Untuk memperlancar transportasi darat tidak lepas dari pengaruh topografi dari masing
– masing daerah, dimana akan mempengaruhi terwujudnya sarana transportasi. Usaha
pengadaan jalur – jalur lalu lintas yang menghubungkan antar daerah belum tentu dapat dibuat
jalur jalan secara menerus, mungkin harus menyilang diatas jalur jalan yang lain atau harus
melintasi sungai. Untuk mengatasi problema lalu lintas tersebut diatas perlu dibuat konstruksi
jembatan guna menghubungkan antar jalur jalan. Dengan adanya konstruksi jembatan, maka
rintangan akibat pengaruh topografi / geografi dapat diatasi
Desain Jembatan yang di rencanakan berupa jembatan dengan konstruksi baja dengan
bentang 30 m.
Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat jembatan itu sendiri yang
ditinjau dan termaksud segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu
kesatuan dengan jembatan. Untuk menemukan besar seluruhnya ditentukan
berdasarkan berat volume beban.
Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan
yang bergerak dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan.
Penggunaan beban hidup di atas jembatan yang harus ditinjau dalam dua macam
beban yaitu beban “T” yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan
dan beban “D” yang merupakan beban jalur untuk gelagar.
Gambar 2.1 beban “D”
Untuk perhitungan gelagar harus dipergunakan beban “D” atau beban
jalur. Beban jalur adalah susunan beban pada setiap jalur lalulintas yang terdiri
dari beban yang terbagi beban rata sebesar “q” ton/m panjang perjalur dan beban
garis “p” ton perjalur lalulintas. Untuk menentukan beban “D” digunakan lebar
jalan 5,5 m, maka jumlah jalur lalulintas sebagai berikut:
Gambar 2.2 ketentuan penggunaan beban “D”
Table 2.2 jumlah jalur lalulintas
Lebar lantai kendaraan Jumlah jalur lalulintas
(m)
5,50 – 8,25 m 2
8,25 – 11,25 m 3
11,25 – 15,00 m 4
15,00 – 18,75 m 5
18,75 – 32,50 m 6
(PPPJJR No. 378/KPTS/1987)
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari
5,50 m makan beban “D” sepenuhnya (100%) dibebankan pada seluruh lebar
jembatan dan kelebihan lebar jembatan dari 5,5 m mendapat separuh beban “D”
(50%). Jalur lalulintas ini mempunyai lebar minimum 2,75 m dan lebar maksimum
3,75 m. Beban “T” adalah beban kendaraan Truck yang mempunyai beban roda 10
ton (10.000 Kg) dengan ukuran-ukuran serta kedudukan dalam meter, seperti
tertera pada gambar 2.3 untuk perhitungan pada lantai kendaraan jembatan
digunakan beban “T” yaitu merupakan beban pusat dari kendaraan truck dengan
beban roda ganda (dual wheel load) sebesar 10 ton
Gambar 2.3 beban “T” bekerja pada lantai kendaraan
Dimana beban garis P= 12 ton sedangkan beban q ditentukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
Q= 2,2 t/m untuk L<30 m="" span="">
Q= 1,1x(1+(30/L))t/m untuk L>60m
Dimana L adalah panjang bentangan gelagar utama (m) untuk menentukan beban
hidup, beban terbagi rata (t/m/jalur) dan beban garis (t/jalur) dan perlu
diperhatikan ketentuan bawah.
Beban terbagi merata = Q ton/meter………................[2-2]
2,75 m
Beban garis = Q ton ......................................[2-3]
2,75 m
Angka pembagi 2,75 meter diatas selalu tetap dan tidak tergantung pada
lebar jalur lalulintas. Dalam perhitungan beban hidup tidak penuh, maka
digunakan:
Beban kejutan/Sentuh
Beban kejut merupakan factor untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh
getaran dan pengaruh dinamis lainnya. Koefesien kejut ditentukan dengan rumus:
K= 1+ ……………………………………………….[2-4]
Dimana: K= koefesien kejut
L= panjang/ bentang jembatan
2.2.2 Beban Sekunder
Beban Angin
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat yaitu dengan
perbedaan suhu.
a. Bangunan Baja
b. Bangunan Beton
Dan juga tergantung pada koefisien muai panjang bahan yang dipakai misalnya:
1. Baja ε =12x10-6/0C
2. Beton ε =10x10-6/0C
3. Kayu ε =5x10-6/0C
Pengaruh ini diperhitungkan dengan gaya rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa
koefisien kejut. Gaya re mini bekerja horizontal dalam arah jembatan dengan titik
tangkap setinggi 1,80 m dari permukaan lantai jembatan.
KS = E x G ……………………………………………[1-5]
Dimana:
Ditinjau hanya beban mati (ton). Koefisien gesek karet dengan baja atau beton=
0,10 sampai dengan 0,15.
2.2.3 Beban Khusus
Gaya sentrifugal
Konstruksi yang ada pada tikungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial
yang dianggap bekerja horizontal setinggi 1,80 m di atas lantai kendaraan dan
dinyatakan dalam % terhadap beban “D” dengan rumus sebagai berikut:
……………………………………[2-6]
Dimana:
a. Tumpuan rol
b. Tumpuan gesekan
Dimana:
2.2.4 Kombinasi Pembebanan
Tegangan yang
digunakan dlm proses
Kombinasi Pembebanan dan Gaya terhadap tegangan izin
keadaan elastis
M+(11+k)+Ta+Tu
M+Ta+Ah+Gg+A+SR+Tm 100%
III. Kombinasi(1)+Rm+Gg+A+SR+Tm+S 125%
M+Gh+Tag+Gg+Ahg+Tu 140%
M+PI 150%
M+(H+K)+Ta+S+Tb 130%
150%
(PPPJJR No 378/KPTS/1987)
Dimana:
A : beban angin
Ah : gaya akibat aliran dan hanyutan
Ahg : gaya akibat aliran dan hanyutan pada waktu gempa
Gg : gaya gesek pada tumpuan bergerak
Gh : gaya horizontal ekivalen akibat gempa bumi
(H+K) : beban hidup dengan kejut
M : beban mati
P1 : gaya-gaya pada waktu pelaksanaan
Rm : gaya rem
S : gaya sentrifugal
SR : gaya akibat perubahan suhu(selain susut dan rangkak)
Ta : gaya tekanan tanah
Tag : gaya tekanan tanah akibat gempa
Tb : gaya tumbukkan
Tu : gaya angkat (buoyancy)
2.3 Konsep Dasar Jembatan Komposit
Struktur jembatan komposit merupakan gabungan antara dua bahan,
yaitu struktur beton (beton bertulang) dan struktur baja. Kedua bahan ini
digabungkan menjadi satu kesatuan yang utuh.
2.3.1 Struktur Beton Bertulang
Beton bertulang adalah gabungan logis dari dua jenis bahan beton
polos, yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi kekuatan tariknya
rendah dan batangan-batangan baja yang di tanamkan di dalam beton dapat
memberikan kekuatan tarik yang diperlukan. Baja dan beton dapat bekerjasama
atas dasar beberapa alasan:
f. Angle (siku L)
Contoh: L 9 x 4 x
Artinya:
Tinggi salah satu kaki = 9 inch
Tinggi kaki lainnya = 4 inch
Tebal keduanya = 0,5 inch
g. Bentuk T
Profil ini dibuat dengan membelah dua profil sayap lebar atau balok 1 dan
biasanya digunakan sebagai batang pada rangka batang. Profil T, misalnya
diindentifikasikan sebagai WT5 x 44, yang artinya: profil ini dibuat dengan
memotong profil W 10 x 88, dengan 5 adalah tinggi nominal dan 44 adalah berat
per kaki.
h. Steel Pipa (pipa baja)
Standar Jerman
a. Profil INP
Profil ini dapat dilihat pada table baja. Flens sebelah dalam agak miring kearah
badan, sehingga profil ini identik dengan profil bentuk S (Standar Amerika)
b. Profil DiN atau Diefferdange normal, merupakan
balok flens sejajar Differdinger.
c. Profil DiE atau diefferdange Economique
d. Profil DiR atau diefferdange Renforce
e. Profil DiL atau diefferdange Leger
Keempat profil di atas dilihat pada daftar-daftar baja karangan Bustran dan Z.
Lambri, sebagai perbedaan dari profil DiN, DiR, DiE dan DiL tersebut adalah
sebagai berikut:
Keteranga DiN 100 DiR 100 DiE 100 DiL 100
n
H 100 mm 112 mm 94 mm 100 mm
br 100 mm 104 mm 99 mm 100 mm
tw 6,5 mm 10 mm 5 mm 5 mm
tr 11 mm 17 mm 8 mm 11 mm
Table 1.1 Perbedaan dimensi Profil DiN, DiR,DiE dan DiL.
f. Profil UNP
Misalkan untuk profil L 40
Artinya:
Tinggi profil = 400 mm
Lebar flens = 110 mm
Lebar badan = 14 mm
Tebal flens = 18 mm
g. Profil siku sama kaki
Misalkan untuk profil L 50 x 50 x 5
Artinya tinggi kedua kaki masing-masing 50 mm, dengan tebal kedua kakinya
adalah 5 mm.
i. Profil T
Contoh profil T 20
Tinggi profil = 20 mm
Lebar flens = 20 mm
Tebal badan = 3 mm
Tebal flens = 3 mm
Sifat elastic adalah sifat bahan yang akan berubah bentuk jika
mendapat pengaruh beban dan akan kembali ke bentuk semula jika bahan
tersebut ditiadakan.
Sifat plastis adalah sifat bahan yang akibat beban yang bekerja
bahan akan berubah bentuk dan tidak akan kembali ke bentuk semula
(permanen) meskipun beban tersebut sudah ditiadakan.
Sifat baja yang lain adalah mekanis, yang dinyatakan melalui konstanta-
konstanta berikut:
2.6 Perencanaan Abutmen
Abutmen merupakan salah satu unsure dari suatu jembatan secara
keseluruhan. Dalam perhitungan abutmen menggunakan metode keseimbangan.
2.7 Perencanaan Elastomer
Fungsi perletakan adalah untuk memikul beban vertical sebagai penyerap
getaran. Pada bagian batas kelayakan perletakan harus direncanakan untuk
menjamin bahwa tidak mengalami kerusakan yang akan mempengaruhi fungsi
yang diharapkan atau menyebabkan biaya pemeliharaan terlalu besar selama
umur rencana.
2.7.1 Ukuran dan Penggunaan
Bantalan elastomer di produksi dalam dua jenis yang mampu untuk
memenuhi berbagai pembebanan.
Pembebanan Gerakan
Ukuran Maksimum Data
Jeni Cm Vertikal Horisontal Maksimum
s
A 20 x 20 x 1.5 ± 0.1 40 T 5.6 T 12 m
B 20 x 30 x 1.5 ± 0.1 72 T 8.4 T 12 m