Anda di halaman 1dari 34

STRUKTUR

JEMBATAN
OUR TEAM

Deny Irawan Muhammad Amarullah


07201020 07201052
OUTLINE

METODE
JENIS JEMBATAN KONSEP STRUKTUR PEMBUATAN
JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATAN
Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang
memungkinkan route transfortasi melalui sungai,
danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-
lain. Jembatan adalah suatu struktur konstruksi
yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian
jalan yang terputus oleh adanya rintangan-
rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai
saluran irigasi dan pembuang.
SPESIFIKASI
JEMBATAN
Pada pelaksanaan jembatan diperlukan suatu panduan
pelaksanaan atau acuan pelaksanaan yang menjadi patokan bagi
para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya. Spesifikasi
yang merupakan bagian dari dokumen kontrak merupakan bagian
yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Adapun
spesifikasi jembatan dapat dilihat sebagai berikut:
Persyaratan teknis yang disusun oleh
perencana untuk mencapai mutu
bangunan sesuai dengan yang
diinginkan oleh pemilik

Bagian dari perjanjian kerja antara


Pemilik dan Pelaksana

Acuan pelaksana untuk menyusun


strategi dalam penyusunan harga
penawaran pada proses tender.
Acuan prosedur kerja untuk
mewujudkan rencana perencana,
pelaksana dan pengawas untuk
mencapai mutu, waktu pelaksanaan
dan dana yang telah disepakati
bersama dalam perjanjian kontrak.

Acuan pokok pelaksana, memberikan


batas-batas bagi usahanya yang
kreatif untuk melakukan penghematan
sumber daya, pengehematan waktu
pelaksanaan dan meningkatkan
keuntungan bagi pelaksana.
JENIS JEMBATAN
"Jembatan Bentang Pendek"
Jembatan bentang pendek ini biasanya
terdapat di aliran sungai irigasi dan
sungai-sungai kecil lainnya. Untuk
bentang memiliki ukuran kurang dari 40
meter. Konstruksi pemikul utama
berupa balok memanjang yang dipasang
sejarak 45-100 cm. lantai kendaraan
bisa terbuat dari kayu ditutup aspal +
Jembatan Samota - Sumbawa
beton ditutup aspal.
JENIS JEMBATAN
"Jembatan Bentang Menengah"

Selanjutnya ada jembatan bentang


menengah, jembatan ini biasnaya terdapat di
sungai sungai besar dan juga jembatan ini
sering digunakan sebagai penghubung jalan
antar kota . Jembatan ini memiliki bentang
yaitu 40-125 meter.

Jembatan Bojonegoro
JENIS JEMBATAN
"Jembatan Bentang Panjang"

Konstruksi bangunan atas jembatan


bentang panjang biasanya memanfaatkan
kabel sebagai elemen utama konstruksi.
Kabel tersebut umumnya dipasang dengan
bentuk konfigurasi suspension (gantung)
dan cable-stayed atau kombinasi kedua
sistem tersebut. Jembatan bentang
Jembatan Suramadu
panjang memiliki bentang lebih dari 125m
PEMBEBANAN
JEMBATAN
Pedoman perhitungan pembebanan menggunakan
referensi Pedoman Perencanaan Pembebanan
Jembatan Jalan Raya (PPPJJR) tahun 1987 yang
diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan
SNI 1725:2016 tentang Pembebanan Untuk
Jembatan. Pedoman pembebanan meliputi beban
primer dan beban sekunder.
BEBAN PRIMER
Beban primer adalah beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan
tegangan pada setiap perencanaan jembatan. Adapun yang termasuk beban
primer adalah:
Beban Mati
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat sendiri
jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala
unsur tambahan yang dianggap merupakan satu kesatuan tetap
dengannya. Dalam menentukan besarnya beban mati, harus
digunakan nilai berat isi untuk bahan-bahan bangunan.
Beban Hidup (H)
Beban hidup pada jembatan yang harus ditinjau dalam dua macam, yaitu
beban “T” yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan
beban “D” untuk jalur gelagar. Untuk perhitungan kekuatan lantai
kendaraan atau sistem lantai kendaraan jembatan, harus digunakan “T”
seperti dijelaskan sebagai berikut: Beban “T” adalah beban yang
merupakan kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda (Dual
wheel load) sebesar 10 ton.
Untuk perhitungan kekuatan gelagar- Untuk jembatan dengan lebar lantai
gelagar harus digunakan beban “D”. kendaraan sama atau lebih kecil dari
Beban “D” atau beban jalur adalah 5,50 meter, beban “D” sepenuhnnya
susunan beban pada setiap jalur lalu (100%) harus di bebankan pada
lintas yang terdiri dari beban terbagi seluruh lebar jembatan. Untuk
rata sebesar “q” ton per meter jembatan dengan lebar lantai
panjang per jalur, dan beban garis “P” kendaraan lebih besar dari 5,50 meter
ton per jalur lalu lintas tersebut. sedang lebar selebihnya dibebani
Beban “D”. hanya separuh beban “D” (50%)
Beban Kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh getaran-getaran dan pengaruh
dinamis lainnya, tegangan-tegangan akan memberikan hasil
maksimum sedangkan beban merata “q” dan beban “T” tidak
dikalikan dengan koefisien kejut.

Gaya Akibat Tekanan Tanah


Bagian bangunan jembatan yang menahan tanah harus direncanakan dapat
menahan tekanan tanah sesuai rumus-rumus yag ada. Beban kendaraan
dibelakang bangunan penahan tanah diperhitungkan senilai muatan tanah
setinggi 60 cm. Jika dinding turap bergerak ke luar dari tanah urugan di
belakangnya, maka tanah urugan akan bergerak longsor ke bawah dan
menekan dinding penahannya.
BEBAN SEKUNDER
Beban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu
diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan
jembatan. Yang termasuk beban sekunder antara lain:

Beban Angin
Pengaruh beban angin sebesar 150 kg/m2 pada jembatan ditinjau
berdasarkan bekerjanya beban angin horizontal terbagi rata pada bidang
vertikal jembatan, dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan.
Jumlah luas bidang vertikal bangunan atas jembatan yang dianggap terkena
oleh angin ditetapkan sebesar suatu prosentase tertentu terhadap luas
bagianbagian sisi jembatan dan luas bidang vertikal beban hidup.
Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Peninjauan diadakan terhadap timbulnya tegangan-tegangan struktural
karena adanya perubahan suhu akibat perbedaan suhu antara bagian-bagian
jembatan baik yang menggunakan bahan yang sama maupun dengan bahan
yang berbeda. Perbedaan suhu ditetapkan sesuai dengan data
perkembangan suhu setempat.

Gaya Rangkak dan Susut


Pengaruh rangkak dan susut bahan beton terhadap konstruksi, harus
ditinjau besarnya pengaruh tersebut apabila tidak ada ketentuan lain,
dapat dianggap senilai dengan gaya yang timbul akibat turunnya suhu
sebesar 15oC.
Gaya Rem
Pengaruh gaya-gaya dalam arah memanjang jembatan
akibat gaya rem, harus ditinjau. Pengaruh ini diperhitungkan
senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari beban “D”
tanpa koefisien kejut yang memenuhi semua lajur lalu lintas
yang ada, dan dalam satu jurusan. Gaya rem tersebut
dianggap bekerja horizontal dalam arah sumbu jembatan
dengan titk tangkap setinggi 1,80 meter diatas permukaan
lantai kendaraan.
Gaya Akibat Gempa Bumi
Jembatan-jembatan yang akan dibangun pada daerah-daerah
dimana diperkirakan terjadi pengaruh-pengaruh gempa bumi,
harus direncanakan dengan menghitung pengaruh-pengaruh
gempa bumi tersebut sesuai dengan “Buku Petunjuk
Perencanaan Tahan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya 1986”.
DISTRIBUSI BEBAN
"Beban Mati"
Beban mati Primer Beban mati Sekunder
Beban mati yang digunakan dalam Beban mati sekunder yaitu kerb,
perhitungan kekuatan gelagar-gelagar trotoir, tiang sandaran dan lain-lain
(baik gelagar tengah maupun gelagar yang dipasang setelah pelat di cor,
pinggir) adalah berat sendiri pelat dan dan dapat dianggap terbagi rata di
sistem lainnya yang dipikul langsung oleh semua gelagar.
masing-masing gelagar tersebut.
"Beban Hidup"
Beban “T”
Dalam menghitung kekuatan lantai akibat beban “T” dianggap bahwa
beban tersebut menyebar ke bawah dengan arah 45 derjat sampai ke
tengah-tengah tebal lantai.

Beban “D”
Dengan menghitung momen dan gaya lintang dianggap bahwa
gelagargelagar mempunyai jarak dan kekuatan yang sama atau
hampir sama, sehingga penyebaran beban “D” melalui lantai
kendaraan ke gelagar-gelagar harus dihitung
Tahapan Desain Perencanaan
Bangunan Atas

TAHAPAN PERENCANAAN
JEMBATAN

Perencanaan Perencanaan
Bangunan Pondasi
Bawah
METODE PEMBUATAN
JEMBATAN
Tahapan Desain
Melakukan survey pendahuluan untuk mengumpulkan data-
data dasar perencanaan dan untuk mengetahui letak
jembatan.
Membuat pradesain/ rancangan awal berdasarkan hasil
survey pendahuluan
Menentukan desain akhir dari struktur atas dan bawah
jembatan
Tahapan Desain
Menentukan beban - beban yang bekerja pada
jembatan
Melakukan perhitungan analisa struktur
Menentukan dimensi tiap elemen jembatan
Membuat gambar hasil perencanaan.
Perencanaan Bangunan Atas
1. Tahapan Pengumpulan data - data yang
diperlukan:
Fungsi jembatan, Umur rencana, Lebar jalan dan
klas jalan, Jenis jembatan ( viaduk, aquaduk),
Bahan yang akan digunakan, Peta situasi, Lokasi
jembatan, Data tanah, Topografi sungai, Jenis
sungai, Muka air banjir / rintangan dibawah
jembatan, Kecepatan arus air banjir, Kecepatan
angin
2. Pembuatan bentuk / arsitek jembatan
penempatan letak jembatan terhadap sungai/rintangan dibawahnya,
Penentuan bentang jembatan, Penentuan perlu tidaknya pilar,
Penentuan type struktur atas ( Gelagar, box, rangka, kabel, kombinasi
rangka atau Gelagar dengan kabel ), Penentuan type struktur bawah

3. Pemodelan struktur
Penentuan type hubungan struktur atas dan bawah ; kaku, sendi, rol
Pemodelan hubungan antar elemen pembentuk jembatan ; jepit, sendi
Pembuatan model analisa;model mekanika
4. Preliminary design ( Pra desain)
Penentuan ukuran struktur atas dan bawah
Penentuan / perkiraan dimensi bagian -bagian struktur atas
Penentuan / perkiraan dimensi bagian -bagian struktur bawah

5. Analisa struktur
Analisis struktur dilakukan untuk mendapatkan gaya-gaya dalam dengan
pembebanan yang direncanakan. Analisis ini dapat diselesaikan dengan
menggunakan software.
Perencanaan Bangunan Bawah
Menentukan letak Kepala jembatan dan pilar,
berdasarkan Bentuk penampang sungai, permukaan air
banjir, jenis aliran sungai, dan statigrafi tanah.
Menentukan bentuk dan dimensi awal kepala dan pilar
jembatan yang sesuai dengan ketinggian dan kondisi
sungai.
Menentukan bentuk pondasi yang sesuai dengan kondisi
tanah dibawah kepala dan pilar jembatan
Perencanaan Bangunan Bawah
Menentukan beban-beban yang bekerja pada kepala dan
pilarjembatan.
Melakukan perhitungan mekanika teknik untuk
mendapatkan gaya-gaya dalam.
Menentukan dimensi akhir dan penulangan berdasarkan
gaya-gaya dalam tersebut.
Perencanaan Pondasi
Menentukan letak /posisi pondasi dibawah rcncana
kepala jembatan atau pilar
Melakukan penyelidikan tanah pada tempat dimana
kepala dan pilar jembatan akan diletakkan.
Menentukan bentuk pondasi yang sesuai dengan
kondisi tanah dibawah kepala dan pilar jembatan.
Perencanaan Pondasi
Menentukan beban-beban yang bekerja pada pondasi, yang
berasal dari aksi kepala dan pilar jembatan
Melakukan perhitungan mekanika untuk mendapatkan gaya-
gaya luar dari tekanan tanah, gaya reaksi sebagai daya dukung
tanah, dan gaya-gaya dalam pada tubuh pondasi.
Menentukan dimensi dan pendetailan penampang berdasarkan
gaya-gaya dalam tersebut.
Pengecekan kapasitas pondasi
Perencanaan Pondasi
Kapasitas pondasi harus proposional sesuai dengan bahan
yang di gunakan
Kapasitas pondasi ditentukan oleh kapasias 'reh.
Kapasitas pondasi ditentukan oleh kestabilan tanah
pendukungnya, termasuk keruntuhan akibat gelincir.
Kontrol ketahanan pondasi terhadap kemungkinan : geser,
guling dan penurunan, jika pondasi tidak didudukkan pada
lapisan tanah yang keras
DAFTAR PUSTAKA
RSNI T-02-2005, Pembebanan Untuk Jembatan
SNI 1725-2016 tentang Pembebanan untuk Jembatan
https://www.situstekniksipil.com/2017/10/pembebanan-jembatan.html
https://thamrinnst.files.wordpress.com/2012/04/modul-2-pembebanan-
jembatan-baja7.pdf
http://eprints.undip.ac.id/72219/5/11_BAB_II_PEMBEBANAN.pdf
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai