OLEH
LEMBAR PENGESAHAN
Sc.,Ph.d
Mengetahui,
i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN S-1 TEKNIK SIPIL
LEMBAR NILAI
Dosen Pembimbing,
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala rahmat-Nya sehingga laporan Kuliah Praktek ini dapat terselesaikan. Dalam
Gantung Laosu.
dosen pembimbing kerja praktek, yaitu Bapak UNIADI MANGIDI, ST., MT.,
M.Eng. Sc.,Ph.d yang telah membimbing kami serta teman – teman dan semua
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini baik secara langsung
maupun tak langsung telah membantu memberikan dukungan, saran dan kritik
memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya laporan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGSAHAAN....................................................................................i
LEMBAR NILAI....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………..…..v
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
2.3.1 Tanah….....................………………….….………................12
v
2.4 Jenis Jenis Talud / Dinding Penahan Tanah) …........………….…...........18
2.5.2 Analisis Pendekatan dari Gaya Aktif yang Bekerja pada Tembok
vi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………...........68
5.2 Saran……………………………………………………………….....69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
2.6 Analisis pendekatan dari gaya aktif yangbekerja pada tembok dengan
3.6 Excavator......................................................................................................38
viii
4.3 Pemasangan Batu Kosong.............................................................................48
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Praktek Kerja lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib bagi
mahasiswa program studi Teknik Sipil Kelautan Universitas Halu Oleo. Hal ini
yang telah menempuh lima semester, dan merupakan salah satu syarat yang
Sulawesi Tenggara.
sangat dominan dalam menyambung celah daratan yang terpisah oleh sungai,
danau, jurang, lembah dan lain sejenisnya, adapun proses yang akan di bahas
pakai sebagai pelindung dan alat atau media yang berasal dari bebatuan
pegunungan.
lapangan.
1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.2.1 Maksud
Peraktek (KP)
1.2.2 Tujuan
1.3 Manfaat
timbul pada proses pelaksanaan pekerjaan Talud, serta dapat mencari jalan
2
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah
Laporan praktek kerja ini secara garis besar berisi tentang data-data
proyek.
pekerjaan Talud.
proyek.
3
2) Data Sekunder
buku-buku atau dokumen lain yang berkait dengan penulisan laporan ini.
berikut :
BAB I Pendahuluan
sajikan.
penelitian sehingga landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam
4
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
5
BAB II
LANDASAN TEORI
lintas yang terputus pada kedua ujungnya akibat adanya hambatan berupa:
Struktur bawah jembatan adalah pondasi. Suatu sistem pondasi harus dihitung
Secara garis besar konstruksi jembatan terdiri dari dua komponen utama
langsung beban dari orang dan kendaraan yang melewatinya. Bangunan atas
terdiri dari komponen utama yaitu lantai jembatan, rangka utama, gelagar
Selain itu juga terdapat kompenen penunjang pada bangunan atas yaitu trotoir,
dari bangunan atas ditambah tekanan tanah dan gaya tumbukan dari perlintasan
6
Dalam merencanakan suatu jembatan, perlu diperhatikan hal – hal sebagai
berikut:
alinyemen dari jalan raya yang telah ditentukan terlebih dahulu,akan tetapi
telah ditentukan tersebut tidak memugkinkan (karena kondisi tanah atau kondisi
secara tiga dimensi, jarak, ketinggian, dan sudut dengan memanfaatkan berb
Pentingnya kita mengetahui kondisi tanah dasar yaitu agar kita dapat
pondasi abutmen jembatan, dimana kita harus mengetahui tekstur tanah yang
7
c) Kondisi aliran sungai
ini juga sangat penting pada penentuan kondisi eksternal karena dimana aliran
sungai ini sangat berpengaruh pada proses pengerjaan dan juga pada proses
pengikisan misalnya pada abutmen jembatan atau juga pada pondasi pancang
nantinya.
3. Stabilitas konstruksi
jembatan, dengan selalu terikat pada prinsip bahwa konstruksi harus memenuhi
dengan biaya seekonomis mungkin dapat dihasilkan jembatan yang kuat dan
aman.
4. Pertimbangan pelaksanaan
agar tetap berjalan dengan lancar dan aman selain itu juga harus
5. Pertimbangan pemeliharaan
8
6. Keamanan dan kenyamanan
bila di ditikungan) yang perlu dibuat dengan jari–jari yang cukup besar dan
kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
9
3. Berdasarkan bahan konstruksinya,jembatan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam :
macam,antara lain :
Fungsi talud atau dinding penahan tanah yang utama ialah untuk
bermacam-macam seperti berat tanah, berat benda, dan berat air yang
terlampau berlebih.
10
Sedangkan kegunaan talud secara khusus antara lain sebagai pelindung area
tebing, pemelihara sarana dan prasarana, serta pemanfaatan ruang dari suatu
pembangunan.
bagunan yang berada pada kemiringan tertentu, talud dapat berfungsi sebagai
penahan untuk menjaga stabilitas lereng. Jika dijabarkan lebih rinci lagi, adapun
• Sebagai penahan gaya tekan dalam mencegah keruntuhan lateral pada tanah
• Selain menahan gaya lateral tanah, talud juga berfungsi sebagai penahan lateral air
dan bisa membuat bangunan tidak stabil lagi. Dalam hal ini, talud bisa mencegah
terjadinya erosi.
• Sebagai pencegah terhadap rembesan air pada air muka tanah agar bangunan tetap
kokoh dan tidak lembap, yang mana bisa menyebabkan penurunan kualitas
ketahanannya.
a. Sebagai penahan pada saat pembangunan jalan raya maupun rel kereta api jembatan
11
c. Penahan banjir pada sungai, tujuannya adalah agar air tidak memasuki
2.3.1 Tanah
mencakup semua bahan dari tanah lempung sampai kerakal; jadi semua
endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil kecuali batuan. Tanah
dibentuk oleh pelapukan fisika dan kimiawi pada batuan. Pelapukan fisika
salju atau es. Jenis kedua adalah pengikisan, akibat air, angin, atau pun sungai
es (glacier). Proses ini menghasilkan butir yang kecil sampai yang besar,
namun komposisinya masih tetap sama dengan batuan asalnya. Butir lanau
dan pasir biasanya terdiri atas satu jenis mineral saja. Butir lebih kasar terdiri
atas beberapa jenis mineral, seperti halnya pada batuan asalnya. Perlu
Pelapukan kimiawi adalah proses yang lenih rumit daripada pelapukan fisika.
Pelapukan kimiawi memerlukan air serta oksigen dan karbon dioksida. Proses
kimiawi ini mengubah mineral yang terkandung dalam batuan menjadi jenis
mineral lain yang sangat berbeda sifatnya. Mineral baru ini disebut mineral
lempung (clay minerals). Jenis mineral ini yang terkenal adalah kaolinite,
12
illite dan montmorillonite. Mineral ini masih termasuk bahan yang disebut kristalin,
dan besrnya umumnya lebih kecil dari 0,002 mm. Mineral lempung inilah yang
menghasilkan sifat lempung yang khusus, yaitu kohesi serta plastisitas. Jenis
mineral lempung yang dihasilkan pada suatu keadaan tertentu bergantung pada
topografi, dan nilai ph dari air yang merembes dalam tanah. Misalnya, kaolinate
dibentuk dari mineral feldspar akibat air dan karbon dioksida. Kwarsa adalah
mineral yang paling tahan terhadap pelapukan, sehingga tanah yang berasal dari
granit biasanya mengandung banyak butir kasar yang terdiri atas kwarsa,
(tercantum dengan butir lain yang lebih halus). Pelapukan kimiawi paling keras
pada iklim panas dan basah. Pada iklim semacam ini pelapukan dapat berlangsung
puluhan meter. Cara pelapukan sebetulnya kurang penting diketahui dengan teliti;
yang penting adalah sifat tanah yang dihasilkan oleh proses pelapukan. Selain
pelapukan fisika dan kimiawi, ada faktor lain yang terlibat dalam cara pembentukan
pengendapannya di lain tempat seperti laut atau danau. Proses ini diperlihatkan
pada Gambar.1. Tanah yang terbentuk langsung akibat pelapukan kimiawi disebut
tanah residu (residual soil). Tanah ini tetap pada tempat pembentukannya di atas
batuan asalnya. Hujan menyebabkan erosi dan tanah di angkut melalui sungai
sampai mencapai laut atau danau. Disini terjadi pengendapan lapisan demi lapisan
13
dapat. Berlangsung selama ribuan atau jutaan tahun. Tanah ini disebut tanah
(Wesly,2010).
(Sumber: Buku Mekanika Tanah untuk tanah endapan dan residu, Laurance
D.Wesley)
Jenis tanah ini mempunyai sifat teknik yang umumnya jauh lebih baik
daripada tanah endapan. Di pulau Jawa bahan vulkanis berupa breksi, batu
pasir vulkanis (tuffaceous sandstone), aliran lahar, lapisan abu, dan kadang-
menghasilkan tanah yang berbutir halus dan berkohesi (fine grained cohesive
soil). Tanah yang dihasilkan dapat dibagi secara garis besar menjadi dua jenis
utama, yang saling berkaitan erat. Jenis pertama adalah lempung merah tropis
(tropical red clay or lateritic clay) yang banyak terdapat pada bagian lereng-
14
lereng gunung api yang tidak tinggi. Tanah ini terkenal dengan nama tanah
merah. Jenis kedua adalah tanah lempung berwarna coklat kekuningan, yang
terdapat pada bagian lereng gunung api yang tinggi. Lereng biasa pada
gunung berapi di Jawa terlihat terdiri atas tanah merah (atau merah
makin berkurang warna merahnya sampai akhirnya kalau lebih tinggi dari
1000 m warnanya akan hilang sama sekali dan diganti dengan warna coklat
kekuningan. Tanah ini sering disebut lempung abu vulkanis (volcanic ash
clay).
Kedua jenis tanah ini mengandung clay minerals yang tidak terdapat
sifat-sifat tanah yang tidak umum. Ada beberapa istilah yang dipakai sebagai
nama kedua jenis tanah ini; dipakai istilah tanah merah dan lempung abu
vulkanis (Wesley, 2012). Jenis tanah timbunan yang digunakan di lokasi studi
berasal dari tanah setempat dengan jenis tanah lempung kelanauan berbutir
kasar.
penimbunan di atas fondasi tanah lunak atau pemadatan tanah urugan pada
15
a. Prosedur pelaksanaan pengurugan secara bertahap, yaitu konstruksi
pengurugan tanah yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan suatu
pembangunan, dengan :
• Menjaga peningkatan tekanan air pori agar tidak melampaui batas tertentu
Perbaikan tanah dalam pada tanah lunak dapat dibedakan atas dua
pertimbangan, yaitu dengan atau tanpa memperbaiki sifat teknis tanah lunak, yaitu
tanah.
16
2. Memperbaiki sifat teknis tanah lunak: Untuk air tanah bermasalah,
dilakukan dengan:
diturunkan.
• Pematusan well point, deep well dan lainnya, jika tidak beresiko terjadi
likuifaksi pada kondisi muka air tanah yang dapat diturunkan. b Untuk
panjang.
tekanan aktif. Yaitu suatu keadaan dimana gaya lateral cukup besar sehingga
halnya jika badan system cenderung putus, maka badan tersebut harus
berpindah ke arah depan (aksi balok konsol) agar tekanan dapat mengurani
keadaan aktif. Jika badan system tidak dapat menentang nilai yang berambah
kecil ini, maka badan itu akan putus atau terpotong. Fungsi utama dari
17
konstruksi penahan tanah adalah menahan tanah yang berada dibelakangnya
b. Berat tanah
a. Batu kali murni & batu kali dengan tulangan (gravity & semi gravity)
berbagai macam jenis talud / dinding penahan tabanah. Perbedaan yang paling
mencolok pada setiap jenis talud adalah bahan yang digunakan dan juga
konstruksinya. Dari sini, berikut beberapa jenis talud yang perlu Anda ketahui:
a. Penahan gravitasi
Pertama, ada talud penahan gravitasi yang berupa dinding kokoh. Jenis
pada tanah padat. Bahan talud ini biasanya terbuat dari beton
18
Prinsip kerja dinding penahan tanah massa (gravity retaining wall) yaitu
dari struktur dapat lebih tinggi dikarenakan bobotnya yang berat dalam menahan
b. Penahan Kantikaliver
Kedua, ada dinding penahan kantilever yang juga terbuat dari dinding
beton yang bertulang dengan bentuk seperti huruf ‘T.’ Fungsinya adalah untuk
menahan gaya kerja pada kantilevernya. Prinsip kerjanya adalah dengan daya
jepit dasar yang terletak pada bagian dasar struktur. Sementara itu, strukturnya
terdiri dari dinding vertikal, tumit tapak, dan juga ujung kaki tapak atau hoe.
19
Ada tiga bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver seperti terlihat
dan menjaga kestabilan dari tekanan tanah pada timbunan maupun pada tebing.
20
c. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian
dalam dinding pada jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal yang
disebut counterfort (dinding penguat). Ruang di atas pelat pondasi diisi dengan
tanah urug. Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar,
maka bagian dinding vertikal dan tumit perlu disatukan. Counterfort berfungsi
21
d. Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress
bagian tumit 10 lebih pendek dari pada bagian kaki. Stabilitas konstruksinya
diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit
tapak. Dinding ini dibangun pada sisi dinding di bawah tertekan untuk
memperkecil gaya irisan yang bekerja pada dinding memanjang dan pelat
lantai. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 meter.
Kelemahan dari dinding ini adalah penahannya yang lebih sulit daripada
jenis lainnya dan pemadatan dengan cara rolling pada tanah di bagian
22
2.5 Analisa Stabilitas Dinding Penahan Tanah / Talud
kemiringan alam (its natural slope), dan juga digunakan untuk menahan atau
a. Dinding gravitasi yang dibuat dari balok batuan (stone masonry), bata atau
dan geser.
b. Dinding konsol
pertebalan belakang.
f. Tumpuan jembatan.
keadaan tanah tekanan aktif. Yaitu suatu keadaan dimana gaya lateral
23
cenderung putus, maka badan tersebut harus berpindah ke arah depan (aksi
balok konsol) agar tekanan dapat mengurani keadaan aktif. Jika badan
system tidak dapat menentang nilai yang berambah kecil ini, maka badan
b. Berat tanah
a. Batu kali murni & batu kali dengan tulangan (gravity & semi gravity)
2.5.2 Analisis Pendekatan dari Gaya Aktif yang Bekerja pada Tembok
Coulomb digunakan, maka gaya aktif per satuan lebar tembok Pa, dapat di
24
tentukan dengan persamaan Pa = Ka γ H² (atau dengan cara Culmann). Gaya
tersebut akan bekerja pada tembok dengan kemiringan δ terhadap normal dari muka
metode Rankine, gaya aktif tadi akan dihitung pada bidang vertical yang di gambar
1
Pa = 2 𝐾𝑎 𝛾 𝐻2
Dengan
1−𝑠𝑖𝑛∅ ∅
Ka = = 𝑡𝑔2 (45° − )
1+𝑠𝑖𝑛∅ 2
Untuk masalah seperti itu, komponen vertical dari gaya Pa (yang di tentukan
dengan cara Rankine ) ditambahkan pada berat dari blok tanah Ws, untuk analisis
stabilitas.
Gambar 2.6 (b) menunjukkan suatu tembok suatu tembok penahan dengan
menentukan besarnya gaya aktif yang bekerja pada bidang vertical yang ditarik
melalui tumit dari tembok, komponen vertical dari gaya tersebut kemudian dapat
ditambahkan pada berat dari blok tanah ABC2 untuk analisis stabilitas. Tetapi,
perlu diperhatikan dalam masalah ini bahwa arah dari gaya aktif tidak lagi
horizontal, dan bidang vertical BC2 bukan merupakan bidang utama kecil (minor
principal plane). Harga Pa yang ditentukan dengan cara Rankine dapat diberikan
dengan hubungan
25
1
Pa =2 Ka γ H²1 ....(Pers.2.1)
dengan:
H1 = BC2, dan
𝑐𝑜𝑠𝑖−√𝑐𝑜𝑠 2 𝑖−𝑐𝑜𝑠 2 ∅
cos 𝑥 ....(Pers.2.2)
𝑐𝑜𝑠𝑖−√𝑐𝑖𝑠 2 𝑖+𝑐𝑜𝑠 2 ∅
𝐻1
Pa yang dihitung dengan Persamaan 2.1 terletak pada jarak dari titik B
3
Persamaan 2.3
1−𝑠𝑖𝑛∅ ∅
Ka = 1+𝑠𝑖𝑛∅ = 𝑡𝑔2 (45° − 2 ) ....(Pers.2.3)
Gambar 2.6 Analisis pendekatan dari gaya aktif yangbekerja pada tembok
26
Tiap potongan dinding horisontal akan menerima gaya-gaya seperti terlihat
pada Gambar, maka perlu dikaitkan stabilitas terhadap gaya-gaya yang bekerja
seperti:
Dinding penahan tanah dapat runtuh dalam beberapa cara dan masing-masing
c. Daya dukung tanah yang menahan dinding mungkin dilampaui, terutama pada
tumit dinding dimana tekanan pada tanah menjadi paling besar (keruntuhan
daya dukung)
pada stabilitas terhadap gaya eksternal antara lain, stabilitas terhadap guling,
material. Selain itu talud juga ditinjau terhadap stabilitas secara keseluruhan
(overall stability).
27
a) Pada stabilitas terhadap guling
menahan yang ditinjau dari titik putar struktur talud (Gambar 6.1). Umumnya
Momen penahan (KN.m) dan ∑Ma = momen guling (Kn.m). Stuktur talud
dinyatakan aman terhadap guling jika nilai faktor aman (SF) minimum adalah
1,50.
perlawanan gesek yang terjadi di dasar talud Pada tanah granular atau pasir,
perlawanan geser yang terjadi di bawah dasar talud adalah Fg=W.f dengan W=
berat talud (Kn) dan f= koefisien gesek antara dasar talud dengan butiran tanah.
Besarnya koefisien gesek (f)=2/3.tan dengan = sudut geser dalam tanah ().
Sedangkan pada tanah kohesif, umumnya perlawanan geser terdiri dari lekatan
28
yang terjadi antara butiran-butiran tanah dengan dasar struktur talud. Besarnya
perlawanan lekatan (Fl) = A.2/3.cu dengan A=luas dasar talud yang ditinjau
(m2) dan cu=kohesi tanah di dasar talud (Kn/m2 ). Stuktur talud dinyatakan
aman terhadap geser bila gaya yang menggeser (Pa) sama dengan gaya yang
melawan (Fg atau Fl) , dan dapat ditulis SF=(Fg atau Fl)/Pa dengan nilai faktor
gaya yang bekerja pada struktur talud dan berat sendiri talud (Gambar 6.3).
Tegangan yang terjadi di dasar talud (q) = W/A ± ∑M/Wx dengan W= berat
talud (Kn), A=luas dasar talud yang ditinjau (m2 ), ∑M = total momen yang
bekerja pada talud (Kn.m) dan Wx = tahanan momen pada dasar talud.
Tegangan yang terjadi di dasar talud dinyatakan aman jika dibawah tegangan
ijin tanah (qall) dan tegangan tanah yang terjadi tidak boleh negatif atau terjadi
29
Gambar 2.9 Talud mengalami kegagalan kapasitas dukung tanah
ditinjau dari analisis stabilitas lereng dengan bidang gelincir atau longsor
ditinjau di luar dari bidang longsor baji dari teori klasik dari Rankine dan
Coulomb.
merupakan suatu struktur yang kaku dengan gaya yang bekerja pada talud akan
dilawan oleh berat sendiri talud. Dalam hal ini jenis batu kali dan mutu spesi
30
BAB III
Dana pembangunan proyek ini berasal sepenuhnya dari APBN tahun anggaran
2021.
31
3.1 Data Umum Proyek
PT. SEECONS
32
RENCANA RESCHADULE JADWAL PELAKSANAAN
SATUAN KERJA : PELAKSANA JALAN NASIONAL WILAYAH II SULTRA NOMOR KONTRAK : HK 0201-Bb21/PJNW II Sultra/PPK 2.5/229
PPK : 2.5 NILAI KONTRAK : Rp 3.973.304.000,00
TAHUN ANGGARAN : 2021 KONTRAKTOR : PT. MAJU TAMA MULIA
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN JEMBATAN GANTUNG LAOSU TANGGAL SPMK : 23 APRIL 2021
LOKASI : KAB. KONAWE I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2 8 6 6 6 9 6 6 6 8 6 6 6 9 6 6 6 9 6 6 6 8 6 7 7 7 7 7 7 7 7 4
BULAN
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
NO BOBOT
URAIAN PEKERJAAN 23/4/21 26/4/21 5/5/21 12/5/21 19/5/21 26/5/21 5/6/21 12/6/21 19/6/21 26/6/21 5/7/21 12/7/21 19/7/21 26/7/21 5/8/21 12/8/21 19/8/21 26/8/21 5/9/21 12/9/21 19/9/21 26/9/21 5/10/21 12/10/21 20/10/21 28/10/21 5/11/21 13/11/21 21/11/21 29/11/21 7/12/21 15/12/21 SKALA
ITEM (%) 25/4/21 4/5/21 11/5/21 18/5/21 25/5/21 4/6/21 11/6/21 18/6/21 25/6/21 4/7/21 11/7/21 18/7/21 25/7/21 4/8/21 11/8/21 18/8/21 25/8/21 4/9/21 11/9/21 18/9/21 25/9/21 4/10/21 11/10/21 19/10/21 27/10/21 4/11/21 12/11/21 20/11/21 28/11/21 6/12/21 14/12/21 19/12/21
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
DIVISI 1. UMUM
Mobilisasi 2.579 1.290 0.645 0.645
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas 0.199 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007
Pengujian Ph 0.052 0.013 0.013 0.013 0.013
Pengujian Zat Padat Terlarut (TDS) 0.057 0.014 0.014 0.014 0.014
Pengujian Zat Tersuspensi (TSS) 0.057 0.014 0.014 0.014 0.014
Pengujian tingkat getaran kendaraan bermotor 0.224 0.056 0.056 0.056 0.056
Pengujian parameter kebisingan atau getaran lainnya 0.103 0.026 0.026 0.026 0.026
Pembuatan dokumen RKK, Pembuatan Prosedur dan instruksi kerja, Penyiapan formulir 0.028 0.028
Induksi K3 0.025 0.025
Pertemuan Keselamatan (Safety Talk) 0.004 0.002 0.002
Spanduk 0.017 0.017
Papan Informasi K3 0.003 0.003
Tali Keselamatan 0.025 0.025
Penahan Jatuh 0.012 0.012
Topi Pelindung (Safety helmet) 0.042 0.042
Pelindung Pernapasan (masker) 0.166 0.033 0.033 0.033 0.033 0.033
Sarung Tangan 0.062 0.062
Sepatu Keselamatan 0.075 0.075
Rompi Keselamatan 0.055 0.055
Celemek 0.014 0.014 RENCANA AWAL
Pelindung Jatuh 0.012 0.012
Asuransi dan Perizinan 0.097 0.097
Ahli Muda K3 2.088 0.348 0.348 0.348 0.348 0.348 0.348
Peralatan P3K 0.042 0.042
Rambu Peringatan Kata-Kata 0.017 0.017
Ahli Keselamatan Terkait Jembatan 0.282 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014
Alat Pemadam Api Ringan 0.028 0.028
Bendera K3 0.003 0.003 RENCANA RESCHADULE
Lampu Darurat 0.008 0.008
Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP) 0.008 0.008
Manajemen Mutu 2.043 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064 0.064
TOTAL DIVISI 1 8.429
DIVISI 7. STRUKTUR
Beton struktur, fc 30 Mpa 13.275 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948 0.948
Beton Struktur Memadat Sendiri fc 30 Mpa 3.126 1.563 1.563
Beton fc 15 Mpa 0.329 0.329
Beton fc 10 Mpa 0.250 0.125 0.125
Baja Tulangan Polos BjTP 280 0.532 0.177 0.177 0.177
Baja Tulangan Sirip BjTS 420 13.206 1.887 1.887 1.887 1.887 1.887 1.887 1.887
Pemasangan Jembatan Rangka Baja 11.065 2.766 2.766 2.766 2.766
Pengangkutan Bahan Jembatan 5.347 0.668 0.668 0.668 0.668 0.668 0.668 0.668 0.668
Penyediaan Tiang Pancang Baja Diameter 500 mm Tebal 12m 25.488 6.372 6.372 6.372 6.372
Pemancangan Tiang Pancang Baja Diameter 500 mm Tebal 12m 4.208 1.052 1.052 1.052 1.052
Pasangan Batu 12.024 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802
Papan Nama Jembatan 0.029 0.029
TOTAL DIVISI 7 88.878
100.00
2.217
11.32
0.98
0.09
0.09
1.11
7.17
7.13
7.13
3.98
5.44
9.54
7.14
6.70
8.07
6.28
3.85
1.53
1.50
1.50
2.18
1.95
2.81
0.28
RENCANA MINGGUAN
11.658
18.793
25.927
37.246
41.227
46.669
56.213
63.352
70.049
78.115
84.391
88.245
89.779
91.280
92.781
94.959
96.910
99.717
100.00
0.983
1.068
1.161
3.378
4.489
0.06
0.07
2.15
1.09
7.14
7.11
7.11
3.96
3.86
5.01
4.20
3.75
5.12
1.95
2.18
1.87
2.16
3.40
3.75
1.83
2.48
1.96
1.83
0.89
0.08
0.08
2.85
3.30
3.51
2.97
RENCANA RESCHADULE MINGGUAN
100.00
11.48
18.59
25.70
37.00
40.95
44.81
49.82
54.01
57.77
62.89
64.84
67.02
68.89
71.06
74.45
78.20
80.03
82.51
84.47
86.31
87.19
87.28
87.36
90.21
93.51
97.03
0.96
1.03
1.10
3.25
4.34
Minggu
Uraian Pekerjaan Jumlah Harga (Rp) Bobot (%)
1 2 3 4 5 6
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH
Galian Biasa 216,814.00 0.011 0.01
Galian Struktur Dengan Kedalaman 0-2 Meter 4,953,806.98 0.249 0.12 0.12
Timbunan Biasa Dari Sumber Galian 48,856,654.24 2.455 2.46
Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian 4,168,881.62 0.210 0.21
DIVISI 7. STRUKTUR
Beton struktur, fc 30 Mpa 479504534.6 24.097 4.02 4.02 4.02 4.02 4.02 4.02
Beton Struktur Memadat Sendiri fc 30 Mpa 112917537.5 5.675 5.67
Beton fc 10 Mpa 9018953.053 0.453 0.45
Baja Tulangan Polos BjTP 280 19232027.49 0.966 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19
Baja Tulangan Sirip BjTS 420 477008384.4 23.972 4.79 4.79 4.79 4.79 4.79
Pemasangan Jembatan Rangka Baja 399671487.6 20.085 20.09
Pasangan Batu 434336309.1 21.827 21.83
Jumlah 1,989,885,390.65 100 30.97 12.25 9.00 14.68 9.00 24.10
Presentase Rencana 30.97 43.21 52.22 66.89 75.90 100.00
33
3.2 Lokasi Proyek
LAOSU di Kec. Batu Gong , Kota kendari- Kab Konawe, Provinsi Sulawesi
1. Kantor Direksi
lokasi proyek sebagai tempat bekerja bagi para staff kontraktor maupun
34
tempat rapat koordinasi antara kontraktor dan konsultan untuk membahas
mengenai kemajuan pekerjaan. Kantor direksi pada proyek ini dapat dilihat
2. Los Kerja
Los kerja yaitu area yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan
35
Gambar 3.5 Los Kerja
pengoperasian beberapa alat kerja seperti Mesin Gerinda, cutter dan lain-lain.
4. Kamar Mandi/WC
36
3.4 Spesifikasi Teknis
berikut :
2) Daftar Peralatan
a) Excavator
b) Dump Truck
d) Truck Mixer
37
3.5 Pengadaan Alat Berat
3.5.1 Excavator
Ekskavator atau mesin pengeruk adalah alat berat yang terdiri dari
batang, tongkat, keranjang dan rumah rumah dalam sebuah wahana putar
Excavator adalah alat berat yang terdiri dari lengan (arm), boom
(bahu) serta bucket (alat keruk) dan digerakkan oleh tenaga hidrolis yang
dimotori dengan mesin diesel dan berada diatas roda rantai (trackshoe).
dibawah permukaan serta untuk penggalian material keras dan juga bisa
38
3.5.2 Dump Truck
bahan material seperti pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan kontruksi.
Dump truk memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh.
39
3.5.3 Mesin Hammer Drop
40
3.5.4 Truck Mixer
mix dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek dimana selama dalam
41
3.5.5 Mesin Mini Vibratory Roller
42
3.6 Organisasi Penyelenggara Proyek
ketentuan yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka dibentuklah badan-
4) Pelaksana (contractor)
43
RAKYAT. Adapun tugas dari pemilik proyek menurut Ahadi (2010)
antara lain :
proyek
direncanakan.
3.6.2 Konsultan
bangunan
44
d) Membuat RAB
kegagalan konstruksi.
sebagai berikut :
kerja
proyek
45
3.6.3 Kontraktor
Laosu di Kec. Batu Gong, Kota kendari- Kab. Konawe, Provinsi Sulawesi
a) Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan dan alat
pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan gambar yang telah
ditentukan
46
BAB IV
pelaksanaan pengerjaan Talud, dimana pekerjaan yang satu dengan yang lain
harus simulta.
panjang, Talud. penggunaan alat berupa The Odolite Water Pass beserta
meter.
47
Gambar 4.1 Pengukuran tinggi Talud
Pengukuran tinggi Talud dilakukan agar mengetahui tinggi dari Talud tersebut
Pengkuran Panjang Talud dilakukan untuk mengetahui panjang dari talud tersebut
48
4.1.4 Pekerjaan Pemasangan Batu Kosong
belah dan disusun di bawah pondasi. Panjang batu kosong sendiri mengikuti
atasnya.
49
Gambar 4.4 Mobilisasi Timbunan
50
4.2 Perhitungan Pasangan Batu Kosong
(𝑎+𝑏)
L= ( 2
𝑥 ℎ1 ) + ( 𝑏 𝑥 ℎ2 )
Dik :
Dit :
Luas = ...?
Volume = ...?
Peny :
(0.30+0.70)
L =( 𝑥 1.20) + ( 0.70 𝑥 0.80)
2
L = 1.16 m2
51
Luas STA 0+050B
(0.30+1.00)
L=( 𝑥 2.00) + (1.00 𝑥 0.80)
2
L = 2.10 m2
(0.30+1.30)
L=( 𝑥 3.00) + (1.30 𝑥 0.80)
2
L = 3.44 m2
= 1.16 m2
= (1.16+2.10)
2
= 1.63 m2
= (2.10+3.44)
2
= 2.77 m2
= 25 x 1,16
V = 29 m3
52
Volume STA 0+050
= 25 x 1,63
V = 40.75 m3
= 19.86 x 2,77
V = 55.01 m3
Volume Rata-Rata
(29+40.75+55.01)
= 3
V = 41.59 m3
Dik :
a = 0.30 ℎ2 = 1.80
b = 1.30
ℎ1 = 3.00
53
Dit :
Luas = ...?
Volume = ...?
Peny :
(0.30+1.30)
L=( 2
𝑥 3.00) + ( 1.30 𝑥 1.80)
L = 4.74 m2
= 20.57 x 4.74
V = 97.50 m3
(𝑎+𝑏)
L= ( 𝑥 ℎ1 ) + ( 𝑏 𝑥 ℎ2 )
2
54
Dik :
Dit :
Luas = ...?
Volume = ...?
Peny :
(0.30+1.30)
L=( 𝑥 3.00) + ( 1.30 𝑥 0.80)
2
L = 3.44 m2
(0.30+1.10)
L=( 𝑥 2.40) + (1.10 𝑥 0.80)
2
L= 2.56 m2
(0.30+0.70)
L=( 𝑥 1.20) + (0.70 𝑥 0.80)
2
L = 1.16 m2
55
Luas STA 0+287
(0.30+0.70)
L=( 𝑥 0.30) + (0.70 𝑥 0.80)
2
L = 0.71 m2
= (3.44+2.56)
2
= 3.00 m2
= (2.56+1.16)
2
= 1.86 m2
= (1.16+0.71)
2
= 0.94 m2
= 6 x 3.00
V = 18 m3
56
Volume STA 0+250 – STA 0+269
= 18.75 x 1.86
V = 34.87 m3
= 17.75 x 0.94
V = 16.60 m3
Volume Rata-Rata
V = ((𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑇𝐴 0+244 – 𝑆𝑇𝐴 0+250)+(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 STA 0+250 – STA 0+269)+(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 STA 0+269 – STA 0+287))
3
(18+34.87+16.60)
= 3
V = 23.156 m3
57
Dik :
a = 0.30 a = 0.30
b = 1.50 b = 1.30
ℎ1 = 3.60 ℎ1 = 3.00
ℎ2 = 2.00 ℎ2 = 1.80
Dit :
Luas = ...?
Volume = ...?
Peny :
(0.30+1.50)
L=( 𝑥 3.60) + ( 1.50 𝑥 2.00)
2
L = 6.24 m2
L = 4.74 m2
= (6.24+4.74)
2
= 5.49 m2
58
Volume STA 0+218.43 – STA 0+239
= 20.57 x 5.49
V = 112.93 m3
Dik :
Panjang segmen = 25 m
Peny :
V = 25 x 2.50 x 0.605
V = 37.81 m3
Dik :
Panjang segmen = 25 m
Peny :
V = 25 x 2.50 x 1.60
V = 100.00 m3
59
Volume timbunan biasa STA 0+050 – STA 0+069.86
Dik :
Peny :
V = 122.39 m3
Dik :
Penye:
V = 185.13 m3
= 37.81+100.00+122.39+185.13
60
4.3.2 Timbunan Pilihan
Dik :
Panjang segmen = 25 m
Peny :
V = 25 x 2.50 x 0.10
V = 6.25 m3
Dik :
Panjang segmen = 25 m
Peny :
V = 25 x 2.50 x 0.10
V = 6.25 m3
Dik :
61
Peny:
V = 4.97 m3
Dik :
Peny :
V = 5.14 m3
= 6.25+6.25+4.97+5.14
Dik :
Tinggi = 0.10 m
62
Peny :
V = 5.14 m3
Dik :
Peny :
V = 20.57 x 2.50 x 3
V = 154.02 m3
Dik :
Peny :
V = 6 x 2.50 x 1.74
V = 26.1 m3
63
Volume timbunan biasa STA 0+250 – STA 0+269
Dik :
Panjang segmen = 19 m
Peny :
V = 19 x 2.50 x 1.15
V = 56.67 m3
Dik :
Panjang segmen = 18 m
Peny :
V = 18 x 2.50 x 0.9075
V = 40.84 m3
= 154.02+26.1+56.67+40.84
64
4.4.2 Timbunan Pilihan
Dik :
Peny :
V = 5.14 m3
Dik :
Peny :
V = 6 x 2.50 x 0.10
V = 1.50 m3
65
Volume timbunan pilihan STA 0+250 – STA 0+269
Dik :
Panjang segmen = 19 m
Peny :
V = 19 x 2.50 x 0.10
V = 4.75 m3
Dik :
Panjang segmen = 18 m
Peny :
V = 18 x 2.50 x 0.10
V = 4.5 m3
= 5.14+1.5+4.75+4.5
66
4.4.3 Rabat Beton Fc’15
Dik :
Tinggi = 0.10 m
Peny :
V = 5.14 m3
67
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dinding Penahan Tanah pada proyek pekerjaan Jembatan Gantung Laousu ini
mendapatkan ketepatan dan rincian data agar sesuai dengan keperluan dan
aturan pekerjaan.
tinggi dari atas dan bawah sebuah batu kosong yang kemudian dijabarkan
68
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil kerja praktek yang telah dilakukan, maka saran yang
sebaik mungkin karena jika kedua hal tersebut terganggu maka akan sangan
69
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Erlangga.
Tanah. Jurnal Teknik Sipil Universitas Tadulako Palu: Vol.7: 69-81. Rankine, W.
J. M. (1857), “On the Stability of Loose Earth,” Phill,. Trans. Roy. Soc., London,
147.
Wesley, L.D. 1977. Mekanika Tanah. Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan Umum,
Cetakan ke-6.
24.
(1384, )رازی
70
L
71
Gambar : Survey Elevasi Top Autmen Lousu
72
Gambar : Uji Mutu Beton Beoton Lalonggaluku Menggunakan Hummer Test
73
Gambar : Pengecekaan Tulangan Abutmen Setelah Penginstalan Puting Abutment
74
Gambar : Proses Pengerjaan Talud atau Dinding Penahan Tanah
75
Gambar : Persiapan Untuk Pemtongan Pancang
76
Gambar : Foto Bersama
77
78
79
80
81
82