terdapat sumber daya dan/atau cadangan mineral atau batubara;
b) dalam hal penimbunan batuan penutup ditempatkan pada area yang
terdapat sumber daya mineral dan batubara maka menyampaikan
kajian teknis kepada Kepala Inspektur Tambang;

14
c) kajian teknis paling kurang mencakup alasan pemilihan lokasi
penimbunan, luasan, jumlah dan keterdapatan sumber daya,
sensitivitas harga komoditas tambang;
d) lereng tunggal pada timbunan batuan penutup memiliki geometri dan
dimensi dengan rasio vertikal terhadap horizontal sebesar 1:2
(kemiringan 50% (lima puluh persen)) atau berdasarkan kajian teknis;
e) dalam hal nilai faktor keamanan lereng timbunan dengan menggunakan
kohesi dan sudut gesek residual tidak memenuhi nilai dalam studi
kelayakan maka berdasarkan hasil kajian teknis yang paling kurang
mencakup geometri dan dimensi lereng timbunan, umur pakai
timbunan, faktor keamanan lereng, upaya penguatan timbunan,
rencana pemantauan, dan tindak lanjut serta analisis risiko;
f) tempat penimbunan batuan penutup memiliki daya dukung yang
memadai terhadap timbunan batuan penutup;
g) area penimbunan batuan penutup terlebih dahulu dilakukan
pengupasan tanah pucuk;
h) dilarang menimbun batuan penutup pada area bekas kolam, bekas alur
sungai, dan rawa kecuali dilakukan berdasarkan hasil kajian teknis;
i) timbunan batuan penutup dengan sistem bottom up dilakukan
pemadatan menggunakan compactor secara bertahap atau
menggunakan alat angkut dengan rasio tebal layer tidak lebih dari 1/3
tinggi alat angkut atau berdasarkan hasil kajian teknis;
j) dalam hal penimbunan batuan penutup dengan sistem curah, dilakukan
berdasarkan hasil kajian teknis kestabilan timbunan, kepadatan
timbunan, dan rekomendasi sudut lereng;
k) area penimbunan batuan penutup memiliki sistem penyaliran dan/atau
pengelolaan air yang mampu mengalirkan debit air larian puncak;
l) area kerja penimbunan batuan penutup memiliki luasan yang memadai
untuk operasional peralatan yang digunakan;
m) kajian teknis tersebut disampaikan kepada Kepala Inspektur Tambang.

2. Penimbunan batuan penutup di dalam bukaan tambang (in pit dump)


a) dalam hal area penimbunan batuan penutup berada di lokasi yang telah
selesai ditambang (inpit), dasar area timbunan bebas dari lapisan batuan
yang dapat menjadi bidang gelincir serta bebas air dan/atau lumpur;
b) dalam hal area penimbunan batuan penutup berada di lokasi yang
belum selesai ditambang, jarak antara kaki timbunan batuan penutup

15
dengan area kerja aktif sekurang kurangnya 3 (tiga) kali tinggi total
timbunan atau berdasarkan hasil kajian teknis;
c) dalam hal lereng timbunan dengan menggunakan kohesi dan sudut
gesek residual tidak memenuhi faktor keamanan dalam studi kelayakan
maka berdasarkan hasil kajian teknis yang paling kurang mencakup
geometri dan dimensi lereng timbunan, umur pakai timbunan, faktor
keamanan lereng, upaya penguatan timbunan, rencana pemantauan,
dan tindak lanjut serta analisis risiko;
d) hasil kajian teknis disampaikan dalam laporan khusus kepada Kepala
Inspektur Tambang;
Pada dasarnya batuan penutup ditempatkan di dalam WIUP baik secara
out pit dump maupun in pit dump. Selain itu, dijelaskan dalam KEPMEN ESDM
NO. 1827 tahun 2018 bahwa batuan penutup juga bisa ditempatkan di luar
WIUP, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. dalam hal dilakukan penempatan batuan penutup di luar WIUP karena tidak
tersedianya area yang cukup maka wajib mematuhi ketentuan peraturan
perundangundangan dan memenuhi persyaratan:
a) keberlanjutan umur tambang;
b) perlindungan lingkungan;
c) sudah dilakukan pemasangan tanda batas WIUP; dan
d) memiliki kajian teknis penimbunan.
2. kajian teknis tersebut paling kurang mencakup:
a) perencanaan penimbunan batuan penutup dan pelaksanaan
penimbunan batuan penutup; dan
b) analisis risiko.
3. hasil kajian teknis tersebut disampaikan kepada Kepala Inspektur Tambang;
4. dalam hal lokasi penempatan batuan penutup di luar WIUP bukan
merupakan WIUP lain maka dijadikan wilayah proyek;
5. dalam hal lokasi penempatan batuan penutup berada pada WIUP lain maka
membuat perjanjian kerja sama antar pemegang IUP;
6. perjanjian kerjasama tersebut disampaikan kepada Kepala Inspektur
Tambang.
Menurut Bargawa (2018), menyatakan bahwa pada umumnya luas daerah
yang diperlukan untuk waste dump adalah dua sampai tiga kali daerah
penambangan (pit). Hal ini disebabkan oleh:
1. Material yang telah dibongkar (loose meterial) berkembang 30-45%
dibandingkan dengan material insitu;
2. Sudut kemiringan untuk setiap dump umumnya lebih landau dari pit;
16
3. Material pada umumnya tidak dapat ditimbun setinggi kedalaman dari pit.
Menurut bargawa (2018), jenis dump dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Valley fill atau crest dump
a) Dapat diterapkan di daerah yang mempunyai topografi curam;
b) Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan pada awal pembuatan dump.
Truk membawa muatan ke elevasi ini dan membuang muatan ke lembah
dibawahnya. Elevasi crest ini dipertahankan sepanjang umur tambang;
c) Dump dibangun berdasarkan angle of repose;
d) Dumping akan mulai pada kaki dari dump final sehingga pada awal
proyek jarak pengangkutan truk lebih panjang.
2. Terraced dump yaitu timbunan yang dirancang ke atas (dalam lift)
a) Dapat diterapkan jika topografi tidak begitu curam pada lokasi
timbunan;
b) Timbunan dirancang dari bawah keatas. Tinggi tiap lift biasanya 20-40
m;
c) Lift-lift berikutnya terletak dibelakang sehingga sudut keseluruhan
(overall slope angle) mendekati yang dibutuhkan untuk reklamasi.
Menurut bargawa (2018), ada beberapa parameter rancangan waste
dump, yaitu sebagai beriku:
1. Angle of repose: batuan kering ROM umumnya mempunyai angle of repose
antara 34-37 derajat. Sudut ini dipengaruhi oleh tinggi dump,
ketidaktraturan bongkah batuan, kecepatan dumping. Pengukuran dapat di
buat pada sudut lereng yang ada di daerah tersebut;
2. Faktor pengembangan (swell factor): faktor pengembangan pada umumnya
pada batuan keras antara 30-45%. Satu kubik insitu akan mengembang
menjadi 1,3-1,45 meter kubik material lepas. Sedangkan material dapat
dipadatkan sekitar 5-15%. Material yang ditimbun menggunakan dump truck
akan menjadi lebih kompak daripada material yang ditimbun oelah ban
berjalan (belt conveyor stacked);
3. Tinggi lift (jarak setback): umumnya 15-40 meter dan hanya berlaku untuk
dump yang dibangun ke atas. Rancangan jarak setback dirancang
sedemikian rupa sehingga sudut kemiringan keseluruhan rata-rata (average
overall slope angle) adalah 2H:1V (27o) sampai 2,5H:1V (22o) untuk
memudahkan reklamasi;
4. Jarak dari pit limit: jarak minimum adalah ruangan yang cukup untuk suatu
jalan antara pit limit dan kaki timbunan (dump toe). Kestabilan pit akibat
dump harus diperhitungkan jarak yang sama atau lebih besar dari

17
kedalaman pit akan mengurangi resiko yang berhubungan dengan kedtabilan
lereng pit;
5. Limpasan air hujan dirancang menjauhi crest. Truk harus menggunakan
tenaga mesin untuk menuju crest dan bukan meluncur bebas. Hal ini juga
akan mengurangi resiko kendaraan yang diparkir meluncur jatuh dari
puncak waste dump (crest).
Menurut bargawa (2018), penaksiran volume dapat dilakukan dengan
memakai beberapa cara antara lain:
1. Penampang horizontal
a) Ukur luas daerah pada lantai (toe) dan puncak (crest) dari setiap lift. Rata-
rata adalah luas lift;
b) Tinggi lift memberikan dimensi ke tiga untuk menaksir volume tiap lift;
c) Jumlahkan volume untuk tiap lift untuk memperoleh volume total dump.
2. Penampang vertikal
a) Buat beberapa penampang melintang dengan jarak yang sama melalui
dump;
b) Ukur luas tiap penampang;
c) Luas ini dianggap sama hingga setengah jalan ke penampang berikutnya
pada kedua sisi untuk memperoleh dimensi ke tiga dan volume untuk
setiap penampang;
d) Jumlahkan volume tiap-tiap penampang untuk memperoleh volume total
dump.
3. Rancangan dump menggunakan cara coba-coba (trial and error)
a) Rancanglah dump secara coba-coba dan taksir volume. Bandingkan
dengan volume dump yang diperlukan;
b) Sesuaikan rancangan dan ukurlah kembali sampai volume yang
diinginkan dicapai, umumnya dicoba antara 2-3 kali.

2.1.5 Batasan Penambangan


a) Batas penambangan (pit limit)
Salah satu hasil rancangan pada perencanaan tambang adalah pit limit.
Pit limit yang dirancang selanjutnya akan dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil
(sequence) yang mempertimbangkan nilai stripping ratio. Sequence penambangan
merupakan tahapan penambangan yang menunjukkan bagaimana suatu pit
akan ditambang mulai dari bukaan awal hingga bentuk akhir pit. Tujuan dari
sequence penambangan untuk membagi seluruh volume yang ada dalam pit limit
ke dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga lebih mudah ditangani.
Rencana dan rancangan tambang perlu dibuat sebagai pedoman dalam
pelaksanaan penambangan, mengurangi ketidakpastian serta digunakan sebagai
18
pemilihan kemungkinan terbaik (Pratama et,al., 2019 dalam Indrajaya et,al.,
2019).
Menurut Fikri dan Siti (2020), menyatakan bahwa untuk menentukan
batas akhir dari kegiatan penambangan (ultimate pit limit) untuk suatu cadangan
batubara. Ini berarti menentukan berapa besar cadangan batubara yang akan
ditambang (tonase dan kadarnya) yang akan memaksimalkan nilai bersih total
cadangan batubara tersebut. Dalam penentuan batas akhir dari pit, nilai waktu
dari uang belum diperhitungkan. Layout dan design tambang beserta penentuan
batas penambangan antara lain:
1. Layout dan design tambang:
a. Desain pit
b. Desain jalan (ramp)
c. Desain jenjang (bench), dll
2. Penentuan batas penambangan:
a. Optimum stripping ratio
b. Batas penambangan
c. Batas lain: sungai, jalan, dll

b) Geometri lereng penambangan


Dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 menyatakan bahwa
Geoteknik Tambang adalah pengelolaan teknis pertambangan yang meliputi
penyelidikan, pengujian conto, dan pengolahan data geoteknik serta penerapan
rekomendasi geometri dan dimensi bukaan tambang, serta pemantauan
kestabilan bukaan tambang. Desain penambangan yang menggambarkan
geometri dan dimensi bukaan tambang, geometri dan dimensi, serta kapasitas
timbunan berdasarkan kajian daya dukung dasar timbunan, desain jalan
tambang, dan SR atau COG. Geoteknik Tambang untuk mineral bukan logam
dan batuan paling kurang dapat menjelaskan rekomendasi geometri dan dimensi
bukaan tambang dan daya dukung tanah (ground bearing capacity) yang sudah
mempertimbangkan hasil penyelidikan geoteknik.
c) Kondisi topografi dan geologi
Menurut Depari et.,al (2020), menyatakan bahwa Topografi pada
dasarnya memperlihatkan kondisi permukaan yang ada di daerah muka bumi
dan biasanya ditampilkan dalam bentuk peta yang menggunakan garis kontur
untuk memperlihatkan kondisi permukaan dari suatu daerah. Dengan
memperhatikan topografi di daerah penelitian kita dapat mengetahui
bagaimanakah kondisi permukaan daerah tersebut.

19
d) Stripipping ratio (nisbah pengupasan)
Nisbah pengupasan atau stripping ratio adalah perbandingan antara
volume lapisan tanah penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara
yang akan diambil. Stripping ratio merupakan salah satu faktor yang sangat
menetukan ekonomis tidaknya pengambilan suatu cadangan batubara. Semakin
besar nilai stripping ratio, berarti semakin banyak overburden yang harus digali
untuk mengambil batubara, sehingga cost atau biaya yang diperlukan juga
semakin besar. Berikut rumus perhitungan stripping ratio:
Tanah Penutup (bcm)
𝑆𝑡𝑟𝑖𝑝𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = ...................................... (2.8)
Batu Bara (ton)

Keterangan:
Bcm : Bank Cubic Meter yang menandakan besar volume
tanah dalam kondisi asli atau tak terganggu

2.2 Perencanaan Kebutuhan Alat Gali Muat


Penambangan merupakan aktivitas yang erat kaitannya dengan alat-alat
berat. Jumlah kebutuhan alat-alat penambangan sebagai upaya untuk mencapai
target produksi tertentu bergantung pada produktivitas setiap alat yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat kerja, dan kegiatan penjadwalan
prnambangan yang direncanakan. Tujuan akhir dari perencanaan kebutuhan
alat gali muat ini adalah untuk mendapatkan hasil penambangan yang mampu
memenuhi target yang diharapkan. Oleh karena itu, kebutuhan alat gali muat
perlu direncanakan dengan teliti agar bisa menunjang target produksi.
Forecast alat ini merupakan penjadwalan alat yang digunakan menurut jam
kerja yang akan tersedia yang dapat diprediksi menurut data kalender untuk
menentukan jumlah alat yang bisa bekerja untuk mencapai target sesuai desain.
Forecast digunakan untuk memproyeksikan produksi yang ingin tercapai
kedepannya dari segi avability yang dipunya termasuk jam hujan, curah hujan,
ketersediaan unit dan kapasitas unit. Dalam pembuatan forecast ini terdapat
parameter yang harus diperhatikan yaitu jumlah hari, hari libur/bencana, over
shift (jumlah shift/hari, jam/shift, hari jumat, safety talk), MOH (Montly Of Hour),
hambatan produksi yang terdiri dari delay time berdasarkan waktu (rain, kabut,
blasting, persiapan alat, safety talk, shalat jum’at, refuel, perbaikan alat, change
shift, delay operation) dan delay time berdasarkan front rusak (idle time, change
front kerja, waiting survey).

2.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Gali Muat


Menurut Depari (2019), Kegiatan penggalian dilakukan oleh alat gali muat,
sehingga penting untuk mengetahui berapa besar produksi alat gali muat yang
beroperasi. Produksi alat gali muat dipengaruhi oleh waktu edar, dan faktor
20
efisiensi atau faktor koreksi. Waktu edar ialah waktu yang dibutuhkan oleh suatu
alat untuk menyelesaikan satu cycle pekerjaan. Waktu edar (cycle time) terdiri
atas waktu tetap (fixed time) dan variable time. Fixed time sebuah alat gali muat
adalah saat melakukan swing baik dalam kondisibucket berisi material maupun
tidak, serta saat melakukan dumping. Sedangkan variable time alat gali muat
adalah saat melakukan penggalian (digging). Waktu edar (cycletime) sebuah alat
gali muat terdiri dari waktu untuk menggali (digging), waktu mengayun dalam
kondisi bucket terisi material (swing loaded), waktu dumping serta waktu untuk
swing dalam kondisi bucket kosong.
CT Loading = Texcavate+ Tswing loaded+ Tdumping+ Tswing empty………..(2.9)
Waktu edar didefinisikan sebagai waktu yang digunakan oleh alat-alat
mekanis untuk melakukan satu siklus pekerjaan. Setiap alat memiliki komponen
waktu edar yang berbeda-beda. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada
jumlah komponen yang ada dan waktu yang diperlukan oleh masing-masing
komponen tersebut. Secara garis besar waktu edar alat mekanis dibagi menjadi
waktu tetap atau fixed time dan waktu tidak tetap atau variable time. Waktu tetap
adalah waktu yang diperlukan untuk gerakan-gerakan yang bersifat tetap. Waktu
tetap ditentukan oleh pabrik pembuat alat mekanis tersebut dan secara umum
berlaku untuk setiap kondisi kerja.
2.2.2 Material
Menurut Depari (2019), Dalam melakukan penggalian terhadap material,
maka mudah atau sulitnya material tersebut digali harus diketahui. Beberapa
sifat fisik material yang perlu diketahui dalam pekerjaan penggalian tanah
diantaranya adalah faktor pengembangan material (swell factor). Pengembangan
material adalah pengurangan ataupun penambangan volume material tersebut
apabila diberi gangguan terhadap bentuk aslinya. Keadaan material dalam
kondisi asli disebut bank condition yang dinyatakan dalam BCM (Bank Cubic
Meter), sedangkan material dalam kondisi gembur disebut loose condition yang
dinyatakan dalam LCM (Loose Cubic Meter).
SF = Bank Volume/Loose Volume ..................................... (2.10)
2.2.3 Efesiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu
kerja yang tersedia. Waktu kerja efektif didefinisikan sebagai waktu yang benar-
benar digunakan oleh operator dengan alat yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan produksi. Banyaknya waktu yang tersedia dalam kondisi nyata selalu
kurang dari 100%.
a) Mechanical availability ialah faktor availability yang menunjukkan
kesiapan (availability) suatu alat dari waktu yang hilang disebabkan oleh
21
kerusakan atau gangguan alat (mechanical reason). Secara matematis
mechanical availability merupakan perbandingan antara worked hours dan
waktu total yang ada.
Worked hours atau operation hours dimulai dari operator berada di satu alat
dan alat tersebut berada dalam kondisi operable (siap digunakan). Worked hours
dapat diketahui dari pencatatan pada operator time card atau hour meter alat.
Worked hours termasuk delay time). Delay time atau waktu tunda sendiri
meliputi: Kehilangan waktu saat dari dan menuju tempat kerja, Moving time,
Waktu untuk lubrikasi, pengisian bensin dan pemeliharaan alat, Kehilangan
waktu disebabkan kondisi cuaca, Waktu untuk safety meeting, dan lain
sebagainya.
b) Physical availability menunjukkan kondisi ketersediaan fisik suatu alat
yang siap untuk digunakan dalam kegiatan penambangan pada saat kondisi
alat tersebut baik atau tidak rusak.
PA % = (𝐻𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑 𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑠𝑐ℎ𝑒𝑑𝑢𝑙𝑒𝑑 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠) x 100%.............(2.11)
Stand by hours merupakan waktu dimana alat dalam keadaan siap untuk
digunakan (tidak rusak), tetapi karena adanya satu dan lain hal sehingga tidak
dipergunakan ketika operasi penambangan sedang berlangsung. Scheduled hours
adalah waktu di mana tambang dikerjakan, meliputi worked hours, repairs hours
dan stand by hours
c) Used of availability bisa digunakan untuk mengetahui apakah suatu
pekerjaan (operation) bekerja dengan efisien atau tidak, selain itu juga bisa
digunakan untuk mengetahui apakah pengelolaan alat-alat (tools of
management) berjalan dengan baik atau tidak.
UA % = (𝐻𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘 𝐻𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑 𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠) x 100%................(2.12)
d) Effective utilization bisa dikatakan mirip dengan used of availability
dimana hanya berbeda pada hubungan worked hours dengan total hours
dibandingkan dengan availability hours.
EU % = (𝐻𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑜𝑢𝑟𝑠) x 100%..........................................(2.13)

2.2.4 Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut


Prediksi atau peramalan kebutuhan alat gali muat dan alat angkut yang sesuai
dengan desain pit yang telah dirancang membutuhkan data produktivitas alat.
a) Produktivitas alat gali muat
Nilai Produktivitas alat gali muat secara umum dipengaruhi oleh kapasitas
bucket alat gali muat, cycle time, swell factor, dan faktor koreksi yang terdiri dari
faktor pengisian bucket alat gali muat, dan efisiensi kerja. Produktivitas alat gali
muat (Caterpillar Performance Handbook Edition 40, 2017).

22
Kb x Fb x Sf x Eff x 3600
Qes = ...................................................... (2.14)
𝐶𝑡

Produksi/Bulan = Qes × PA × UA × Jam............................ (2.15)


Produksi/Bulan = Qes × EU × Jam ................................... (2.16)
Keterangan:
Q = Produktivitas alat gali muat (BCM/jam)
Kb = Kapasitas bucket dari spesifikasi alat (m3)
Fb = Faktor koreksi dari pengisian bucket (%)
Sf = Swell factor (%)
PA = Physical Availability (%)
UA = Utillization Availability (%)
EU = Effective Utilization (%)
Jam = Total jam kerja dalam 1 bulan (jam/bulan)
Eff = Efisiensi kerja alat (%)
Ct = Waktu edar alat muat/excavator (detik)
b) Produktivitas alat angkut
Produktivitas dari alat angkut secara umum dipengaruhi oleh jumlah
pengisian material oleh alat gali muat dan kapasitas bucket alat gali muat
sehingga didapatkan kapasitas vessel dari alat angkut, faktor koreksi pengisian
bucket, swell factor, effisiensi kerja, dan cycle time. Produktivitas alat angkut
(persamaanc2.13 – 2.116) (Catterpillar Performance Handbook Edition 40, 2017).
𝐾𝑏 𝑥 𝑛 𝑥 𝐹𝑏 𝑥 𝑆𝑓 𝑥 3600
Qdt = ...................................................... (2.17)
𝐶𝑡
𝐾𝑣 𝑥 𝐹𝑏 𝑆𝑓 𝐸𝑓𝑓 𝑥 3600
Qdt = ........................................................ (2.18)
𝐶𝑡

Produksi/Bulan = Qdt × PA × UA × JaM × jumlah DT ....... (2.19)


Produksi/Bulan = Qdt × EU × Jam ................................... (2.20)
Keterangan:
Q = Produktivitas alat angkut (BCM/jam)
n = Frekuensi muat
Kb = Kapasitas bucket excavator (m3 )
Kv = Kapasitas vessel dump truck (m3 )
Fb = Faktor koreksi pengisian bucket (%)
Sf = Swell factor (%)
PA = Physical Availability (%)
UA = Utillization Availability (%)
EU = Effective Utilization (%)
Jam = Total jam kerja (jam/bulan)
Eff = Efisiensi kerja alat angkut (%)
Ct = Waktu edar alat angkut (detik)

23
2.3 Perencanaan Penjadwalan Penambangan
Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi pasti
melaksanakan program peningkatan produktivitas. Dalam melaksanakan
aktivitas perusahaan harus melakukan penjadwalan produksi yang baik.
Perusahaan berproduksi berdasarkan job order dituntut untuk selalu dapat
memenuhi permintaan konsumen pada waktu yang telah disepakati. Namun
banyaknya jenis produk yang dipesan oleh para konsumen dapat selesai dalam
waktu bersamaan seringkali membuat kesulitan pihak perusahaan dalam
melakukan penjadwalan produksi terhadap prioritas jenis produk yang harus
diproduksi terlebih dahulu. Selama ini produk-produk yang dipesan oleh
konsumen dapat dipenuhi oleh perusahaan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas namun membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga apabila tidak
direncanakan dengan baik akan mengecewakan konsumen atau pembeli.
Menurut Bargawa (2018), penjadwalan produksi didasarkan pada jumlah
cadangan di daerah konsensi pertambangan setelah dikurangi dengan faktor
kehilangan yaitu: 3,5% pada saat penggalian dan pengangkutan, 1% pada tahap
crushing dan 0,5% pada saat conveyor loading ke barge dan kontrak penjualan
batubara.
Menurut Perhusip (2021), Penjadwalan tambang merupakan bentuk-bentuk
penambangan (mineable geometris) yang menunjukan bagaimana suatu pit akan
ditambang dari titik awal hingga bentuk akhir pit. Tujuan umum dari pembuatan
tahapan penambangan adalah untuk membagi seluruh volume yang ada dalam
pit kedalam unit-unit perancangan yang lebih kecil (panel/strip) sehingga mudah
di tangani.
Kegiatan penjadwalan bertujuan untuk mengurangi ataupun meminimalisir
keterlambatan dari suatu pekerjaan sehingga dapat diselesaikan dalam kurun
waktu tertentu sesuai dengan rencana yang ada. Penjadwalan juga dapat
meningkatkan produktivitas dari masing-masing alat dan mengurangi waktu
menganggur (idletime). Semakin besar tingkat produktivitas suatu alat maka
akan semakin kecil waktu tunggu yang dimiliki. Oleh karena itu, perusahaan
akan lebih diuntungkan dengan penghematan biaya produksi dan dapat menjadi
strategi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar
Penjadwalan produksi tambang dinyatakan dalam periode waktu tertentu
meliputi data tonase batubara, overburden, dan pemindahan material total dari
tambang tersebut. Prinsip dasar penjadwalan produksi adalah memaksimumkan
NPV (net present value), ROR (rate of return). Dengan perkataan lain dapat
menghasilkan sejumlah material dengan biaya semurah mungkin. Selama proses
penjadwalan, evaluasi dilakukan terhadap sasaran produksi batubara, jadwal
24
pengupasan tanah penutup, dan strategi pemenuhan target kualitas batubara
dan material yang ditambang.
Asumsi awal yang diperlukan untuk menentukan penjadwalan produksi adalah :
1) Sasaran produksi dapat berubah berdasarkan waktu;
2) Penjadwalan sering dibuat untuk mengevaluasi strategi perubahan
batubara.
Asumsi tersebut dapat mempengaruhi jadwal pengupasan tanah penutup
atau overburden untuk mendapatkan coal expose. Mesikipun tidak ada definisi
yang digunakna secara universal mengenai bagaimana penjadwalan produksi
berbeda dengan perencanaan tambang jangka pendek. Istilah penjadwalan
produksi umumnya digunakan untuk menentukan peralatan produksi dari blok-
blok penambangan dari pit dengan dasar jam ke jam kerja atau shift ke shift kerja.
Normalnya penjadwalan produksi digambarkan untuk periode kurang dari atau
sama dengan sebulan, dengan menekankan apa yang harus dicapai dalam
beberapa rentan waktu tertentu. Rencana produksi harus dikerjakan dengan
batasan dari perencanaan jangka pendek dan diperbaharui setiap hari atau lebih
sering untuk mengakomodasi perubahan ketersediaan peralatan dan blok-blok
penambangan bahan galian dan waste baru yang disiapkan untuk ditambang.
Saat ini penjadwalan produksi jauh lebih berguna dari sebelumnya karena
kemampuan perusahaan tambang untuk memisahkan material yang ditambang
dalam blok-blok penambangan menjadi beberapa produk untuk dipindahkan ke
tempat berbeda yang sudah direncanakan sebelumnya. Sehingga kegiatan
penambangan bisa terjadwal dengan baik dan harapannya mampu memenuhi
target prosuksi yang telah di tetapkan oleh perusahaan.

2.4 Konstrain Penambangan


Konstrain-konstrain penambangan diartikan sebagai sebagai batasan-
batasan yang terdapat di suatu perusahaan pertambangan dan konstrain ini
merupakan salah satu aspek yang perlu di pertimbangakan dalam pembuatan
desain penambangan. Beberapa contoh konstrain penambanan seperti :
perusahan yang tidak memiliki area yang luas untuk menampung overburden
sehinggal perlu dilakukan inpit dump pada area pit yang telah mineout.

25
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2 Penelitian terdahulu

NO JUDUL PENELITIAN KETERANGAN ISI PENELITIAN


Perancangan (Design) Arik rizkia • Mengetahui nilai BESR dan
pit EF pada prinandi/Prosi SR ekonomis;
penambangan ding penelitian • Merancang batas
batubara di PT Milagro sivitas penambangan (pit limit);
Indonesia Mining Desa akademika • Merancang geometri lereng
Sungai Merdeka, Unisba (Sains pit;
1 Kecamatan Samboja, dan • Merancang desain pit di
Kabupaten Kutai Teknologi)/201 area yang berpotensi dapat
Kartanegara Provinsi 4-2015 ditambang dengan
Kalimantan Timur parameter SR ekonomis;
• Mengetahui besaran
cadangan tertambang di
daerah penelitian.
Penjadwalan produksi Waterman • Perhitungan kapasitas
(mine scheduling) pada sulistyana produksi penambangan;
perancangan teknis bargawa/Prosi • Perancangan bantuk
2 penambangan ding seminar penambangan;
batubara secara nasional FTM • Perancangan bentuk
tambang terbuka UPNVY/2018 penambangan.
Perencanaan tahapan Said adi Melakukan pembuatan batas
penambangan bulanan Firdaus/Jurnal penambangan, menghitung
pada tambang terbuka GEOSAPTA/20 jumlah volume overburden dan
3 batubara metode open 16 volume batubara, perencaan
pit umur tambang, pembuatan
sequence dan tahapan
penambangan
Simulasi rancangan Masjon • Membuat rancancangan Pit
teknis dan Perhusip/Jurn dan model endapan;
panjadwalan al • Penjadwalan produksi
4 penambangan dengan Geosapta/2021 tambang;
metode block strip • Membuat rancangan teknis
minig dan penjadwalan
penambangan.
Perancangan sequence Fahrul Membuat desain tahunan
penambangan Indrajaya/Jurn berdasarkan target produksi
5 batubara pada PT XYZ al perusahaan dan membuat
Provinsi Sumatera Geomine/2019 rancangan sequence
Selatan penambangan selama 3 bulan
Rancangan teknis Diyah Ayu Merancang desain push back
desain push back pada Purwaningsih/ pada pit 10 dan pit 13 untuk
penambangan Jurnal Geologi penambangan selama 12 bulan
batubara pit 10 dan pit Pertambangan/ dan merancang lokasi
6
13 PT Kayan Putra 2017 penumpukan material
Utama Coal Kabupaten overburden untuk
Kutai Kartanegara penambangan selama 12 bulan
Kalimantan Timur
(Sumber: Penulis)

26
III.METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Area Penelitian Tugas Akhir


PT Bintang Sukses Energi merupakan perusahaan pertambangan batubara
yang berlokasi di Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumaera Selatan.
Kegiatan operasional penambangan di perusahaan ini menggunakan sistem
tambang terbuka dengan metode strip mine. Penelitian tugas akhir ini akan
dilakukan di PT Bintang Sukses Energi baik di area Site maupun office tergantung
kebijakan dan arahan dari pihak perusahaan.

3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini rencananya akan dilakukan minimal 4 minggu yakni mulai
tanggal 01 Desember 2023 samapi selesai di PT Bintang Sukses Energi. Untuk
jadwal pelaksanaan penelitian bisa di;ihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Jadwal rencana kegiatan penelitian
LINIM ASA

NO KEGIATAN M inggu ke-

1 2 3 4

1 Studi literatur

2 Orientasi lapangan

3 Pengumpulan data

Pengolahan dan
4
analisis data

5 Penyusunan laporan

Presentasi hasil
6 penelitian dan
evaluasi
(Sumber: Penulis)
3.3 Bahan dan Peralatan
Pada penelitian ini tidak digunakan bahan apapun, sedangkan peralatan
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Alat tulis lengkap, digunakan untuk untuk mencatat semua data yang telah
didapatkan;
2. Helm safety, safety shoes dan safety vest, digunakan untuk melindungi diri
dari bahaya di area penambangan;
3. GPS (global positioning system), digunakan untuk menentukan posisi,
mengambil koordinat lokasi dan melakukan tracking;

27
4. Smarthphone, digunakan untuk timer/stopwatch dan untuk mengumpulkan
dokumentasi di lapangan sebagai data pendukung penelitian;
5. Laptop, digunakan sebagai perangkat untuk mengolah data, menyimpan data,
dan pembuatan laporan;
6. Software Tambang dan Software Microsoft excel, Microsoft Word digunakan
untuk pengolahan, analisis data dan pembuatan laporan hasil penelitian.

3.4 Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif dengan data
yang diolah berupa data primer dan data sekunder, penelitian ini dimaksudkan
untuk memberikan solusi secara spesifik pada masalah-masalah yang ada.
3.4.1 Studi Pendahuluan
Pada tahap studi pendahuluan, penulis menghimpun informasi yang
berkaitan dengan judul yang diteliti, informasi tersebut didapat dari artikel
ilmiah, buku, handbook, undang-undang, kepmen, dan dari sumber-sumber
lainnya baik tertertulis maupun tidak tertulis. Tahap studi pendahuluan ini
dimaksudkan untuk memberi pengetahuan awal dan membentuk pondasi dasar
bagi logika pemikiran penulis mengenali penelitian yang dilakukan. Beberapa
informasi yang dipelajari adalah :
1. Perencanaan tambang terbuka (open pit mine planning and design);
2. Perencanaan kebutuhan dan kapabilitas alat (forecast);
3. Perencanaan penjadwalan tambang (mine scheduling).
3.4.2 Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk melihat dan mengamati kondisi
langsung dilapangan, berkaitan dengan: lokasi penambangan, lokasi bank top
soil, lokasi disposal, alat mekanis yang digunakan, serta setiap lini lokasi IUP
dari perusahaan tersebut. Tahap observasi lapangan ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran langsung kepada penulis mengenai lokasi dan aktivitas
yang nantinya akan direncanakan.
3.4.3 Proses Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dan dianalisis oleh penulis didapat dari
sumber data primer dan data sekunder, berikut data yang diperlukan dalam
penelitian ini :
a) Data Primer
Data primer merupakan data pengamatan yang bersumber atau diambil
penulis secara langsung dilapangan pada saat melakukan penelitian
untuk membuat Perencanaan Penambangan pada Kwartal I tahun 2024.
Data primer ini akan dianalisis dan menjadi pertimbangan dalam
pembuatan desain pit dan disposal, Data-data primer tersebut berupa :
28
1. Foto kemajuan front penambangan dan disposal;
2. Foto infrastruktur tambang, seperti jalan untuk pengupasan
overburden dan coal getting;
3. Foto sump sebagai pertimbangan sebelum pembuatan desain pit.
b) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang bersumber dari perusahaan. Data
sekunder tersebut berupa :
1. Data rencana produksi pit X Tahun 2024 PT Bintang Sukses Energi;
2. Data produksi aktual pit X PT Bintang Sukses Energi sampai dengan
Bulan Desember Tahun 2023;
3. Peta topografi end of year 2023;
4. Data geologi, geomorfologi, struktur geologi, stratigrafi dan lithologi
wilayah IUP Operasi Produksi PT Bintang Sukses Energi;
5. Data rekomendasi Geoteknik dan rekomendasi geometri jalan;
6. Desain pit limit final dan disposal outpit final;
7. Data Jumlah spesifikasi alat gali muat dan angkut, serta alat
support yang saat ini digunakan;
8. Data physical availability dan use of availability Tahun 2024;
9. Data jam kerja PT Bintang Sukses Energi Tahun 2024;
10. Data Curah Hujan 10 tahun terakhir di PT Bintang Sukses Energi.
3.4.4 Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah sesuai dengan semestinya.
Pengolahan dilakukan dengan menggunakan Software Tambang, Microsoft
Excel, dan Microsoft Word. Tahapan pengolahan, analisis dan ringkasan
penyelesaian masalah yaitu sebagai berikut:
1. Perhitungan kapabilitas alat penambangan untuk mencapai target produksi
PT Bintang Sukses Energi pada Kwartal I tahun 2024. Penentuan alat
disesuaikan dengan dimensi rancangan pit yang akan dibuat;
2. Merencanakan pengaturan alat gali muat dan alat angkut berdasarkan target
stripping ratio yang ditentukan perusahaan dan kapasitas alat yang
digunakan di perusahaan, kegiatan ini sering disebut sebagai forecast
penambangan untuk rencana produksi Kwartal I tahun 2024 dengan
menggunakan Software Microsoft Excel;
3. Penyelesaian batas-batas penambangan (pit limit) yang diambil dari data
perusahaan dengan menggunakan Software Tambang;
4. Persiapan rencana tahapan penambangan dengan pembuatan block strip pit
X dilanjutkan dengan pembuatan blok-blok kecil (solid) yang kemudian
didapatkan perhitungan cadangan (reserve) pit X untuk rencana produksi
29
Kwartal I tahun 2024 PT Bintang Sukses Energi dengan menggunakan
Software Tambang;
5. Proses pembuatan desain pit dan disposal overburden dengan menggunakan
Software Tambang;
6. Proses penjadwalan penambangan batubara dengan menggunakan Software
Tambang mempertimbangkan jumlah volume cadangan batubara dan
overburden, kapabilitas alat gali muat dan angkut, serta kalender waktu kerja
yang di rencanakan;
7. Proses perencanaan penimbunanan disposal untuk menunjang
penambangan Kwartal I tahun 2024 dengan memperhitungkan kapasitas
penimbunan disposal;
8. Pengambilan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. Selanjutnya
dihasilkan rekomendasi dan saran yang berguna bagi perusahaan;
9. Membuat laporan hasil penelitian tugas akhir kemudian melakukan
presentasi hasil penelitian di perusahaan dan di universitas.

Agar lebih mudah untuk dipahami, maka tahapan penyelasaian masalah


pada penelitian ini untuk kemudian diringkas dan diilustrasikan pada tabel 4
dibawah ini:
Tabel 4. Ringkasan metode penyelesaian masalah
NO RUMUSAN MASALAH TAHAPAN PENYELESAIAN
1. Bagaimanakah rencana a. Pembuatan pit limit penambangan
tahapan penambangan berdasarkan nilai stripping ratio yang
(sequence) batubara ditetapkan perusahaan;
untuk rencana produksi b. Pembuatan batter block pada Software
pada Kwartal I tahun Tambang dengan ukuran yang ditentukan;
2024 di PT Bintang c. Blok-blok penambangan kemudian
Sukses Energi? dijadikan solid yang memiliki volume untuk
penjadwalan penambangan dan
perhitungan cadangan;
d. Nilai volume cadangan batubara dan
overburden yang telah didapat kemudian
diekspor kedalam file Microsoft Excel untuk
selanjutnya dilakukan penjadwalan
penambangan.
2. Bagaimanakah a. Pembuatan forecast penambangan pada
kebutuhan dan Software Microsoft Excel untuk rencana
kapabilitas alat gali muat kapabilitas alat;
muat dan angkut pada b. Hasil dari forecast penambangan yang
Kwartal I tahun 2024 di direncanakan harus mampu mencapai
PT Bintang Sukses target rencana produksi;
Energi? c. Forecast penambangan juga menjadi
pertimbangan dalam pembuatan tahapan
penambangan, dimana pembuatan bench
aktif harus mampu menahan beban alat
yang akan digunakan.

30
3. Bagaimanakah a. Rencana penjadwalan penambangan
penjadwalan dimulai dari bagian pit dengan
penambangan untuk pertimbangan jarak terdekat dengan
mencapai target produksi penimbunan disposal dan run of mine
pada Kwartal I tahun (ROM);
2024 di PT Bintang b. Rencana penjadwalan disesuaikan dengan
Sukses Energi?. kemampuan alat yang ada;
c. Rencana penjadwalan ini dilakukan secara
berkesinambuangan dan harus
mempertimbangankan akses baik untuk
aktivitas penimbunan disposal dan coal
getting.
(Sumber: Penulis)

31
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Irwandi. 2014. Batubara Indonesia. Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Bargawa, W.S. 2008. Penjadwalan Produksi (Mine Scheduling) Pada Perancangan
Teknis Penambangan Batubara Secara Tambang Terbuka. Prosiding
seminar Nasional FTM UPNVY. Yogyakarta: (221-230)
Bargawa, W.S. 2018. Perencanaan Tambang. Yogyakarta : Kilau Book
Bombang, H., Muh, D, B., Tommy, T. 2020. Estimasi Cadangan Batubara
Tertambang dengan Menggunakan Metode Triangular Grouping pada Pit
6 PT Arini Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
Jurnal Terknologi Mineral FT UNMUL. Volume 8
Buku Pegangan dan Panduan Foreman & Supervisor Edisi Pertama. 2006.
Panduan Lapangan Untuk Foreman dan Supervisor. Jakarta : BUMA
Caterpillar. (2017). Caterpillar Performance Handbook Edition 47. Peoria:
Caterpillar Inc.
Depari, A, A., Sakdillah., hamzah, U. 2020. Perhitungan Overburden dan
Cadangan Batubara pada Pit di Area B III-S Warute South di PKP2B PT
Antang Gunung Meratus Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Teknologi FT
UNMUL. Volume 8
Depari, C, R, A., Maulana, Y., Diana, P. 2019. Realisasi Kegiatan Penambangan
Terhadap Rencana Sekuen Penambangan Bulan Agustus 2018 di Pit 1
Utara Bangko Barat. Jurnal Pertambangan. Volume 03
Desmawita., E, Ibrahim., A, K, Affandi. 2020. Estimasi Volume Endapan Batubara
Berdasarkan Batas Tambang Menggunakan FEM dan IDW. Jurnal
Pertambangan. Volume 4
Firdaus, S.A.,Et,al.2017. Perencanaan Tahapan Penambangan Bulanan Pada
Tambang Terbuka Batubara Metode Open Pit. Jurnal Geosapta. (8-15)
Fikri, M, N., Siti, H. 2021. Perencanaan Teknis Sequence Penambangan Guna
Menunjang target Produksi padan Kuartal II Tahun 2020 PT Duta alam
Sumatera. Jurnal Teknik Patra Akademika. Volume 12
Halawa, A. 2021. Analisis Geometri Jalan Angkut Guna Meningkatkan Cycletime
dan Produktivitas Alat Angkut pada Kegiatan Pengupasan Overburden dari
Front Pengupasan ke Disposal Area pada Kegiatan Penambangan
Batubara. Jurnal sains dan Teknologi. Volume 16
Hariyadi, Sundek. 2018. Kajian Teknis Penambangan Batubara pada PT Mega
Global Energy Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Geologi
Pertambangan. Volume 1. No 23
Hustrulid, W., Kuctha, M., Martin, R. 2013. Open Pit Mine Planning and Design
Volume 1 Fundamental Third Edition. Leiden : Balkema.
Indrajaya, F., Ayu, L, N., Neny, S. 2019. Perancangan Sequence Penambangan
Batubara pada PT XYZ Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Geomine.
Volume 7.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang Baik.
Martadinata, M, A, J., Sepriadi. 2019. Pemodelan Desain Pit Batubara dengan
Menggunakan Software Minescape 4.119. Jurnal Teknik Patra Akademik.
Volume 10
Perhusip, M., Waterman, S, B., Tedy, A, C. 2021. Simulasi Rancangan Teknis dan
Penjadwalan Penambangan dengan Metode Block strip Mining. Jurnal
Geosapta. Volume 7
Purwaningsih, D. A., Mamas. 2017. Rancangan Teknis Desain Push Back Pada
Penambangan Batubara Pit 10 Dan Pit 13 PT Kayan Putra Utama Coal
Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Jurnal Geologi
Pertambangan : 13-27.
32
IV.PENUTUP
Demikian proposal penelitian tugas akhir ini kami ajukan, sebagai bahan
pertimbangan bagi Bapak/Ibu Pimpinan PT Bintang Sukses Energi untuk dapat
menerima kami dalam melaksanakan penelitian. Sangat besar harapan kami
semoga Bapak/Ibu Pihak perusahaan sudi kiranya memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir saya ini. Atas perhatian dan
bantuannya, kami ucapkan terima kasih.

33
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Alfadiansyah
Tempat, tanggal lahir : Parit Culum, 20 Juni 2000
Alamat : Kel. Parit Culum I, Kec. Muara Sabak Barat, Kab.
Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi
Nomor : 0857-6505-5229
Telpon/WhatsApp
Email : Alfadiansyah72@gmail.com

PELATIHAN/SERTIFIKASI
▪ Sekolah Relawan “Menumbuhkan Jiwa Kemahasiswaan Millenial Menuju
Indonesia Jaya” (Tahun 2020)
▪ Pelatihan Teknologi Keselamatan Tambang Batubara Bawah Tanah (Berbasis
Online) oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Bekerjasama dengan
Mitsui Matsushima Resources CO., LTD. (Tahun 2021)
▪ Online Course “Leadership and Entreprenuership KMMI” Universitas Gadjah
Mada (Tahun 2021)
▪ Magang di Perusahaan Batubara selama 2 bulan “Aktivitas Penambangan dan
Pengukuran Volume Overburden Serta Pembuatan Peta Foto Udara” (Tahun
2021)
▪ Training Online “Pemetaan Menggunakan Drone Tingkat Dasar Angkatan 27 “
oleh Indonesia Mapping Community (Tahun 2022)
▪ Training Online “Pemetaan Menggunakan Drone Tingkat Dasar Angkatan 28”
Indonesia Mapping Community (Tahun 2022)
▪ Online Bootcamp “Leaders Academy Indonesia (LeadID) Batch 8” oleh
Pemimpin.id berkolaborasi dengan Indika Foundation (Tahun 2023)
▪ Sertifikasi BNSP “Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi
Jenjang 3” oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktoral Jenderal Bina Konstruksi (Tahun 2023)
PENGALAMAN ORGANISASI
▪ Kepala Divisi Internal Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan Universitas
Jambi (2021-2022)
▪ Relawan aktif Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tanjung Jabung Timur
(2020-Sekarang)
▪ Pengurus komunitas Word Cleanup day (2022-sekarang)

34

Anda mungkin juga menyukai