Struktur box tunnel beserta komponennya akan dianalisis lebih lanjut menggunakan
program finite element. Terowongan di lokasi West Cross dan Akses Kargo
merupakan struktur box tunnel yang terletak di bawah taxiway pada Bandara
Soekarno-Hatta yang memiliki panjang 52 meter dan 56 meter, untuk area West
Cross dan Akses Kargo. Struktur yang digunakan direncanakan menggunakan beton
cast insitu dengan pondasi di bawah dinding box.
1.1.2 Material
Material yang direncanakan digunakan dalam pekerjaan review perencanaan ini
diantaranya:
1. Beton
2. Tanah Timbunan
c (kohesi) : 5 kPa
ɸ` : 30 deg
Su : 50 kN/m2
CBR Soaked Min : 6%
PI : 16%
Beban mati pada perhitungan struktur menggunakan berat sendiri dari material yang
digunakan.
• Berat jenis dari material beton : 2400 kg/m3
• Berat jenis dari material baja : 7850 kg/m3
Beban mati tambahan pada pelat bawah box tunnel yaitu berupa beban aspal beton
setebal 100 mm dengan berat jenis sebesar 22 kN/m3.
• PSIDL = γ x tebal
= 22 kN/m3 x 0,1 m
= 2,2 kN/m2
Beban pesawat diambil beban pesawat terbesar yang melintasi taxiway yaitu beban
pesawat A380-800 dan B777 – 300ER.
Beban pesawat diambil beban pesawat terbesar yang melintasi taxiway yaitu beban
pesawat A380-800 dan B777 – 300ER.
Pesawat A380-800
Pesawat A380 memiliki 3 bagian roda yaitu Nose Landing Gear, Wing Landing Gear,
dan Body Landing Gear. Maximum Take Off Weight (MTOW) pesawat A380-800
adalah 562 ton. Dengan distribusi beban yaitu 38% (213,56 ton) pada Wing Landing
Gear, 57% (320,34 ton) pada Body Landing Gear, dan 5% (28,1 ton) pada Nose
Landing Gear.
Gambar 2-1 – Tampak Samping Pesawat A380-800
Pesawat B777 - 300ER memiliki 2 bagian roda yaitu Nose Gear dan Main Gear.
Maximum Take Off Weight (MTOW) pesawat B777 - 300ER adalah 353 ton. Dengan
distribusi beban yaitu 95% (335,35 ton) pada Main Gear, 5% (17.65 ton) pada Nose
Gear.
Gambar 2-3 – Tampak Samping Pesawat B777-300ER
Beban lajur "D" terdiri dari beban tersebar merata (BTR) atau UDL yang digabung
dengan beban garis (BGT) atau KEL seperti terlihat dalam gambar berikut:
Gambar 2-5 Beban lajur “D”
1. Beban Terbagi Rata (BTR)
BTR memiliki intensitas q kPa, dimana besarnya q tergantung pada panjang total
yang dibebani L seperti berikut:
dengan pengertian :
q adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang terowongan
L adalah panjang total terowongan yang dibebani (meter). Hubungan ini bisa
dilihat dalam Gambar 2 -6.
Panjang yang dibebani L adalah panjang total BTR yang bekerja pada
terowongan. BTR mungkin harus dipecah menjadi panjang-panjang tertentu
untuk mendapatkan pengaruh maksimum pada jembatan menerus atau
bangunan khusus. Dalam hal ini L adalah jumlah dari masing-masing panjang
beban-beban yang dipecah seperti terlihat dalam Gambar 2 -7.
Gambar 2-6 - Hubungan Beban Terbagi Rata vs panjang yang dibebani
Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai
susunan dan berat as seperti terlihat dalam Gambar 2 -8. Berat dari masing-masing
as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak
antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as tersebut bisa diubah-ubah
antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah
memanjang jembatan.
Terlepas dari panjang jembatan atau susunan bentang, hanya ada satu kendaraan
truk "T" yang bisa ditempatkan pada satu lajur lalu lintas rencana. Kendaraan truk "T"
ini harus ditempatkan ditengah-tengah lajur lalu lintas rencana seperti terlihat dalam
Gambar 2 -8.
1.1.3.5.4 Faktor Beban Dinamis (FDB)
Untuk pembebanan "D": FBD merupakan fungsi dari panjang bentang ekuivalen
seperti tercantum dalam Gambar 2 -9. Untuk bentang tunggal panjang bentang
ekuivalen diambil sama dengan panjang bentang sebenarnya. Untuk bentang
menerus panjang bentang ekuivalen LE diberikan dengan rumus:
dengan pengertian :
Untuk pembebanan truk "T": FBD diambil 30%. Harga FBD yang dihitung
digunakanpada seluruh bagian bangunan yang berada diatas permukaan tanah.
Gambar 2-9 Faktor beban dinamis untuk BGT pada pembebanan lajur “D”
Gaya sentrifugal harus bekerja secara bersamaan dengan pembebanan "D" atau "T"
dengan pola yang sama sepanjang terowongan.
dengan:
TT : Pembebanan lalu lintas total yang bekerja pada bagian yang sama (TTR
dan TT mempunyai satuan yang sama)
Berdasarkan data penyelidikan tanah, beban lateral tanah pada ujung dalam box
tunnel dapat dihitung sebagai berikut :
Jenis Tanah
20deg
kN
17
3
m
h 7m
2
Kp tan 45deg 2.04
2
kN
Pp h Kp 242.713
2
m
1.1.3.7 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan diambil dari SNI 1726:2016 Pembebanan Untuk Jembatan
seperti berikut:
Secara umum kriteria perencanaan pekerjaan terowongan WC1 dan WC2 Bandara
Soekarno Hatta ditabulasikan sebagai berikut.
No
ITEM DETAIL REF.
.
Data Umum
1.1 Tipe struktur - Box Culvert
- Tinggi = 8.3m
- Clearance = 5.3m
1. - Lebar = 11.8m
1.2 Dimensi - Lebar bersih = 9.8m
- Tebal slab bawah = 1.2m
- Tebal slab atas = 1m
- Tebal dinding = 1m
Material
- fc' = 35 MPa
- fc' = 10 MPa (lean concrete)
2. 2.1 Beton bertulang
- Modulus Elasticity, Ec = 4700 √fc'
- Minipile = 50 MPa
2.2 Baja tulangan - fy = 400 Mpa; Es = 200000 MPa
3. Beban Desain
- Beton betulang = 24 kN/m3
3.1 Beban Mati
- Baja = 78.5 kN/m3
3.2 Beban Mati
- Beban aspal = 22 kN/m3
Tambahan
3.3 Beban Hidup - Pesawat A380-800; MTOW = 562 ton
Pesawat - Pesawat B777 - 300ER; MTOW = 353 ton
- 2 Lajur @3.25m SNI 1725-
- Beban terbagi rata = 9 kPa 2016 -
3.4 Beban Hidup Pembebanan
- Beban garis terpusat = 49 kN/m
Lalu Lintas Untuk
- Beban truk = 500 kN
Jembatan
- Beban rem = 5 % dari beban lajur D
SNI 1725-
- Tekanan tanah aktif 2016 -
3.5 Beban lateral - Tekanan tanah dinamis Pembebanan
tanah - Tekanan hidrostatis Untuk
- Surcharge Jembatan
3.6 Beban Gempa - PGA = 0.285 SNI 2833-
- SS = 0.564 2016
- S1 = 0.237 Perencanaan
Jembatan
Terhadap
Beban
No
ITEM DETAIL REF.
.
Gempa
SNI 1725-
2016 -
4. Kombinasi Beban SNI 1725:2016 Pembebanan
Untuk
Jembatan
Batasan Defleksi
5. Vertikal = L/240
Struktur