3.1. Pendahuluan
Pedoman pembebanan untuk perencanaan jembatan jalan raya merupakan dasar dalam menetukan beban-
beban dan gaya-gaya untuk perhitungan tegangan-tegangan yang terjadi pada setiap bagian jembatan jalan
raya. Penggunaan pedoman dimaksudkan untuk mencapai perencanaan ekonomis sesuai dengan kondisi
setempat, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya, sehingga proses
perncanaan menjadi efektif.
Pedoman pembebanan untuk perencanaan jalan raya meliputi data-data beban primer, beban sekunder dan
beban khusus serta persyaratan perencanaan untuk penyebaran beban, kombinasi pembebanan, syarat
ruang bebas dan penggunaan beban hidup tidak penuh.
c) peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas, antara lain: Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, SNI (Design Standard of
Earthquake Resistance of Bridges)
3. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan Panduan Analisa
Harga Satuan, SNI -2010, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
BMS 1992
Atau
Gambar 3.2
Dalam menentukan beban hidup ( beban terbagi rata dan beban garis ) perlu diperhitungkan ketentuan
bahwa : Muatan hidup per meter beban jalur lalu lintas jembatan menjadi sebagai berikut :
Gambar 3.3
Tabel 3.1
Gambar 3.4
Tabel 3.2
Tabel 3.4
d. Hanyutan
Gaya aliran sungai dinaikkan bila hanyutan dapat terkumpul pada struktur kecuali tersedia keterangan
lebih tepat, gaya hanyutan dapat dihitung seperti berikut :
Keadaan batas ultimate (banjir 50 tahun)
P = 0,78 Vs2 AD
Keadaan batas ultimate (banjir 100 tahun)
P = 1,04 Vs2 AD
e. Gaya Apung
Pengaruh gaya apung harus termasuk pada gaya aliran sungai kecuali diadakan ventilasi udara.
Perhitungan berikut harus diperhitungkan bila pengaruh gaya apung diperkirakan :
§ Pengaruh gaya apung pada bangunan bawah dan beban mati bangunan atas.
§ Pengadaan sistem pengikatan jangkar untuk bangunan atas.
§ Pengadaan drainase dari sel dalam.
f). Beban Khusus
Beban khusus adalah muatan yang merupakan beban-beban khusus untuk perhitungan tegangan pada
perencanaan jembatan, muatan ini umumnya mempunyai salah satu atau lebih sifat-sifat berikut ini :
§ Hanya berpengaruh pada sebagian konstruksi jembatan
§ Tidak selalu bekerja pada jembatan
§ Tergantung dari keadaan setempat
§ Hanya bekerja pada sistem-sistem tertentu
f. Gaya Gempa
Jembatan yang akan dibangun di daerah rawan gempa bumi harus direncanakan dengan memperhitungkan
pengaruh gempa bumi tersebut. Pengaruh gempa bumi pada jembatan diperhitungkan senilai dengan
pengaruh horisontal yang bekerja pada titik berat konstruksi atau bagian konstruksi yang ditinjau dalam arah
yang paling berbahaya. Beban gempa yang bekerja pada struktur jembatan dapat berasal dari gaya inersia
akibat goncangan tanah, atau dari beban gempa tambahan akibat tanah dan air. Beban gempa horisontal (V)
pada jembatan dapat ditentukan dari rumus :
(Tabel 3.6)
(Tabel 3.7)
Tabel 3.7
Untuk perencanaan bangunan bawah jembatan terdapat konstruksi bangunan yaitu : pilar
(pier), abutment, pondasi. Alternatif tipe bangunan bawah yang dapat digunakan untuk perencanaan
jembatan antara lain :
1. Beban mati akibat bangunan atas (gelagar jembatan, pelat lantai jembatan, trotoir,
sandaran, perkerasan, dan air hujan)
3. Beban hidup akibat bangunan atas (beban “T”, beban “D”, dan beban hidup pada trotoir)
4. Beban sekunder (gaya rem, gaya gempa, gaya akibat aliran air dan tumbukan benda-benda
hanyutan)
3. Menghitung momen, gaya normal dan gaya geser yang terjadi akibat kombinasi dari beban-
beban yang bekerja.
Tabel 3.9
Abutment berfungsi untuk menyalurkan beban vertikal dan horizontal dari bangunan atas
ke pondasi dengan fungsi tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari timbunan
jalan pendekat ke bangunan atas jembatan. Konstruksi abutment harus mampu mendukung
beban-beban yang bekerja, yang meliputi :
• Beban mati akibat bangunan atas (gelagar jembatan, pelat lantai jembatan, trotoir,
sandaran, perkerasan, dan air hujan)
• Beban mati akibat bangunan bawah (berat sendiri abutment, berat tanah timbunan, dan
gaya akibat tekanan tanah)
• Beban hidup akibat bangunan atas (beban “T”, beban “D”, dan beban hidup pada
trotoir)
• Beban sekunder (gaya rem, gaya gempa, dan gaya gesekan akibat tumpuan yang
bergerak)
1. Menentukan bentuk dan dimensi rencana penampang abutment serta mutu beton serta
tulangan yang diperlukan.
3. Menghitung momen, gaya normal dan gaya geser yang terjadi akibat kombinasi
dari beban-beban yang bekerja.
4. Mencari dimensi tulangan dan cek apakah abutment cukup memadai untuk menahan
gaya-gaya tersebut.
dengan :
q = tekanan sentuh (tekanan pada dasar pondasi, kN/m2)
P = beban vertikal (kN)
A = luasan dasar pondasi (m2)
Bila beban eksentris 2 arah, tekanan pada dasar pondasi dihitung dengan persamaan:
Untuk pondasi yang berbentuk persegi panjang, persamaan diatas dapat diubah menjadi:
dengan ex=eL dan ey=eB berturut-turut adalah eksentrisitas searah L dan B, dengan L dan B berturut-
turut adalah panjang dan lebar pondasi. Besarnya daya dukung ultimate tanah dasar dapat dihitung
dengan persamaan :
Hasil evaluasi terhadap kegagalan yang terjadi pada pondasi dijadikan dasar untuk menentukan langkah-
langkah penanganan yang tepat, dengan memperhatikan faktor-faktor keamanan, kenyamanan,
kemudahan pelaksanaan, dan ekonomi.
b. Pondasi Dalam
Terdiri dari beberapa macam yaitu :
1) Pondasi sumuran
1. Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran
2. Aman terhadap penurunan yang berlebihan, gerusan air dan longsoran tanah
3. Diameter sumuran ≥ 1,50 meter
4. Cara galian terbuka tidak disarankan
5. Kedalaman dasar pondasi sumuran harus dibawah gerusan maksimum
Rumus :