Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian berperan besar terhadap
PDB Indonesia. Sumbangsih sektor pertanian pada tahun 2013 terhadap PDB Indonesia adalah
14,43% (Badan Pusat Statistik, 2014). Hal ini menandakan sektor pertanian cukup tinggi
berkontribusi dalam peningkatan devisa negara, pembanguanan daerah dan penyediaan lapangan
pekerjaan. Salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB
Indonesia adalah subsektor perkebunan. Ekspor komoditi pekebunan pada tahun 2013 sebesar
17,4% terhadap PDB pertanian. Pada triwulan III 2013 perolehan devisa hasil ekspor subsektor
perkebunan mencapai 18,47 miliar dolar AS yang berasal dari komoditas sawit, karet, kakao dan
kopi (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013a).

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Negara Indonesia. Indonesia
tercatat sebagai produsen kopi terbesar ke empat setelah Brazil, Vietnam dan Columbia dengan
produksi mencapai 748.000 ton atau 6,6 % dari total produksi kopi dunia (International coffee
organization, 2013). Menurut data Badan Pusat Statistik (2013) volume ekspor kopi nasional
selama tahun 2013 mencapai 534.000 ton dengan nilai ekspor 1,17 miliar dolar Amerika Serikat.
Dari jumlah tersebut 65% volume ekspor kopi nasional berasal dari Lampung 2
dengan nilai eskpor sebesar 54,70% terhadap nilai ekspor kopi nasional.
Pada tahun 2013 volume ekspor Kopi Lampung meningkat cukup tinggi dari tahun
sebelumnya, hal ini disebabkan oleh peningkatan produktivitas kopi di daerah sentra-sentra
penghasil kopi di Lampung dan daerah lain yang mengekspor kopi melalui Lampung seperti
Sumatera Selatan, Bengkulu dan Jambi. Peningkatan volume ekspor ini juga diikuti dengan
peningkatan nilai ekspor, namun sayangnya tidak diikuti dengan kenaikan harga ekspor kopi
Lampung. Setelah mengalami kenaikan harga pada 2009-2011, harga ekspor dan harga petani
kopi Lampung mengalami penurunan sampai tahun 2013.

Perkembangan harga ekspor dan harga kopi di tingkat petani pada tahun 2011 sampai
tahun 2012 mengalami penurunan, namun disisi lain konsumsi kopi dunia terus meningkat. Pada
tahun 2012 perkembangan konsumsi kopi dunia mengalami peningkatan sebesar 2,22%
(International coffee organization, 2013. Peningkatan konsumsi kopi dunia merupakan peluang
bagi petani kopi Lampung untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor. Berdasarkan data
Dirjen Perkebunan (2013b) Lampung merupakan peringkat kedua terbesar penghasil kopi di
Indonesia, 22,63% dari total produksi kopi di Indonesia berasal dari Lampung.
Provinsi Lampung sebagai salah satu sentra produksi kopi di Indonesia mempunyai
peluang yang sangat besar dalam perdagangan kopi dunia. Saat ini perdagangan kopi dunia
perlahan-lahan telah bergeser kearah perdagangan kopi bersahabat lingkungan atau kopi spesialti
(speciality coffee) misalnya kopi organik, kopi konservasi atau kopi yang memiliki indikasi
geografis. Peningkatan permintaan tersebut disebabkan oleh adanya perubahan pola atau gaya
hidup konsumen kopi dunia yang lebih mengutamakan kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Pasar kopi Internasional menghendaki kopi yang dipasarkan memiliki jaminan keamanan pangan
(food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan dibudidayakan
dengan memperhatikan lingkungan (eco-labelling attributes). Standar lingkungan dan sosial
dalam proses budidaya kopi merupakan bagian dari standar mutu dalam perdagangan kopi.
Kopi merupakan salah satu produk yang distandarisasi. Perdagangan kopi harus
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh badan standarisasi pemerintah maupun buyers di
pasar kopi internasional. Masing-masing negara konsumen kopi memiliki standar mutu yang
berbeda. Pemenuhan standar mutu ini sangat penting karena bila tidak memenuhi standar mutu
yang diinginkan oleh negara tujuan, maka kopi dapat ditolak atau reject. Sebagai contoh pada
tahun 2012 Jepang menolak 10 kontainer yang berisi 200 ton kopi Indonesia karena dianggap
melebihi batas maksimum residu. Kopi Indonesia dianggap mengandung unsur aktif pestisida
isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan. Jepang menemukan kopi
Indonesia melebihi ambang batas residu herbisida antara 0,5-0,7, sedangkan standar negara
Jepang untung batas residu carbary sebesar 0,1% part per billion (Tempo, 18 September 2012).
Penolakan ini merupakan pembelajaran bahwa untuk dapat bertahan dalam perdagangan kopi
dunia maka petani dan seluruh pelaku dalam perdangan kopi harus memenuhi standar mutu
negara tujuan ekspor kopi dengan menghasilkan kopi yang memenuhi standar keamanan pangan
dan ramah lingkungan.
Pemenuhan standar mutu negara konsumen kopi ini diwujudkan dalam pengembangan
usahatani kopi yang berkelanjutan melalui pertanian kopi organik. Pertanian organik merupakan
praktik budidaya tanaman tanpa menggunkan bahan kimia sintetis dan memperhatikan
keberlanjutan lingkungan. Menurut Mayrowani (2012) kesadaran tentang bahaya yang
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian menjadikan pertanian organik
menarik perhatian baik di tingkat produsen maupun konsumen. Konsumen yang sadar akan
dampak bahan kimia sintetis bagi kesehatan akan memilih bahan pangan yang aman bagi
kesehatan dan ramah lingkungan, sehingga mendorong meningkatnya permintaan produk
organik. Pola hidup sehat yang akrab lingkungan telah menjadi trend baru dan telah melembaga
secara internasional yang yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus aman
dikonsumsi, sehat dan ramah lingkungan. Begitu pula dengan konsumen kopi dunia yang
menaruh perhatian lebih pada kopi organik karena lebih sehat dan aman dikonsumsi. Dari aspek
lingkungan, pengembangan usahatani kopi secara organik memberi manfaat bagi kesehatan
tanah dan organisme serta menjaga keseimbangan ekologis dengan menghindari penggunaan
bahan-bahan kimia sintetis dalam proses produksi. Kopi yang dihasilkan secara organik lebih
baik dibandingkan kopi anorganik. Kelebihan kopi organik yaitu lebih menyehatkan karena tidak
mengandung pestisida dan bahan kimia sintetis yang berbahaya bagi tubuh dan kesehatan
manusia. Kopi organik juga dipercaya memiliki rasa yang lebih lezat dibandingkan kopi biasa.
Cita rasa yang dimiliki kopi organik lebih murni, sedap dan alami dan yang terpenting adalah
kopi yang dihasilkan secara organik lebih ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan
keberlanjutan lingkungan.

Sebagai bukti dan jaminan bahwa kopi yang dihasilkan telah menerapkan praktik-praktik
pertanian berkelanjutan atau pertanian organik maka usahatani kopi harus mendapat sertifikasi
dari lembaga sertifikasi internasional maupun nasional. Program sertifikasi kopi ditujukan untuk
memberikan jaminan pada produsen dan konsumen. Adanya program sertifikasi kopi bagi
produsen diharapkan dapat memberikan jaminan untuk mempertahankan pasar, sedangkan dari
sisi konsumen sertifikasi kopi memberikan jaminan bahwa kopi yang dihasilkan telah memenuhi
standar sertifikasi dan dibudidayakan dengan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
Adapun macam-macam sertifikasi yang diberikan lembaga internasional yaitu Sertifikasi
Organik, Sertifikasi Rainforest Alliance, Sertifikasi Fair Trade And Shadegrower, Bird Friendly,
UTZ Kapeh, Starbuck CAFÉ dan Sustainable Agriculture Information (SAI) Platform. Di
Indonesia terdapat 7 (tujuh) lembaga sertifikasi organik antara lain LSPO Sucofindo, Mutu
Agung Lestari, INOFICE, Biocert, LSPO Sumatera Barat, Lesos dan LSPO Persada. Salah satu
lembaga sertifikasi organik yang digunakan oleh petani kopi di Lampung adalah INOFICE
(Indonesian organic farm certification). INOFICE merupakan lembaga sertifikasi organik yang
berada di bawah naungan Yayasan Peduli Organik Madani. Pelaksanaan sertifikasi organik
INOFICE mengacu pada SNI 01-6729-2013 mengenai sistem pertanian organik.
Sertifikasi organik merupakan bentuk penjaminan bahwa suatu produk diproses dan
diolah berdasarkan standar dan prinsip-prinsip pertanian organik yang digunakan oleh lembaga
sertifikasi. Untuk memperoleh sertifikasi organik pelaku usaha tidak hanya harus menjalankan
proses budidaya dan pengolahan sesuai standar organik, tetapi dalam proses budidaya tersebut
harus memperhatikan aspek lingkungan dan hak-hak sosial para pelaku organik. Sertifikasi kopi
organik tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan seperti sertifikasi
lainnya. Sertifikasi organik lebih menekankan pada pentingnya menjaga kelestarian lingkungan
dengan menerapkan praktik budidaya baik untuk meningkatkan produktivitas yang tinggi dan
berkelanjutan. Pada prinsipnya sertifikasi kopi organik dilakukan dengan mengedepankan
standar proses produksi mulai dari pembibitan, persiapan lahan, pemeliharaan kebun, pengolahan
pasca panen, sampai dengan penyimpanan di gudang eksportir, importir dan pabrikan (Mawardi,
2009).
Petani kopi lampung yang telah mendapatkan sertifikasi kopi organik dari INOFICE
yaitu petani kopi di daerah Kabupaten Lampung Barat. Kabupaten Lampung Barat merupakan
sentra utama penghasil kopi di Provinsi Lampung. Luas areal perkebunan kopi di Lampung Barat
pada tahun 2013 mencapai 53.560 ha dengan produktivitas sebesar 0,898 ton/ha. Produksi kopi
di Lampung Barat cenderung berfluktuasi karena adanya pengaruh cuaca ekstrim pada saat
pembungaan kopi.
Sertifikasi kopi organik diharapkan dapat meningkatkan mutu kopi yang pada akhirnya
dapat menaikkan daya saing kopi Lampung di pasar internasional serta mampu memberikan
manfaat baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan bagi petani kopi organik di Kabupaten
Lampung Barat

B. Tujuan
Adapun tujuan dari Makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Menganalisis manfaat sertifikasi INOFICE dari segi ekonomi yang ditinjau dari peningkatan
produktivitas, efisiensi biaya produksi, pendapatan, nilai tambah pengolahan kopi organik
menjadi kopi bubuk serta praktik usahatani kopi yang berkelanjutan secara ekonomi.

2) Menganalisis manfaat sertifikasi INOFICE dalam mengembangkan praktik usahatani kopi


yang memperhatikan lingkungan.

3) Menganalisis manfaat sertifikasi INOFICE dalam mengembangkan praktik usaha tani kopi
yang dapat diterima dari segi sosial.

4) Menganalisis manfaat sertifikasi INOFICE terhadap keberlanjutan usahatani kopi organik.

C. Permasalahan

Sertifikasi organik merupakan sertifikasi yang diberikan pada suatu produk yang
diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan alami dan menghindari bahan kimia sintetis serta
memperhatikan isu kelestarian lingkungan. Sertifikasi kopi organik lebih menekankan pada
lingkungan, produktivitas dan standar proses. Praktik budidaya kopi secara organik merupakan
salah satu cara untuk menerapkan konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture)
sehingga kelestarian lingkungan dapat terjaga.
Sertifikasi organik INOFICE mewajibkan petani untuk melakukan usahatani kopi secara
organik sesuai standar SNI. Praktik budidaya kopi secara organik dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan alami sebagai input produksi. Penggunaan bahan-bahan alami
sebagai input produksi akan menekan biaya produksi kopi karena tidak menggunakan bahan-
bahan kimia sintetis. Minimisasi input produksi dari luar selain ditujukan untuk mencegah
degradasi lahan dan lingkungan juga ditujukan untuk meningkatkan efisiensi biaya dalam
usahatani kopi. Efisiensi biaya akan meningkatkan besarnya manfaat bersih yang diterima oleh
petani kopi. Budidaya kopi secara organik juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas
kopi sehingga memberikan manfaat lebih besar bagi petani.

1). Apakah sertifikasi INOFICE dapat memberikan manfaat dari segi ekonomi ditinjau dari
peningkatan produktivitas, efisiensi biaya produksi, pendapatan usahatani, nilai tambah
pengolahan kopi serta praktik usahatani kopi yang berkelanjutan secara ekonomi?

2) Apakah sertifikasi INOFICE dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan praktik


budidaya kopi yang memperhatikan lingkungan?
3) Apakah sertifikasi INOFICE dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan praktik
budidaya kopi yang dapat diterima dari segi sosial?

4) Apakah sertifikasi organik INOFICE memberikan manfaat terhadap keberlanjutan usahatani


kopi organik?

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi :
1) Petani, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam melakukan praktik usahatani kopi
organik.

2) Pemerintah, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan yang
berkaitan dengan pengembangan kopi organik.
II. PEMBAHASAN
A. Keuntungan Produsen Kopi

Proses sertifikasi muncul karena perkembangan tuntutan para pelanggan kopi d negara-
negara maju. Demikian juga, produsen kecil yang mengikuti proses sertifikasi organic
merupakan tulang punggung gerakan ini. Keuntungan yang diberikan kepada produsen ini telah
menjadi topik perdebatan yang memanas dalam jurnal-jurnal akademik.

Salah satu cara prosedur organik yang dapat menurunkan biaya para produsenadalah
pengurangan ’input eksternal’, atau masukan eksternal. Menurut Rice (2001),

“Praktek organik merupakan cara bagi para petani meningkatkan produktivitas tanpa pemakaian
‘input eksternal’, yang menguntungkan bagi produsen karena biasanya ‘input’ itu sangat mahal.
Dalam kenyataan, uraian ini belum tentu benar, karena “panenan kopi sering turun pada waktu
petani pindah ke pertanian organik… tetapi, data dari satu laporan dari El Salvador menarik
sekali. Laporan ini tentang empat kelompok tani yang berbeda dan mempunyai lahan telah
disertifikasi organik maupun yang masih non-organik menunjukkan bahwa hasil dari lahan
organik hampir sama dengan hasil lahan non-organik, walaupun selalu lebih kecil. Oleh karena
itu, yang lebih menarik lagi adalah laporan tambahan pada masa depan, sehingga kita bisa
melihat kepada data selama jangka waktu yang lebih panjang.”

Demikian juga, keadaan sosial-ekonomi petani bisa bertambah baik, kalau mereka
berpartisipasi dalam proses sertifikasi organik. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa setelah
ikut proses itu, petani beruntung karena harga yang lebih tinggi yang mereka terima. Konsumen
yang membeli produk-produk organik lebih rela untuk membayar harga yang lebih tinggi, dan
sebagian juga diterima oleh petani. Tetapi ada kemungkinan kenyataannya tidak begitu juga,
karena kelihatannya price premium tersebut menurun terus-menerus. Selain itu, biaya
transformasi kadang kala sangat tinggi bagi para produsen.

Price premium diterima para produsen kopi organik (yang telah disertifikasi) biasanya
0.10 – 0.50 dolar Amerika per pound (Rupiah Indonesia 921 - 4600) lebih tinggi dari harga kopi
biasa.35 Berbeda dengan kopi Fair Trade (yang menentukan harga tertentu), harga dalam pasar
organik masih dipengaruhi fluktuasi pasar. Walaupun produsen terus masuk pasar kopi organik,
untuk sementara konsumsi kopi organic bertambah dengan pelan. Kelihatannya bahwa jumlah
konsumen tertentu yang tertarik pada kopi organik dan ingin membayar dengan harga yang lebih
tinggi sangat terbatas. Bacon (2005) dan Giovannucci dan Ponte (2005) mengatakan bahwa
sekarang ini kecenderungan price premium yang diterima produsen kopi menurun.

Selain price premium yang terus menurun, proses sertifikasi itu sendiri bisa merugikan
bagi produsen. Sebagai diungkapkan oleh Muradian dan Pelupessy (2005), bahwa standar
organik yang harus diikuti produsen sangat ketat, meliputi daur ulang sampah, mengurangi
polusi air, dan kandungan kimia, erosi, dan meningkatkan kualitas tanah. Pelaksanaan perubahan
ini bisa mahal bagi petani, khususnya dalam hal tenaga kerja. Selain itu, biaya membayar
lembaga sertifikasi bisa mahal bagi produsen. Biaya terakhir ini bisa dikurangi dengan cara
pemakaian lembaga sertifikasi setempat, semacam praktek yang didukungi oleh IFOAM.
B. Pertanian Organik dan Proses Sertifikasi
Permintaan untuk mengsertifikasi kopi sebagai komoditas organik berasal dari konsumen
yang dipengaruhi oleh gerakan pertanian organik. Kebanyakan para pendukung gerakan sosial
ini terdapat di negara-negara maju. Walaupun jumlah pendukung masih sedikit tetapi cukup
signifikan, dalam mempengaruhi pasar internasional yang selama ini telah didominasi oleh
komoditas yang diproduksi secara non-organik. Hanya sebagian kecil impor specialty coffee
(kopi khusus), kira-kira 3 persen, adalah kopi organik di pasar konsumen yang utama, yaitu
Amerika Serikat dan Eropa, pada tahun 2000.19 Sejak saat itu, pertumbuhan penjualan kopi
organik semakin lemah dan pasar yang baru di negara-negara berkembang belum pernah muncul
ng Lembaga yamemayungi pertanian organik adalah International Federation of Organic
Agriculture Movements (IFOAM)21 yang didirikan 33 tahun yang lalu dan sebagian visi dan misi
utamanya adalah “termasuknya prinsip-prinsip organik dalam rangka peraturan-peraturan dan
kebijakan internasional, yang akan menguntungkan dan mendorong perkembangan pasar-pasar
organik di seluruh dunia.”22 IFOAM diakui oleh beberapa lembaga-lembaga internasional
termasuk FAO (Badan Pangan dan Pertanian), UNCTAD (Konferensi Perdagangan dan
Pembangungan, Perserikatan Bangsa Bangsa), WTO (Organisasi Perdagangan Internasional),
dan ILO (Organisasi Buruh Internasional).

Pada awal mula dasar filsafat gerakan pertanian organik adalah lingkungan, difokuskan
kepada penjagaan kualitas tanah yang baik dan tidak menggunakan bahan kimia, dengan standar-
standar yang ketat mengenai daur ulang sampah, mengurangi pengotoran air, pemakaian bahan
kimia, maupun erosi.23 Sejak itu, gerakan organik ini telah berubah dengan memperlebar
fokusnya yang mencakup prinsip sosial, termasuk mendukung kondisi perdagangan yang lebih
menguntungkan bagi petani kopi rakyat. Yang memberi bukti tentang ini adalah pernyataan misi
IFOAM sendiri bahwa, “Tidak mungkin disangsikan lagi bahwa pendekatan Pertanian Organik
yang holistik termasuk prinsip tentang keuntungan umat manusia: petani, pekerja, pedagang,
pengecer seharusnya semunya terlibat dalam proses yang adil, dan memungkinkan semua orang
hidup dalam keadaan yang seimbang.

Sistem sertifikasi internasional dianggap rumit sebab jumlah badan sertifikasi yang
bekerja dalam negeri dan manca negara itu sangat banyak. Semakin popular pertanian organik,
maka semakin rumit lagi proses sertifikasi. Baru-baru ini, hal itu dipersulit lagi dengan
perkembangan peraturan-peraturan negara terhadap pertanian organik di Amerika Serikat, Eropa,
dan Jepang.26 Akan tetapi, IFOAM masih merupakan lembaga yang berkuasa baik untuk
mengakui lembaga sertifikasi maupun untuk pembakuan sertifikasi organik secara
internasional.27 Kelompok yang tidak disertifikasi oleh IFOAM juga mengikuti standar
organisasi itu dan mencakup norma dan prinsip sama terhadap lingkungan berkelanjutan dan
pemberdayaan petani rakyat. Pendirian lembaga dan penerapan sistem sertifikasi digambarkan
sebagai strategi untuk memperdayakan produsen kecil. Dua cara tersebut menguntungkan
produsen kopi dalam bentuk finansial dan hubungan yang baru dan bermanfaat sebagai sumber
mitra perdagangan selain informasi. Bentuk keuntungan sosial-ekonomi, misalnya price
premiums (harga yang lebih tinggi dari biasa), mengurangi penggunaan kimia yang sangat
mahal, dan praktek ekologi yang menimbulkan tahan yang berkelanjutan. Selain itu, para
pendukung pertanian organik mengusulkan perkembangan ini disertai dengan kemitraan
setempat dan internasional, yang dapat menimbulkan sistem perdagangan.
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1, Praktek organik merupakan cara bagi para petani meningkatkan produktivitas tanpa
pemakaian ‘input eksternal’, yang menguntungkan bagi produsen karena biasanya ‘input’ itu
sangat mahal. Dalam kenyataan, uraian ini belum tentu benar, karena “panenan kopi sering turun
pada waktu petani pindah ke pertanian organik… tetapi, data dari satu laporan dari El Salvador
menarik sekali. Laporan ini tentang empat kelompok tani yang berbeda dan mempunyai lahan
telah disertifikasi organik maupun yang masih non-organik menunjukkan bahwa hasil dari lahan
organik hampir sama dengan hasil lahan non-organik, walaupun selalu lebih kecil. Oleh karena
itu, yang lebih menarik lagi adalah laporan tambahan pada masa depan, sehingga kita bisa
melihat kepada data selama jangka waktu yang lebih panjang.

2. Lembaga yamemayungi pertanian organik adalah International Federation of Organic


Agriculture Movements (IFOAM)21 yang didirikan 33 tahun yang lalu dan sebagian visi dan misi
utamanya adalah “termasuknya prinsip-prinsip organik dalam rangka peraturan-peraturan dan
kebijakan internasional, yang akan menguntungkan dan mendorong perkembangan pasar-pasar
organik di seluruh dunia.”22 IFOAM diakui oleh beberapa lembaga-lembaga internasional
termasuk FAO (Badan Pangan dan Pertanian), UNCTAD (Konferensi Perdagangan dan
Pembangungan, Perserikatan Bangsa Bangsa), WTO (Organisasi Perdagangan Internasional),
dan ILO (Organisasi Buruh Internasional).

B. SARAN
Adapun saran dari kami semoga makalah ini dapat memberikan informasi serta
pengetahuan bagi pembaca dalam kehidupan sehari.
DAFTAR PUSTAKA

Aak.1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008. Standar Nasional
Indonesia: Jakarta

Brooker, D.B. 1992.Drying and Storage of Grain and Oilseeds. Van Nostrand Reinhold:
New York

Desmorieux, Helene. Cella Diallo dan Yezouma Coulibaly. 2008. Operation simulation
of a convective and semi-industrial mango dryer. Journal of Food Engineering. Elsevier.

Earle, R. L. 1999. Satuan OperasiDalamPengolahan Pangan. Penerjemah Z.


Nasution. Sastra Hudaya: Bogor

Jumari, A. dan Purwanto, A. 2005. Design of Rotary Dryer for Improving The Quality of
Product Semi Organic Phospate Fertilizer. Jurusan Teknik Kimia, FT UNS: Solo.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk dan

hidayah-Nya, Saya dapat menyelesaikan makalah “Kebijakan stanrisasi dan sertifikasi produk

pertanian” dengan lancar tanpa kendala berarti.

sMengingat keterbatasan pengetahuan yang Saya miliki. Maka untuk kesempurnaan

penyusunan makalah ini, Saya sangat mengharapkan kritikan positif dari semua pembaca

Makalah tentang bentuk lahan glacial dan aeolin, agar sesuai dengan tuntutan, keinginan dan

harapan pemakai. Sehingga menjadikan makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Anda mungkin juga menyukai