OLEH :
NIM : 1319174014
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan judul :
PERENCANAAN JEMBATAN BETON DAN KAYU
Telah selesai diperiksa dan dinilai oleh Dosen Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 Project Work.
Ambon,.………………….. 2022
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Sipil Koordiator Prodi TKJJ
Telah diperiksa dan disetujui Laporan Project Work (PW) terhadap mahasiswa :
A B C D E
Ambon, ………..…….…….2022
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Sipil Koordiator Prodi TKJJ
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan jalan melalui
suatu rintangan. Rintangan ini biasanya jalan lain yang berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa.
Pada umumnya jembatan yang direncanakan dapat berfungsi selama masa layan tertentu. Dalam
masa layannya jembatan memerlukan pemeliharaan, karena usia akan mengalami degradasi, baik
disebabkan karena durabilitas material jembatan, kondisi lingkungan maupun bencana alam yang
dapat mengurangi kemampuan layan tersebut.
Dalam laporan perencanaan jembatan kayu dan beton ini, total panjang jembatan kayu
yang dirancang adalah 5,0 meter, 1 bentang diatas tumpuan abutmen, dengan lebar lantai jembatan
4,0 meter tanpa trotoar, jarak antar gelagar 0,75 meter. Sesuai perhitungan kayu yang digunakan
ukuran 12/25 cm, dengan gelagar atau balok kayu menggunakan balok kayu 25/30 cm. Momen
maksimal yang dihasilkan akibat beban hidup adalah sebesar 2,8125t.m, tegangan yang terjadi
pada tumpuan abutmen adalah 7,1385 kg/cm2 < 15 kg/cm2. Jadi, tegangan yang terjadi pada
tumpuan belum melampaui tegangan ijin bahan dari abutmen.
Salah satu jenis jembatan yang banyak digunakan ialah jembatan beton bertulang.
Perencanaan jembatan yang ramah lingkungan menjadi aspek tersendiri yang harus diperhatikan,
seiring berkembangnya isu pemanasan global dan krisis energi. Dalam Laporan ini direncanakan
Panjang bentang jembatan adalah 18 meter, lebar jembatan 4,50 meter, dan jumlah balok/gelagar 3
buah. Sesuai perhitungan maka untuk tiang sandaran dipakai tulangan ϕ8-40 untuk geser, dan
2ϕ10 untuk lentur 1 sisi atau 4ϕ10 untuk lentur 2 sisi. Total momen lentur m = 30.576,88 N.m.
2
3
4
5
6
7KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan berkatNya,
sehingga Laporan Project Work Perencanaan Jembatan Beton dan Kayu ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh pendidikan D4 TKJJ di Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Ambon.
Selama menyelesaikan Laporan ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Renny James Betaubun, S.T., M.T. Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
2. Bapak Victor Hutubessy, S.T. M.T. Selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil
3. Ibu Ir. Vera Th. C. Siahaya, M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik Konstruksi Jalan
dan Jembatan
4. Bapak Dr. Ir. Hamkah, M.T. selaku Dosen Pembimbing 1 Project Work Perencanaan
Jembatan Beton dan Kayu
5. Bapak David Daniel Marthin Huwae, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing 2 Project
Work Perencanaan Jembatan Beton dan Kayu
6. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan ini secara langsung
maupun tidak langsung
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan saya selaku penulis menyadari adanya
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Saya sangat mengharapkan masukkan-masukkan yang
bersifat membangun dari para pembaca agar dapat menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ambon,………………….,2022
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN….……………………………………….……………………….ii
LEMBAR ASISTENSI..….…..……………………………………………………………….ii
LEMBAR PENILAIAN…...…. ……………………….……………………………….…….iv
ABSTRAK…………………………………………………………….……………................iv
KATA PENGANTAR……………………….…………………….………………………..vi
DAFTAR ISI………………………………………………………..……………………….v
DAFTAR GAMBAR………………………………...…………...…….……………………v
DAFTAR TABEL…………………………………….………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………..….
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….….
A. Jembatan Kayu…………………………………………………………...…………
B. Jembatan Beton…………………………………………………………….……….
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………...….............
A. Jembatan kayu………………………………………………………………………
B. Jembatan Beton……………………………………………………………….…….
1.4. Lingkup Penulisan…………………………………………………….…………….
A. Jembatan Kayu…………………………...…………………………………………
B. Jembatan Beton………………………………………………………….………….
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Perencanaan Jembatan Kayu……………………………………………………….…
A. Jembatan Darurat ( Papan dan Rasuk Kayu )…..………………………………….
B. Sketsa Balok Diatas Tumpuan Abutmen..…………………………………………
C. Sketsa Potongan Melintang Dan Jarak Gelagar………………………………...…
D. Perencanaan Dimensi Papan Lantai……………………………………………….
E. Perencanaan Dimensi Gelagar/Balok………………………….………………….
4.2. PERENCANAAN JEMBATAN BETON
A. Perencanaan tiang sandaran……………………………………….………………
B. Perencanaan Pelat Kantilever…………………………………………….……….
C. Perencanaan pelat bagian dalam…………………………………………………..
D. Perhitungan gelagar…………………………………………………….………….
E. Kontrol Penampang Balok T……………………………………………………..
F. Gambar Perencanaan ………………………………………………………..……
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan………………………………………..………………………………
A. Jematan Kayu…………………………………………………………...…………
B. Jembatan Beton……………………………………………………………...…….
5.2. Saran……………………………………………..……….………………………..
DAFTAR PUSTAKA
10DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Faktor Beban Dinamis untuk BGT untuk Pembebanan Lajur D ………………..……. 15
11
12
13
14
15DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kombinasi beban umum untuk keadaan batas kelayanan dan ultimit ………………… 9
Tabel 2.2. Berat Isi untuk Beban Mati ………………………………………………………………………………. 10
Tabel 2.3. Faktor beban untuk berat sendiri …………………………………………………………………..… 10
Tabel 2.4 Faktor beban untuk beban mati tambahan ………………………………………………………. 11
15.1 Tabel 2.5. Faktor beban akibat tekanan tanah …………………………………………………………………..
11
15.2 Tabel 2.6 Faktor beban untuk beban lajur “D” ………………………………………………..………………..
12
16Tabel 2.7 Faktor beban untuk beban T ……………………………………………………………………..……… 14
Tabel 2.8 Nilai Vo dan Zo untuk Berbagai Variasi Kondisi Permukaan Hulu ………………..……. 16
Tabel 2.9 Tekanan Angin Dasar ………………………………………………………………………………………… 17
Tabel 2.10 Faktor Modifikasi Respon (R) untuk Bangunan Bawah ………………………………….... 18
Tabel 2.11 Faktor Modifikasi Respon (R) untuk Hubungan antar Elemen Struktur ……………. 18
BAB I
17PENDAHULUAN
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka, konstruksi
jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik dari segi
kenyamanan, keamanan, maupun keindahan. Oleh krena itu proses perencanaannya harus
diperhitungkan dengan sebaik mungkin. Pada umumya perhitungan jembatan terbagi atas
dua bagian penting yaitu bagian atas jembatan dan bagian bawah jembatan.
Jembatan adalah suatu konstruksi untuk meneruskan jalan yang terputus atau melalui
suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya berupa jalan air, lereng,
jalan raya, rel kerata api dan lain - lain.
Jembatan sangat berperan penting bagi kelancaran Transportasi. Bila lebar jembatan
kurang untuk menampung jumlah jalur yang diperlukan oleh lalu lintas, tentu saja hal ini
akan menghambat laju lalu lintas. Oleh karena itu jembatan menjadi pengontrol volume
dan berat lalu lintas yang dapat dilayani oleh system transportasi, jembatan dapat
dikatakan mempunyai fungsi keseimbangan dari system transportasi.
Salah satu tolak ukur maju mundurnya perekonomian adalah pada kualitas sarana dan
prasarana perekonomian itu sendiri, salah satunya adalah system transportasi yang baik,
yang merupakan gabungan dari beberapa sarana transportasi seperti jalan, jembatan, dan
aspek yang lain. Keberadaan jembatan sebagai penyokong system transportasi yang baik
menjadi sangat penting di Negara kita ini, mengingat kondisi geografis yang bermacam –
macam, maka jembatan sebagai transportasi penghubung perlu mendapat perhatian lebih
demi melancarkan system transportasi. Menyadari pentingnya perencanaan jembatan
tersebut Politekik Negeri Ambon khususnya Jurusan Teknik Sipil memberikan tugas
Perencanaan bagi mahasiswa berupa Laporan Project Work.
Secara umum, project work ini adalah merencanakan alternative struktur jembatan
konstruksi beton dengan panjang bentang 18 meter dan 3 buah balok/gelagar.Lebar
jembatan 5,32 meter dan lebar perkerasan aspal 4,50 meter, spesifikasi beban hidup +
kejut menggunakan BM-100.
A. Jembatan Kayu
1. Berapa dimensi papan lantai yang diperlukan sehingga jembatan masih kuat
menerima beban aspal diatasnya ?
2. Berapa dimensi gelagar kayu yang dibutuhkan sehingga jembatan masih kuat
menerima beban mati dan beban hidup dengan 4 alternatif posisi gerakan beban
hidup bergerak.
3. Bagaimana menentukan posisi pembebanan yang menghasilkan momen
maksimum akibat beban hidup.
4. Bagaimana kontrol tegangan lentur dan tegangan geser yang terjadi pada gelagar
jembatan kayu dan tegangan yang terjadi pada tumpuan abutmen.
B. Jembatan Beton
1. Bagaimana merencanakan tiang sandaran jembatan permanen, meliputi dimensi
beton dan penulangan serta kontrol terhadap kapasitas momen dan tulangan geser.
2. Bagaimana merencanakan dimensi beton dan penulangan dari pelat kantilever
jembatan meliputi perhitungan momen lentur, gaya geser beton dan penulangan.
3. Bagaimana merencanakan dimensi beton dan penulangan dari pelat bagian dalam
jembatan meliputi perhitungan momen lentur arah-x dan momen lentur arah-y,
baik akibat beban hidup maupun akibat beban mati, gaya geser beton dan
penulangan.
A. Jembatan kayu
1. Untuk mengetahui dimensi papan lantai sehingga jembatan kayu masih kuat
menerima beban lapisan aspal diatasnya.
2. Untuk mengetahui dimensi gelagar kayu sehingga jembatan masih kuat menerima
beban mati dan beban hidup dengan 4 alternatif posisi gerakan beban hidup
bergerak.
4. Untuk mengetahui kontrol tegangan lentur dan tegangan geser yang terjadi pada
gelagar jembatan kayu dan tegangan yang terjadi pada tumpuan abutmen.
B. Jembatan Beton
1. Untuk merencanakan tiang sandaran jembatan permanen, meliputi dimensi beton
dan penulangan serta kontrol terhadap kapasitas momen dan tulangan geser.
2. Untuk merencanakan dimensi beton dan penulangan dari pelat kantilever jembatan
meliputi perhitungan momen lentur, gaya geser beton dan penulangan.
3. Untuk merencanakan dimensi beton dan penulangan dari pelat bagian dalam
jembatan meliputi perhitungan momen lentur arah-x dan momen lentur arah-y,
baik akibat beban hidup maupun akibat beban mati, gaya geser beton dan
penulangan.
4. Untuk merencanakan dimensi beton dan penulangan dari gelagar jembatan (balok-
T) meliputi perhitungan beban dan momen akibat beban mati, beban dan momen
akibat beban, gaya geser beton dan penulangan.
A. Jembatan Kayu
Lingkup Perencanaan Jembatan Kayu, meliputi :
1. Dimensi papan lantai jembatan kayu
2. Gelagar kayu
3. Posisi pembebanan
B. Jembatan Betonn
Lingkup Perencanaan Jembatan Beton, meliputi :
1. Tiang sandaran jembatan beton
2. Dimensi beton dan penulangan dari pelat kantilever
3. Penulangan dari gelagar jembatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibangun dengan melewati penghalang atau
rintangan berupa sungai, danau, selat, rawa, rel, jalan, dan lainlain dengan tujuan untuk
menghubungkan dua daerah guna memperlancar transportasi darat.
Beban permanen :
MS beban mati komponen struktural dan non struktural jembatan
MA beban mati perkerasan dan utilitas
TA gaya horizontal akibat tekanan tanah
PL gaya-gaya yang terjadi pada struktur jembatan yang disebabkan oleh proses
pelaksanaan, termasuk semua gaya yang terjadi akibat perubahaan statika yang
terjadi pada konstruksi segmental
PR prategang
Beban Transien :
SH gaya akibat susut/rangkak
TB gaya akibat rem
TR gaya akibat sentrifugal
TC gaya akibat tumbukan ken daraan
TV gaya akibat tumbukan kapal
EQ gaya gempa
BF gaya friksi
TD beban lajur “D”
TT beban truk “T”
TP beban pejalan kaki
SE beban akibat penurunan
ET gaya akibat temperatur gradient
EUn gaya akibat temperatur seragam
EF gaya apung
EWS beban angin pada struktur
EWL beban angin pada kendaraan
EU beban arus dan hanyutan
Faktor beban untuk setiap beban untuk setiap kombinasi pembebanan harus diambil
seperti yang ditentukan dalam Tabel 2.1. Kombinasi pembebanan harus dikalikan dengan
faktor beban yang sesuai. (SNI 1725:2016)
Tabel 2.1. Kombinasi beban umum untuk keadaan batas kelayanan dan ultimit
B. Beban Permanen
Beban permanen merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap
perencanaan jembatan. Beban permanen yang diperhitungkan dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Beban lalu lintas untuk rencana jembatan jalan raya terdiri dari beban lajur “D”
dan beban truk “T”. Pembebanan lajur “D” ditempatkan melintang pada lebar penuh
dari jalan kendaraan. Jembatan dan menghasilkan pengaruh pada jembatan yang
ekivalen dengan rangkaian kendaraan sebenarnya. Beban truk “T” adalah berat
kendaran tunggal dengan tiga gandar yang ditempatkan pada berbagai posisi
sembarang pada lajur lalu lintas. Tiap gandar terdiri dari dua pembebanan
bidangbidang kontak yang dimaksud agar mewakili pengaruh roda kendaraan berat
(trailer). Beban satu truk “T” ini hanya boleh ditempatkan per lajur lalu lintas
rencana. Pada umumnya beban lajur “D” akan memberikan efek yang lebih
maksimum pada jembatan-jembatan bentang menengah dan panjang sehingga untuk
analisa struktur jembatan bentang menengah dan panjang hanya akan menggunakan
beban lajur “D”. Sedangkan untuk jembatan-jembatan bentang pendek dan sistem
lantai deck, efek beban truk “T” akan lebih maksimum dibandingkan dengan efek
beban lajur “D”. (SNI 1725:2016).
15
L>30 m; q = 9.0 ( 0.5 + ) kPa (2.2)
L
Gambar 2.1 Beban lajur D (SNI 1725:2016)
Beban lajur D ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas seperti
ditunjukan dalam Gambar 2.1. Selain beban terbagi rata BTR, beban lajur D
juga termasuk beban garis terpusat (BGT) sebesar p kN/m. Besarnya intensitas
p adalah 49 kN/m. Pada bentang menerus, beban garis terpusat (BGT)
ditempatkan dalam kedudukan lateral sama yaitu tegak lurus arah lalu lintas
pada dua bentang agar momen lentur negatif menjadi maksimum. (SNI
1725:2016)
D. Beban Lingkungan
Beban Angin
Tekanan angin horizontal diasumsikan disebabkan oleh angin rencana dengan
kecepatan rencana dasar (VB) sebesar 90 hingga 126 km/jam. Beban angin
harus diasumsikan terdistribusi secara merata pada permukaan yang terekspos
oleh angin. Luas area yang diperhitungkan adalah luas area dari semua
komponen, termasuk sistem lantai dan railing yang diambil tegak lurus
terhadap arah angin. Untuk jembatan atau bagian jembatan dengan elevasi
lebih tinggi dari 10000mm diatas permukaan tanah atau permukaan air,
kecepatan angin rencana VDZ, harus dihitung dengan persamaan sebagai
berikut: (SNI 1725:2016)
V 10 Z
𝑉𝐷𝑍 = 2,5 × 𝑉0 × ( ) × 𝑙𝑛 ( ) (2.3)
VB Z0
Dengan tidak adanya data yang lebih tepat, tekanan angin rencana dalam Mpa
dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan berikut :
Vdz
𝑃𝐷 = 𝑃𝐵 × ( ) (2.4)
Vb
Dimana:
VDZ = kecepatan angin rencana pada elevasi rencana (km/jam)
V10 = kecepatan angin pada elevasi 10000 mm diatas permukaan tanah atau
permukaan air rencana (km/am)
VB = kecepatan angin rencana yaitu 90 hingga 120 km/jam pada elevasi 1000
mm
Z = elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau permukaan air dimana
beban angin dihitung (Z > 10000 mm)
VO = kecepatan gesekan angin, yang merupakan karakteristik meteorologi,
sebagaimana ditentukan dalam Tabel 2.8 (km/jam)
ZO = panjang gesekan di hulu jembatan, yang merupakan karakteristik
meteorologi, ditentukan pada Tabel 2.8 (mm)
PB = Tekanan angin dasar, ditentukan pada Tabel 2.9 (Mpa)
PD = Tekanan angin rencana (Mpa)
Tabel 2.8 Nilai Vo dan Zo untuk Berbagai Variasi Kondisi Permukaan Hulu
Tabel 2.11 Faktor Modifikasi Respon (R) untuk Hubungan antar Elemen Struktur
BAB III
METEDOLOGI
A. Jembatan Kayu
Data yang dibutuhkan diperoleh dari tugas Project work yang diberikan yaitu :
1. panjang jembatan
2. Lebar lantai jembatan
3. Jarak antar rasuk/gelagar
4. Tekanan gandar bergerak
5. Tebal lapis aspal diatas papan lantai
6. Berat jenis aspal
7. Berat jenis kayu
8. Tegangan lentur ijin kayu
9. Tegangan geser ijin kayu
10. Tegangan abutmen pas. Batu kali campuran 1:3
11. Tinjauan jarak gandar terkecil
B. Jembatan Beton
Data yang dibutuhkan diperoleh dari tugas Project Work yang diberikan yaitu :
1. Panjang jembatan
2. Lebar jembatan/Perkerasan aspal
3. Jumlah balok/gelagar
4. Spesifikasi beban hidup + kejut
5. Spesifikasi beton
6. Kuat tekan ijin beton
7. Spesifikasi baja tulangan
3.2. Diagram Alir Perencanaan Jembatan
Mulai
Kontrol
kapasitas
Perencanaan pelat
kantilever
Perhitungan
gelagar
Gambar perencanaan
Penyusunan laporan
BAB IV
PEMBAHASAN
h=
√ 6W
b
=
√ 6 x 302,33
25
=8,52 cm< 12cm (aman)
Jadi dimensi papan lantai 12/25 aman dipakai sebagai lantai jembatan
5.0
Alternatif 1
3M
3M
2t 2t
A D1 C B
MC
MD1
1,75 x ( 5,0−2,0 )
RA = =1,05 ton
5
3 M 3 M
2 t 2 t
A C D2 B
MC
MD 2
Alternatif 3
3m 3m
2t 2t
A D1 C D2 B
5m
MD1 MC MD1
Alternatif 4
3m 3m
2t 2t
2.50 2.50
A c B
5m
MC
1 1
RA = P = x 1,75 =0,875 ton
2 2
2t 2t 2t
VA = ( 12 x 0 ,764569 x 5,0)+( 1,75+ 1,755,0x 2,0 )
= 4,361 ton = 4.361 kg
30
25
V 3 4.361
τ= x = x 1,5=8,6 kg/c m2 ¿ 10 ( Aman )
bh 2 25 x 30
40 cm
V 4.361
σ abutmen = = x 1,5
bh 25 x 40
Jadi, tegangan yang terjadi pada tumpuan belum melampaui tegangan ijin bahan dari abutmen
4.2. PERENCANAAN JEMBATAN BETON
Sketsa penulangan
H= 140 d= 125
b= 120
= 2.000 x 1,0=2.000 N . m
200 ( √ 0,85 x 30 )
0,85 x 30 2 x 1,6
= 1− 1− =0,008
1,4 1,4
P min = = =0,007> 0,008
fy 200
Dipakai P perlu
Bila dianggap baja tulangan telah mencapai luluh pada saat beton retak (Ƹc=0,003)
fs=fy
As x fy 100,5 x 200
a = = =7,88
0,85 x f c x b 0,85 x 30 x 100
'
a 7,88
c = = =9,27 mm
β 1 0,85
fs = 600( d −c
c )=600 (
9,27 )
125−9,27
=7.490,61 MPa> fy (ok )
= 2.433.360 N.mm
= 2.433.360 N.m
Mn 2.433.360
= =1,20> 1,0 ( fk=ok )
Mu 2000
Vu = 2000 N
1 1
Vc =
3
√ f c ' b d = √ 30 x 100 x 125=22.821,77 N
3
½ x ϕ x Vc
= 0,5 x 0,6 x 22.821,77 = 6.846,531 N > Vu
(Tidak perlu beugel/sengkang)
Untuk kestabilan struktur dan peraturan, maka dipasang tulangan minimum ( spasi
maksimum )
S maksimum = ½ d = ½ x 125 = 62,5 mm
Atau S max = 62,5 mm
Digunakan spasi 62,5 mm dengan luas tulangan minimum
Luas penampang geser perlu (Av)
1
√ fc ' bs
Av min = 3
fy
1
√30 x 100 x 62,5
=3 2
=57,05 mm
200
Av fy
S =
1/3 √ fc' b
28,26 x 200
= =¿ 34,4
1/3 √ 30 x 100
Jadi dipakai tulangan ϕ8 – 40 mm untuk geser
Jadi dipakai tulangan ϕ8-40 untuk geser, dan 2ϕ10 untuk lentur 1 sisi atau 4ϕ10 untuk
lentur 2 sisi.
100 ϕ6 – 40
Tulangan lentur
ϕ
2 8
6,5 m
Tulangan geser
ϕ8 – 40
fc' = 30 MPa
fy = 200 MPa
Lenga
Volume bagian γ W Momen
No n
(m3) (kg/m3) (kg) (kg.m)
(m)
1 0,10 x 0,16 x 0,50=0,0080 2400 19,20 0,855 16,416
2 ( 0,70 x 0,110 ) 2400 9,24 0,862 7,965
0,10 x =0,00385
2
3 0,10 x 0,05 x 0,50=0,0025 2400 6,00 0,800 4,800
4 ( 0,15 x 0,50 ) 2400 9,00 0,725 6,525
0,10 x =0,00375
2
5 1,00 x 0,825 x 0,20=0,165 2400 396,0 0,4125 163,350
6 ( 0,825 x 0,10 ) 2400 99,00 0,275 27,225
1,00 x =0,0413
2
7 1,00 x 0,625 x 0,07=0,004375 2400 96,25 0,3125 30,078
P 2,0 x 100 kg/m 200,0 1200 240,000
T 1,299 x 7000 (wheel load) 9.093,0 0,275 2500,575
Air hujan = 2x0,625x0,05 1000 62,50 0,3125 19,531
Railing = 2x2x6 24,00 0,825 19,80
Total momen m
Total momenlenturM =30.576,88 N.m
Pperlu =
0,85 x fc
fy ( √
1− 1−
2k
0,85 fc )
Pperlu =
0,85 x 30
200 ( √
1− 1−
2 x 0,5614
0,85 x 30 )
=0,002
1,4
Pmin =
fy
1,4
= =0,007<0,002 dipakai P min
200
Pperlu =
fy ( √
0,85 x fc '
1− 1−
2k
0,85 fc ' )
Pperlu =
0,85 x 20
200 ( √
1− 1−
2 x 0,703
0,85 x 20
=0,0422 )
1,4 1,4
Pmin = = =0,007> 0,0422dipakai Pmin
fy 200
Pperlu =
fy ( √
0,85 x fc '
1− 1−
2k
)
0,85 fc '
Pperlu =
0,85 x 20
200
1,4 1,4
( √ 0,85 x 20 )=0,0400
1− 1−
2 x 0,667
D. Perhitungan gelagar
A=
1.425 x 280 2
=1,841 m
2
a. Beban mati
0,10 x 0,16 x 1,0 x 2.400
Hand rail : x 1,773 = 34,042 kg/m
2
Railing (pipa) : 2 x 1,0 x 6 x 1,773 = 21,276 kg/m
Perkerasan : 0,07 x 2.200 x 1,841 = 283,514 kg/m
Air hujan : 0,05 x 1.000 x 1,841 = 92,050 kg/m
Plat lantai : 0,20 x 2.400 x 1,841 = 883,680 kg/m
Gelagar : 0,95 x 0,54 x 2.400 x 1,00 = 1.231,200 kg/m
Total qDL = 2.545,762 kg/m
= 291,6 kg
MqDL Mx =
1
2 DL ( ( ))
x q x l2
x
l
1−
x
l
MqDL
1
= x 2.545,762 x 18
2 ( (
2 2
18
1−
2
18 )) = 40.732,192 kg.m
1
MTB = x 291,6 x 2 = 291,600 kg.m
2
M1DL = 41.032,792 kg.m
= 410.327,92 N.m
Momen pada potongan 2, x= 4,0 m (M2DL)
MqDL =
1
2 ( (
x 2.545,762 x 182
4
18
1−
4
18 )) = 71.281,336 kg.m
1
MTB = x 291,6 x 4 = 583,02 kg.m
2
M2DL = 71.864,536 kg.m
= 718.645,36 N.m
Momen pada potongan 3, x= 6,0 m (M3DL)
MqDL =
1
2 ( (
x 2.545,762 x 182
4
18
1−
4
18 )) = 71.281,336 kg.m
1
MTB = x 291,6 x 6 = 874,800 kg.m
2
M3DL = 72.156,136 kg.m
= 721.561,36 N.m
MqDL =
1
2
x 2.545,762 x 182
( (
8,25
18
1−
8,25
18 ))
= 102.387,365 kg.m
1
MTB = x 219,6 x 8.25 = 905.85 kg.m
2
M4DL = 103.293,215 kg.m
= 1.032.932,15 N.m
c. Beban Hidup
Koefisien kejut = 1,296
8.400
Beban garis, P = 1,296 x x 1,841=7.287,95 kg
2,75
1.540
Beban terbagi rata = x 1,841=1.030,96 kg/m
2,75
1,567 x 2350
A= 1,841 m 2
2
Mx (p) = P.L ( ( ))
x
l
1−
x
l
Mx (q) =
1
2
P.L
( ( ))
x
l
1−
x
l
1
Mx (q) = 1.030,96 x 18
2
2 2
18( ( ))
1−
2
18
= 16.495,360 kg.m
1
Mx (q) = 1.030,96 x 18
2
2 4
18( ( )) = 28.866,88 kg.m
1−
4
18
Mx (p) = 7.287,95 x 18 ( ( ))
6
18
1−
6
18
= 29.151,800 kg.m
1
Mx (q) = 1.030,96 x 18
2
2 6
18( ( ))
1−
6
18
= 37.114,560 kg.m
Mx (p) = 7.287,95 x 18 ( (
8,25
18
1−
8,25
18 )) = 32.568,027 kg.m
1
Mx (q) = 1.030,96 x 18
2 ( (
2 8,25
18
1−
8,25
18 )) = 41.463,922 kg.m
M4LL = 74.031,950 kg.m
= 740.319,50 N.m
Momen lentur total
Pembebanan M1 M2 M3 M4
Beban mati 410.327,92 718.645,36 721.561,36 1.032.932,15
(DL) (N.m)
Beban hidup 294.517,60 515.405,02 662.663,60 740.319,50
(LL) (N.m)
Total 704.845,52 1.234.050,38 1.384.224,96 1.773.251,65
200 ( √ 0,85 x 20 )
0.85 x 20 2 x 1,15
= 1− 1− =0.00596
1,4 1,4
P min = = =0,007> 0,00596dipakai P min
fy 200
a 110,8
c = = =130,35 mm
β 1 0,85
fs = 600 ( d −c
c )
=600 (
1.090−130,35
130,35 )=4417,26 MPa>fy ok
Mn = As . fy ( d−a/2 )
(
=4.239 x 200 1.090−
110,8
2 )
= 877.133.880 N.mm = 877.133,88 N.m
Mn 877.133,88
= =1,48>1 (faktor keamanan)
Mu 591.083,89
1 1
b = x l= x 18.000 = 4.500 mm
4 4
b = b w x 16 ht =450 x (16 x 200) = 3.650 mm
b = jarak p . k . p = 1.500 mm
Mnf ( h2 )
= 0,85 . fc . b . ht d−
(
= 0,85 x 20 x 1.500 x 200 1.060−
200
2 )
= 4.896 x 103N.m< M1
Pperlu =
fy ( √
0.85 fc '
1− 1−
2K
)
0,85 fc'
200 ( √ 0,85 x 20 )
0.85 20 2 x 1,74
= 1− 1− =0.0174
1,4 1,4
P min= = =0,007< 0,0174dipakai Pperlu
fy 200
Luas penampang tulangan perlu
As =Pbd
= 0,0174 x 450 x 1.060 = 8.299,8mm2
Dipakai tulangan11ϕ32 (As = 8.842,24mm2)
Dianggap baja tulangan mencapai luluh saat beton mulai retak
(Ƹc : 0,003), fs = fy atau Nt = ND
As . fy 8.842,24 x 200
a = = =231,2 mm
0,85 f c b 0,85 x 20 x 450
'
a 231,2
c = = =271,9mm
β 1 0,85
fs = 600 ( d −c
c )
( (
As max.= 0,0319 x h f b+b w
0,510 x d
hf
−1
))
(
=0,0319 x 200 1.500+450 ( 0,510200x 1.060 −1))
= 14.459,3 mm2
As min = Pmin. b . d=0,007 x 450 x 1.060=3.339,0 mm2
Pemakaian baja tulangan 11ϕ32 (As :8.842,2 mm2) > As min dan < As max. Dengan
demiikian penampang balok memenuhi standar daktilitas.
Mnf (
= 0,08. fc . b . hf d−
hf
2 )
(
= 0,08 x 1500 x 20 x 200 1060−
200
2 )
= 4.608 x 103N.m< M4
Karena Mnf< M4, maka balok tidak berperilaku sebagai balok T persegi
Mu 1.773.251,65 x 103 2
K = 2= 2
=4,384 N /mm (MPa)< fc' =10
ϕb d 0,8 x 450 x 1.060
P perlu =
fy ( √
0.85 fc '
1− 1−
2K
)
0,85 fc'
=
0.85 20
200 ( √ 0,85 x 20 )=0.0259
1− 1−
2 x 4,384
1,4 1,4
P min= = =0,007< 0.0259dipakai Pperlu
fy 200
( )
0,85 fc β 1 600
P max = 0,75 x
fy 600+ fy
= 0,75 x
200 (
0,85 x 20 x 0,85 600
600+200 )
= 0,0542
Pmin< P perlu< P max, diambil P = 0,0259
Luas tulangan perlu
As =Pbd
= 0,0259x 450 x 1.060= 12.354,3 mm2(minimal)
Dipakai tulanga 16ϕ32 (As = 12.861,44 mm2)
Sketsa penampang tulangan
Dipakai baja tulangan 16ϕ32 (As = 12.861,44 mm2)
As . fy 12.861,44 x 200
a = = =336,247 mm
0,85 f c b 0,85 x 20 x 450
'
a 336,247
c = = =395,58 mm
β1 0,85
fs = 600( d −c
c )
F. Gambar Kerja
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
A. Jematan Kayu :
1. Kayu yang digunakan untuk papan lantai jembatan adalah kayu dengan ukuran 12/25
cm
2. Dimensi gelagar atau balok kayu yang digunakan adalah balok kayu 25/30 cm
3. Momen maksimum yang dihasilkan akibat beban hidup adalah sebsesar 2,1875 t.m
4. Tegangan yang terjadi pada tumpuan abutmen adalah 7,1385 kg/cm2 < 15
Jadi, tegangan tersebut belum melampaui tegangan ijin bahan dari abutmen
B. Jembatan Beton :
1. Untuk tiang sandaran dipakai tulangan ϕ10-120 untuk geser, dan 2ϕ12 untuk lentur 1
sisi atau 4ϕ12 untuk lentur 2 sisi
2. Total momen lentur m = 30.576,88 N.m 3.
3. Dimensi tulangan arah y dipakai tulangan ϕ20 – 180 mm dan dimensi tulangan arah x
dipakai tulangan ϕ16 – 105 mm
4. Momen lentur akibat beban mati yang bekerja sebesar 2.883.466,79 N.m dan momen
lentur akibat beban hidup yang bekerja sebesar 2.212.905,72 N.m. Besar momen yang
bekerja pada tumpuan adalah 591.083,89 N . m .Gaya geser beton sebesar 369.395,0 N
dan tulangan geser pada tumpuan gelagar dipakai sengkang 2ϕ12 – 130 mm, dan
6ϕ30 untuk lentur
5. Pemakaian baja tulangan 11ϕ32 (As :8.842,2 mm2) > As min dan < As max. Dengan
demiikian penampang balok memenuhi standar daktilitas.
5.2. Saran
1. Laporan perencanaan jembatan ini harus dikerjakan dengan teliti agar bisa dimengerti
dan dipahami oleh pembaca
2. Laporan perencanaan jembatan ini harus dipertahankan dan dikembangkan karena
sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan.
Daftar pustaka
Dr. Ir. Hamkah, MT. (2018) “Perencanaan bangunan atas jembatan sederhana”
Politeknik Negeri Ambon, Ambon
Ayu Pangestuti, Dkk (2015). Jurnal Teknik Sipil. Jembatan struktur rangka baja
(Steel truss bridge) Pemodelan jembatan rangka “Dam Bridge”,101-116.
Christhy Amalia Sapulete Dkk (2016). Jurnal Sipil Statik. Optimasi teknik
struktur atas jembatan beton bertulang. 2337-6732
DR. Ir. Bambang Supriyadi, CES.DEA. (2007) “Jembatan” Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Dr. Ir. Hamkah, MT. (2018) “Aplikasi Jembatan Balok Beton Bertulang”
Politeknik Negeri Ambon, Ambon