PENDAHULUAN
JEMBATAN : Adalah suatu struktur yang melintaskan alur jalan melewati rintangan yang
ada di bawahnya, tanpa menutupnya.
Alur jalan dapat diperuntukkan ; lalulintas umum jalan raya, kereta api, pejalan kaki, alur
air atau pipa.
Rintangan yang dibawahnya dapat berupa : sungai, jurang, saluran air (irigasi), jalan raya,
jalan kereta api, lembah, laut (selat ).
Jembatan yang melintas diatas jalan disebut : Viaduct.
Jembatan yang melintas diatas air disebut : Aquaduct.
Yang akan dipelajari pada PS .. adalah :
-
Untuk bentang jembatan yang sangat besar, bahan baja masih menjadi pilihan utama,
karena berbagai alasan terutama setelah dapat diatasi masalah karat pada baja :
-
Baja kuat dan ekonomis, mudah dipasang dan dapat diproduksi secara massal
dengan bentuk dan kualitas yang sama.
Perbandingan sifat-sifat fisik antara bahan : Baja, Duralumin, Beton dan Kayu.
DURALUMIN
BETON
Kerapatan (t/m3)
(SS. 41)
7.85
(A.6061)
2.70
(FC. 240)
2.40
(100%)
1600
(34%)
1500
(31%)
80
(6%)
60
(kg/cm2)
ijin Tarik (kg/cm2)
(100%)
1600
(94%)
1500
(5%)
-
(4%)
70
(100%)
924
(94%)
867
7.4 - 14.8
(4%)
5
(100%)
(94%)
(0,8-
(0,5%)
120
BARIS
A
B
ITEM
KAYU
0.50
ijin Tekan/Kerapatan
204
567
1,6)%
33
(100%)
2100
(272%)
700
(16%)
230
(59%)
70
(t/cm2)
E / ijin Tekan
(100%)
1.31
(33%)
0.47
(11%)
2.28
(3%)
1.16
(100%)
(36%)
(220%)
(87%)
Specific Strength menunjukkan berapa kekuatan yang dapat diberikan oleh bahan
dengan berat tertentu. Duralumin dengan Specific Strength tertinggi, berarti untuk
menerima gaya tertentu, duralumin adalah yang paling ringan karena itu dipilih sebagai
bahan pesawat terbang (Boeing 737).Sebaliknya, walaupun kerapatan beton hampir sama
dengan duralumin, tidak dipilih sebagai bahan pesawat terbang karena specific strength
yang amat rendah.
Aspek penting Specific Strength tampil pada Balok Cantilever :
Bila pada ujung balok yang bebas dikerjakan beban hidup, maka balok harus cukup
kuat untuk menahan beban hidup tersebut ditambah beban tetap akibat beratnya sendiri.
Makin panjang balok makin besar bebannya, makin besar pula tegangan yang
terjadi, makin besar juga penampang balok (makin kuat) yang dibutuhkan. Makin
panjang balok, makin besar penampang, makin besar juga beban tetapnya akibat berat
sendiri.
BAB II
BRIDGE ENGINEERING
Bridge Engineering mencakup :
4
2.1.
KOMPONEN JEMBATAN
1. Bangunan atas (Superstructure) :
-
- Trotoar
-
Gelagar pemikul
(utama)
Gelagar pemikul meneruskan beban diatas lantai kendaraan ke
tumpuan/perletakan.
2. Perletakan (Bearing) :
-
4. Pondasi :
-
5. Approach :
Ada tembok penghantar ditepi kiri dan kanan approach saat mendekati
awal lantai kendaraan.
ISTILAH
1. Panjang jembatan :
o Panjang yang diukur mengikuti garis tengah/sumbu jembatan mulai
dari satu ujung lanatai kendaraan sampai ujung lantai kendaraan yang
lain.
2. Bentang total :
o Jarak dari kedua pertengahan tembok pangkal.
3. Bentang Ekonomis :
o Adalah bentang jembatan yang memberikan biaya terendah pada
pembuatan jembatannya.
4. Linear Waterway :
o Jarak antara kedua garis perpotongan muka air tertinggi (air) sungai
dengan bidang depan tembok pangkal.
5. Effective Linear Waterway :
o Lebar total waterway dikurangi lebar effective pilar.
6. Scour :
o Pengikisan dasar sungai akibat arus air.
7. Afflux :
o Kenaikan muka air diatas muka air normal
8. Free Board (Tinggi Bebas) :
o Jarak muka air tertinggi (termasuk afflux) ke bagian bangunan atas
yang paling rendah.
9. Ruang Bebas ( Clearance ) :
o Ruang (luas) yang diperlukan untuk lewat lalulintas ditambah jarak
tertentu kekiri-kanan dan ke atas.Semua unsure jembatan harus diluar
Ruang Bebas.
DESAIN JEMBATAN
1. Pemilihan tempat (site) jembatan.
2. Pemilihan type jembatan.
3.
Perhitungan Struktur.
Tanah kuat dan dasar yang tidak kena erosi, perlu untuk pondasi
tembok pangkal dan pilar.
o Clearance
arah
vertical
maupun
horizontal
yang
dipersyaratkan.
o Tinggi muka jalan minimum dan maksimum yang diijinkan.
o Letak lapisan-lapisan tanah.
o Tinggi galian atau timbunan untuk approach.
-
12
o Khuluk ( nature ) dan sifat fisika dari tanah yang ada pad dasar
tepian/tebing dan approach.
o Detail sumur percobaan atau potongan lubang bor ;
memberikan khuluk dan sifat fisika lapisan-lapisan tanah,
letaknya smpai ke lapisan yang cukup untuk pondasi.
o Tegangan ijin tanah yang aman untuk pondasi.
o Pengaruh gempa.
8. Data Musim ( Meteorologi ) :
Suhu, kemungkinan adanya badai, kecepatan angin, karakteristik
hujan, periode musim hujan, kelembaban relative dan salinity.
9. Skema beban :
2.3.2. Pemilihan Tipe Jembatan :
Tipe jembatan dapat dibedakan menurut :
a. Umur :
- permanent.
- sementara.
b. Bahan :
- baja.
- Beton (tulangan+pratekan).
- Kayu.
c. Kedudukan :
- tetap.
- gerak.
- orang
- umum
- kereta api
13
- air
f. Jenis lalulintas yang diseberangkan :
- statis tertentu
- statis tak tentu
pemeliharaan sedikit.
stabilitasnya.
- pada batas tertentu juga tergantung pada bentang
jembatan.
ad. g) Bentuk Struktur : - tergantung pada bahan dan bentang.
14
CATATAN :
1. Masih ada tipe jembatan lain di luar yang telah disebut, a.l : - jembatan
persegi panjang
- jembatan miring.
2. Untuk desain jembatan yang utama adalah :
Letak l.k = tinggi konstruksi yang tersedia.
Bentuk struktur = penentuan bentang.
3. Sistem Statik = keadaan tanah.
2.3.3 Penentuan bentang yang ekonomis
(setelah bahan yang dipakai ditetapkan)
Biaya total jembatan tergantung pada :
-
Besarnya bentang.
Keadaan cuaca.
Asumsi :
1. Jembatan terdiri atas beberapa bentang yang sama.
2. Biaya konstruksi pemikul dan ikatan angin sebanding dengan kuadrat bentang.
3. Biaya l.k berbanding lurus dengan bentang.
4. Biaya pilar konstan.
5
linear waterway.
l = bentang jembatan.
n = jumlah bentang = L/l
B = biaya bangunan atas untuk bentang L.
W = harga ikatan angin bentang L.
V = harga lantai kendaraan bentang L.
B = H+W+V
15
L
n
H W V
n2 n2 n
= 2A + nP P +( H +W ) n 1 V
dK
0
dn
1
(H+W) = 0
n2
PP=
1
(H+W)
n2
1
V
2 (H+W) +
n
n
a,b = konstanta
h = tinggi pilar
l
= bentang viaduk
pada bentang l = 0
P = a.h
P = (a+b.l)h = a b h
n
K = 2A + (n 1)P + (
= 2A + (n-1)( a b
1
V
(H W ) ) x n
2
n
n
L
1
)h +
(H+W) + V
h
n
16
Penyederhanaan : (n-1)
(n)
1
(H+W)+V
l
a.h -
1
(H+W) = 0
n2
a.h =
1
(H+W)
n2
harga min
satu pilar
(l=0)
Bentang ekonomis : diperoleh pada harga satu bentang jembatan tanpa l.k sama
dengan harga minimum satu pilar atau harga paling
ekonomis pada bentang terkecil yang masih diijinkan.
Untuk menentukan harga pilar diperlukan : tipe pondasi yang dipakai; sedang tipe
pondasi harus memperhitungka scouring dan keadaan
tanah.
Cara pembuatan pondasi dan pilar banyak ditentukan oleh tinggi muka air.
2.3.4 Scouring
Scouring : adalah proses pendalaman dasar sungai akibat arus air.
Besarnya scouring dipengaruhi antara lain oleh :
1. kecepatan air.
2. sifat tanah dasar sungai.
Kecepatan air pada profil tertentu dipengaruhi oleh :
a. debit air.
b. Jumlah, bentuk, ukuran pilar da bagian tembok pangkal dalam aliran.
Banyak rumus untuk menaksir besarnya scouring antara lain :
d = 0,473 (Q/f) 0,33
d = kedalaman normal scour dibawah M.A.T pada profil yang stabil (m).
Q = debit rencana (m3/d).
f = factor lanau dari Lacey = 1,75
17
Rumus berlaku untuk effective liner waterway (L) = lebar regime (W).
Untuk L<W, maka hasilnya dilipatkan dengan factor (W/L) 0, 07 .
Kedalaman maksimum scour = .d
1. pondasi langsung.
2. pondasi sumuran.
3. pondasi tiang pancang.
4. Caisson.
Kemungkinan penurunan pondasi atau uplift perlu diperhitungkan.
Tinggi Muka Air Tertinggi : dapat diperoleh dari :
a. pengamatan di lapangan.
b. perhitungan debit maksimum sungai.
2.3.6 Tinggi Bebas di atas M.A.T
-
Bagian terbawah bangunan atas dan perletakan, harus bebas dari air.
Q (m3/d)
< 0,3
150
3,0
450
30,0
300,0
600
900
19
3000,0
1200
>3000,0
1500
Untuk jembatan busur, tinggi bebas diukur dari bagian terbawah pada
puncak busur :
t >
1
1
dalamnya air +
tinggi puncak (diukur sebelah dalam
10
3
Peraturan bahan.
Cara erection.
Peraturan beban.
Kaidah-kaidah geotehnik.
Control Stabilitas :
-
21
BAB III
KONSTRUKSI JEMBATAN BAJA BENTANG
PENDEK
3.1.
Jembatan Gelegar :
Rel KA
Balok
Melintang
Ikatan
Tumbuk
Balok
Memanjang
23
Perhitungan : , , f
3.2.
Beton bertulang.
Gelagar memanjang.
Gelagar melintang.
Batang tepi
Ikatan siku
Ikatan silang
i- silang
i- siku
L iab
L iab
Bandingkan
kebutuhan
gelagar
memanjang
gelagar
Gambar
optimum
Gambar 3.6 grafik hubungan dengan berat bentang
-
b) Kontrol :
-
Terhadap lipat.
26
2m
Melan : n1 n 1
3 m
Bleich : n1 n 1
4
AEI
l
b) Ikatan silang.
c) Ikatan angin.
d) Ikatan rem.
e) Untuk kereta api ikatan tumbuk.
Ikhtisar tegangan pada flens atas dan bawah:
Flens Atas:
Flens Atas:
1. Beban Tetap
2. Beban Hidup
3. Angin Kendaraan
5. Ikatan Rem
Flens Bawah:
Flens Bawah:
1. Beban Tetap
2. Beban Hidup
3. Angin Kendaraan
27
3.3.
Jembatan Rangka :
Batang rangka :
Profil baja.
Profil tersusun.
Gelagar memanjang.
Gelagar melintang.
Cari yang ekonomis untuk lantai kendaraan.
Ikatan-ikatan:
-
Portal akhir.
Ikatan silang.
Ikatan rem.
28
Perhitungan :
a)
b)
Tetapkan bentang : L.
c)
Diagonal :
D
h
V
H
cos
Panjang Diagonal : 1
cos
Luas penampang : F
D
V
sin
Volume diagonal: F .1
sin cos
V .
sin cos
2.V .
sin 2
Vertikal
Panjang batang : h .tg
Volume minimum bila h kecil. Jadi 0 45 o .
Berapa diambil ?
atau h dipengaruhi oleh skema beban dan bentang jembatan L.
h
1
1
L L (1/8 untuk L besar)
8
5
30
1
1
jembatan tertutup.
jembatan terbuka.
Jembatan terbuka: tanpa ikatan angin atas, jadi kurang kaku.
Bila h < tinggi ruang bebas
-
Pelat simpul
31
Pelat simpul
Pelat simpul
32
S n+1
S (2)
Sn
33
M thd 2 : S n 1 .e" S n .e 0
M thd 3 : S .e" S n .e 0
untuk e antara (1) dan (3) ada momen sekunder !
b) Pada titik (4) :
S . S n .e
S n .e
S n .e
S
S n 1 S n
Sn
RA .X n
hn
S n 1
R A .X n 1
hn 1
hn 1 hn
S n 1 S n
R A . X n 1 R A . X n
hn
RA
hn
Xn
.e
hn
X
n .e
RA .
hn
RA .
n
.e n.e
34
Ikatan angin:
-
bentuk silang
bentuk K atau belah
ketupat.
35
e) Penyaluran gaya :
Ikatan angin bawah :
Garis
perletakan
Garis
perletakan
TERBUKA
RA
RB
i.a.a
Wa
Portal
Akhir
p.a
p.a
Wa+ Wb
i.a.b
h.Wa/b
h.Wa/b
Wa
1
a .L
2
Wb
1
b .L
2
(2)
(1) p.a
(2)
p.a
(2) WA
(1) p.a
(2)
(1)
(2)
p.a
(2) WA
36
Ikatan Angin
Atas
WA
WA
(1) WA
(2) WA
(2) WA
(1) WA
Ikatan Angin
Bawah
WA
WA
WB
WB
Gambar 3.13 Ikatan silang dengan lantai kendaraan di atas dan di bawah
-
38
P
k
h
Ic
Ac
H
1
H
2
V2
V1
F/Cos
P
3
s
o
C
H1 1
V1
H2
4
V2
39
M 1 0
P. P ( L ) k ..h V2 .L 0
V2 2.P.
k ..h
k ..h
P
; V1 2.P. P
L
L
L
L
Free body :
Kolom (1) (2) : M 2 0 V1 . H 1 .h 0 ; H 1
.V1
h
.V2
h
H 1 H 2 k .
V1 V2 k . V1 V2 k .h
h
2 P k .h Pcr
k .h
2
2 .E .I c
2. 2 .E.I c
perlu
h2
h3
cos L2 h 2
Ad .E
F L2 h2
2 Ad .E.cos2
Ad .E.cos k 2 2
L h
F .k
k perlu
2 2 .E.I c
Ad .E. cos 2
h3
L2 h 2
cos 2
L2
L2 h 2
k perlu L2 h 2
E.L2
40
k L2 h 2
Ad
E.L2
k > kperlu
-
Ikatan Rem :
-
41
(1)
(1)
(1)
(1)
Lantai kendaraan
Lantai kendaraan
Ikatan rem
rol
Ikatan rem
= gaya rem
42
Ikatan Tumbuk :
-
43
i.
tumbu
k
Gelagar melintang
Gelagar melintang
Gaya tumbuk
Gelagar melintang
Gambar 3.17 Gaya-gaya pada ikatan tumbuk
Besar gaya
m
mv 2
(1,5 m di atas rel).
R
berat
kg ; v = kecepatan (m/dt)
g
Stabilitas :
-
Formula Engesser :
C
y=1
y=1
C
n.
.x
y y o . cos
v
v
x
2
Q dR
dR
x 0
45
v
2
cos
.x
dx
v
C.v
y
. o
M tengah N . y o Q
v
2
v
x.dR
2 0
E.I . y M
v
2
N c min .;
2 .E.I C.v 2
2
v2
.
dN c
2. 2 .E.I 2.C.v
0
2 0
dv
v3
v 4
E.I .
C
v = panjang tekuk
.E.I
E.I .
2
.
C
2
E.I .
C 2 C.E.I
2
C. 2 .
C.E.I
Nilai C :
46
M H .h1
M H .h1
3
H .h2
a1
3.E.Iv
47
b
2 H .h1 .b
E.Ig
2.E.Ig
M
a o .h1
H .h1 .b
2.E.Ig
h .b
h
a o a1 H 1
2
2.E.Ig 3.E.Iv
2
h1 b
h2
1 cm C
2
.
E
.
Ig
3
.
E
.
Iv
h1 .b
h
2
2.E.Ig 3.E.Iv
2
R 2b W h V j B b P p G t 0
48
B b P p V j G t
2b
300
So
/ menit; no 2.
1
So
S o lendutan jembatan.
Catatan :
Untuk jembatan gantung, getaran berbahaya, karena kabel
tidak dapat menerima gaya tekan.
c) Lendutan : pemberian lendutan kontra, agar konstruksi
jembatan tidak tampak lemah.
BAB IV
KONSTRUKSI LANTAI KENDARAAN
4.1.
Tipe Konvensional :
49
Terdiri atas :
a) Pelat lantai kendaraan.
b) Gelagar memanjang.
c) Gelagar melintang.
Bahan :
a) Pelat lantai kendaraan :
-
Beton bertulang.
b) Gelagar memanjang :
-
Baja profil..
c) Gelagar melintang :
-
Perhitungan :
a) Pelat lantai kendaraan :
-
b) Gelagar memanjang
-
c) Gelagar melintang
-
50
4.2.
Balok Komposit :
Terdiri atas :
a) Pelat lantai kendaraan yang menjadi suatu kesatuan dengan gelagar
memanjang.
b) Tanpa atau dengan gelagar melintang.
Bahan :
a) Pelat lantai kendaraan dari beton bertulang, bekerja sebagai flens dari
gelagar memanjang yang terbuat dari : baja profil atau profil tersusun.
b) Gelagar melintang dari baja profil atau profil tersusun.
Keuntungan Komposit :
a) Pengurangan berat baja (20% - 30%)
b) Tinggi profil baja lebih kecil, jadi tinggi konstruksi juga tambah kecil.
c) Kekakuan lantai kendaraan lebih besar (pembagian beban arah melintang
lebih baik)
d) Untuk profil yang telah ditetapkan, bentang dapat lebih besar.
e) Kemampuan menerima beban lebih besar.
Kelemahan Komposit:
51
Pembagian
M pelat M profil
D e
M pelat M profil D e
52
a) Tanpa Perancah
b) Dengan Perancah
Gambar 4.2 Tegangan pada pelat yang menggunakan perancah dan tidak.
a) Tentukan jarak profil baja.
b) Tentukan tebal pelat beton.
c) Pilih profil baja.
d) Tentukan lebar kerja (dari peraturan)
e) Hitung :
a. Titik berat komposit.
b. I komposit.
f) Tentukan shear connector yang dipakai dan daya dukungnya.
g) Hitung : momen maksimum pada balok, dan gaya lintang maksimum pada
balok akibat :
a. Beban tetap
b. Beban hidup.
c. Perbedaan suhu pelat beton dan profil baja
d. Susut beton
e. Rangkak beton
f. Gaya rem
h) Hitung :
a. Tegangan akibat M maks di beton bertulang dan baja profil.
b. Jumlah dan jarak shearconnector yang diperlukan.
i) Untuk gelagar di atas beberapa tumpuan, ada momen negative.
hitung titik berat komposit tanpa beton dan I tanpa beton.
53
4.3.
Gelagar Hybrid
Gelagar Hybrid : profil baja dengan mutu baja flens yang lebih tinggi dari mutu
baja badannya; sambungan dilakukan dengan las (menerus)
Gelagar hybrid dapat dipakai pada non komposit dan komposit.
Untuk non komposit :
a) Flens atas dan bawah, batas kekuatan lelehnya sama.
b) Batas kekuatan leleh badan lebih rendah dari flens, tetapi tidak lebih dari
35%.
c) Luas flens tekan 100% - 116% luas flens tarik.
Untuk komposit :
a) Flens tekan batas kekuatan leleh lebih rendah dari pada flens tarik; asal
tidak lebih rendah dari batas kekuatan leleh badan, dan tidak lebih dari
35% di bawah batas kekuatan leleh flens tarik.
b) Untuk momen positif luas flens tekan tidak lebih dari flens tarik.
Criteria perencanaan pada umumnya sama dengan gelagar biasa; dengan catatan
untuk badan berlaku :
a)
ijin badan.
c) Las pengaku badan dan las hubungan flens dan badan didasarkan pada
ijin flens.
d)
y badan
y flens
0,7
Kerugian konstruksi hybrid sama dengan kerugian konstruksi las pada umumnya,
yaitu :
a) Pemanasan yang tidak merata, mekaibatkan distorsi pada unsur yang dilas.
54
55
1
L.
300
2.
3.
4.
rusuk terbuka
2.
b. Rusuk terbuka :
1.
2.
3.
c. Rusuk tertutup :
1.
2.
3.
Tertutup:
pembuatan mudah.
2.
3.
4.
5.
57
6.
b. Tertutup :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
e) Gelagar melintang :
a. Dari profil tersusun, berbentuk T terbalik, flens atas adalah pelat
lantai kendaraan.
b. Jarak antara gelagar melintang 4 15 ; makin besar bentang
gelagar melintang, makin besar jarak antaranya.
c. Dititik tertentu dibuat gelagar melintang, yang lebih tinggi
berfungsi sebagai diafragma.
d. Flens bawah diafragma dimanfaatkan sebagai ikatan angina.
f) Lapisan pelindung pelat lantai kendaraan :
Syarat-syarat bagi bahan pelindung :
a. Ringan; tebalnya cukup untuk menutup semua bagian yang tidak
rata pada permukaan lantai kendaraan.
b. Tidak licin.
c. Stabil, tahan lama, dibawah : pengaruh pergantian suhu udara,
beban lalu lintas dan gaya rem.
d. Mencegah korosi; kedap air dan kedap bahan kimia.
e. Tidak terlihat retak serta tetap melekat pada pelat baja dalam
keadaan bagaimana dan apa saja.
Bahan yang dipilih :
a. Beton aspal untuk lapisan aus (2 4 cm)
58
2.
59
60
RUSUK TERBUKA
RUSUK TERTUTUP :
2.
M bebanhidup
M bebantetap M bebanhidup
x
62
M x dM x
V x dV x
V y dV y
My
Vy
M x dM x
M y dM y
a dx
M y
M y dM y
Vx
Mx
M x
(dari no. 1)
(1)
dV x dV y
q
dx
dy
dy
dy
V y dV y dx
2
2
dM y
dy
dM x
Vy 0
dx
63
(3)
subtitusi :
dM x dM y
Vx 0
dx
dy
dV y
dy
dV x
dari (3) ke dalam (1) :
dx
d dM x dM y
dx dx
dy
2
2
d 2 M x d M y d M y d 2 Mx
dy.dx
dx.dy
dx 2
dy 2
d dM y dMx
dy dy
dx
2
d 2M y
d 2 M x d M y d 2 Mx
q
(4)
dy.dx
dx.dy
dx 2
dy 2
karena :
(5.a)
Mx
d 2w
E.Ix
dx 2
d2
d2
d 2w
E
.
I
.
x
x
dx 2
dx 2
dx 2
d 2M x
d 4w
(5.b)
E .I x . 4
dx 2
dx
(6.a)
(6.b)
My
E .I y
d 2M y
dy 2
dw
dy 2
E .I y .
d 4w
dy 4
(7.a) T M G.K
(7.b) M G.K .
(8.a) M x G.K x
d
dw
d 2w
G.K x
dx
dy
dx.dy
d 2 M x
d 4w
G.K x 2 2
(8.b)
dx.dy
dx dy
(9.a) M y G.K y
d 2w
dy.dx
64
(9.b)
d 2 M y
dx.dy
G.K y
d 4w
dy 2 dx 2
4w
4w
4w
G
.
K
G
.
K
E
.
I
q
x
y
y
x 4
x 2 .y 2
y 4
(11) D x
2.H
(12) D x
E .I y
E .I x
; Dy
b
a
G.K x G.K y
b
a
4w
4w
4w
2
.
H
D
q
y
x 4
x 2 .y 2
y 4
Metode pelikan-Esslinger :
1. Sistim I
2. Sistim II
Dx Dy
Dx H 0
H Dy
(13) D y
4w
q
y 4
65
Dx Dy
Dx H 0
H Dy
(14) 2.H
4w
4w
D
q
y
x 2 .y 2
y 4
(8) Perhitungan :
1. Secara analitik, untuk busur rangka batang, analisa strukturnya dapat digunakan
prinsip kerja virtual (suatu system dalam keadaan setimbang, jika selisih kerja
yang diakibatkan oleh kerja luar dan kerja dalam = NOL). Teori bentuk busur
yang lain dapat dilihat pada Timoshenco, Teori of Structure. Missal busur
masif/terjepit (hal. 419), busur 3 sendi (hal. 129), busur 2 sendi (hal. 299).
2. secara numeric, analisa struktur konstruksi busur dapat dilakukan dengan Metoda
Elemen Hingga atau Kekakuan Langsung. Piranti-piranti lunak untuk keperluan
ini telah tersedia banyak, missal ETABS, SAP, dan lain-lainnya.
Pemilihan model elemen dapat dilakukan sebagai berikut :
a. untuk busur massif (dinding penuh) : elemen PLANE FRAME (portal bidang)
b. untuk busur rangka batang:
elemen PLANE TRUSS (rangka bidang) atau
elemen SPACE TRUSS (rangka ruang, jika analisa strukturnya
mengikutkan langsung ikatan-ikatan anginnya)
*** untuk konstruksi statis tak tentu, analisa harus mencakup perubahan suhu.
66