TUGAS BESAR
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Ketua:
Muhamad Adi Nugroho (41187011170046)
Anggota:
Yoni Albira (41187011170029)
Fanih Fahreza (41187011170032)
Naura Kireina Vergiyani (41187011170042)
Disusun Oleh:
Kelompok 2
___Disetujui, Diperiksa,
Ketua Kelompok Dosen Mata Kuliah Struktur Jembatan
i
LEMBAR BIMBINGAN TUGAS BESAR
STRUKTUR JEMBATAN
Disusun Oleh:
Kelompok 2
ii
KATA PENGANTAR
Tugas besar ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan Mata Kuliah Struktur Jembatan pada Program Studi Teknik Sipil
Strata-1 Universitas Islam “45” Bekasi. Selain itu tugas besar ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan dalam merencanakan struktur jembatan.
Proses penulisan laporan tugas besar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Eko Darma, S.T., M.T., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Struktur
Jembatan sekaligus selaku Dosen Pembimbing Tugas Besar ini.
2. Orang Tua, yang telah membesarkan dan mendidik tanpa rasa lelah serta atas
motivasi dan kasih sayang yang diberikan.
3. Dan teman-teman, yang telah memberikan saran, informasi serta semangat
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sehingga dapat menambah wawasan untuk masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
Kelompok 2
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3.2. Perhitungan Tulangan Daifragma ……………………..………. 30
3.4. Perhitungan Dan Desain Abutmen Jembatan ………………...………. 32
3.4.1. Data Perencanaan ……………………………….…….………. 32
3.4.2. Pembebanan Abutmen ……………………………..….………. 33
3.4.3. Penulangan Abutmen …………………………….……………. 40
3.4.4. Penulangan Badan Abutmen ………………………….………. 42
3.5. Perhitungan Pondasi Tiang Pancang ……………..………….………. 45
3.5.1. Data Perencanaan ………………………………….….………. 45
3.5.2. Perhitungan Daya Dukung Tanah ………………………..……. 45
3.5.3. Perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang Pancang …..……. 46
3.6. Perhitungan dan Desain Poer Jembatan …………………..….………. 47
3.6.1. Data Perencanaan ………………………………….….………. 47
3.6.2. Perhitungan Tulangan Poer ………………………..……..……. 48
BAB IV …………………………….………………………..………….………. 51
4.1. Kesimpulan …………………………………….…………….………. 51
4.2. Saran ……………………………………………...………….………. 51
LAMPIRAN ………………………………………………...………….………. 52
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
Kelompok 2
1
2
Pondasi bore pile adalah salah satu bagian dari konstruksi jembatan yang
terletak pada bagian bawah yang secara langsung berhubungan dengan tanah,
dimana pada suatu jembatan secara keseluruhan beban yang akan disalurkan ke
tanah harus melewati pondasi, oleh karena itu untuk setiap bangunan yang
dibebani pasti akan mengalami penurunan, tetapi dalam penurunan tidak boleh
melebihi batas yang telah ditentukan. Untuk batas maksimalnya, penurunan
harus diusahakan terjadi secara merata atau tidak ada penurunan sama sekali,
sehingga tidak merubah struktur bangunan yang ada. Secara umum pondasi
bore pile merupakan konstruksi yang terletak paling bawah dan berfungsi
menerima beban dan meneruskannya kelapisan tanah keras yang
diperhitungkan cukup kuat menahannya.
2. Bangunan Atas (Upper Structure)
Bangunan atas jembatan (upper structure) adalah bagian konstruksi
jembatan yang berfungsi menahan beban-beban hidup (bergerak) yang bekerja
pada konstruksi bagian atas ditimbulkan oleh arus lalu lintas orang dan
kendaraan maupun lalu lintas lainnya yang kemudian menyalurkannya kepada
bangunan dibawahnya (sub structure). Konstruksi bagian atas jembatan terdiri
dari:
a. Lantai Kendaraan
Lantai kendaraan adalah seluruh lebar jembatan yang digunakan sebagai
jalur lalu lintas. Bahan untuk membuat lantai jembatan dapat dibuat dari
beberapa jenis konstruksi, yaitu:
1) Lantai beton bertulang
2) Lantai kayu
Bahan konstruksi lantai jembatan yang sering digunakan di Indonesia
adalah lantai beton bertulang. Hal ini ditinjau dari sudut pelaksanaan dan
pemeliharaannya lebih mudah, lebih murah dan lebih kuat serta tingkat
keawetannya lebih lama dibandingkan dengan lantai dari kayu.
4
Balok girder atau gelagar memanjang adalah bagian struktur atas yang
berfungsi sebagai pendukung lantai kendaraan dan beban lalu lintas yang kemudian
meneruskannya ke struktur bawah (tumpuan/andas). Balok utama/gelagar
memanjang biasanya dibuat dari beberapa macam/jenis konstruksi, antara lain:
1. Gelagar dari beton bertulang dengan lantai kendaraan dari beton bertulang
(monolith) atau T Beam Convensional.
2. Gelagar beton bertulang dengan lantai dari kayu.
3. Gelagar dari baja dengan lantai kendaraan dari beton bertulang (komposit).
4. Gelagar dari baja dengan lantai kendaraan dari kayu.
5. Gelagar dari kayu dengan lantai kendaraan dari kayu.
Pada penggunaan gelagar beton bertulang dapat dibuat di lapangan/lokasi pekerjaan
atau di pabrik (pabrikasi) seperti beton pratekan atau prestessed.
Diafragma atau gelagar melintang adalah pengaku atau pengikat balok girder
dan berfungsi untuk mencegah timbulnya lateral buckling pada gelagar dan
meratakan beban yang diterima oleh gelagar memanjang (balok utama). Gelagar
melintang biasanya diletakkan diantara gelagar memanjang pada balok beton dan
pada pertemuan antara batang diagonal satu dengan lainnya (buhul) dibagian bawah
pada jembatan rangka baja.
Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung
pilar-pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (angin,
kendaraan, dll) dan mati (beban gelagar, dll) pada jembatan. Abutment berfungsi
untuk menerima beban-beban yang diberikan bengunan atas dan kemudian
menyalurkan ke pondasi, beban tersebut selanjutnya disalurkan ke tanah oleh
pondasi dengan aman sekaligus sebagai penahan tanah.
Dalam perencanaan abutment selain beban-beban yang bekerja juga
diperhatikan pengaruh kondisi lingkungan seperti angin, aliran air, gempa dan
penyebab-penyebab alam lainnya. Selain itu, faktor pemilihan bentuk atau jenis
abutment yang digunakan juga harus diperhatikan dengan teliti. Ada berbagai
bentuk dan jenis abutment tetapi dalam pemilihannya perlu dipertimbangkan seperti
bentuk bangunan atas, kondisi tanah pondasi, serta kondisi bangunannya.
5
9000
7500
GELAGAR
RAILING TROTOAR ASPAL
750
PLAT LANTAI
SUNGAI
19000
1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500
750
3750
3750
750
SUNGAI
7
8
19000
750 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500
P1 P1 P1 P1 P1
3750
P1 P1 P1 P1 P1
7500
P1 P1 P1 P1 P1
3750
P1 P1 P1 P1 P1
750
19000
1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500
750
D1 D1 G1 D1 D1 D1 D1
3750
D1 D1 D1 G1 D1 D1 D1
7500
B D1 D1 D1 D1 G1 D1 D1
B
3750
D1 D1 D1 D1 D1 G1 D1
G1
750
300
1500
19000
11000
7500
SUNGAI
11000
1500 750
4200
750 1500
750 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 750
10
11
b) Mencari momen
(Ikhtisar momen-momen dan gaya melintang menurut pasal 13 ayat 2 PBBI
1971, hal. 200)
➢ Beban Mati
Plat lantai jembatan dianggap bertumpuan jepit pada arah Lx, sehingga
untuk menghitung tulangan dipakai Mlx sebagai tulangan arah Mly
sebagai tulangan bagi (PBBI 1971, hal. 204 – 206)
Gambar 1. Plat yang menumpu pada 2 tepi yang sejajar yang memikul
beban terpusat
12
B = √(𝑎′ + 𝐿) + b'2
𝑝 10
q = 𝑎′𝑏 = 0,7𝑥1.735 = 8,234 m
M = ½ q a’ (1/2L – 1/4a’)
= ½ . 8,234 . 0,7 (1/2 . 1,5 – 1/4 . 0,7) = 1,6571 tm
➢ Momen Tumpuan
Muatan Mati = 96,429 kgm
Muatan T = 1325,70 kgm
M. sementara = 810,000 kgm +
MTx = 2232,129 kgm
𝑀𝐿𝑥
➢ Mly = 4.𝑎
1+
3𝐿𝑥.
2365,315 1419189
= 4 𝑥 0,3 = = 1867,354 kgm
1+ 760
3 𝑥 1,5
𝑀𝑛 2956644
Rn = 𝑏𝑑² = 1000 𝑥 152² = 0,127971 Mpa
15
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥29,05 2 𝑥 0,127971
= (1 − √1 − ) = 0,00057
225 0,85𝑥29,05
1,4
ρ min = 𝑓𝑦
1,4
= 225 = 0,0062
b) Jarak tulangan
𝐴𝑥𝑏
S = 𝐴𝑠
132,665𝑥 1000
= = 140,2708 mm ≈ 135 mm
945,7778
≈ 2790161 kgmm
𝑀𝑛 2790161
Rn = 𝑏𝑑² = 1000 𝑥 152² = 0,120765 Mpa
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥29,05 2 𝑥 0,120765
= (1 − √1 − ) = 0,000538
225 0,85 𝑥 29,05
1,4
ρ min = 𝑓𝑦
1,4
= 225 = 0,0062
As = ρ.b.d
= 0.0062 x 1000 x 152 = 945,7778 mm2
Dipakai tulangan ø13 dengan luas penampang 132,665 mm2
d) Jarak tulangan yang diperlukan
𝐴 𝑥𝑏
S = 𝐴𝑠
132,665 𝑥 1000
= = 140,2708 mm ≈ 135 mm
945,7778
≈ 2334192 kgmm
𝑀𝑛 2334192
Rn = 𝑏𝑑² = 1000 𝑥 152²
= 0,10103 Mpa
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥29,05 2𝑥 0,10103
= (1 − √1 − 0,85𝑥29,05) = 0,00045
225
1,4
ρ min = 𝑓𝑦
1,4
=225 = 0,0062
M4 DL = 95786,46 kgm
≈ 957864,6 Nm
= 1,2898
8400
➢ Beban garis (P) = 1,2898 x x 1,5
2,75
= 5909,8814 kg
1540
➢ Beban terbagi merata (q) = x 1,5
2,75
= 840 kg/m
d) Momen lentur akibat beban hidup
𝑥 𝑥
Mx (P) =P x L ( 𝐿 (1 - 𝐿 ))
𝑥 𝑥
Mx (q) = ½ ql L² ( 𝐿 (1 - 𝐿 ))
𝑀𝑢 687028,13 𝑥 10³
Mn = =
0,8 0,8
= 858785162,50 Nmm
22
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑²
86982358,88
= = 0.405 Mpa
700 𝑥 1740²
0.85 𝑓𝑐 2 𝑅𝑛
ρ perlu = ( 1 - √1 −
𝑓𝑦 0.85 𝑓𝑐
1,4 1,4
ρ min = 𝑓𝑦 = 225 = 0.0062
fs > fy
7311,9995 > 225 ........ ( Ok )
Mn = As fy (d – a / 2 )
= 8616,16 x 225 (1740 – 112,1588 / 2 )
= 1938636 x 1683,9206 = 3264509142 Nmm
≈ 3264509,14 Nm
23
𝑀𝑛 3264509,14
= = 4,1817 ........ ( Ok )
𝑀𝑢 780655,75
3 𝑥 132,665 x 225
= 1 = 71,205 ≈ 80 mm
29,05 𝑥700
3√
= 3,50 Mpa
0.85 𝑓𝑐 2𝑟𝑛
p perlu = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0.85 𝑓𝑐
= 0,0169
ρmin = 1.4 / fy
= 1.4 / 225
= 0.0062
Karena ρ min < ρ perlu, maka dipakai ρ perlu
As = ρ x bd
= 0.0169 x 700 x 1740 = 20527,340 mm²
Dipakai tulangan Ø32 dengan luas penampang 803.84 mm²
b) jumlah tulangan
n = As / A
= 20527,340/ 803.84
= 25,537 ≈ 30 bh
Jadi dipakai Tulangan 30 Ø32
25
As1 =nxA
= 30 x 803.84 = 24115,2 mm
NT = ND
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
A = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑥 𝑏
24115,2 𝑥 225
= 0,85 𝑥 29,05 𝑥 700
= 313,914 mm
C = α / β1
= 313,9137 / 0.85 = 369,31 mm
𝑑−𝑐 1740−369,31
Fs =600 x = 600 x
𝑐 369,31
= 2226,8934
Karena , Fs > fy
= 2226,8934 > 225 ........( Ok )
Mn = As x fy (d – a / 2 )
= 24115,2 x 225 (1740 – 313,9137 / 2 )
= 5425920 x 1583,04 = 8589465461 Nmm
≈ 8589465,461 Nm
Mn / Mu = 8589465,488 /593550,37 = 14,47133........( Ok )
= 15225,232 mm²
Asmin = ρ min x bd
= 0.0062 x 700 x 1740 = 7578,67 mm²
Dengan demikian penampang memenuhi syarat daktilitas
d) Tulangan pembagi
Tulangan pembagi = 0.2 x As tul. Utama
= 0.2 x 24115,2 = 4823,04 mm²
26
1,4 1,4
ρ min = = = 0.0062
𝑓𝑦 225
= 9,4 ≈ 10 bh
Jadi dipakai tulangan 10 Ø32
As1 = A x n
= 803.84 x 10 = 8038.4 mm
b) Jarak bersih antara tulangan
Tebal selimut beton (p) = 30 mm
Diameter sengkang (ds) = 12 mm
Jml. tulangn tiap baris (nt) = 6
27
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ.perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥29.05 2𝑥0.00815
= (1 − √1 − 0,85𝑥29.05)
225
= 0,0000362
1,4 1,4
ρ.min = = = 0,0062
𝑓𝑦 225
≈ 14 bh
31
≈ 6 bh
Jadi dipakai tulangan 6 - Ø13
e) Perhitungan Tulangan Geser
Gaya geser
• Beban mati terbagi merata = ½ x 2136 x75 = 80100 kg
• Balok melintang = ½ x 1386 = 1663,2 kg
• Beban hidup garis P = ½ x 4655 = 2327,5 kg
• Beban hidup terbagi merata = ½ x 672 x 25 = 8400 kg
V = 92490,7 kg
≈ 924907 N
Vu = 924907 N
𝑉𝑢 924907
Vn = 0,6 = = 1541511,67 N
0,6
1
Vc = √𝑓′𝑐bd
6
1
= 6
√29.05 x 350 x 1242
= 390491,3861 N
ØVc = 0,6 x 390491.38 = 234294,83 N
Vu < ØVc
Karena 924907 > 234294,83 maka diperlukan tulangan sengkang.
f) Perhitungan Tulangan Sengkang
Dipakai tulangan Ø12 dengan luas penampang 113,03 mm2
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦
S =1
⁄3√𝑓𝑐𝑏
32
2 𝑥 113 𝑥 225
= 1⁄ = 80,89
3√29.05 x 350
≈ 80 mm
Jadi dipakai tulangan sengkang Ø12 - 80
= 3.0519 m
∑Ay
y = ∑A
125,05
=
20,81
= 6,0106 m
Berat sendiri abutment
Wtotal = 549,25 ton
Lengan gaya terhadap titik acuan awal = 3.0519 m
Momen yang terjadi = 549,25 x 3.0519
= 1676,27 tm
karena lebar jembatan > 5,5 m maka muatan q adalah 100% dan sisanya
dihitung 50%
5,5 0,5
q' = ( 2,75 x 2,2 x 100% + 2,75 x 2,2 x 50%)
= 4.6 t/m
➢ Beban garis
12 ton = PPJJR 1987
karena lebar lantai jembatan > 5,5 m maka muatan q adalah 100% dan
sisanya 50%
20
K = 1 + (50+L)
20
= 1 + 50 + 19 = 1.2898
12 x 0,75 x 9 2 x (12 x 0,75 x 9)x 0,5
P = + x 1,276
2,75 2,75
= 75,983
Beban hidup total = 19 x 4,6 x 75.983 = 6640,9454
Beban tiap abutment = 6640,9454 / 2 = 3320,4727 t
Gaya Horizontal
➢ Gaya Rem dan Traksi
Dihitung 5% dan beban D tanpa koefisien kejut dengan titik tangkap
1,8 m diataspermukaan lantai kendaraan
Rm = 5% (216 + 75,9833 / 1.289 )
= 13.745 t
36
= 3,233 m
Kombinasi pembebanan
Kestabilan konstruksi harus ditinjau berdasarkan komposisi pembebanan dan
gaya yang mungkin akan terjadi. Kombinasi pembebanan pada perencanaan
abutment sesuai dengan aturan yang tercantum dalam PPJJR 1987 halaman 21.
Tabel 3.3. Kombinasi Pembebanan dan Gaya
Tegangan yang dipakai
No. Kombinasi Pembebanan
terhadap tegangan ijin
I M+(H+k)+Ta+Tu 100%
II M+Ta+Ah+Gg+SR+Tm 125%
III Kombinasi(I)_Rm+Gg+Sr+Tm+S 140%
IV M+Gg+Tag+Gg+Ahg+Tu 150%
Berikut ini disajikan dalam tabel kombinasi dari pembebanan dan gaya yang
bekerja pada abutment.
38
Data perencanaan
Berikut adalah data perencanaan perhitungan tulangan abutment
jembatan:
Mutu baja U39 : 2250 kg/cm²
fy : 225 Mpa
Mutu beton K350 (fc) : 29,05 Mpa
BJ beton : 2400 kg/cm³
h : 1000 mm
b : 100 mm
L : 11 meter
d : 1000 – 30 – ½ . 32 – 22 = 932 mm
➢ Tulangan utama
𝑀𝑛 970792,02
Rn = 𝑏𝑑² = 1000 𝑥 932² = 0,001117 Mpa
41
0.85 𝑓𝑐 2 Rn
ρ perlu = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0.85 𝑓𝑐
1,4
ρmin = 𝑓𝑦
1,4
= 225 = 0,0062
= 138,61 mm ≈ 100 mm
Jadi dipakai Tulangan Ø32 - 100
➢ Tulangan Bagi
Tul.Pembagi = 0,2 x As Tul. Utama
= 0,2 x 5799,1 = 1159,82 mm²
Dipakai tulangan Ø13 dengan luas penampang 132,665 mm²
➢ Jarak tulangan yang dipelukan
𝐴𝑥𝑏 132,665 𝑥 1000
S = =
𝐴𝑠 1159,8
= 114,383 mm ≈ 100 mm
Jadi dipakai Tulangan Ø13 – 100
➢ Tulangan Geser
Syarat tulangan geser Vu > øVc
Pu = 1,05 x Wba
= 1,05 x 100826,34 = 105867,7 N
1
øVc = 0.6 x 6 x √𝑓𝑐
1
= 0.6 x x √29.05 = 0.539
6
42
Vu = Pu / bd
= 105867,65 / 11000 x 932 = 0.01032
Karena Vu < øVc, maka tidak diperlukan tulangan geser
0.85 𝑓𝑐 2 𝑅𝑛
p perlu = (1 − √1 − 0.85 𝑓𝑐)
𝑓𝑦
1,4 1,4
p min = 𝑓𝑦 = 225 = 0.0062
Vu = HU / bd
= 19558861,43 / 11000 x 932 = 1,9078
Dipakai tulangan geser praktis Ø25 - 500
= 1664404,75 kg
≈ 1664,40 t
Keterangan:
A = luas total tiang pancang
K = keliling tiang pancang
Tf:JHL = total friction kedalaman 13,80 m
Qc = conus resisrance = 250 kg/cm²
46
= 199,77 t
Keterangan:
Pmax = beban max yang diterima 1 tiang pancang
PV = beban vertikal normal = 4558,02 (kombinasi III)
My = momen arah y = 1298,474 (kombinasi III)
Xmax = jarah terjauh tiang pancang = 1,35 m
n = jumlah pondasi tiang pancang = 24 buah
ny = jumlah tiang pancang 1 baris = 8 buah
= 3701812500 Nmm
= 2,8285 Mpa
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρ.perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥29.05 2 𝑥 2,8285
= (1 − √1 − 0,85𝑥29.05)
225
= 0,013
ρ.min = 1,4 / fy
= 1,4 / 225
= 0,00622
Karena ρ min < ρ perlu, maka dipakai ρ perlu
As = ρ. b.d
= 0,013 x 1000 x 1144
= 14872 mm²
Dipakai tulangan utama Ø32 dengan luas penampang 803,84 mm²
49
= 54,05 mm ≈ 60 mm
Jadi, tulangan utama pada poer jembatan dipakai tulangan 32 - 60.
b) Tulangan Bagi
Tul. Pembagi = 0,2 x As tul. Utama
= 0,2 x 14872
= 2974,4 mm²
Dipakai tulangan Ø22 dengan luas penampang A = 380 mm²
Jarak tulangan yang diperlukan,
𝐴𝑥𝑏 803 𝑥 1000
S = =
𝐴𝑠 2974,4
= 269,97 mm ≈ 250 mm
Jadi, tulangan pembagi dipakai tulangan Ø22 – 250
c) Tulangan Geser
Syarat tulangan geser Vu > øVc
Pu = 1,05 x Wba + Wab
=1,05 x 116,58 + 549,384
= 671,793 t ≈ 6717930 N
1
ØVc = 0,6 𝑥 6 𝑥√𝑓𝑐
1
ØVc = 0,6 𝑥 6 𝑥√29,05 = 0,539
𝑃𝑢
Vu =
𝑏𝑑
6717930
= 11000 𝑥 1144
= 0,534
Karena Vu < øVc maka tidak diperlukan tulangan geser
Dipakai tulangan geser Ø25-500.
50
4.1. Kesimpulan
1. Pada dasarnya, suatu perancangan dibuat guna menetukan beban kerja,
memilih atau merencanakan struktur yang nantinya akan mendukung
beban kerja dan koreksi terhadap struktur yang telah direncanakan.
2. Pemodelan serta pembebanan sangatlah berpengaruh terhadap benar atau
tidaknya hasil perhitungan yang akan diperoleh. Kesalahan pada kedua
hal tersebut mengakibatkan kesalahan pada dimensi akhir walaupun
perhitungan yang telah dilakukan sudah benar.
4.2. Saran
1. Dalam merancang perancangan elemen-elemen struktur jembatan
hendaknya mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
2. Sebelum merencanakan suatu struktur jembatan hendaknya didahului
dengan studi kelayakan agar pada perhitungan struktur nantinya dapat
diperoleh hasil perencanaan yang memuaskan baik dari segi mutu, biaya,
maupun waktu.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan
berpedoman pada faktor kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.
51
LAMPIRAN
4200 20000 4200
300
1500
19000
7500
11000
SUNGAI
1400
11000
N M
U
'' 4 5 ''
9500
1500 750
B KE A S I
UNISMA
Jl. CUT MUTIA RAYA No.82 BEKASI 17113
8100
4200
SKALA :
TANGGAL :
NAMA GAMBAR
PONDASI
DAN
750 1500
1650 2850
3400 ABUTMENT
750 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 750
DIGAMBAR : Kelompok 2
KELAS :
NPM :
DIPERIKSA :
19000
19000
1000 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500 1000
1000 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500 1000
750
750
P1 P1 P1 P1 P1
3750
3750
P1 P1 P1 P1 P1
PLAT LANTAI JEMBATAN
7500
9000
7500
11000
P1 P1 P1 P1 P1
3750
3750
P1 P1 P1 P1 P1
750
750
SUNGAI
19000
1000 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500 1000
750
SIT A S I
ER SL
IV A
N M
U
D1 D1 G1 D1 D1 D1 D1
'' 4 5 '' UNISMA
B KE A S I
3750
Jl. CUT MUTIA RAYA No.82 BEKASI 17113
D1 D1 D1 G1 D1 D1 D1
SKALA :
7500
B D1 D1 D1 D1 G1 D1 D1
B TANGGAL :
NAMA GAMBAR
3750
D1 D1 D1 D1 D1 G1 D1
G1
DENAH
750
KETERANGAN DIGAMBAR : Kelompok 2
SKALA 1 : 200 A3
19000
RAILING TROTOAR DIAFRAGMA
TROTOAR GELAGAR
ABUTMENT ABUTMENT
POTONGAN B - B
SKALA 1 : 150
100
350
200
50
150 200
9000
150 200 150
7500 500
GELAGAR
950
750
PLAT LANTAI DIAFRAGMA
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM "45" (YPI 45)
TROTOAR BALOK DIAFRAGMA ER
SIT A S I
SL
IV A
N M
U
ABUTMENT SKALA :
250 250
TANGGAL :
1500 1500 1500 1500 1500 1500
NAMA GAMBAR
1800
200 200 200
POTONGAN
600 DAN
DETAIL
DIGAMBAR : Kelompok 2
KELAS : Sipil B2 2017
NPM :
DIPERIKSA :