Anda di halaman 1dari 71

TUGAS

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

Dosen:
Ir. I Wayan Muliawan, M.T

Disusun Oleh:

Ida Bagus Made Surya Yuda

1861121104

C3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS WARMADEWA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Jembatana ini.

Saya berharap tugas ini mampu berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang pemahaman terhadap perencanaan Struktur Jembatan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. I Wayan Muliawan, MT. selaku dosen pengampu mata


kuliah Jembatan di Fakultas Teknik Universitas Warmadewa.

2. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas ini.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang telah saya selesaikan
ini masih terdapat banyak kekurangan. Mengingat tidak ada sesuatu yang bisa
sempurna tanpa adanya saran yang membangun, saya berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan tugas yang saya buat di masa yang akan datang.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga tugas yang sederhana ini
mampu dipahami dengan baik oleh pembaca. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan.

Denpasar, 10 juni 2021

Ida Bagus MadeSurya


Yuda

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I DATA PERENCANAAN............................................................................1

1.1 Spesifikasi Jembatan...............................................................................1


1.2 Spesifikasi Bangunan Atas Jembatan (Super Structure).......................1
1.3 Bangunan Bawah Jembatan (Sub Structure)........................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................3

2.1 Pengertian Jembatan................................................................................3


2.2 Klasifikasi Jembatan................................................................................3
2.3 Bagian – Bagian Jembatan......................................................................4
2.4 Pembebanan.............................................................................................4
2.4.1 Beban Mati...................................................................................4
2.4.2 Beban Hidup................................................................................5
2.4.2.1 Beban Hidup KEL ( Knife Edge Load )......................................6
2.4.2.2 Beban Hidup Truk “T” (Truck Load)..........................................6
2.4.3 Beban Pejalan Kaki......................................................................7
2.4.4 Beban Angin................................................................................7
2.4.5 Beban Gempa...............................................................................8
2.4.6 Memperkirakan Tebal Pelat Lantai Kendaraan...........................8
2.5 Sifat Mekanis Baja..................................................................................8
2.6 Merencanakan Struktur Sekunder...........................................................9
2.6.1 Merencanakan Struktur Utama Jembatan....................................9
2.6.1.1 Struktur Batang Tarik..................................................................9
2.6.1.2 Struktur Batang Tekan...............................................................10

BAB III PERENCANAAN JEMBATAN.............................................................12

3.1 Perencanaan Railing Jembatan.................................................................12


3.1.1 Pipa Sandaran...............................................................................12

ii
3.1.2 Tiang Sandaran..........................................................................15
3.2 Perencanaan Pelat Lantai Kendaraan....................................................20
3.2.1 Pembebanan Pelat Lantai Jembatan...........................................20
3.2.2 Perhitungan Gaya Momen Pada Lantai Kendaraan...................23
3.2.3 Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Kendaraan......................38

BAB IV PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN...................41

4.1 Data Struktur Atas.................................................................................41


4.2 Bahan Struktur.......................................................................................42
4.2.1 Mutu beton.................................................................................42
4.2.2 Mutu baja...................................................................................42
4.2.3 Specific Gravity.........................................................................42
4.2.4 Pembebanan Pada Gelagar Jembatan........................................42
4.3 Analisa beban........................................................................................43
4.3.1 Beban Mati.................................................................................43
4.3.2 Beban Hidup..............................................................................44
4.4 Perhitungan momen...............................................................................45
4.4.1 Perhitungan Momen Pada Gelagar Jembatan............................45
4.5 Perhitungan Gaya Geser........................................................................50
4.5.1 Bidang Lintang akibat beban mati merata.................................50
4.5.2 Bidang Lintang akibat beban hidup terpusat.............................51
4.6 Perhitungan Tulangan Balok.................................................................52
4.6.1 Perhitungan Tulangan Lentur Balok M3...................................52
4.6.2 Perhitungan Tulangan Lentur Balok M2...................................54
4.6.3 Perhitungan Tulangan Lentur Balok M1...................................57
4.6.4 Perhitungan Tulangan Geser Balok...........................................59

LAMPIRAN...........................................................................................................60

iii
BAB I
DATA PERENCANAAN

1.1 Spesifikasi Jembatan

Adapun spesifikasi dari jembatan yang akan direncanaan adalah sebagai


berikut :
1. Bentang Jembatan : 11 meter
2. Panjang Jembatan : 12 meter
3. Lebar Jembatan : 8 meter
4. Lebar Trotoar : 1 meter
5. Lebar Lantai Kendaraan : 6 meter
6. Lantai Kendaraan : Beton Bertulang
7. Bahan Abutment : Beton Bertulang
8. Kondisi Muka Air Banjir : Di Bawah Muka Jalan
9. Kondisi Tanah Dasar : Sedang

1.2 Spesifikasi Bangunan Atas Jembatan (Super Structure)

Bangunan atas jembatan (Super Structure) yang direncanakan terdiri dari


beberapa konstruksi yaitu:

1) Sandaran:
a. Pipa Sandaran : Pipa Ø76.2 mm,
Mutu Baja BJ 37 (fy) = 240 MPa
b. Tiang Sandaran : Mutu Beton (f’c) = 25 Mpa,
Mutu Tulangan BJ 37 (fy) = 240 Mpa
2) Pelat Lantai Kendaraan:
a. Mutu Beton : Mutu Beton (f’c) = 25 Mpa,
b. Mutu Tulangan : Mutu Baja BJ 37 (fy) = 240 Mpa
3) Gelagar Jembatan :
a. Mutu Beton : Mutu Beton (f’c) = 30 Mpa,
b. Mutu Tulangan : Mutu Baja BJ 55 (fy) = 410 Mpa

1
1.3 Bangunan Bawah Jembatan (Sub Structure)

Bangunan bawah jembatan (Sub Structure) yang akan direncanakan pada


tugas ini adalah:
a. Abutment (Kepala Jembatan)
b. Pondasi

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jembatan

Jembatan adalah suatu struktur yang memmungkinkan route transportasi


melintasi sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain – lain. Route
Transportasi berupa jalan kereta api jalan trem, pejalan kaki, rentetan kendaraan
dan lain – lain. Jembatan yang melintasi diatas jalan biasanya disebut viaduct
(Manu, 1995).
2.2 Klasifikasi Jembatan

Adapun klasifikasi jembatan sebagai berikut (Manu, 1995):


1. Klasifikasi menurut kegunaannya:
a. Jembatan jalan raya
b. Jembatan kereta api
c. Jembatan jalan air
d. Jembatan jalan pipa
e. Jembatan militer
f. Jembatan penyebrangan
g. Dll
2. Klasifikasi menurut jenis material
a. Jembatan kayu
b. Jembatan baja
c. Jembatan beton :
- Beton bertulang
- Beton prategang
3. Klasifikasi menurut letak lantai jembatan :
a. Jembatan lantai kendaraan di bawah
b. Jembatan lantai kendaraan di atas

3
c. Jembatan lantai kendaraan di tengah
d. Jembatan lantai kendaraan di atas dan di bawah (double deck bridge)

4. Klasifikasi menurut bentuk struktur secara umum :


a. Jembatan gelagar
b. Jembatan pelengkung/busur
c. Jembatan rangka
d. Jembatan portal
e. Jembatan gantung
f. Jembatan kabel

2.3 Bagian – Bagian Jembatan

Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip


Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu bangunan
jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :
1. Bangunan atas
2. Landasan (Biasanya terletak pada pilar/abdument)
3. Bangunan Bawas (memikul beban)
4. Pondasi
5. Optrit, (terletak di belakang abdument)
6. Bangunan pengama

2.4 Pembebanan

Pembebanan yang bekerja pada struktur ini terdiri dari beban mati (berat
sendiri dan beban mati tambahan), beban hidup, beban angin dan beban gempa

2.4.1 Beban Mati

Beban mati pada perencanaan ini meliputi berat sendiri dari masing –
masing elemen struktur seperti berat Pelat lantai kendaraan, aspal. Menurut
RSNI-t-02-2005 standar pembebanan untuk jembatan, berat isi dari bahan
bangunan pada jembatan adalah:

4
 Beton bertulang / pratekan sebesar 23.5 - 25.5 Kn/m 3 = 2400kN/m3 –
2600 kN/m3 digunakan 2400 kN/m3
 Perkerasan jalan beraspal sebesar 22.0 Kn/m3 = 2240kN/m3

2.4.2 Beban Hidup

Pembebanan menurut SNI 1725-2016, untuk beban hidup UDL diambil


sebagai fungsi terhadap panjang jembatan dimana besarnya beban hidup UDL
yang diambil dapat direncanakan sebagai berikut :
1. Untuk panjang bentang jembatan (L) lebih kecil sama dengan 30 m
maka besarnya beban hidup UDL dapat diambil sebesar 9 kPa.
2. Untuk panjang bentang jembatan (L) lebih besar dari 30 m maka
besarnya beban hidup UDL dapat diambil sebesar 9(0.5+15/L) kPa.
Berdasarkan SNI T02-2005, ilustrasi pembebanan UDL dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Konfigurasi pembebanan tertentu untuk elemen-elemen struktur
tertentu juga harus diperhatikan untuk mendapatkan bentuk pembebanan yang
memberikan gaya paling maksimum (Maksimum - Maksimorum). Besarnya
Dynamic Load Allowance (DLA) untuk beban UDL ini diambil sebesar 30 %
untuk panjang bentang kurang dari 50 m. Contoh pembebanan hidup UDL dapat
dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Sketsa Pembebanan


Sumber : (SNI, 2005)

5
1. Beban Hidup KEL ( Knife Edge Load )
Pembebanan menurut SNI 17250-2016, untuk beban hidup KEL diambil
sebagai fungsi terhadap panjang jembatan dimana besarnya beban hidup KEL
diambil sebesar 49 kN/m.

Konfigurasi pembebanan tertentu untuk elemen-elemen struktur tertentu


juga harus diperhatikan untuk mendapatkan bentuk pembebanan yang
memberikan gaya paling maksimum (Maksimum-Maksimorum). Besarnya
Dynamic Load Allowance (DLA) diambil sebesar 30% untuk panjang bentang
kurang dari 50 m.

2. Beban Hidup Truk “T” (Truck Load)

Pembebanan menurut SNI 1725-2016, untuk beban hidup Truk


konfigurasi pembebanan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Besarnya jarak beban
gandar variable antara 4 hingga 9 meter. Untuk jembatan yang memiliki
bentang yang panjang umumnya kondisi pembebanan menggunakan Truk tidak
dominan tetapi yang dipakai umumnya menggunakan beban UDL.

Gambar 2. 2 Ilustrasi Beban Hidup Truck


Sumber : (SNI S. , 2016)

6
2.4.3 Beban Pejalan Kaki

Trotoar yang terdapat pada jembatan harus diperhitungkan adanya beban


pejalan kaki sebesar 500 kg/m.

2.4.4 Beban Angin

Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung
kecepatan angin rencana sebagai berikut :

TEW=0,0006CW (VW )2 Ab

Keterangan :

VW = Kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang


ditinjau.

CW = Koefisien seret

Ab = Luas koefisien bagian samping jembatan.

Luas ekivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang
massif dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Untuk jembatan
rangka luas ekivalen dianggap 30 % dari luas yang dibatasi oleh batang-batang
bagian terluar.

Apabila suatu kendaraan sedang berada pada permukaan lantai maka


besarnya beban angin dapat dihitung sebagai berikut :

TEW=0,0012CW (VW ) 2 Ab

Dimana nilai Cw diambil sama dengan 1.2. hal ini berbeda dengan beban
angin yang bekerja pada rangka dengan koefisien seret (C w) diambil seperti pada
Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Koefisien Seret Cw

Tipe Jembatan Cw
Bangunan atas masif : (1), (2)  
b/d =1.0 2.1 (3)
b/d =2.0 1.5 (3)

7
b/d ≥ 6.0 1.25 (3)
Bangunan atas rangka 1.2
CATATAN (1) b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisiluar
d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran yang
masif
CATATAN (2) Untuk harga antara dari b/d bisa di interpolasi linier
CATATN (3) Apabila bangunan atas mempunyai superelevasi , Cw harus
dinaikkan sebesar 3% untuk derajat superelevasi, dengan kenaikan maksimum 2,5 %
Sumber : (SNI S. N., 2005)

2.4.5 Beban Gempa

Beban gempa yang digunakan sesuai SNI-2833-2012S, dimana wilayah


gempa terbagi sesuai percepatan respon spektrumnya.

2.4.6 Memperkirakan Tebal Pelat Lantai Kendaraan

Pelat lantai yang berfungsi sebagai jalan kendaraan pada jembatan harus
mempunyai tebal minimum ts, yang memenuhi kedua ketentuan berikut :

ts ≥ 200 mm dan ts ≥ 100 + 40 L (m),

Dimana L adalah bentang dari pelat lantai antara pusat tumpuan dan ts
diberikan dalam millimeter (BMS 6.7.1.2).

2.5 Sifat Mekanis Baja

Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan


harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada Tabel 2.3

8
Tabel 2. 2 Mutu Baja

Tegangan Tegangan Pereganga


Jenis putus putus n
Baja minimum, fu minimum, fy minimum
(MPa) (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber : SNI 1792-2015

Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktur untuk maksud


perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
a. Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
b. Modulus geser : G = 80.000 MPa
c. Nisbah poisson : μ = 0,3
d. Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-16/°C

2.6 Merencanakan Struktur Sekunder

Dalam merencanakan struktur sekunder berpedoman pada peraturan SNI


17250-2016 (standar pembebanan untuk jembatan) untuk mendapatkan ukuran
profil struktur sekunder jembatan

2.6.1 Merencanakan Struktur Utama Jembatan


2.6.1.1 Struktur Batang Tarik

Struktur batang tarik adalah bagian dari struktur bangunan yang


menerima beban normal tarik.

Kontrol batang tarik :

Batasan kekuatan (SNI 03-1729-2002, bab 10.1)

Pu ≤ ØRn

9
Keterangan :

Pu = gaya tarik akibat beban terfaktor

Rn = kuat rencana tarik

Ø = faktor reduksi

Kontrol leleh :

PU ≤ Ø f y A g

Ø=0,9 ( pada tengah bentang )

Kontrol patah :

P U ≤ Ø f u Ae

Ø=0,75 ( pada daerah sambungan )

Keterangan :

Ag = luas penampang utuh (gross)

fy = tegangan leleh bahan

Ae = luas penampang efektif

fu = tegangan putus bahan


2.6.1.2 Struktur Batang Tekan

Struktur tekan adalah bagian struktur yang menerima gaya normal tekan.
Beban yang cenderung membuat batang bertambah pendek akan menghasilkan
tegangan tekan pada batang tersebut.

Kuat tekan Batang Tekan (SNI T-03-2005)

N U =Ø n N n

Keterangan :

Ø n=faktor reduksi 0,85

Nn = kuat tekan nominal komponen

N n=( 0,66 λc ) A g f y
2

untuk λ c ≤1,5

10
(0,88)
N n= 2
Ag f y untuk λ c ≥1,5
λc

λ c=

Lk f y
rπ E k
; L =K c L

Keterangan :

Ag = luas penampang bruto

fy = tegangan leleh

λ c = parameter kelangsingan

Kc = panjang tekuk untuk komponen struktur


jembatan

E = modulus elastisitas bahan baja

Gambar 2.3 Faktor Panjang Efektif

11
BAB III
PERENCANAAN JEMBATAN

3.1 Perencanaan Relling Jembatan

3.1.1 Pipa Relling

Data perencanaan :

Diameter pipa sandaran (do) : 76,2 mm

Mutu BJ 37 (fy) : 240 Mpa = 2447,319 kg/cm2

Berat pipa (q) : 9,11 kg/m

Momen inersia pipa (I) : 73,5 cm4 = 0,000000735 mm4

Section modulus (Zx) : 19,3 cm3 = 29133 mm3

Jarak tiang sandaran : 2,20 m = 2200 mm

Gambar 3.1 Pipa Relling

1. Pembebanan

Gambar 3.2 Resultante Beban pada Pipa

12
a. Beban vertikal :

q vertikal (qy) = q pipa

= 9,11 kg/m = 0,089278 kN/m

Momen akibat beban vertical :

1 1
M y = qy L2= .9,11 . 2,22
8 8

= 1,779 kg.m = 181,561 N.mm

b. Beban horizontal :

q horizontal (qx) = q sandaran

= 1 kN/m = 101,97 kg/m

Momen akibat beban horisontal:

1 1
M x = qx L2= .101,97 .2,22
8 8

= 19,916 kg.m = 2032,246 N.mm

c. Resultan Momen:
M r= √ M 2x −M 2y

= √ 1,7792−19,9162
= 19,995 kg.m

d. Kontrol kekuatan pipa :


Mn = 0,9 . fy . Zx
= 0,9 . 240 . 19,3

= 42509,929 kg.cm

= 425,099 kg.m

M r 425,099
= =0,047
M n 19,995

0,047<1 (OK)

13
2. Lendutan
a. Lendutan ijin
L 1250
δ ijin= = = 5,208 mm = 0,521 cm
240 240

b. Lendutan yang terjadi akibat beban vertikal


4
5 . qy . L
δx=
384 . E . I x

5 . 0,089278. 1,254
¿
384 .200000000 . 0,000000735

= 0,000193 m = 0,0193 cm

c. Lendutan yang terjadi akibat beban horiozontal


4
5 . qy . L
δy=
384 . E . I x
4
5 . 1. 1,25
¿
384 .200000000 . 0,000000735

= 0,000216 m = 0,0216 cm

d. Resultan Lendutan
δR= √ δx 2+ δy2

= √ 0,01932 +0,02162

= 0,0289 cm

δ terjadi< δ ijin

0,0289 < 0,521 (OK)

3. Tegangan
Jari-jari pipa (R) = 38,1 mm
Momen inersia arah x (Ix) = 735000 mm4
Momen inersia arah y (Iy) = 735000 mm4

14
Gambar 3.3 Resultante Regangan pada Pipa

a. Tegangan akibat beban horizontal


My . R 181,5069.38,1
σx= = =0,0094 Mpa
Ix 735000

b. Lendutan akibat beban vertikal


Mx . R 2032,246.38,1
σy= = =0,1053 Mpa
Iy 735000

c. Resultante tegangan

ρR =√ ρx + ρy
2 2

ρR =√ 0,0094 +0,1053
2 2

ρR=0,106 Mpa

d. Resultante tegangan

σR< σijin

0.106< 240 (OK)

3.1.2 Tiang Sandaran

Menurut PMJJR tiang-tiang sandaran pada tiap jembatan harus


diperhitungkan dapat menahan muatan horisontal sebesar 100 Kg/m yang bekerja
setinggi 90 cm di atas lantai trotoar.

15
Gambar 3.4 Tiang Sandaran

1. Beban Tiang Sandaran

Jarak antara tiang sandaran (L) = 2.2 m

Tinggi total tiang sandaran (h) = 1,1 m

Jarak ke railing (y) = 0,6 m

Beban horisontal pada railing (qL) = 1 kN/m

Gaya horisontal pada tiang sandaran (HL) = ql x L = 1 x 1,25 = 1,25 kN

Momen pada tiang sandaran (ML) = HL x y

= 1,25 x 0,6 = 1,125 kN.m

Faktor beban ultimit (K) =2

Gaya geser ultimit rencana (Vu) = K x HL = 2 x 1,25 = 2,5 kN

Momen ultimit rencana (Mu) = K x ML

= 2 X 1,125 = 2,25 kN.m

16
2. Penulangan Tulangan Lentur Tiang Sandaran

Kuat tekan beton (f'c) = 25 Mpa

Tegangan leleh baja (fy) = 240 Mpa

Tebal tiang sandaran (h) = 150 mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton (d') = 20 mm

Modulus elastis baja (E ) = 200000 Mpa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton (β) = 0,85 (f’c ≤ 30 Mpa)

Rasio tulangan balance:


'
ρb =
fy (
0,85 . β 1 . f c 600
600+ fy
= )
0,85 .0,85 . 25
240
600
600+240 ( )
¿ 0,0537

( )
1
. 0,75 . ρ b . fy
2
Rmaks =0,75. ρ b . fy 1− '
0,85. f c

( )
1
. 0,75 .0,537 .240
2
¿ 0,75. 0,537 .240 1−
0,85.25
N kN
¿ 7,473 2
=7473,244 2
mm m

Faktor reduksi kekuatan lentur (ф) = 0,8

Momen rencana ultimit (Mu) = 2,25 kN.m

Tebal efektif tiang railing (d) = h – d’

= 150 – 20 = 130 mm = 0,13 m

Lebar tiang railing (b) = 150 mm = 0,15 m

Mu 2,25
Momen nominal rencana (Mn) =
ф
= 0,8
= 2,8125 kN.m

Mn 2,8125
Faktor tahanan momen (Rn) = 2 = 2
фb d 0,8.0,15 .0,13

17
= 1386,8 kN/m2

Kontrol:
Rn< Rmaks
kN kN
1386,8 2
<7473,244 2 (OK)
m m

Rasio tulangan yang diperlukan:

( √ 2 Rn
) ( √ )
'
0,85. f c 0,85.25 2. 1386,8
ρ perlu = 1− 1− = 1− 1−
fy 0,85. f ' c 240 0,85.25
¿ 0,00598

Rasio tulangan minimum:

1.4 1.4
ρmin = = =0,00583
fy 240

Jadi digunakan rasio tulangan ρ=0,00598

Luas tulangan perlu (As) = ρ . b . d=0,00598 .150.130 = 116,62 mm2

Coba digunakan tulangan diameter (Ø) = 12 mm

Jumlah tulangan yang dipakai (n)

As 116,62
n= = =1,03
1 /4 π D 1 /4.3,14 . 124
4

Jadi digunakan tulangan geser 2Ø12mm.

3. Penulangan Tulangan Geser Tiang Sandaran

Faktor reduksi kekuatan geser (ф) = 0,6

Gaya geser ultimit rencana (Vu) = 1,25 kN = 1250 N

Vc=
√ f ' c bd= √25 150.130=16250 N
6 6

Ø.Vc = 0,6.16250 = 9750 N

Karena: Ø.Vc > Vu

9750 N > 1250 N (OK)

Maka tidak memelukan tulangan geser.

18
Untuk kestabilan struktuk maka dipasang tulangan minimum (spasi
maksimum) digunakan spasi:

Smaks = 0,5.d = 0,5. 130 = 65 mm

dengan luas tulangan minium:

1 '
Avmin=
3
√ f c .b . fys
1 65
Avmin= √ 25 .150 . =67,708 mm 2
3 240

Coba digunakan tulangan diameter (Ø) = 8 mm

Luas penmapang tulangan sengkang:

1 1
Av= π D2= .3,14 .8 2=50,26 mm 2
4 4

jarak spasi tulangan sengkang yang diperlukan:

d
S= Av . fy . =96,51 mm dibulatkan menjadi 100 mm
Vc

Jadi digunakan sengkang Ø8-100mm.

Gambar 3.5 Penulangan Tiang Sandaran.

3.3 Perencanaan Pelat Lantai Kendaraan

Pelat lantai kendaraan direncanakan dengan lebar 1.5 m dan panjang 5 m.


Berdasarkan SNI 1725-2016 persyaratan tebal pelat (d3) dan tebal aspal (d4)
dapat dihitung dengan perumusan dibawah ini :

Ditentukan jarak antar balok memanjang (b1) = 1.5 m

19
d3 ≥ 100 + 40 b1, atau d3 ≥ 200 mm

d3 ≥ 100 + 40 (1.25)

d3 ≥ 150 mm

Gambar 3.6 Pelat lantai kendaraan

Dari syarat-syarat diatas maka diambil tebal pelat lantai kendaraan sebesar
200 mm, sedangkan untuk perencanaan tebal aspal berdasarkan SNI T-1725-2016
dapat dilihat sebagai berikut: d4 ≥ 5 – 8 cm

Dari syarat diatas maka diambil tebal aspal sebesar 50 mm.

3.2 Perencanaan Pelat Lantai Kendaraan

3.2.1 Pembebanan Pelat Lantai Jembatan

Pembebanan pada pelat lantai jembatan terdiri dari beban hidup dan beban
mati.

1. Beban Mati:

Menurut RSNI-t-02-2005 standar pembebanan untuk jembatan, berat isi


dari bahan bangunan pada jembatan adalah:

Beton bertulang / pratekan sebesar 23.5 - 25.5 kN/m3 = 2400-2600 kg/m3

Dipakai = 2400 kg/m3


Perkerasan jalan beraspal sebesar 22.0 kN/m3 = 2240 kg/m3

Perhitungan beban mati pada trotoar:

Akibat berat sendiri pelat:

20
Lebar Pelat Lantai (b) = 6 m’

Tebal Pelat Lantai (ts) = 0,25 m

Beban berat sendiri pelat = BJ beton bertulang x b x ts

= 2400 x 6 x 0,25 = 3600 kg/m

Akbitat berat pipa sandaran:

Berat pipa sandran = 9,11 kg/m

Akibat berat tiang sandaran:

Lebar tiang sandaran (bt) = 0,15 m

Tinggi tiang sandaran (lt) = 0,9 m

Beban berat sendiri tiang = BJ beton bertulang x bt x lt

= 2400 x 0,15 x 0,9 = 324 kg/m

Akibat berat paving:

BJ Paving = 2200 kg/m3

Lebar paving (bp) = 1 m’

Tebal paving (tp) = 0,06 m

Beban berat sendiri tiang = BJ paving x bp x tp

= 2200 x 1 x 0,06 = 132 kg/m

Akibat berat pasir:

BJ Pasir = 1600 kg/m3

Lebar pasir (br) = 1 m’

Tebal pasir (tr) = 0,19 m

Beban berat sendiri pasir = BJ pasir x br x tr

= 1600 x 1 x 0,19 = 304 kg/m

Total beban mati pada trotoar (qd) = 600 + 9,11 + 324 + 132 + 304

= 1369,11 kg/m

21
Perhitungan beban mati pada pelat lantai kendaraan:

Akibat berat sendiri pelat:

Lebar Pelat Lantai (b) = 6 m’

Tebal Pelat Lantai (ts) = 0,25 m

Beban berat sendiri pelat = BJ beton bertulang x b x ts

= 2400 x 6 x 0,25 = 3600 kg/m

Akibat perkerasan:

Disini direncanakan perkerasan dengan tebal 5 cm dan 1 kali overlay dengan tebal
3 cm.

Lebar perkerasan (ba) = 6 m’

Tebal total perkerasan (ta) = 5 cm + 3 cm = 8 cm = 0,08 m

Beban berat sendiri perkerasan = BJ aspal x ba x ta

= 2200 x 6 x 0,08 = 1056 kg/m

Akibat beban air hujan:

BJ air = 1000 kg/m

Lebar air hujan (bw) = 1 m’

Tebal air hujan (tw) = 0,03 m

Beban berat sendiri pasir = BJ pasir x bw x tw

= 30 kg/m

Total beban mati pada pelat lantai kendaraan (qd) = 600 + 179,2 + 30

= 809,2 kg/m

Gambar 3.7 Beban Mati Pada Lantai Kendaraan.

22
2. Beban Hidup:

Perhitungan beban hidup pada trotoar:

Menurut RSNI-t-02-2005 standar pembebanan untuk jembatan, semua


elemen dari trotoar atau jembatan penyebrangan yang langsung memikul pejalan
kaki adalah dengan beban nominal 5 kPa.

Beban Hidup pada trotoar (ql) = 5 kPa

= 509, 858 kg/m

Perhitungan beban hidup pada pelat lantai kendaraan:

Menurut RSNI-t-02-2005 standar pembebanan untuk jembatan,


Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi-trailer dengan 3 as yang
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana.

Beban kendaraan (T) = 500 kN

= 50985,8 kg

Gambar 3.8 Beban Hidup pada Lantai Kendaraan.

3.2.2 Perhitungan Gaya Momen Pada Lantai Kendaraan

Untuk mempermudah perhitungan momen pelat pada lantai kendaraan,


pelat tersebut dianggap sebagai balok.

a. Kombinasi Pembebanan

Berdasarkan SNI-03-2847-2002, didapat kombinasi pembebanan untuk


beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:

1,2D+1,6L dimana: D = Beban Mati

L = Beban Hidup

23
Jadi gaya - gaya yang bekerja adalah:

Pada Trotoar:

Beban mati = 1,2D = 1,2(1369,11) = 1642,93 kg/m

Beban hidup = 1,6L = 1,6(508,858) = 815,77 kg/m

Totat (q1) = 1642,93 + 815,77 = 2458,70 kg/m

Pada Lantai Kendaraan:

Beban mati (q2) = 1,2q2 = 1,2(809,2) = 971,04 kg/m

Beban hidup (P1) = 1,6T = 1,6(50985,8) = 81577,28 kg

b. Perhitungan Momen Akibat Beban pada Trotoar

Diketahui lebar trotoar (L) = 1 m.

Gambar 3.9 Momen Akibat Beban pada Trotoar

q1 2458,70
Av(batang AA') = L= 1 = 1229,35 kg
2 2

−q 1 −2458,70
MAA' = L= 1 = -1229,35 kg.m = ME'E
2 2

+q1 + 2458,70
MA'A = L= 1 = 1229,35 kg.m = MEE'
2 2

c. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati pada Lantai Kendaraan

Untuk mencari momen yang terjadi pada tiap perletakkan maka kita
sederhanakan dahulu sendi - sendi menjadi jepit - jepit.

Perhitungan Momen Primer:

Diketahui jarak antar balok adalah1,5 m, sehingga:

Lebar lantai jembatan (l) = 1,5 m

24
Gambar 3.10 Momen Akibat Beban pada Lantai Kendaraan

° +1 2 +1 2
M AB = q 2× l = 971,04 ×1,5 =182, 07 kg .m
12 12
° ° °
MAB °=MBC =MCD =MDE =182,07 kg . m

° −1 2 −1 2
M BA = q 2 ×l = 971,04 × 1,5 =−182,07 kg .m
12 12
° ° °
MBA ° =M CB =M DC =M ED

Analisa Perhitungan Distribusi Momen:

Untuk mencari momen ujung terjepit pada tiap perletakan, dilakukan


distribusi momen dengan menggunakan metode cross.

* Perhitungan Kekakuan dan Distribusi Momen

Join A:
Kekakuan:
KAA' =0

KAB = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,67EI

∑ KA = 2,67EI

Faktor distribusi:

FAA' = 0

FAB = ∑KAB/∑KA = 2,667EI/2,667EI =1

25
Join B:

Kekakuan:

KBA = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,67EI

KBC = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,67EI

Faktor distribusi:

FBA = ∑KBA/∑KB = 2,667EI/5,333EI = 0,5

FBC = ∑KBA/∑KB = 2,667EI/5,333EI = 0,5

Join C:

Kekakuan:

KCB = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,67EI

KCD = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,67EI

∑KD = 5,33EI

Faktor distribusi:

FDC = ∑KDC/∑KD = 2,667EI/5,333EI = 0,5EI

FDE = ∑KDE/∑KD = 2,667EI/5,333EI = 0,5EI

Join E:

Kekakuan:

KED = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,67EI

KEE' = 0EI

∑KE = 2,67EI

Faktor distribusi:

FED = ∑KED/∑KE = 2,667EI/2,667EI =1

FEE' =0

26
Catatan:

Batang A'A dan EE' tidak memiliki kekakuan, karena ditumpu satu tumpuan saja
(balok kantilever)

* Perhitungan Kekakuan dan Distribusi Momen

SIKLUS 1

Momen Jepit:

Di titik A:

Ma = MAA' + MABº = -1229,35 + 182,07 = -1047,28 kg.m

Di titik B:

Mb = MBAº + MBCº = -182,07 + 182,07 = 0 kg.m

Di titik C:

Mc = MCBº + MCDº = -182,07 + 182,07 = 0 kg.m

Di titik D:

Md = MDCº + MDEº = -182,07 + 182,07 = 0 kg.m

Di titik E:

Me = MEDº + MEE' = -182,07 + 1229,35 = 1047,28 kg.m

Momen Perlawanan:

Di titik A:

MAA' = -Ma . FAA' = -1047,28 . 0 = 0 kg.m

MAB = -Ma . FAB = -(-1047,28) . 1 = 1047,28 kg.m

Di titik B:

MBA = -Mb . FBA = -0 . 0 = 0 kg.m

MBC = -Mb . FBC = -0 . 0 = 0 kg.m

Di titik C:

MCB = -Mc . FCB = -0 . 0 = 0 kg.m

27
MCD = -Mc . FCD = -0 . 0 = 0 kg.m

Di titik D:

MDC = -Md . FDC = -0 . 0 = 0 kg.m

MDE = -Md . FDE = -0 . 0 = 0 kg.m

Di titik E:

MED = -Me . FED = -1047,28 . 1 = -1047,28 kg.m

MEE' = -Me . FEE' = -0 . 0 = 0

Momen Induksi:

Pada batang AA'

MAA' = 0 kg.m

Pada batang AB

MAB = 1/2MBA = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang BA

MBA = 1/2MAB = 1/2.(1047,28) = 523,64 kg.m

Pada batang BC

MBC = 1/2MCB = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang CB

MCB = 1/2MBC =1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang CD

MCD = 1/2MDC = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang DC

MDC = 1/2MCD = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang DE

MDE = 1/2MED = 1/2.(-1047,28) = -523,64 kg.m

Pada batang ED

28
MED = 1/2MDE = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang EE'

MEE' = 1/2.(0) = 0 kg.m

Kemudian momen induksi dianggap momen primer dilakukan pengulangan


perhitungan siklus yang disajikan pada tabel dibawah sampai didapat hasil momen
distribusi = 0.000.

29
Tabel 3.1 Perhitungan Kekakuan Dan Distribusi Momen

Joint A B C D E
Batang AA' AB BA BC CB CD DC DE ED EE'
K 2,667 2,667 5,333 5,333 5,333 5,333 5,333 5,333 2,667 2,667
No. DF 0 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 1 0
FEM -1229,352 182,070 -182,070 182,070 -182,070 182,070 -182,070 182,070 -182,070 1229,352
1
Bal 0,000 1047,282 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -1047,282 0,000
CO 523,641 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -523,641
2
Bal 0,000 -523,641 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 523,641 0,000
CO -261,821 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 261,821
3
Bal 0,000 261,821 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -261,821 0,000
CO 130,910 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -130,910
4
Bal 0,000 -130,910 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 130,910 0,000
CO -65,455 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 65,455
5
Bal 0,000 65,455 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -65,455 0,000
CO 32,728 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -32,728
6
Bal 0,000 -32,728 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 32,728 0,000
CO -16,364 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 16,364
7
Bal 0,000 16,364 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -16,364 0,000
CO 8,182 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -8,182
8
Bal 0,000 -8,182 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 8,182 0,000
CO -4,091 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 4,091
9
Bal 0,000 4,091 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -4,091 0,000
CO 2,045 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -2,045
10
Bal 0,000 -2,045 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 2,045 0,000
CO -1,023 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1,023
11
Bal 0,000 1,023 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -1,023 0,000
CO 0,511 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,511
12
Bal 0,000 -0,511 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,511 0,000
CO -0,256 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,256
13
Bal 0,000 0,256 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,256 0,000
CO 0,128 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,128
14
Bal 0,000 -0,128 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,128 0,000
CO -0,064 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,064
15
Bal 0,000 0,064 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,064 0,000
CO 0,032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,032
16
Bal 0,000 -0,032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,032 0,000
CO -0,016 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,016
17
Bal 0,000 0,016 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,016 0,000
CO 0,008 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,008
18
Bal 0,000 -0,008 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,008 0,000
CO -0,004 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,004
19
Bal 0,000 0,004 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,004 0,000
CO 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,002
20
Bal 0,000 -0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002 0,000
CO -0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001
21
Bal 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,001 0,000
CO 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
22
Bal 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
CO 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
23
Bal 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Total -880,258 880,258 -182,070 182,070 -182,070 182,070 -182,070 182,070 -880,258 880,258
Ceck
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Statika

30
31
Sehingga dari tabel diatsa didapatkan momen sebagai berikut:

MAA' = -880,26 kg.m

MAB = 880,26 kg.m

MBA = -182,07 kg.m

MBC = 182,07 kg.m

MCB = -182,07 kg.m

MCD = 182,07 kg.m

MDC = -182,07 kg.m

MDE = 182,07 kg.m

MED = -880,26 kg.m

MEE' = 880,26 kg.m

Gambar 3.11 Momen – Momen yang Terjadi.

* Perhitungan Momen

Untuk batang AB

Reaksi perletakan:

∑ MB=0
2
∑ MB=¿ A v . L−q 2 . L2 −M AB + M BA =0 ¿

32
2
L
q2 . + M AB−M BA
2
AV =
L

1,52
971,04 . +880,258−182,07
2
AV = =1193,74 kg
1,5

L2
∑ MA =¿−B v . L+ q2 . 2 −M AB+ M BA=0¿
L2
q2. +−M AB + M BA
2
BV =
L

1,52
971,04 . −880,258+182,07
2
BV = =262,82 kg
1,5

∑ V =0
∑ V = A v + Bv −q 2. L
∑ V =1193,7389+262,258−971,04.1,5
∑ V =¿ 0 ¿ ……. Reaksi Perletakan BENAR!

Bidang Momen (M):

1
M X =A v . x−MAB− q 2. x 2
2

x=0

1 2
M X =1193,7389.0−880,258− 971,04.0 =−880,258 kg .m
2

x = 0,5

1 2
M X =1193,738.0,5−880,258− 971,04.0,5 =−404,77 kg . m
2

x=1

1 2
M X =1193,738.1−880,258− 971,04.1 =−172,039 kg . m
2

33
x = 1,5

1
M X =1193,738.1,5−880,258− 971,04.1,52=−182,07 kg . m
2

Mmax :

Mx
=0
dx

1 2
M X =A v . x−MAB− q 2. x
2

1 2
M X =1193,738. x−880,258− 971,04. x
2
2
M X =1193,738 x−880,258−485,58 x

Mx
=1193,738−971,04 x
dx

1193,738
x= =1,23 m
971,04

1
M X =2180,331.1,23−880,258− 971,04.1,232=−469,59 kg . m
2

Karena batang AB dan batang DE simetris, maka bidang momen pada batang AB
dan DE sama.

Untuk batang CB:

Reaksi perletakan:

∑ MC =0
2
∑ MC =¿ B v . L−q 2 . L2 −M BC+ M CB =0 ¿

34
2
L
q 2 . + M BC −M CB
2
BV =
L

1,52
971,04 . +182,07−182,07
2
BV = =728,28 kg
1,5

∑ MB=0
2
∑ MB=¿−C v . L+q 2 . L2 −M BC + M CB=0 ¿
L2
q 2 . +−M BC + M CB
2
CV=
L
2
1,5
971,04 . −182,07+ 182,07
2
CV= =728,28 kg
1,5

∑ V =0
∑ V =Bv +C v −q 2. L
∑ V =728,28+728,28−971,04.1,5
∑ V =¿ 0 ¿ ……. Reaksi Perletakan BENAR!
Bidang Momen (M):

1
M X =B v . x−MBC− q 2. x 2
2

x=0

1
M X =728,28.0−182,07− 971,04.02=−182,07 kg .m
2

x = 0,5

1 2
M X =728,28.0,5−182,07− 971,04.0,5 =60,69 kg . m
2

x=1

35
1 2
M X =728,28.1−182,07− 971,04.1 =60,69 kg . m
2

x = 1,5

1 2
M X =728,28.1,5−182,07− 971,04.1,5 =−182,07 kg .m
2

Mmax :

Mx
=0
dx

1 2
M X =B v . x−MBC− q 2. x
2

1 2
M X =728,28. x−182,07− 971,04. x
2
2
M X =728,28. x−182,07−485,58 . x

Mx
=728,28−971,04 x
dx

728,28
x= =0,75 m
971,04

1 2
M X =728,28.0,75−182,07− 971,04.0,75 =91,035 kg . m
2

Karena batang BC dan batang CD simetris, maka bidang momen pada batang BC
dan CD sama.

Gambar 3.12 Momen Akibat Beban Mati Pada Lantai Kendaraan

36
d. Perhitungan Momen Akibat Beban Hidup pada Lantai Kendaraan

Diketahui: P = 50985,8 kg

L = 1,5 m

Momen pada tumpuan:

1 1
MAB= PL= .50985 .8=9559,84 kg . m
8 8

MAB=MBC=MCD=MDE=9559,84 kg . m

−1 −1
MBA= PL= .50985,8
8 8

MBA=MCB=MDC =MED=9559,84 kg .m

Momen pada lapangan:

1 1
L P 508985,5 . .1,5
PL 2 50985,5.1,5 2
Mo= + = + =57359,03 kg . m
2 2 2 2

37
Gambar pelat yang menumpu pada 2 tepi sejajar yang memikul beban
terpusat r = 1/2 (untuk pelat yang terjepit penuh pada kedua tumpuannya)
dapat dilihat pada gambar dibawah:

Untukly > 3r.lx

Sa = 3/4.a + 3/4.r.lx

ly = 20 > 3r.lx = 3.1/2.8 = 12

a1 = 85 mm

a2 = 105 mm

Sesuai PBBI 1971 hal. 207, maka ditentukan :

Sa = 3/4. 85 + 3/4.1/2.150 = 120 cm

Sb = 3/4. 105 + 3/4.1/2.150 = 135 cm

Dari gambar ditentukan nilai S yang terkecil yaitu 120 cm

Mo 57359 ,025
Mlapanganx = = =477,992 kg . m
S 120

38
Mo −9559,838
Mtumpuanx = = = -79,665 kg.m
S 12 0

Momen pada lantai kendaraan:

* Daerah tumpuan balok A dan E :

Mu = -79,6653 + (-880,258) = -959,924 kg.m

* Daerah tumpuan balok B, C, dan D :

Mu = -79,6653 + (-180,07) = -261,735 kg.m

Pada daerah tumpuan diambil Mu terbesar = -959,924 kg.m

* Daerah lapangan balok AB dan DE :

Mu = 447,9919 + (-469,598) = 8,393 kg.m

* Daerah lapngan balok BC dan CD :

Mu = 447,9919 + (91,035) = 569,027 kg.m

Pada daerah lapngan diambil Mu terbesar = 569,027 kg.m

3.2.3 Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Kendaraan

Tebal pelat lantai (h) = 25 cm

Tebal selimut beton (P) = 3,5 cm

Diameter tulangan (Ø) = 10 mm = 1 cm

1 1
d x=h−p− ∅ dx=25−3,5− 1=21 cm
2 2

1 1
dy =h− p−∅ dx− ∅ dy=25−3,5−1− 1=20 cm
2 2

Tebal efektif = d = ℎ − 𝑝 = 25 – 3,5 = 21,5 cm = 0,215 m

* Perhitungan Tulangan Lentur Negatif:

Momen rencana pada tumpuan (Mu) = 959,923 kg.m = 9,407 kNm

Mutu beton (f'c) = 25 Mpa

Mutu baja (fy) = 240 Mpa

39
Modulus elastis baja (E) = 200000 Mpa

Faktor bentuk distribusi tegangan (β) = 0,85

Faktor reduksi kekuatan lentur (ф) = 0,8

Ditinjau lebar pelat (b) = 1 m’ = 1000 m’

Rasio penulangan balance (ρb):

( )
0,85 . β 1 . f ' c 600
ρb =
fy 600+ fy

ρb =
0,85 . 0,85 . 25
240 (
600
600+ 240
=0,0537)
Faktor tahan momen maksimal (Rmaks):

( )
1
.0,75 . ρ b . fy
2
Rmaks =0,75. ρ b . fy 1−
0,85. f ' c

( )
1
.0,75 . 0,0537 .240
2
Rmaks =0,75.0,0537 .240 1−
0,85.25

N kN
Rmaks =7,473 2
=7473,24 2
mm m

Momen nominal rencana (Mn):

Mu 9,407
Mn= = =11,76 kNm
ф 0,8
Faktor tahanan momen (Rn):
Mn 11,76
Rn= 2
= 2
=317,984 kN /m2
∅ b d 0,8.1 . 0,215

Jadi : Rn < Rmaks


2 2
317,984 kN /m <7473,24 kN /m …… OK!

Rasio tulangan yang diperlukan:

ρ perlu =
fy ( √
0,85. f ' c
1− 1−
2 Rn
0,85. f ' c )
40
ρ perlu =
0,85.25
240
1− 1−( √
2317,984
0,85.25
=0,0013 )
Rasio tulangan minimum :

1.4 1,4
ρmin =25 %x =25 % x =0,0014
fy 240

Karena ρ < ρmin, maka dugunakan ρmin = 0,0014

Luas tulangan perlu (As):

As= ρ. b . d=0,0014 .1000 . 2,15=313,542 mm2

Jarak tulangan yang diperlukan (s):


2 2
π /4 D b 3,14 /4 .10 .1000
s= = =250,492 mm
As 313,542

Jumlah tulangan yang dipakai (n):

As 250,492
n= = =3,99=4 buah
1 1
π D2 .3,14 .102
4 4

Jadi digunakan tulangan Ø10-25cm.

Tulangan bagi/susut arah memanjang diambil 50% tulangan pokok


' 2
A s =50 %As=50 % 313,542=156,77 m m

Diameter tulangan yang digunakan (D) = 6 mm

Jarak tulangan yang diperlukan (s):

π /4 D 2 b 3,14 /4 .6 2 .1000
s= = =180,354 mm
As ' 156,77

Jumlah tulangan yang dipakai (n):

156,77
n= =6,378=7 buah
1 2
.3,14 . 6
4

Jadi digunakan tulangan Ø8-15cm.

41
42
BAB IV
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN

Pada perencanaaan Gelagar jembatan perlu mengatahui data-data yang


akan digunakan dalam perhitungannya, data-data tersebut yaitu:

4.1 Data Struktur Atas

Gambar 4.1 Struktur Atas Jembatan

Panjang bentang jembatan (L) = 11 m

Lebar jalan (jalur lalu-lintas) (B1) =6m

Lebar trotoar (B2) =1m

Lebar total jembatan (B1+2*B2) =8m

Jarak antara Girder (s) = 1,5 m

Dimensi Girder: Lebar girder (b) = 0,4 m

Tinggi girder (h) = 1,2 m

Dimensi Diafragma: Lebar diafragma (bd) = 0,3 m

Tinggi diafragma (hd) = 0,5 m

43
Tebal slab lantai jembatan (ts) = 0,25 m

Tebal lapisan aspal + overlay (ta) = 0,08 m

Tinggi genangan air hujan (th) = 0,03 m

Tinggi bidang samping (ha) =2m

Jumlah Balok Girder (jb) = 5 buah

4.2 Bahan Struktur

4.2.1 Mutu beton

Kuat tekan beton (fc’) = 25 Mpa

Modulus elastic (Ec)=4700 √ fc '=4700 √ 25 = 23500 Mpa

Angka poisson (u) = 0,2

Modulus geser (G) = Ec / [2*(1 + u)]

= 23500 / [2*(1 + 0,2)] = 9791,67 Mpa

Koefisien muai panjang untuk beton (α) = 0 °C

4.2.2 Mutu baja

Untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm : U - 41

Tegangan leleh baja (fy) = U*10 = 41*10 = 410 Mpa

Untuk baja tulangan dengan Ø ≤ 12 mm : U - 32

Tegangan leleh baja (fy) = U*10 = 32*10 = 320 Mpa

4.2.3 Specific Gravity

Berat beton bertulang (wc) = 25 kN/m3

Berat beton tidak bertulang (beton rabat) (w’c) = 24 kN/m3

Berat aspal padat (wa) = 22 kN/m3

Berat jenis air (ww) = 10 kN/m3

44
4.2.4 Pembebanan Pada Gelagar Jembatan

Pembebanan pada gelagar jembatan terdiri dari beban hidup dan beban
mati.

4.3 Analisa beban

4.3.1 Beban Mati

A. Berat Sendiri Girder (Ms)

Faktor beban ultimit: KMS = 1,3

Berat sendiri (self weight) adalah berat bahan dan bagian jembatan
yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-
struktural yang dipikulnya dan bersifat tetap. Beban berat sendiri balok
diafragma pada Girder dihitung sbb.:

Tabel 4.1 Perhitungan Beban Berat Sendiri Girder

Lebar Tebal Berat Beban


No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Plat lantai 1,50 0,25 25,00 9,375
2 Girder 0,40 0,80 25,00 8,000
Berat Sendiri Girder (QMS) 17,375

B. Beban Mati Tambahan

Faktor beban ultimit: KMA = 2

Beban mati tambahan (superimposed dead load), adalah berat


seluruh bahan yang menimbulkan suatu beban pada jembatan yang
merupakan elemen non-struktural, dan mungkin besarnya berubah selama
umur jembatan. Jembatan dianalisis harus mampu memikul beban
tambahan seperti:

a) Penambahan lapisan aspal (overlay) di kemudian hari.


b) Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan
baik,

Panjang bentang Girder, L = 11 m

45
Tabel 4.2 Perhitungan Beban Mati Tambahan

Lebar Tebal Berat Beban Beban


No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m) (kN/m2)
1 Lap.Aspal+overlay 1,50 0,08 22,00 2,640 1,76
2 Air hujan 1,50 0,03 10,00 0,450 0,3
Beban mati tambahan (QMA) 3,090 2,060
4.3.2 Beban Hidup

A. Beban Lalu Lintas: Beban Lajur “D” (TD)

Faktor beban ultimit: KTD = 1,8

Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban


terbagi rata (Uniformly Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife
Edge Load), KEL seperti pada Gambar 1. UDL mempunyai intensitas q
(kPa) yg besarnya tergantung pada panjang bentang L yg dibebani lalu-
lintas seperti Gambar 2 atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30

q = 9,0*(0,5+15/L) kPa untuk L > 30

Gambar 1.

Untuk panjang bentang (L) = 11 m dengan UDL (q) = 9 kPa

KEL mempunyai intensitas (P) = 49 kN/m

46
Gambar 2.

L 2 L3
s= +
2 2

Jarak girder 1,2,3,4 dan 5 (s) = 1,5 m

Untuk panjang bentang (L) = 11 m

Beban merata lajur pada Girder1, 2,3,4 dan 5:

QTD = q * s = 9 * 1,5 = 13,5 kN/m

Beban merata untuk satu lajur pada Girder 1,2,3,4 dan 5:

s 1,5
QTD = × q= x 9=4,909 kN /m
2,75 2,75

Beban garis lajur pada Girder 1,2,3,4 dan 5:

PTD = p * s = 49 * 1,5 = 73,5 N

Beban garis untuk satu lajur pada Girder 1,2,3,4 dan 5:

s 1,5
PTD = × p= × 49=26,727 kN
2,75 2,75

4.4 Perhitungan momen

4.4.1 Perhitungan Momen Pada Gelagar Jembatan

Momen yang terjadi pada gelagar jembatan terjadi akibat beban mati dan
beban hidup.
A. Momen Lentur Akibat Beban Mati

47
MqDL = MX = RA * x - 1/2 * Qdl * x2 dimana: Qdl = QMS + QMA

MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2 = 20,47 kN/m

RA = 1/2 * Qdl * L

= 1/2 * 20,47 * 11 = 112,5575 kN

RB = 1/2 * Qdl * L

= 1/2 * 20,47 * 11 = 112,5575 kN

Momen pada potongan 1, x = 0 m (M1.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 112.5575 * 0 - 1/2 * 20,47 * 02

M1.DL = MX = 0 kNm = 0 Nm

Momen pada potongan 2, x = 2.75 m (M2.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 112,5575 * 0 - 1/2 * 20,47 * 2,752

M2.DL = MX = 431,6835938 kNm = 232149,844 Nm

Momen pada potongan 3, x = 5,5 m (M3.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 112,5575 * 0 - 1/2 * 20,47 * 5,52

M3.DL = MX = 309,533125 kNm = 309533,125 Nm

Momen pada potongan 4, x = 8,25 m (M4.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 112,5575 * 0 - 1/2 * 20,47 * 8,252

48
M4.DL = MX = 232,149844 kNm = 232149,844 Nm

Momen pada potongan 5, x = 11 m (M5.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 112,5575 * 0 - 1/2 * 20,47 * 112

M5.DL = MX = 0 kNm = 0 Nm

Gambar Momen Akibat Beban Mati

B. Momen Lentur Akibat Beban Hidup:

Diketahui: Qtd = 4,91 kN/m

Ptd = 26,727 kN

Mx (P) = RA*1/2L = 1/2 P x 1/2 L = 1/4 P L

RA = 1/2 * Ptd = 1/2 * 4,91 = 13,364 kN

RA = 1/2 * Ptd = 1/2 * 4,91 = 13,364 kN

Mx (Q) = MX = RA * x - 1/2 * Qtd * x2

MX = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

RA = 1/2 * Qtd * L

= 1/2 * 4,91 * 11 = 27000 kN

RB = 1/2 * Qtd * L

= 1/2 * 4,91 * 11 = 27000 kN

49
Gambar Beban Hidup Merata Pada Balok T Arah Memanjang.

Gambar Beban Hidup Garis Pada X3 Balok T Arah Memanjang

Momen pada potongan 1, x = 0 m (M1.LL)

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 27000 * 0 - 1/2 * 4,91 * 02

= 0 kNm

M1.LL = Mx (Q) = 0 kNm = 0 Nm

Momen pada potongan 2, x = 2,5 m (M2.LL)

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 27000 * 0 - 1/2 * 4,91 * 2,52

= 55,6875 kNm

M2.LL = Mx (Q) =55,688 kNm = 55687,5 Nm

Momen pada potongan 3, x = 5,5 m (M3.LL)

Mx (P) = 1/4 P.L

= 1/4 26,727 . 5,5

= 73,5 kNm

50
Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 27000 * 0 - 1/2 * 4,91 * 5,52

= 74,25 kNm

M3.LL = Mx (P) + Mx (Q)

= 73,5 + 74,25 = 147,750 kNm = 147750 Nm

Momen pada potongan 4, x = 8,25 m (M4.LL)

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 27000 * 0 - 1/2 * 4,91 * 8,252

= 55,6875 kNm

M4.LL = Mx (Q) = 55,688 kNm = 55687,5 Nm

Momen pada potongan 5, x = 11 m (M5.LL)

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 27000 * 0 - 1/2 * 4,91 * 112

= 0 kNm

M5.LL = Mx (Q) = 0 kNm = 0 Nm

Gambar Momen Akibat Beban Mati

51
Untuk mendapatkan kombinasi momen akibat beban mati dan beban
hidup, maka dilakukan perhitungan seperti tabel dibawah ini:

Tabel Perhitungan Momen Akibat Beban Mati dan Hidup


Pembebana Faktor M1 M4
M2 (N.m) M3 (N.m) M5 (N.m)
n Beban (N.m) (N.m)
Beban mati, 464299.
2.0 0 464299.688 619066.25 0
DL 7
Beban
1.8 0 186392.045 428931.818 186392 0
hidup, LL
Total   0 650692 1047998 650692 0

Dari tabel diatas diambil Momen maksimum yaitu: 1047998 Nm.

4.5 Perhitungan Gaya Geser

4.5.1 Bidang Lintang akibat beban mati merata

Beban Mati (qd) = 20,465 kN/m

Reaksi Perletakan RA = 112,5575 kN

RB = 112,5575 kN

Kontrol: ∑V = 0

∑V = Ra+Rb-qd.L = 1125,5575 + 112,5575 – (20,465.11)

∑V = 0 ………OK!

Gaya lintang pada potong 1, X = 0 m

Vx1 = RA = 176,573 kN

Gaya lintang pada potong 2, X = 2.75 m

Vx2 = RA – qd.X = 153,487 – 20,465.3,75 = 88,286 kN

Gaya lintang pada potong 3, X = 5,5 m

Vx3 = RA – qd.X = 153,487 – 20,465.1,5 = 0 kN

Gaya lintang pada potong 4, X = 8,25 m

Vx4 = RA – qd.X = 153,487 – 20,465.3,75 = -88,286 kN

Gaya lintang pada potong 5, X = 11 m

52
Vx5 = RA – qd.X = 153,487 – 20,465.15 = -176,573 kN

4.5.2 Bidang Lintang akibat beban hidup terpusat

Beban Hidup Terpusat (Pl) = 27,727 kN

Reaksi Perletakan RA = 13,364 kN

RB = 13,364 kN

Kontrol: ∑V = 0

∑V = Ra+Rb-qd.L = 13,364 + 13,364 – (27,727 . 11)

∑V = 0 ………OK!

Gaya lintang pada potong 1, X = 0 m

Vx1 = RA = 13,364 kN

Gaya lintang pada potong 2, X = 2,75 m

Vx2 = RA = 13,364 kN

Gaya lintang pada potong 3, X = 5,5 m

Vx3 = RA = 13,364 kN

Gaya lintang pada potong 4, X = 8,25 m

Vx4 = RA = 13,364 kN

Gaya lintang pada potong 5, X = 11 m

Vx5 = RA = 13,364 kN

Tabel Perhitungan Gaya Geser Akibat Beban Hidup


Faktor
Pembebanan V1 (kN) V2 (kN) V3 (kN) V4 (kN) V5 (kN)
Beban
Beban mati,
2.0 353.146 176.572 0.000 -176.572 -353.146
DL
Beban
1.8 76.664 52.364 28.064 3.764 -20.536
hidup, LL
Total   429.810 228.936 28.064 -172.808 -373.682

Dari tabel diatas diambil gaya geser maksimum yaitu: 397,302 Nm.

53
4.6 Perhitungan Tulangan Balok

4.6.1 Perhitungan Tulangan Lentur Balok M3

Momen rencana ultimit gelagar = 1580,088 kN.m = 158008,068


N.m

Kuat tekan beton (Fc') = 30 Mpa

Kuat leleh baja (fy) = 410 Mpa

Tebal slab beton (ts) = 20 cm = 200 mm

Lebar badan gelagar (b) = 0,4 m = 400 mm

Tinggi Gelagar (h) = 1,05 m = 1050 mm

Panjang Bentang (L) = 11 m = 11000 mm

Modulus elastis baja (Es) = 200000 Mpa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton = 0,85

Faktor reduksi kekuatan lentur Ø = 0,8

Diameter tulangan yang digunakan (D) = 29 mm

Diameter sengkang yang digunakan (ds) = 10 mm

Tebal selimut beton (sb) = 20 mm

d’ = tebal selimut + diameter sengkang + ½ diameter tulangan utama

= 20 + 10 + ½ x 29 = 44,5 mm

Tinggi efektif (d) = h – tebal selimut – diameter sengkang – ½


diameter

tulangan utama

= 1050 – 20 – 10 – (½ x 29)

= 1005,5 mm.

Dicoba:

 Tulangan bawah menggunaan 8 buah tulangan dengan diameter 29


sehingga diperoleh As = 5944,678 mm2.

54
 Tulangan atas menggunakan 4 buah tulangan dengan diameter
29sehingga diperoleh As’ = 2642,079 mm2.

Didapat:

As 5284,158
ρ= = =0,0152
b . d 400 . 1005,5

A s' 2642,079
ρ' = = =0,0067
b . d 400 .1005,5

1.4 1,4
ρmin= = =0,0034
fy 410

ρ> ρmin

0,0152>0,0034 Tidak Perlu Ditambah Tulangan!


' '
' 0,85 β 1 f c d 600
ρ−p ≥ ×
fy d 600−fy

0,85 ×0,85 ×30 × 44,5 600


0,0152−0,0067 ≥ ×
410× 1005,5 600−410

0,0084 ≥ 0,0010 Tulangan tekan belum leleh!

'
f s =600 1−
[ 0,85 β 1 f ' c d '
( p− p' ) fy d ]<fy

f s' =600 1−
[ 0,85 ×0,85 ×30 × 44,5
(0,0152−0,0067)× 410 ×1005,5
<410
]
361,4 90< 410

0,85 f ' c 600


ρb=β 1
fy 600+ fy

0,85 ×30 600


ρb=0,85 × =0,026
410 600+410

[
ρ ≤ 0,75 ρb+ ρ '
f's
fy ]
[
0,008 ≤ 0,75 0,026+0,0067
361,490
410 ]
55
0,015 ≤ 0,024
' '
As fy− A s f s
a= '
0,85 f c b

5944,678× 410−2642,079× 361,490


a= =174,3 8
0,85 × 30× 600

Mn=¿

Mn=¿

Mn = 2177214101 Nmm

∅ Mn ≥ Mu

0,8 ×21 77214101 Nmm ≥1580088068 Nmm

17 41771281 Nmm≥ 1580088068 Nmm (OK)

Jadi untuk tulangan atas dipakai 4D29 mm.

Jadi untuk tulangan bawah dipakai 8D29 mm.

4.6.2 Perhitungan Tulangan Lentur Balok M2

Momen rencana ultimit gelagar = 1049,759 kN.m = 1049759 N.m

Kuat tekan beton (Fc') = 25 Mpa

Kuat leleh baja (fy) = 410 Mpa

Tebal slab beton (ts) = 20 cm = 200 mm

Lebar badan gelagar (b) = 0,4 m = 400 mm

Tinggi Gelagar (h) = 1,05 m = 1050 mm

Panjang Bentang (L) = 11 m = 11000 mm

Modulus elastis baja (Es) = 200000 Mpa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton = 0,85

Faktor reduksi kekuatan lentur Ø = 0,8

Diameter tulangan yang digunakan (D) = 29 mm

56
Diameter sengkang yang digunakan (ds) = 10 mm

Tebal selimut beton (sb) = 50 mm

d’ = tebal selimut + diameter sengkang + ½ diameter tulangan utama

= 50 + 10 + ½ x 29 = 74,5 mm

Tinggi efektif (d) = h – tebal selimut – diameter sengkang – ½


diameter

tulangan utama

= 1050 – 50 – 10 – (½ x 29)

= 975,5 mm.

Dicoba:

 Tulangan bawah menggunaan 6 buah tulangan dengan diameter 29


sehingga diperoleh As = 3963,119 mm2.
 Tulangan atas menggunakan 4 buah tulangan dengan diameter
29sehingga diperoleh As’ = 2642,079 mm2.

Didapat:

As 3963,119
ρ= = =0,0101
b . d 400 . 975,5
'
As
' 2642,079
ρ= = =0,0067
b . d 400 . 975,5

1.4 1,4
ρmin= = =0,0034
fy 410

ρ> ρmin

0,010156> 0,0034 Tidak Perlu Ditambah Tulangan!

' 0,85 β 1 f ' c d ' 600


ρ−p ≥ ×
fy d 600−fy

0,85 × 0,85× 25× 74,5 600


0,010156−0,0067 ≥ ×
410 × 975,5 600−410

0,0084 ≥ 0,0010 Tulangan tekan belum leleh!

57
[ ]
' '
' 0,85 β 1 f c d
f s =600 1− '
<fy
( p− p ) fy d

f s' =600 1−
[ 0,85 ×0,85 × 25× 44,5
(0,010156−0,0067)× 410 × 975,5
< 410
]
3 , 726313<410

0,85 f ' c 600


ρb=β 1
fy 600+ fy

0,85 ×25 600


ρb=0,85 × =0,026
410 600+410

[
ρ ≤ 0,75 ρb+ ρ '
f's
fy ]
[
0,01 0156 ≤ 0,75 0,026+0,0067
3,726313
410 ]
0,010156 ≤ 0,01 96

As fy− A s' f ' s


a=
0,85 f ' c b

3963,119× 410−2642,079× 3 ,726313


a= =1 90,003
0,85 ×25 × 600

Mn=¿

Mn=¿

Mn = 1 430904454 Nmm

∅ Mn ≥ Mu

0,8 ×1 430904454 Nmm ≥10 49759233 Nmm

1 144723563 Nmm ≥1580088068 Nmm (OK)

Jadi untuk tulangan atas dipakai 4D29 mm.

Jadi untuk tulangan bawah dipakai 6D29 mm.

58
4.6.3 Perhitungan Tulangan Lentur Balok M1

Momen rencana ultimit gelagar = 0 kN.m = 0 N.m

Kuat tekan beton (Fc') = 25 Mpa

Kuat leleh baja (fy) = 410 Mpa

Tebal slab beton (ts) = 20 cm = 200 mm

Lebar badan gelagar (b) = 0,4 m = 400 mm

Tinggi Gelagar (h) = 1,05 m = 1050 mm

Panjang Bentang (L) = 11 m = 11000 mm

Modulus elastis baja (Es) = 200000 Mpa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton = 0,85

Faktor reduksi kekuatan lentur Ø = 0,8

Diameter tulangan yang digunakan (D) = 29 mm

Diameter sengkang yang digunakan (ds) = 10 mm

Tebal selimut beton (sb) = 50 mm

d’ = tebal selimut + diameter sengkang + ½ diameter tulangan utama

= 50 + 10 + ½ x 29 = 74,5 mm

Tinggi efektif (d) = h – tebal selimut – diameter sengkang – ½


diameter

tulangan utama

= 1050 – 50 – 10 – (½ x 29)

= 975,5 mm.

Dicoba:

 Tulangan bawah menggunaan 4 buah tulangan dengan diameter 29


sehingga diperoleh As = 2642,079 mm2.
 Tulangan atas menggunakan 2 buah tulangan dengan diameter
29sehingga diperoleh As’ = 1321,039 mm2.

59
Didapat:

As 2642,079
ρ= = =0,0067
b . d 400 . 975,5
'
As' 1321,039
ρ= = =0,0033
b . d 400 . 975,5

1.4 1,4
ρmin= = =0,0034
fy 410

ρ> ρmin

0,0067> 0,0034 Tidak Perlu Ditambah Tulangan!


' '
' 0,85 β 1 f c d 600
ρ−p ≥ ×
fy d 600−fy

0,85 ×0,85 × 25× 74,5 600


0,0067−0,0033 ≥ ×
410 × 975,5 600−410

0,0033 ≥ 0,0010 Tulangan tekan belum leleh!

'
f s =600 1−
[ 0,85 β 1 f ' c d '
( p− p' ) fy d
<fy
]
f s' =600 1−
[ 0,85 × 0,85× 25× 74,5
(0,0067−0,0033)× 410 × 975,5
< 410
]
3 , 726313<410

0,85 f ' c 600


ρb=β 1
fy 600+ fy

0,85 ×25 600


ρb=0,85 × =0,026
410 600+410

[
ρ ≤ 0,75 ρb+ ρ '
f's
fy ]
[
0,0067 ≤ 0,75 0,026+0,0067
3,726313
410 ]
0,00 67 ≤ 0,01 96
' '
As fy− A s f s
a= '
0,85 f c b

60
2642,079× 410−1321,039× 3 ,726313
a= =1 26,862
0,85 ×25 × 600

Mn=¿

Mn=¿

Mn = 9 87946406 Nmm

∅ Mn ≥ Mu

0,8 × 9 87946406 Nmm ≥0 Nmm

7 90357125 Nmm≥ 1580088068 Nmm (OK)

Jadi untuk tulangan atas dipakai 2D29 mm.

Jadi untuk tulangan bawah dipakai 4D29 mm.

4.6.4 Perhitungan Tulangan Geser Balok

Vu = 209730 N

Vu
Vn= =349550 N
0,6

1 '
Vc=
6
√ f c bd=429049,3 N

Vu < ØVc

209730 < 257429,6 Ok (Tidak perlu sengkang)

Walau secara teoritis tidak perlu sengkang tetapi untuk kestabilan struktur
dan peraturan mensyaratkan dipasang tulangan minimum (spasi minimum).

1
smax = 400=200 mm
2

1 '
3
√ f c bs
AV min =
fy

1
√30 .400 .200
3 2
AV min = =356,243 mm
410

61
2
Dipakaitulangan Φ 10 mm Av =356,243 mm

Av . fy
S=
1 '
3
√f c b
356,243.410
S= =200 mm
1
√ 30.400
3

Jadi digunakan sengkang Ø10-200mm.

4.7 Perhitungan Diafragma


Dalam pembebanannya, diafragma ini tidak menahan beban luar apapun kecuali
berat sendiri balok diafragma tersebut.
a. Data Perencanaa
H = 500 mm
B = 300 mm
P = 2,5 cm (Selimut beton)
Mutu Baja U51 = 290 Mpa
Mutu beton f’c = 25 Mpa
BJ Beton = 2.400 kg/m3
∅ tul .utama = 16 mm
∅ sengkang = 10 mm
d=h− p−∅ sengkang−0,5 x ∅ tul . utama
= 500 – 300 – 10 – 0,5 x 16
= 182 mm
qd= 1,2 x 0,35 x 0,752 x 2400 = 758 kg/m = 7580 N/m
b. Perhitungan Tulangan Utama

1 2 1 2
M= xqx L = x 7.580 x 12 =13.644,29 Nm=1.3644 .288 Nmm
8 8

Mn 1.3644 .288
Rn = 2
= 2 = 1,37
bx d 300 x 182

62
( √ 2 Rn
)
'
0,85. f c
ρ perlu = 1− 1− '
fy 0,85. f c

ρ perlu =
0,85.25
290 ( √
1− 1−
2× 1,37
0,85. 25 )
=0.000196

Rasio tulangan minimum :

1.4 1,4
ρ min = = =0,00483
fy 290

Karena ρ < ρmin, maka dugunakan ρmin = 0,00483

Luas tulangan perlu (As):

Berdasarkan brosur, Diameter tulangan yang digunakan (D) =


16 mm
2
A=200,96 mm

As= ρ. b . d=0,00483 . 300.183=263,68 mm2

Jumlah tulangan yang dipakai (n):

As 263,68
n= = =2 buah
A 200,96

Jadi digunakan tulangan 2Ø16

As1 = n.A

= 2 x 200,96 m m2 =401,92 mm2

c. Perhitungan Tulangan Pembagi


Tul. Pembagi = 0,2 x As tul. Utama
= 0,2 x 401,92
= 683,264 mm2

Jumlah tulangan yang dipakai (n):

As 683,264
n= = =4 buah
A 200,96

Jadi digunakan tulangan 4Ø16


d. Perhitungan Tulangan Geser

63
Vu = 280.364,858 N

Vu
Vn= =467.274,8 N
0,6

1 '
Vc=
6
√ f c bd=565.808 N

Vu < ØVn

280.364,858 < 0,8*467.274,8 = 504.763,64

280.364,858 N < 373.819,8 N Ok (Tidak perlu sengkang)

Walau secara teoritis tidak perlu sengkang tetapi untuk


kestabilan struktur dan peraturan mensyaratkan dipasang tulangan
minimum (spasi minimum).

1
smax = x 400=200 mm
2

1 '
3
√ f c bs
AV min =
fy

1
√25 .400 .200
3 2
AV min = =229,89 mm
290
2
Dipakai tulangan Φ 10 mm Av =229,89 mm

Av . fy
S=
1 '
3
√f c b
280.290
S= =121,95 mm
1
√ 30 .400
3

Jadi digunakan sengkang Ø10-150 mm.

4.8 Perhitungan Andas

Mendimensi Andas Pembebanan:

- Akibat beban mati (q1) = 20.47 Kn = 2087.36 kg

- Akibat beban hidup (q2) = 27 Kn = 2753.23 kg

64
- Akibat beban garis (P1) = 73.5 Kn = 7494.91 kg
kg
- σijin=2.250
cm2
kg
- σb=99
cm2

P = (1/2 * (q1+q2) *L) + P1 x ½

= (1/2 * (2087.36 + 2753.23) *11) + 7494.91 x ½ = 30370.7 Kg

a. Andas Sendi

Direncanakan andas sendi berukuran L = 40 cm, B = 20 cm.

Luas bidang tumpuan

P 33.310,21 2
F= = =336,47 cm
σb 99

F’ = 40 x 20 = 800 cm2 > 336,47 cm2

Dimensi Menurut Muller Bresiaw

S1 = ½ x
√ 3 x 33.310,21 x 40
2.250 x 30
=3,847 cm=4 cm

Dimensi kursi bawah diambil a = 3 buah, b = 20 cm

Mencari Garis Tengah Gelinding

1
Pxρ= <56 x L
2rl

1
33.310,21 x < 56 x 40
2rl

33.310,21
< 2.240
2 rl

Rl = 15 cm

Jadi, ∅ gelinding=15 cm

65
Misal dipakai h/S2 = 5

S = S1 + ½ x ∅ gelinding

= 4 + ½ x 15 = 11, 5 cm

S2 = 3 cm

M=¼xPxL

= ¼ x 33.310,21 x 40 = 333.102,1 kgcm

W = 0,2286 x a x h² x S3

M
= 0,2286 x 3 x 11,5² x S3
σ

333.102,1
=90,69 x S 3
2.250

S3 = 1,61 = 2 cm

S4 = 1/6 x h = 1/6 * 11,5 = 1,92 cm = 2 cm

S5 = 1/9 x h = 1/9 * 11,5 = 1,27 cm = 1 cm

Garis Tengah Engsel

3 x 0,8 x P 3 x 0,8 x 33.310,21


D1 = = =0,88 cm=4 cm
σ.L 2.250 x 40

D2 = d1 + 2 x S5

=4+2x1

= 4+2 = 6 cm

D3 = diambil 2,5 cm

66
Kontrol Tegangan Ijin

W = 0,2286 x a x h² x S3

= 181,39 cm3

M 333.102,1 kg
σ= = =1.836,35
W 181,39 cm 2

kg kg
σ ≤ σ = 1.836,35 < 2250
cm2 cm 2
c. Andas Roll

S1 = ½ x
√ 3 x 33.310,21 x 40
2.250 x 30
=3,847 cm=4 cm

Mencari diameter rol gelinding (d1)

Jumlah rol ada 2 buah

P
0,8 x
2
σ=
r xB
33.310,21
0,8 x
1.250 = 2
r x 30
2.250 r x 67.500 = 53.296,34

r = 3,22 cm = 4 cm

diambil :

d1 = 2 x r = 2 x 4 = 8 cm

d2 = 2,5 cm

d3 = d1 + 2 x d2 = 8 + 2 x 2,5 = 13 cm

67

Anda mungkin juga menyukai