Anda di halaman 1dari 64

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

TUGAS BESAR

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan penyelesaian Mata Kuliah


Struktur Jembatan Pada Program Studi Teknik Sipil S1

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Ketua:
Muhamad Adi Nugroho (41187011170046)
Anggota:
Yoni Albira (41187011170029)
Fanih Fahreza (41187011170032)
Naura Kireina Vergiyani (41187011170042)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
2021
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS BESAR
STRUKTUR JEMBATAN

Disusun Oleh:
Kelompok 2

No. Nama NPM Tanda Tangan

1. Muhamad Adi Nugroho 41187011170046

2. Yoni Albira 41187011170029

3. Fanih Fahreza 41187011170032

4. Naura Kireina Vergiyani 41187011170042

Bekasi, 30 Januari 2021

___Disetujui, Diperiksa,
Ketua Kelompok Dosen Mata Kuliah Struktur Jembatan

Muhamad Adi Nugroho Wisnu Eko Darma, S.T., M.T.


___NPM: 41187011170046 NIK: 45101111998131

i
LEMBAR BIMBINGAN TUGAS BESAR
STRUKTUR JEMBATAN

Disusun Oleh:
Kelompok 2

No. Tanggal Catatan Bimbingan Paraf


1. 21/01/2021 1. Lanjutkan proses hitungan,
2. Buat detail tulangan, dan
3. Angka yang digunakan sesuai
dengan aturan yang berlaku.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan tugas besar yang berjudul “Perencanaan Struktur Jembatan” ini.

Tugas besar ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan Mata Kuliah Struktur Jembatan pada Program Studi Teknik Sipil
Strata-1 Universitas Islam “45” Bekasi. Selain itu tugas besar ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan dalam merencanakan struktur jembatan.

Proses penulisan laporan tugas besar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Eko Darma, S.T., M.T., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Struktur
Jembatan sekaligus selaku Dosen Pembimbing Tugas Besar ini.
2. Orang Tua, yang telah membesarkan dan mendidik tanpa rasa lelah serta atas
motivasi dan kasih sayang yang diberikan.
3. Dan teman-teman, yang telah memberikan saran, informasi serta semangat
dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sehingga dapat menambah wawasan untuk masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis
Kelompok 2

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………. i


LEMBAR BIMBINGAN …….…………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………..…………. iii
DAFTAR ISI ………………………….…………………………………………. iv
DAFTAR TABEL …………………………….…………………………………. vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………...……………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………...………………………….... viii
BAB I …………………………………….………………………………………. 1
1.1. Soal Tugas Besar ………..………….…………………………………. 1
1.2. Teori Jembatan ………………………...………………………………. 2
BAB II ……………………………………...………………………….…………. 7
2.1. Potongan Memanjang Jembatan ………..………..……………………. 7
2.2. Denah Tampak Atas ………..………….………………………………. 7
2.3. Denah Pelat …………….……………...………………………………. 8
2.4. Denah Balok dan Diafragma …….….…………………………………. 8
2.5. Denah Abutment dan Pondasi ………....……………………….…..…. 9
BAB III ………………………………………………………..……………..…. 10
3.1. Perhitungan Plat Lantai Jembatan ……………………………………. 10
3.1.1. Data Perencanaan …………………………...………...………. 10
3.1.2. Perhitungan Pembebanan ……………………...……...………. 10
3.1.3. Perhitungan Tulangan Plat …………………………….………. 14
3.2. Perhitungan Dan Desain Gelajar Jembatan ………………….………. 17
3.2.1. Data Perencanaan ……………………….…………….………. 17
3.2.2. Perhitungan Pembebanan …………………………….….……. 17
3.2.3. Perhitungan Tulangan Gelagar ……………………………..…. 21
3.2.4. Kontrol Penampang Balok T Pada Potongan 1 ……….………. 23
3.2.5. Kontrol Penampang Balok T Pada Potongan 5 ……….………. 26
3.3. Perhitungan Dan Desain Diafragma Jembatan ………………………. 29
3.3.1. Data Perencanaan ……………………………………..………. 29

iv
3.3.2. Perhitungan Tulangan Daifragma ……………………..………. 30
3.4. Perhitungan Dan Desain Abutmen Jembatan ………………...………. 32
3.4.1. Data Perencanaan ……………………………….…….………. 32
3.4.2. Pembebanan Abutmen ……………………………..….………. 33
3.4.3. Penulangan Abutmen …………………………….……………. 40
3.4.4. Penulangan Badan Abutmen ………………………….………. 42
3.5. Perhitungan Pondasi Tiang Pancang ……………..………….………. 45
3.5.1. Data Perencanaan ………………………………….….………. 45
3.5.2. Perhitungan Daya Dukung Tanah ………………………..……. 45
3.5.3. Perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang Pancang …..……. 46
3.6. Perhitungan dan Desain Poer Jembatan …………………..….………. 47
3.6.1. Data Perencanaan ………………………………….….………. 47
3.6.2. Perhitungan Tulangan Poer ………………………..……..……. 48
BAB IV …………………………….………………………..………….………. 51
4.1. Kesimpulan …………………………………….…………….………. 51
4.2. Saran ……………………………………………...………….………. 51
LAMPIRAN ………………………………………………...………….………. 52

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panjang Jembatan ……………………...…………………….….………. 1


Tabel 2. Hasil Perhitungan Pembebanan ………………………………..………. 20
Tabel 3. Perhitungan Titik Berat Abutmen ……………………………...………. 35
Tabel 4. Kombinasi Pembebanan dan Gaya …………………………….………. 40
Tabel 5. Kombinasi Pembebanan dan Gaya I …………………………...………. 40
Tabel 6. Kombinasi Pembebanan dan Gaya II ……………………….….………. 40
Tabel 7. Kombinasi Pembebanan dan Gaya III ……………………...….………. 41
Tabel 8. Kombinasi Pembebanan dan Gaya IV ………………………....………. 41

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Abutmen Tipe Gravitasi ………………………….……....………. 5


Gambar 2. Abutmen Tipe T Terbalik ………………………………...………. 6
Gambar 3. Abutmen Tipe Dengan Penompang ……………………...…....…. 6
Gambar 4. Plat menumpu pada 2 tepi sejajar memikul beban ………………. 10
Gambar 5. Penyaluran Beban Oleh Roda ………………………....…...……. 10
Gambar 6. Pembebanan Sementara Pada Kendaraan ………………….……. 11
Gambar 7. Penulangan Plat Lantai Jembatan ……………………….....……. 16
Gambar 8. Penulangan Gelagar Jembatan ………………………....….……. 30
Gambar 9. Penulangan Diafragma Jembatan ……………………….....……. 34
Gambar 10. Titik Berat Abutmen ………………………....…………....……. 35
Gambar 11. Penulangan Kepala Abutmen Jembatan …………………...……. 44
Gambar 12. Penulangan Badan Abutmen Jembatan …………………………. 47
Gambar 13. Denah Pondasi Tiang Pancang ………………………....….……. 48
Gambar 14. Penulangan Poer Jembatan ……………………………...………. 50

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Detail Plat (Skala 1 : 10) ……….……….……....………. 5


Lampiran 2. Gambar Detail Balok dan Diafragma (Skala 1 : 10) ……..………. 6
Lampiran 3. Gambar Detail Abutment (Skala 1 : 10) ……………….....…....…. 6
Lampiran 4. Gambar Detail Pondasi (Skala 1 : 10) …………………..………. 10
Lampiran 5. Gambar Denah Jembatan (Skala 1 : 100) ………………………. 10
Lampiran 6. Potongan Melintang (Skala 1 : 100) ……………………….……. 11
Lampiran 7. Potongan Memanjang (Skala 1 : 100) ……………………..……. 16

viii
BAB I

1.1. Soal Tugas Besar


Suatu jembatan akan dibangun di atas sebuah sungai yang mempunyai lebar
a m. Jembatan direncanakan mempunyai 2 lajur dengan median, dimana lebar
jembatannya adalah 12 m dan masing-masing lajur mempunyai arah yang berbeda
sedangkan perkerasan yang digunakan adalah perkerasan lentur (aspal).
Pembebanan pada jembatan terdiri dari beban tetap dan beban transien. Beban tetap
yang diperhitungkan adalah berat sendiri structural dan non structural sedangkan
beban transien yang diperhitungkan adalah : 1. Beban lajur D (TD) dan beban truk
(TT).
Rencanakan jembatan beton bertulang tersebut yang terdiri dari:
a. Struktur atas
1. Pelat lantai
2. Balok atau gelagar memanjang
b. Struktur bawah
1. Abutment
2. Pondasi
Data tanah: tanah keras 300 kg/cm2 pada kedalaman 15 m.
Perencanaan jembatan harus mengacu pada:
1. Standar Pembebanan Jembatan (SNI – 1725 – 2016)
2. Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan (RSNI – T – 12 – 2004)
3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971)
4. Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Gedung (SNI – 2847 – 2013)
Ketentuan:
Panjang jembatan untuk masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Panjang Jembatan

Kelompok 2

Lebar sungai (a) 19 m

1
2

1.2. Teori Jembatan


Jembatan merupakan sebuah konstruksi yang dibangun dengan melewati
penghalang atau rintangan berupa sungai, danau, selat, rawa, rel, jalan, dan lain-lain
dengan tujuan untuk menghubungkan dua daerah guna memperlancar transportasi
darat.
Kesejahteraan dalam bidang perekonomian, pendidikan, sosial dan budaya
semakin berkembang, sehingga menyebabkan tingkat arus lalu lintas semakin
meningkat dari desa ke kota maupun sebaliknya. Adanya hubungan tersebut secara
tidak langsung menyebabkan pemerintah diwajibkan untuk menyediakan sarana
dan prasarana dalam perkembangan-perkembangan yang terjadi. Diharapkan
dengan disediakannya fasilitas yang menunjang dan memperlancar perkembangan
suatu desa atau kota, maka masyarakat akan merasa lebih nyaman dan lebih
diutamakan kesejahteraannya.
Dari penjelasan singkat di atas dapat diketahui bahwa pembangunan jembatan
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan transportasi di suatu daerah,
sehingga mobilisasi kegiatan penduduk yang terputus oleh adanya sungai, lembah
dan sebagainya menjadi lebih mudah. Konstruksi jembatan terdiri dari sub structure
(bangunan bawah) dan upper structure (bangunan atas).
1. Bangunan Bawah (Sub Structure)
Bangunan bawah jembatan adalah salah satu bagian dari konstruksi
jembatan yang berdiri di atas pondasi penyangga dari bangunan atas dan juga
seluruh beban yang bekerja pada bangunan atas. Bangunan bawah jembatan
berfungsi sebagai konstruksi jembatan yang menahan beban dari bangunan atas
jembatan dan menyalurkannya ke pondasi yang kemudian disalurkan menuju
dasar tanah. Pada dasarnya konstruksi bangunan bawah jembatan dalam
masalah perencanaan merupakan hal utama yang harus diperhatikan, karena
merupakan salah satu penyaluran semua beban yang bekerja pada jembatan
termasuk juga gaya akibat gempa. Selain gaya-gaya tersebut, pada bangunan
bawah juga bekerja gaya-gaya akibat tekanan tanah dari oprit serta barang-
barang hanyutan dan gaya-gaya sewaktu pelaksanaan. Ditinjau dari
konstruksinya, struktur bawah jembatan terdiri dari pondasi bore pile.
3

Pondasi bore pile adalah salah satu bagian dari konstruksi jembatan yang
terletak pada bagian bawah yang secara langsung berhubungan dengan tanah,
dimana pada suatu jembatan secara keseluruhan beban yang akan disalurkan ke
tanah harus melewati pondasi, oleh karena itu untuk setiap bangunan yang
dibebani pasti akan mengalami penurunan, tetapi dalam penurunan tidak boleh
melebihi batas yang telah ditentukan. Untuk batas maksimalnya, penurunan
harus diusahakan terjadi secara merata atau tidak ada penurunan sama sekali,
sehingga tidak merubah struktur bangunan yang ada. Secara umum pondasi
bore pile merupakan konstruksi yang terletak paling bawah dan berfungsi
menerima beban dan meneruskannya kelapisan tanah keras yang
diperhitungkan cukup kuat menahannya.
2. Bangunan Atas (Upper Structure)
Bangunan atas jembatan (upper structure) adalah bagian konstruksi
jembatan yang berfungsi menahan beban-beban hidup (bergerak) yang bekerja
pada konstruksi bagian atas ditimbulkan oleh arus lalu lintas orang dan
kendaraan maupun lalu lintas lainnya yang kemudian menyalurkannya kepada
bangunan dibawahnya (sub structure). Konstruksi bagian atas jembatan terdiri
dari:
a. Lantai Kendaraan
Lantai kendaraan adalah seluruh lebar jembatan yang digunakan sebagai
jalur lalu lintas. Bahan untuk membuat lantai jembatan dapat dibuat dari
beberapa jenis konstruksi, yaitu:
1) Lantai beton bertulang
2) Lantai kayu
Bahan konstruksi lantai jembatan yang sering digunakan di Indonesia
adalah lantai beton bertulang. Hal ini ditinjau dari sudut pelaksanaan dan
pemeliharaannya lebih mudah, lebih murah dan lebih kuat serta tingkat
keawetannya lebih lama dibandingkan dengan lantai dari kayu.
4

Balok girder atau gelagar memanjang adalah bagian struktur atas yang
berfungsi sebagai pendukung lantai kendaraan dan beban lalu lintas yang kemudian
meneruskannya ke struktur bawah (tumpuan/andas). Balok utama/gelagar
memanjang biasanya dibuat dari beberapa macam/jenis konstruksi, antara lain:
1. Gelagar dari beton bertulang dengan lantai kendaraan dari beton bertulang
(monolith) atau T Beam Convensional.
2. Gelagar beton bertulang dengan lantai dari kayu.
3. Gelagar dari baja dengan lantai kendaraan dari beton bertulang (komposit).
4. Gelagar dari baja dengan lantai kendaraan dari kayu.
5. Gelagar dari kayu dengan lantai kendaraan dari kayu.
Pada penggunaan gelagar beton bertulang dapat dibuat di lapangan/lokasi pekerjaan
atau di pabrik (pabrikasi) seperti beton pratekan atau prestessed.
Diafragma atau gelagar melintang adalah pengaku atau pengikat balok girder
dan berfungsi untuk mencegah timbulnya lateral buckling pada gelagar dan
meratakan beban yang diterima oleh gelagar memanjang (balok utama). Gelagar
melintang biasanya diletakkan diantara gelagar memanjang pada balok beton dan
pada pertemuan antara batang diagonal satu dengan lainnya (buhul) dibagian bawah
pada jembatan rangka baja.
Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung
pilar-pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (angin,
kendaraan, dll) dan mati (beban gelagar, dll) pada jembatan. Abutment berfungsi
untuk menerima beban-beban yang diberikan bengunan atas dan kemudian
menyalurkan ke pondasi, beban tersebut selanjutnya disalurkan ke tanah oleh
pondasi dengan aman sekaligus sebagai penahan tanah.
Dalam perencanaan abutment selain beban-beban yang bekerja juga
diperhatikan pengaruh kondisi lingkungan seperti angin, aliran air, gempa dan
penyebab-penyebab alam lainnya. Selain itu, faktor pemilihan bentuk atau jenis
abutment yang digunakan juga harus diperhatikan dengan teliti. Ada berbagai
bentuk dan jenis abutment tetapi dalam pemilihannya perlu dipertimbangkan seperti
bentuk bangunan atas, kondisi tanah pondasi, serta kondisi bangunannya.
5

Bentuk umum struktur abutment identik dengan struktur tembok penahan


tanah, akan tetapi untuk perencanaannya tentu beban yang bekerja diatasnya
diperhitungkan. Adapun jenis-jenis abutment terdiri dari beberapa tipe atau bentuk
yang umum, diantaranya adalah:
1. Abutment Tipe Gravitasi
Memperoleh kekuatan dan ketahanan terhadap gaya-gaya yang bekerja
dengan menggunakan berat sendiri. Karena bentuknya yang sederhana dan
begitu juga dengan pelaksanaannya yang tidak begitu rumit. Abutment tipe ini
sering digunakan pada struktur yang tidak terlalu tinggi dan tanah pondasinya
yang baik. Pada umumnya material yang digunakan merupakan pasangan batu
kali atau beton tumbuk. Biasanya abutment tipe ini digunakan pada jembatan
yang memiliki bentang yang tidak terlalu panjang.

Sumber: Excel, 2020


Gambar 1. Abutment Tipe Gravitasi
2. Abutment Tipe T Terbalik
Merupakan tembok penahan dengan balok kantilever tersusun dari suatu
tembok memanjang dan sebagai suatu plat kekuatan dari tembok. Ketahanan
dari gaya-gaya yang bekerja diperoleh dari berat sendiri serta berat tanah di atas
pelat tumpuan/tumit. Perbedaan abutment T terbalik dengan abutment tipe
gravitasi terdapat pada kelangsingannya, dimana abutment tipe T terbalik lebih
langsing dari pada abutment tipe gravitasi. Pada umumnya abutment tipe T
terbalik digunakan pada konstruksi yang lebih tinggi dan material yang
digunakan adalah beton bertulang.
6

Sumber: Excel, 2020


Gambar 2. Abutment Tipe T Terbalik
3. Abutment Tipe Dengan Penopang
Abutment tipe ini hampir mirip dengan abutment tipe T terbalik, tetapi jenis
abutment ini diberi penopang pada sisi belakangnya (counterfort) yang
bertujuan untuk memperkecil gaya yang bekerja pada tembok memanjang dan
pada tumpuan. Pada umumnya abutment tipe penopang digunakan pada
keadaan struktur yang tinggi dan menggunakan material beton bertulang.

Sumber: Excel, 2020


Gambar 3. Abutment Tipe Dengan Penopang
BAB II

2.1. Potongan Memanjang Jembatan

9000

7500

GELAGAR
RAILING TROTOAR ASPAL
750
PLAT LANTAI

TROTOAR BALOK DIAFRAGMA

1500 1500 1500 1500 1500 1500


1800

Sumber: Kelompok 2, 2021.


Gambar 2.1. Potongan Memanjang Jembatan

2.2. Denah Tampak Atas

SUNGAI

19000

1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500
750

3750

PLAT LANTAI JEMBATAN


11000
8500
7500

3750
750

SUNGAI

Sumber: Kelompok 2, 2021.


Gambar 2.2. Denah Tampak Atas

7
8

2.3. Denah Pelat

19000

750 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500

P1 P1 P1 P1 P1
3750

P1 P1 P1 P1 P1
7500

P1 P1 P1 P1 P1
3750

P1 P1 P1 P1 P1
750

Sumber: Kelompok 2, 2021.


Gambar 2.3. Denah Pelat

2.4. Denah Balok dan Diafragma


A

19000

1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500
750

D1 D1 G1 D1 D1 D1 D1
3750

D1 D1 D1 G1 D1 D1 D1
7500

B D1 D1 D1 D1 G1 D1 D1
B
3750

D1 D1 D1 D1 D1 G1 D1
G1
750

Sumber: Kelompok 2, 2021.


Gambar 2.4. Denah Balok dan Diafragma
9

2.5. Denah Abutment dan Pondasi

4200 20000 4200

2850 600750 SUNGAI 750 600 2850

300

1500
19000

PLAT LANTAI JEMBATAN

11000
7500
SUNGAI

11000

1500 750
4200

750 1500

750 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 750

Sumber: Kelompok 2, 2021.


Gambar 2.5. Denah Abutment (atas) dan Denah Pondasi (bawah)
BAB III

3.1. Perhitungan Plat Lantai Jembatan


3.1.1. Data Perencanaan
Berikut ini adalah data perencanaan dari desain dan perhitungan plat
lantai jembatan, yaitu sebagai berikut:
Lebar jembatan :9 meter
Panjang jembatan : 19 meter
Tebal plat lantai (h) : 20 cm
Tebal aspal (t) : 10 cm
Tebal lapisan air hujan (th) :5 cm
Tebal selimut beton (p) :4 cm
Lx : 1,5 meter
Ly : 3,8 meter
Mutu baja U39 : 2250 kg/cm²
Fy : 225 Mpa
Mutu beton K350 (fc) : 29.05 Mpa
Berat jenis beton : 2400 kg/m³
Berat jenis aspal : 2200 kg/m³
Berat jenis air hujan : 1000 kg/m³

3.1.2. Perhitungan Pembebanan


Berikut ini adalah perhitungan pembebanan, beban mati, beban hidup
dan perhitungan momen lentur pada jembatan, yaitu sebagai berikut:
a) Beban Mati
Berat Plat lantai = 0.2 x 1 x 2400 = 480 kg/m
Berat Aspal = 0.1 x 1 x 2200 = 220 kg/m
Air hujan = 0.05 x 1 x 1000 = 50 kg/m
q total = 750 kg/m

10
11

b) Mencari momen
(Ikhtisar momen-momen dan gaya melintang menurut pasal 13 ayat 2 PBBI
1971, hal. 200)

➢ Momen Lapangan (M+) = 5/6 . Mo


= 5/6 . 1/10 . qL2
= 5/6 . 1/10 . 750 . 1,52 = 140,625 kgm

➢ Momen Tumpuan (M-) = 4/5 . Mo


= 4/5 . 1/14 . qL2
= 4/5 . 1/14 . 750 . 1,52 = 96,429 kgm

➢ Beban Mati
Plat lantai jembatan dianggap bertumpuan jepit pada arah Lx, sehingga
untuk menghitung tulangan dipakai Mlx sebagai tulangan arah Mly
sebagai tulangan bagi (PBBI 1971, hal. 204 – 206)

c) Lebar Plat Lantai


Lebar kerja maksimal di tengah-tengah bentang Lx ditentukan oleh
rumus sebagai berikut. Peraturan PBBI 1971 hal. 206 dan PPPJJR 1987.

Gambar 1. Plat yang menumpu pada 2 tepi yang sejajar yang memikul
beban terpusat
12

r = 1/2 (untuk plat yang terjepit penuh pada kedua tumpuanya)


➢ Untuk Ly > 3r Lx
Sa = 3/4a + 3/4r Lx
Sesuai PBBI 1997 hal. 207 maka ditentukan:
a = 30 cm
b = 50 cm
Sa = ¾ x 30 + ¾ x ½ 1,5 = 78,750 cm

➢ Akibat tekanan roda


Gambar penyaluran beban oleh roda

Gambar 2. Penyaluran Beban oleh Roda

➢ Keadaan 1 (As roda belakang)


P = ½ tekanan as gandar
= ½ x 20 ton
= 10 ton
a = 30 cm
b = 50 cm
a’ = a + 2( 1 20) = 30 + 40 = 70 cm
b’ = tg 450 = 50 + 40 = 90 cm
1
b + 2( 20)
tg45 0

B = √(𝑎′ + 𝐿) + b'2

= √(0,7 + 1,5) + 0, 92 = 1,735 m


13

𝑝 10
q = 𝑎′𝑏 = 0,7𝑥1.735 = 8,234 m

M = ½ q a’ (1/2L – 1/4a’)
= ½ . 8,234 . 0,7 (1/2 . 1,5 – 1/4 . 0,7) = 1,6571 tm

➢ Momen Lapangan (M+) = 5/6 . M


= 5/6 . 1,6571 = 1,38094 tm ≈ 1380,94 kgm

➢ Momen Tumpuan (M-) = 4/5 . M


= 4/5 . 1,6571 = 1,32570 tm ≈ 1325,70 kgm

d) Akibat beban sementara (beban angin)

Gambar 3. pembebanan sementara pada kendaraan

➢ Keadaan 1 (As roda belakang)


P = W (2 . 9)
= 150 (2 . 9) = 2700 kg
M = ¼ PL
= ¼ x 2700 x 1,5 = 1012,5 kgm

➢ Momen Lapangan (M+) = 5/6 . M


= 5/6 . 1012,5 = 843,75 kgm
14

➢ Momen Tumpuan (M-) = 4/5 . M


= 4/5 . 1012,5 = 810 kgm

e) Momen max. Total untuk plat lantai


➢ Momen Lapangan
Muatan Mati = 140,625 kgm
Muatan T = 1380,94 kgm
M. sementara = 843,75 kgm +
Mlx = 2365,3 kgm

➢ Momen Tumpuan
Muatan Mati = 96,429 kgm
Muatan T = 1325,70 kgm
M. sementara = 810,000 kgm +
MTx = 2232,129 kgm

𝑀𝐿𝑥
➢ Mly = 4.𝑎
1+
3𝐿𝑥.

2365,315 1419189
= 4 𝑥 0,3 = = 1867,354 kgm
1+ 760
3 𝑥 1,5

3.1.3. Perhitungan Tulangan Plat


a) Penulangan arah X lapangan
dx = h – p – ½ ø tul.utama
= 200 – 40 – ½ . 16 = 152 mm
𝑀𝐿𝑥
Mn = 0,8
2365,315
= = 2956,644 kgm ≈ 2956644 kgmm
0,8

𝑀𝑛 2956644
Rn = 𝑏𝑑² = 1000 𝑥 152² = 0,127971 Mpa
15

0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥29,05 2 𝑥 0,127971
= (1 − √1 − ) = 0,00057
225 0,85𝑥29,05

1,4
ρ min = 𝑓𝑦
1,4
= 225 = 0,0062

Karena ρ min > ρ perlu, maka dipakai ρ min


As = ρ.b.d (b = jarak antar gelagar)
= 0.0062 x 1000 x 152 = 945,7778 mm2
Dipakai tulangan Ø13 dengan luas penampang 132,665 mm2

b) Jarak tulangan
𝐴𝑥𝑏
S = 𝐴𝑠
132,665𝑥 1000
= = 140,2708 mm ≈ 135 mm
945,7778

Dipakai tulangan Ø13 – 125

c) Penulangan arah X tumpuan


dx = h – p – ½ ø tul.utama
= 200 – 40 – ½ . 16 = 152 mm
𝑀𝑇𝑥 2232,129
Mn = = = 2790,161 kgm
0,8 0,8

≈ 2790161 kgmm
𝑀𝑛 2790161
Rn = 𝑏𝑑² = 1000 𝑥 152² = 0,120765 Mpa

0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥29,05 2 𝑥 0,120765
= (1 − √1 − ) = 0,000538
225 0,85 𝑥 29,05

1,4
ρ min = 𝑓𝑦
1,4
= 225 = 0,0062

Karena ρ min > ρ perlu, maka dipakai ρ min


16

As = ρ.b.d
= 0.0062 x 1000 x 152 = 945,7778 mm2
Dipakai tulangan ø13 dengan luas penampang 132,665 mm2
d) Jarak tulangan yang diperlukan
𝐴 𝑥𝑏
S = 𝐴𝑠
132,665 𝑥 1000
= = 140,2708 mm ≈ 135 mm
945,7778

Dipakai tulangan Ø13 - 125


e) Penulangan arah Y lapangan
Mly = 1867,354 kgm
𝑀𝐿𝑦 1867,354
Mn = 0,8
= 0,8
= 2334,192 kgm

≈ 2334192 kgmm
𝑀𝑛 2334192
Rn = 𝑏𝑑² = 1000 𝑥 152²

= 0,10103 Mpa

0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥29,05 2𝑥 0,10103
= (1 − √1 − 0,85𝑥29,05) = 0,00045
225

1,4
ρ min = 𝑓𝑦
1,4
=225 = 0,0062

Karena ρ min > ρ perlu, maka dipakai ρ min


As = ρ.b.d
= 0.0062 x 1000 x 152 = 945,7778 mm2
Dipakai tulangan Ø13 dengan luas penampang 132,665 mm2
f) Jarak tulangan
S = A.b / As
= 132,665 . 1000 / 945,7778 = 140,2708 mm ≈ 135 mm
Dipakai tulangan Ø13 - 125
17

Gambar 4. Penulangan plat lantai jembatan

3.2. Perhitungan dan Desain Gelagar Jembatan


3.2.1. Data Perencanaan
Berikut ini adalah data perencanaan dari desain dan perhitungan
gelagar jembatan, yaitu sebagai berikut:
Panjang total jembatan : 19 meter
Panjang bentang : 19 meter
Jumlah bentang : 1 buah
Lebar jembatan : 9 meter
Lebar perkerasan : 9 meter
Panjang gelagar : 19 meter
Jumlah gelagar : 5 buah
Mutu baja U39 : 2250 kg/cm2
Fy : 225 Mpa
Mutu beton K350 (fc) : 29.05 Mpa

3.2.2. Perhitungan Pembebanan


Berikut ini adalah perhitungan pembebanan, beban mati, beban hidup
dan perhitungan momen lentur pada jembatan, yaitu sebagai berikut:
a) Beban Mati
Plat lantai = 0.2 x 1 x 2400 = 480 kg/m
Aspal = 0.1 x 1 x 2200 = 220 kg/m
Air hujan = 0.05 x 1 x 1000 = 50 kg/m
18

Gelagar = 0.5925 x 1 x 2400 = 1422 kg/m


qdl = 2172 kg/m
Diafragma,Tb = 0.35 x 0,8 x 0.5 x 2400 = 336 kg/m

b) Momen Lentur Akibat Beban Mati


Mqdl = Mx
𝑥 𝑥
Mx = ½ qdl L² ( 𝐿 (1 - 𝐿 ))

➢ Momen pada potongan 1, x = 1,9 m (M1 . DL)


1,9 1,9
Mqdl = 1/2 x 2172 x 19² ( (1 - ))
19 19

= 392046 (0.09000000) = 35284,14 kgm


Mtb = ½ x 336 x 1,9 = 319 kgm
M1 DL = 35603,34 kgm
≈ 356033,4 Nm
➢ Momen pada potongan 2, x = 3,9 m (M2 . DL)
3,9 3,9
Mqdl = ½ x 2172 x 19² ( (1 - ))
19 19

= 392046 . (0,16313019) = 63954,54 kgm


Mtb = ½ x 336 x3,9 = 655 kgm
M2 DL = 64609,74 kgm
≈ 646097,4 Nm
➢ Momen pada potongan 3, x = 5,8 m (M3 . DL)
5,8 5,8
Mqdl = ½ x 2172 x 19² ( (1 - ))
19 19

= 392046 . (0,21207756) = 83144,16 kgm


Mtb = ½ x 336 x 5,8 = 974,4 kgm
M3 DL = 84118,56 kgm
≈ 84118,56 Nm
➢ Momen pada potongan 4, x = 7,7 m (M4 . DL)
7,7 7,7
Mqdl = ½ x 2172 x 19² ( (1 - ))
19 19

= 392046 . (0,24102493) = 94492,86 kgm


Mtb = ½ x 336 x 7,7 = 1293 kgm
19

M4 DL = 95786,46 kgm
≈ 957864,6 Nm

➢ Momen pada potongan 5, x = 9,5 m (M5 . DL)


9,5 9,5
Mqdl = ½ x 2172 x 19² ( (1 - ))
19 19

= 392046 (0.2500000) = 94685,625 kgm


Mtb = ½ x 336 x 9,5 = 1596 kgm
M5 DL = 99607,50 kgm
≈ 996075,0 Nm
c) Beban Hidup
20
➢ Koefisien kejut (K) = 1 + 50+𝑙
20
= 1 + 50+19

= 1,2898
8400
➢ Beban garis (P) = 1,2898 x x 1,5
2,75

= 5909,8814 kg
1540
➢ Beban terbagi merata (q) = x 1,5
2,75

= 840 kg/m
d) Momen lentur akibat beban hidup
𝑥 𝑥
Mx (P) =P x L ( 𝐿 (1 - 𝐿 ))
𝑥 𝑥
Mx (q) = ½ ql L² ( 𝐿 (1 - 𝐿 ))

➢ Momen pada potongan 1, x = 1,9 m (M1.LL)


1,9 1,9
Mqdl = 5909,8814 x 19 ( (1 - ))
19 19

= 112287,747. (0,0900000) = 10105,8972 kgm


1,9 1,9
Mx(q) = ½ x 840 x 192 ( (1 - ))
19 19

= 151620 x (0,0900000) = 13645,8 kgm


M1.LL = 237516,69 kgm
≈ 2375166,9 Nm
20

➢ Momen pada potongan 2, x = 3,9 m (M2.LL)


3,9 3,9
Mqdl = 5909,8814 x 19 ( (1 - ))
19 19

= 112287,747. (0,163130) = 18317,5219 kgm


3,9 3,9
Mx(q) = ½ x 840 x 192 ( (1 - ))
19 19

= 151620 x (0.163130) = 24733,8 kgm


M2.LL = 43051,321 kgm
≈ 430513,21 Nm
➢ Momen pada potongan 3, x = 5,8 m (M3.LL)
5,8 5,8
Mqdl = 5909,8814 x 19 ( (1 - ))
19 19

=112287,747 (0.212078) = 23813,711 kgm


5,8 5,8
Mx(q) = ½ x 840 x 192 ( (1 - ))
19 19

= 151620 x (0,212078) = 232155,2 kgm


M3.LL = 55968,91 kgm
≈ 559689,1 Nm
➢ Momen pada potongan 4, x = 7,7 m (M4.LL)
7,7 7,7
Mqdl = 5909,8814 x 19 ( (1 - ))
19 19

= 112287,747. (0,241025) = 27064,146 kgm


7,7 7,7
Mx(q) = ½ x 840 x 192 (( (1 - ))
19 19

= 151620 . (0,241025) = 36544,2 kgm


M4.LL = 63608,34 kgm
≈ 636083,4 Nm
➢ Momen pada potongan 5, x = 9,5 m (M5.LL)
9,5 9,5
Mqdl = 5909,8814 x 19 ( (1 - ))
19 19

=112287,747. (0.25000) = 28071,936 kgm


9,5 9,5
Mx(q) = ½ x 840 x 192 ( (1 - ))
19 19

= 151620 x (0.250000) = 37905 kgm


M5.LL = 65976,93 kgm
≈ 659769,3 Nm
21

Tabel 1. Hasil Perhitungan Pembebanan


M1 M2 M3 M4 M5
Pemebanan
(Nm) (Nm) (Nm) (Nm) (Nm)
B. Mati (DL) 356033,4 646097,4 841185,6 957864,6 996075
B. Hidup (LL) 237517 430513,21 559689,1 636083,5 659769,4
Total 593550,4 1076610,61 1400875 1593948 1655844

e) Momen pada tumpuan


Msupport = 1/3 Mmax = 1/3 x 1655844 =551948,12 Nm
f) Gaya geser
Beban mati terbagi merata = 1/3 x 2172 x 75 = 54300 kg
Beban melintang = 2,5 x 336 = 840 kg
Beban hidup garis P = ½ x 5909,8814 = 2954 kg
B. hidup terbagi merata, q = ½ x 840 x 19 = 7980 kg
V = 66074,940 kg
≈ 660,74940 N

3.2.3. Perhitungan Tulangan Gelagar


Berikut adalah perhitungan tulangan dari gelagar jembatan, yaitu
sebagai berikut:
a) Tulangan pada tumpuan
Diketahui:
Msupport = 498969,05 Nm
V = 642,5245059 N
B = 700 mm
h = 1800 mm
d = 1800 – 60= 1740 mm

𝑀𝑢 687028,13 𝑥 10³
Mn = =
0,8 0,8

= 858785162,50 Nmm
22

𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑²
86982358,88
= = 0.405 Mpa
700 𝑥 1740²

0.85 𝑓𝑐 2 𝑅𝑛
ρ perlu = ( 1 - √1 −
𝑓𝑦 0.85 𝑓𝑐

0.85 x 29.05 2 x 0.405


= ( 1 - √1 − = 0.002983415
225 0.85 x 29.05

1,4 1,4
ρ min = 𝑓𝑦 = 225 = 0.0062

Karena ρ min > ρ perlu, maka dipakai ρ min


As = ρ.b.d
= 0.0062 x 700 x 1740 = 7578,7 mm2
Dipakai tulangan Ø28 dengan luas penampang 615.44 mm2
b) Jumlah tulangan
𝐴𝑠
n = = 7578,7 / 615.44 = 12,314 ≈ 14 bh
𝐴

Jadi dipakai tulangan 14 Ø 28


As1 =nxA
= 14 x 615.44 = 8616,16 mm2
NT = ND
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
a = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑥 𝑏
8616,16 𝑥 225
= 0,85 𝑥 29,05 𝑥 700 = 112,1588 mm
α 112,1588
c = β1 = = 131,9515 mm
0,85
𝑑−𝑐
fs = 600 x 𝑐
1740−131,9515
= 600 x = 7311,9995
131,9515

fs > fy
7311,9995 > 225 ........ ( Ok )
Mn = As fy (d – a / 2 )
= 8616,16 x 225 (1740 – 112,1588 / 2 )
= 1938636 x 1683,9206 = 3264509142 Nmm
≈ 3264509,14 Nm
23

𝑀𝑛 3264509,14
= = 4,1817 ........ ( Ok )
𝑀𝑢 780655,75

c) Perencanaan tulangan geser


Vu = 746007,4 N
𝑉𝑢 746,0074
Vn = 0,6 = = 1243,346 N
0,6
1
Vc = 6 √𝑓 ′ 𝑐 x b x d
1
=6 √29,05 x 700 x 1740 = 1094130,454 N

øVc = 0.6 x 1094130,454


= 656478,2723 N
Karena Vu < ØVc maka diperlukan tulangan sengkang
Smax =½xd
= ½ x 700 = 350 mm ( d diganti b )
1
3
√𝑓𝑐𝑏𝑠
Avmin = 𝑓𝑦
1
( √29.05 ) 700 𝑥 350
= 3
= 2347,560 mm2
225

Dipakai tulangan Ø13 dengan luas penampang 132.665 mm2


𝐴𝑣 x 𝑓𝑦
S = 1
3
√𝑓𝑐𝑏

3 𝑥 132,665 x 225
= 1 = 71,205 ≈ 80 mm
29,05 𝑥700
3√

Jadi dipakai tulangan sengkang Ø13 – 80 mm

3.2.4. Kontrol Penampang Balok T Pada Potongan 1


M1 = 593550,3723 Nm
Perhitungan lebar efektif balok:
b = 1/4 x L
= ¼ x 19000 = 4750 mm
b = bw + 16 hf
= 200 +16 x 200 = 3400 mm
b = jarak antar gelagar memanjang balok T
= 1250 mm ( diambil lebar efktif balok terkecil )
24

Dianggap seluruh flens menerima desakan sepenuhnya


Mnf = 0.85 x Fc x bhf (d-hf/2 )
= 0.85 x 29.05 x 1500 x 200 (1740 – 200 / 2 )
= 1214871000 Nmm
= 1214,871x10³ Nm
Mnf > M1, maka balok berperilaku sebagai balok T persegi.
a) Tulangan Utama
𝑀𝑢
Mn = 0,8
593550,37 𝑥 10³
= Nm
0,8

= 741937,965 x 10³ Nmm


𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑²
741937,965 𝑥 10³
= 700 𝑥 1740²

= 3,50 Mpa
0.85 𝑓𝑐 2𝑟𝑛
p perlu = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0.85 𝑓𝑐

0.85 x 29.05 2𝑥3,50


= (1 − √1 − )
225 0.85 x 29.05

= 0,0169
ρmin = 1.4 / fy
= 1.4 / 225
= 0.0062
Karena ρ min < ρ perlu, maka dipakai ρ perlu
As = ρ x bd
= 0.0169 x 700 x 1740 = 20527,340 mm²
Dipakai tulangan Ø32 dengan luas penampang 803.84 mm²
b) jumlah tulangan
n = As / A
= 20527,340/ 803.84
= 25,537 ≈ 30 bh
Jadi dipakai Tulangan 30 Ø32
25

As1 =nxA
= 30 x 803.84 = 24115,2 mm
NT = ND
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
A = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑥 𝑏
24115,2 𝑥 225
= 0,85 𝑥 29,05 𝑥 700

= 313,914 mm
C = α / β1
= 313,9137 / 0.85 = 369,31 mm
𝑑−𝑐 1740−369,31
Fs =600 x = 600 x
𝑐 369,31

= 2226,8934
Karena , Fs > fy
= 2226,8934 > 225 ........( Ok )
Mn = As x fy (d – a / 2 )
= 24115,2 x 225 (1740 – 313,9137 / 2 )
= 5425920 x 1583,04 = 8589465461 Nmm
≈ 8589465,461 Nm
Mn / Mu = 8589465,488 /593550,37 = 14,47133........( Ok )

c) Cek daktilitas tulangan


0.510 𝑑
Asmax = 0.0319 x ℎ𝑡 { 𝑏 + 𝑏𝑤 ( − 1)}
ℎ𝑓
0.510 𝑥 1740
= 0.0319 x 200 { 1250 + 200 ( − 1)}
200

= 15225,232 mm²
Asmin = ρ min x bd
= 0.0062 x 700 x 1740 = 7578,67 mm²
Dengan demikian penampang memenuhi syarat daktilitas

d) Tulangan pembagi
Tulangan pembagi = 0.2 x As tul. Utama
= 0.2 x 24115,2 = 4823,04 mm²
26

Maka dipakai tulangan Ø13 dengan luas penampang 132.665 mm²


e) jumlah tulangan
n = As / A
= 4823,04 / 132.665 = 36,355
≈ 36 bh
Jadi tulangan yang dipakagi adalah 36Ø13
3.2.5. Kontrol Penampang Balok T Pada Potongan 5
M5 = 1655844,368 Nm < 12148710000 Nm
Perilaku balok sebagai balok T persegi
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑²

= 1655844,4 x 10³ / 700 x 1740² = 0,7813 Mpa


0.85 𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ perlu = (1 − √1 − 0.85 𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0.85 x 29.05 2 x 0,985


= (1 − √1 − 0.85 x 29.05) = 0.0035
225

1,4 1,4
ρ min = = = 0.0062
𝑓𝑦 225

Karena ρ min > ρ perlu, maka dipakai ρ min


As = ρ. b d
= 0.0062 x 700 x 1740 = 7578,7 mm²
Dipakai tulangan Ø32 dengan luas penampang 803.84 mm²
a) Jumlah Tulangan
𝐴𝑠 7578,7
n = = 803,84
𝐴

= 9,4 ≈ 10 bh
Jadi dipakai tulangan 10 Ø32
As1 = A x n
= 803.84 x 10 = 8038.4 mm
b) Jarak bersih antara tulangan
Tebal selimut beton (p) = 30 mm
Diameter sengkang (ds) = 12 mm
Jml. tulangn tiap baris (nt) = 6
27

𝑏−𝑛𝑡 𝑥 𝐷−2 𝑥 𝑝−2 𝑥 𝑑𝑠


Xs = 𝑛𝑡−1
700−6 𝑥 32−2 𝑥 32−2 𝑥 12
= = 84,4
6−1

kontrol jarak bersih = Xs > 1,5D


= 84,4 > 1,5 x 32
= 84,4 > 48 ...... ( OK )
c) Kontrol kapasitas momen ultimit
hf = 200 mm
beff = 700 mm
b = 700 mm
h = 1800 mm
Jumlah
Baris ke- Tulangan Y (mm) N×y
(n)
1 4 75 300
2 4 135 540
3 2 195 390
Ʃ 10 1230

d) Letak titik berat tulangan tarik terhadap sisi bawah balok T


d' =Ʃny / Ʃn
= 1230 / 10 = 123 mm
e) Tinggi efektif balok T
d = h - d'
=1800 - 123 = 1677 mm
fc = 29.05 Mpa
fy = 225 Mpa
Cc > Ts
f) Gaya internal tekan beton pada sayap
Cc =0.85 x fc x beff x hf
= 0.85 x 29.05 x 1250 x 200
= 6173125 N
28

g) Gaya internal tarik baja tulangan


Ts = As x fy
= 8038.4 x 225 = 1808640 N
h) Garis netral didalam sayap
a = As. Fy
0,85 fc bw
= 7578,67 x 225 = 406,2202 mm
0,85 x 29,05 x 200
i) Jarak garis netral terhadap sisi atas
C = α
β1
= 406,2202 = 477,9061 mm
0,85
j) Regangan pada baja tulangan tarik
Ε = 0,003 x (d – c) < 0,03
c
= 0,003 ( 1677 – 430,862) = 0,03 < 0,03
430,862
k) Momen nominal
Mn = As . fy . (d- a/2)
= 7578,67 x 225 ( 1677 – ( 406,2202/2))
= 2513278163 Nmm
≈ 2513278,163 Nm

l) Kapasitas momen ultimit


Ø Mn > Mu
= 0,9 x 8589465,46 > 780655,75
= 7730518,91 > 780655,75 ...... Aman (OK)!!
29

Gambar 3.5. Penulangan gelagar jembatan

3.3. Perhitungan dan Desain Diafragma Jembatan


3.3.1. Data Perencanaan
Berikut adalah data perencanaan dari diafragma jembatan, yaitu
sebagai berikut:
Tinggi (h) : 1300 mm
Lebar (b) : 350 mm
Selimut beton (p) : 40 mm
Mutu baja U39 : 2250 kg/cm2
fy : 225 Mpa
Mutu beton K350 (fc) : 29,05 Mpa
Bj beton : 2400 kg/cm3
Ø Tulangan utama : 16 mm
Ø Sengkang : 10 mm
30

d = h – p - Ø sengkang-1/2 tul. Utama)


= 1300 – 30 – 10 - ½ 16 : 1242 mm
qd : 1,5 x 0,35 x 1,242 x 2400
: 1564,92 kg/m ≈ 15649,2 N/m

3.3.2. Perhitungan Tulangan Diafragma


Berikut adalah perhitungan tulangan dari diafragma jembatan, yaitu
sebagai berikut:
a) Tulangan Utama
M = 1/8 .q.L2
= 1/8 x 15649,2 x 1,52
= 4401,3375 Nm ≈ 4401337,5 Nmm
Rn = Mn
b.d2
= 4401337,5
350 x 12422
= 0,008152174 Mpa

0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ.perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥29.05 2𝑥0.00815
= (1 − √1 − 0,85𝑥29.05)
225

= 0,0000362
1,4 1,4
ρ.min = = = 0,0062
𝑓𝑦 225

Karena ρ min > ρ perlu, maka dipakai ρ min


As = ρ. b.d
= 0,00622 x 350 x 1242 = 2704,8 mm2
Dipakai tulangan utama Ø16 dengan luas penampang 200,96 mm2
b) Jumlah Tulangan Utama
𝐴𝑠 2704,8
n = = = 13,45
𝐴 200,96

≈ 14 bh
31

Jadi dipakai tulangan 14 - Ø16


As1 = 14 x 200,96 = 2813,44 mm2
c) Perhitungan Tulangan Pembagi
Tulangan Pembagi = 0,2 x Asl
= 0,2 x 2813,44 = 562,69 mm2
Dipakai tulangan utama Ø13 dengan luas penampang 132,66 mm2
d) Jumlah Tulangan Pembagi
𝐴𝑠 562,66
n = = 132,66 = 4,24
𝐴

≈ 6 bh
Jadi dipakai tulangan 6 - Ø13
e) Perhitungan Tulangan Geser
Gaya geser
• Beban mati terbagi merata = ½ x 2136 x75 = 80100 kg
• Balok melintang = ½ x 1386 = 1663,2 kg
• Beban hidup garis P = ½ x 4655 = 2327,5 kg
• Beban hidup terbagi merata = ½ x 672 x 25 = 8400 kg
V = 92490,7 kg
≈ 924907 N
Vu = 924907 N
𝑉𝑢 924907
Vn = 0,6 = = 1541511,67 N
0,6
1
Vc = √𝑓′𝑐bd
6
1
= 6
√29.05 x 350 x 1242
= 390491,3861 N
ØVc = 0,6 x 390491.38 = 234294,83 N
Vu < ØVc
Karena 924907 > 234294,83 maka diperlukan tulangan sengkang.
f) Perhitungan Tulangan Sengkang
Dipakai tulangan Ø12 dengan luas penampang 113,03 mm2
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦
S =1
⁄3√𝑓𝑐𝑏
32

2 𝑥 113 𝑥 225
= 1⁄ = 80,89
3√29.05 x 350

≈ 80 mm
Jadi dipakai tulangan sengkang Ø12 - 80

Gambar 3.6. Penulangan diafragma jembatan

3.4. Perhitungan dan Desain Abutment Jembatan


3.4.1. Data Perencanaan
Berikut ini adalah data perencanaan dari desain dan perhitungan
abutmen:
Tipe jembatan : Jembatan beton bertulang balok T
Panjang jembatan : 19 meter
Jumlah bentang : 1 buah
Lebar lalu-lintas : 7.5 meter
Lebar trotoar : 1,5 meter
Lebar jembatan : 9 meter
Jumlah gelagar utama : 7 buah
Jarak antara gelagar utama: 1,5 meter
Tinggi abutment : 9,5 meter
Panjang abutment : 11 meter
γ : 2.4 ton/m3
33

3.4.2. Pembebanan Abutment


Gaya vertikal

Gambar 3.7. Titik Berat Abutment

Tabel 3.2. Perhitungan Titik Berat Abutment


A W
b h x Y
No bxh A.x A.y A.L.γ
(m) (m) (m2) (m) (m) (ton)
I 4.5 2 9.00 2.25 1.00 20.25 2.25 237.60
II 1.65 6.35 10.48 3.68 5.18 38.5048 19.01 276.61
III 0.6 0.4 0.12 2.65 6.52 0.31848 17.29 3.17
IV 0.6 0.35 0.21 2.55 6.83 0.5355 17.40 5.544
V 1.05 0.45 0.47 3.98 8.58 1.87819 34.05 12.47
VI 0.75 0.7 0.53 3.83 9.15 2.0081 34.99 13.86
∑ 9.15 10.25 20.81 18.94 37.26 63.50 125.05 549.25
34

➢ Titik berat penampang abutment (dari A)


∑Ax
x = ∑A
63,50
= 20,81

= 3.0519 m
∑Ay
y = ∑A
125,05
=
20,81

= 6,0106 m
Berat sendiri abutment
Wtotal = 549,25 ton
Lengan gaya terhadap titik acuan awal = 3.0519 m
Momen yang terjadi = 549,25 x 3.0519
= 1676,27 tm

Beban mati akibat konstruksi atas


Lantai kendaraan = 0.2 x 9 x 2.4 = 4.32 t
Air hujan = 0.05 x 9 x 19 x 1 = 8,55 t
Trotoar = 2 x 0.5 x 19 x 2 = 38 t
Pipa sandaran = 4 x 19 x 5.08 x 0.001 = 0.38 t
Tiang sandaran = 0.15 x 0.12 x 0.5 x 2.4 = 0.02 t
Gelagar memanjang = 5 x 1.353 x 19 = 128,53 t
Diafragma = 0.35 x 1.3 x 20 x 2.4 = 21.84 t
Ptot = 201,65 t
Beban mati yang diterima abutment = 201,65 / 2 = 100,8263 t

Beban hidup akibat konstruksi atas


➢ Beban merata
q = 2.2 t/m
q = muatan merata L < 30m
35

karena lebar jembatan > 5,5 m maka muatan q adalah 100% dan sisanya
dihitung 50%
5,5 0,5
q' = ( 2,75 x 2,2 x 100% + 2,75 x 2,2 x 50%)

= 4.6 t/m
➢ Beban garis
12 ton = PPJJR 1987
karena lebar lantai jembatan > 5,5 m maka muatan q adalah 100% dan
sisanya 50%
20
K = 1 + (50+L)
20
= 1 + 50 + 19 = 1.2898
12 x 0,75 x 9 2 x (12 x 0,75 x 9)x 0,5
P = + x 1,276
2,75 2,75

= 75,983
Beban hidup total = 19 x 4,6 x 75.983 = 6640,9454
Beban tiap abutment = 6640,9454 / 2 = 3320,4727 t

Berat tanah vertikal


W =A.L.γ
L = 11 m ( panjang total abutment )
γ = 1.6 t/m2 ( tanah urug )
Segmen b H A W x y W.x W.y
Tanah (A) 0.3 0.4 0.12 2.112 4.35 9.3 9.187 19.642

Gaya Horizontal
➢ Gaya Rem dan Traksi
Dihitung 5% dan beban D tanpa koefisien kejut dengan titik tangkap
1,8 m diataspermukaan lantai kendaraan
Rm = 5% (216 + 75,9833 / 1.289 )
= 13.745 t
36

Jarak terhadap titik A, y = 9,5 + 1,8 = 11,3 m


MRm = 13,745 x 11,3 = 155,323 t
➢ Gaya Gesekan pada Tumpuan
F = 0,25 x beban mati
0,25 koefisien gesek (PPJR 1987,pasal 2.6.2)
= 0.25 x 100,82 = 25,20 t
Jarak terhadap titik A, y = 8.35 m
MGg = 25,20 x 8,35 = 210,47 t
➢ Gaya Akibat Gempa
T =CxW
Keterangan
T : Gaya horizontal akibat gempa
C : Koefisien gempa (koefisien gempa kutai barat = 0,10)
W : Muatan mati dari bagian konstruksi yang ditinjau
➢ Gaya gempa terhadap bangunan atas
Wba = 100,82 t
Tba = 0,1 x 100,82 = 10,0826
y = 8,35 lengan gaya terhadap titik A
Mba = 10,0826 x 8,35 = 84,1899 tm

➢ Gaya gempa terhadap abutment


Wab = 549,25 t
Tba = 0,1 x 549,25 = 54,92
y = 6.01 lengan gaya terhadap titik A
Mab = 54,938 x 6,01 = 330,1383 tm

➢ Gaya gempa terhadap beban tanah


Wta = 2,112 t
Tta = 0,10 x 2,112 = 0,2112 t
y = 9,15 lengan gaya terhadap titik A
Mta = 0,2112 x 9,15 = 1,9324 tm
37

➢ Gaya tekanan tanah aktif


γ tanah = 1,6 t/m²
b = 11 m (panjang abutment)
ø = 30°
Ka = Tg² (45 – Ø / 2 )
= Tg² (45 – 30 / 2 ) = 0,333
Pa1 = Ka x q x h x b
= 0,333 x 2,2 x 9,5 x 11 = 76,5567 t
Pa2 = ½ γ x Ka x q x h2 x b
= ½ x 1.6 x 2.2 x 9,5 x 11 = 1747 t
Ptot = 1824 t
➢ Titik berat dari titik A, y
(76,5567 x 4,75)+(1747 x 3,16)
= 260,8097

= 3,233 m

Kombinasi pembebanan
Kestabilan konstruksi harus ditinjau berdasarkan komposisi pembebanan dan
gaya yang mungkin akan terjadi. Kombinasi pembebanan pada perencanaan
abutment sesuai dengan aturan yang tercantum dalam PPJJR 1987 halaman 21.
Tabel 3.3. Kombinasi Pembebanan dan Gaya
Tegangan yang dipakai
No. Kombinasi Pembebanan
terhadap tegangan ijin
I M+(H+k)+Ta+Tu 100%
II M+Ta+Ah+Gg+SR+Tm 125%
III Kombinasi(I)_Rm+Gg+Sr+Tm+S 140%
IV M+Gg+Tag+Gg+Ahg+Tu 150%

Berikut ini disajikan dalam tabel kombinasi dari pembebanan dan gaya yang
bekerja pada abutment.
38

Tabel 3.4. Kombinasi Pembebanan dan Gaya I


Jarak terhadap
Beban Gaya (T) acuan (A) Momen (Tm)
Jenis Bagian V H X y Mv Mh
M Wab 549,25 - 3.0519 - 1676,27 -
Wba 100,82 - 3.25 - 327,68 -
Wt 2.112 - 4.35 - 9,1872 -
(H+K) 3320,47 - 3.25 - 10791,536 -
Ta - 1824 - 3.45 - 6292,099
Tu - - - - - -
Total 3972,66 1823,80 - - 12804,68 6292,10

Tabel 3.5 Kombinasi Pembebanan dan Gaya II


Jarak terhadap
Beban Gaya (T) acuan (A) Momen (Tm)
Jenis Bagian V H X y Mv Mh
M Wab 549,384 - 3.0519 - 1676,27 -
Wba 100,82 - 3.25 - 327,68 -
Wt 2,112 - 4.35 - 9,18 -
Ta - 1824 - 3.45 - 6292,09
Ah - - - - - -
Gg Gg - 25,20 - 8.35 - 210,475
Ah - - - - - -
Sr - - - - - -
Tm - - - - - -
Total 652,19 1849 - - 2013,14 6202,57
39

Tabel 3.6 Kombinasi Pembebanan dan Gaya III


Jarak terhadap
Beban Gaya (T) acuan (A) Momen (Tm)
V H x y Mv Mh
Kombimasi I 3972,66 1823,80 - - 12804,68 6292,10
Rm - 13,745 - 11.3 - 155.32
Gg Gg - 25,20 - 8.35 - 210,47
A - - - - - -
SR - - - - - -
Tm - - - - - -
s - - - - - -
Total 3972,66 1862,75 - - 12804,68 6657,90

Tabel 3.7 Kombinasi pembebanan dan gaya IV


Jarak terhadap
Beban Gaya (T) acuan (A) Momen (Tm)
Jenis Bagian V H x Y Mv Mh
Wab 549,25 - 3,05 - 1676,27 -
M Wba 100,83 - 3,25 - 378,68 -
Wt 2,11 - 4,35 - 9,18 -
Gh Tba - 10,08 - 8,35 - 84,18
Tab - 54,92 - 6,01069 - 330,138
Tt - 0,2112 - 9,15 - 1,93248
Gg Gg - 25,20 - 8,35 - 210,475
Ahg - - - - - -
Tu - - - - - -
Total 652,19 90,43 - - 2013,14 626,74
40

3.4.3. Penulangan Abutment


➢ Penulangan badan abutment
Gaya rem = 13,745 t
Mr = 13,745 x 9,5 =130,581 tm
➢ Beban mati akibat konstruksi atas
Mba = 84,189 tm
➢ Beban hidup
W = 3320,47
Mql = 3320,47 x 3,0519 = 10133,8 tm
➢ Gaya horisontal akibat beban gempa
Mg = 330,138
Mtotal = 130,581 + 84,1899 + 10133,8 + 330,13
= 10678,71 tm
≈ 10678712,31 Nm
Mu = Mtotal / Lebar Abutment
= 10678712,31 / 11 = 970792,0285 Nmm

Data perencanaan
Berikut adalah data perencanaan perhitungan tulangan abutment
jembatan:
Mutu baja U39 : 2250 kg/cm²
fy : 225 Mpa
Mutu beton K350 (fc) : 29,05 Mpa
BJ beton : 2400 kg/cm³
h : 1000 mm
b : 100 mm
L : 11 meter
d : 1000 – 30 – ½ . 32 – 22 = 932 mm

➢ Tulangan utama
𝑀𝑛 970792,02
Rn = 𝑏𝑑² = 1000 𝑥 932² = 0,001117 Mpa
41

0.85 𝑓𝑐 2 Rn
ρ perlu = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0.85 𝑓𝑐

0.85x 29.05 2 x 0,001117


= (1 − √1 − ) = 0,0000050
225 0.85 x 29.05

1,4
ρmin = 𝑓𝑦
1,4
= 225 = 0,0062

Karena ρ min > ρ perlu, maka dipakai ρ min


As =ρxbd
= 0,0062 x1000 x 932 = 5778,4 mm²
Dipakai tulangan Ø32 dengan luas penampang 803,84 mm²
➢ Jarak tulangan yang dipelukan
𝐴𝑥𝑏 803,84 𝑥 1000
S = =
𝐴𝑠 5799,1

= 138,61 mm ≈ 100 mm
Jadi dipakai Tulangan Ø32 - 100
➢ Tulangan Bagi
Tul.Pembagi = 0,2 x As Tul. Utama
= 0,2 x 5799,1 = 1159,82 mm²
Dipakai tulangan Ø13 dengan luas penampang 132,665 mm²
➢ Jarak tulangan yang dipelukan
𝐴𝑥𝑏 132,665 𝑥 1000
S = =
𝐴𝑠 1159,8

= 114,383 mm ≈ 100 mm
Jadi dipakai Tulangan Ø13 – 100
➢ Tulangan Geser
Syarat tulangan geser Vu > øVc
Pu = 1,05 x Wba
= 1,05 x 100826,34 = 105867,7 N
1
øVc = 0.6 x 6 x √𝑓𝑐
1
= 0.6 x x √29.05 = 0.539
6
42

Vu = Pu / bd
= 105867,65 / 11000 x 932 = 0.01032
Karena Vu < øVc, maka tidak diperlukan tulangan geser

Gambar 3.8 Penulangan kepala abutmen jembatan

3.4.4. Penulangan Badan Abutment


Penulangan badan abutment ditinaju terhadap momen yang terjadi di
dasar badan abutment. Dari tabel kombinasi pembebanan dan gaya diperoleh
(ambil dengan nilai Mh terbesar kombinasi III).
PV = 3972,66
PH = 1862,75
MH = 6657,90
➢ Data perencanaan
Berikut adalah data perencanaa perhitungan tulangan
abutment jembatan:
Mutu baja U39 : 2250 kg/cm2
fy : 225 Mpa
Mutu beton K350 (fc) : 29.05 Mpa
BJ beton : 2400 kg/cm3
h : 1000 mm
b : 1000 mm
L : 11 meter
D : 1000 – 30 – ½ .32 – 22 = 932 mm
43

RI = 0,85 x fc = 0,85 x 29,05= 24,692 Mpa


MH = 6657,90 t = 66578968,71 N
Mu = Mh / Lebar Abutmen
= 66578968,71 / 11
= 6052633,519 Nm
= 6052633519 Nmm
➢ Tulangan utama
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑²
6052633519
= = 6,9680 Mpa
1000 𝑥 932²

0.85 𝑓𝑐 2 𝑅𝑛
p perlu = (1 − √1 − 0.85 𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0.85 x 29.05 2 𝑥 6,9680


= (1 − √1 − 0.85 x 29.05) = 0.00090
225

1,4 1,4
p min = 𝑓𝑦 = 225 = 0.0062

karena p min > ρ perlu,maka dipakai ρ min


As =ρxbxd
= 0.0062 x 1000 x 932 = 5799,1 mm2
Dipakai tulangan Ø32 dengan luas penampang 803,84 mm2
➢ Jarak tulangan
𝐴𝑥𝑏
S = 𝐴𝑠
803,84 𝑥 1000
= = 138,614 mm ≈ 100 mm
5799,1

Jadi dipakai tulangan Ø32 - 100


➢ Tulangan pembagi
Tul.Pembagi = 0,2 x As Tul. Utama
= 0,2 x 5799,1 = 1159,822 mm²
Dipakai tulangan Ø13 dengan luas penampang 132.665 mm²
➢ Jarak tulangan yang dipelukan
𝐴𝑥𝑏
S = 𝐴𝑠
132,665 𝑥 1000
= 1159,822
= 114,38 mm ≈ 100mm
44

Jadi dipakai Tulangan Ø13 - 100


➢ Tulangan Geser
Syarat tulangan geser Vu > øVc
Hu = 1,05 x Hmax
= 1,05 x 18627487,07 = 19558861,43N
1
øVc = 0.6 x 6 x √𝑓𝑐
1
= 0.6 x x √29.05 = 0,539
6

Vu = HU / bd
= 19558861,43 / 11000 x 932 = 1,9078
Dipakai tulangan geser praktis Ø25 - 500

Gambar 3.9. Penulangan Badan Abutment Jembatan


45

3.5. Perhitungan Pondasi Tiang Pancang


3.5.1. Data Perencanaan
Berikut adalah data perencanaan dari pondasi tiang pancang jembatan,
yaitu sebagai berikut:
Kekuatan Bahan Tiang Pancang : 45 cm
Mutu beton K-350 (fc) : 29,05 Mpa
Kekuatan beton karakteristik (σ' bk) : 290,5 kg/cm²
Tegangan ijin bahan tiang (σ' b ) : 95,865 kg/cm²
Luas penampang tiang pancang (A)
A = ¼ x 3,14 x 45² : 1589,63 cm²
P tiang ( A x σ' b)
P = 1589,63 x 95,865 : 152389,9 kg
≈ 152,389 t

3.5.2. Perhitungan Daya Dukung Tanah


Berikut adalah perhitungan daya dukung tanah dengan rumus
Boegemenn.
𝑞𝑐 𝑥 𝐴 𝐾 𝑥 𝑇𝑓
P = +
3 5
250 𝑥 1589,63 141,3 𝑥 1200
= +
3 5

= 1664404,75 kg
≈ 1664,40 t
Keterangan:
A = luas total tiang pancang
K = keliling tiang pancang
Tf:JHL = total friction kedalaman 13,80 m
Qc = conus resisrance = 250 kg/cm²
46

3.5.3. Perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang Pancang

Gambar 3.10 Denah Pondasi Tiang Pancang


Jarak tiang pancang arah x = 135 cm
Jarak tiang pancang arah y = 150 cm
𝑃𝑣 𝑀𝑦 𝑥 𝑋
Pmax = + 𝑛𝑦 𝑥 Ʃx2
𝑛
3972,66 6657,90 𝑥 1,2
= +
24 8 𝑥 29,16

= 199,77 t
Keterangan:
Pmax = beban max yang diterima 1 tiang pancang
PV = beban vertikal normal = 4558,02 (kombinasi III)
My = momen arah y = 1298,474 (kombinasi III)
Xmax = jarah terjauh tiang pancang = 1,35 m
n = jumlah pondasi tiang pancang = 24 buah
ny = jumlah tiang pancang 1 baris = 8 buah

Efisiensi tiang pancang berdasarkan rumus dari Uniform Building Code


(AASHO), syarat:
1,575 𝑑.𝑚.𝑛
S < 𝑚+𝑛−2
1,575 𝑥 0,45 𝑥 2 𝑥 8
S < = 1,413
2+8−2
𝜃 (𝑛−1)𝑚+(𝑚−1)𝑛
E = 1 − 90 { }
𝑚𝑥𝑛
18,435 (8−1)3+(3−1)8
E = 1− { } = 0,98
90 3𝑥10
47

Daya dukung tiap tiang pada kelompok tiang


P ult =ExP
= 0,98 x 1664,4 = 1631,12 ton
Kontrol Pmax = terhadap Pult yang terjadi
P ult > Pmax
1631,12 > 199,77
Perhitungan pergeseran tanah akibat gaya lateral
Dari hasil penyelidikan tanah pada kedalaman 15 m dari muka tanah didapat data
tanah sebagai berikut:
 = 16o
C = 1,3 ton/m2
Ketahanan lateral ultimit (Ql) rencana untuk tanah kohesif
Q1 = 36 . Cu . D2 + 54 . Ts . D3
= (36 . 1,3 . 0,452 ) + (54 . 1,63 .0,453 ) = 17,497 ton
Q1 total = n x Q1
= 24 x 17,497 = 419,828 ton
Gaya lateral terbesar terjadi pada kombinasi III yaitu H = 186,27 ton
Ketahanan lateral ultimit (Q°l)
(Q°l) = 140% x 419,948 = 587,927 ton
(Q°l) > H
587,927 > 303,7 , maka tidak diperlukan tiang pancang miring.

3.6. Perhitungan dan Desain Poer Jembatan


3.6.1. Data Perencanaan
Berikut adalah data perencanaan dari poer jembatan, yaitu sebagai
berikut:
Mutu baja U39 : 2250 kg/cm2
Fy : 225 Mpa
Mutu beton K-350 (fc) : 29 Mpa
h : 1200 mm
b : 1000 mm
48

Selimut beton (p) : 40 mm


ɸ tulangan utama : 32 mm
d (1200-40- ½ 32) : 1144 mm
Besarnya gaya pada P yang diterima 1 tiang pancang Pmax = 197,43 t
Jarak antara badan terluar abutment dengan titik berat pondasi tiang pancang
(x) = 1.50 m
Pmax = 197,43 x 1,5 meter
= 296,145 tm
296,145
Mu = = 370,18125 tm
0,8

= 3701812500 Nmm

3.6.2. Perhitungan Tulangan Poer


Berikut adalah perhitungan tulangan dari poer jembatan, yaitu sebagai
berikut:
a) Tulangan Utama
𝑀𝑛 3701812500
Rn = = 1000 𝑥 1144²
𝑏𝑑²

= 2,8285 Mpa
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ.perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥29.05 2 𝑥 2,8285
= (1 − √1 − 0,85𝑥29.05)
225

= 0,013
ρ.min = 1,4 / fy
= 1,4 / 225
= 0,00622
Karena ρ min < ρ perlu, maka dipakai ρ perlu
As = ρ. b.d
= 0,013 x 1000 x 1144
= 14872 mm²
Dipakai tulangan utama Ø32 dengan luas penampang 803,84 mm²
49

Jarak tulangan yang diperlukan,


𝐴𝑥𝑏 803,84 𝑥 1000
S= =
𝐴𝑠 14872

= 54,05 mm ≈ 60 mm
Jadi, tulangan utama pada poer jembatan dipakai tulangan 32 - 60.

b) Tulangan Bagi
Tul. Pembagi = 0,2 x As tul. Utama
= 0,2 x 14872
= 2974,4 mm²
Dipakai tulangan Ø22 dengan luas penampang A = 380 mm²
Jarak tulangan yang diperlukan,
𝐴𝑥𝑏 803 𝑥 1000
S = =
𝐴𝑠 2974,4

= 269,97 mm ≈ 250 mm
Jadi, tulangan pembagi dipakai tulangan Ø22 – 250

c) Tulangan Geser
Syarat tulangan geser Vu > øVc
Pu = 1,05 x Wba + Wab
=1,05 x 116,58 + 549,384
= 671,793 t ≈ 6717930 N
1
ØVc = 0,6 𝑥 6 𝑥√𝑓𝑐
1
ØVc = 0,6 𝑥 6 𝑥√29,05 = 0,539
𝑃𝑢
Vu =
𝑏𝑑
6717930
= 11000 𝑥 1144

= 0,534
Karena Vu < øVc maka tidak diperlukan tulangan geser
Dipakai tulangan geser Ø25-500.
50

Gambar 3.11. Penulangan poer jembatan


BAB IV

4.1. Kesimpulan
1. Pada dasarnya, suatu perancangan dibuat guna menetukan beban kerja,
memilih atau merencanakan struktur yang nantinya akan mendukung
beban kerja dan koreksi terhadap struktur yang telah direncanakan.
2. Pemodelan serta pembebanan sangatlah berpengaruh terhadap benar atau
tidaknya hasil perhitungan yang akan diperoleh. Kesalahan pada kedua
hal tersebut mengakibatkan kesalahan pada dimensi akhir walaupun
perhitungan yang telah dilakukan sudah benar.

4.2. Saran
1. Dalam merancang perancangan elemen-elemen struktur jembatan
hendaknya mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
2. Sebelum merencanakan suatu struktur jembatan hendaknya didahului
dengan studi kelayakan agar pada perhitungan struktur nantinya dapat
diperoleh hasil perencanaan yang memuaskan baik dari segi mutu, biaya,
maupun waktu.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan
berpedoman pada faktor kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.

51
LAMPIRAN
4200 20000 4200

2850 600750 SUNGAI 750 600 2850

300

1500
19000

PLAT LANTAI JEMBATAN

7500
11000

SUNGAI

DENAH ABUTMENT 750600


SKALA 1 : 150
1300

1400
11000

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM "45" (YPI 45)


SIT A S I
ER SL
IV
A

N M
U

'' 4 5 ''
9500

1500 750
B KE A S I
UNISMA
Jl. CUT MUTIA RAYA No.82 BEKASI 17113
8100

4200
SKALA :
TANGGAL :
NAMA GAMBAR
PONDASI
DAN
750 1500
1650 2850
3400 ABUTMENT
750 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 750
DIGAMBAR : Kelompok 2
KELAS :
NPM :
DIPERIKSA :

DENAH PONDASI MATA ANGIN NO.GAMBAR


POTONGAN ABUTMENT -
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 100
A3
SUNGAI

19000
19000
1000 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500 1000
1000 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500 1000

750

750
P1 P1 P1 P1 P1

3750

3750
P1 P1 P1 P1 P1
PLAT LANTAI JEMBATAN

7500

9000

7500
11000
P1 P1 P1 P1 P1

3750

3750
P1 P1 P1 P1 P1

750

750
SUNGAI

DENAH JEMBATAN DENAH PLAT LANTAI


SKALA 1 : 200 SKALA 1 : 200

19000

1000 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500 1000

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM "45" (YPI 45)

750
SIT A S I
ER SL
IV A
N M
U

D1 D1 G1 D1 D1 D1 D1
'' 4 5 '' UNISMA
B KE A S I

3750
Jl. CUT MUTIA RAYA No.82 BEKASI 17113
D1 D1 D1 G1 D1 D1 D1

SKALA :

7500
B D1 D1 D1 D1 G1 D1 D1
B TANGGAL :
NAMA GAMBAR

3750
D1 D1 D1 D1 D1 G1 D1
G1
DENAH

750
KETERANGAN DIGAMBAR : Kelompok 2

A G1 : Balok Gelagar KELAS :

D1 : Balok Diafragma NPM :

P1 : Plat Lantai DIPERIKSA :


MATA ANGIN NO.GAMBAR
DENAH DIAFRAGMA DAN GELAGAR -

SKALA 1 : 200 A3
19000
RAILING TROTOAR DIAFRAGMA
TROTOAR GELAGAR

3800 3800 3800 3800 3800

ABUTMENT ABUTMENT

POTONGAN B - B
SKALA 1 : 150
100

350
200

50
150 200

9000
150 200 150

7500 500

GELAGAR
950

RAILING TROTOAR ASPAL


1800

750
PLAT LANTAI DIAFRAGMA
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM "45" (YPI 45)
TROTOAR BALOK DIAFRAGMA ER
SIT A S I
SL
IV A
N M
U

'' 4 5 '' UNISMA


B KE A S I

Jl. CUT MUTIA RAYA No.82 BEKASI 17113

ABUTMENT SKALA :
250 250

TANGGAL :
1500 1500 1500 1500 1500 1500
NAMA GAMBAR

1800
200 200 200
POTONGAN
600 DAN
DETAIL
DIGAMBAR : Kelompok 2
KELAS : Sipil B2 2017
NPM :
DIPERIKSA :

POTONGAN A - A DETAIL GELAGAR MATA ANGIN NO.GAMBAR


-
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 25
A3

Anda mungkin juga menyukai