RANCAMANYAR
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Jembatan Diploma Empat
Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan di Jurusan Teknik Sipil
Oleh
Kelompok 1
Kelas 4 TPJJ
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan Jembatan
Rangka Baja Ciodeng 2 Rancamanyar ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perancangan Jembatan Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan di
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.
1. Bapak Moeljono, Drs., SP1. selaku dosen pengajar mata kuliah Perancangan
Jembatan yang telah memberikan arahan serta bimbingan.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik untuk
menambah wawasan maupun sebagai referensi untuk pengembangan ilmu teknik
sipil.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................8
1.1 Latar Belakang..........................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................11
1.3 Tujuan......................................................................................................11
1.4 Ruang Lingkup........................................................................................11
1.5 Sistematika Penulisan..............................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................14
2.1 Karya Ilmiah Sejenis Sebelumnya..........................................................14
2.2 Dasar Teori..............................................................................................14
2.2.1 Pengertian Jembatan........................................................................14
2.2.2 Klasifikasi Jembatan........................................................................14
2.2.3 Tipe-Tipe Jembatan Baja.................................................................16
2.2.4 Bagian-Bagian Konstruksi Jembatan Rangka Baja.........................19
BAB III METODOLOGI.......................................................................................51
3.1 Lokasi Penelitian.....................................................................................51
3.2 Diagram Alir Penelitian...........................................................................53
3.2.1 Tahapan Persiapan...........................................................................54
3.2.2 Pengamatan Pendahuluan................................................................54
3.2.3 Studi dan Referensi..........................................................................54
3.2.4 Identifikasi dan Perumusan Masalah...............................................54
3.2.5 Pengumpulan Data...........................................................................54
3.2.6 Verifikasi Data.................................................................................55
3.2.7 Pengolahan Data..............................................................................55
3.2.8 Perancangan Basic Desain Jembatan...............................................55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.........................................................56
4.1 Data Eksisting..............................................................................................56
4.1.1 Data Teknis Jembatan Eksisting......................................................56
4.1.2 Muka Air Banjir...............................................................................60
4.1.3 Geoteknik.........................................................................................61
4.1.4 Lalu Lintas.......................................................................................66
4.1.5 Lingkungan......................................................................................66
4.1.6 Kependudukan.................................................................................67
4.2 Pra Desain Jembatan...............................................................................70
4.3 Pemilihan Struktur Jembatan...................................................................70
4.3.4 Struktur Atas Jembatan....................................................................70
4.3.5 Struktur Bawah................................................................................72
4.3.6 Jalan Pendekat..................................................................................72
4.3.7 Bangunan Pengaman Jembatan........................................................73
4.3.8 Perlengkapan Jembatan....................................................................73
4.4 Desain Jembatan......................................................................................76
BAB V PENUTUP.................................................................................................79
5.1 Kesimpulan..............................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................80
DAFTAR GAMBAR
Pada tahun 2020 Jembatan Ciodeng diberi pagar besi agar kendaraan roda
dua tidak bisa melintasi jembatan tersebut. Sehingga jembatan tersebut hanya
dapat dilalui oleh pejalan kaki, dapat dilihat pada Gambar 3.
Akses jalan yang cukup sempit serta jumlah kendaraan yang terhitung
sangat banyak menimbulkan antrian kendaraan yang membuat daerah tersebut
membutuhkan penanganan untuk menguraikan kemacetan yang terjadi. Oleh
karena itu, kami merencanakan penanganan yakni pembangunan Jembatan
Ciodeng 2 sebagai jalur alternatif bagi pejalan kaki dan kendaraan bermotor roda
dua yang akan melintas baik menuju Dayeuhkolot ke Baleendah maupun
sebaliknya.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan Laporan Perencanaan Jembatan Ciodeng 2 ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang mengapa masalah yang
dikemukakan dalam laporan menarik untuk dibahas,
rumusan masalah yaitu pernyataan mengenai hal utama
terkait objek materi yang akan dikerjakan dalam laporan,
tujuan yang akan dicapai melalui pembuatan laporan yang
akan dilakukan, ruang lingkup mencakup batasan-batasan
permasalahan yang akan dilakukan, serta sistematika
penulisan yakni bahasan pokok yang dibahas pada setiap
bab dalam Laporan Perencanaan Jembatan Ciodeng 2 ini.
Jembatan Kayu
Jembatan Rangka Baja
Jembatan Beton Bertulang
Jembatan Beton Pratekan
Jembatan Sementara
Jembatan Permanen
Jembatan Atap
Jembatan dapat Digerakkan
Pi pa sandaran
Gelagar memanjang
l antai k endaraan
Gelagar induk
Gelagar induk
Batang vertikal
Batang tepi bawah
Pilar
1. Rangka Jembatan
a. Jenis
4. Lampu gas sodium tekanan tinggi (SON), digunakan untuk jalan tol,
arteri, persimpangan besar/luas dan interchange dengan efisiensi tinggi,
umur sangat panjang, dan ukuran lampu kecil, sehingga mudah dalam
pengontrolan cahayanya. Jenis lampu ini sangat baik dan sangat
dianjurkan untuk digunakan.
Penataan letak penerangan jalan umum baik pada jalan satu arah, jalan dua
arah, serta persimpangan dapat ditempatkan sebagai berikut.
Tabel 2 Penataan letak Penerangan Jalan Umum
a. Jalan bebas hambatan, ketinggian tiang paling rendah 13.000 (tiga belas
ribu) milimeter
b. Jalan arteri, ketinggian tiang paling rendah 9.000 (sembilan ribu)
milimeter
d. Jalan lokal, ketinggian tiang paling tinggi 7.000 (tujuh ribu) milimeter
B. Marka
Marka adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan berupa peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur,
garis melintang, garis serong serta lambing lainnya yang berfungsi untuk
mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Berdasarkan Pd T-12-2004-B, marka jalan dikelompokkan menurut fungsinya,
bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan
marka jalan ini diterapkan dalam perencanaan ruas serta persimpangan jalan baik
jalan dalam kota maupun jalan luar kota.
5) Permukaan marka jalan tidak boleh licin dan tidak boleh menonjol lebih
dari 6 milimeter diatas permukaan jalan.
1. cat;
2. thermoplastik;
1. Marka membujur
Marka ini hanya berlaku untuk jalan dengan lebar perkerasan lebih dari
4.50 meter, yang terdiri atas :
1) marka ini berupa garis utuh yang dipasang membujur pada bagian tepi
perkerasan tanpa kerb.
2) marka garis tepi perkerasan jalan berfungsi sebagai batas lajur lalu
lintas bagian tepi perkerasan.
3) ukuran :
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan dibagian tepi dalam
maupun tepi luar perkerasan sebagaimana dalam Gambar 13 berikut.
5) pada jalan 2 (dua) arah yang mempunyai lebih dari 3 (tiga) lajur, tiap
tiap arah harus dipisah dengan garis utuh membujur dan pada saat
mendekati persimpangan atau keadaan tertentu dapat digunakan 2 (dua)
garis utuh yang berdampingan.
2) marka jalan ini berfungsi sebagai batas bingkai jalan bagian tepi
perkerasan.
3) ukuran :
Lebar garis utuh (W) pada marka jalan ini minimal 0,10 meter maksimal
0.15 meter.
4) penempatan
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan dibagian tepi dalam
maupun tepi luar perkerasan sebelum kerb. Penempatan marka jalan ini
dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15 berikut.
1) Marka garis utuh membujur yang ada sebelum adanya halangan atau
pulau jalan.
3) Ukuran :
Lebar garis utuh (W) pada marka jalan ini minimal 0,10 meter maksimal
0.15 meter
4) Penempatan
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan setelah adanya marka
garis peringatan dan sebelum marka garis serong (chevron) sebagaimana
dalam Gambar 16.
3) ukuran:
− panjang (L) minimum marka jalan ini 20 m dari marka garis melintang
batas henti
− lebar garis utuh (W) pada marka jalan ini minimal 0,10 meter maksimal
0.15 meter
4) penempatan
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan setelah marka batas
lajur dan sebelum marka garis melintang batas henti sebagaimana dalam
Gambar 17 berikut.
1) marka garis utuh membujur pada daerah tertentu atau tikungan dengan
jarak pandang terbatas
2) marka jalan ini berfungsi sebagai tanda larangan bagi kendaraan untuk
tidak melewati marka garis ini karena jarak pandangan yang terbatas
seperti di tikungan, lereng bukit, atau pada bagian jalan yang sempit.
3) ukuran:
− lebar garis utuh (W) pada marka jalan ini minimal 0,10 meter maksima
0.15 meter
4) Penempatan
Marka jalan ini ditempatkan pada sumbu perkerasan jalan setelah marka
peringatan sebagaimana terlihat dalam Gambar 18 berikut.
2) marka jalan ini berfungsi sebagai marka garis sumbu atau tanda
pemisah lajur.
(a) 5,0 meter dan jarak celah garis putus-putus (b) 8,0 meter sebagaimana
dalam Gambar 20 berikut.
Marka jalan ini ditempatkan pada sumbu perkerasan untuk jalan lurus 2
jalur. Untuk jalan yang memiliki jalur pendakian, penempatan marka ini
tidak pada sumbu perkerasan, melainkan pada batas lajur pada jalur
pendakian sebagaimana dalam Gambar 21 berikut.
Gambar 21 Marka garis pemisah pada daerah pendakian
b. Marka garis pengarah
2) marka jalan ini berfungsi sebagai marka pengarah kendaraan yang akan
membelok.
3) ukuran:
− panjang garis (a) 0.50 meter dengan jarak celah (b) sama dengan panjang
garis (a)
3) ukuran :
1) marka ini terdiri atas garis ganda putus-putus dan garis utuh membujur
yang sejajar:
− lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis
ganda tersebut.
− lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda
tersebut
3) ukuran :
− panjang garis dan jarak celah merujuk pada ukuran marka membujur
garis putusputus
3) ukuran :
− panjang garis dan jarak celah merujuk pada ukuran marka membujur
garis putusputus.
Marka ini ditempatkan pada sumbu perkerasan atau batas jalur lalu lintas
lebih dari 2 lajur.
2) marka ini berfungsi sebagai pemisah jalur lalu lintas yang tidak boleh
dilewati kendaraan atau sebagai pengganti median timbul
3) ukuran:
b) bila jarak 2 (dua) buah marka membujur garis utuh > 18 cm, marka di
antara ke dua marka membujur garis utuh tersebut (di dalamnya)
dilengkapi dengan marka serong dan dikategorikan sebagai median
diatas (pedoman perencanaan median).
4) penempatan
Marka ini ditempatkan pada sumbu perkerasan atau batas jalur lalu lintas.
2. Marka Melintang
4) Penempatan
Gambar 26 Marka garis stop, marka lambang stop dan marka lainya
(2) Marka melintang garis putus-putus
1) Marka ini berupa garis ganda putus-putus pada pertemuan jalan mayor
dengan minor yang tidak dilengkapi lampu lalu lintas (APILL).
3) Ukuran :
− tebal Garis minimum 0.30 meter
4) Penempatan :
3. Marka serong
1) berupa garis serong utuh dengan bingkai garis utuh yang menyatakan
bahwa kendaraan tiak diperbolehkan menginjak bagian jalan tersebut.
3) ukuran :
− jarak akhir daerah arsir 2.00 meter dari ujung penghalang atau pulau
jalan
4) penempatan :
1) Marka ini berbentuk ujung anak panah dengan 1 atau 2 penunjuk arah.
3) Ukuran :
4) Penempatan :
Marka ini ditempatkan pada perkerasan jalan sebelum garis batas henti (5
sampai 10 meter) sebagaimana dalam Gambar 30.
4. Marka tulisan
E. Trotoar
a. Data Primer
b. Data Sekunder
a. Jembatan Ciodeng
Data kondisi eksisting jembatan Ciodeng menggunakan data primer yang
didapatkan dari hasil survey langsung ke lokasi jembatan pada tanggal 17
Januari 2021. Survey dilakukan dengan cara mengamati langsung area-
area penelitian serta melakukan wawancara kepada warga sekitar. Dari
hasil survey tersebut, diperoleh data-data sebagai berikut.
Gambar 37 Jembatan Ciodeng Eksisting
Sumber : Dokumen Pribadi
Kondisi fisik Jembatan Ciodeng 1 pada saat ini sudah berbeda dengan
data kondisi yang didapatkan dari internet sebelumnya. Lantai jembatan
sudah diperbaiki sehingga lebih aman untuk dilewati pejalan kaki dan
tidak lagi terbuat dari kayu, namun telah diganti oleh pelat baja. Kondisi
lantai jembatan dari pelat baja ini pada saat dilakukan survey masih
sangat baik, tidak terdapat kerusakan yang dapat membahayakan pejalan
kaki. Selain itu, railing jembatan sudah tidak terlihat berkarat karena
sudah dilakukan pengecatan ulang.
4.1.3 Geoteknik
Jenis tanah yang terdapat pada sekitar Jembatan Ciodeng 2 merupakan tanah
alluvial (tanah endapan). Berdasarkan jurnal Aplikasi Konsep Stratigrafi
Geologi untuk Penentuan Metode Pekerjaan Pondasi (Studi Kasus Jembatan
Citarum Proyek Pembangunan Jalan Tol Soreang – Pasir Koja), data yang
digunakan adalah data stratigrafi dan data nilai N-SPT yang diperoleh dari
pengeboran inti. Dari data-data tersebut dapat diketahui kondisi bawah
permukaan di Sungai Citarum terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
4.1.5 Lingkungan
Menurut Peraturan Daerah Kab. Bandung no.27 tahun 2016 tentang RTRW
Kab. Bandung tahun 2016-2036 daerah Baleendah berfungsi sebagai
kawasan jasa dan perdagangan, pertanian, industri, perumahan,
permukiman, dan Pendidikan. Selain itu, wilayah Kecamatan Baleendah
yang merupakan daerah padat penduduk dengan jumlah sebanyak 255887
orang menyebabkan dibutuhkannya akses yang memadai sebagai penunjang
aktivitas masyarakat salah satunya dengan adanya jembatan baru Jembatan
Ciodeng 2.
4.1.6 Kependudukan
Andir 378,291 ha
Malaka Sari 175,665 ha
Jelekong 694 Ha
2 Dayeuh Kolot 11,03 km2
Cangkuang Kulon 243,7 ha
Cangkuang Wetan 209,7 ha
Pasawahan 207,2 ha
Sukapura 159,1 ha
Citereup 203 ha
Dayeuhkolot 102,5 ha
3 Bojongsoang 27,81 km2
4 Margahayu 10,54 km2
5 Katapang 15,72 km2
6 Pameungpeuk 14,62 km2
d. Lampu Penerangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 27 tahun 2018 tentang Alat Penerangan Jalan dan SNI 7391:2008 tentang
Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan, pada Jembatan Ciodeng 2
direncanakan akan dipasang lampu penerangan/ Penerangan Jalan Umum dengan
jenis lampu tanpa tiang ceiling mounting yang dipasang dalam 1 line pada jarak
setiap 10 m. Sehingga akan terpasang lampu penerangan jembatan sebanyak 4
buah, dengan 1 buah lampu setiap jarak 10 m.
5.1 Kesimpulan
Rancangan Jembatan Ciodeng 2 merupakan jembatan yang nantinya
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jembatan ini juga
dibangun untuk menguraikan kemacetan yang terjadi terutama akibat kendaraan
roda dua.
Jembatan Ciodeng 2 ini menggunakan rangka baja mempertimbangkan
aspek kemudahan dalam kegiatan konstruksinya. Jenis jembatan yang dipilih ini
nantinya akan menggunakan pondasi dalam jenis Bored Pile, Abutment jenis T
terbalik, serta bangunan pengaman berupa turap baja. Bentang jembatan yang
direncanakan nantinya akan terbentang sepanjang 50m dengan lebar jembatan 5m
untuk dua lajur kendaraan bermotor dan trotoar di kedua sisinya untuk pejalan
kaki.
DAFTAR PUSTAKA