JEMBATAN
IV-1
dengan menggunakan alat pancang khusus. Pada penggunaan fondasi jenis cast-in-place
biasanya yang pertama dilakukan adalah melakukan pengeboran yang kemudian
dilanjutkan dengan pengecoran beton.
Palu dijatuhkan sepanjang alurnya. Pada bagian atas palu terdapat kabel yang berfungsi
untuk menahan supaya palu tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu berkisar antara 250
IV-2
sampai 1500 kg. Tinggi jatuh palu berkisar antara 1,5 sampai 7 meter yang tergantung dari
jenis bahan dasar fondasi. Jika diperlukan energi yang besar untuk memancangkan tiang
fondasi maka sebaiknya menggunakan palu yang berat dengan tinggi jatuh yang kecil
daripada palu yang lebih ringan dengan tinggi jatuh yang besar.
Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya palu per menit
(blow per minute) dibatasi pada empat sampai delapan kali. Jika jumlah tiang yang akan
dipancang tidak banyak maka jenis alat pancang ini efisien untuk digunakan.
Keuntungan dari alat ini adalah berikut ini.
a. Investasi yang rendah.
b. Mudah dalam pengoperasian.
c. Mudah dalam mengatur energi per blow dengan mengatur tinggi jatuh.
Akan tetapi kekurangan dari alat ini adalah sebagai berikut.
a. Kecepatan pemancangan yang kecil.
b. Kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar.
c. Kemungkinan rusaknya bangunan di sekitar lokasi akibat getaran pada permukaan
tanah
d. Tidak dapat digunakan untuk pekerjaan di bawah air.
2. Diesel Hammer
Alat pemancang tiang tipe ini berbentuk lebih sederhana dibandingkan dengan hammer
lainnya. Diesel hammer memiliki satu silinder dengan dua mesin diesel, piston atau ram,
tangki bahan bakar, tangki pelumas, pompa bahan bakar, injector, dan mesin pelumas.
Dalam pengoperasiannya, energi alat didapat dari berat ram yang menekan udara didalam
silinder.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pemakaian diesel hammer dibandingkan dengan
jenis alat pemancang lainnya.
Kelebihan diesel hammer adalah sebagai berikut :
a. Ekonomis dalam pemakaian.
b. Mudah dalam pemakaian didaerah terpencil.
c. Berfungsi dengan baik pada daerah dingin.
d. Mudah dalam perawatan
IV-3
Kekurangan dari alat ini adalah sebagai berikut :
a. Kesulitan dalam menentukan energi per blow.
b. Sulit dipakai pada tanah lunak.
3. Hydraulic Hammer
Cara kerja hammer ini adalah berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan hidrolis. salah
satu hammer tipe ini dimanfaatkan untuk memancangkan fondasi tiang baja H dan fondasi
lempengan baja dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik. Dengan menggunakan
alat pemancang ini tekanan terhadap fondasi dapat mencapai 140 ton. Selain itu, getaran
dan polusi suara akibat pemakaian alat ini dapat dikurangi. Alat ini baik digunakan jika ada
keterbatasan daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukkan cukup pendek. untuk
memperpanjang tiang maka dilakukan penyambungan pada ujung-ujungnya.
IV-4
kecil daripada jika alat digunakan pada tanah berpasir. Yang dimaksud dengan bagian
bergetar adalah tiang, kepala alat, dan selubung alat. Sedangkan bagian alat yang tidak ikut
bergetar adalah motor penggerak dan mekanisme suspensi.
b. Swing Lead
Jika lead tidak disambungkan dengan crane atau pelat pemancang pada bagian bawahnya
maka lead jenis ini dinamakan swing lead. Penggunaan lead ini memungkinkan
pemancangan tiang yang jaraknya dari badan alat relatif jauh. Kelemahan dari tipe ini
adalah sulitnya mengatur tiang untuk tetap vertikal.
c. Hydraulic Lead
Sistem yang digunakan pada metode ini adalah dengan menggunakan silinder hidrolis
sebagai pengaku. Silinder hidrolis tersebut merupakan penghubung bagian bawah lead
dengan pemancang. Dengan sistem ini pengaturan posisi tiang dapat dilakukan secara lebih
akurat dan cepat. Metode ini lebih mahal dibandingkan dengan fixed lead, namun dengan
produktivitas yang besar maka penggunaan metode ini menjadi bahan pertimbangan yang
baik. Lebih-lebih jika alat sering dipakai.
IV-5
1.1.3 Kriteria Pemilihan Alat Pancang
Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan alat pemancang tiang yang akan digunakan
dalam suatu proyek. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
a. Jenis material, ukuran, berat, dan panjang tiang yang akan dipancang.
b. Bagaimana kondisi lapangan yang mempengaruhi pengoperasian, seperti apakah
pemancangan dibawah air, atau lokasi terbatas.
c. Hammer yang akan dipilih harus sesuai dengan daya dukung tiang dan kedalaman
pemancangan.
d. Pilihlah alat yang paling ekonomis dengan kemampuan alat yang sesuai dengan yang
dibutuhkan.
e. Jika lead digunakan maka pilihlah tipe yang akan dipakai, ukuran rel untuk hammer,
panjang hammer, dan tiang yang akan dipancang.
2E W 1
R= x x
S + K W + P SF
Pada rumus di atas, R adalah daya dukung tiang (ton), W adalah berat massa yang
dijatuhkan (ton), K adalah perpendekan elastis total dari kepala tiang, tiang, dan tanah, E
total energi alat pancang (ton-cm), S penetrasi pukulan terakhir (cm), P berat tiang
pancang, dan SF adalah faktor keamanan (diambil 3 atau 4).
IV-6
4.1.5 Pelaksanaan Pemancangan Tiang
Pada pelaksanaan pemancangan tiang, selain kondisi alat pemancang, kondisi tiang pun
perlu diperhatikan. Tiang sebaiknya lurus dengan permukaan rata dan tidak retak. Untuk itu
pada saat penanganan tiang perlu dilakukan secara hati-hati. Penanganan tiang pada saat
dibawa ke lokasi proyek ditumpuk di proyek, dan pada saat diangkat ketitik pemancangan
harus dilakukan dengan aturan tertentu.
Tiang yang akan dipancang, mula-mula diberi bantalan dan cap sebagai pengaman dari
keretakan akibat tumbukan. Kemudian tiang diangkat sampai pada posisi sejajar dengan
lead. Tumbukan pertama dilakukan secara perlahan untuk memastikan bahwa tiang sudah
tepat pada posisinya dan water level. Bila posisi sudah benar maka tumbukan dapat
dilanjutkan sampai tiang masuk ke dalam tanah dan mencapai tanah keras atau sampai
IV-7
perlu dilakukan penambahan tiang. Perlu diperhatikan bahwa jumlah tumbukan tidak
terlalu banyak untuk menghindari terjadinya keretakan pada tiang. Jika bantalan dan cap
sudah rusak sebelum tumbukan selesai maka perlu dilakukan penggantian sebelum
tumbukan dilanjutkan.
IV-8
4.1.6 Pekerjaan Penggalian Tanah untuk Pondasi
Setelah selesai pemancangan dengan tiang pancang beton, pekerjaan selanjutnya adalah
penggalian untuk beton poer (pile cap). Pada sisi bagian galian yang berdekatan dengan
bangunan, misalnya jalan raya atau jalan rel kereta api, maka perlu diberi proteksi agar
tanah tidak longsor. Sisi tersebut dipancang dengan besi H sebagai tiang penguatnya, dan
di antara besi H tersebut diberi papan-papan untuk penahan tanahnya. Pemancangan besi H
dapat dengan vibratory pile driver (mesin pancang dengan getaran), atau kadang-kadang
untuk mempercepat waktu pekerjaan dapat hanya ditekan dengan back-hoe / excavator jika
tanah cukup lunak dan galian tidak terlalu dalam. Untuk meratakan tekanan tanah pada
tiang besi H yang vertikal, perlu diberi besi H dengan posisi horisontal. Lihat gambat 4.4
dan gambar 4.5.
Gambar 4.4. Konstruksi Pengamanan Penggalian Tanah untuk Pengecoran Beton Pile-cap
IV-9
Gambar 4.5 Penggalian Tanah untuk Pile-cap Pondasi Tiang Pancang
IV-10
Gambar 4.6 Lubang galian pile-cap setelah selesai penggalian dan selesai dicor lantai
kerja pile-cap (atas). Pemotongan sisa panjang dari tiang pancang beton
(bawah). Tampak tiang pancang H-beam dan penyangga horisontal H-beam
Untuk menahan tekanan tanah.
IV-11
Gambar 4.7 Pengecoran untuk Pile-cap Pondasi Tiang Pancang
4.2.2 Pekerjaan Pembuatan Pilar / Kolom
Sebelum pengecoran beton pilar, perakitan besi beton harus diselesaikan dahulu, dengan
tulangan utamanya sudah diikatkan terlebih dahulu dengan stek-stek dari pile-cap,
kemudian dipasang cetakan beton yang terbuat dari plat besi dengan pengaku-pengaku
saling silang dari besi siku (gambar 4.8 dan 4.9 b).
Dalam pembuatan cetakan beton untuk pilar ini harus cukup kuat menahan desakan dari
dalam berupa gaya horisontal dari beton yang masih cair dan juga harus berdiri secara kuat,
untuk menahan gaya-gaya benturan yang mungkin terjadi pada ujung bagian atas kolom.
Scaffolding yang dipasang sebagai alat untuk pemasangan cetakan beton pilar tersebut,
harus tetap ada sewaktu pengecoran untuk kemudahan para pekerja pengecoran. Karena
tiogs pilar lebih dari 1,5 M, maka pengecoran dilaksanakan dengan menggunakan mesin
mobile-concrete-pump (gambar 4.10), sehingga flexible hose untuk beton dapat masuk ke
dalam cetakan pilar untuk menghindari tinggi jatuh dari beton cair lebih dari 1,5 M. Seperti
kita ketahui persyaratan beton cair tidak boleh dijatuhkan lebih dari 1,5 M, agar tidak
terjadi segregasi dari material beton tersebut.
IV-12
Gambar 4.8 Pekerjaan perancah dan cetakan beton untuk pilar.
Gambar 4.9 Perakitan besi beton untuk pilar (a). Pemasangan perancah dan cetakan beton
pilar (b). Pemasangan cetakan beton, karena beratnya, harus dengan
menggunakan mesin mobile-crane.
IV-13
Gambar 4.10 Metode Pengecoran Beton dengan Mobile-Concrete-Pump
IV-14
4.3.1 Crane beroda crawler (crawler crane)
Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 360 o. Dengan roda crawler maka
crane tipe ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada
saat crane akan digunakan diproyek lain maka crane diangkut dengan menggunakan
lowbed trailer. Pengangkutan ini dilakukan dengan membongkar boom menjadi beberapa
bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan.
Pengaruh permukaan tanah terhadap alat tidak akan menjadi masalah karena lebar kontak
antara permukaan dengan roda cukup besar, kecuali jika permukaan merupakan material
yang sangat jelek. Pada saat pengangkatan material, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
posisi alat pada waktu pengoperasian harus benar-benar water level keseimbangan alat dan
penurunan permukaan tanah akibat beban dari alat tersebut. Pada permukaan yang jelek
atau permukaan dengan kemungkinan terjadinya penurunan maka alat harus berdiri diatas
suatu alas atau matras. Keseimbangan alat juga dipengaruhi oleh besarnya jarak roda
crawler. Pada beberapa jenis crane, crane mempunyai crawler yang lebih panjang untuk
mengatasi keseimbangan alat.
IV-15
Gambar : contoh penggunaan crane pada pekerjaan jembatan
IV-16
sesuai dengan kebutuhan. Untuk memperpanjang atau memperpendek boom maka
diperlukan tenaga hidrolis sebagai penggerak.
IV-17
4.3.4 Tower Crane
Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal
dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas. Tipe crane
dibagi berdasarkan cara crane tersebut berdiri, yaitu :
a. Free Standing Crane
Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri di atas fondasi yang khusus
dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar maka
kadang-kadang digunakan fondasi dalam seperti tiang pancang. Tiang utama (mast)
diletakkan di atas dasar dengan diberi ballast sebagai penyeimbang (counterweight). Syarat
dari fondasi crane adalah fondasi tersebut harus mampu menahan momen, berat crane, dan
berat material yang diangkat.
Tipe jib atau lengan pada tower crane ada dua yaitu saddle jib dan luffing jib. Saddle jib
adalah lengan yang mendatar dengan sudut 90o terhadap mast atau tiang tower crane. Jib
jenis ini dapat bergerak 360o Sedangkan luffing jib mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan saddle jib karena sudut antara tiang dengan jib dapat diatur lebih dari 90o. Dengan
kelebihan ini maka hambatan pada saat lengan berputar dapat dihindari. Dengan demikian
pergerakan tower dengan luffing jib lebih bebas dibandingkan dengan alat yang
menggunakan saddle jib.
IV-18
(Sumber: lnfo Alat, 2000)
Gambar 4.13 Tower Crane
IV-19
mengingat seluruh badan crane bergerak pada saat pengangkatan material. Walaupun
kapasitas angkut dan ketinggian yang terbatas namun keuntungan dari rail mounted crane
adalah jangkauan yang lebih besar sesuai dengan panjang rel yang tersedia.
c. Tied in Crane
Crane mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100 meter, jika diperlukan crane
dengan ketinggian lebih dari 100 m, maka crane harus ditambatkan atau dijangkar pada
struktur bangunan. Fungsi dari penjangkaran ini adalah untuk menahan gaya horizontal.
Dengan demikian crane tipe tied-in tower crane dapat mencapai ketinggian sampai 200
meter.
d. Climbing Grane
Dengan lahan yang terbatas maka alternatif penggunaan crane adalah crane panjat atau
climbing crane. Crane tipe ini diletakkan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau
inti bangunan. Crane bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan crane
dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jack.
e. Bagian Crane
Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib, counterweight, trolley,
dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri di atas base atau dasar. Jib
merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan berdasarkan jangkauan yang
diinginkan
Counter jib adalah tiang penyeimbang. Pada counter jib dipasangkan counterweight
sebagai penyeimbang beban, Trolley merupakan alat yang bergerak sepanjang jib yang
digunakan untuk memindahkan material secara horizontal dan pada trolley tersebut
dipasangkan hook atau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal untuk mengangkat
material. Tie ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya tetap dalam
kondisi lurus 90o terhadap tiang utama. Pada bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat
ruang operator dan di bawah ruang tersebut terdapat slewing ring yang berfungsi untuk
memutar jib. Selain itu juga terdapat climbing device yang merupakan alat untuk
menambah ketinggian crane.
IV-20
Gambar 4.14 Crane yang ditambatkan pada Bangunan dan Crane Panjat
IV-21
Pemilihan tower crane sebagai alat untuk memindahkan material didasarkan pada kondisi
lapangan yang tidak luas, ketinggian yang tidak terjangkau oleh alat lain, dan tidak
dibutuhkannya pergerakan alat. Pemilihannya harus direncanakan sebelum proyek tersebut
dimulai. Hal tersebut disebabkan karena dalam pengoperasiannya crane harus diletakkan di
suatu tempat yang tetap selama proyek berlangsung, sehingga crane harus mampu
memenuhi kebutuhan akan pemindahan material dari suatu tempat ke tempat berikutnya
sesuai dengan daya jangkau yang ditetapkan. Selain itu, pada saat proyek telah selesai
pembongkaran crane harus dapat dilakukan dengan mudah.
Pemilihan jenis tower crane yang akan dipakai harus mempertimbangkan :
situasi proyek.
bentuk struktur bangunan.
kemudahan operasional baik pada saat pemasangan maupun pada saat
pembongkaran.
ketinggian struktur bangunan yang dikerjakan.
Sedangkan pemilihan kapasitas tower crane sebaiknya didasarkan atas berikut ini.
Berat, dimensi, dan daya jangkau pada beban terberat.
Ketinggian maksimum alat.
Perakitan alat di Proyek.
Berat alat yang harus ditahan oleh strukturnya.
Ruang yang tersedia untuk alat.
Luas area yang harus dijangkau alat.
Kecepatan alat untuk memindahkan material.
Kapasitas Tower Crane.
Kapasitas crane tergantung dari beberapa faktor. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
jika material yang diangkut oleh cran melebihi kapasitasnya maka akan terjadi jungkir.
Oleh karena itu, berat material yang diangkut sebaiknya sebagai berikut :
Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari kapasitas alat.
Untuk mesin beroda ban karet adalah 85% dari kapasitas alat.
Untuk mesin yang memiliki kaki (outrigger) adalah 85% dari kapasitas alat.
Faktor luar yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas alat adalah berikut ini :
IV-22
Kekuatan angin terhadap alat.
Ayunan beban pada saat dipindahkan.
Kecepatan pemindahan material.
Pengereman mesin dalam pergerakannya.
Kapasitas pengangkatan material oleh crane ditentukan berdasarkan tabel-tabel dan
gambar-gambar di bawah ini. Pada saat menghitung beban sebaiknya ditambahkan 5% dari
total beban untuk faktor keamanan.
IV-23
Tabel 4.1 Kapasitas angkat untuk 200 ton Crawler Crane dengan Boom 180 ft
Tabel 4.2 Kapasitas angkat untuk 25 ton Hidrolik Truck Crane (lb)
IV-24
Tabel 4.3 Kapasitas angkat Tower Crane (lb)
IV-25
(Sumber:Construction, Planning, Equipment and Methods'1996)
Gambar 4.17 Jangkauan Crane untuk 200 Ton Crane Beroda Crawler
Contoh :
Tentukan jenis four line crane yang dapat digunakan untuk mengangkat beban seberat
18750 lb pada jangkauan 110 ft.
Diperkirakan berat sling adalah 750 lb.
Diketahui Berat beban = 18.750 lb
Berat sling = 750 lb
IV-26
Total = 19.500 lb
Faktor Keamanan x 1,05
Kapasitas yang diperlukan = 20.475 lb
Dari tabel 4.3 maka dapat dipilih crane L6 dengan kapasitas 21700 lb
Contoh :
Tentukan ukuran minimum crane dari panjang boom minimum yang diperlukan untuk
mengangkat beban seberat 80.000 lb dari truck pada permukaan tanah ke suatu tempat 76 ft
di atas permukaan tanah. Jarak vertikal dari bagian bawah beban ke boom adalah 42 ft.
Jarak horizontal minimum dari pusat rotasi adalah 40 ft.
Dengan menggunakan gambar 4.17 maka dapat dilihat panjang boom yang digunakan
adalah 120 ft karena panjang vertikal keseluruhan adalah 76 ft + 42ft = 118 ft dan jarak
horizontal adalah 40 ft.
Dengan menggunakan gambar 4.16 maka jenis alat yang digunakan adalah M-250 S2 (300
ton).
IV-27
Pada saat ketinggian tower crane akan ditambah maka climbing device dioperasikan. Harus
diperhatikan bahwa ketinggian tower crane harus 4 sampai 6 meter lebih tinggi dari
permukaan tertinggi yang akan dilayani. Selain itu, pada saat pelaksanaan penambahan
ketinggian harus diperhatikan apakah semua alat bantu sudah siap pakai, tambahan tiang
sudah disediakan dan cuaca di lokasi proyek yang tidak berangin.
Setelah proyek selesai maka tower crane harus dibongkar. Urutan pekerjaan pembongkaran
merupakan kebalikan dari pekerjaan pemasangan. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
lokasi di sekitar tower crane sudah tidak leluasa mengingat bangunan sudah didirikan di
sana. Untuk pekerjaan pembongkaran crane, tingkat risiko kecelakaan pada pekerja sangat
tinggi, sehingga diperlukan pekerja yang benar-benar menguasai alat dan tidak takut akan
ketinggian.
Gambar 4.19 Peralatan tower crane dan crawler pada proyek besar
IV-28
4.3 Peluncur Balok Girder (Lounching Girder)
Peluncur balok girder adalah alat untuk membantu pemasangan balok girder diatas
pilar pondasi.
Agar pembangunan dapat dilakukan dengan cepat, komponen struktur atas jembatan telah
dibuat (pabrikasi) dan tinggal membangun pondasi atau struktur bawah. Sekarang
jembatan belly banyak digunakan sementara untuk dilalui lalu lintas selama jembatan
yang dibangun permanen belum dapat digunakan.
IV-29
Jembatan sementara ini telah dikembangkan untuk mengatasi kebutuhan proyek-proyek
jembatan, terutama pada saat terjadi banjir dan rusaknya jembatan permanen. Struktur
jembatan dapat dibuat dari kayu untuk bentang pendek dan dari baja untuk bentang yang
lebih panjang. Contoh lihat gambar dibawah jembatan belly dari rangka baja dengan
bentang 30 m dan lebar 4 m.
IV-30
Gambar 4.22 Jembatan
darurat (jembatan
bally) Sumberringin,
Provinsi Jawa Timur
IV-31
DAFTAR PUSTAKA
IV-32