NIM : 205060107111014
Kelas : Struktur Baja D
Balok lentur adalah balok yang menerima beban yang tegak lurus dengan
sumbu balok sehingga mengalami lentur. Hal ini menyebabkan serat atas
mengalami perpendekan (tekan) dan serta bawah mengalami perpanjangan
(tarik).
Pelat girder adalah penampang balok dengan ukuran besar dan tinggi
yang terdiri atas beberapa elemen (pelat badan dan pelat sayap) yang disambung
sehingga menghasilkan struktur balok dengan daya dukung tinggi. Diperlukan
karena penampang baja yang diproduksi pabrik memiliki ukuran dan daya
dukung yang terbatas, sementara beban yang bekerja pada konstruksi baja lebih
besar.
Perbedaannya terlihat pada rasio kelangsingannya (h/tw), jika kurang dari
2550/fy maka termasuk balok lentur dan jika lebih dari 2550/fy maka termasuk
balok girder.
Apabila salah satu sisi memanjangnya dibatasi oleh tepi bebas maka harus
memenuhi,
Bila a/h > 3,0 pelat girder tersebut dianggap tidak diberi pengaku. Untuk
tujuan praktis ketebalan pelat badan umumnya diambil,
Untuk jembatan, tw min = 3/8 inc (9 mm)
Untuk gedung, tw min = 1/4 - 5/16 inc (6 – 8 mm)
2. Dimensi Pelat Sayap
Secara teoritis kekuatan lentur dari pelat girder merupakan penjumlahan dari
kekuatan lentur sayap ditambah dengan kekuatan lentur badannya. Namun sebagai
pendekatan kekuatan lentur dari pelat girder semuanya disumbangkan dari kekuatan
lentur sayapnya. Maka sebagai perkiraan luas sayapnya adalah :
Nilai fy dalam MPa, dan untuk balok hibrida maka nilai fy diambil dari nilai fy
fens, hal ini disebabkan karena stabilitas dari web untuk menahan tekuk lentur tergantung
pada regangan yang terjadi dalam flens.
Momen nominal balok, Mn = Kg. S .f cr
dimana Kg sebagai koefisien balok berdinding penuh diambil sebesar,
dimana,
ar = Aw/Afc
Aw = luas pelat badan
Afc = luas pelat sayap tertekan
H = tinggi bersih balok
S = modulus penampang = I netto/ymax
ymax = d/2
d = tinggi penampang pelat girder
f cr = tegangan kritis
Tegangan kritis
Tegangan kritis f cr ditentukan oleh:
• Kelangsingan berdasar panjang bentang (tekuk torsi lateral)
• Kelangsingan berdasarkan tebal pelat sayap (local buckling)
Kelangsingan berdasar panjang bentang (tekuk torsi lateral) ditentukan sebagai,
G = L/rt
dengan, L = jarak pengekang lateral
rt = jari-jari girasi (pelat sayap + 1/3 pelat badan tertekan)
Batas kelangsingan,
Batas kelangsingan,
dengan,
dengan,
maka, Vn = 0,6 × fy × Aw
di mana, Aw = luas bruto pelat badan
• Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal pelat h/tw memenuhi,
maka,
Kuat geser nominal pelat badan dengan adanya momen lentur harus dihitung
dengan ketentuan,
• Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap maka momen
lentur perlu (Mu) memenuhi,
Mu Mf
dengan Mf adalah kuat lentur nominal dihitung hanya dengan pelat saya
saja, Mf = Af . df . fy
di mana, Af = luas efektif pelat sayap (mm2) df = jarak antara titik berat
pelat-pelat sayap (mm)
Maka pelat badan harus memenuhi
Vu Vn dengan Vn adalah kuat geser nominal pelat badan
• Jika momen lentur dianggap dipikul oleh seluruh penampang, maka pelat
girder harus direncanakan untuk memikul kombinasi lentur dan geser
yaitu,
H. Pengaku
Tujuan pemasangan pengaku (stiffener) pada pelat girder adalah untuk
memperkecil bahaya lipat pada pelat badan. Bentuk pengaku badan biasanya berupa
pengaku vertikal atau pengaku melintang (transverse stiffener) atau ditambah dengan
pengaku memanjang (longitudinal stiffener). Dalam sistem struktur jembatan pengaku
vertikal biasanya di tempatkan pada posisi gelagar-gelagar melintangnya. Namun bila
diperlukan lagi (masih kurang), pengaku vertikal dapat ditempatkan lagi diantara gelagar-
gelagar melintang tersebut.
I. Pemakaian girder dan kegunaannya dalam Teknik Sipil
Kegunaan girder dalam bidang Teknik Sipil contohnya dalam konstruksi jembatan.
Fungsinya adalah untuk menyalurkan beban kendaraan maupun berat girder itu
sendiri ataupun beban lain menuju ke bagian struktur bawah. Berikut merupakan
beberapa contoh struktur yang ada di Indonesia yang menggunakan girder:
1. Pada proyek MRT Jakarta ini bagian struktur layangnya menggunakan box girder.
Box girder adalah jembatan dimana balok utama terdiri dari balok-balok dalam
bentuk kotak berongga. Box girder digunakan untuk menggantikan balok girder
dengan tujuan untuk menghemat material dan membuat efisiensi dimensi. Sistem
yang digunakan untuk memasang box girder pada proyek MRT Jakarta ini adalah
menggunakan sistem launching gantry.