Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TEORI DASAR
2.1 Jenis-jenis Dongkrak
Dongkrak terdiri dari beberapa jenis menurut fungsinya, beban yang dapat
diangkat, dan elemen-elemen penggeraknya.
1. Dongkrak ulir sederhana
Dongkrak ini biasanya digunakan untuk mengangkat beban yang berat.
Keuntungan dari dongkrak ini adalah bentuknya yang sederhana dan relatif
ringan. Contoh dari dongkrak ini adalah dongkrak mobil yang biasa digunakan
untuk mengangkat mobil untuk mengganti ban bila terjadi kebocoran.
Mekanisme Kerja :
Pada dongkrak ulir sederhana ini, elemen dasar yang paling penting adalah batang
ulir atau poros berulir yang berfungsi untuk mengangkat atau menurunkan beban.
Adapun ulir yang digunakan adalah ulir pembawa segi empat, ulir ini dipilih
karena pembuatannya lebih mudah dan dapat menahan beban yang cukup berat.
Bila dongkrak digunakan untuk mengangkat beban, maka poros berulir digerakan
secara rotasi dengan bantuan engkol pemutar sehingga batang dongkrak yang
berhubungan dengan poros ulir akan bergerak ke dalam dan mengangkat beban
diatasnya. Begitu pula sebaliknya jika hendak menurunkan beban.
Hal yang perlu diperhatikan dalam dongkrak ulir sederhana ini adalah beban yang
diangkat terbatas, karena kemungkinan terjadi defleksi pada ulir bila dibebankan
dengan beban yang sangat berat.
Elemen utama dari dongkrak ulir ini adalah poros ulir, lengan dongkrak body
dongkrak, cup, ulir dalam, baut dan mur.
Gbr. 2.1 Dongkrak ulir sederhana
Pada laporan ini akan di bahas jenis dongkrak lainnya antara lain ;
1. Dongkrak dengan ulir pada roda gigi
Prinsipnya hampir sama dengan dongkrak ulir sederhana. Ciri utama dari
dongkrak ini adalah pada poros dan roda gigi.
Mekanisme kerja :
Gerakan rotasi tangan diterima oleh roda gigi yang berhubungan dengan poros
ulir. Poros ulir ini berputar dengan mengangkat tabung ulir, sehingga ulir bergerak
dengan arah vertikal sehingga kemungkinan defleksi pada poros ulir kecil.
Dongkrak jenis ini dapat digunakan untuk mengangkat benda yang relatif lebih
berat.
2. Dongkrak Hidrolik
Dongkrak jenis ini mengangkat beban dengan tekanan zat cair yang terdapat
didalam dongkrak.
Mekanisme kerja :
Alat pemegang digerakan secara translasi ( naik atau turun ). Pada saat pegangan
diangkat keatas, katup pada dongkrak tersebut atau pada wadah penampung
(tangki) cairan terbuka, sehingga cairan mengalir keluar. Pada saat pegangan
ditekan kebawah, katup pada tabung tertutup, sedangkan pada tabung tempat
poros terbuka. Hal ini akan mengakibatkan cairan masuk kedalam tabung dan
mengangkat poros.
3 . Dongkrak Pneumatik
Dongkrak ini biasanya digunakan untuk mengangkat beban yang sangat berat.
Dongkrak ini menggunakan tekanan udara yang dapat diatur sesuai beban.
Mekanisme kerja :
Alat pengontrol elektrik diberi perintah sesuai keinginan beban yang akan
diangkat dan juga sesuai dengan seberapa tinggi beban akan diangkat. Dari
pengontrol tersebut akan meneruskan perintah ke pemompa udara otomatis yang
kemudian memberikan tekanan pada udara didalam selang dan mendorong
dongkrak ke atas, sampai pada batas yang diperintahkan. Kemudian untuk
menurunkan dongkrak diperintah lagi dari pengontrol untuk mengembalikan ke
posisi semula.
2.2 Poros
Poros merupakan salah satu elemen mesin yang terpenting dari suatu mesin.
Peranan utama transmisi pada mesin dipegang oleh poros. Dimensi poros pada
umumnya berbentuk silinder. Poros secara umum berfungsi sebagai berikut :
Penopang beban
Beban yang diterima oleh poros biasanya berbentuk gaya lentur.
Penerus daya
Daya yang diterima poros dari motor penggerak diteruskan ke mesin.
Pengubah gerakan
Poros juga dapat mengubah gaya dari gerak rotasi menjadi gerak translasi atau
sebaliknya.
2.2.1. Macam-macam Poros
Berdasarkan pembebanan yang diterima oleh poros, maka Poros dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut :
1. Poros Transmisi
Poros transmisi adalah poros yang digunakan untuk meneruskan daya, poros ini
mengalami beban puntir murni atau beban puntir dan lentur. Daya ditransmisikan
pada poros ini melalui kopling, roda gigi, puly sabuk atau spoket rantai, dll.
2. Spindel
Poros spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama
mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
3. Gandar
Gandar adalah poros yang digunakan untuk menopang bagian mesin yang diam,
berayun atau berputar, namun tidak mengalami momen puntir sehingga beban
utama yang dialami poros hanyalah beban lentur, kecuali jika poros digerakan
oleh penggerak mula maka poros akan mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dll. Poros luwes untuk transmisi
daya kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah, dan lain-lain.
2.2.2 Macam-macam pembebanan pada poros
1. Poros dengan beban puntir murni
Poros yang mendapat pembebanan puntir disebabkan karena gaya yang
bekerja pada poros berupa torsi, torsi merupakan gaya yang bekerja terhadap
sumbu poros sehingga poros dapat memuntir sebesar sudut . Tegangan geser
maksimum ( max ) terjadi pada titik yang paling jauh dari pusat lingkaran
penampang poros.
Besarnya puntiran yang terjadi pada poros dapat dinyatakan dengan

Ip
c T.

(2.1)
dimana : Inersia polar poros (Ip)

32

Ip
d
4
(2.2)
Sudut puntir yang terjadi adalah :

G Ip
I T
.
.

(2.3)
dimana : T = Torsi (Nmm)
c = jarak dari garis netral ke serat paling luar (mm)
Ip = Momen Inersia Polar
= Sudut Puntir (rad)
L = Panjang batang silinder (mm)
G = Modulus geser
2. Poros dengan beban lentur murni
Poros yang mendapat pembebanan lentur murni disebabkan oleh gaya vertikal
yang tegak lurus dengan sumbu balok dengan jarak tertentu dari tumpuan,
sehingga menimbulkan momen yang mengakibatkan batang menjadi melentur.
Pelenturan pada poros yang terjadi memang tidak dapat dihindarkan, tapi kita
dapat mengurangi efek pelenturan menjadi seminimal mungkin sehingga
pelenturan yang terjadi masih didalam batas ijin.
Poros yang mendapatkan pembebanan lentur murni dapat dilihat pada poros
gandar dari gerbong kereta api. Poros gandar hanya menahan beban dari gerbong
kereta api saja, sedangkan gaya tarik dari gerbong dilakukan oleh lokomotif yang
berada didepan, sehingga poros gandar hanya menggelinding saja diatas rel
sambil menahan beban dalam arah vertikal.
Persamaannya
M1 = P . l (2.4)

x I
s d
M
a
2
1

=
3
) 32 / (
1
ds
M

=
3
1 2 , 10
ds
M
(2.5)

1
]
1

1
2 , 10
M
a
ds

3
1
(2.6)
dimana : M1 = Momen Lentur (Nmm)
P = Beban (N)
Ds = Diameter Poros (mm)
a = Tegangan ijin (kg/mm
2
)

Ix = Momen Inersia Penampang (mm
4
)
3. Poros dengan beban puntir dan lentur
Pada umumnya poros yang mengalami beban puntir dan lentur
meneruskan daya dari sabuk, roda gigi atau rantai. Dengan demikian poros
tersebut mendapat beban puntir dan lentur, sehingga pada permukaan poros
terjadi tegangan geser () karena momen puntir T dan tegangan karena
momen lentur. Untuk bahan liat seperti pada poros, dapat dipakai teori
tegangan geser maksimum
(2)
.
max =
2
4
2 2
+
(2.7)
Pada poros pejal berpenampang bulat
(2)
:
=
3
32
ds
M

(2.8)
=
3
16
ds
T

(2.9)
Subtitusikan persamaan (2.8 ) dan (2.9 ) ke persamaan (2.7), didapat :
max = 1
]
1

3
1 , 5
s d
2 2
T M +
(2.10)
2.2.3 Hal-hal Penting dalam merancang Poros.
Dalam merancang suatu poros ada beberapa hal yang penting harus
diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
bahkan kombinasi keduanya. Selain mengalami beban puntir dan lentur ada
beberapa poros yang mengalami beban tarik atau tekan seperti poros baling-
baling kapal atau turbin dan lain-lain.
2. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada
mesin perkakas) atau getaran atau suara pada turbin dan pada kotak roda gigi.
Oleh karena itu, kekakuan poros harus juga diperhatikan dan disesuaikan
dengan macam mesin yang akan dialami oleh poros tersebut.
3. Putaran Kritis
Poros harus dirancang sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritisnya. Sebab bila putaran suatu mesin dinaikkan pada
suatu harga putaran akan terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini
disebut putaran kritis. Kondisis seperti ini dapat terjadi pada turbin, motor
listrik, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada poros atau
komponen elemen mesin lainnya.
4. Bahan Poros
Poros untuk mesin umumnya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinis. Baja karbon kontruksi mesin (disebut dengan bahan S-C)
yang dihasilkan dari ingot yang dikill (baja yang dideosidasikan dengan
ferrosilicon dan dicor:; kadar karbon terjamin). Meskipun demikian bahan ini
kelurusannya agak kurang tepat dan dapat mengalami deformasi karena
tegangan yang kurang seimbang, misalnya saja diberi alur pasak, karena ada
tegangan sisa didalam terasnya, tetapi penarikan dingin membuat permukaan
poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar. Poros-poros yang
digunakan untuk meneruskan putaran yang tinggi dan beban berat, umumnya
dibuat dari baja paduan dengan pengecoran kulit yang tahan terhadap keausan,
seperti baja khrom nikel molibden, baja khrom dan baja khrom molibden.
5. Poros Ulir
Poros yang digunakan pada dongkrak ulir ini adalah poros yang
memiliki ulir dibagian permukaannya. Poros ulir ini berfungsi untuk mengubah
gerakan dan meneruskan gaya. Gerakan rotasi yang diterima poros diubah
menjadi gerakan translasi dan poros meneruskan gaya sehingga beban yang
akan diangkat naik keatas.
6. Sambungan Baut
Baut merupakan pengikat yang sangat penting, yang digunakan untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut sebagai alat
pengikat harus dilakukan dengan seksama agar mendapatkan ukuran yang
sesuai. Untuk menentukan ukuran baut, sebagai faktor yang harus diperhatikan
sebagai sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan,
ketelitian, dan lain sebagainya. Adapun gaya yang bekerja pada baut dapat
berupa :
1. Beban statis aksial murni
2. Beban aksial, bersama dengan beban puntir
3. Beban geser
4. Beban tumbukan aksial
Untuk menentukan diameter dari baut dapat digunakan persamaan sebagai
berikut :

,
_


2
4
B
B
d
P
A
P

(2.11a)

B
B
P
d
.
4

(2.11b)
dimana :

B
tegangan ijin bahan baut ( )
2
/ mm Kg
P = gaya (kg)
dB= diameter baut (mm)
7. Sambungan Las (Weld Joint)
Pengelasan merupakan suatu proses penyambungan logam dimana
logam yang satu dengan yang lain disambung dengan memanaskan logam
tersebut baik dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Permukaan yang dilas
harus dipanaskan sampai suhu las dan harus bersentuhan. Penyatuan dari
logam-logam karena :
1. Tekanan bersama (seperti pada las tekan)
2. Peleburan (seperti pada las fusi)
Sambungan las ini dapat digunakan bermacam-macam jenis material,
seperti pada baja, baja cor, besi cor kelabu, tembaga, aluminium dan bahan
sintetik thermoplastik. Sambungan las banyak digunakan untuk konstruksi
mesin, terutama untuk komponen kecil dan kontruksi yang ringan. Kekurangan
dari sambungan las adalah kesukaran untuk mengetahui mutu dan pembuatan
sambungan las membutuhkan pengalaman yang khusus.
Mutu las dapat ditingkatkan dengan jalan penyelubungan dengan gas
atau zat padat atau dengan penambahan bubuk las yang bersifat deoxidasi dan
pembentukan terak (slug).
Kekuatan kampuh dan daerah pinggir lebih rendah dari kekuatan bahan, yang
besarnya tergantung dari keadaan. Kekuatan dinamik akan jauh menurun karena
pengaruh takik dari kampuh yang belum dikerjakan. Pegangan susut akan timbul
pada komponen yang dipijarkan dan ini berbahaya bagi komponen yang dibebani
beban tarik.
2.3 Hal Umum Tentang Ulir
Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung
pada sebuah silinder. Dalam pemakaian ulir selalu bekerja dalam pasangan antara
ulir luar dan ulir dalam. Ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil
penampang berbentuk segitiga sama kaki. Jarak antara satu puncak dengan
puncak berikutnya dari profil ulir disebut jarak bagi. Jarak antara puncak-puncak
yang berbeda satu putaran dari satu jalur disebut kisar.
1. Jenis Ulir
Ulir segitiga diklasifikasikan menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan
inchi, dan menurut ulir kasar dan ulir lembut sebagai berikut:
a. seri ulir kasar metris
b. seri ulir kasar UNG
c. seri ulir lembut metris
d. seri ulir lembut UNF
e. seri ulir lembut UNEF
2. Kelas ulir
Atas dasar besarnya toleransi ditetapkan kelas ketelitian sebagi berikut:
Untuk ulir metris : kelas 1,2, dan 3.
Untuk ulir UNC,UNF,UNEF : kelas 3A,2A dan 1A, untuk ulir luar.
Kelas 3B,2B dan 1B, untuk ulir dalam.
Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah sebagai berikut :
Kelas teliti (kelas 1 dalam JIS) untuk ulir teliti.
Kelas sedang (kelas 2 dalam JIS) untuk pemakaian umum.
Kelas kasar (kelas 3 dalam JIS) untuk ulir yang sukar dikerjakan, misalnyaulir
dalam dari lubang yang panjang.
3. Bahan Ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya disatndarkan dalam JIS. Arti dari
bilangan kekuatan untuk baut dalam table tersebut adalah sebagai berikut :
Angka disebelah kiri tanda titik 1/10 harga minimum kekuatan tarik
B

, dan
disebelah kanan titik adalah 1/10 (
B Y
/
). Untuk mur bilangan yang
bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban jaminan.
2.4 Persamaan yang digunakan untuk perhitungan
1. Menghitung gaya reaksi

0 Fy

0 Fx

0 M
Fx
Fy
tan
- Menghitung gaya resultan
( ) ( )
2
1
2
1 1
Fy Fx F + (kg)
2. Menghitung tegangan tekan dan geser pada plat penyangga
a. Tegangan tekan ) (
2
mm
kg

A
Fn

Dimana ; Fn = gaya normal (Kg)
Fn = F
A = luas penampang kritis (mm
2
)

t d D ). (
b. Tegangan geser ) (
2
mm
kg


A
Ft

Dimana ; Ft = gaya tangensial ;
( ) ( )
2 2
Fn P t F +
(kg)
A = Luas penampang kritis (mm
2
)
t d D ). (
c. Menghitung tegangan yang diizinkan
,
_

2
mm
kg


2 1
.Sf Sf



Dimana ; ananbahan faktorkeam Sf
1

ungan ananperhit faktorkeam Sf
2
d. Menentukan bahan plat penyangga

( )
2 1
. . . Sf Sf bahan
ijin bahan yang terjadi.
3. Menghitung gaya yang terjadi pada poros penyangga
Tegangan geser ) (
2
mm
kg


A
F

dimana F = gaya geser / beban (kg)
A = luas penampang ) (
4
) 2
2
mm
d

4. Menghitung gaya luar yang bekerja pada ulir


) (kg Ks
a. Menurunkan beban b. Menaikan beban
Ks =
) (
2
+ tg
xFy
Ks =
) (
2
tg
xFy
5. Menghitung tegangan yang terjadi pada poros ulir
a. Tegangan tarik

A
Fx

dimana ; Fx = Fx
1
+ Fx
2
A = luas penampang ) (
4
) 2
2
mm
d

b. Tegangan geser yang terjadi pada ulir


A
Fx Ks 2

dimana ; A = .d.H
c. Menentukan bahan poros ulir
( )
2 1
. . . Sf Sf bahan
ijin bahan yang terjadi.
6. Menghitung momen yang harus dilawan untuk menurunkan
dan menaikan beban
) (kgmm Ms
_
2
d
Ksx Ms
dimana

d
= diameter rata-rata (mm)
=
( )
2
d D +
7. Menghitung gaya tangan yang harus diberikkan untuk menurunkan
dan menaikan beban
L
Ms
P
dimana L = panjang lengan (mm)
8. Menghitung gaya yang terjadi pada landasan

0 Fy
N 4Fy = 0
N = 4Fy
Fx
Fy
tan
( ) ( )
2
1
2
1 1
Fy Fx F +

Anda mungkin juga menyukai