Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN TRANSPORTASI

OLEH KELOMPOK 3 :
Putu Angga Pramana Putra ( 1861121101/C3 )
Dang Bagus Krisna Dana ( 1861121106/C3 )
I Kadek Yudi Setyawan ( 1861121113/C3 )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengangkut atau
memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan suatu cara yang
berguna bagi manusia. (Morlok, 1995), dalam definisinyadapat ditentukan 3 Komponen Utama
Transportasi :
1.Sarana Transportasi yaitu Kendaraan yang digunakan untuk berpindah atau mengangkut.
2.Prasarana transportasi seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara, pelabuhan dan lain sebagainya.
3.Sistem operasional berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang menjamin sarana dan prasarana
transportasi dapat berfungsi dengan baik.
Sistem Transportasi adalah suatu interaksi yang terjadi antara 3 komponen sistem yang saling
berkaitan yaitu aktivitas, jaringan transportasi, dan arus (flow). Hubungan ketiganya saling
berinteraksi dan berbanding lurus, jika salah satu komponen mengalami perubahan maka komponen
lain akan mengikuti, sebagai contoh apabila aktivitas meningkat maka arus juga meningkat,
karenanya jaringan harus ditingkatkan.
Begitu juga, bila jaringan ditingkatkan maka akanmemicu peningkatan arus dan akibatnya
aktivitas akan bertambah, karena guna lahan merupakan representasi jenis aktivitas manusia, dapat
dikatakan bahwa antara guna lahan akan selalu terjadi hubungan yang merupakan wujud
keterhubungan aktivitas manusia yang satu dengan yang lainnya. Dalam yang satu lahan ke lahan
yang lainnya
Oleh karena itu perencanaan dalam menyusun komponen system transportasi peril mendapat
perhatian yang penting guna mendukung kehidupan manusia yang hidup dan sering melakukan
aktifitas di jalan dengan nyaman, dan dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya.
1.2 Rumusan masalah
1. Jelaskan komponen komponen system transportasi dalam perancanaan transportasi
2. Memahami hubungan komponen komponen system transportasi
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui komponen system transportasi dalam perencanaan transportasi
2. Untuk memahami komponen komponen system transportasi
BAB II

2.1 PERENCANAAN TRANSPORTASI


Perencanaan adalah suatu proses yang kontinu yang melibatkan keputusan/pilihan tentang
bagaimana memanfaatkan/mengalokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu di
masa yang akan datang.

Visi
Iptek, Strategi Mimpi
Keahlian Instrument Keinginan
Tujuan

Dari gambar di atas, perencanaan transportasi dapat diartikan “dengan bekal ilmu pengetahuan,
teknologi dan keahlian kita berusaha menentukan strategi, memilih instrument/alat atau cara yang
paling efektif untuk ‘mencapai tujuan’ atau ‘impian’ yang kita kehendaki terjadi di ‘masa yang
akan datang’ tentang ‘kinerja’ system transportasi yang menjadi objek perencanaan, dengan
memanfaatkan sumber daya yang mungkin diadakan.

Kegiatan perencanaan:
1. Identifikasi masalah
Merupakan sumber kesenjangan antara ’harapan/tujuan’ dengan ’kondisi sekarang’.
2. Alternatif kebijakan (policy options) atau solusi
Berbagai alternatif kebijakan diperiksa efektifitasnya dalam mencapai tujuan, dan untuk ini
biasanya akan lebih mudah bila tersedia alat bantu (model).

Pendekatan dalam mengidentifikasi masalah:


1. Bottom-up
Dimaksudkan untuk mendapatkan masukan permasalahan yang teridentifikasi langsung dari
tingkat bawah (operasional) maupun masyarakat.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan eksperimen yang dilakukan di laboratorium
dengan bantuan model. Langkah selanjutnya adalah membuat daftar masalah yang layak
menjadi sorotan dalam pengusulan alternatif kebijakan.
2. Top down
Merupakan hasil identifikasi masalah yang diperoleh dari pengamatan manajemen tingkat
atas, perencana, pakar atau pengamat lainnya.
Masalah dapat diidentifikasi dari kesenjangan antara kondisi yang menjadi harapan/tujuan
dengan kondisi yang terjadi sekarang.
Dalam praktek perencanaan transportasi, kedua pendekatan tersebut sebaiknya dipadukan dalam
mengidentifikasi masalah.

2.2 Pembuatan Keputusan dan Pemecahan Masalah


Proses pembuatan keputusan (”IF NOT GET ME”):
Urutan Langkah Fokus Pertanyaan
Identify the problem Apa yang menjadi masalah dan
Masalah
Fix the objective apa yang harus dicapai?
Note the evidence Apa buktinya dan apa yang ia
Organise the information Evidence (bukti) jelaskan/tunjukkan?
Test the data
Generate alternative Apa alternatifnya dan yang mana
Evaluate the option Alternatif yang terbaik?
Target the best choice
Make the dicision Mana keputusan yang harus
Keputusan
Explain the results dipilih?

Pembuatan keputusan (decision making) berbeda dengan pemecahan masalah (problem solving).
Pemecahan masalah adalah berupa pembuatan keputusan ditambah kegiatan mengimplementasi
hasil keputusan dan memonitor konsekuensi dan perkembangannya di lapangan, dan memberi
umpan balik ke proses pembuatan keputusan, sampai masalah terpecahkan.
Sedangkan pembuatan keputusan berhenti setelah keputusan dibuat dan dijelaskan.
Jenis Perencanaan Transportasi
Perencanaan transportasi dapat dibedakan menjadi:
1. Perencanaan jangka pendek (Perencanaan operasional)
Cakupan tingkat perencanaan operasional adalah membuat denah untuk persimpangan,
penyeberangan pejalan kaki, lokasi parkir, penempatan pemberhentian bis, metode pemberian
karcis, langkah-langkah keselamatan dan lain sebagainya.
2. Perencanaan jangka menengah (Perencanaan taktis)
Tingkat perencanaan ini berkaitan dengan pola manajemen lalu lintas, pembuatan jalan lokal,
pengendalian parkir, pengorganisasian angkutan umum, koordinasi pemberlakuan tarif,
membuat kawasan pejalan kaki, dan lain sebagainya.
3. Perencanaan jangka panjang (Perencanaan strategis)
Berhubungan dengan struktur dan kapasitas jaringan jalan utama dan transportasi umum,
keterkaitan antara transportasi dan guna lahan, keseimbangan antara permintaan dan
penawaran, keterkaitan antara tujuan transportasi dengan ekonomi, tujuan lingkungan dan
sosial.

Lingkup Perencanaan Transportasi


Lingkup perencanaan transportasi meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan rencana
pengembangan wilayah/daerah. Contoh tipe atau lingkup kajian studi perencanaan transportasi:
1. Studi perencanaan prasarana transportasi:
- penyiapan rencana induk (masterplan) pelabuhan, bandar udara atau terminal antarmoda
- penentuan trase jalan raya atau trase rel kereta
- penyiapan master plan pengembangan jaringan jalan
- penyiapan master plan prasarana transportasi bagi suatu daerah pemukiman
2. Studi kebijakan operasional:
- penyiapan sistem sirkulasi lalu lintas jalan
- strategi pengembangan tingkat pelayanan angkutan umum
- strategi operasional angkutan udara
3. Studi perencanaan transportasi komprehensif:
- studi kebutuhan prasarana dan sarana transportasi dari suatu rencana pengembangan
daerah baru (daerah rekreasi, daerah industri atau daerah komersial)
- studi pengembangan sistem transportasi regional
- studi pengembangan sistem transportasi nasional

Pihak yang Terlibat dalam Perencanaan Transportasi


1. Pihak penyelenggara/penanggung jawab studi, yaitu orang atau lembaga yang
bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan dari hasil studi.
2. Pihak profesional/pakar, yaitu pihak yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan studi.
3. Masyarakat, yaitu terdiri dari sekelompok anggota masyarakat yang dipilih untuk mewakili
masyarakat umum dalam proses studi.
Pihak penyelenggara dan pihak masyarakat melakukan tugas pengawasan atau pengarahan, yang
diklasifikasikan menjadi 3 komite, yaitu:
1. Komite eksekutif, terdiri dari representatif dari pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan
keputusan.
2. Komite pengarah teknis, terdiri dari perwakilan penyelenggara studi atau perwakilan dari
lembaga-lembaga yang terkait dengannya. Komite ini bersifat teknis, yaitu mampu
melakukan pengarahan secara substantif mulai pelaksanaan studi.
3. Komite perwakilan masyarakat, terdiri atas perwakilan dari kelompok-kelompok kepentingan
yang ada di masyarakat luas.

2.3 Karakteristik Dasar Perencanaan Transportasi


1. Multi moda
Obyek dasar dalam studi perencanaan transportasi adalah pergerakan manusia dan barang,
sehingga melibatkan banyak moda transportasi.
2. Multi disiplin
Aspek kajian dalam studi perencanaan transportasi yang beragam, mulai dari karakteristik
pergerakan, karakteristik pengguna jasa sampai dengan karakteristik prasarana atau sarana
transportasi itu sendiri, menyebabkab banyaknya disiplin ilmu yang terlibat.
3. Multi sektoral
Multi sektoral adalah banyaknya lembaga atau pihak yang terkait memiliki kepentingan pada
suatu studi perencanaan transportasi.
4. Multi problem
Perencanaan transportasi merupakan studi yang multi moda, multi disiplin dan multi sektoral,
maka dengan demikian akan mengakibatkan multi problem.

Tahapan Kegiatan
Tahapan untuk proses studi perencanaan transportasi adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan tujuan dan sasaran perencanaan
2. Pengumpulan data lapangan
3. Identifikasi masalah
4. Penyusunan alternatif perencanaan
5. Prediksi dampak perencanaan
6. Evaluasi

Pendekatan SistemUntuk Perencanaan Transportasi


Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan untuk perencanaan dan teknik dimana suatu
usaha dilakukan untuk menganalisa seluruh faktor yang berhubungan dengan
permasalahan yang ada.
Contoh: Jika suatu ruas jalan memiliki tingkat kepadatan arus lalu lintas yang tinggi dapat
ditangani dengan pelebaran ruas jalan tersebut; tetapi pada saat yang sama kemacetan lalu
lintas berpindah ke ruas yang lain; karenanya penyelesaian masalah tidak bisa hanya
secara partial tetapi harus dengan pendekatan sistem.

Sistem Transportasi Makro

Sistem transportasi makro terdiri dari:


a. Sistem kegiatan (transport demand)
Sistem ini merupakan pola kegiatan tataguna lahan yang terdiri dari sistem pola kegiatan
sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini
membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan
setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tataguna lahan tersebut. Besarnya pergerakan
sangat terkait dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.

b. Sistem jaringan (prasarana transportasi/transport supply)


Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan atau barang tersebut membutuhkan
moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda tersebut bergerak.
Prasarana transportasi ini dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi jaringan jalan
raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan pelabuhan laut.

c. Sistem pergerakan (lalu lintas/Traffic)


Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan (point a & b) akan menghasilkan
suatu pergerakan manusia/kendaraan.

d. Sistem kelembagaan (institusi)


Untuk menjamin terjadinya pergerakan yang aman, nyaman, lancar, mudah dan handal
dan sesuai dengan lingkungan. Maka diperlukan suatu sistem yang mengatur tiga sistem
diatas. Sistem ini disebut sistem kelembagaan. Sistem kelembagaan yang berkaitan
dengan masalah transportas adalah:
 Sistem kegiatan: Bappenas, Bappeda tingkat I dan II, Pemda
 Sistem jaringan: Dephub, Jasa Marga, Bina Marga, Dinas PU, dll
 Sistem pergerakan: DLLAJ, Organda, Polantas, dll

Gambar1. Sistem Transportasi makro


2.4 Sistem Tata guna lahan - transportasi
Pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang mengakibatkan bergagai macam
interkasi. Hampir semua interkasi memerlukan perjalanan, dan menghasilkan pergerakan
arus lalulintas. Sasaran umum perencanaan transportasi adalah membuat interaksi
tersebut menjadi semudah dan seefisien mungkin dengan menetapkan kebijakan tentang
hal berikut:
a. Sistem kegiatan. Rencana tataguna lahan yang baik (lokasi sekolah, kantor,
perumahan, dll) dapat mengurangi kebutuhan akan pergerakan perjalanan yang
panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah.
b. Sistem jaringan. Dapat dilakukan dengan meningatkan kapasitas pelayanan
prasarana yang ada: pelebaran jalan, menambah jaringan jalan baru.
c. Sistem pergerakan. Dapat dilakukan dengan mengatur teknik dan manajemen
lalulintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik (jangkan pendek
dan menengah), atau pembangunan jalan baru (jangka panjang).

Konsep Perencanaan Transportasi


Konsep perencanaan transportasi yang paling populer adalah Model
Perencanaan Transportasi Empat Tahap (FOUR STAGES
TRANSPORT MODEL), yang terdiri dari:
1. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)
2. Distribusi pergerakan lalu lintas (Trip Distribution)
3. Pemilihan moda (Modal choice/modal split)
4. Pembebanan lalu lintas (Trip assignmen
Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)
Adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal
dari suatu zona atau tataguna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu
zona atau tataguna lahan.
Bangkitan lalu lintas ini mencakup:
 Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi (trip production)
 Lalu lintas yang menuju ke suatu lokasi (trip attraction)

Bagkitan lalu lintas tergantung dari 2 aspek tataguna lahan:


a. Tipe tataguna lahan
Tipe tataguna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dll) mempunyai
karakteristik bangkitan yang berbeda:
- jumlah arus lalu lintas
- jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil)
- waktu yang berbeda (contoh: kantor menghasilkan lalu lintas pada pagi dan
sore).
b. Jumlah aktivitas (dan intensitas) pada tataguna lahan tersebut
Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi lalu lintas
yang dihasilkan. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah
kepadatannya.
Distribusi pergerakan lalu lintas (Trip Distribution)
Adalah tahapa pemodelan yang memperkirakan sebaran pergerakan yang meninggalkan suatu
zona atau yang menuju suatu zona

Distribusi pergerakan dapat direpresentasikan dalam bentuk garis keinginan (desire line)
atau dalam bentuk Matriks Asal Tujuan, MAT (origin-destination matrix/O-D matrix).

Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah hasil dari dua hal
yang terjadi secara bersamaan yaitu:
 Lokasi dan intensitas tataguna lahan yang akan menghasilkan lalu lintas
 Spatial separation (pemisahan ruang), interaksi antara 2 buah tataguna lahan
akan menghasilkan pergerakan.
a. Intensitas tataguna tanah
Makin tinggi tingkat aktivitas suatu tataguna tanah, makin tinggi
kemampuannya menarik lalu lintas.
Contoh: Supermarket menarik lalu lintas lebih banyak dibandingkan rumah
sakit (untuk luas yang sama).
b. Spatial separation
Jarak antara dua buah tataguna lahan merupakan batasan dari adanya
pergerakan. Jarak yang jauh atau biaya yang besar membuat pergerakan
antara dua buah zona menjadi lebih sulit.
c. Spatial separation dan intensitas tataguna lahan
Daya tarik suatu tataguna lahan berkurang dengan meningkatnya jarak (efek
spatial separation). Tataguna tanah cenderung menarik lalu lintas dari tempat
yang lebih dekat dibandingkan dengan tempat yang jauh.
Jumlah lalu lintas antara dua buah tataguna lahan tergantung dari intensitas kedua tataguna lahan dan
spatial separation (jarak, waktu, dan biaya)

Pemilihan moda (Modal choice/modal split)

Jika terjadi interaksi antara dua tataguna tanah, seseorang akan memutuskan
bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Biasanya interaksi tersebut
mengharuskan terjadinya perjalanan. Dalam kasus ini keputusan harus ditentukan
dalam hal pemilihan moda yang mana:

 Pilihan pertama biasanya antara jalan kaki atau menggunakan kendaraan.


 Jika kendaraan harus digunakan, apakah kendaraan pribadi (sepeda, sepeda
motor, mobil, dll) atau angkutan umum (bus, becak, dll).
 Jika angkutan umum yang digunakan, jenis apa yang akan digunakan (angkot,
bus, kereta api, pesawat, dll).
Pemilihan moda transportasi sangat tergantung dari:
1. Tingkat ekonomi/income >kepemilikan
2. Biaya transport

Orang yang mempunyai satu pilihan moda disebut dengan captive terhadap moda
tersebut. Jika terdapat lebih dari satu moda, moda yang dipilih biasanya yang
mempunyai rute terpendek, tercepat atau termurah, atau kombinasi ketiganya.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketidaknyamanan dan keselamatan.

Pembebanan lalu lintas (Trip assignment)

 Kendaraan pribadi, rute yang dipilih sembarang


 Kendaraan umum, rute sudah tertentu
Pemilihan rute tergantung dari alternatif terpendek, tercepat, termurah, dan juga
diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup tentang
kemacetan, kondisi jalan, dll, sehingga mereka dapat menentukan rute terpendek.
Hasil akhir dari tahap ini adalah diketahuinya volume lalu lintas pada setiap rute.

Arus lalulintas dinamis


Arus lalulintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Jika arus lalu
lintas meningkat, waktu tempuh pasti bertambah karena kecepatan menurun.
Arus maksimum yang dapat melewati suatu ruas jalan biasa disebut kapasitas
ruas jalan tersebut. Arus maksimum yang dapat melewati suatu ttitik (biasanya
pada persimpangan dengan lampu lalulintas biasa) disebut arus jenuh.
Highway Capacity Manual mendefinisikan kapasitas jalan sebagai “jumlah kendaraan
maksimum yang dapat bergerak dalam periode waktu tertentu. Kapasitas ruas jalan biasanya
dinyatakan dengan kendaraan (atau dalam Satuan Mobil Penumpang/SMP) per jam. Hubungan
antara arus dan waktu tempuh tidaklah linear.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem Transportasi adalah suatu interaksi yang terjadi antara 3 komponen sistem yang saling
berkaitan yaitu aktivitas, jaringan transportasi, dan arus (flow). Hubungan ketiganya saling
berinteraksi dan berbanding lurus, jika salah satu komponen mengalami perubahan maka
komponen lain akan mengikuti, sebagai contoh apabila aktivitas meningkat maka arus juga
meningkat, karenanya jaringan harus ditingkatkan. Perencanaan adalah suatu proses yang kontinu
yang melibatkan keputusan/pilihan tentang bagaimana memanfaatkan/mengalokasi sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai