Anda di halaman 1dari 30

Analisis detail perhitungan konstruksi jembatan KA

A. STRUKTUR ATAS
1. PERENCANAAN PERTAMBATAN ANGIN SEKUNDER
1
 Tekanan pertambatan sekunder =  beban sumbu terberat
10
 Tekanan angin pada dinding kereta api
K = Ktekan + Khisap
K = qtekan.λ.H1 + qhisap.λ.H1
Dimana:
qtekan = Beban angin
qhisap = Beban angin
λ = Jarak antar rasuk melintang
H1 = tinggi dinding kereta

2. PERENCANAAN GELAGAR MEMANJANG


Digunakan profil tersusun
- Pembebanan
1. Beban mati
 Berat profil
 Berat sendiri sepur untuk 1 rasuk +
qtotal =
 Beban terpusat pertambatan sekunder :
1
P = 2. .q.L
2
1 1
M max = .q.L2 + .P.L
8 4
1 1
D max = .q.L + .P
2 2

2. Beban hidup
Beban hidup yang bekerja adalah beban lokomotif yang sesuai dengan
SBG-1988.
3. Beban kejut
Pengaruh momen dan gaya lintang harus diperhitungkan dengan
koefisien kejut fk, karena bantalan ditumpu langsung oleh gelagar
memanjang.
5,38.k .v
fk = 0,25 + (l  6).U .D

U = beban hidup rata-rata


8M
2
U= L
Beban kejut = U . Fk

4. Beban Tumbuk
Gaya tumbukan yang diakibatkan lokomotif dihitung hanya untuk roda
terdepan pada tiap-tiap lokomotir. Berdasarkan SBG-1988 beban satu
gandar lokomotif P = 18 ton, maka gaya tubukan :
P 18000
Tu= 10 = 10 = 1800 kg

5. Gaya Traksi
Rangkaian beban lokomotif menurut SBG-1988 yang masuk pada
gelagar memanjang maksimum 3 gandar dengan masing-masing gandar
18 ton.
Beban gandar = 3 x 18 ton = 54 ton
Pengaruh traksi = 25 % x 54 ton = 13,5 ton
1
Gaya traksi per gelagar memanjang = . 13,5 = 6,75 ton = 6750 kg
2

6. Gaya Rem
Beban maksimum yang masuk pada jembatan:
Berat lokomotif
Berat gerbong
1 1
Gaya rem (Rm) = berat lokomotif + berat gerbong
6 10
7. Beban akibat tekanan angin
Beban angin dapat dihitung dari kiri atau kanan.

3. PERENCANAAN GELAGAR MELINTANG


Rusuk melintang pada jembatan kereta api sungai krasak menggunakan profil
tersusun.

 Beban – beban yang menimbulkan momen dan gaya lintang


1. Akibat beban tetap (M)
 Beban akibat berat sendiri
Berat profil baja q
 Beban terpusat dari gelagar memanjang
Berat rel dan bantalan
Berat pertambahan sek.

2. Akibat beban bergerak (H)


P = 2 x Reaksi perletakan gelagar memanjang

3. Akibat pengaruh kejut (Fk)


P = 2 x Reaksi perletakan gelagar memanjang

4. Akibat gaya tumbuk (Tu)


P = 2 x Reaksi perletakan gelagar memanjang

5. Akibat tekanan angin (A)


P = 2 x Reaksi perletakan gelagar memanjang

6. Akibat gaya traksi (Tr)


4. PERENCANAAN PERTAMBATAN ANGIN
Data teknis perencanaan pertambatan angin :
◦ Tekanan angin tekan
◦ Tekanan angin hisap
◦ Panjang sisi bawah jembatan (b)
◦ Panjang sisi atas jembatan (a)
◦ Tinggi jembatan (t)
◦ Luas bidang rangka utama (A) = ((b+a)/2) x t

5. SAMBUNGAN
Sambungan Antar Rangka Induk
1) Perhitungan Baut Sambungan Rangka Induk
Sambungan antar rangka utama direncanakan menggunakan alat penyambung
berupa baut mutu tinggi.
Data teknis perencanaan jumlah baut :
◦ Tebal pelat penyambung   
◦ Diameter baut   
◦ Tegangan leleh baut (fy)

Pengaturan jarak antar baut (berdasarkan PUPJJRI Pasal 20) :


2,5 d  s  7 d , s = jarak antar sumbu baut pada arah horizontal
2,5 d  u  7 d , u = jarak antar sumbu baut pada arah vertikal
1,5 d  s1  3 d , s1 = jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi atau ke ujung
bagian yang disambung

Sambungan irisan 1 :

d
Pengaruh geser:
1 
Pgsr =  .d .
4

Jumlah baut (n) :


1 S
n = . , dimana S = Besarnya gaya batang (kg)
2 Ng

2) Perhitungan Sambungan Gelagar Memanjang dan


Gelagar Melintang
Untuk penyambungan antara gelagar memanjang dan gelagar melintang
digunakan pelat penyambung berupa profil tersusun
Syarat penyambungan :
2,5 d  s  7 d , s = jarak antar sumbu baut pada arah horizontal
1,5 d  s1  3 d , s1 = jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi atau ke ujung
bagian yang disambung

3) Sambungan Antara Gelagar Memanjang Dengan


Profil Siku
◦ Jarak antar sumbu baut pada arah vertikal
3d s6d

◦ Jarak antara sumbu baut paling luar ke tepi


1,5 d  s1  3 d

1. Menentukan eksentrisitas gaya (e) :


e = ½ Tebal badan gelagar melintang + Jarak antara sumbu baut ke tepi profil
tersusun

2. Menentukan gaya yang bekerja (P) :


Untuk perhitungan sambungan antara gelagar memanjang dan gelagar melintang,
gaya yang diperhitungkan (P) adalah gaya geser maksimal akibat kombinasi beban
yang bekerja pada gelagar memanjang.
Dmax gelagar memanjang (P)
3. Menentukan jumlah baut :
Gelagar memanjang
Tebal badan gelagar memanjang (  )
Diameter baut (  )
Sambungan irisan 2 :

d
Berdasarkan PPBBI:
Untuk s1  2d , maka  desak  1,5  

P
ndesak = 1,5     d

B. PERHITUNGAN KONSTRUKSI REL


1. Perhitungan Rel
Jalur tunggal (single track) Semarang – Yogyakarta. Perhitungan dimensi
jalan rel ditentukan oleh factor-faktor sebagai berikut:
V rencana = 1,25 x V max
Tekanan gander = 18 ton
P = ½ x 18
Pd = P + 0,01 P ( Vrenc-5 )
Mo = Pd / ( 4 x n )

Dimana :
Pd = Beban dinamis roda
a = Dumping factor = ( k / ( 4 x n ))1/4
k = Modulus elastisitas jalan rel = 180 kg/cm2
E = Modulus elastisitas rel = 2,1 x 106 kg/cm2
Ix = Momen inersia rel pada sumbu x-x
Mo = Momen yang terjadi
Mi = 0,85 x Mo ( akibat superposisi beberapa gander )
MIxy
σ = 
Ix
dimana :
σ = tegangan yang terjadi
 = tegangan yang diijinkan
y = Jarak tepi jalan rel ke garis netral

Dilatasi pemuaian yang terjadi pada sambungan rel dapat dihitung


menggunakan persamaan berikut :

L  L    T

Dimana :
L = Pertambahan panjang ( m )
L = Panjang rel ( m )
 = Koefisien temperature (oC-1)
T = Kenaikan temperature (0C-1)

Gaya yang terjadi pada rel menurut hokum Hooke :


L  E  A
F
L
Dimana :
E = Elastisitas Modulus Young
A = Luas penampang ( m2 )
Subtitusi pers.(1) dan pers.(2)

F  E  A    T
Diagram gaya normal pada rel :

F = E x A x a x ? T

Diagram gaya lawan bantalan :

12 12

Atau idealisasi :

L L

Gambar. Diagram Gaya Normal Pada Rel


Panjang  dapat dihitung dengan rumus :

E  A    T
  OM 
r
Dimana :
r = tan  = gaya lawan bantalan persatuan panjang

Untuk mendapatkan panjang minimum ( L ) rel panjang adalah :

E  A    T

r
Dimana :
L  2
E = 2,1  106 kg/cm2
A = 69,34 cm2
 = 1,2  10-5 0C
r = 450 kg/m ( untuk bantalan beton )
ΔT = ( 50 – 20 ) 0C

Keuntungan bila menggunakan rel yang semakin panjang, yaitu :


 Biaya lebih murah karena biaya sambungan berkurang.
 Menambah kenyamanan pada kereta.
 Pemasngan rel lebih mudah dan cepat.
Sedangkan kerugiannya adalah :
 Penggantian rel yang rusak lebih sulit dibandingkan dengan rel pendek.
 Apabila kondisi penambat dan balas kuranga bail, maka gaya lawan bantalan
menjadi berkurang sehingga dimungkinkan rel membengkok akibat
pemuaian.
Jadi untuk rel yang semakin panjang diperlukan pengontrolan/pengawasan
terhadap kondisi rel, penambat dan balas yang lebih cermat.

2. Sambungan Rel
Sambungan rel adalah konstruksi yang mengikat dua ujung rel
sedemikianrupa sehingga operasi kereta api tetap aman dan nyaman.
Sambungan rel menurut PD 10 menggunakan plat penyambung dan bout.

Kekuatan baut (No):


No = 75 %  Ac  

Kekuatan baut akibat beban bolak-balik (T):


T = ½.No
\
Cek kekuatan pelat
Sepasang pelat penyambung harus sama panjang dan mempunyai ukuran yang
sama. Sebuah pelat penyambung harus kuat menahan momen sebesar:
M = M1+M2 = (Q  a)+(m  Q  h)
Dimana
Q = takanan rel pada pelat penyambung
a = jarak dari tengah-tengah reaksi R
m = koefisien geser maksimal = 0,03
h = jarak vertical garis gaya geser

3. Perhitungan Celah
Pada sambungan rel harus ada celah untuk menampung timbulnya
perubahan panjang rel akibat perubahan suhu. Menurut PD 10 akibat adanya
perubahan suhu perpanjangan rel adalah:
E  A     50  T 
2
G = 2 dalam mm
2r
Dimana:
E = 2,1  106 kg/cm2
A = 69,34 cm2
 = 1,2  10-5 / oC
T = Suhu pemasangan, diambil 28 oC

4. Penambat Rel
Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan
sedemikian rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh dan tidak bergeser.
Perhitungan Penambat Rel
Gaya yang terjadi pada rel:
F = E A   T
Dimana:
E = 2,1  106 kg/cm2
A = 69,34 cm2
 = 1,2  10-5 / oC

Gaya yang ditahan oleh sebuah penambat:


F
F’ =
160
Digunakan penambat elastis ganda jenis padrol yang mempunyai gaya jepit
sebesar 24,5 KN (2496 kg) per pasang. Sehingga F’  Fpenambat (AMAN)

5. Bantalan Rel
Bantalan adalah bagian dari jalan rel yang berfungsi untuk meneruskan
beban dari rel ke balas, menahan lebar sepur dan stabilitas ke arah luar jalan rel

Ix
W = y

Mmax =
1  q  L2 + 1  P L
8 4

Mmax = W

6. Perhitungan Balas
1. Lapisan Balas Atas
Lapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras dan bersudut tajam.
Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik.
 Tebal lapiasan balas atas untuk kelas I (misal):
d1 = 30cm (PD 10)
 Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas atas

b =
L x
2
dimana
L = Panjang bantalan = 200 cm
x = 50 cm untuk jalan kelas I dan II
 Kemiringan lereng l;apisan balas atas = 1 : 2

2. Lapisan Balas Bawah


Lapisan balas bawah terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir
kasar. Lapisan ini berfungsi sebagai filter antara tanah dasar dan lapisan balas,
dan harus dapat mengalirkan air dengan baik.
 Tebal lapisan balas
d = d1 + d2
d2 = d – d1
dimana:
d1 = tebal lapisan balas atas (30 cm)
d2 = tebal lapisan balas atas (15 ≈ 50 cm)
d = tebal lapisan balas

=  58. 1  10
1, 35
d
 t 

t

 1 = tekanan di bawah bantalan.


1 =


 2b

 Pd     2 cosh 2   a   cos 2  c  cosh   l  

  2 cos 2   a    cosh 2  c  cos   l    sin 2  a   sin 2  c  sinh   l  
 
  sinh 2  a   sinh 2  c  sin   l  
 
 sin   l  sinh   l 
Dimana:
Pd = beban dinamis
B = lebar bawah bantalan
a = jarak dari sumbu vertikal ke ujung bantalan
c = setengah jarak antara sumbu vertikal rel
1

 =  k 4
 4 EI 
 

k = ke  b
ke = modulus reksi balas,

Tabel. Modulus Reaksi Balas


Kondisi Balas ke (kg/cm3)
Buruk 3
Sedang 8 - 10
Baik 12 - 15

 Jarak dari sumbu jalan rel ke tepui atas lapisan balas bawah
k1 = b+2d+m

7. Tegangan dan Daya Dukung Tanah


Daya dukung tanah sangat tergantung pada keadaan tanah di lapangan.
Untuk mendapatkan tegangan yang terjadi di tanah akibat kereta api
menggunakan “Beam on Elastic Foundation” dan JNR (Penjelasan PD 10 Bab
III hal. 3-16) sebagai berikut:

58 1
 =
10  d 1,35
Dimana:
 = tekanan tanah pada permukaan badan jalan (kg/cm2)
d = tebal lapisan balas
y =

  
 Pd    2 cosh 2   a   cos 2  c  cosh   l 
 2 k


 
 2 cos2   a   cos 2  c  cosh   l    sin 2  a   sin 2  c  sinh   l  
 
  sinh 2  a   sinh 2  c  sin   l  
 
 sinh   l  sin   l 
Perhitungan daya dukung tanah:
CBR = Beban penetrasi / Beban standar  100%
=   luas piston standar / beban standar  100%
 = (CBR  Beban standar) / (Luas piston  100%)

C. STRUKTUR BAWAH

Bangunan bawah merupakan konstruksi yang dibuat untuk mendukung bangunan atas.
Bangunan bawah ini terdiri dari:
1. Abutment atau kepala jembatan
2. Pilar jembatan
3. Pondasi

1. Abutment
a. Perencanaan Abutment
Dalam perencanaan abutment sungai krasak secara teknis yang digunakan pada
abutment:
 Mutu beton Fc’
 Mutu Baja (U-39)
.

b. Gaya Vertikal Yang Bekerja Pada Abutmen


 Gaya vertikal akibat berat sendiri abutment
 Gaya vertikal akibat berat tanah timbunan pada
abutment
 Beban mati akibat bangunan atas
 Beban hidup akibat bangunan atas yang bekerja

c. Gaya horizontal yang bekerja pada abutment


a) Gaya akibat traksi dan rem
Ptraksi
Prem
Karena gaya traksi dan rem tidak akan bekerja bersama –sama maka gaya yang
digunakan selanjutnya adalah gaya traksi.

b) Gaya akibat tekanan tanah


horizontal
 Tanah Lapisan 1 (tanah urugan)
Γ, φ, C , H

 Koefisien tekanan tanah aktif :


Ka = tan2 (45 – φ1 /2)

 Koefisien tekanan tanah pasif :


Kp = tan2 (45 + φ2 /2)

Muatan lalu lintas dapat diperhitungkan sebagai beban merata senilai dengan
tekanan tanah setinggi h
qx = 1  h
Mencari tinggi z :
2.c. ka
z =
 .ka

Tekanan tanah yang terjadi :


 Tekanan tanah aktif yang terjadi
P1 = q.ka.h1 .b

P2 
=  .ka.h1  2.c ka . . 
 h1  z 
.b
 2 
Tekanan pasif yang terjadi
Pp1 =  2.c. 
kp .D 2

D2
Pp2 =   .kp.h2 
2
F = P1 +P2
4

Yf =
 (Ti  Yi )
11

Momen terhadap titik A :


Mta = F  Yf

c) Gaya gesek akibat tumpuan–


tumpuan bergerak
fges = Pm  C
dimana:
fges = gaya gesek tumpuan bergerak (rol)
Pm = beban mati konstruksi atas (T)
C = koefisien tumpuan gesekan karet dengan baja

Lengan gaya terhadap titik A :


Yges = ½ t. Elastomer + t. bantalan + t. dudukan elastomer

Momen terhadap titik G :


Mges = Fges  Yges

d) Kestabilan konstruksi terhadap


gaya gempa
V = Wt. C. I. K. Z
dimana :
Wt = berat total jembatan yang dipengaruhi oleh percepatan gempa
= berat bangunan atas + berat ½ badan abutment
C = koefisien geser dasar gempa
T = waktu getar struktur (detik)
= 2 π √ (Wt / g.K)
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2
K = kekakuan pilar jembatan, untuk 1 pilar K = 3. E. I / L3
E = modulus elastisitas bahan pilar
E = 200000 kg / cm2 = 2000000 T/m2
I = momen inersia penampang pilar (m4)
L = tinggi pilar (meter)
3  EI
K =
L3

 Wt 
T = 2  
gK 

Kekuatan geser tanah (S) = c     h  tan 

Tabel. Klasifikasi tanah


Kedalaman Nilai Kuat Geser Tanah S (Kpa)
Lapisan
Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak
(m)
5 S > 55 45 < S < 55 S < 45
10 S > 110 90 < S < 110 S < 90
15 S > 220 180 < S < 220 S < 180
>20 S > 330 270 < S < 330 S < 270

f) Perhitungan Kapasitas Pondasi Telapak


 Pv    x    y 
Pmax =     Mhx       Mhy    
 A   Iy     Ix  

dimana :
Pmax = beban maksimum total pondasi
Pv = beban vertikal total
A = luas dasar pondasi
Mx = momen arah x
My = momen arah y
x = 3,6 / h
y = 13 / h
Ix = momen inersia arah x
Iy = momen inersia arah y

Kapasitas dukung tanah dasar (bearing capacity) dipengaruhi oleh parameter


 , c, dan . Besarnya kapasitas dukung tanah dasar dapat dihitung dengan

metode Terzaghi, yaitu :


Pult  Ap  (c  N c (1  0,3B / L )    D f  N q  0,5    B  N   (1  0,2 B / L ))

dimana :
Pult = daya dukung ultimate tanah dasar (t/m2)
c = kohesi tanah dasar (t/m2)
 = berat isi tanah dasar (t/m3)
B =D =lebar pondasi (meter)
Df = kedalaman pondasi (meter)
N  , Nq, Nc = faktor daya dukung Terzaghi
Ap = luas dasar pondasi
B = lebar pondasi
L = panjang pondasi

Tabel Koefisien Daya Dukung Terzaghi


Keruntuhan Geser Umum Keruntuhan Geser Lokal
Φ
Nc Nq Nγ N’c N’q N’γ
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,70 19,0 8,3 5,7
34 52,6 36,5 35,0 23,7 11,7 9,0
35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7
48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,3 1153,2 81,3 65,6 87,1
(Sumber: Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Suyono Sosrodarsono)

Daya dukung ijin pondasi dangkal pada kedalaman 2 m menurut formula


Terzaghi & Peck :
qult  (c  N c (1  0,3B / L)    D f  N q  0,5    B  N   (1  0,2 B / L))

q ult
q all = ;dimana SF = 3 untuk jembatan kereta api
SF
2.Pondasi Sumuran
- Kapasitas Dukung Pondasi Sumuran
a. Spesifikasi data yang diperlukan pada pondasi sumuran
Mutu beton (f’c)
Mutu baja (fy)
Diameter
Luas penampang (Ab)
Keliling
Kedalaman

b. Perhitungan daya dukung pondasi


2 c A  Df  Ph  tan  
Pult = 1,3  Nc    Df  Nq  0,6    R  N  
R

Pall =
Pult
FS
dimana :
Pult = daya dukung batas pondasi sumuran (Ton)
Pall = daya dukung ijin pondasi sumuran (Ton)
FS = Factor of Safety (3,0)
Df = kedalaman pondasi sumuran (m)
R = jari-jari sumuran (m)
γ = berat jenis tanah (gr/cm3)
c = kohesi tanah (kg/cm2)
cA = adhesi sisi vertikal pondasi (Ton/m2)
Ph = resultante gaya horizontal setinggi Df, per m’ lebar pondasi
Nc,Nγ,Nq = faktor daya dukung tanah
(Sunggono kh)

- Kontrol Terhadap Tekanan Tanah Pasif


Data tanah yang dibutuhkan:
γ Nc
c Nq
φ Nγ

 
Kp = tan 2  45  
 2

 
Ka = tan 2  45  
 2

Pp =   Df  Kp  2  c  Kp

Qmaks = Pp/3

- Kontrol terhadap gaya geser


A = a 2  (    sin   cos  )

2
φB =  
3
Hu = c  A  P  tan  B  A
Huijin = Hu / 1,5

dimana :
A = luas beban efektif dasar pondasi (m2)
P = tegangan ijin maksimum pondasi sumuran (kg/cm2)
φB = sudut geser antara dasar pondasi dan tanah pondasi
a = 0,589
(Sosrodarsono S dan Nakazawa K, 2000)

- Kontrol Terhadap Daya Dukung Tanah

= ¼ π D
2
A
Acyclop = ¼    d 2
Abeton = A – Acyclop
Σ Pv = Pmax  A + Berat Pondasi

q =  Pv  M
A W
M = 1/3  H  Pp
1
W =    D3
32

3.Penulangan Abutment dan Pondasi Sumuran


- Penulangan Abutment
a. Penulangan Badan Abutment
b. Penulangan kepala abutment
c. Penulangan Konsol
d. Penulangan Poer

- Perhitungan Cincin Sumuran


Beton cyclop, f’c
Beton cincin, f’c
Kedalaman pondasi
Tebal cincin sumuran

q =   H  Ka
Mu = 1/8  q  l 2
Mu
Mn = 0,8

d =h–p–½D
b =  D
Rl = 0,85 f’c
Mn
K =
b  d 2  Rl
F =1– 1  2K
1  4500
Fmaks =
6000  fy

Kmaks = F max 1  f max/ 2 

As = F  b  d  Rl fy

Penulangan geser sumuran


Gaya tarik melingkar (T) = ½    h 2  D  Ka
T
Luas tulangan geser (A) =
u

4. Perhitungan Wingwall
- Pembebanan Wingwall
a. Akibat berat sendiri
1
Tebal wingwall = hw
20
Tebal wingwall minimum
Maka diambil tebal wingwall
b. Akibat tekanan tanah
Dari perhitungan pembebanan abutment didapatkan :

Konstruksi wingwall hanya terbebani oleh tanah timbunan arah horizontal setinggi
konstruksi.
Tanah Lapisan 1 (tanah urugan)
γ1, φ1, C1, H1
Koefisien tekanan tanah aktif :
Ka = tan2 (450 – φ1 /2)
Perhitungan tinggi kritis dari timbunan :
2.c. ka
z =
 .ka

qx = 1  h

q2 = 1   1  Ka1  h
2
Wu= q1 + q2 = 1,08 + 0,804

- Penulangan wingwall
a. Penulangan sejajar dengan wingwall
ly
lx
Mlx = 0,001  Wu  lx 2  x
Mly = 0,001  Wu  lx 2  x
Mtx = ½ Mlx
Mty = ½ Mly

Diameter tulangan asumsi


Arah x dipakai D16
Arah y dipakai D16
Momen lapangan arah x = Mlx
Mu
bd 2
Menurut tabel 5.1.d (Grafik dan Tabel PBB)
ρ = 0,0019 (diinterpolasikan)
1,4
ρmin = fy

Rl   450
ρmax =  1
fy 600  400

jika, ρ < ρmin digunakan ρ


Aslx = ρ  b  d  106

Momen lapangan arah y = Mly


Mu
bd 2
Menurut tabel 5.1.d (Grafik dan Tabel PBB)
ρ = 0,0013 (diinterpolasikan)
jika, ρ < ρmin, digunakan ρ
Asly = ρ  b  d  106

Momen jepit tak terduga. Tumpuan jepit hanya ada pada arah – y
Mty
Mu
bd 2
Menurut tabel 5.1.d (Grafik dan Tabel PBB)
ρ = 0,0006 (diinterpolasikan)
Asty = ρ  b  d  106

b. Penulangan tegak lurus wingwall


Mu , Mn, h, b, d
Mn
K =
b  d 2  Rl
F = 1– 1 2 k

ρmax = 0,0244 (Tabel 8 Dasar-dasar PBB)


fy
Fmax = ρmax 
Rl
Fmin = 1,4 / Rl
Jika, F < Fmin
Rl
As = F bd 
fy

5. Perencanaan Pelat Injak

- Pembebanan Pelat Injak


 Berat rel dan bantalan
 Alas balas
 Berat pelat sendiri +
Berat Total (q) =
Mmaks = 1 / 8  q  L2
Beban terpusat (P)
Mmaks = 1 / 4  P  L
M total = Mmaks beban merata + Mmaks beban terpusat
- Penulangan Pelat Injak
F’c, Fy , b, h, d
Mn
Momen lapangan =
b  d 2  Rl
ρ = 0,0244 (interpolasi Tabel 5.1.d Grafik dan Tabel Perhitungan Beton
Bertulang)
ρmin = 0,0018 (Tabel 7 Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang)
ρmax= 0,0271 (Tabel 8 Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang)
Karena ρmin < ρ < ρmax, sehingga :
Asl = ρ  b  d  10 6

Untuk fy, tulangan pembagi (As) :


0,25  b  h
As =
100

6. Pilar
- Perencanaan Pilar
Spesifikasi teknis yang digunakan pada pilar:
a. Mutu beton Fc’
b. Mutu Baja (U-39)

- Gaya Vertikal Yang Bekerja Pada Pilar


a. Gaya vertikal akibat berat sendiri pilar
b. Beban mati akibat bangunan atas
c. Beban hidup akibat bangunan atas yang bekerja

- Gaya horizontal yang bekerja pada pilar


a. Gaya akibat traksi dan rem
b. Gaya gesek akibat tumpuan–tumpuan bergerak
c. Kestabilan konstruksi terhadap gaya gempa

V = Wt. C. I. K. Z

dimana :
Wt = berat total jembatan yang dipengaruhi oleh percepatan gempa
= berat bangunan atas + berat ½ badan pilar
C = koefisien geser dasar gempa
T = waktu getar struktur (detik)
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2
K = kekakuan pilar jembatan, untuk 1 pilar K = 3. E. I / L3
E = modulus elastisitas bahan pilar
E = 200000 kg / cm2 = 2000000 T/m2
I = momen inersia penampang pilar (m4)
L = tinggi pilar (meter)
3  EI
K =
L3
 Wt 
T = 2  
gK 

Kekuatan geser tanah (S) = c     h  tan 

d. Beban angin
e. Gaya Tekan Air (Ah)
Ah = kx Va2 x h x w
Dimana :K = 0,035
V (m3/dt)
H = dimensi pilar
W = tinggi air

f. Gaya gempa terhadap air (Ahg)


Ahg = ¾ x kh x wo x b x h (1- b/4h)
Dimana:
Kh = faktor gempa (untuk wilayah Purworejo )
Wo = Berat jenis Air 1 ton/m3
B
H
- Perhitungan Kapasitas Pondasi Telapak
 Pv    x    y 
Pmax =     Mhx       Mhy    
 A   Iy     Ix  

dimana :
Pmax = beban maksimum total pondasi
Pv = beban vertikal total
A = luas dasar pondasi
Mx = momen arah x
My = momen arah y
x = 3,6 / h
y = 13 / h
Ix = momen inersia arah x
Iy = momen inersia arah y

Kapasitas dukung tanah dasar (bearing capacity) dipengaruhi oleh parameter


 , c, dan . Besarnya kapasitas dukung tanah dasar dapat dihitung dengan metode

Terzaghi, yaitu :
Pult  Ap  (c  N c (1  0,3B / L )    D f  N q  0,5    B  N   (1  0,2 B / L ))

dimana :
Pult = daya dukung ultimate tanah dasar (t/m2)
c = kohesi tanah dasar (t/m2)
 = berat isi tanah dasar (t/m3)
B =D = lebar pondasi (meter)
Df = kedalaman pondasi (meter)
N  , Nq, Nc = faktor daya dukung Terzaghi
Ap = luas dasar pondasi
B = lebar pondasi
L = panjang pondasi

7. Pondasi Sumuran Pilar


- Kapasitas Dukung Pondasi Sumuran
a. Spesifikasi data pondasi sumuran
b. Intensitas daya dukung vertikal yang diijinkan
1
qa =  q   2 .Df    2 .Df
n
dimana :
qa = Intensitas daya dukung yang diijinkan (t/m2) dari tanah pondasi
dibawah dasar kaison
qα = Intensitas daya dukung batas dari tanah pondasi daibawah dasar
kaison
(Sosrodarsono S dan Nakazawa K, 2000)

- Intensitas Daya Dukung Mendatar Yang Diijinkan


 
Kp = tan 2  45  
 2

Pp =  .Kp.h  2.c. Kp

- Intensitas Penahan Geser yang Diijinkan


A = a 2  (    sin   cos  )

Hu = CB  A’  P.tan ØB
Huijin = Hu / 1,5
dimana :
A’ = luas beban efektif dasar pondasi (m2)
P = Gaya vertikal yang bekerja pada dasar pondasi (kg/cm2)
φB = sudut geser antara dasar pondasi dan tanah pondasi

(Sosrodarsono S dan Nakazawa K, 2000)

- Kontrol Terhadap Daya Dukung Tanah

= ¼ π D
2
A
Acyclop = ¼    d 2
Abeton = A – Acyclop
Σ Pv = Pmax + Berat Pondasi

q =  Pv  M
A W
M = 1/3  H  Pp
1
W =    D3
32

σ =  Pv  M
A W

8. Penulangan Pilar dan Pondasi Sumuran


a. Penulangan Pilar
b. Penulangan Badan Pilar
c. Penulangan Kepala Pilar
d. Penulangan konsol pilar
e. Penulangan Poer

- Perhitungan Cincin Sumuran


Beton cyclop, f’c
Beton cincin, f’c
Kedalaman pondasi
Tebal cincin sumuran

q =   H  Ka

Anda mungkin juga menyukai