Anda di halaman 1dari 32

BAB IV ALAT BERAT UNTUK PEKERJAAN

JEMBATAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Mahasiswa mengetahui berbagai alat berat yang digunakan pada pekerjaan jembatan.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Dapat mengetahui jenis-jenis alat berat yang digunakan pada pekerjaan jembatan.
2. Dapat menjelaskan cara kerja alat berat yang digunakan pada pekerjaan
3. Dapat menghitung produktivitas alat berat yang digunakan pada pekerjaan jembatan

4.1 Peralatan Pancang


Tiang pancang sebagai bagian dari pondasi berfungsi sebagai penumpu beban yang
diteruskan ke lapisan tanah keras. Panjang pendeknya tiang pancang tergantung pada
kedalaman lapisan tanah keras yang akan menjadi tumpuan ujung tiang pancang (end
bearing point) dan gaya gesekan (friction) antara permukaan kulit tiang pancang dengan
tanah sekelilingnya.
Proyek-proyek besar seperti gedung pencakar langit (high rise building) memerlukan
fondasi yang kuat untuk menyangga beban yang besar di atasnya. Jika daya dukung tanah
di lokasi tidak memungkinkan untuk menahan beban yang besar, fondasi semacam ini
sangat diperlukan. Bentuk dari fondasi yang umum dipakai sebagai penyangga bangunan
adalah fondasi tiang. Bahan dasar fondasi tiang yang umumnya dipakai adalah kayu, beton,
baja, dan komposit. Jenis-jenis fondasi beton dapat berupa fondasi precast-prestressed dan
fondasi cast-in-place. Fondasi precast dan fondasi tiang dari baja dan komposit umumnya
disebut sebagai fondasi tiang pancang karena fondasi ini dipancangkan pada suatu titik di
atas permukaan tempat akan dibangun suatu bangunan. Pemancangan tiang ini biasanya

IV-1
dengan menggunakan alat pancang khusus. Pada penggunaan fondasi jenis cast-in-place
biasanya yang pertama dilakukan adalah melakukan pengeboran yang kemudian
dilanjutkan dengan pengecoran beton.

4.1.1 Jenis-Jenis Alat Pancang


Ada beberapa jenis alat pemancang tiang yang umum digunakan di dalam proyek
konstruksi. Alat-alat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Drop Hammer
Drop hammer merupakan palu berat yang diletakkan pada ketinggian tertentu di atas tiang.
Palu tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh mengenai bagian atas tiang. Untuk
menghindari tiang menjadi rusak akibat tumbukan ini, pada kepala tiang dipasangkan
semacam topi atau cap sebagai penahan energi atau shock absorber: Biasanya cap dibuat
dari kayu.

Gambar 4.1 Drop Hammer

Palu dijatuhkan sepanjang alurnya. Pada bagian atas palu terdapat kabel yang berfungsi
untuk menahan supaya palu tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu berkisar antara 250

IV-2
sampai 1500 kg. Tinggi jatuh palu berkisar antara 1,5 sampai 7 meter yang tergantung dari
jenis bahan dasar fondasi. Jika diperlukan energi yang besar untuk memancangkan tiang
fondasi maka sebaiknya menggunakan palu yang berat dengan tinggi jatuh yang kecil
daripada palu yang lebih ringan dengan tinggi jatuh yang besar.
Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya palu per menit
(blow per minute) dibatasi pada empat sampai delapan kali. Jika jumlah tiang yang akan
dipancang tidak banyak maka jenis alat pancang ini efisien untuk digunakan.
Keuntungan dari alat ini adalah berikut ini.
a. Investasi yang rendah.
b. Mudah dalam pengoperasian.
c. Mudah dalam mengatur energi per blow dengan mengatur tinggi jatuh.
Akan tetapi kekurangan dari alat ini adalah sebagai berikut.
a. Kecepatan pemancangan yang kecil.
b. Kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar.
c. Kemungkinan rusaknya bangunan di sekitar lokasi akibat getaran pada permukaan
tanah
d. Tidak dapat digunakan untuk pekerjaan di bawah air.

2. Diesel Hammer
Alat pemancang tiang tipe ini berbentuk lebih sederhana dibandingkan dengan hammer
lainnya. Diesel hammer memiliki satu silinder dengan dua mesin diesel, piston atau ram,
tangki bahan bakar, tangki pelumas, pompa bahan bakar, injector, dan mesin pelumas.
Dalam pengoperasiannya, energi alat didapat dari berat ram yang menekan udara didalam
silinder.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pemakaian diesel hammer dibandingkan dengan
jenis alat pemancang lainnya.
Kelebihan diesel hammer adalah sebagai berikut :
a. Ekonomis dalam pemakaian.
b. Mudah dalam pemakaian didaerah terpencil.
c. Berfungsi dengan baik pada daerah dingin.
d. Mudah dalam perawatan

IV-3
Kekurangan dari alat ini adalah sebagai berikut :
a. Kesulitan dalam menentukan energi per blow.
b. Sulit dipakai pada tanah lunak.

3. Hydraulic Hammer
Cara kerja hammer ini adalah berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan hidrolis. salah
satu hammer tipe ini dimanfaatkan untuk memancangkan fondasi tiang baja H dan fondasi
lempengan baja dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik. Dengan menggunakan
alat pemancang ini tekanan terhadap fondasi dapat mencapai 140 ton. Selain itu, getaran
dan polusi suara akibat pemakaian alat ini dapat dikurangi. Alat ini baik digunakan jika ada
keterbatasan daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukkan cukup pendek. untuk
memperpanjang tiang maka dilakukan penyambungan pada ujung-ujungnya.

4. Vibratory Pile Driver


Alat ini sangat baik dimanfaatkan pada tanah lembab. Jika material di lokasi berupa pasir
kering maka pekerjaan menjadi lebih sulit karena material tersebut tidak terpengaruh
dengan adanya getaran yang dihasilkan oleh alat. Alat ini memiliki beberapa batang
horizontal dengan beban eksentris. Pada saat pasangan batang berputar dengan arah yang
berlawanan, berat yang disebabkan oleh beban eksentris menghasilkan getaran pada alat.
Getaran yang dihasilkan menyebabkan material di sekitar fondasi yang terikat pada alat
ikut bergetar. Pada pengoperasian dengan menggunakan alat ini biasanya lead atau
pengatur letak tiang tidak digunakan dengan demikian maka biasanya alat ini dipasangkan
pada crane dengan ukuran yang kecil. Tenaga yang diperlukan untuk penggetaran alat
dihasilkan dari tenaga listrik atau tenaga hidrolis.
Efektivitas penggunaan alat ini tergantung pada beberapa faktor yaitu amplitudo, momen
eksentrisitas, frekuensi, berat bagian bergetar, dan berat lain tidak bergetar. Amplitudo
adalah gerakan vertikal alat pada saat bergetar yang dihitung dalam milimeter. Dengan
diketahuinya momen eksentrisitas maka ukuran alat dapat diketahui. Nilai momen
eksentrisitas merupakan hasil perkalian dari berat eksentris dikalikan dengan jarak antara
pusat rotasi dengan titik pusat gravitasi eksentris. Frekuensi adalah banyaknya gerakan
vertikal alat per menit. Karena pengaruh jenis tanah, frekuensi alat pada tanah liat lebih

IV-4
kecil daripada jika alat digunakan pada tanah berpasir. Yang dimaksud dengan bagian
bergetar adalah tiang, kepala alat, dan selubung alat. Sedangkan bagian alat yang tidak ikut
bergetar adalah motor penggerak dan mekanisme suspensi.

4.1.2 Penahan dan Pengatur Letak Tiang


Terdapat beberapa alat yang digunakan untuk mengatur tempat tiang akan diletakkan
sehingga kekeliruan seperti tiang miring, tiang tidak pada tempatnya dapat dihindari. Alat
tersebut dinamakan lead atau bingkai. Lead yang umum dipakai adalah fixed lead, swing
lead, dan hydraulic lead. Dengan adanya lead ini maka hammer menumbuk tiang tepat
ditengah-tengah permukaan atas tiang.
a. Fixed Lead
Pengaturan posisi tiang dengan cara ini menggunakan lead yang terdiri dari rangkaian baja
dengan tiga sisi berkisi seperti boom pada crane dan sisi yang satu terbuka. Sisi yang
terbuka adalah tempat tiang diletakkan. Pada rangkaian ini terdapat rel atau alur tempat
hammer akan bergerak. Pada saat penumbukan tiang, lead diletakkan dengan kemiringin
tertentu. Lead diikat pada alat pemancang tiang, dengan bagian bawahnya disambungkan
dengan crane atau pelat pemancang sehingga posisi tiang menjadi benar.

b. Swing Lead
Jika lead tidak disambungkan dengan crane atau pelat pemancang pada bagian bawahnya
maka lead jenis ini dinamakan swing lead. Penggunaan lead ini memungkinkan
pemancangan tiang yang jaraknya dari badan alat relatif jauh. Kelemahan dari tipe ini
adalah sulitnya mengatur tiang untuk tetap vertikal.

c. Hydraulic Lead
Sistem yang digunakan pada metode ini adalah dengan menggunakan silinder hidrolis
sebagai pengaku. Silinder hidrolis tersebut merupakan penghubung bagian bawah lead
dengan pemancang. Dengan sistem ini pengaturan posisi tiang dapat dilakukan secara lebih
akurat dan cepat. Metode ini lebih mahal dibandingkan dengan fixed lead, namun dengan
produktivitas yang besar maka penggunaan metode ini menjadi bahan pertimbangan yang
baik. Lebih-lebih jika alat sering dipakai.

IV-5
1.1.3 Kriteria Pemilihan Alat Pancang
Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan alat pemancang tiang yang akan digunakan
dalam suatu proyek. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
a. Jenis material, ukuran, berat, dan panjang tiang yang akan dipancang.
b. Bagaimana kondisi lapangan yang mempengaruhi pengoperasian, seperti apakah
pemancangan dibawah air, atau lokasi terbatas.
c. Hammer yang akan dipilih harus sesuai dengan daya dukung tiang dan kedalaman
pemancangan.
d. Pilihlah alat yang paling ekonomis dengan kemampuan alat yang sesuai dengan yang
dibutuhkan.
e. Jika lead digunakan maka pilihlah tipe yang akan dipakai, ukuran rel untuk hammer,
panjang hammer, dan tiang yang akan dipancang.

4.1.4 Perhitungan Pemancangan Tiang


Perhitungan daya dukung tiang pancang tergantung dari tiga faktor terkait yaitu jenis tanah,
alat pemancang tiang, dan tiang itu sendiri. Selama pemancangan berlangsung ketiga faktor
di atas harus diperhatikan dan pada saat tiang sudah selesai dipancang maka faktor alat
tidak menjadi pertimbangan lagi. Jadi, dalam menghitung daya dukung tiang pancang yang
perlu diperhatikan adalah kekuatan tiang pada saat pemancangan dan kekuatan tiang untuk
memikul beban bangunan diatasnya.
Untuk alat pemancang diesel hammer maka daya dukung tiang adalah :

2E W 1
R= x x
S + K W + P SF

Pada rumus di atas, R adalah daya dukung tiang (ton), W adalah berat massa yang
dijatuhkan (ton), K adalah perpendekan elastis total dari kepala tiang, tiang, dan tanah, E
total energi alat pancang (ton-cm), S penetrasi pukulan terakhir (cm), P berat tiang
pancang, dan SF adalah faktor keamanan (diambil 3 atau 4).

IV-6
4.1.5 Pelaksanaan Pemancangan Tiang
Pada pelaksanaan pemancangan tiang, selain kondisi alat pemancang, kondisi tiang pun
perlu diperhatikan. Tiang sebaiknya lurus dengan permukaan rata dan tidak retak. Untuk itu
pada saat penanganan tiang perlu dilakukan secara hati-hati. Penanganan tiang pada saat
dibawa ke lokasi proyek ditumpuk di proyek, dan pada saat diangkat ketitik pemancangan
harus dilakukan dengan aturan tertentu.

Gambar 4.2 Tiang Pancang

Tiang yang akan dipancang, mula-mula diberi bantalan dan cap sebagai pengaman dari
keretakan akibat tumbukan. Kemudian tiang diangkat sampai pada posisi sejajar dengan
lead. Tumbukan pertama dilakukan secara perlahan untuk memastikan bahwa tiang sudah
tepat pada posisinya dan water level. Bila posisi sudah benar maka tumbukan dapat
dilanjutkan sampai tiang masuk ke dalam tanah dan mencapai tanah keras atau sampai

IV-7
perlu dilakukan penambahan tiang. Perlu diperhatikan bahwa jumlah tumbukan tidak
terlalu banyak untuk menghindari terjadinya keretakan pada tiang. Jika bantalan dan cap
sudah rusak sebelum tumbukan selesai maka perlu dilakukan penggantian sebelum
tumbukan dilanjutkan.

Gambar 4.3 Pelaksanaan Pemancangan Tiang

IV-8
4.1.6 Pekerjaan Penggalian Tanah untuk Pondasi
Setelah selesai pemancangan dengan tiang pancang beton, pekerjaan selanjutnya adalah
penggalian untuk beton poer (pile cap). Pada sisi bagian galian yang berdekatan dengan
bangunan, misalnya jalan raya atau jalan rel kereta api, maka perlu diberi proteksi agar
tanah tidak longsor. Sisi tersebut dipancang dengan besi H sebagai tiang penguatnya, dan
di antara besi H tersebut diberi papan-papan untuk penahan tanahnya. Pemancangan besi H
dapat dengan vibratory pile driver (mesin pancang dengan getaran), atau kadang-kadang
untuk mempercepat waktu pekerjaan dapat hanya ditekan dengan back-hoe / excavator jika
tanah cukup lunak dan galian tidak terlalu dalam. Untuk meratakan tekanan tanah pada
tiang besi H yang vertikal, perlu diberi besi H dengan posisi horisontal. Lihat gambat 4.4
dan gambar 4.5.

Gambar 4.4. Konstruksi Pengamanan Penggalian Tanah untuk Pengecoran Beton Pile-cap

IV-9
Gambar 4.5 Penggalian Tanah untuk Pile-cap Pondasi Tiang Pancang

Pelaksanaan penggalian dengan menggunakan mesin excavator/back hoe, dan untuk


perapian sisi pinggir galiannya dengan menggunakan tenaga manusia. Tampak dalam
gambar 4.5, pemotongan tiang pancang dengan tenaga manusia. Sisa besi dari tiang
pancang yang dipotong bagian atas digunakan untuk stek dan akan dicor dengan pile-cap.

1.2 Peralatan Pekerjaan Pembetonan


4.2.1 Pengecoran Pile-cap
Setelah selesai penggalian, tiang pancang dipotong sesuai elevasi yang ditentukan.
Pemotongan tiang pancang ini dilakukan oleh tenaga manusia (gambar 4.5). Cetakan beton
untuk pile-cap dengan menggunakan cetakan dari pelat besi dan dilengkapi dengan
perkuatan besi siku, atau dapat juga dengan menggunakan balok-balok kayu dan papan-
papan. perakitan besi beton dilaksanakan setelah lantai kerja selesai dicor. perlu juga
dipasang besi stek untuk sambungan pada pembesian pilar. Jika dianggap tinggi jatuh
pengecoran beton lebih dari 1,5 M, maka digunakan talang dan pipa tremi, atau
menggunakan concrete pump, atau dengan menggunakan mobile concrete pump.

IV-10
Gambar 4.6 Lubang galian pile-cap setelah selesai penggalian dan selesai dicor lantai
kerja pile-cap (atas). Pemotongan sisa panjang dari tiang pancang beton
(bawah). Tampak tiang pancang H-beam dan penyangga horisontal H-beam
Untuk menahan tekanan tanah.

IV-11
Gambar 4.7 Pengecoran untuk Pile-cap Pondasi Tiang Pancang
4.2.2 Pekerjaan Pembuatan Pilar / Kolom
Sebelum pengecoran beton pilar, perakitan besi beton harus diselesaikan dahulu, dengan
tulangan utamanya sudah diikatkan terlebih dahulu dengan stek-stek dari pile-cap,
kemudian dipasang cetakan beton yang terbuat dari plat besi dengan pengaku-pengaku
saling silang dari besi siku (gambar 4.8 dan 4.9 b).
Dalam pembuatan cetakan beton untuk pilar ini harus cukup kuat menahan desakan dari
dalam berupa gaya horisontal dari beton yang masih cair dan juga harus berdiri secara kuat,
untuk menahan gaya-gaya benturan yang mungkin terjadi pada ujung bagian atas kolom.
Scaffolding yang dipasang sebagai alat untuk pemasangan cetakan beton pilar tersebut,
harus tetap ada sewaktu pengecoran untuk kemudahan para pekerja pengecoran. Karena
tiogs pilar lebih dari 1,5 M, maka pengecoran dilaksanakan dengan menggunakan mesin
mobile-concrete-pump (gambar 4.10), sehingga flexible hose untuk beton dapat masuk ke
dalam cetakan pilar untuk menghindari tinggi jatuh dari beton cair lebih dari 1,5 M. Seperti
kita ketahui persyaratan beton cair tidak boleh dijatuhkan lebih dari 1,5 M, agar tidak
terjadi segregasi dari material beton tersebut.

IV-12
Gambar 4.8 Pekerjaan perancah dan cetakan beton untuk pilar.

Gambar 4.9 Perakitan besi beton untuk pilar (a). Pemasangan perancah dan cetakan beton
pilar (b). Pemasangan cetakan beton, karena beratnya, harus dengan
menggunakan mesin mobile-crane.

IV-13
Gambar 4.10 Metode Pengecoran Beton dengan Mobile-Concrete-Pump

4.3. Peralatan Angkat


Alat angkat (crane) diperlukan dalam pembangunan jembatan seperti mengangkat dan
memindahkan komponen jembatan (balok, rangka) atau peralatan pembantu (lounching
girder, gauntry). Jenis crane yang sering digunakan pada pembangunan jembatan adalah
crawler crane dan hydrolic crane, sedangkan untuk membangun gedung bertingkat tinggi
digunakan tower crane.
Alat pengangkat yang biasa digunakan di dalam proyek konstruksi adalah crane. Cara kerja
crane adalah dengan mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan secara
horizontal, kemudian menurunkan material di tempat yang diinginkan. Crane mempunyai
beberapa tipe yang di dalam pengoperasiannya dipilih sesuai dengan kondisi suatu proyek.
Tipe crane yang umum dipakai adalah :

IV-14
4.3.1 Crane beroda crawler (crawler crane)
Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 360 o. Dengan roda crawler maka
crane tipe ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada
saat crane akan digunakan diproyek lain maka crane diangkut dengan menggunakan
lowbed trailer. Pengangkutan ini dilakukan dengan membongkar boom menjadi beberapa
bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan.
Pengaruh permukaan tanah terhadap alat tidak akan menjadi masalah karena lebar kontak
antara permukaan dengan roda cukup besar, kecuali jika permukaan merupakan material
yang sangat jelek. Pada saat pengangkatan material, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
posisi alat pada waktu pengoperasian harus benar-benar water level keseimbangan alat dan
penurunan permukaan tanah akibat beban dari alat tersebut. Pada permukaan yang jelek
atau permukaan dengan kemungkinan terjadinya penurunan maka alat harus berdiri diatas
suatu alas atau matras. Keseimbangan alat juga dipengaruhi oleh besarnya jarak roda
crawler. Pada beberapa jenis crane, crane mempunyai crawler yang lebih panjang untuk
mengatasi keseimbangan alat.

Gambar 4.11 Crawler Crane Wheel

IV-15
Gambar : contoh penggunaan crane pada pekerjaan jembatan

4.3.2 Truck Crane


Crane jenis ini dapat berpindah tempat dari satu proyek ke proyek lainnya tanpa bantuan
dari alat pengangkutan. Akan tetapi beberapa bagian dari crane tetap harus dibongkar
untuk mempermudah perpindahan. seperti halnya crawler crane, truck crane ini juga
mempunyai bagian atas yang dapat berputar 360o. Untuk menjaga keseimbangan alat, truck
crane memiliki kaki (outrigger) seperti yang terlihat pada gambar 4.12. Di dalam
pengoperasiannya kaki tersebut harus dipasangkan dan roda diangkat dari tanah sehingga
keselamatan pengoperasian dengan boom yang panjang akan terjaga. Semakin keluar
outrigger maka crane akan semakin stabil. Hal tersebut perlu menjadi perhatian karena
crane jenis ini sangat tidak stabil. Selain itu, kondisi tempat crane bekerja juga harus ideal,
yaitu tanpa guncangan, permukaan tanah yang datar (water level), dan cuaca tanpa angin.
Selain jenis di atas ada juga jenis lain dari truck crane yang disebut dengan hydraulic truck
crane atau telescopic crane. Boom crane jenis ini dapat diperpanjang atau diperpendek

IV-16
sesuai dengan kebutuhan. Untuk memperpanjang atau memperpendek boom maka
diperlukan tenaga hidrolis sebagai penggerak.

Gambar 4.12 Hydraulic Truck Crane

4.3.3 Crane untuk Lokasi Terbatas


Crane tipe ini diletakkan di atas dua buah as tempat kedua as ban dapat bergerak secara
simultan. Dengan kelebihan tersebut maka crane ini dapat bergerak dengan lebih leluasa.
Alat penggerak crane jenis ini adalah roda yang sangat besar yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan alat dalam bergerak di lapangan. Umumnya alat dapat berjalan
di jalan raya dengan kecepatan maksimum 30 mph. Crane jenis ini umumnya
menggunakan joy stick di dalam pengoperasiannya sehingga fungsi-fungsi dari alat dapat
dilakukan secara bersama-sama.
Letak ruang operator crane biasanya pada bagian-bagian deck yang dapat berputar. Namun,
beberapa model crane tipe ini memiliki ruang operator di bagian atas, sehingga operator
bergerak bersama material yang diangkatnya.

IV-17
4.3.4 Tower Crane
Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal
dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas. Tipe crane
dibagi berdasarkan cara crane tersebut berdiri, yaitu :
a. Free Standing Crane
Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri di atas fondasi yang khusus
dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar maka
kadang-kadang digunakan fondasi dalam seperti tiang pancang. Tiang utama (mast)
diletakkan di atas dasar dengan diberi ballast sebagai penyeimbang (counterweight). Syarat
dari fondasi crane adalah fondasi tersebut harus mampu menahan momen, berat crane, dan
berat material yang diangkat.
Tipe jib atau lengan pada tower crane ada dua yaitu saddle jib dan luffing jib. Saddle jib
adalah lengan yang mendatar dengan sudut 90o terhadap mast atau tiang tower crane. Jib
jenis ini dapat bergerak 360o Sedangkan luffing jib mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan saddle jib karena sudut antara tiang dengan jib dapat diatur lebih dari 90o. Dengan
kelebihan ini maka hambatan pada saat lengan berputar dapat dihindari. Dengan demikian
pergerakan tower dengan luffing jib lebih bebas dibandingkan dengan alat yang
menggunakan saddle jib.

IV-18
(Sumber: lnfo Alat, 2000)
Gambar 4.13 Tower Crane

b. Rail Mounted Crane


Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk bergerak sepanjang rel
tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang gerakan crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan
dari crane tipe ini adalah harga rel yang cukup mahal, rel harus diletakkan pada permukaan
datar sehingga tiang tidak menjadi miring.
Crane jenis ini digerakkan dengan menggunakan motor penggerak. Jika kemiringan tiang
melebihi 1/200 maka motor penggerak tidak mampu menggerakkan crane. Selain itu juga
perlu diperhatikan desain rel pada tikungan karena tikungan yang terlalu tajam akan
mempersulit motor penggerak untuk menggerakkan alat.
Ketinggian maksimum rail mounted crane adalah 20 meter dengan berat beban yang
diangkat tidak melebihi 4 ton. Batasan ini perlu diperhatikan untuk menghindari jungkir,

IV-19
mengingat seluruh badan crane bergerak pada saat pengangkatan material. Walaupun
kapasitas angkut dan ketinggian yang terbatas namun keuntungan dari rail mounted crane
adalah jangkauan yang lebih besar sesuai dengan panjang rel yang tersedia.
c. Tied in Crane
Crane mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100 meter, jika diperlukan crane
dengan ketinggian lebih dari 100 m, maka crane harus ditambatkan atau dijangkar pada
struktur bangunan. Fungsi dari penjangkaran ini adalah untuk menahan gaya horizontal.
Dengan demikian crane tipe tied-in tower crane dapat mencapai ketinggian sampai 200
meter.

d. Climbing Grane
Dengan lahan yang terbatas maka alternatif penggunaan crane adalah crane panjat atau
climbing crane. Crane tipe ini diletakkan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau
inti bangunan. Crane bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan crane
dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jack.

e. Bagian Crane
Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib, counterweight, trolley,
dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri di atas base atau dasar. Jib
merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan berdasarkan jangkauan yang
diinginkan
Counter jib adalah tiang penyeimbang. Pada counter jib dipasangkan counterweight
sebagai penyeimbang beban, Trolley merupakan alat yang bergerak sepanjang jib yang
digunakan untuk memindahkan material secara horizontal dan pada trolley tersebut
dipasangkan hook atau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal untuk mengangkat
material. Tie ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya tetap dalam
kondisi lurus 90o terhadap tiang utama. Pada bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat
ruang operator dan di bawah ruang tersebut terdapat slewing ring yang berfungsi untuk
memutar jib. Selain itu juga terdapat climbing device yang merupakan alat untuk
menambah ketinggian crane.

IV-20
Gambar 4.14 Crane yang ditambatkan pada Bangunan dan Crane Panjat

Gambar 4.15 Bagian-bagian Crane

f. Kriteria Pemilihan Tower Crane

IV-21
Pemilihan tower crane sebagai alat untuk memindahkan material didasarkan pada kondisi
lapangan yang tidak luas, ketinggian yang tidak terjangkau oleh alat lain, dan tidak
dibutuhkannya pergerakan alat. Pemilihannya harus direncanakan sebelum proyek tersebut
dimulai. Hal tersebut disebabkan karena dalam pengoperasiannya crane harus diletakkan di
suatu tempat yang tetap selama proyek berlangsung, sehingga crane harus mampu
memenuhi kebutuhan akan pemindahan material dari suatu tempat ke tempat berikutnya
sesuai dengan daya jangkau yang ditetapkan. Selain itu, pada saat proyek telah selesai
pembongkaran crane harus dapat dilakukan dengan mudah.
Pemilihan jenis tower crane yang akan dipakai harus mempertimbangkan :
 situasi proyek.
 bentuk struktur bangunan.
 kemudahan operasional baik pada saat pemasangan maupun pada saat
pembongkaran.
 ketinggian struktur bangunan yang dikerjakan.
 Sedangkan pemilihan kapasitas tower crane sebaiknya didasarkan atas berikut ini.
 Berat, dimensi, dan daya jangkau pada beban terberat.
 Ketinggian maksimum alat.
 Perakitan alat di Proyek.
 Berat alat yang harus ditahan oleh strukturnya.
 Ruang yang tersedia untuk alat.
 Luas area yang harus dijangkau alat.
 Kecepatan alat untuk memindahkan material.
 Kapasitas Tower Crane.
Kapasitas crane tergantung dari beberapa faktor. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
jika material yang diangkut oleh cran melebihi kapasitasnya maka akan terjadi jungkir.
Oleh karena itu, berat material yang diangkut sebaiknya sebagai berikut :
 Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari kapasitas alat.
 Untuk mesin beroda ban karet adalah 85% dari kapasitas alat.
 Untuk mesin yang memiliki kaki (outrigger) adalah 85% dari kapasitas alat.
Faktor luar yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas alat adalah berikut ini :

IV-22
 Kekuatan angin terhadap alat.
 Ayunan beban pada saat dipindahkan.
 Kecepatan pemindahan material.
 Pengereman mesin dalam pergerakannya.
Kapasitas pengangkatan material oleh crane ditentukan berdasarkan tabel-tabel dan
gambar-gambar di bawah ini. Pada saat menghitung beban sebaiknya ditambahkan 5% dari
total beban untuk faktor keamanan.

(Sumber- Construction Planning' Equipment and Methods' 1996)


Gambar 4.16 Kapasitas Angkat untuk Crane beroda 4 Crawler

IV-23
Tabel 4.1 Kapasitas angkat untuk 200 ton Crawler Crane dengan Boom 180 ft

(Sumber- Construction Planning' Equipment and Methods' 1996)

Tabel 4.2 Kapasitas angkat untuk 25 ton Hidrolik Truck Crane (lb)

(Sumber- Construction Planning' Equipment and Methods' 1996)

IV-24
Tabel 4.3 Kapasitas angkat Tower Crane (lb)

Tabel 4.4 Berat Counterweight (lb)


Jib L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7
105-HP hoist unit AC 37200 47600 50800 37200 40800 44000 54400
165-HP hoist unit AC 34000 44000 47600 34000 40800 40800 40800

IV-25
(Sumber:Construction, Planning, Equipment and Methods'1996)
Gambar 4.17 Jangkauan Crane untuk 200 Ton Crane Beroda Crawler

Contoh :
Tentukan jenis four line crane yang dapat digunakan untuk mengangkat beban seberat
18750 lb pada jangkauan 110 ft.
Diperkirakan berat sling adalah 750 lb.
Diketahui Berat beban = 18.750 lb
Berat sling = 750 lb

IV-26
Total = 19.500 lb
Faktor Keamanan x 1,05
Kapasitas yang diperlukan = 20.475 lb
Dari tabel 4.3 maka dapat dipilih crane L6 dengan kapasitas 21700 lb

Contoh :
Tentukan ukuran minimum crane dari panjang boom minimum yang diperlukan untuk
mengangkat beban seberat 80.000 lb dari truck pada permukaan tanah ke suatu tempat 76 ft
di atas permukaan tanah. Jarak vertikal dari bagian bawah beban ke boom adalah 42 ft.
Jarak horizontal minimum dari pusat rotasi adalah 40 ft.
Dengan menggunakan gambar 4.17 maka dapat dilihat panjang boom yang digunakan
adalah 120 ft karena panjang vertikal keseluruhan adalah 76 ft + 42ft = 118 ft dan jarak
horizontal adalah 40 ft.
Dengan menggunakan gambar 4.16 maka jenis alat yang digunakan adalah M-250 S2 (300
ton).

g. Pemasangan dan Pembongkaran Tower Crane


Tower crane dipakai jika diperlukan pengangkatan material secara vertikal dan horizontal.
Karena jangkauan ketinggian yang cukup jauh maka pada saat pemasangan tower crane
harus dilakukan secara bertahap dengan menggunakan mobile crane. Yang harus menjadi
perhatian adalah apakah pada tahapan perencanaan sudah diperhitungkan tambahan fondasi
bagi tower crane serta tenaga listrik untuk pengoperasian tower crane.
Selanjutnya, tahapan pemasangan adalah menempatkan keempat kaki crane pada
permukaan mendatar block footing tepat di tengah-tengah. Kemudian kaki-kaki tersebut
dicor supaya menjadi satu bagian dengan block footing. Langkah selanjutnya adalah
pemasangan mast atau tiang yang harus benar-benar tegak lurus. Pada saat pemasangan
mast juga dipasangkan climbing device sebagai alat penambah ketinggian tiang.
Setelah itu slewing dipasang diatas mast yang dilanjutkan dengan pemasangan operator
cabin. Tahap selanjutnya adalah pemasangan counter jib, jib beserta trolley dan hook, dan
counter jib.

IV-27
Pada saat ketinggian tower crane akan ditambah maka climbing device dioperasikan. Harus
diperhatikan bahwa ketinggian tower crane harus 4 sampai 6 meter lebih tinggi dari
permukaan tertinggi yang akan dilayani. Selain itu, pada saat pelaksanaan penambahan
ketinggian harus diperhatikan apakah semua alat bantu sudah siap pakai, tambahan tiang
sudah disediakan dan cuaca di lokasi proyek yang tidak berangin.
Setelah proyek selesai maka tower crane harus dibongkar. Urutan pekerjaan pembongkaran
merupakan kebalikan dari pekerjaan pemasangan. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
lokasi di sekitar tower crane sudah tidak leluasa mengingat bangunan sudah didirikan di
sana. Untuk pekerjaan pembongkaran crane, tingkat risiko kecelakaan pada pekerja sangat
tinggi, sehingga diperlukan pekerja yang benar-benar menguasai alat dan tidak takut akan
ketinggian.

Gambar 4. 18 Peralatan Crane Untuk Pemasangan Rangka Baja

Gambar 4.19 Peralatan tower crane dan crawler pada proyek besar

IV-28
4.3 Peluncur Balok Girder (Lounching Girder)
Peluncur balok girder adalah alat untuk membantu pemasangan balok girder diatas
pilar pondasi.

Gambar 4.20 Lounching Girder

4.3 Jembatan Belly


Jembatan balley ditemukan oleh Donald Balley dari Inggris, pada awalnya digunakan oleh
tentara pada saat harus menyeberangi sungai terutama untuk tank dan kondaraan logistic
untuk keperluan perang.

Agar pembangunan dapat dilakukan dengan cepat, komponen struktur atas jembatan telah
dibuat (pabrikasi) dan tinggal membangun pondasi atau struktur bawah. Sekarang
jembatan belly banyak digunakan sementara untuk dilalui lalu lintas selama jembatan
yang dibangun permanen belum dapat digunakan.
IV-29
Jembatan sementara ini telah dikembangkan untuk mengatasi kebutuhan proyek-proyek
jembatan, terutama pada saat terjadi banjir dan rusaknya jembatan permanen. Struktur
jembatan dapat dibuat dari kayu untuk bentang pendek dan dari baja untuk bentang yang
lebih panjang. Contoh lihat gambar dibawah jembatan belly dari rangka baja dengan
bentang 30 m dan lebar 4 m.

Gambar 4.21 Jembatan Bally

IV-30
Gambar 4.22 Jembatan
darurat (jembatan
bally) Sumberringin,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 4.23 Pemasangan komponen Jembatan darurat (jembatan bally)

IV-31
DAFTAR PUSTAKA

1. Rochmanhadi, Alat-alat Berat dan Penggunaannya. Penerbit YBPPU. Jakarta 1992


2. Djoko Wilopo, Metoda Konstruksi dan Alat-Alat Berat. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta 2009.
3. Amien Sajekti, Metoda Kerja Bangunan Sipil. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
2009
4. Susy Fatena Rostiyanti, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Penebit Rineka Cipta.
Jakarta 2002

IV-32

Anda mungkin juga menyukai