A. STRUKTUR ATAS
1. PERENCANAAN PERTAMBATAN ANGIN SEKUNDER
1
Tekanan pertambatan sekunder = beban sumbu terberat
10
Tekanan angin pada dinding kereta api
K = Ktekan + Khisap
K = qtekan.λ.H1 + qhisap.λ.H1
Dimana:
qtekan = Beban angin
qhisap = Beban angin
λ = Jarak antar rasuk melintang
H1 = tinggi dinding kereta
2. Beban hidup
Beban hidup yang bekerja adalah beban lokomotif yang sesuai dengan
SBG-1988.
3. Beban kejut
Pengaruh momen dan gaya lintang harus diperhitungkan dengan
koefisien kejut fk, karena bantalan ditumpu langsung oleh gelagar
memanjang.
5,38.k .v
fk = 0,25 + (l 6).U .D
4. Beban Tumbuk
Gaya tumbukan yang diakibatkan lokomotif dihitung hanya untuk roda
terdepan pada tiap-tiap lokomotir. Berdasarkan SBG-1988 beban satu
gandar lokomotif P = 18 ton, maka gaya tubukan :
P 18000
Tu= 10 = 10 = 1800 kg
5. Gaya Traksi
Rangkaian beban lokomotif menurut SBG-1988 yang masuk pada
gelagar memanjang maksimum 3 gandar dengan masing-masing gandar
18 ton.
Beban gandar = 3 x 18 ton = 54 ton
Pengaruh traksi = 25 % x 54 ton = 13,5 ton
1
Gaya traksi per gelagar memanjang = . 13,5 = 6,75 ton = 6750 kg
2
6. Gaya Rem
Beban maksimum yang masuk pada jembatan:
Berat lokomotif
Berat gerbong
1 1
Gaya rem (Rm) = berat lokomotif + berat gerbong
6 10
7. Beban akibat tekanan angin
Beban angin dapat dihitung dari kiri atau kanan.
5. SAMBUNGAN
Sambungan Antar Rangka Induk
1) Perhitungan Baut Sambungan Rangka Induk
Sambungan antar rangka utama direncanakan menggunakan alat penyambung
berupa baut mutu tinggi.
Data teknis perencanaan jumlah baut :
◦ Tebal pelat penyambung
◦ Diameter baut
◦ Tegangan leleh baut (fy)
Sambungan irisan 1 :
d
Pengaruh geser:
1
Pgsr = .d .
4
P
ndesak = 1,5 d
Dimana :
Pd = Beban dinamis roda
a = Dumping factor = ( k / ( 4 x n ))1/4
k = Modulus elastisitas jalan rel = 180 kg/cm2
E = Modulus elastisitas rel = 2,1 x 106 kg/cm2
Ix = Momen inersia rel pada sumbu x-x
Mo = Momen yang terjadi
Mi = 0,85 x Mo ( akibat superposisi beberapa gander )
MIxy
σ =
Ix
dimana :
σ = tegangan yang terjadi
= tegangan yang diijinkan
y = Jarak tepi jalan rel ke garis netral
L L T
Dimana :
L = Pertambahan panjang ( m )
L = Panjang rel ( m )
= Koefisien temperature (oC-1)
T = Kenaikan temperature (0C-1)
F E A T
Diagram gaya normal pada rel :
F = E x A x a x ? T
12 12
Atau idealisasi :
L L
E A T
OM
r
Dimana :
r = tan = gaya lawan bantalan persatuan panjang
E A T
r
Dimana :
L 2
E = 2,1 106 kg/cm2
A = 69,34 cm2
= 1,2 10-5 0C
r = 450 kg/m ( untuk bantalan beton )
ΔT = ( 50 – 20 ) 0C
2. Sambungan Rel
Sambungan rel adalah konstruksi yang mengikat dua ujung rel
sedemikianrupa sehingga operasi kereta api tetap aman dan nyaman.
Sambungan rel menurut PD 10 menggunakan plat penyambung dan bout.
3. Perhitungan Celah
Pada sambungan rel harus ada celah untuk menampung timbulnya
perubahan panjang rel akibat perubahan suhu. Menurut PD 10 akibat adanya
perubahan suhu perpanjangan rel adalah:
E A 50 T
2
G = 2 dalam mm
2r
Dimana:
E = 2,1 106 kg/cm2
A = 69,34 cm2
= 1,2 10-5 / oC
T = Suhu pemasangan, diambil 28 oC
4. Penambat Rel
Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan
sedemikian rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh dan tidak bergeser.
Perhitungan Penambat Rel
Gaya yang terjadi pada rel:
F = E A T
Dimana:
E = 2,1 106 kg/cm2
A = 69,34 cm2
= 1,2 10-5 / oC
5. Bantalan Rel
Bantalan adalah bagian dari jalan rel yang berfungsi untuk meneruskan
beban dari rel ke balas, menahan lebar sepur dan stabilitas ke arah luar jalan rel
Ix
W = y
Mmax =
1 q L2 + 1 P L
8 4
Mmax = W
6. Perhitungan Balas
1. Lapisan Balas Atas
Lapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras dan bersudut tajam.
Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik.
Tebal lapiasan balas atas untuk kelas I (misal):
d1 = 30cm (PD 10)
Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas atas
b =
L x
2
dimana
L = Panjang bantalan = 200 cm
x = 50 cm untuk jalan kelas I dan II
Kemiringan lereng l;apisan balas atas = 1 : 2
= 58. 1 10
1, 35
d
t
t
2b
Pd 2 cosh 2 a cos 2 c cosh l
2 cos 2 a cosh 2 c cos l sin 2 a sin 2 c sinh l
sinh 2 a sinh 2 c sin l
sin l sinh l
Dimana:
Pd = beban dinamis
B = lebar bawah bantalan
a = jarak dari sumbu vertikal ke ujung bantalan
c = setengah jarak antara sumbu vertikal rel
1
= k 4
4 EI
k = ke b
ke = modulus reksi balas,
Jarak dari sumbu jalan rel ke tepui atas lapisan balas bawah
k1 = b+2d+m
58 1
=
10 d 1,35
Dimana:
= tekanan tanah pada permukaan badan jalan (kg/cm2)
d = tebal lapisan balas
y =
Pd 2 cosh 2 a cos 2 c cosh l
2 k
2 cos2 a cos 2 c cosh l sin 2 a sin 2 c sinh l
sinh 2 a sinh 2 c sin l
sinh l sin l
Perhitungan daya dukung tanah:
CBR = Beban penetrasi / Beban standar 100%
= luas piston standar / beban standar 100%
= (CBR Beban standar) / (Luas piston 100%)
C. STRUKTUR BAWAH
Bangunan bawah merupakan konstruksi yang dibuat untuk mendukung bangunan atas.
Bangunan bawah ini terdiri dari:
1. Abutment atau kepala jembatan
2. Pilar jembatan
3. Pondasi
1. Abutment
a. Perencanaan Abutment
Dalam perencanaan abutment sungai krasak secara teknis yang digunakan pada
abutment:
Mutu beton Fc’
Mutu Baja (U-39)
.
Muatan lalu lintas dapat diperhitungkan sebagai beban merata senilai dengan
tekanan tanah setinggi h
qx = 1 h
Mencari tinggi z :
2.c. ka
z =
.ka
P2
= .ka.h1 2.c ka . .
h1 z
.b
2
Tekanan pasif yang terjadi
Pp1 = 2.c.
kp .D 2
D2
Pp2 = .kp.h2
2
F = P1 +P2
4
Yf =
(Ti Yi )
11
Wt
T = 2
gK
dimana :
Pmax = beban maksimum total pondasi
Pv = beban vertikal total
A = luas dasar pondasi
Mx = momen arah x
My = momen arah y
x = 3,6 / h
y = 13 / h
Ix = momen inersia arah x
Iy = momen inersia arah y
dimana :
Pult = daya dukung ultimate tanah dasar (t/m2)
c = kohesi tanah dasar (t/m2)
= berat isi tanah dasar (t/m3)
B =D =lebar pondasi (meter)
Df = kedalaman pondasi (meter)
N , Nq, Nc = faktor daya dukung Terzaghi
Ap = luas dasar pondasi
B = lebar pondasi
L = panjang pondasi
q ult
q all = ;dimana SF = 3 untuk jembatan kereta api
SF
2.Pondasi Sumuran
- Kapasitas Dukung Pondasi Sumuran
a. Spesifikasi data yang diperlukan pada pondasi sumuran
Mutu beton (f’c)
Mutu baja (fy)
Diameter
Luas penampang (Ab)
Keliling
Kedalaman
Pall =
Pult
FS
dimana :
Pult = daya dukung batas pondasi sumuran (Ton)
Pall = daya dukung ijin pondasi sumuran (Ton)
FS = Factor of Safety (3,0)
Df = kedalaman pondasi sumuran (m)
R = jari-jari sumuran (m)
γ = berat jenis tanah (gr/cm3)
c = kohesi tanah (kg/cm2)
cA = adhesi sisi vertikal pondasi (Ton/m2)
Ph = resultante gaya horizontal setinggi Df, per m’ lebar pondasi
Nc,Nγ,Nq = faktor daya dukung tanah
(Sunggono kh)
Kp = tan 2 45
2
Ka = tan 2 45
2
Pp = Df Kp 2 c Kp
Qmaks = Pp/3
2
φB =
3
Hu = c A P tan B A
Huijin = Hu / 1,5
dimana :
A = luas beban efektif dasar pondasi (m2)
P = tegangan ijin maksimum pondasi sumuran (kg/cm2)
φB = sudut geser antara dasar pondasi dan tanah pondasi
a = 0,589
(Sosrodarsono S dan Nakazawa K, 2000)
= ¼ π D
2
A
Acyclop = ¼ d 2
Abeton = A – Acyclop
Σ Pv = Pmax A + Berat Pondasi
q = Pv M
A W
M = 1/3 H Pp
1
W = D3
32
q = H Ka
Mu = 1/8 q l 2
Mu
Mn = 0,8
d =h–p–½D
b = D
Rl = 0,85 f’c
Mn
K =
b d 2 Rl
F =1– 1 2K
1 4500
Fmaks =
6000 fy
As = F b d Rl fy
4. Perhitungan Wingwall
- Pembebanan Wingwall
a. Akibat berat sendiri
1
Tebal wingwall = hw
20
Tebal wingwall minimum
Maka diambil tebal wingwall
b. Akibat tekanan tanah
Dari perhitungan pembebanan abutment didapatkan :
Konstruksi wingwall hanya terbebani oleh tanah timbunan arah horizontal setinggi
konstruksi.
Tanah Lapisan 1 (tanah urugan)
γ1, φ1, C1, H1
Koefisien tekanan tanah aktif :
Ka = tan2 (450 – φ1 /2)
Perhitungan tinggi kritis dari timbunan :
2.c. ka
z =
.ka
qx = 1 h
q2 = 1 1 Ka1 h
2
Wu= q1 + q2 = 1,08 + 0,804
- Penulangan wingwall
a. Penulangan sejajar dengan wingwall
ly
lx
Mlx = 0,001 Wu lx 2 x
Mly = 0,001 Wu lx 2 x
Mtx = ½ Mlx
Mty = ½ Mly
Rl 450
ρmax = 1
fy 600 400
Momen jepit tak terduga. Tumpuan jepit hanya ada pada arah – y
Mty
Mu
bd 2
Menurut tabel 5.1.d (Grafik dan Tabel PBB)
ρ = 0,0006 (diinterpolasikan)
Asty = ρ b d 106
6. Pilar
- Perencanaan Pilar
Spesifikasi teknis yang digunakan pada pilar:
a. Mutu beton Fc’
b. Mutu Baja (U-39)
V = Wt. C. I. K. Z
dimana :
Wt = berat total jembatan yang dipengaruhi oleh percepatan gempa
= berat bangunan atas + berat ½ badan pilar
C = koefisien geser dasar gempa
T = waktu getar struktur (detik)
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2
K = kekakuan pilar jembatan, untuk 1 pilar K = 3. E. I / L3
E = modulus elastisitas bahan pilar
E = 200000 kg / cm2 = 2000000 T/m2
I = momen inersia penampang pilar (m4)
L = tinggi pilar (meter)
3 EI
K =
L3
Wt
T = 2
gK
d. Beban angin
e. Gaya Tekan Air (Ah)
Ah = kx Va2 x h x w
Dimana :K = 0,035
V (m3/dt)
H = dimensi pilar
W = tinggi air
dimana :
Pmax = beban maksimum total pondasi
Pv = beban vertikal total
A = luas dasar pondasi
Mx = momen arah x
My = momen arah y
x = 3,6 / h
y = 13 / h
Ix = momen inersia arah x
Iy = momen inersia arah y
Terzaghi, yaitu :
Pult Ap (c N c (1 0,3B / L ) D f N q 0,5 B N (1 0,2 B / L ))
dimana :
Pult = daya dukung ultimate tanah dasar (t/m2)
c = kohesi tanah dasar (t/m2)
= berat isi tanah dasar (t/m3)
B =D = lebar pondasi (meter)
Df = kedalaman pondasi (meter)
N , Nq, Nc = faktor daya dukung Terzaghi
Ap = luas dasar pondasi
B = lebar pondasi
L = panjang pondasi
Pp = .Kp.h 2.c. Kp
Hu = CB A’ P.tan ØB
Huijin = Hu / 1,5
dimana :
A’ = luas beban efektif dasar pondasi (m2)
P = Gaya vertikal yang bekerja pada dasar pondasi (kg/cm2)
φB = sudut geser antara dasar pondasi dan tanah pondasi
= ¼ π D
2
A
Acyclop = ¼ d 2
Abeton = A – Acyclop
Σ Pv = Pmax + Berat Pondasi
q = Pv M
A W
M = 1/3 H Pp
1
W = D3
32
σ = Pv M
A W
q = H Ka