Anda di halaman 1dari 9

Nama : Aushilna Rahma Rabbani

NIM : 205060107111014
Kelas : Struktur Baja D

REVIEW PLATE GIRDER

A. Pengertian Pelat Girder


Pelat girder adalah suatu balok besar yang dibuat dari susunan elemen-elemen pelat
yang disatukan dengan alat penyambung untuk mendapatkan susunan bahan yang lebih
effisien dibanding yang diperoleh dengan balok tempa (rolled beam).

Gambar 1. Penampang balok berdinding penuh


Bentuk box seperti contoh gambar (f) mempunyai kekakuan puntir yang besar,
maka sangat cocok digunakan untuk jembatan di tikungan. Alat penyambung untuk plate
girder sekarang banyak digunakan sambungan las, namun untuk penyambungan di lapangan
sering dilakukan dengan sambungan baut.
Material penyusun girder terdiri atas beton dan baja. Sedangkan menurut sistem
perancangannya terdiri atas girder precast (dicetak di pabrik tempat produksi beton) dan on-
site girder (di cor di tempat pelaksanaan konstruksi).
B. Perbedaan balok lentur dengan pelat girder

Balok lentur adalah balok yang menerima beban yang tegak lurus dengan
sumbu balok sehingga mengalami lentur. Hal ini menyebabkan serat atas
mengalami perpendekan (tekan) dan serta bawah mengalami perpanjangan
(tarik).
Pelat girder adalah penampang balok dengan ukuran besar dan tinggi
yang terdiri atas beberapa elemen (pelat badan dan pelat sayap) yang disambung
sehingga menghasilkan struktur balok dengan daya dukung tinggi. Diperlukan
karena penampang baja yang diproduksi pabrik memiliki ukuran dan daya
dukung yang terbatas, sementara beban yang bekerja pada konstruksi baja lebih
besar.
Perbedaannya terlihat pada rasio kelangsingannya (h/tw), jika kurang dari
2550/fy maka termasuk balok lentur dan jika lebih dari 2550/fy maka termasuk
balok girder.

C. Dimensi Pelat Girder


Tinggi Pelat Girder bervariasi anatar 1/6 sampai 1/15 kali bentang atau rata-rata adalah
1/10 sampai 1/12 kali bentangan. Keadaan yang membatasi tinggi pelat girder adalah
tinggi bebas yang diinginkan dan masalah mobilisasi
1. Dimensi Pelat Badan
Panel pelat badan adalah mencakup luasan pelat yang tidak diperkaku dengan
ukuran dalam arah memanjang adalah a dan ukuran dalam arah tinggi balok adalah
h. Sehingga batas-batas pelat badan adalah pelat sayap, pengaku memanjang,
pengaku melintang (vertikal) atau tepi bebas.
• Pelat Badan Tidak Diberi Pengaku
Apabila kedua sisi memanjangnya dibatasi oleh pelat sayap harus
memenuhi,

Apabila salah satu sisi memanjangnya dibatasi oleh tepi bebas maka harus
memenuhi,

• Pelat Badan Diberi Pengaku Melintang


Ketebalan pelat badan yang diberi pengaku melintang harus memenuhi,
Bila a/h > 3,0 dianggap tidak diberi pengaku melintang.
• Pelat Badan Diberi Pengaku Melintang dan Memanjang
Ketebalan pelat badan yang diberi pengaku melintang dan memanjang
yang ditempatkan di salah satu sisi atau di kedua sisi pada jarak 0,2h dari
pelat sayap tertekan harus

Ketebalan pelat badan yang diberi pengaku memanjang tambahan yang


ditempatkan di salah satu sisi atau kedua sisi pelat badan pada sumbu netral
harus memenuhi,

Bila a/h > 3,0 pelat girder tersebut dianggap tidak diberi pengaku. Untuk
tujuan praktis ketebalan pelat badan umumnya diambil,
Untuk jembatan, tw min = 3/8 inc (9 mm)
Untuk gedung, tw min = 1/4 - 5/16 inc (6 – 8 mm)
2. Dimensi Pelat Sayap
Secara teoritis kekuatan lentur dari pelat girder merupakan penjumlahan dari
kekuatan lentur sayap ditambah dengan kekuatan lentur badannya. Namun sebagai
pendekatan kekuatan lentur dari pelat girder semuanya disumbangkan dari kekuatan
lentur sayapnya. Maka sebagai perkiraan luas sayapnya adalah :

D. Kekuatan Lentur Pelat Girder


Kuat Lentur Rencana
Kuat lentur rencana (desain) Mu pelat girder dihitung,
Mu =  Mn dengan,
Mn = kuat lentur nominal
 = faktor resistensi momen lentur = 0,90
E. Kekuatan Nominal Pelat Girder
Komponen struktur dapat dikategorikan sebagai balok biasa atau sebagai balok
pelat berdinding penuh, tergantung dari rasio kelangsingan web, h/tw, dengan h adalah
tinggi bersih bagian web dan tw adalah tebal dari web.
Jika nilai :
• h/tw < r maka dikategorikan sebagai balok biasa
• h/tw > r maka dikategorikan sebagai balok pelat berdinding penuh.
dimana,

Nilai fy dalam MPa, dan untuk balok hibrida maka nilai fy diambil dari nilai fy
fens, hal ini disebabkan karena stabilitas dari web untuk menahan tekuk lentur tergantung
pada regangan yang terjadi dalam flens.
Momen nominal balok, Mn = Kg. S .f cr
dimana Kg sebagai koefisien balok berdinding penuh diambil sebesar,

dimana,
ar = Aw/Afc
Aw = luas pelat badan
Afc = luas pelat sayap tertekan
H = tinggi bersih balok
S = modulus penampang = I netto/ymax
ymax = d/2
d = tinggi penampang pelat girder
f cr = tegangan kritis
Tegangan kritis
Tegangan kritis f cr ditentukan oleh:
• Kelangsingan berdasar panjang bentang (tekuk torsi lateral)
• Kelangsingan berdasarkan tebal pelat sayap (local buckling)
Kelangsingan berdasar panjang bentang (tekuk torsi lateral) ditentukan sebagai,
G = L/rt
dengan, L = jarak pengekang lateral
rt = jari-jari girasi (pelat sayap + 1/3 pelat badan tertekan)
Batas kelangsingan,

Kelangsingan berdasarkan tebal pelat sayap (local buckling) ditentukan sebagai,

Batas kelangsingan,

dengan,

dan 0,35  kc  0,763


F. Kuat Geser Pelat Girder
1. Kuat Geser Rencana
Pelat badan yang memikul gaya geser perlu Vu harus memenuhi
Vu   Vn
dengan, Vn = kuat geser nominal pelat badan  = faktor resistensi untuk pelat
badan yang memikul geser = 0,90
2. Kuat Gesser Nominal
Nilai kuat geser nominal (Vn) pelat badan ditentukan dengan ketentuan,
• Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal pelat h/tw memenuhi,

dengan,

maka, Vn = 0,6 × fy × Aw
di mana, Aw = luas bruto pelat badan
• Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal pelat h/tw memenuhi,
maka,

• Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal pelat h/tw memenuhi,

G. Interaksi Geser dan Lentur


Interaksi geser dan lentur diberlakukan pada daerah (titik) yang menderita gaya
geser dan momen lentur yatu pada panel lapangan.
Untuk pelat girder dengan tumpuan sederhana (sendi – roll) panel-panel ujungnya
tidak perlu diperiksa terhadap interaksi geser dan lentur. Interaksi geser dan lentur hanya
diperiksa jika dipenuhi syarat,

Kuat geser nominal pelat badan dengan adanya momen lentur harus dihitung
dengan ketentuan,
• Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap maka momen
lentur perlu (Mu) memenuhi,
Mu   Mf
dengan Mf adalah kuat lentur nominal dihitung hanya dengan pelat saya
saja, Mf = Af . df . fy
di mana, Af = luas efektif pelat sayap (mm2) df = jarak antara titik berat
pelat-pelat sayap (mm)
Maka pelat badan harus memenuhi
Vu   Vn dengan Vn adalah kuat geser nominal pelat badan
• Jika momen lentur dianggap dipikul oleh seluruh penampang, maka pelat
girder harus direncanakan untuk memikul kombinasi lentur dan geser
yaitu,

H. Pengaku
Tujuan pemasangan pengaku (stiffener) pada pelat girder adalah untuk
memperkecil bahaya lipat pada pelat badan. Bentuk pengaku badan biasanya berupa
pengaku vertikal atau pengaku melintang (transverse stiffener) atau ditambah dengan
pengaku memanjang (longitudinal stiffener). Dalam sistem struktur jembatan pengaku
vertikal biasanya di tempatkan pada posisi gelagar-gelagar melintangnya. Namun bila
diperlukan lagi (masih kurang), pengaku vertikal dapat ditempatkan lagi diantara gelagar-
gelagar melintang tersebut.
I. Pemakaian girder dan kegunaannya dalam Teknik Sipil

Kegunaan girder dalam bidang Teknik Sipil contohnya dalam konstruksi jembatan.
Fungsinya adalah untuk menyalurkan beban kendaraan maupun berat girder itu
sendiri ataupun beban lain menuju ke bagian struktur bawah. Berikut merupakan
beberapa contoh struktur yang ada di Indonesia yang menggunakan girder:
1. Pada proyek MRT Jakarta ini bagian struktur layangnya menggunakan box girder.
Box girder adalah jembatan dimana balok utama terdiri dari balok-balok dalam
bentuk kotak berongga. Box girder digunakan untuk menggantikan balok girder
dengan tujuan untuk menghemat material dan membuat efisiensi dimensi. Sistem
yang digunakan untuk memasang box girder pada proyek MRT Jakarta ini adalah
menggunakan sistem launching gantry.

2. Proyek pembangunan Jalan Tol Pasuruan – Probolinggo yang memiliki panjang


31,3 km. Pada Sta. 03+050 perlu dibangun jembatan underpass karena melewati

jalan raya di Desa Surmberdawesari. Pada pembangunan jembatan underpass


terdapat pekerjaan pengangkatan balok girder ke atas abutment yang disebut
erection girder. Proses pengerjaannya menggunakan metode crawler crane
karena sesuai dengan kondisi di sekitar area jembatan.

Anda mungkin juga menyukai