Palu dijatuhkan sepanjang alurnya. Pada bagian atas palu terdapat kabel yang berfungsi untuk
menahan supaya palu tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu berkisar antara 250 sampai
1500 kg. Tinggi jatuh palu berkisar antara 1,5 sampai 7 meter yang tergantung dari jenis
bahan dasar fondasi. Jika diperlukan energi yang besar untuk memancangkan tiang fondasi
maka sebaiknya menggunakan palu yang berat dengan tinggi jatuh yang kecil daripada palu
yang lebih ringan dengan tinggi jatuh yang besar.
Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya palu per menit
(blow per minute) dibatasi pada empat sampai delapan kali. Jika jumlah tiang yang akan
dipancang tidak banyak maka jenis alat pancang ini efisien untuk digunakan.
Keuntungan dari alat ini adalah berikut ini.
a. Investasi yang rendah.
b. Mudah dalam pengoperasian.
c. Mudah dalam mengatur energi per blow dengan mengatur tinggi jatuh.
Akan tetapi kekurangan dari alat ini adalah sebagai berikut.
a. Kecepatan pemancangan yang kecil.
b. Kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar.
c. Kemungkinan rusaknya bangunan di sekitar lokasi akibat getaran pada permukaan
tanah
d. Tidak dapat digunakan untuk pekerjaan di bawah air.
2. Diesel Hammer
Alat pemancang tiang tipe ini berbentuk lebih sederhana dibandingkan dengan hammer
lainnya. Diesel hammer memiliki satu silinder dengan dua mesin diesel, piston atau ram,
tangki bahan bakar, tangki pelumas, pompa bahan bakar, injector, dan mesin pelumas. Dalam
pengoperasiannya, energi alat didapat dari berat ram yang menekan udara didalam silinder.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pemakaian diesel hammer dibandingkan dengan
jenis alat pemancang lainnya.
Kelebihan diesel hammer adalah sebagai berikut :
a. Ekonomis dalam pemakaian.
b. Mudah dalam pemakaian didaerah terpencil.
c. Berfungsi dengan baik pada daerah dingin.
d. Mudah dalam perawatan
Kekurangan dari alat ini adalah sebagai berikut :
a. Kesulitan dalam menentukan energi per blow.
b. Sulit dipakai pada tanah lunak.
3. Hydraulic Hammer
Cara kerja hammer ini adalah berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan hidrolis. salah satu
hammer tipe ini dimanfaatkan untuk memancangkan fondasi tiang baja H dan fondasi
lempengan baja dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik. Dengan menggunakan alat
pemancang ini tekanan terhadap fondasi dapat mencapai 140 ton. Selain itu, getaran dan
polusi suara akibat pemakaian alat ini dapat dikurangi. Alat ini baik digunakan jika ada
keterbatasan daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukkan cukup pendek. untuk
memperpanjang tiang maka dilakukan penyambungan pada ujung-ujungnya.
b. Swing Lead
Jika lead tidak disambungkan dengan crane atau pelat pemancang pada bagian bawahnya
maka lead jenis ini dinamakan swing lead. Penggunaan lead ini memungkinkan pemancangan
tiang yang jaraknya dari badan alat relatif jauh. Kelemahan dari tipe ini adalah sulitnya
mengatur tiang untuk tetap vertikal.
c. Hydraulic Lead
Sistem yang digunakan pada metode ini adalah dengan menggunakan silinder hidrolis
sebagai pengaku. Silinder hidrolis tersebut merupakan penghubung bagian bawah lead
dengan pemancang. Dengan sistem ini pengaturan posisi tiang dapat dilakukan secara lebih
akurat dan cepat. Metode ini lebih mahal dibandingkan dengan fixed lead, namun dengan
produktivitas yang besar maka penggunaan metode ini menjadi bahan pertimbangan yang
baik. Lebih-lebih jika alat sering dipakai.
1.1.3 Kriteria Pemilihan Alat Pancang
Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan alat pemancang tiang yang akan digunakan
dalam suatu proyek. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
a. Jenis material, ukuran, berat, dan panjang tiang yang akan dipancang.
b. Bagaimana kondisi lapangan yang mempengaruhi pengoperasian, seperti apakah
pemancangan dibawah air, atau lokasi terbatas.
c. Hammer yang akan dipilih harus sesuai dengan daya dukung tiang dan kedalaman
pemancangan.
d. Pilihlah alat yang paling ekonomis dengan kemampuan alat yang sesuai dengan yang
dibutuhkan.
e. Jika lead digunakan maka pilihlah tipe yang akan dipakai, ukuran rel untuk hammer,
panjang hammer, dan tiang yang akan dipancang.
2𝐸 𝑊 1
R= 𝑆+𝐾
x 𝑊+𝑃
x 𝑆𝐹
Pada rumus di atas, R adalah daya dukung tiang (ton), W adalah berat massa yang dijatuhkan
(ton), K adalah perpendekan elastis total dari kepala tiang, tiang, dan tanah, E total energi alat
pancang (ton-cm), S penetrasi pukulan terakhir (cm), P berat tiang pancang, dan SF adalah
faktor keamanan (diambil 3 atau 4).
Tiang yang akan dipancang, mula-mula diberi bantalan dan cap sebagai pengaman dari
keretakan akibat tumbukan. Kemudian tiang diangkat sampai pada posisi sejajar dengan lead.
Tumbukan pertama dilakukan secara perlahan untuk memastikan bahwa tiang sudah tepat
pada posisinya dan water level. Bila posisi sudah benar maka tumbukan dapat dilanjutkan
sampai tiang masuk ke dalam tanah dan mencapai tanah keras atau sampai perlu dilakukan
penambahan tiang. Perlu diperhatikan bahwa jumlah tumbukan tidak terlalu banyak untuk
menghindari terjadinya keretakan pada tiang. Jika bantalan dan cap sudah rusak sebelum
tumbukan selesai maka perlu dilakukan penggantian sebelum tumbukan dilanjutkan.
Gambar 4.3 Pelaksanaan Pemancangan Tiang
d. Climbing Grane
Dengan lahan yang terbatas maka alternatif penggunaan crane adalah crane panjat atau
climbing crane. Crane tipe ini diletakkan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti
bangunan. Crane bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan crane
dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jack.
e. Bagian Crane
Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib, counterweight, trolley,
dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri di atas base atau dasar. Jib
merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan berdasarkan jangkauan yang
diinginkan
Counter jib adalah tiang penyeimbang. Pada counter jib dipasangkan counterweight sebagai
penyeimbang beban, Trolley merupakan alat yang bergerak sepanjang jib yang digunakan
untuk memindahkan material secara horizontal dan pada trolley tersebut dipasangkan hook
atau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal untuk mengangkat material. Tie ropes adalah
kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya tetap dalam kondisi lurus 90o terhadap tiang
utama. Pada bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat ruang operator dan di bawah ruang
tersebut terdapat slewing ring yang berfungsi untuk memutar jib. Selain itu juga terdapat
climbing device yang merupakan alat untuk menambah ketinggian crane.
Gambar 4.14 Crane yang ditambatkan pada Bangunan dan Crane Panjat
Tabel 4.1 Kapasitas angkat untuk 200 ton Crawler Crane dengan Boom 180 ft
(Sumber- Construction Planning' Equipment and Methods' 1996)
Tabel 4.2 Kapasitas angkat untuk 25 ton Hidrolik Truck Crane (lb)
Contoh :
Tentukan jenis four line crane yang dapat digunakan untuk mengangkat beban seberat 18750
lb pada jangkauan 110 ft.
Diperkirakan berat sling adalah 750 lb.
Diketahui Berat beban = 18.750 lb
Berat sling = 750 lb
Total = 19.500 lb
Faktor Keamanan x 1,05
Kapasitas yang diperlukan = 20.475 lb
Dari tabel 4.3 maka dapat dipilih crane L6 dengan kapasitas 21700 lb
Contoh :
Tentukan ukuran minimum crane dari panjang boom minimum yang diperlukan untuk
mengangkat beban seberat 80.000 lb dari truck pada permukaan tanah ke suatu tempat 76 ft
di atas permukaan tanah. Jarak vertikal dari bagian bawah beban ke boom adalah 42 ft. Jarak
horizontal minimum dari pusat rotasi adalah 40 ft.
Dengan menggunakan gambar 4.17 maka dapat dilihat panjang boom yang digunakan adalah
120 ft karena panjang vertikal keseluruhan adalah 76 ft + 42ft = 118 ft dan jarak horizontal
adalah 40 ft.
Dengan menggunakan gambar 4.16 maka jenis alat yang digunakan adalah M-250 S2 (300
ton).