Anda di halaman 1dari 59

CV

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
AUDITORIUM TIGA LANTAI

Site Mananger : IGN. Aditya Dhiva, ST, MT


Disusun oleh :

Dimas Yusuf Effendi (20613007)


Nadila Karunia Putri (20613035)
Puteri Dalima Amelia (20613031)
Muhammad Fadillah (20613010)
Anggi Kus Dwi Prasetyo (20613015)

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI BANGUNAN
GEDUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PROYEK

DESAIN, PERHITUNGAN MATERIAL DAN UTILITAS


BANGUNAN AUDITORIUM TIGA LANTAI
NAMA : 1. Dimas Yusuf Efendi
2. Nadila Karunia Putri
3. Puteri Dalima Amelia
4. Muhammad Fadillah
5. Anggi Kus Dwi Prasetyo
JURUSAN : TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
JENJANG STUDI : DIPLOMA IV

Laporan Kerja Proyek ini telah disahkan


Pada tanggal 10-02-2023

Menyetujui,

DOSEN PEMBIMBING TANDA TANGAN


Ir. Afif Bizrie Mardhani, MT
1.
NIP 19581216 199103 1 001
Daru Purbaningtyas, ST, MT
2.
NIP 19711031 199903 2 002
Dr. Insan Kamil, ST, M.Sc
3.
NIP 19761020 200604 1 007

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Sipil,

Daru Purbaningtyas, ST, MT


NIP 19711031 199903 2 002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti saat ini, sehingga penuliasan
Laporan Kerja Proyek ini dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Laporan Kerja
Proyek ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan
Diploma IV Teknik Sipil di Politeknik Negeri Samarinda, Kalimantan Timur.

Kami menyadari bahwa Laporan Kerja Proyek ini dapat diselesaikan berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Kami berterima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian Laporan Kerja Proyek ini dan
secara khusus pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Tumingan, MT, Selaku Dosen Pembimbing dalam Perhitungan struktur
Beton Kerja Proyek ini.

2. Ibu Daru Purbaningtyas, ST, MT, Selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan
laporan
3. Bapak Dr. M. Ridwan, ST, M.Eng/Dr. Insan Kamil, ST, M.Sc, Selaku Dosen
Pembimbing dalam Perbaikan Tanah Lunak Kerja Proyek ini.
4. Bapak Yudi Pranoto, ST, M.Eng, Selaku Dosen Pembimbing dalam Perhitungan
struktur Baja Kerja Proyek ini.

5. Bapak Ir. Afif Bizrie Mardhani, MT, Selaku Dosen Pembimbing dalam gambar
desain & QS (BOQ dan RAB) Kerja Proyek ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda yang tidak
mungkin untuk kami sebutkan namanya satu per-satu.
7. Bapak I Gusti Ngurah Aditya, ST, MT, Selaku Dosen penyusun RKS
8. Semua teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda
khususnya teman-teman D4 TRKBG semester 6 angkatan 2020.
Semoga segala bantuan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Kerja Proyek ini dibalas kebaikan berkali lipat Oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Kami menyadari bahwasanya laporan yang kami susun ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun,
agar dapat untuk memperbaiki Laporan Kerja Proyek ini ke lebih baik. Semoga Laporan
Kerja Proyek ini dapat digunakan sebagai media untuk menambah ilmu pengetahuan
bagi pembacanya.
Samarinda, Februari 2023

Penyusun

Dimas Yusuf Effendi Muhammad Fadillah


20613007 20613010

Nadila Karunia Putri Puteri Dalima Amelia


20613035 20613031

Anggi Kus Dwi Prasetyo


20613015
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL................................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................2


1.2 Maksud dan Tujuan ...........................................................................3
1.3 Manfaat ..............................................................................................4
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Auditorium.....................................5
1.5 Sistematika Penulisan Laporan...........................................................6

BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK....................................................................7


2.1 HARGA SATUAN BAHAN DAN UPAH..................................................7
2.2 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN...............................................11
2.3 KUANTITAS PEKERJAAN......................................................................29
2.4 KEBUTUHAN BAHAN/MATERIAL........................................................65
2.5 REKAPITULASI KEBUTUHAN BAHAN/MATERIAL.................................74
2.6 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PROYEK.....................................77
2.7 REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)...........................82

BAB III MANAJEMEN PELAKSANAAN..................................................................83


3.1 TAHAPAN PEKERJAAN.........................................................................83
3.1.1 DURASI PEKERJAAN...................................................................84
3.1.2 NETWORK PLANNING................................................................95
3.1.2.1 TABEL KETERGANTUNGAN...........................................96
3.1.2.2 CPM (CRITICAL PATH METHODE).................................101
3.2 WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN...................................................
3.2.2 TIME SCHEDULE MINGGUAN....................................................105
3.3 METODE PELAKSANAAN.....................................................................106
3.3.1 PEKERJAAN PASANGAN DINDING.............................................106
3.3.2 PEKERJAAN PLESTERAN.............................................................111
3.3.3 PEKERJAAN ACIAN.....................................................................113
3.3.4 PEKERJAAN DINDING PAPAN KAYU..........................................115
3.3.5 PEKERJAAN PENGECATAN.........................................................117

BAB IV PENUTUP 119


4.1 KESIMPULAN.......................................................................................119
4.2 SARAN.................................................................................................119

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................120

LAMPIRAN..................................................................................................................121

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah bangunan mempunyai peran penting dalam
kehidupan manusia, begitu juga dengan tujuan dibangunnya gedung
Auditorium Politeknik Negeri Samarinda. Setelah selesai dibangun,
sebuah bangunan diharapkan mampu menjalankan fungsinya sesuai
umur rencananya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menganalisa nilai ekonomis sebuah bangunan adalah dengan
mempertimbangkan biaya pengoperasian sepanjang umur siklus
hidup bangunan atau yang dikenal dengan istilah metode Life Cycle
Cost. Metode ini telah dikenal sejak pertengahan tahun 1970 dan
sekarang telah diterapkan oleh beberapa negara, oleh perusahaan-
perusahaan besar dan proyek-proyek yang disponsori oleh
pemerintah. Metode ini juga berguna untuk mengambil keputusan
berdasarkan nilai ekonomis dengan mempertimbangkan lokasi,
perencanaan teknik dan arsitektur, pembangunan, pengaturan,
pengoperasian sampai dengan pembuangan yang diikuti dengan
penggantian dari komponen atau sistem selama jangka waktu umur
hidup bangunan.
Life cycle cost adalah proses untuk menentukan jumlah dari semua
biaya yang berhubungan dengan suatu aset atau penggantian aset,
Mengelola biaya daur hidup jangka panjang untuk memastikan
pelayanan yang konsisten sesuai tujuan dirancang suatu bangunan.
Hal ini dapat meningkatkan keberlanjutan dan menurunkan resiko
kegagalan pada bangunan. Untuk memaksimalkan potensi dan
kelebihan penyediaan layanan, dan juga untuk meminimilkan biaya
operasional dan pemeliharaan disepanjang umur bangunan itu
sendiri, maka diterapkan sistem Life Cycle Cost.
Gedung Auditorium Politeknik Negeri Samarinda adalah bangunan
yang dirancang oleh CV. Cipta Nusantara. Gedung ini baru dibangun
pada awal tahun 2018, guna menunjang pemanfaatan, aspek
pembiayaan operasional dan pemeliharaan dalam rentang waktu
rencana pemanfaatan gedung 2 perlu diperhatikan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan suatu studi analisis life cycle cost untuk mengetahui
biaya operasional dan pemeliharaan apa saja yang dibutuhkan serta
besar total biaya yang dibutuhkan oleh suatu gedung Auditorium
Politeknik Negeri Samarinda tersebut, mulai dari tahap desain sampai
dengan umur teknis yang ditetapkan.

Politeknik Negeri Samarinda (POLNES) selama ini jika ingin


melakukan acara-acara besar, seperti yudisum, wisuda dan
sebagainya. Perlu menyewa auditorium di luar area kampus, ketika
menyewa auditorium tersebut politeknik negeri samarinda
mengeluarkan nominal anggaran yang jumlahnya sangat besar.
Oleh karena itu, Politeknik Negeri Samarinda perlu membuat
sebuah Auditorium sendiri dengan luas lahan yang dimiliki kurang
lebih 3000m2 dimana auditorium tersebut bisa dipakai untuk
menyelenggarakan acara-acara besar seperti konser music,
pertunjukan teater, seminar, yudisium, dan wisuda. Jadi Politeknik
Negeri Samarinda tidak perlu menyewa sebuah tempat di luar area
kampus.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Perencanaan Pembangunan Gedung Auditorium ini
bertujuan untuk memberi sarana tempat untuk melakukan
acara-acara besar, seperti wisuda, pertunjukan seni dan lain
sebagainya.
1.2.2 Tujuan
Laporan ini merupakan Laporan Penyelesaian Proyek dari
Proyek Perencanaan Auditorium di wilayah Politeknik Negeri
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur (selanjutnya disebut
sebagai “Proyek”), yang dikerjakan oleh Tim Ahli CV. Cipta
Nusantara (CINUS) dalam naungan ...... . Laporan ini meliput
kegiatan proyek, output, proses kami dalam membuat
perencanaan dll, selama keseluruhan proyek dari bulan
Februari 2023 sampai ..... 2023

1.3 LINGKUP PEKERJAAN


Pelaksanaan kerja praktek dimulai pada tanggal 06 Februari 2023
hingga ……………. Adapun metodologi yang digunakan selama
pelaksanaan kerja praktek
1.3.1 Tahap Awal Perencanaan (Pengumpulan Data)
 Pengumpulan data internal berupa eksisting luas lahan
dan Kawasan secara keseluruhan, kondisi strukstur dan
arsitektural bangunan, dokumentasi keandalan
bangunan, kondisi tanah, infrastuktur dan utilitas
lingkungan serta kondisi topografi kawasan.
 Studi literatur dalam bidang keilmuan arsitektural,
structural, yang berkaitan dengan Pekerjaan
Perencanaan Pembangunan Gedung Auditorium
 Dasar hukum perencanaan terkait pembangunan
degung auditorium
1.3.2 Tahap Analisis Data
 Identifikasi permasalahan bangunan eksisting secara
umum dan identifikasi kelayakan masing-masing
banguna yang ada identifikasi dilakukan berdasarkan
keilmuan arsitektur, civil engineering.
 Justifikasi teknis terhadap hasil analisis data masing-
masing fungsi ruang yang ada pada bangunan.
1.3.3 Tahap Desain
 Penyusunan model serta detail engineering design serta
dilengkapi spesifikasi teknis untuk rencana
pembangunan
1.3.4 Tahap Penyusunan Anggaran Biaya
 Penyusunan rencana biaya pembangunan
1.3.5 Seminar Presentasi dan Pelaporan
 Melakukan ekspo/pemaparan kepada pemberi tugas
mengenai pekerjaan perencanaan yang dilakukan untuk
mendapatkan masukan/perbaikan/persetujuan sebelum
disetujui untul dilanjutkan dalam penyusunan rencana
detail dan terangkum dalam laporan perencanaan
1.4 KELUARAN
a. Detail Engineering design, Model Perspektif Arsitektur Bangunan,
Struktur Bangunan, Utilitas Bangunan.
b. Spesifikasi Teknis yang direncakan
c. Rencangan Anggaran Biaya Pembangunan
1.5 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai standard
rujukan dalam pelaksanaan Penyusunan Perencanaan Pembangunan
Auditorium sebagai berikut :
a. Undang- Undang RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
b. Undang- Undang RI Nomor 28 Tahun 2002, tentang bangunan
gedung;
c. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/ Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012;
d. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54;
e. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah;
f. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang pengadaan
Barang/ Jasa
g. Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012 dan Perpres No. 4
Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah;
h. Permen PU No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
i. Permen PU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
j. Permen PU No. 26/ PRT/ M/ 2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
k. Keputusan Menteri Negara PU RI No. 441/ KPTS/ 1998 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
Pemerintah;Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan PBL
Waktu : 06 Februari 2023 -
Lokasi : Politeknik Negeri Samarinda
Jadwal Kerja : Senin – Jumat (08.00 – 17.00)
Site Mananger : I Gusti Ngurah Aditya, ST, MT
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan kerja praktek adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat,
waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek, metode pelaksanaan
kerja praktek, serta sistematika penulisan laporan.
2. Bab II Dasar Teori
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konstruksi Beton


Konstruksi beton adalah proses pembangunan suatu struktur atau
bangunan menggunakan beton sebagai material utama. Beton adalah
campuran dari semen, air, agregat (batu pecah, pasir), dan bahan
tambahan lain seperti bahan pengikat atau agregat buatan. Konstruksi
beton memiliki banyak kelebihan, seperti tahan terhadap cuaca dan
beban, tahan lama, dan mudah dalam pemeliharaan.
Pada proses konstruksi beton, beton dicampur dan dituangkan ke
dalam cetakan atau mold untuk membentuk fondasi, dinding, lantai, atau
elemen bangunan lainnya. Setelah beton memadat, struktur yang
terbentuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun bangunan.
Konstruksi beton membutuhkan perencanaan yang baik dan
pelaksanaan yang tepat agar hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan.
Konstruksi beton juga membutuhkan bahan baku yang berkualitas dan
teknologi yang mutakhir untuk memastikan bahwa hasil akhir konstruksi
beton kuat, stabil, dan sesuai dengan standar.
 Konstruksi beton bertulang: merupakan jenis konstruksi
beton yang memiliki tulangan baja sebagai pengikat untuk
memperkuat beton. Tulangan baja ini berfungsi sebagai baja
tarik dan memperkuat struktur beton.
 Konstruksi beton prategang: merupakan jenis konstruksi
beton yang memiliki tulangan prategang yang terletak pada
bagian luar struktur beton. Tulangan ini berfungsi untuk
memperkuat struktur beton dan membatasi penyebaran
kerusakan.
 Konstruksi beton wf (waffle): merupakan jenis konstruksi
beton yang memiliki rongga-rongga pada permukaan luar
dan dalam struktur beton. Rongga-rongga ini memperkuat
struktur beton dan membatasi penyebaran kerusakan.
 Konstruksi beton bertingkat: merupakan jenis konstruksi
beton yang memiliki beberapa lantai dengan atau tanpa
kolom tengah. Konstruksi ini sering digunakan untuk
membangun gedung-gedung tinggi dan perumahan.
 Konstruksi beton precast: merupakan jenis konstruksi beton
yang memiliki elemen-elemen beton yang diproduksi di
pabrik dan dipasang di lokasi pembangunan. Konstruksi ini
memiliki kelebihan dalam hal efisiensi waktu dan biaya.
 Konstruksi beton bertulang ringan: merupakan jenis
konstruksi beton yang memiliki tulangan ringan sebagai
pengikat untuk memperkuat beton. Tulangan ringan ini
memiliki bobot yang lebih ringan dan lebih efisien
dibandingkan tulangan baja.
 Konstruksi beton bertulang polos: merupakan jenis
konstruksi beton yang memiliki tulangan polos tanpa adanya
bentuk tertentu. Tulangan polos ini memiliki bobot yang
lebih ringan dan lebih efisien dibandingkan tulangan baja.
 Konstruksi beton bertulang lentur: merupakan jenis
konstruksi beton yang memiliki tulangan lentur sebagai
pengikat untuk memperkuat beton. Tulangan lentur ini
memiliki fleksibilitas yang lebih baik dan memperkuat
struktur beton dengan lebih efisien.

2.2 Konstruksi Baja


Konstruksi baja adalah proses pembangunan suatu struktur atau
bangunan menggunakan baja sebagai material utama. Baja adalah logam
yang terbuat dari campuran besi dan karbon. Konstruksi baja memiliki
banyak kelebihan, seperti ringan, kuat, dan tahan terhadap beban berat.
Pada proses konstruksi baja, profil baja atau elemen baja lainnya
dipotong, dibentuk, dan dipasang untuk membentuk struktur bangunan.
Elemen-elemen ini dapat berupa balok, kolom, atau tiang. Struktur ini
kemudian dipasang dan diperkuat dengan bahan pengikat seperti baut,
mur, atau las.
Konstruksi baja membutuhkan perencanaan yang baik dan
pelaksanaan yang tepat agar hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan.
Konstruksi baja juga membutuhkan bahan baku yang berkualitas dan
teknologi yang mutakhir untuk memastikan bahwa hasil akhir konstruksi
baja kuat, stabil, dan sesuai dengan standar.
Konstruksi baja sering digunakan untuk membangun gedung-
gedung tinggi, jembatan, dan struktur-struktur industri. Hal ini karena
konstruksi baja memiliki kelebihan dalam hal fleksibilitas dan kapasitas
beban yang besar. Konstruksi baja juga memiliki keunggulan dalam hal
efisiensi waktu dan biaya karena proses pembuatan elemen baja dapat
dilakukan dengan mesin dan bahan baku dapat didaur ulang.
 Konstruksi baja frame: merupakan jenis konstruksi baja yang
memiliki beberapa kolom dan balok baja sebagai dukungan utama
untuk memperkuat struktur bangunan.
 Konstruksi baja space frame: merupakan jenis konstruksi baja yang
memiliki rangka baja yang melingkari ruang dalam bangunan.
Konstruksi ini sering digunakan untuk membangun bangunan-
bangunan besar seperti stadion, gedung pameran, dan lainnya.
 Konstruksi baja truss: merupakan jenis konstruksi baja yang
memiliki rangka baja yang membentuk seperti jembatan dan
digunakan sebagai dukungan utama untuk memperkuat struktur
bangunan.
 Konstruksi baja portal: merupakan jenis konstruksi baja yang
memiliki dua kolom baja dan satu balok baja yang berfungsi sebagai
dukungan utama untuk memperkuat struktur bangunan.
 Konstruksi baja cable-stayed: merupakan jenis konstruksi baja yang
memiliki satu kolom baja dan beberapa kabel baja yang berfungsi
sebagai dukungan utama untuk memperkuat struktur bangunan.
 Konstruksi baja kombinasi: merupakan jenis konstruksi baja yang
memiliki kombinasi antara beton dan baja sebagai dukungan utama
untuk memperkuat struktur bangunan.
 Konstruksi baja prefabrikasi: merupakan jenis konstruksi baja yang
memiliki elemen-elemen baja yang diproduksi di pabrik dan
dipasang di lokasi pembangunan. Konstruksi ini memiliki kelebihan
dalam hal efisiensi waktu dan biaya.
 Konstruksi baja ringan: merupakan jenis konstruksi baja yang
memiliki profil baja ringan sebagai dukungan utama untuk
memperkuat struktur bangunan. Konstruksi ini memiliki bobot yang
lebih ringan dan lebih efisien dibandingkan konstruksi baja biasa.

Rangka baja adalah sebuah struktur yang terdiri dari besi atau baja
yang digunakan untuk membangun bangunan atau konstruksi. Rangka
baja dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun bangunan,
memperkuat bangunan, atau sebagai struktur utama yang memikul beban
dan menopang bangunan tersebut. Rangka baja memiliki kelebihan
seperti ringan, kuat, dan mudah dipasang dan dalam pemeliharaannya.

Bahan baja yang digunakan dalam pembuatan rangka baja memiliki


tingkat kekuatan dan ketahanan yang tinggi sehingga dapat menopang
berat bangunan dengan baik. Rangka baja juga dapat dibuat dengan
bentuk dan ukuran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan bangunan.

Secara umum, rangka baja digunakan dalam konstruksi gedung


tinggi, jembatan, dan bangunan industri. Karena kelebihan-kelebihan
tersebut, banyak arsitek dan insinyur yang memilih rangka baja sebagai
material utama dalam membangun bangunan yang kuat dan tahan lama.

2.3 Pembebanan
Pembebanan merupakan faktor penting dalam merancang stuktur
bangunan. Untuk itu, dalam merancang struktur perlu
mengidentifikasikan beban-beban yang bekerja pada sistem struktur.
Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur ditimbulkan secara
langsung oleh gaya-gaya alamiah dan buatan manusia (Schueller, 2001).
Secara umum, struktur bangunan dikatakan aman dan stabil apabila
mampu menahan beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) dan
beban gempa yang bekerja pada bangunan tersebut.

A. Beban Mati

Beban mati merupakan berat seluruh bahan konstruksi


bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap,
plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, kladding gedung dan
komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layan
terpasang lain termasuk berat keran (SNI 1727:2013 pasal 3.1)

B. Beban Hidup

Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan oleh


pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain. (SNI
1727:2013 pasal 4.1). Beban hidup selalu berubah-ubah dan sulit
diperkirakan. Perubahan tersebut terjadi sepanjang waktu, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang (Schueler, 2010).
Beban hidup atap merupakan beban yang diakibatkan pelaksanaan
pemeliharaan oleh pekerja, peralatan, dan material. Selain itu 6
juga beban selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh
benda bergerak, seperti tanaman atau benda dekorasi kecil yang
tidak berhubungan dengan penghunian (SNI 1727:2013 pasal 4.1)
C. Beban Gempa

Beban gempa merupakan beban statik ekivalen yang bekerja


pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari
gerakan tanah akibat gempa tersebut.

2.4 Perancangan Elemen Struktur

Elemen struktur gedung terdiri atas dua bagian utama, yaitu


struktur atas dan struktur bawah (Asroni, 2010). Struktur atas merupakan
komponen struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah,
antara lain balok, kolom, pelat, dan tangga. Struktur bawah terdiri atas
komponen struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah,
seperti

2.4.1 Balok

Balok merupakan komponen struktur atas (upper structure)


suatu bangunan yang menerima gaya-gaya transversal terhadap
sumbunya dan mengakibatkan terjadinya momen lentur dan geser.
Balok dikenal sebagai elemen lentur. Lentur pada balok disebabkan
adanya regangan (deformasi) yang timbul karena adanya beban
luar (Nawy, 2010). Peningkatan kapasitas beban luar akan
mengakibatkan deformasi dan regangan tambahan. Tambahan
deformasi dan regangan mengakibatkan timbulnya retak lentur di
sepanjang bentang balok. Apabila beban luar terus bertambah,
maka akan terjadi keruntuhan elemen struktur. Nawy (2010)
membagi tiga kelompok

balok berdasarkan jenis keruntuhannya, yaitu:

1. Penampang balanced
Pada kondisi ini, tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton
mencapai regangan batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada
awal terjadinya keruntuhan, regangan tekan yang diijinkan pada
serat tepi yang tertekan adalah 0,003, sedangkan regangan baja
sama dengan regangan lelehnya, yaitu ɛy = fy/Es.

2. Penampang over-reinforced

Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang tertekan. Pada


saat awal keruntuhan, regangan baja ɛs yang terjadi masih lebih
kecil daripada regangan lelehnya (ɛy). Dengan demikian, tegangan
baja fs juga lebih kecil dari pada pondasi dan dinding penahan
tanah. tegangan lelehnya (fy). Kondisi ini terjadi apabila tulanga
yang digunakan lebih banyak daripada yang diperlukan dalam
keadaan balanced.

3. Penampang under-reinforced

Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan baja.


Tulangan baja ini terus bertambah panjang dengan bertambahnya
regangan di atas ɛy. Kondisi penampang demikian dapat terjadi
apabila tulangan tarik yang dipakai pada balok kurang dari yang
diperlukan untuk kondisi balanced.

2.4.1.1 Penentuan Dimensi Balok


Dimensi balok ditentukan menggunakan tabel berikut:
Tabel 2.9 Tebal minimum balok non-prategang
(Sumber: Tabel 9.5(a) SNI 2847:2013)
Beberapa persyaratan berkaitan dengan penentuan dimensi balok
antara lain:
1. Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur (Pu) tidak
boleh Melebihi (2-21)
2. Bentang bersih untuk komponen struktur (ln) tidak boleh kurang
dari empat kali tinggi efektifnya
3. Lebar komponen (b) tidak boleh kurang dari 0,3 h atau 250 mm

2.4.1.2 Tulangan Longitudinal

Tulangan longitudinal berfungsi untuk menahan beban lentur pada


balok. Untuk itu, perancangan tulangan longitudinal menggunakan
data momen desain. Perhitungan momen akibat pembebanan
gravitasi dan komponen vertikal gaya gempa dilakukan di
penampang-penampang kritis elemen, yait di tengah bentang
(momen positif) dan di muka-muka tumpuan (momen negatif).
Perhitungan momen dilakukan menggunakan software analisis
struktur, yaitu ETABS (Imran dan Hendrik, 2009). Langkah-langkah
dan persamaan dalam menghitung tulangan longitudinal adalah
sebagai berikut:
2.1
HARGA SATUAN BAHAN
DAN UPAH
BAB III
MANAJEMEN PELAKSANAAN
3.1
TAHAPAN
PEKERJAAN
BAB III
MANAGEMENT PELAKSANAAN

3.1 Tahapan Pekerjaan

3.1.1 Durasi Pekerjaan

Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk


menyelesaikan seluruh pekerjaan proyek (Maharany dan Fajarwati, 2006).
Maharany dan Fajarwati (2006) menjelaskan bahwa faktor yang berpengaruh
dalam menentukan durasi pekerjaan adalah volume pekerjaan, metode kerja
(construction method), keadaan lapangan, serta keterampilan tenaga kerja
yang melaksanakan pekerjaan proyek. Durasi proyek adalah jumlah waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan proyek. Berikut rumus
memperkirakan durasi pekerjaan dalam satuan hari:

Koefisien ProduktifitasOrang(OH ) x Kuantitas Pekerjaan (m 3 , m2 , m)


Durasi Pekerjaan=
Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

3.1.2 Network Planning

Network Planning atau jaringan kerja adalah suatu teknik yang


digunakan oleh seorang manager untuk merencanakan, menjadwalkan dan
mengawasi aktivitas pekerjaan suatu proyek dengan menggunakan
pendekatan atau analisis waktu (time) dan biaya (cost) yang digambarkan
dalam bentuk simbol dan diagram.

Secara umum kegunaan network planning adalah untuk mengelola kegi


atan. Berikut poin-poin detail kegunaan tool network planning :

a.    Memberikan perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian kegiatan me


nyeluruh.

b.     Dapat memperkirakan waktu, biaya, serta sumberdaya yang diperlukan.

c.     Sebagai dokumentasi proyek.


d.     Mengetahui kegiatan kritis.

e.     Sebagai alat komunikasi data, masalah, dan tujuan proyek.

Untuk membuat Network Planning data-data yang diperlukan adalah:

1. Mengetahui jenis-jenis pekerjaannya, dan prasyarat apa yang diperlukan u


ntuk memulai pekerjaan atau kegiatan tersebut, dan kegiatan apa yang dap
at dilakukan setelah pekerjaan tersebut selesai.
2. Taksiran waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan masing-masing peke
rjaan. Jika pekerjaan tersebut tergolong baru, maka dapat dilakukan perkir
aan dengan diberikan waktu lebih (slag).
3. Biaya yang diperlukan masing-masing kegiatan dan biaya yang diperlukan u
ntuk mempercepat pekerjaan tersebut.
4. Sumberdaya yang diperlukan pada masing-masing pekerjaan (Tenaga, baha
n bakar, peralatan dan perlengkapan, dll).

Terdapat beberapa teknik atau metode yang digunakan dalam menulisk


an network planning, yaitu sebagai berikut:

1. Metode diagram grafik (Chart Method Diagram), digunakan untuk pren


canaan dan pengendalian proyek dalam bentuk diagram grafik.
2. Teknik manajemen jaringan (Network Management Technique), diguna
kan untuk perencanaan dan pengendalian proyek berbasis teknologi inf
ormasi (IT). 
3. Prosedur dalam penilaian program (Program Evaluation Procedure), dig
unakan untuk merencanakan, mengendalikan, dan menilai kemajuan su
atu program.
4. Analisis jalur kritis (Critical Path Analysis), digunakan untuk penjadwala
n dan mengendalikan sumber daya proyek.
5. Metode jalur kritis (Crtical Path Method), digunakan untuk menjadwalk
an dan mengendalikan proyek yang sudah pernah dikerjakan sehingga d
ata, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluat
or. 
6. Teknik menilai dan meninjau kembali (Program Evaluation and Review
Technique), digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yan
g belum pernah dikerjakan.

3.1.2.1 Tabel Ketergantungan

Tabel ketergantungan adalah tabel yang menunjukkan hubungan


logis dan sistematis antar pekerjaan yang akan menjadi terkait satu sama
lainnya membentuk jaringan kerja atau network planning. Setiap
pekerjaan yang akan dilakukan membutuhkan analisis mengenai
pekerjaan apa yang menjadi pendahulu dan pekerjaan apa yang akan
menjadi pengikut dari pekerjaan sebelumnya. Sebagai contoh pekerjaan
pemasangan pagar proyek dan Bowplank akan didahului oleh pekerjaan
pembersihan lahan dan akan dilanjutkan atau diikuti setelahnya adalah
pekerjaan galian tanah pondasi.

Dengan adanya tabel ketergantungan ini akan mempermudah


dalam penyusunan diagram Network Planning. Berikut tabel
ketergantungan pada proyek pembangunan Warung Internet (Warnet) di
Samarinda.

3.1.2.2 CPM (Critical Path Method)

Menurut manajer proyek professional Dr. Mike Clayton critical


path method adalah metodologi pemodelan proyek yang dikembangkan
pada tahun 1950-an oleh Morgan Walker dari DuPont dan James Kelly
dari Remington Rand. Jika didefinisikan, CPM merupakan metode yang
berorientasi pada waktu. Artinya, siklus akan berakhir berdasarkan
waktu yang ditentukan.

Dalam Critical Path Method, setiap aktivitas proyek akan


diidentifikasi jalur kritisnya ( jangka waktu penyelesaian antar aktivitas )
dengan aktivitas lainnya untuk menunjukkan hubungan atau
ketergantungan diantaranya. Aktivitas sendiri diartikan sebagai sebuah
pekerjaan atau tugas spesifik dalam proyek yang hasilnya dapat diukur
berdasarkan durasi pengerjaannya.

Adapun manfaat dari CPM antara lain:

1. Mengidentifikasi setiap tugas yang diperlukan untuk


menyelesaikan proyek dan pengaruh atau ketergantungan
diantaranya.
2. Memperkirakan durasi setiap aktivitas proyek.
3. Menghitung jalur kritis ( critical path ) berdasarkan durasi dan
ketergantungannya untuk mengidentifikasi aktivitas kritis (critical
activities).
4. Focus pada perencanaan,penjadwalan, dan pengendalian aktivitas
kritis.
5. Menetapkan tonggak (milestone) dan hasil proyek.
6. Menetapkan keinginan sebenarnya dari para stakeholder terkait
dengan tenggat waktu proyek.

3.2 Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Waktu pelaksanaan proyek adalah sejumlah waktu yang diperlukan


untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan pembangunan suatu proyek mulai dari
tahap persiapan hingga selesai. Supaya proyek yang dibangun dapat selesai
dengan tepat waktu diperlukan suatu perencanaan waktu yang baik.
Penjadwalan proyek merupakan salah satu hasil perencanaan, yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal
kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta
rencana durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek (Ir. Abrar
Husen, MT, 2010). Dimulai dengan taraf desain, dikembangkan pada waktu
pemberian kontrak, kemudian digunakan sebagai dasar pengendalian sewaktu
pemberian subkontrak diadakan atau sampai tahap konstruksi.

Perencanaan dan penjadwalan merupakan bagian penyusunan biaya


integral. Jadwal itu menunjukkan presentasi pekerjaan kerja, pekerjaan untuk
diselesaikan, dan urutan pekerjaan itu sendiri. Laporan-laporan status biaya
dan waktu harus dibuat secara terpadu dan dibawah supervisi manajer yang
sama. Secara umum menurut Ibrar Husen, (2010) penjadwalan mempunyai
manfaat-manfaat seperti berikut:

1). Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai


batas- batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing
tugas.

2). Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara


sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap
sumber daya dan waktu.

3). Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.

4). Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan


harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.

5). Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.

6). Merupakan sarana penting dalam pengendalian proyek.


3.3
METODE
PELAKSANAAN
3.3 Metode Pelaksanaan

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi adalah Metode yang


dibuat dengan cara teknis yang menggambarkan penguasaan penyelesaian
pekerjaan yang sistematis dari awal sampai akhir yang meliputi tahapan/urutan
pekerjaan utama dan uraian cara kerja dari masing-masing jenis kegiatan
pekerjaan utama yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, serta
bagaimana tahapan dalam metode pelaksanaan pekerjaan harus relevan
antara metode pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal/jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan dan analisa teknis satuan pekerjaan.

Pada proyek Warnet Hayuin Net lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan
adalah sebagai berikut :

I. Pekerjaan Persiapan

II. Pekerjaan Galian, Urugan, dan Pondasi

III. Pekerjaan Struktur

IV. Pekerjaan Pasangan Dinding

V. Pekerjaan Lantai Keramik

VI. Pekerjaan Atap

VII. Pekerjaan Rangka dan Penutup Plafon

VIII. Pekerjaan Pintu dan Jendela

IX. Pekerjaan Kunci dan Penggantung

X. Pekerjaan Instalasi Listrik

XI. Pekerjaan Instalasi Air

XII. Pekerjaan Pengecatan


3.3.1 Pekerjaan Pasangan Dinding

Dinding adalah bagian bangunan yang dipasang secara vertikal sebagai


pemisah antar ruang, baik antar ruang dalam maupun ruang dalam dan
ruang luar, menyokong atap dan langit-langit, membagi ruangan, serta
melindungi terhadap cuaca. 

Dinding merupakan elemen penting di dalam ruangan karena memiliki banyak


fungsi. Berikut ini fungsi dinding dalam sebuah ruangan: 

 Pembatas antar ruang bagian dalam, luar, samping, depan, dan belakan
g. 
 Pemberi privasi dan dalam skala, warna, tekstur.
 Pembentuk daerah fungsi (zoning) dalam bangunan. Ruang tidur, kamar
mandi, dan ruang tamu dipisahkan melalui dinding. 
 Pelindung dari pengaruh di lingkungan luar seperti sinar matahari, isolas
i terhadap suhu, air hujan dan kelembaban, hembusan angin, dan gangg
uan dari luar lainnya. 
 Penambah keindahan pada bangunan. 
 Pada struktur bangunan tertentu dinding berfungsi sebagai pemikul beb
an (shear wall).
 Peredam terhadap bunyi, baik dari dalam maupun dari luar
 Penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu seperti pada ruang radiologi,
ruang operasi, laboratorium, dan lain-lain.   

Secara umum terdapat tiga jenis dinding yaitu :

1. Dinding Struktural
Dinding sebagai struktur bangunan (bearing wall). Dinding ini
berperan untuk menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan
cor beton untuk kolom (besi beton). Bahan dinding struktur yang biasa
digunakan pada suatu bangunan adalah batu bata.
2. Dinding no-struktural
Dinding ini adalah dinding yang tidak menopang beban hanya
sebagai pembatas, apabila dinding dirobohkan maka bangunan tetap
berdiri. Beberapa material dinding non-struktural diantaranya seperti
bata merah, batako, bata ringan, kayu, dan kaca.
3. Dinding partisi atau penyekat
Dinding penyekat adalah batas vertikal yang ada di dalam
ruangan (interior). Bahan-bahan yang digunakan untuk dinding partisi
ini antara lain gypsum, papan kalsium, triplek, dan kayu.

3.3.2 Pasangan Dinding Bata Merah

1. Jenis-Jenis Pasangan Dinding Bata Merah

a) Pasangan Bata Trasram


Trasram adalah jenis dinding bata yang bersifat anti air, karena
kedap air maka trasram terletak paling bawah, tepat di atas sloof.
Trasram lazimnya digunakan untuk ruangan yang sering basah
misalnya kamar mandi dan dapur. Pasangan bata trasram
berhubungan langsung dengan bagian bawah bangunan yang
banyak mengandung air. Kerap kali air dapat merembes ke dalam
pasangan bata biasa dan membuat ruangan jadi basah. Hal itu
tentu membuat ruangan terasa tidak nyaman karena tumbuhnya
jamur dan lumut. Untuk membuat dinding kedap air maka bata
trasram ini material yang tepat dengan membuat trasram dengan
campuran 1 PC : 2 Pasir.

b) Pasangan bata 1 batu


Pasangan bata 1 batu merupakan pasangan bata secara melintang
dengan panjang bata sebagai tebal dinding. Pasangan bata 1 batu
disusun dengan perekat atau adukan spesi 1 PC : 1 PS artinya
dengan perbandingan adukan satu bagian semen, ditambah
dengan empat bagian pasir. Setelah itu dicampur dengan air
secukupnya sampai menjadi adukan spesi yang bisa dipakai.
Namun, pada saat ini tidak ada lagi atau jarang yang
menggunakan dinding pasangan bata 1 batu.

c) Pasangan bata ½ batu


atau adukan dengan perbandingan campuran 1 bagian semen : 2
bagian pasir. Pasangan bata ½ biasanya untuk area basah
Pasangan bata ½ merupakan pemasangan bata secara
memanjang dengan lebar bata merah sebagai tebal dinding.
Pasangan bata ½ adalah pemasangan dinding bata yang
dilekatkan dengan mortar, spesi seperti dapur dan kamar mandi
karena bersifat kedap air. 

d) Pasangan Bata Rollag


Rollag adalah pasangan bata yang dipasang dalam keadaan berdiri.
Pemasangan rollag berbentuk setengah lingkaran, gothic atau ce
ngkeh. Namun, bentuk lain bisa dikreasikan sesuai keinginan anda.
Tujuan dilakukan pemasangan bata rollag adalah :

 Untuk memasang dinding batu bata dengan baik dan benar


 Untuk mengukur kedataran dan ketegakan dengan menggunaka
n waterpass
 Membuat pondasi sederhana yang fungsinya dapat menyalurkan

beban, tetapi tidak sekuat pondasi batu biasa


Pasangan bata rollag dibuat dengan perbandingan campuran 1:4
dengan air secukupnya. 

2. Metode Pelaksanaan

a. Pekerjaan Persiapan
 Menyiapkan shop drawing yang telah di approved untuk
digunakan sebagai acuan.
 Untuk material yang dibutuhkan antara lain bata merah ,
semen, pasir, dan air.
 Untuk peralatan tidak diperlukan alat yang khusus, hanya
diperlukan peralatan sederhana seperti saringan pasir,
cangkul, sekop, ember, sendok semen, dolak, meteran,
waterpass, jidar aluminium, profil kayu, dan benang nylon.
 dilakukan persiapan dengan cara membersihkan area yang
akan dipasang dinding bata merah, menghitung volume
pekerjaan dan kebutuhan material yang dibutuhkan.

b. Pelaksanaan Pasangan Dinding Trasram


Metode pelaksanaan pekerjaan pasangan dinding bata dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Buat marking jalur-jalur dinding dua sisi setelah dinding
dan dibuat tanda posisi kolom praktis, ring balok, dan
lubang kusen.

Gambar 3.1. Marking Jalur-Jalur Dinding

2. Bata merah direndam dulu (sampai gelembung udaranya


hilang) sebelum dipakai untuk mengurangi penyerapan air.
Gambar 3.2. Merendam Batu Bata
3. Memasang bata merah pada jalur marking serta jalur
benang acuan yang telah dipasang pada profil kayu pada
ujung jalur dinding lapis demi lapis.

Gambar 3.3. pemasangan Bata Merah Pada jalur marking

4. Untuk semua dinding luar dan dalam, mulai dari


permukaan lantai sampai ring balok pada toilet serta
daerah basah lainnya, digunakan aduk campuran rapat air
(trasram) dengn campuran 1 PC : 2 Pasir
5. Kemudian bata merah disusun di atas adukan mortar
tersebut sambil terus diperiksa kerataan pasangannya.
Kemudian bata merah dipukul perlahan sampai mencapai
elevasi yang diinginkan. 
Gambar 3.4. Memeriksa Kerataan Pasangan Bata

6. Pasangan dinding trasram dipasang 1,5 m dari sloof pada


bagian dinding wc dan setinggi 0,45 m dari sloof pada
bagian dinding biasa.
7. Periksa kelurusan serta vertikal pasangan bata merah,
apabila sudah benar dan sesuai dengan yang diinginkan
maka lanjutkan pemasangan dinding bata ½ batu.

Gambar 3.5 Pasangan dinding trasram bangunan warnet

c. Langkah Kerja Pemasangan Dinding Bata ½ Batu


Metode pelaksanaan pekerjaan pasangan dinding bata dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Buat marking jalur-jalur dinding dua sisi setelah dinding dan
dibuat tanda posisi kolom praktis, ring balok, dan lubang
kusen.
2. Bata merah direndam dulu (sampai gelembung udaranya
hilang) sebelum dipakai untuk mengurangi penyerapan air.

Gambar 3.6. Merendam Batu Bata

3. Memasang bata merah pada jalur marking serta jalur benang


acuan yang telah dipasang pada profil kayu pada ujung jalur
dinding lapis demi lapis sampai setinggi 1 m.

Gambar 3.7. pemasangan Bata Merah Pada jalur marking

4. Sebagian besar dinding dari batu bata merah, dengan


menggunakan adukan campuran 1 PC : 4 Pasir.
5. Untuk semua dinding luar dan dalam, mulai dari permukaan
lantai sampai ring balok pada toilet serta daerah basah
lainnya, digunakan aduk campuran rapat air (trasram) dengn
campuran 1 PC : 2 Pasir.
6. Pada pelaksanaannya, adukan semen pasir tersebut
diaplikasikan secara merata ke permukaan bata merah.
7. Kemudian bata merah disusun di atas adukan mortar
tersebut sambil terus diperiksa kerataan pasangannya.
Kemudian bata merah dipukul perlahan sampai mencapai
elevasi yang diinginkan.

Gambar 3.8. Memeriksa Kerataan Pasangan Bata


8. Setelah tinggi pasangan bata merah mencapai 1 m kemudian
dilanjutkan dengan cor beton kolom praktis.
9. Periksa kelurusan serta vertikal pasangan bata merah, apabila
sudah benar dan sesuai dengan yang diinginkan maka
lanjutkan pemasangan sampai dengan tinggi maksimum 1 m,
kemudian periksa lagi kelurusan dan vertikalnya, setelah itu
dilanjutkan cor kolom praktis dan dilanjutkan pemasangan
bata merah sampai elevasi yang ditentukan dan cor kolom
praktis sampai elevasi sesuai gambar.

Gambar 3.8. Tinggi Pemasangan Bata Maksimum 1 m


d. Pemeliharaan
- Jika pemasangan dinding sudah selesai sampai level yang diinginkan,  pa
sangan harus dipelihara dari benturan atau pembebanan sampai kondis
i ikatan sudah benar benar kering.
- Jika ada bekas adukan/ mortar dibawah pasangan yang menumpuk har
us segera dibersihkan, jangan sampai mengering karena bisa menajdi pe
kerjaan tambahan saat pelaksanaan pemasangan lantai
- Jika pemasangan baru selesai dilakukan, anda perlu juga membuat peng
aman atau tanda supaya pasangan tersebut tidak disentuh atau di bent
ur oleh orang yang lewat.

3.3.3 Pekerjaan Plesteran


Plesteran adalah tahapan dalam pekerjaan konstruksi batu dan beton
dengan menempatkan atau merekatkan bahan adukan berupa campuran
semen, pasir dan air terhadap suatu bidang kasar yang bertujuan membuat
permukaan suatu bidang menjadi halus dan rata sehingga memberikan kesan
rapi dan indah untuk dilihat.Dalam pengertian lain, plesteran adalah lapisan
penutup permukaan dinding dari pasangan bata merah, bata ringan (hebel)
atau batako sebelum acian dilakukan.

1. Fungsi dan Tujuan Plesteran


Adapun fungsi dan tujuan dari pekerjaan plesteran yaitu:
Plesteran ini berfungsi sebagai perata permukaan, memperindah dan
memperkedap dinding. Berikut ini fungsi plesteran yang lainnya:
1. Pekerjaan plesteran dinding dilakukan untuk mendapatkan kekuatan
tambahan pada struktur dinding;

2. Plesteran dilakukan untuk memperlihatkan kerapihan dan keindahan


pada suatu permukaan dinding. 

3. Plesteran secara konstruktif ditujukan untuk melindungi bidang dari


cuaca seperti hujan, panas dan lainnya.
Sedangkan tujuan pekerjaan plesteran dinding diantaranya adalah : 
1. Membuat permukaan sebuah dinding lebih rapi, lebih bersih dan jug
a keindahan eksterior suatu bangunan 
2. Melindungi permukaan dari pengaruh cuaca dan iklim 
3. Menutupi kerusakan-kerusakan dinding atau bidang yang ditutupi 
4. Menutupi kualitas bahan yang kurang baik pada pasangan bata 
5. Mempermudah proses pengecatan pada dinding 
6. Untuk memudahkan proses pembersihan pada dinding dari debu yan
g langsung menempel pada pasangan batu bata tanpa plesteran.

2. Metode Pelaksanaan
a. Pekerjaan persiapan
- Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan plesteran.
- Approval material yang akan digunakan.
- Persiapan lahan kerja.
- Persiapan material kerja, antara lain : semen PC, pasir dan air.
- Persiapan alat bantu kerja, antara lain : waterpass, meteran, unting-un
ting, jidar, raskam, benang, dll.

b. Pelaksanaan pekerjaan plesteran


- Pasang dinding batu bata sesuai dengan rencana dinding yang sudah
dibuat sebelumnya, pastikan dinding benar-benar tegak rapi karena
akan menghemat pekerjaan plesteran
- Basahi permukaan dinding batu bata dengan menggunakan air
sampai basah dan rata dalam kondisi jenuh air.
Gambar 3.9. Membasahi Permukaan Dinding

- Buat adukan plesteran sesuai dengan perbandingan material yang


direncanakan
- Pasang benang untuk menentukan ketegakan horizontal dan vertical
untuk keperluan penggunaan caplakan atau kepalaan plesteran dan
cek kembali ketegakan dan kerataannya.

Gambar 3.10. Membuat Kepalaan Plesteran

- Tentukan letak instalasi mekanikal elektrikal yang tertanam dalam


plesteran, pastikan instalasi udah terpasang semua agar tidak terjadi
pekerjaan bobok pasang dikemudian hari.
- Selanjutnya adukan plesteran dapat dilekatkan ke permukaan
dinding kemudian meratakan dengan menggunakan ruskam, selalu
mengecek kerataannya menggunakan alat jidar.
Gambar 3.11. Proses Pemasangan Plesteran
d. Pemeliharaan
- Setelah pekerjaan plesteran selesai lakukan penyiraman +/- 7 hari
agar tidak terjadi keretakan dinding.
- Pekerjaan acian dinding baru bisa dimulai setelah plesteran dinding
benar-benar kering dan kuat, karena jika terburu-buru melakukan
pekerjaan acian maka terjadi pemanasan pada dinding yang
menyebabkan finishing dinding menjadi retak-retak rambut.

Gambar 3.12. Contoh Pemasangan Plesteran

3.3.4 Pekerjaan Keramik Dinding Kamar Mandi


a. Pekerjaan persiapan
- Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan plesteran.
- Approval material yang akan digunakan.
- Persiapan lahan kerja.
- Persiapan material kerja, antara lain : semen PC, pasir, air dan keramik
ukuran 20 x 20.
- Persiapan alat bantu kerja, antara lain : waterpass, meteran, paku bet
on, palu karet, benang, cetok dll.
- Pemasangan keramik dilaksanakan setelah plesteran agak mengering

b.pelaksanaan dinding keramik kamar mandi


1. Rendam keramik yang akan dipasang kurang lebih 15-30 menit seb
elum digunakan. Hal ini membuat bagian bawah keramik yang masi
h berpori dapat menyerap air, sehingga sewaktu diberi adukan sem
en bisa menempel atau menyatu.

Gambar 3.12. Merendam Keramik

2. Pasang benang untuk menentukan kerataan horizontal dan vertical.

Gambar 3.12. Memasang Benang

3. Tempelkan adukan semen dan pasir pada dinding yang akan dipasa
ng keramik, lalu biarkan sebentar supaya agak mengering. Adukan
dengan campuran 1 PC : 2 Pasir.
4. Ketika hendak di letakkan pada dinding, beri kembali sedikit air pad
a belakangnya, untuk memastikan keramik tetap dalam kondisi bas
ah Ketika diberi lapisan semen.
5. Berikan adukan semen pada bagian belakang keramik menggunaka
n cetok lalu ratakan. Untuk bagian pinggir keramik jangan diberi se
men terlalu tebal, karena ketika keramik ditekan/dipukul untuk me
ratakan permukaannya, lapisan semen yang di tengah akan lari ke a
rah pinggir dan mengisi ruang kosong tersebut.

Gambar 3.12. Berikan Adukan Semen

6. Letakkan keramik pada posisinya lalu tekan/pukul dengan palu kare


t agar permukaannya sejajar dengan tali atau keramik di sebelahny
a. Pemasangan keramik dinding dimulai dari bagian paling atas ke b
agian bawah.

Gambar 3.12. Memasanng Keramik Dinding

7. Setelah itu berikan spacer atau nat keramik.


8. Lalu tekan dengan palu karet sehingga keramik menjepit spacer ter
sebut, sambil mengecek kerataan keramik.
9. Isi bagian samping dan bawah keramik agar tidak ada sisa ruang kos
ong.
10. Jangan lupa membersihkan permukaan keramik setelah dipasang.
11. Biarkan untuk beberapa waktu, agar adukan semen mengering dan
keramik diam pada tempatnya ketika paku yang menahan keramik
dicabut.

Gambar 3.12. Paku Penahan Keramik

12. Untuk pemasangan keramik berikutnya prosesnya mengulang kem


bali dari atas. Untuk keramik dinding kamar mandi proyek hayuin n
et ini dipasang setinggi 200 cm.

3.3.5 Pekerjaan Acian


Proses acian adalah proses melakukan finishing setelah melakukan
plesteran. Melakukan acian adalah cara yang sangat efektif untuk untuk bisa
menutup pori - pori pada plesteran dan untuk menghaluskan pada bagian
permukaan agar plesteran terlihat rapi. Untuk tebal acian 2-3 mm.

2. Fungsi Acian Dinding


- Memudahkan proses pengecatan.
- Agar bangunan lebih kuat.
- Membuat tampilan dinding menjadi lebih indah.
3. Metode Pelaksanaan
a. Pekerjaan Persiapan
- Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan acian.
- Approval material yang akan digunakan.
- Persiapan lahan kerja.
- Persiapan material kerja, antara lain : semen PC, dan air.
- Persiapan alat bantu kerja, antara lain : cetok, kertas bekas zak semen
dan alat- alat lainya sesuai kebutuhan.

e. Pelaksanaan Pekerjaan Acian


- Membuat adukan acian Perbandingan yang baik antara jumlah semen
dan air yang dipakai untuk membuat suatu adukan adalah 2:1. Kompo
sisi tersebut bisa diubah sesuai dengan jenis pekerjaan yang tengah dil
akukan. Misalnya penggunaan air untuk adukan semen plesteran dindi
ng kamar mandi bisa dikurangi untuk meningkatkan ketahanan lapisan
plester agar tidak mudah terjadi kebocoran.

Gambar 3.13. Membuat Adukan Acian


- menyiram dinding yang akan diaci dengan air hingga basah, hal ini dim
aksudkan agar nantinya dinding tidak banyak menyerap air semen.

Gambar 3.14. Menyiram Dinding Sebelum Di Aci


- Melaburkan bahan acian semen yang sudah jadi ke permukaan dindin
g dengan menggunakan jidar.

Gambar 3.15. Proses Pemasangan Acian


- Menghaluskan pekerjaan acian dengan jidar sehingga permukaan ben
ar-benar rata dan halus.

Gambar 3.16. Menghaluskan Pekerjaan Acian


f. Pemeliharaan
- Usahakan agar hasil acian dinding tidak cepat kering, bisa dengan cara
menyiram air. karena pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebab
kan keretakan dinding.
- Pekerjaan acian dinding selesai, namun perlu menunggu beberapa wa
ktu untuk melanjutkan ke pengerjaan pengecatan.

3.3.6 Pekerjaan Dinding Papan Kayu


1. Metode Pelaksanaan
a. Pekerjaan Persiapan
- Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan rangka d
an penutup dinding kayu.
- Approval material yang akan digunakan.
- Persiapan lahan kerja.
- Persiapan material kerja, antara lain : papan ukuran 20 cm dan balok
kayu ukuran 5/10 yang sudah diketam, paku 3”, pensil tukang.
- Persiapan alat bantu kerja, antara lain : gergaji, palu, meteran dan
alat-alat lainya sesuai kebutuhan.

b. Pelaksanaan Pekerjaan Rangka Dinding Kayu


- Memotong balok kayu menjadi beberapa bagian sesuai dengan kebu
tuhan.

Gambar 3.16. Memotong Balok Kayu

- Membuat coakan pada balok rangka dinding dengan kolom sebagai p


engikat.

Gambar 3.16. Membuat coakan Balok


- Pemasangan antara rangka dinding kayu dengan menggunakan paku
agar lebih kuat. Pada pekerjaan dinding bangunan warnet ini
menggunakan rangka balok 5/10. Tiang kayu yang berdiri tegak
maupun horizontal dipasang setiap jarak 1,5 m agar menciptakan
kerangka dinding yang kokoh.

Gambar 3.4 Contoh Pemasangan Rangka Dinding

c. Pelaksanaan Pekerjaan Penutup Dinding Kayu


- Menentukan pola pemasangan susunan panel kayu yang akan
digunakan apakah membentuk pola vertikal atau horizontal. Dalam
pemasangan dinding papan kayu bangunan warnet ini menggunakan
pola vertikal.
- Memotong papan kayu disesuaikan dengan rangka dinding kayu
horizontal.

Gambar 3.16. Memotong Papan Kayu


- Menggunakan bor mesin untuk melubangi papan kayu seukuran
paku pada beberapa titik pemasangan paku dan membuat coakan
untuk kepala paku agar dalam pemasangan papan kayu permukaan
yang dipaku tidak menonjol dan menghindari pecahnya papan kayu
akibat pemasangan paku.

Gambar 3.16. Melubangi Papan Kayu

- Memasang papan kayu dengan rangka dinding menggunakan paku


pada beberapa titik yang telah dilubangi . melakukan pemasangan
papan dinding ini di kedua sisi dinding lantai 2 bangunan warnet.

Gambar 3.16. Memasang papan kayu


d. Pemeliharaan
- Selalu bersihkan dinding kayu dari debu yang menempel dengan alat
pembersih yang lembut, bersihkan sudut-sudut dinding berbahan ka
yu sehingga terhindar dari sarang laba-laba dan debu yang ada.
- Usahakan seminggu sekali memoles dinding berbahan kayu dengan o
bat cairan furniture polish agar kelembaban dapat terjada serta dindi
ng kayu tetap mengkilat secara alami.
- Hindari goresan dan lubang pada kayu akibat tancapan paku.
- Usahakan tidak terdapat titik basah karena jika dibiarkan akan memb
uat kotoran mudah menempel dan memberikan bekas.

Gambar 3.5 Contoh Pemasangan Penutup Dinding

3.3.7 Pekerjaan Pengecatan


Pekerjaan pengecatan adalah pekerjaan akhir (finishing) setelah
pekerjaanbagian yang akan dicat selesai dikerjakan. Pengecatan secara umum
dilakukan untukmemberi warna pada ruangan bagian dalam maupun bagian
luar. Pemberian warnasecara keseluruhan ini bertujuan agar rumah terlihat bersih,
anggun, dan memberikangambaran identitas sang pemilik. Cat terdiri dari
bermacam-macam warna dasar.Dengan warna-warna tersebut suatu ruangan
akan memiliki karakter tersendiri.Disarankan untuk ruang yang berukuran relatif kecil
sebaiknya memakai warna cat terang (warna muda). Warna terang akan
memberikan kesan ruangan menjadi lebihluas. Warna tua sebaiknya digunakan pada
ruangan yang relatif besar.
1. Metode Pelaksanaan
- Menyiapkan bahan pengecatan seperti cat dasar, cat interior / eksterior,
thinner atau spiritus dan air.
- Menyiapkan alat yang dibutuhkan seperti masking tape, scafolding, ampl
as, dempul, kuas, kaleng air, bak cat, dan roller.
- Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecatan permukaan bidang harus r
ata dan dibersihkan terlebih dahulu.
- Permukaan dihaluskan dengan memakai amplas halus.
- Menutup bagian yang tidak ingin dicat seperti kusen pintu jendela, tepi pl
afon, dan saklar lampu.

Gambar 3.16. Menutup Saklar Lampu

a. Pelaksanaan Pekerjaan Pengecatan Dinding Bata


- Setelah pengamplasan dan pembersihan pada dinding, untuk mendap
atkan hasil yang baik dan cat dapat merekat dengan kuat, lakukanlah t
ahap pertama dengan menggunakan cat dasar untuk dinding.

Gambar 3.16. Cat Dasar Untuk Dinding

- Usahakan penggunaan plamir dinding seminimal mungkin (hanya untu


k bagian dinding yang berlubang).
Gambar 3.16. Cat Dasar Untuk Dinding

- Kemudian lapisi dengan Lapisi dengan cat interior/eksterior mengguna


kan roller untuk permukaan dinding yang luas dan untuk permukaan d
inding yang sempit seperti pinggir kusen dapat menggunakan kuas kec
il. Pada bangunan warnet Hayuin Net ini menggunakan cat dari Mowil
ex.

Gambar 3.16. Proses Pengecatan

- Pelaksanaan pada pekerjaan pengecatan dilakukan secara berlapis lapi


s.
- Setiap tahapan (lapisan) dilakukan setelah cat tahap sebelumnya bena
r-benar sudah kering.
- Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang baik, dilaksanakan dengan
2 – 3 tahap lapisan cat.

b. Pelaksanaan Pekerjaan Pengecatan Dinding Kayu


- Lakukan pengecatan dengan cat dasar kayu yang diencerkan dengan t
hinner. Cat dasar gunanya untuk melapisi permukaan kayu agar plamir
kayu menempel dengan baik dan menyatu.
Gambar 3.16. Cat Dasar Untuk Dinding Kayu
- Menutup cat dasar dengan plamur kayu. Kerjakan pekerjaan plamir ka
yu dengan teliti dan rapi agar permukaannya benar- benar rata dan m
enutup pori-pori kayu. Mengerjakan pekerjaan ini setelah cat dasar mi
nimum 2 hari.

Gambar 3.16. Plamir Dinding Kayu

- Permukaan kayu yang sudah diplamir, kemudian diamplas dengan am


plas ukuran sedang. Apabila masih ada yang terlewat pori-pori kayu m
asih terlihat, lakukan plamir ulang.

Gambar 3.16. Pengamplasan Dinding Kayu


- Setelah lapisan plamir sudah diamplas, benar-benar halus dan rata, tid
ak ada yang terlewat,lakukan pengecatan masih menggunakan cat das
ar yang diencerkan dengan thinner lebih encer dari campuran yang pe
rtama.
- Pengecatan dengan cat finishing 3X, atau 3 lapis. Lakukan setelah cat d
asar benar-benar kering. Setiap lapisan dicat dengan cat yang dicampu

r thinner sehingga cat tidak mengental. Setelah beberapa saat cat di d


alam kaleng akan mengental, lakukan pengenceran ulang dengan thin
ner secukupnya, jangan terlalu encer dan jangan terlalu kental.

Gambar 3.16. Proses Pengecatan Dinding Kayu

Anda mungkin juga menyukai