Anda di halaman 1dari 78

BALOK BERDINDING PENUH

Balok Tinggi / Plate Girder


Gelagar baja
• Gelagar terutama dijumpai pada struktur balok-balok memanjang
jembatan.
• Gelagar baja pada umumnya merupakan profil rakitan (built-up)
karena tidak tersedia ukuran profil dengan kapasitas besar untuk
beban sangat berat. Dibuat dari elemen pelat untuk mencapai
susunan penampang yang lebih efisien dari penampang profil
baja gilas (rolled).
• Gelagar baja ditandai dengan ukuran badan profil yang tinggi
untuk mendapatkan kekakuan yang besar.
• Ekonomis untuk bentang yang panjang.
• Besarnya nilai kelangsingan pada badan maka biasanya pelat
badan gelagar dilengkapi dengan pengaku vertikal.
• Dikenal 2 tipe pengaku vertikal, yaitu: bearing stiffener dan
intermediate stiffener.
• Sambungan pelat dapat dibuat dengan: paku keling, baut atau las.
Foto-foto
Foto-foto
Foto-foto
Foto-foto
Foto-foto
Potongan gelagar jembatan baja
Balok Berdinding Penuh
• Ketentuan ini berlaku untuk profil yang memiliki
h
 lr
tw
• Nilai lr adalah batas kelangsingan elastik
batang

• Nilai h/tw yang besar menunjukkan tingkat resiko


kegagalan elastik yang tinggi
Kuat Nominal

Momen Nominal M n  K g Sf cr
Dimana:
fcr adalah tegangan kritis yang ditentukan oleh Butir 8.4.3, 8.4.4 atau
8.4.5, MPa (SNI)
S adalah modulus penampang yang ditentukan sesuai Butir 8.2.1, mm3
(SNI)
Kg adalah koefisien balok pelat berdinding penuh

Nilai Kg dihitung dengan

 ar   h 2.550 
Kg  1     fcr ( MPa)
1.200  300 a r   t w f cr 
11/17/2015
h

a
Perkuatan badan

 ar   h 2.550 
Kg  1    
1.200  300 ar   t w f cr 

Keterangan:
ar adalah perbandingan luas pelat badan terhadap pelat
sayap tekan
h adalah tinggi bersih balok pelat berdinding penuh (dua
kali jarak dari garis netral ke tempat mulai adanya alat
penyambung di sisi tekan), mm
Kuat Nominal

• Kuat Lentur Nominal gelagar ditentukan oleh


kelangsingan batang profil, lG

• Kelangsingan batang profil diperhitungkan


terhadap
– Kelangsingan berdasarkan panjang bentang
– Kelangsingan berdasarkan tebal pelat sayap
Faktor kelangsingan berdasarkan panjang bentang dinyatakan
dengan persamaan

lG  L / rt
Keterangan:
L adalah jarak antara pengekang lateral, mm
rt adalah jari-jari girasi daerah pelat sayap ditambah
sepertiga bagian pelat badan yang mengalami tekan, mm

Batas-batas kelangsingannya adalah

E E
l p  1,76 lr  4,40
fy fy
Faktor kelangsingan berdasarkan tebal pelat sayap dinyatakan
dengan persamaan

bf
lG 
2t f
Batas-batas kelangsingannya adalah

E ke E
l p  0,38 l r  1,35
fy fy
dengan
4
ke  dengan 0,35  ke  0,763.
h
tw
Perhitungan fcr
fcr, tegangan kritis gelagar dihitung berdasar kondisi
kelangsingan batang profil
Kasus lG  lp berlaku fcr = fy
 (l G  l p ) 
Kasus lp ≤ lG ≤ lr. maka f cr  C b f y 1    fy
 2( l r  l p ) 
 
2
 lr 
Kasus lr ≤ lG maka f cr  fc   dengan
 lg 
Cb f y  
fc   fy jika ditentukan oleh tekuk torsi lateral
2
fy
fc  Jika ditentukan oleh tekuk lokal
2
Faktor pengali momen Cb
12,5M max
Cb   2,3
2,5M max  3M A  4M B  3M C
dengan Mmax adalah momen maksimum pada bentang yang
ditinjau serta MA, MB, dan MC adalah masing-masing momen
pada 1/4 bentang, tengah bentang, dan 3/4 bentang komponen
struktur yang ditinjau
PELAT BADAN
Persyaratan
• Ukuran dan susunan pelat badan balok pelat berdinding
penuh, termasuk pengaku melintang dan memanjang →
Butir 8.7
• Pelat badan yang mengalami gaya geser → Butir 8.8
• Pelat badan yang mengalami gaya geser dan momen
lentur → Butir 8.9
• Pelat badan yang mengalami gaya tumpu → Butir 8.10
• Pengaku gaya tumpu dan tiang ujung → Butir 8.11
• Pengaku melintang di tengah → Butir 8.12
• Pengaku memanjang → Butir 8.13
Definisi Pelat Badan
Panel pelat badan dengan tebal (tw) harus dianggap
mencakup luas pelat yang tidak diperkaku dengan ukuran
dalam arah memanjang, a, dan ukuran dalam arah tinggi
balok, h. Batas-batas pelat badan adalah pelat sayap,
pengaku memanjang, pengaku vertikal, atau tepi bebas.

a
Perkuatan
badan
Tebal minimum panel pelat badan
Kecuali dianalisis secara cermat untuk menghasilkan ukuran yang
lebih kecil, tebal panel pelat badan harus memenuhi Butir 8.7.1,
8.7.4, 8.7.5, dan 8.7.6.

Diatur untuk jenis profil yang memiliki pelat badan bebas pada
salah satu tepinya dan pelat badan yang memiliki batas pada
kedua tepinya
8.7.1. Pelat Badan Yang Tidak Diperkaku
Ketebalan pelat badan yang
tidak diperkaku dan dibatasi di
kedua sisi memanjangnya oleh
pelat sayap harus memenuhi

dengan h adalah tinggi bersih


pelat badan di antara kedua
pelat sayap; sedangkan jika
pada salah satu sisi
memanjang dibatasi oleh tepi
bebas maka harus memenuhi
11/17/2015
8.7.2. Pengaku pemikul beban
Pengaku pemikul beban harus diberikan berpasangan di tempat
pembebanan jika gaya tumpu tekan yang disalurkan melalui pelat
sayap melebihi kuat tumpu rencana (fRb) pelat badan yang
ditentukan dalam Butir 8.10.3, 8.10.4, 8.10.5 atau 8.10.6.

8.7.3. Pelat penguat samping


Pelat penguat samping tambahan dapat diberikan untuk menambah
kekuatan pelat badan. Jika menjadi tidak simetris, maka
pengaruhnya harus dipertimbangkan. Perhitungan gaya geser yang
diterima dengan adanya pelat ini sedemikian rupa sehingga tidak
melebihi jumlah gaya horisontal yang dapat disalurkan oleh alat
sambung ke pelat badan dan pelat sayap.
8.7.4. Pelat Badan Dengan Pengaku Vertikal

jika 1,0  a/h  3,0 ( h / t w )  7,07


E
fy

E
jika 0,74 a/h  1,0 ( a / t w )  7,07
fy

E
jika a/h 0,74 (h / t w )  9,55
fy

Semua pelat badan yang mempunyai a/h>3,0 harus dianggap


tidak diperkaku, dengan h adalah tinggi panel yang terbesar di
bentang tersebut
11/17/2015
Pelat Badan Dengan
Pengaku Memanjang dan Vertikal

• Ketebalan pelat badan yang diberi pengaku-pengaku


memanjang yang ditempatkan di salah satu sisi atau
di kedua sisi pada jarak 0,2h dari pelat sayap tekan
harus memenuhi
8.7.5. Pelat Badan Dengan
Pengaku Memanjang dan Vertikal
E
jika 1  a/h  3,0 (h / t w )  8,83
fy

E
jika 0,74 a/h  1,0 (a / t w )  8,83
fy

E
jika a/h 0,74 (h / t w )  12,02
fy

Ketebalan pelat badan dengan pengaku-


pengaku memanjang tambahan yang E
ditempatkan pada salah satu sisi atau di ( h / t w )  14,14
kedua sisi pelat badan pada sumbu netral fy
harus memenuh a/h < 1,5
11/17/2015
8.7.6. Ketebalan pelat untuk komponen struktur
yang dianalisis secara plastis

• Untuk gelagar memanjang menerus, yaitu gelagar dengan


beberapa tumpuan di tengah.
• Tebal pelat badan yang mempunyai sendi plastis harus
memenuhi
E
( h / t w )  2,90
fy

• Pengaku penumpu beban harus dipasang jika ada gaya tumpu


atau gaya geser yang bekerja dalam jarak h/2 dari lokasi sendi
plastis dan beban tumpu perlu atau gaya geser perlu melewati
0,1 kali kuat geser rencana (fVf) suatu komponen yang
ditentukan dengan Butir 8.8.3.
• Pengaku-pengaku ini harus ditempatkan dalam jarak h/2 dari
lokasi sendi plastis di kedua sisi sendi plastis tersebut dan
harus direncanakan sesuai dengan Butir 8.11 untuk memikul
gaya yang lebih besar di antara gaya tumpu atau gaya geser.

• Jika pengaku terbuat dari pelat lurus, kekakuannya (l) seperti


didefinisikan dalam Butir 8.2.2, dengan menggunakan
tegangan leleh pengaku, harus lebih kecil dari batas plastisitas
(lp) yang ditentukan dalam Butir 8.2.2.
– Pada Butir 8.2.2. ditentukan kategori penampang profil, yaitu
penampang kompak dan tak kompak yang dihitung berdasarkan
Tabel 7.5.1.

• Untuk penampang pipa, maka ketebalannya harus memenuhi



E
( D / t )  0,045
fy
• dengan D adalah diameter pipa.
Kuat geser pelat badan
• Pelat badan yang memikul gaya geser perlu (Vu)
harus memenuhi

Vu  f V n
• Keterangan:
f adalah faktor reduksi sesuai Tabel 6.4-2
Vn adalah kuat geser nominal pelat badan
berdasarkan Butir 8.8.2, N
Kuat rencana untuk Butir Faktor reduksi
Komponen struktur yang memikul lentur:
 balok 8.1, 8.2 & 8.3 0,90
Tabel 6.4-2 Faktor
 balok pelat berdinding penuh
 pelat badan yang memikul geser
8.4
8.8 & 8.9
0,90
0,90 reduksi (f) untuk keadaan
 pelat badan pada tumpuan 8.10 0,90
 pengaku 8.11, 8.12, &
8.13
0,90 kekuatan batas
Komponen struktur yang memikul gaya tekan
aksial:
 kuat penampang 9.1 & 9.2 0,85
 kuat komponen struktur 9.1 & 9.3 0,85
Komponen struktur yang memikul gaya tarik
aksial:
 terhadap kuat tarik leleh 10.1 & 10.2 0,90
 terhadap kuat tarik fraktur 10.1 & 10.2 0,75
Komponen struktur yang memikul aksi-aksi
kombinasi:
 kuat lentur atau geser 11.3 & 11.4 0,90
 kuat tarik 11.3 & 11.4 0,90
 kuat tekan 11.3 & 11.4 0,85
Komponen struktur komposit:
 kuat tekan 12.3 0,85
 kuat tumpu beton 12.3.4 0,60
 kuat lentur dengan distribusi tegangan 12.4.2.1 & 12.4.2.3 0,85
plastik
 kuat lentur dengan distribusi tegangan 12.4.2.1 & 12.4.3 0,90
elastik
Sambungan baut:
 baut yang memikul geser 13.2.2.1 0,75
 baut yang memikul tarik 13.2.2.2 0,75
 baut yang memikul kombinasi geser dan 13.2.2.3 0,75
tarik
 lapis yang memikul tumpu 13.2.2.4 0,75
Sambungan las:
 las tumpul penetrasi penuh 13.5.2.7 0,90
 las sudut dan las tumpul penetrasi 13.5.3.10 0,75
sebagian
 las pengisi 13.5.4 0,75
Kuat geser nominal
• Kuat geser nominal (Vn ) pelat badan harus diambil seperti
yang ditentukan di bawah ini. Untuk nilai h/tw
5
kn E kn  5 
 h
(h / t w )  1,10 dengan 2
fy a
Kuat geser nominal pelat badan harus dihitung sebagai berikut

Vn  0,6 f y Aw Aw adalah luas kotor pelat badan

Vn  0,36 f y Ae Kuat geser nominal (Vn) penampang pipa

Luas efektif penampang (Ae) harus diambil sebagai luas kotor penampang bulat
berongga jika tidak ada lubang yang besarnya lebih dari yang dibutuhkan untuk alat
sambung atau luas bersih lebih besar dari 0,9 luas kotor.
Jika tidak, luas efektif diambil sama dengan luas bersih.
Kuat geser nominal
Kuat geser nominal (Vn ) pelat badan harus diambil seperti yang
ditentukan di bawah ini. Untuk nilai h/tw
kn E k E
1,10  (h / t w )  1,37 n
fy fy

Kuat tekuk geser elasto-plastis pelat badan adalah sebagai berikut


 kn E  1
Vn  0,6 f y Aw 1,10 
 f y  (h / t w )

 (1  C v )  kn E / f y
Vn  0,6 f y Aw C v   dengan Cv  1,10
  2  (h / t w )
 1,15 1 ( a / h ) 
Kuat geser nominal
Kuat geser nominal (Vn ) pelat badan harus diambil seperti yang
ditentukan di bawah ini. Untuk nilai h/tw

kn E
1,37  (h / t w )
fy
Kuat tekuk geser elastis adalah sebagai berikut

0,9 Aw k n E
Vn 
(h / t w ) 2
 (1  C v ) 
kn E 1
Vn  0,6 f y Aw C v   dengan Cv  1,5
  2  f y (h / tw ) 2
 1,15 1 ( a / h ) 
Interaksi geser dan lentur
• Interaksi antara momen lentur dan gaya geser dapat
dihitung dengan salah satu metode berikut:

• Metode distribusi
– Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap

• Metode interaksi geser dan lentur


– Jika momen lentur dianggap dipikul oleh seluruh
penampang
Metode distribusi
Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap dan
momen lentur perlu (Mu) memenuhi

M u  fM f
dengan adalah kuat lentur nominal dihitung hanya dengan pelat
sayap saja dan ditentukan sebagai berikut:

M f  Af d f f y
Af adalah luas efektif pelat sayap, mm2
df adalah jarak antara titik berat pelat-pelat sayap, mm
Balok harus memenuhi
Vu  f V n
dengan Vn adalah kuat geser nominal pelat badan yang ditentukan
pada Butir 8.8.2.
Metode interaksi geser dan lentur
Jika momen lentur dianggap dipikul oleh seluruh penampang,
maka selain memenuhi Butir 8.1.1 dan 8.8.1, balok harus
direncanakan untuk memikul kombinasi lentur dan geser yaitu:

Mu Vu
 0,625  1,375
fM n fVn

Keterangan:
Vn adalah kuat geser nominal pelat badan akibat geser saja
(lihat Butir 8.8.2), N

Mn adalah kuat lentur nominal balok (lihat Butir 8.2, 8.3, atau
8.4), N-mm
Plate Girders
AISC LRFD
Introduction

Following subjects are covered:


• Moment strength
• Shear strength
• Intermediate transverse stiffener
• Bearing stiffener

44
Typical Plate Girders

45
AISC Limiting Ratios

46
AISC Design of Members for
Flexure
(about Major Axis)

47
Beam vs
Plate Girder
Plate Girder: A deep beam

“Slender” web problems:


1.Web buckling
2. Buckling of the compression
flange due to inadequate
stiffness of the web
3. Buckling due to shear

48
(for doubly symmetric I-shaped sections)
Vertical Buckling
(the compression flange)

(a) Lateral buckling


(b) Torsional buckling
(c) Vertical buckling
49
AISC Maximum Web h/tw

• Stiffened girder (for a/h ≤ 1.5)


h/tw = 11.7 √E/Fy (AISC-F13.3)

• Stiffened girder (for a/h > 1.5)


h/tw ≤ 0.42E/Fy (AISC-F13.4)

(S & J Table 11.3.1)


• Unstiffened girder h/tw ≤ 260
50
AISC Nominal Moment Strength
• If h/tw ≤ 5.70√E/Fy – AISC Table B4.1 treated as rolled beams
• If h/tw > 5.70√E/Fy
– Case 1 – Compression flange yielding
Mn = RpgFySxc (F5-1)
– Case 2 – Lateral-Torsional Buckling
Mn = RpgFcrSxc  (F5-2)
 Lb  L p 
(a) Lp < Lb ≤ Lr 
Fcr  C b  Fy  0.3Fy  
 L  L 
  Fy (F5-3)
  r p 
(b) Lb > Lr Cb 2 E  
E (F5-4, 5, 6)
Fcr  2
L r rt
0 .7 F y
 Lb 
  rt 
b fc
 rt  12(1  a w / 6

aw  hc E  (for WLB)
R pg  1   5.70  1
 tw
1200  300 a w Fy 

aw = ratio of web area to compression flange area ( ≤10) 51
hc = 2 x centroid to inside face of the compression flange
AISC Nominal Moment
Strength (cont.)
– Case 3 - Compression flange local buckling
Mn = RpgFcrSxc (F5-7)
Fcr a. λ ≤ λp: Fcr = Fy
b. λ p < λ ≤ λr :
  l  l pf 
Fcr   Fy  0.3Fy   (F5-8)
 l l 
 rf pf 
c. λ > λr : 0 .9 k c
Fcr  2
(F5-9)
 bf 
 
 2t 
 f 
kc = 4/√(h/tw) and 0.35 ≤ kc ≤ 0.763
– Case 4 – Tension-flange yielding (Sxt<Sxc)
Mn = RptFySxt (F5-10)
52
Limit States
in Flexure

for plate girder with


slender web (AISC-F5)

53
Comparison of LTB
(AISC-F5 with AISC-F2)

54
Classical Shear Theory
(applied to plate girder web panel)

55
Intermediate Stiffener Spacing

56
AISC Nominal Shear Strength
• If h/tw ≤ 1.10 √(kvE/Fy) -

Vn = 0.6 AwFy same as rolled beam (G3-1)


 
• If h/tw > 1.10 √(kvE/Fy)  
 1  Cv 
Vn  0.6 Aw Fyw  C v  
 
2
a
 1.15 1     (G3-2)
 h 

(S & J Figs. 11.8.1 & 11.8.2)


Except (1) end panel
(2) a/h > 3 or a/h > [260/(h/tw)]2
57
AISC Nominal Shear Strength
(cont.)
– For 1.10 √(kvE/Fy) ≤ h/tw ≤ 1.37 √(kvE/Fy)

Cv = 1.10 √(kvE/Fy) / (h/tw) (G2-4)

– For h/tw > 1.37 √(kvE/Fy)

Cv = 1.51 kvE/[(h/tw)2Fy] (G2-5)

kv = 5 + 5/(a/h)2 if a/h ≤ 3 and [260/(h/tw)]2


5 otherwise

(S & J Fig. 11.8.3) 58


Shear Capacity Available

Figure 11.8.1 Shear capacity available, considering post-buckling strength. 59


Tension-Field Action.

Figure 11.8.2 Tension-field action.


60
Buckling of Plate Girder Web

Figure 11.7.3 Buckling


of plate girder web
resulting from shear
alone—AISC-G2

61
Forces from Tension-Field

62
Force in Stiffener
(resulting from tension-field action)

63
State of Stress

64
Intermediate Transverse Stiffeners
(at nominal shear strength Vn including tension-field action)

65
Shear and Moment Strengths
(under combined bending and shear)

66
Intermediate Transverse Stiffeners

Intermediate Transverse Stiffener


(not required if h/tw ≤ 2.45√E/Fy)
(1) Stiffness Criterion
• Ist ≥ jatw3 (G2-6)
where j = 2.5/(a/h)2 – 2 ≥ 0.5
(2) Strength Criterion
• Ast > Fy/Fyst (0.15 Dshtw (1 – Cv) Vu/ΦvVn – 18 tw2)≤0
(G3-3)

67
Intermediate Transverse Stiffener
connection to flange

68
Bearing Stiffener
(effective cross-sections)

69
Bearing Stiffener

Bearing Stiffener ΦRn ≥ Ru


(1) Bearing Criterion (LRFD – J8.1)
Φ = 0.75
Rn= 1.8 FyApb
(2) Column Stability Criterion
KL/r = 0.75 h/r where r of 12 tw or 25tw
ΦcFcr = LRFD Table 3-36
Reqd. Ast = Ru/ΦcFcr → Reqd. t
(3) Local Buckling Criterion
(AISC 13th Edition Table B4.1 Case 3)
Min. t = w/(0.56/√E/Fy) 70
Effect of Longitudinal Stiffener
on plate girder web stability

71
Flowchart
Flowchart
Example –
Girder loading and support for design

74
Example -

Factored moment and factored


shear envelopes for two-span
continuous beam of illustrative
example

75
Example - Design Sketch

76
Tugas Kelompok
Terdiri dari 5 org
Dikumpulkan pada tgl 5 Jan 2014
Tugas :
“Rencanakan rangka atap dengan SNI 201X”
Output :
- Analisis Struktur dg SAP2000
- Sketsa hasil :
- Batang tarik
- Batang Tekan
- Sambungan (2 bagian sambungan)
No. Bentang (m) Sudut (o)
1. 3 30
2. 3,2 30
3. 3,5 30
4. 3,6 30
5. 4 30
6. 4,5 30
7. 5 30
8. 5,5 30
9. 6 30
10. 6,5 30
11. 7 30
12. 3,6 35
13. 4 35
14 4,5 35
15. 5 35

Anda mungkin juga menyukai