Anda di halaman 1dari 13

BALOK GELAGAR

1. PENDAHULUAN

Struktur dengan bentangan sangat besar yang memikul beban berat, memerlukan penampang
dengan kuat lentur yang besar. Sebagai contoh adalah jembatan dengan bentang panjang atau
transfer girder pada bangunan tinggi. Kuat lentur ini disediakan oleh penampang baja IWF yang
cukup tinggi, dengan jarak antar pelat sayap atas dan bawah yang cukup besar. Selain itu, pelat
badan maupun pelat sayap dapat diperkuat dengan memasang pelat tambahan pada sayap
maupun badan.

(a). Balok Biasa (b). Balok Gelagar/Girder

Gambar 1. Perbandingan Ukuran Penampang Balok Biasa dan Balok Girder

Balok dengan penampang ini dikenal dengan sebutan balok pelat berdinding penuh (balok
gelagar atau plate-girder), yaitu balok yang mempunyai ukuran kelangsingan besar, h/tw > r
Dalam hal penampang berbentuk I, maka balok yang termasuk dalam kategori ini memenuhi:

h E
 5.70
tw fy

Pada penampang balok demikian, pelat badan akan menghadapi bahaya tekuk karena
kelangsingannya yang besar. Untuk mencegah bahaya tekuk pada pelat badan tersebut, maka
ditambahkan pelat-pelat pengaku pada jarak-jarak tertentu (a). Formulasi kuat lentur untuk
balok biasa perlu disesuaikan untuk menghitung kuat lentur balok gelagar.

2. KUAT LENTUR RENCANA

Perencanaan nilai kuat lentur balok pelat berdinding penuh ditentukan dalam formulasi umum
LRFD sebagai :

 Mn > Mu (  = 0.9 )
Mu ditentukan dari analisis struktur sebagai kombinasi beban terbesar. Sementara sebagai kuat
lentur nominal (Mn) ditentukan sebagai yang nilai terkecil di antara nilai kuat lentur yang
dihitung berdasarkan jenis keruntuhan.

Jenis Keruntuhan (kondisi ultimate) yang terjadi pada Balok Gelagar


a. Keruntuhan akibat leleh, yang terjadi pada bagian pelat sayap tarik
b. Keruntuhan akibat tekuk
- tekuk lateral torsi yang tergantung panjang bentang
- tekuk lokal yang ditentukan oleh tebal pelat sayap.

Untuk masing-masing kondisi ultimate, Kuat Lentur Nominal didefenisikan sebagai :


a. Keruntuhan akibat leleh,
Mn = Sxt . fy

b. Keruntuhan akibat tekuk


Mn = Kg . Sxc . fcr

dengan :
Sxt : modulus penampang elastik untuk pelat sayap tertarik
Sxc : modulus penampang elastik untuk pelat sayap tertekan
fy : tegangan leleh pelat sayap tarik
fcr : tegangan kritis akibat tekuk, yang ditentukan dari nilai fcr terkecil tekuk lokal
atau tekuk lateral
Kg : koefisien balok pelat berdinding penuh

3. TEGANGAN KRITIS (fcr)

Seperti halnya pada komponen struktur baja biasa, tegangan kritis, fcr, pada balok pelat
berdinding penuh ditentukan oleh kelangsingan balok dan diambil dari nilai yang menentukan
(paling kecil) di antara keruntuhan tekuk lateral torsi atau tekuk pelat sayap.

3.1. Faktor Kelangsingan berdasarkan panjang bentang (tekuk torsi lateral)


L
Faktor kelangsingan : G 
rt
dengan :
L : jarak antara pengekang lateral
rt : jari-jari girasi daerah pelat sayap ditambah sepertiga bagian pelat badan yang
mengalami tekan

Batas Kelangsingan

E
 p  1.76
fy

E
 r  4.40
fy
3.2. Faktor Kelangsingan berdasarkan tebal pelat sayap (tekuk lokal pelat sayap)
b
Faktor kelangsingan : G 
2t f

Batas Kelangsingan

E
 p  0.38
fy

k c .E
 r  1.35
fy

4
dimana k c  , dengan 0.35 < kc < 0.763
h / tw

3.3. Nilai Tegangan Kritis

Kasus G < p
fcr = fy

Kasus p < G < r


f cr  C b f y 1 -
G  p    f
 2  r   p   y
Kasus G > r
2
 
f cr  f c  r 
 G 

dengan :
12.5 M max
Cb 
2.5 M max  3 M A  4 M B  3 M C

Cb f y
fc   fy jika ditentukan oleh tekuk lateral torsi
2

fy
fc  jika ditentukan oleh tekuk pelat badan
2
4. KOEFISIEN BALOK PELAT BERDINDING PENUH

Koefisien balok pelat berdinding penuh ditentukan sebagai :

 ar   h 2550
Kg 1     1
1200  300 a r   tw f cr 
dengan :

ar : perbandingan luas pelat badan terhadap pelat sayap tekan;


h : tinggi bersih balok pelat berdinding penuh (dua kali jarak dari garis netral ke
tempat berawalnya alat penyambung di sisi tekan)
fcr : tegangan kritis yang ditentukan oleh kelangsingan balok (lihat butir 3.1 s.d 3.3.).
diambil sebagai yang terkecil di antara nilai fcr pada kondisi batas tekuk lateral torsi
balok atau tekuk pelat sayap (kondisi batas yang menentukan).

Untuk penampang balok hibrida dimana pelat badan dan pelat sayap terbuat dari bahan baja
dengan mutu yang berbeda, maka rumus kuat lentur normal harus dikalikan dengan faktor balok
hibrida, Ke, menjadi sebagai berikut:

a. Keruntuhan akibat leleh,


Mn = Ke . Sxt . fy

b. Keruntuhan akibat tekuk


Mn = Ke . Kg . Sxc . fcr
dimana :

Ke 
 
12  a r 3 m - m 3
 1.0
12  2 a r
dengan :
ar = rasio antara luas pelat badan dan luas pelat sayap tertekan ( < 10 )
m = rasio antara kuat tegangan leleh pelat badan dan tegangan leleh (atau
tegangan kritis) pelat sayap tertekan.
CONTOH SOAL :

Diketahui Balok Gelagar dengan ukuran dalam mm, sebagai berikut :


b
b (lebar pelat sayap) = 300
tf
h (tinggi pelat badan) = 1200
tf (tebal pelat sayap) = 12
tw (tebal pelat badan) = 7

Material yang digunakan sama untuk keseluruhan penampang


dengan :
tw h
fy = 350 Mpa
E = 2.105 Mpa

Balok Gelagar ini digunakan pada struktur dua tumpuan


sederhana dengan panjang bentang 7.50 m. Beban yang bekerja
pada struktur adalah beban merata qu = 100 kN/m.

Periksa apakah balok gelagar tersebut bisa digunakan.

Penyelesaian :

a. Pemeriksaan balok gelagar atau tidak


h 1200
w    171.429
tw 7
batas kelangsingan pelat badan sebagai syarat balok gelagar :

h E 200000
 5.70  5.70  136.256
tw fy 350

 syarat sebagai balok gelagar terpenuhi

b. Karakteristik Penampang

1  h tf    1
2

Ix  2  b . t f  b . t f       
3
t w . h3 
12  2 2   12 

1 2  1 
 2  300 .12 3   300 .12 600  6    7.1200 3 
12  12 
= 3.625 x 109 mm4

yc = jarak serat tekan terluar ke garis netral : c = compression, tekan


= h/2 + tf
= 612 mm
yt = jarak serat tarik terluar ke garis netral : t = tension, tarik
= h/2 + tf
= 612 mm
I x 3.652 x 10 9
S xc    5.968 x 10 6 mm 3
yc 612

I x 3.652 x 10 9
S xt    5.968 x 10 6 mm 3
yt 612

c. Tegangan Kritis
- panjang bentang
faktor kelangsingan
Lp = 7500 mm

1 / 12 b 3 . t f 1 / 12 (300) 3 .12
rt    73.485 mm
b . t f  h . t w  / 6 300 .12  1200 . 7  / 6

Lp 7500
G    102.062
rt 73.485
batas kelangsingan

E 200000
 p  1.76  1.76  42.072
fy 350

E 200000
 r  4.40  4.40  105.180  p <  G <  r
fy 350

tegangan kritis, fcr



f cr  C b f y 1 -

G  p   f
  y
 2  r   p
ambil Cb = 1.136 untuk balok tumpuan sederhana
 108.866  42.072 
f cr  (1.136) (350) 1 -   208.622 MPa < fy = 350 MPa ( ok ! )
 2 105.180  42.072

- tekuk lokal pada sayap


faktor kelangsingan
b 300
G    12.5
2 t f 2 .12
batas kelangsingan

E 200000
 p  0.38  0.38  9.084
fy 350
k c .E
 r  1.35
fy

4 4
kc    0.306
h / tw 1200 / 7

nilai kc harus dalam batasan 0.35 < kc < 0.763,  ambil kc = 0.35

k c .E (0.35) (200000)
 r  1.35  1.35  19.092  p <  G <  r
fy 350

tegangan kritis, fcr



f cr  C b f y 1 -

G  p  
  fy

 2  r   p  
ambil Cb = 1.136 untuk balok tumpuan sederhana

f cr  (1.136) (350) 1 -
12.5  9.084   329.740 MPa < f = 350 MPa ( ok ! )

 2 19.092  9.084
y

d. Koefisien Balok Gelagar

 ar   h 2550
Kg 1     1
1200  300 a r   tw f cr 

luas pelat badan 1200 . 7


ar    2.333
luas pelat sayap tekan 300 .12

 2.333  1200 2550 


Kg  1       1.006  1 ; ambil Kg = 1.0
1200  300 . 2.333   7 208.622 

e. Kuat Lentur Nominal


- Keruntuhan Leleh Tarik
Mn = Sxt . fy
= ( 5.968 x 106 ) . 350
= 2088.8 x 106 N.mm
= 2088.8 kN.m

- Keruntuhan Akibat Tekuk


Mn = Kg . Sxc . fcr
= 1 x ( 5.968 x 106 ) . (208.622)
= 1245.1 x 106 N.mm
= 1245.1 kN.m

Pilih Mn terkecil  Mn = 1245.1 kN.m


f. Kuat Lentur Rencana
 Mn = 0.9 x 1245.1 = 1120.6 kN.m

g. Momen Lentur Ultimate


Mu = 1/8 . qu . L2
= 1/8 . 100 . (7.5)2
= 703.125 kN.m

h. Pemeriksaan Kekuatan
?
 Mn  Mu
?
1120.6  703.125  Balok gelagar bisa digunakan untuk memikul beban qu



5. PELAT BADAN

Panel pelat badan didefinisikan melalui besaran sebagai berikut:


- tebal pelat badan (tw)
- luas pelat yang tidak diperkaku : a x h
a = ukuran dalam arah memanjang
h = ukuran dalam arah tinggi balok
- batas-batas pelat badan
pelat sayap, pengaku memanjang, pengaku vertikal atau tepi bebas.

Untuk mencegah bahaya tekuk pada pelat badan, maka ketebalan pelat badan dibatasi sesuai
dengan ada/tidaknya pelat pengaku yang dipasang secara memanjang atau melintang.

a. Pelat Badan yang Tidak Diperkaku

Kedua sisi memanjangnya dibatasi oleh pelat sayap:

h E
 6.36
tw fy

Salah satu sisi memanjangnya dibatasi oleh tepi bebas, maka harus dipenuhi:

h E
 3.18
tw fy
b. Pelat Badan dengan Pengaku Vertikal (tanpa pengaku memanjang) :

h E
jika 1.0 < a/h < 3.0 maka  7.07
tw fy

a E
jika 0.74 < a/h < 1.0 maka  7.07
tw fy

h E
jika a/h < 0.74 maka  9.55
tw fy

Semua pelat badan yang mempunyai nilai a/h > 3.0 harus dianggap tidak diperkaku, dimana
h adalah tinggi panel yang terbesar dalam bentang balok yang ditinjau.

c. Pelat Badan dengan Pengaku Memanjang dan Vertikal

Pengaku-pengaku memanjang ditempatkan di salah satu sisi atau kedua sisi pada jarak 0,2 h
dari pelat sayap tekan :

h E
jika 1.0 < a/h < 3.0 maka  8.83
tw fy

a E
jika 0.74 < a/h < 1.0 maka  8.83
tw fy

h E
jika a/h < 0.74 maka  12.02
tw fy

Pengaku-pengaku memanjang ditempatkan pada salah satu titik atau di kedua sisi pelat
badan pada sumbu netral :

h E
jika a/h < 1.50 maka  14.14
tw fy

d. Pelat Badan dari Balok yang Dianalisis secara Plastik

Pelat badan dari balok yang mempunyai sendi plastis harus memenuhi:

h E
 2.90
tw fy

Pengaku penumpu beban harus dipasang jika ada gaya tumpu atau gaya geser yang bekerja
dalam jarak h/2 dari lokasi sendi plastik dan beban tumpu rencana atau gaya geser rencana
melampaui 0.1 kali kuat leleh geser (  Vn ) dari balok tersebut. Pengaku harus direncanakan
mampu memikul gaya tumpu atau gaya geser (yang terbesar).
Pengaku berupa pelat harus memenuhi syarat kekakuan:  < p

6. KUAT GESER

Kuat geser rencana balok pelat berdinding penuh ditentukan sebagai :

 Vn > Vu (  = 0.9 )

Seperti halnya balok biasa berpenampang I, kuat geser penamapang balok dianggap
disumbangkan oleh pelat badan saja.

Kuat geser nominal ( Vn) pelat badan harus diambil sebagai berikut:

h k .E 5
a) Untuk  1.10 n dimana kn  5 
tw fy a / h 2

Kuat geser nominal diambil sebesar kuat leleh geser nominal pelat badan:
Vn = 0.6 fy Aw
dimana Aw adalah luas kotor pelat badan.

k n .E h k .E
b) Untuk 1.10   1.37 n
fy tw fy

Kuat geser nominal diambil sebesar tekuk geser elasto-plastis pelat badan :
 k .E  1
Vn  0.6 f y A w 1.10 n 
 f y  h / t w 

Untuk pelat badan dengan tension-field action :


 (1 - C v ) 
Vn  0.6 f y A w C v  
 1.15 1  (a / h ) 2 

 k .E  1
dimana : C v  1.10  n 
 f y  (h / t w )
 
h k .E
c) Untuk  1.37 n
tw fy

Kuat geser nominal diambil sebesar tekuk geser elasto :


1
Vn  0.9 A w k n E
h / t w 2

Untuk pelat badan dengan tension-field action :

 (1 - C v ) 
Vn  0.6 f y A w C v  
 1.15 1  (a / h ) 2 

k n .E 1
dimana : C v  1.5
f y (h / t w ) 2

Dalam rumus-rumus di atas, besaran Cv adalah rasio antara ‘tegangan kritik’ pelat badan
(menurut teori tekuk linier) dan tegangan geser leleh dari pelat badan.

Tension-field action

Ketentuan di atas memungkinkan perhitungan kekuatan balok pasca-tekuk (walaupun tidak


berarti penghematan, mengingat banyak pengaku akan diperlukan). Pelat badan yang mengalami
tekuk awal belum akan mengalami keruntuhan mengingat pada pelat terjadi tension-field action,
yaitu aksi tarik pada pelat badan yang mampu menahan tambahan gaya geser.

Setelah tekuk awal terjadi, pelat badan bekerja seperti rangka batang dengan batang diagonal
memikul tarik. Pelat pengaku vertikal yang dipasang dalam jarak tertentu akan mempertahankan
jarak antara pelat sayap atas dan bawah, sedangkan pelat sayap akan mempertahankan jarak
antar pelat pengaku vertikal. Pelat pengaku tambahan (yang dianggap tidak memikul beban
sebelum tekuk awal terjadi), akan memikul gaya tekan akibat gaya tarik diagonal pada pelat
badan. Dengan demikian, pelat badan masih mampu memikul beban tambahan yang cukup
besar setelah tekuk awal terjadi.
Dalam rumus di atas terlihat bahwa kuat geser yang dapat dimobilisasikan oleh pelat badan
merupakan penjumlahan dari gaya geser yang menyebabkan tekuk awal pada pelat badan dan
gaya geser yang dapat dipikul oleh tension-field action.
Dalam hal defleksi/lendutan, tekuk awal akan menyebabkan kekakuan pelat berkurang cukup
besar. Hal ini menyebabkan terjadinya defleksi yang sangat besar setelah tekuk awal terjadi.
Pengaruh tension-field action tidak boleh diperhitungkan untuk balok dengan jarak pengaku
vertikal yang besar:
Untuk pelat badan dengan tension-field action :
2
 260 
a/h > 3.0 atau a / h   
 (h/t w ) 

7. INTERAKSI LENTUR DAN GESER

Kuat geser pelat badan akan berkurang akibat adanya momen lentur yang juga bekerja secara
bersamaan pada balok. Besarnya kuat geser pelat badan demikian dapat dihitung dengan dua
metoda : metoda distribusi dan metoda interaksi.

5.1 Metoda Distribusi


Momen lentur pada balok dianggap dipikul sepenuhnya oleh pelat sayap, sementara pelat
badan dianggap memikul seluruh gaya geser yang bekerja pada balok.

Jadi harus dipenuhi:

1. Mu <  Mf ( = 0.9 Af . df . fy )

dimana :
Af adalah luas efektif pelat sayap;
df adalah jarak antara titik beban pelat-pelat sayap

dan

2. Vu <  Vn

dimana Vn adalah kuat geser nominal pelat badan

5.2 Metoda Interaksi Geser dan Lentur

Momen lentur dianggap dipikul oleh seluruh penampang. Dalam hal ini balok harus
direncanakan untuk memikul kombinasi lentur dan geser, yaitu dengan memenuhi
persamaan interaksi:
Mu V
 0.625 u  1.375
M n Vn

dimana :
Vn adalah kuat geser nimonal pelat badan akibat geser saja;
Mn adalah kuat lentur nominal balok
8. BEBERAPA CATATAN

a. Balok pelat berdinding penuh dapat dibentuk oleh beberapa pelat yang disambung dengan
las atau baut. Penyambungan dengan las tidak banyak menambah berat balok dibandingkan
dengan penggunaan baut, namun pengawasan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah
efek negatif akibat pengelasan (tegangan sisa, perubahan bentuk, dsb).

b. Pelat-pelat yang membentuk penampang balok dapat disesuaikan dengan kebutuhan.


Misalnya:
- Penambahan pelat pada bagian sayap di daerah bentang balok yang memikul momen
lebih besar.
- Penggunaan pelat pada bagian sayap dengan mutu lebih tinggi daripada pelat badan
(balok hibrida). Untuk itu, harga tegangan leleh dalam rumus-rumus yang
menyangkut pelat sayap harus dibedakan dengan harga tegangan leleh pelat badan.
- Penambahan pelat pada sayap atas dapat berbeda dengan pada sayap bawah. Hal ini
harus diperhatikan dalam menentukan harga Sxc dan Sxt.

c. Dalam perencanaan balok pelat berdinding penuh, beberapa aspek perlu diperhatikan dalam
perencanaan:
- tekuk lokal pelat badan dan sayap
- tekuk geser pelat badan
- tekuk akibat lentur (bagian pelat badan tertekan)
- tekuk lateral torsi
- tekuk akibat beban tumpu terpusat
- dimensi pelat yang tersedia
- penempatan pengaku yang efektif
- transfer gaya pada bagian sayap, sambunagn sayap, sambungan badan.



Anda mungkin juga menyukai