BAB I
PENDAHULUAN
I.1
PERENCANAAN STRUKTUR
Perencanaan struktur bisa di definisikan sebagai paduan dari seni dan ilmu, yang
Page 1
STRUKTUR BAJA 1
3. Analisa struktur.
4. Hubungan antara fungsi rancangan dan fungsi struktur
Perencanaan kerangka struktural adalah pemilihan tata letak dan ukuran elemen
struktural sehingga beban kerja (service load) dapat dipikul dengan aman.
Garis besar prosedur perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Perancangan. Penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur. Tetapkan criteria
yang dijadikan sasaran untuk menentukan optimum atau tidaknya perencanaan yang
dihasilkan.
2. Konfigurasi struktur perencanaan. Penataan letak elemen agar sesuai dengan fungsi
dalam langkah 1.
3. Penentuaan beban yang harus dipikul.
4. Pemilihan batang prarencana. Berdasarkan keputusan dalam langkah 1, 2, dan 3,
pemilihan ukuran batang dilakukan untuk memenuhi criteria obyektif seperti berat
atau biaya terkecil.
5. Analisa. Analisa struktur untuk menentukan aman (tetapi berlebihan) atau tidaknya
batang yang dipilih. Termasuk dalam hal ini ialah pemeriksaan semua faktor kekuatan
dan stabilitas untuk batangserta sambungannya.
6. Panilaian. Apakah semua ketentuan dipenuhidan hasilnya optimum? Bandingkan
hasilnya dengan criteria yang ditentukan di atas.
7. Perencanaan ulang. Pengulangan suatu bagian dari langkah 1 samapai 6 yang
dipandang perlu atau dikehendaki berdasarkan penilaian di atas. Langkah 1 sampai 6
merupakan proses iterasi.
8. Keputusan akhir. Penentuan opimum atau tidaknya perencanaan yang telah dilakukan.
Page 2
STRUKTUR BAJA 1
I.2
BEBAN
Penentuan beban yang bekerja pada struktur atau elemen struktur secara tepat tidak
selalu bisa dilakukan. Walaupun lokasi beban pada struktur diketahui, distribusi beban dari
elemen ke elemen pada struktur biasanya membutuhkan anggapan dan pendekatan. Beberapa
jenis beban yang paling umum dibahas yaitu:
1. Beban Mati
Beban mati adalah beban kerja akiba gravitasi yang tetap posisinya; disebut demikian
karena bekerja terus menerus dengan arah ke bumi tempat struktur didirikan. Berat struktur
dipandang sebagai beban mati, demikian juga pelengkapan yang digantungkan pada struktur
seperti pipa air, pipa listrik, saluran pendingin dan pemanas ruangan, lampu, penutup lantai,
genting, dan plafon (langit-langit), dengan kata lain, semua benda yang tetap posisinya selam
struktur berdiri dipandang sebagai beban mati.
2. Beban Hidup
Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi, disebut beban
hidup. Contoh dari beban hidup adalah manusia, mebel (furniture), peralatan yang dapat
Tugas Kelompok III
Page 3
STRUKTUR BAJA 1
bergerak, kendaraan, dan barang-barang dalam gudang. Beberapa beban hidup secara praktis
bisa permanen, sedang lainnya hanya bekerja sekejap. Karena bersar yang sesungguhnya dan
posisi dari beban ini sangat sukar ditentukan.
ANSI-1972 membatasi reduksi sebesar:
Rmaks = 23 (1+D/L) 60
Dimana:
R = reduksi dalam persen
D = beban mati dalam psf
L = beban hidup dalam psf
3. Beban Hidup Jalan Raya
Pembebanan kendaraan jalan raya di Amerika telah distandarisasi oleh American
Asspciation of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) [3} menjadi beban
truk dan beban jalur standar yang mendekati bban suatu rangakaian truk.
4. Kejut
Istilah kejut (impact) seperti yang biasanya digunakan dalam perencanaan struktur
menyatakan pengaruh dinamis dari beban yang diberikan secara tiba-tiba. Dalam
merencanakan suatu struktur, bahan-bahan ditambahkan secara perlahan-lahan; orang yang
memasuki suatu gedung juga dianggap beban yang bertahap. Beban mati merupakan beban
statis, dan tidak mempunyai pengaruh lain di samping beratnya sendiri.
AASHTO-1977 [3] menetapkan secara empiris bahwa factor kejut yang dinyatakan
sebagai bagian dari beban hidup adalah:
I=
50
0,30
L+125
5. Beban Salju
Sebagian atau seluruh beban hidup untuk perencanaan atap bisa berupa bebn salju.
Karena salju mempunyai berat
perencanaan atap diketahui, beban per satuan luas atan hanyalah berkala.
6. Beban Angin
Semua struktur memikul beban angin tetapi umumnya hanya pada bangunan dengan
tinggi lebih dari tiga ata empat tingkat dan jembatan yang panjang, peninjauan angin secara
khusus diperlukan.
Page 4
STRUKTUR BAJA 1
1
q= V
2
7. Beban Gempa
Gempa bumi menimbulkan pergerakan dalam arah mendatar vertikal, dengan besar
gerak vertical yang umumnya jauh lebih kecil. Karena gerak mendatar mengakibatkan
pengaruh paling besar, pengaruh gerak ini biasanya dipandang sebagai beban gempa.
I.4
fy
dibanding dengan bahan lain, hal ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi baja
bisamempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang lebih panjang, sehingga struktur lebih ringan
dan efektif.
I.4.2 Keseragaman (Uniformity)
Sifat-sifat baja tidak berubah karena waktu, berbeda dengan beton dan kayu yang
tergantung waktu. Hampir seluruh bagian baja memiliki sifat-sifat yang sama sehingga cukup
menjamin kekuatannya. Pada beton dapat terjadi perbedaan sifat pada bagian yang berbeda
meskipun waktu pembuatan dan mutu betonnya sama. Begitu pula dengan kayu yang ditandai
dengan adanya mata kayu dan ketidakseragaman dimensi penampang.
Keseragaman Baja dibuat dalam kondisi yang sudah diatur (fabrikasi) sehingga
mutunya seragam.
Page 5
STRUKTUR BAJA 1
I.4.3 Elastisitas (Elasticity)
Baja mendekati perilaku seperti asumsi yang dibuat dalam perencanaan, karena
mengikuti hukum Hooke, walaupun telah mencapai tegangan yang cukup tinggi. Modulus
elastisitasnya sama untuk tarik dan tekan. Pada beton, tegangan tarik, tekan, dan modulus
elastisitasnya berbeda. Demikian juga pada kayu, dibedakan tegangan searah serat dengan
tegak lurus serat.
Modulus elastisitas besar dengan modulus yang besar, struktur akan cukup kaku
sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pemakai. Jika dibandingkan dengan bahan yang
lain, untuk regangan yang sama baja akan mengalami tegangan yang lebih besar sehingga
kekuatannya lebih optimal.
I.4.4 Daktilitas (Ductility)
Daktilitas adalah kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan deformasi
inelastik bolak-balik berulang diluar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan
sejumlah besar kemampuan daya dukung bebannya. Manfaat daktilitas ini bagi kinerja
struktural adalah pada saat baja mengalami pembebanan yang melebihi kekuatannya, baja
tidak langsung hancur tetapi akan meregang sampai batas daktilitasnya sebelum runtuh.
Demikian juga pada beban siklik, daktilitas yang tinggi ini menyebabkan baja dapat menyerap
energi yang besar. Atau dengan kata lain daktilitas mampu mencegah robohnya bangunan
secara tiba-tiba misalnya pada peristiwa gempa bumi.
I.4.5 Kuat Patah/Rekah (Fracture Toughness
Baja adalah material yang sangat ulet sehingga dapat memikul pembebanan yang
berulang-ulang. Komponen struktur baja yang dibebani sampai mengalami deformasi besar,
masih mampu menahan gaya-gaya yang cukup besar tanpa mengalami fraktur. Keuletan ini
dibutuhkan jika terjadi konsentrasi tegangan walaupun tegangan yang masih di bawah batas
yang diizinkan. Pada bahan yang tidak mempunyai keuletan, keruntuhan dapat terjadi pada
tegangan yang rendah dan akan bersifat getas (keruntuhan secara langsung).
I.5
Page 6
STRUKTUR BAJA 1
I.5.1 Biaya Perawatan (Maintenance Cost)
Baja bisa berkarat karena berhubungan dengan air dan udara. Oleh sebab itu, baja
harus dicat secara berkala.
I.5.2 Biaya Penahan Api (Fire Proofing Cost)
Kekuatan baja berkurang drastis pada temperatur tinggi. Untuk mengatasi masalah ini,
baja struktural harus dilindungi dengan bahan insulasi/penahan panas.
I.5.3 Kelelahan (Fatigue)
Kelelahan pada baja tidak selalu dimulai dengan yielding (leleh) atau deformasi yang
sangat besar, tetapi dapat juga disebabkan beban siklik ataupun pembebanan yang berulangulang dalam jangka waktu yang lama. Kejadian ini sering terjadi pada struktur yang berbentuk
jembatan, dikarenakan adanya pembebanan berulang melalui lalu lintas harian rata-rata yang
melewati jembatan tersebut.
I.5.4 Rekah Kerapuhan (Brittle Fracture)
Struktur baja ada kalanya tiba-tiba runtuh tanpa menunjukkan tanda-tanda deformasi
yang membesar. Kegagalan ini sangat berbahaya dan harus dihindari. Berbeda dengan
kelelahan, rekah kerapuhan disebabkan oleh beban statik.
I.6
Menurut SNI 03-1729-2002, sifat mekanis baja struktur yang digunakan dalam
perencanaan harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada tabel berikut :
Page 7
STRUKTUR BAJA 1
Tegangan leleh untuk perencanaan ( f y ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang
diberikan pada tabel sifat mekanisme baja struktural.
Tegangan Putus (Ultimate Stress)
Tegangan putus untuk perencanaan ( f u ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang
diberikan pada tabel sifat mekanisme baja struktural.
Sifat-sifat mekanis lainnya
Sifat-sifat mekanisme lainnya baja struktural untuk perencanaan adalah sebagai berikut :
Modulus elastis : E - 200.000 Mpa
Modulus geser : G - 80.000 Mpa
Nisbah poisson : 0,3
Koefisien pemuaian : - 12. 106 / C
I.7
dipilih untuk menyanggah dan menyalurkan beban pada keseluruhan struktur dengan baik.
Adapun jenis-jenis baja struktural yang umum digunakan adalah profil baja giling (rolled
steel shapes) dan profil baja yang dibentuk dalam keadaan dingin (cold formed steel shapes).
Adapun bentuk dan peraturan yang digunakan yaitu:
1. Profil Baja Giling (Rolled Steel Shapes)
Batang baja dipilih dari profil giling (rolled shapes) standar yang ditentukan
oleh American Institute of Steel Construction (juga diberikan oleh American Society
of Testing and Materials (ASTM) A6 Specification). Tentunya pengelasan
memungkinkan penggabungan plat dan/atau profil lain untuk mendapatkan suatu
profil yang dibutuhkan oleh perencana atau arsitek.
Komponen struktur baja dapat juga dihasilkan dengan pencetakan, yang dalam
kasus yang sangat kompleks memungkinkan pembuatan bentuk penampang yang
sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, teknik ini bermasalah ketika digunakan untuk
Page 8
STRUKTUR BAJA 1
komponen struktur, yang disebabkan oleh kesulitan untuk menjamin mutu cetakan
yang baik dan sama di keseluruhan bagian.
Fungsi struktur merupakan faktor utama dalam penentuan konfigurasi
struktur. Berdasarkan konfigurasi struktur dan beban rencana, setiap elemen atau
komponen dipilih untuk menyangga dan menyalurkan beban pada keseluruhan
struktur dengan baik. Batang baja dipilih sesuai standar yang ditentukan oleh
American Institute of Steel Construction (AISC) juga diberikan oleh American Society
of Testing and Materials (ASTM). Pengelasan memungkinkan penggabungan plat
dan/atau profil lain untuk mendapatkan suatu profil yang dibutuhkan oleh perencana
atau arsitek.
Profil baja giling dibentuk dengan cara blok-blok baja yang panas diproses
melalui rol-rol dalam pabrik. Profil baja giling ini mengandung tegangan residu
(residual stress) yaitu tegangan yang timbul sebagai akibat proses pendinginan baja.
Jadi, sebelum batang dibebani sudah ada residual stress yang berasal dari pabrik.
Penampang yang dibuat dengan penggilingan panas, seperti diperlihatkan
pada Gambar 1.7.1. Penampang yang paling banyak dipakai ialah profil sayap lebar
(wide-flange) [Gambar 1.7.1 (a)] yang dibentuk dengan penggilingan panas dalam
pabrik baja. Ukuran profil sayap lebar ditunjukkan oleh tinggi nominal dan berat per
kaki (ft), seperti W18 X 97 mempunyai tinggi 18 in (menurut AISC Manual tinggi
sesungguhnya = 18,59 in) dan berat 97 pon per kaki. (Dalam satuan SI, penampang
W18 X 97 disebut sebagai W460 x 142 yang tingginya 460 mm dan massanya 142
kg/m).
Balok Standar Amerika [Gambar 1.7.1 (b)] yang biasanya disebut balok I memiliki
sayap (flange) yang pendek dan meruncing, serta badan yang tebal dibanding dengan
profil sayap lebar. Balok I jarang dipakai dewasa ini karena bahan yang berlebihan
pada badannya dan kekakuan lateralnya relatif kecil (akibat sayap yang pendek).
Kanal [Gambar 1.7.1 (c)] dan siku [Gambar 1.7.1(d)] sering dipakai baik secara
tersendiri atau digabungkan dengan penampang lain. Kanal misalnya ditunjukkan
dengan C12 X 20,7, yang berarti tingginya 1.2 in dan beratnya 20,7 pon per kaki. Siku
diidentifikasi oleh panjang kaki (yang panjang ditulis lebih dahulu) dan tebalnya,
Tugas Kelompok III
Page 9
STRUKTUR BAJA 1
seperti, L6 X 4 X 3 Profil T struktural [Gambar 6.4(e)] dibuat dengan membelah dua
profil sayap lebar atau balok I dan biasanya digunakan sebagai batang pada rangka
batang (truss). Profil T misaInya diidentifikasi sebagai WT5 X 44, dengan 5 adalah
tinggi nominal dan 44 adalah berat per kaki; profil T ini didapat dari W10 X 88, HSS
Bulat [Gambar 1.7.1(f)] dibedakan atas "standar", "sangat kuat", dan "dua kali sangat
kuat" sesuai dengan tebalnya dan juga dibedakan atas diameternya; misalnya, diameter
10 in-dua kali sangat kuat menunjukkan. ukuran pipa tertentu. HSS Persegi [Gambar
1.7.1(g)] dipakai bila dibutuhkan penampilan arsitektur yang menarik dengan baja
ekspos. Boks ditunjukkan dengan dimensi luar dan tebalnya, seperti boks struktural 8
X 6 X 1/4.
Page 10
STRUKTUR BAJA 1
Page 11
STRUKTUR BAJA 1
Page 12
STRUKTUR BAJA 1
Batang tarik sering dijumpai sebagai batang pada rangka batang, batang pengaku pada
pelbagi jenis struktur, tumpuan langsung untuk balkon, kabel pada sistem atap
gantung, serta kabel utama dan penggantung pada jembatan gantung menyanggah
jalan raya.
2. Batang Tekan
Oleh karena kekuatan batang tekan merupakan fungsi dari bentuk penampang lintang
(jari-jari inersia), ,maka luas biasanya disebar sejauh mungkin dalam batas-batas
praktis. Batng pada rangka batang, dan kolom dalam pada gedung adalah contoh
batang yang memikul tekan aksial. Pada kondisi yang paling ideal pun sebenarnya
tekanan aksial tidak terjadi, sehingga perencanaan untuk beban aksial memakai
anggapan bahwa pengaruh lentur yang kecil bisa diabaikan.
3. Balok
Balok adalah b atang yang mengalami beban transversal dan paling efisien bila
luasnya disebar sedemikian rupa hingga jaraknya jauh dari garis netral. Penampang
balik paling umum ialah penampang sayap lebar (W) dan balok I (S), serta penampang
I yang lebih kecil yang disebut profil campuran (miscellaneous shape/M).
Bentuk sayap lebar biasanya digunakan sebagai elemen yang membentang secara
horizontal [lihat Gambar 1.7.4(a)]. Interval bentang yang mungkin untuk elemen ini
sangat lebar. Elemen ini biasanya ditumpu sederhana kecuali apabila aksi rangka
diperlukan untuk menjamin stabilitas, di mana hubungan yang mampu memikul
momen digunakan. Bentuk-bentuk lain, seperti kanal, kadang-kadang digunakan untuk
memikul momen, tetapi biasanya terbatas pada beban ringan dan bentang pendek.
Page 13
STRUKTUR BAJA 1
FAKTOR KEAMANAN
Struktur dan batang structural harus selalu direncanakan memikul beban yang lebih
besar daripada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas cadangan ini
disediakan terutama untuk memperhitungkan kemungkinan pengurangnan kekuatan. Kadangkadang penampang baja memiliki kekuatan leleh sedikit di bawah harga minimum yang
ditetapkan, sehingga juga mengurangi kekuatannya. Kelebihan beban dapat diakibatkan oleh
perubahan pemakaian dari yang direncanakan untuk struktur, penaksiran pengaruh beban
yang terlalu rendah dengan penyederhanaan perhitungan yang berlebihan, dan variasi dalam
prosedur pemasangan.
Keamanan yang diperlukan untuk perencanaan hakekatnya adalah gabungan dari
faktor ekonomi dan statistik. Kenanyakan peraturan bangunan tidak menunjukkan pelbagi
faktor yang terlibat dalam penentuan syarat keamanan. Kita bisa mengatakan bahwa daya
tahan minimum harus melebihi beban maksimum yang diberikan sebesar jumlah tertentu.
Page 14
STRUKTUR BAJA 1
BAB II
BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA
II.1
BAJA STRUKTURAL
Baja struktural ditunjukkan dengan identifikasi ASTM, dan juga dengan banyak
sebutan lain.Untuk tujuan perencanaan, tegangan leleh tarik adalah besaran yang digunakan
oleh spesifikasi, seperti AISC, sebagai variabel sifat bahan untuk menetapkan tegangan ijin
terhadap pelbagi macam pembebanan. Istilah tegangan leleh dipakai sebagai kaa umum untuk
titik leleh, yaitu titik penyimpangan dari keadaan elastic sempurna yang dapat dilihat
dengan jelas pada kebanyakan baja structural; atau kekuatan leleh, yaitu tegangan pada
regangan tetap tertentu untuk baja tanpa titik leleh yang jelas.
Baja untuk pemakaian struktural yang digiling panas (hot-rolled) dapat dibedakan atas
baja karbon, baja paduan rendah berkualitas tinggi, dan baja paduan.
1. Baja Karbon
Sebutan baja karbon berlaku untk baja yang mengandung unsure bukan besi dngan
persentase aksimum sebagai berikut:
a) Karbon, 1,7
b) Mangan, 1,65
c) Silicon, 0,60
d) Tembaga, 0,60
Karbon dan mangan adalah unsir utama untuk menaikkan kekuatan besi murni. Baja
karbon
structural
termasuk
kategori
karbon
lunak;
baja
seperti
A36
mengandungKarbon dan mangan adalah unsir utama untuk menaikkan kekuatan besi
murni. Baja karbon structural termasuk kategori karbon lunak; baja seperti A36
mengandung karbon maksimum yang berkisar antara 0,25 dan 0,29% tergantung pada
tebalnya.
2. Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi
Page 15
STRUKTUR BAJA 1
Baja ini diperoleh dari baja karbon denhan menambah unsure paduan seperti
chrom, columbium, tembaga, mangan, molybdenum, nikel, fosfor, vanadium, atau
zirconium, agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Baja paduan reendak kekuatan
tinggi (high-strength low-alloy steel) dipakai pada kondisi penggilingan atau
penormalan (tanpa perlakuan panas).
3. Baja Paduan
Baja paduan rendah dapat didinginkan dalam air (quenched) dan dipanasi
kembali (tempered) untuk memperoleh kekuatan lelh sebesar 80 sampai 110 ksi (550
sampai 760 MPa). Kekuatan leleh biasanya didefinisikan sebagai tegangan pada
regangan tetap 0,2%, karena baja ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Baja
paduan rendah ini umumnya mengandung karbon maksimal sebesar 0,20% untuk
membatasi kekerasan mikrostruktur kasar (martensit) yang dapat terbentuk selama
perlakuan panas atau pengelasan, sehingga bahay retak diperkecil.
Ringkasnya, pencelupan menghsilkan martensit, yaitu mikro struktur yang
sangat keras, kuat dan getas; pemanasan kembali mengurangi sedikit kekuatan dan
kekerasan tapi menaikkan keliatan dan daktilitas.
II.2
Page 16
STRUKTUR BAJA 1
leleh yang jelas dan kekuatan leleh minimumnya (misalnya, kekuatan pada egangan
tetap 0,2%) tidak ditetapkan.
A325 Baut Kekuatan Tinggi untuk Sambungan Baja Struktural Termasuk
Kepala Baut dan Cincin Pengeras Polos yang Sesuai
Baut ini dibuat dari baja karbon sedang yang dicelup dan dipanasi kembali, dan
biasanya dikenal sebagai baut structural kekuatan tinggi atau baut kekuatan tinggi
(high-strength bolt). Kandungan karbon dalam bahannya maksimum o,3%. Kelakuan
baja ini pada uji tarik lebih mirip dengan baja paduan rendah yang diberi perlakuan
panas dari pada dengan baja karbon.
A449, Baut dan Stud yang Dicelup dan Dipanasi Kembali
Baut ini memiliki kekuatan tariik dan tegangan leleh (kekuatan pada regangan tetap
0,2%) yang sama seperti baut A325 untuk diameter 1 inci dan lebih kecil; namun,
baut A449 mempunyai kepala segi enam beraturan dan panjang ulir yang lebih
panjang dari pada baut A307. Diameter baut ini bervariasi dengan maksimum 3 inci.
A490, Baut Paduan yang Dicelup dan Dipanasi Kembali untuk Sambungan Baja
Struktural
Bahan ii mengandung karbon yang berkisar sampai 0,53% untuk baut berdiameter 1
inci dan unsure paduan yang jumlahnya sama seperti A514. Kekuatan leleh
minimum yang diperoleh pada regangan tetap 0,2% berkisar antara 115 ksi (803 MPa)
(untuk diameter di atas 2 inci sampai 4 inci) dan 130 ksi (908 MPa) (untuk
diameter 2 inci dan lebih kecil).
II.7
menggunakan tegangan leleh (fy) maupun tegangan ultimate (fu), pemilihan tegangan baik itu
fu maupun fy didasarkan atas kemampuan struktur mempertahankan stabilitasnya setelah
Page 17
STRUKTUR BAJA 1
beban maximum diberikan. Oleh sebab itu sebaiknya terlebih dahulu diberikan penjelasan
tentang pengertian tegangan ultimate dan tegangan luluh berdasarkan grafik hubungan
tegangan-regangan sebagai berikut:
Page 18
STRUKTUR BAJA 1
ke panjang semula. Dengan demikian terdapat regangan residu yang disebabkan karena
inelastis dari bahan tersebut.
Apabila beban diperbesar lagi maka yang terjadi adalah regangan akan terus
meningkat tanpa disertai tegangan sampai ke titik C, yang disebut titik pengerasan regangan.
Pada titik C, terdapat kenaikan tegangan yang disebabkan karena regangan bahan sudah
hampir mencapai maximum. Bahan masih mampu menahan tegangan tambahan sampai ke
titik D yang disebut tegangan ultimate (fu). Daerah antara titik C ke D merupakan daerah
strain hardening yang ditandai dengan peningkatan tegangan dan regangan setelah melewati
batas plastis.
Jika beban ditambah sampai tegangan baja melewati tegangan ultimate, maka baja
akan mengalami kegagalan putus leleh yang ditandai dengan penurunan tegangan dan
regangan yang terus bertambah sampai benda uji putus.
Grafik gambar 3 dapat dinormalisasi menjadi seperti pada Gambar 4. Tegangan leleh
berada pada titik A dan daerah antara titik O dan titik A adalah daerah elastis sedangkan
daerah antara titik A dan B adalah daerah plastis.
Page 19
STRUKTUR BAJA 1
BAB III
BATANG TARIK
III.1
PENDAHULUAN
Batang tarik sering dijumpai pada struktur baja sebagai batang struktural pada rangka
jembatan atau atap, serta pada struktur rangka batang seperti menara transmisi dan sistem
pengaku terhadap angin pada gedung bertingkat banyak. Batang tarik dapat berbentuk profil
tunggal atau dibuat dari sejumlah profil struktural.
Secara umum, pemakaian profil (struktural) tunggal lebih ekonomis daripada
penampang tersusun (built-up). Namun, batang tersusun akan diperlukan bila
(a) Kapasitas tarik profil giling (rolled section) tunggal tidak memadai,
(b) Kekakuan profil tunggal tidak memadai karena angka kelangsingannya (perbandingan
panjang tekuk L dan jari-jari inersia minimum r) besar,
(c) Pengaruh gabungan dari lenturan dan tarikan membutuhkan kekakuan lateral yang
lebih besar,
(d) Detail sambungan memerlukan penampang lintang tertentu , atau
(e) Faktor estetika menentukan.
III.2
sederhana dan bersifat langsung. Karena stabilitas bukan merupakan hal utama, perencanaan
batang tarik pada hakekatnya menentukan luas penampang lintang batang yang cukup untuk
menahan beban (yang diberikan) dengan faktor keamanan yang memadai terhadap
keruntuhan.
Batang tarik tanpa lubang (seperti yang disambung dengan las) akan mencapai
kekuatan batas bila semua serat penampang lintang meleleh. Kekuatan bisa dinyatakan
sebagai:
T u =F y A g
Dengan
Page 20
STRUKTUR BAJA 1
Untuk batang tarik yang berlubang seperti akibat lubang paku keling atau baut, atau
untuk batang berulir, luas penampang lintang yang direduksi (yang disebut luas netto)
digunakan dalam perhitungan. Lubang atau ulir pada batang menimbulkan konsentrasi
tegangan (tegangan tidak merata); misalnya, lubang pada plat akan menaikkan distribusi
tegangan pada beban kerja.
Kekuatan batang tarik yang berlubang atau berulir bisa dituliskan sebagai:
T u =F y An
Dengan
An
adalah luas netto penampang lintang. Beban kerja yang aman T bisa dihitung
F y An
=Ft A n
FS
Dengan
Ft
Dengan kata lain, keruntuhan yang sesungguhnya bisa terjadi bila penampang bruto
mencapai tegangan leleh. Jika perencanaan yakin bahwa leleh pada penampang bruto
menentukan, perencanaan akan lebih sederhana karena
An
F y Ag
bisa
dibagi dengan FS dasar (1,67) untuk memperoleh kapasitas beban kerja yang aman; jadi
F u An
0,60 F y A g
1,67
Persamaan di atas yang menyatakan kekuatan sambungan (atau kekuatan di sekitar
suatu sambungan) akan menghasilkan faktor keamanan sebesar 2,0. Harga ini konsisten
dengan harga yang digunakan untuk untuk perncanaan alat penyambung. Kapasitas luas netto
pada beban kerja akan sama dengan 0,50
Fu An bila =0,85.
T
0,60 F y
Ag
f a=
T
0,50 F u
Ae
Page 21
STRUKTUR BAJA 1
Luas netto efektif
Ae
LUAS NETTO
Bila batang tarik disambung disambung dengan baut atau paku keling (rivet), lubang-
lubang harus disediakan pada sambungan. Akibatnya, luas penampang lintang batang di
sambungan mengecil dan beban tarik yang diijinkan pada batang juga bisa berkurang sesuai
dengan ukuran dan letak lubang.
Pembuatan lubang dapat dilakukan dengan beberapa metode. Cara yang paling umum
dan murah adalah proses pons lubang standar yang 1/16 in (1,6) mm) lebih besar dari
diameter paku keeling atau baut. Untuk alat penyambung dalam lubang standar, dedukasi ini
sama dengan diameter alat penyambung ditambah 1/8 in (3,2 mm).
Metode kedua pembuatan lubang terdiri dari operasi pons sebesar 3/16 in (4,8 mm)
lebih kecil dari diameter alat penyambung dan pembesaran lubang hingga mencapai ukuran
akhir setelah potongan yang disambung di rakit. Metode ini lebih mahal dari operasi pons
lubang standar tetapi menghasilkan ketepatan yang lebih baik.
Metode ketiga adalah mengebor lubang dengan diameter 1/32 in (0,8 mm) lebih besar
dari diameter baut atau paku keling. Metode ini digunakan pada alat plat yang tebal dan
merupakan metode yang paling mahal.
III.4
pada satu garis yang tegak lurus arah pembebanan, maka banyaknya garis keruntuhan yang
potensial akan lebih dari satu. Garis keruntuhan yang menentukan adalah garis yang
menghasilkan luas netto terkecil.
Page 22
STRUKTUR BAJA 1
Tebal plat = 6 mm
lub = 16 mm
Ditanya : luas penampang?
Penyelesaian
1. Tinjau potongan yang melalui 1-2
Fnetto = Fprof n . Flub
= b.t 2.d.t
= 305,6 2 (16) (6)
Page 23
STRUKTUR BAJA 1
= 1638 mm
2. Tinjau potongan yang melalui 1-3-5
= b.t 3.d.t +
S1 S 2 t
4 U1 4 U 2
S1 S 2 t
4 U1 4 U 2
55 (6) 50( 6)
4 (65) 4 100
= 1649,3 mm
3. Tinjau potongan yang melalui 1-3-2
= b.t 3.d.t +
S1 t S1 t
4 U1 4 U 2
S1 t S1 t
4 U1 4 U 2
55 (6) 55( 6)
4 (65) 4 100
= 1657,18 mm
4. Tinjau potongan yang melalui 1-3-4
= b.t 3.d.t +
S1 S 2 t
4 U1 4 U1
S1 S 2 t
4 U1 4 U1
55 (6) 50( 6)
4 (65) 4 100
Page 24
STRUKTUR BAJA 1
= 1669,5 mm
PPBI
Fnetto = 85% . Flub
= 85% (5 (16) (6))
= 408 mm
Profil Siku
Bila lubang pada kedua kaki profil siku dibuat berseling, jarak tegak g dalam persamaan s/4g
harus diambil sebagai panjang antara pusat-pusat lubang yang diukur sepanjang garis pusat
tebal siku, yaitu jarak A-B pada Gambar 3.4.3. Jadi, jarak tegak g adalah
t
t
g=g a + gb =g a+ g bt
2
2
Luas penampang efektif komponen struktur yang mengalami gaya tarik ditentukan sebagai
berikut:
Page 25
STRUKTUR BAJA 1
Ae = AU
Keterangan :
A adalah luas penampang, mm2
U adalah faktor reduksi dikenal juga dengan nama Shear Lag Factor
U=
( xl ) 0,9
Dimana :
x
adalah eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik, antara titik berat
III.6
biasanya merupakan batang sekunder dengan tegangan rencana yang kecil. Batang tarik bulat
sering digunakan dengan tarikan awal sebagai ikatan angin diagonal pada dinding, atap dan
menara. Tarikan awal bermanfaat untuk memperkaku mengurangi lendutan dan getaran yang
cenderung menimbulkan kehancuran leleh pada sambungan. Tarikan awal ini lebih pendek
untuk setiap panjang 20 ft.
III.7
tetap perlu membatasi panjangnya untuk mencegah batang terlalu fleksibel (mudah melentur).
Batang tarik yang terlalu panjang nisa melendut secara berlebihan akibat berat sendiri. Selain
itu, batang ini juga bisa brgerak bila dibebani gaya angin seperti pada rngka batang terbuka
atau bila menumpu peralatan yang bergetar seperti kipas atau kompresor.
Adapun kriteria kelangsingan komponen struktur tarik, = L/r, dibatasi sebesar 240
untuk batang tarik utama, dan 300 untuk batang tarik sekunder. Ketentuan tersebut berlaku
untuk struktur bulat.
Page 26
STRUKTUR BAJA 1
III.8
F perlu
P
= tr
F
P
tr
2. F lubang 15% F bruto
F lubang 15% F netto
3. Kontrole Tegangan
terjadi =
F n tr
Dimana :
Fn =F profilF lub
tr =0,75
4. Kontrole kelangsingan
Untuk batang primer
240
300
CONTOH SOAL:
Page 27
STRUKTUR BAJA 1
Dik:
Rencana profil = 160 MPa
Rencana alat sambung = 200 MPa
Dit:
a. Batang tarik tepi bawah double siku sama sisi =?
b. Batang tarik diagonal double siku tidak sama sisi =?
Penyelesaian:
Fx = 0 (horizontal)
Page 28
STRUKTUR BAJA 1
P2 cos 60 + P3 cos 45 =P4-P1
0,5 P2 + 0,707 P3 = 25 t- 17 t
0,5 P2 +0,707 P3 = 800 kg ..(1)
Fy= 0 (vertikal)
CONTOH SOAL:
Dimensi profil
Tugas Kelompok III
Page 29
STRUKTUR BAJA 1
Batang tarik tepi bawah (1&4)
Batang 1&4 direncanakan menerus
Diambil P terbesar
P4 = 25 ton
L = 3m
1. tarik = P/F
F P/
F P/ 0,75
F
25000
0,751600
F 20,83
60.60
10
Page 30
STRUKTUR BAJA 1
d.t
15% Fprofil
Kontrole Tegangan:
= P/2 Fn
25000
2( 9,5)
Kontrole kelangsing
= Lk/ix 240
= 300/ 1,78 240
Page 31
STRUKTUR BAJA 1
= 168,54 240 . (OK)
BAB IV
ALAT PENYAMBUNG STRUKTURAL
IV.1
harus disambung bersama (biasanya di ujung batang) dengan beberapa cara. Salah satu cara
yang digunakan adalah pengelasan. Cara lain dalah menggunakan alat penyambung seperti
paku keeling (rivet) atau baut. Baut kekuatan tinggi telah banyak menggantikan paku keling
sebagai alat utama dalam sambungan struktural yang tidak dilas.
Page 32
STRUKTUR BAJA 1
Page 33
STRUKTUR BAJA 1
Walaupun baut ini kurang kaku bila dibandingkan dengan paku keling dan las, tetapi masih
banyak digunakan karena pemasangan baut relatif lebih praktis. Dalam kegiatan belajar ini
kami mempelajari lebih mendalam mengenai : Perencanaan sambungan profil baja dengan
menggunakan alat penyambung baut.
Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM sebagai A325
dan A490. Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas dengan
kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 samapi 634 MPa) yang tergantung pada
diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari baja paduan (alloy)
dengan kekuatan leleh sekitar 115 samapi 130 ksi (739 samapi 896 MPa) yang tergantung
pada diameter.
Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser
(friction type), bila daya tahan gelincir (slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu
(bearing type), bila daya tahan gelincir yang tidak dibutuhkan.
Paku Keling
Page 34
STRUKTUR BAJA 1
Sudah sejak lama paku keeling diterima sebagai alat penyambung batang, tetapi
beberapa tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika. Paku keeling dibuat dari baja
batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala di salah satu ujungnya, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1.1a. Baja paku keeling adalah baja karbon sedang dengan
identifikasi ASTM A502 Mutu 1 (Fy = 28 ksi) (190MPa) dan Mutu 2 (Fy = 38 ksi) (260
MPa), serta kekuatan leleh minimum yang ditetapkan didasarkan pada bahan baja batangan.
Pembuatan dan pemasangan paku keling menimbulkan perubahan sifat mekanis.
Baut Hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307, dan
merupakan jenis baut yang paling murah. Namun , baut ini belum tentu menghasilkan
sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu
sambungan. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan yang
menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las.
Baut Sekrup
Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan memerlukan baut yang pas dengan
lubang yang dibor, seperti pada bagian konstruksi paku keling yang terletak sedemikian rupa
hingga penembakan paku keling yang baik sulit dilakukan.
Baut Bersirip
Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa, dan berkepala bundar dengan tonjolan
sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai sebagai alternatif dari
paku keling. Jenis baut ini terutama bermanfaat pada sambungan tumpu (bearing) dan pada
sambungan yang mengalami tegangan berganti (bolak-balik).
Variasi modern dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergerigi (inter-ferencebody bolt) pad Gambar 4.1.1c, yang terbuat dari baja baut A325.
IV.2
memasukkanpasak logam yang daktil (ductile) ke dalam lubang pada potongan yang
disambung. Pasak ini memiliki kepala di setiap ujung untuk mencegah terpisahnya
Tugas Kelompok III
Page 35
STRUKTUR BAJA 1
sambungan. Faktor utama yang menyebabkan paku keling jarang dipakai adalah kemajuan
dalam baut kekuatan tinggi dan perkembangan tehnik pengelasan.
IV.3
batang-batang tersebut. Beberapa sambungan yang umum diperlihatkan pada Gambar 4.3.1.
Tugas Kelompok III
Page 36
STRUKTUR BAJA 1
Alat paling sederahana untuk memindahkan beban dari satu potong baja ke baja
lainnya ialah dengan pasak (batang baja berbentuk silinder) yang dimasukkan ke dalam
lubang yang dibuat pada dua potongan, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.3.2.
Sambungan paku keling mempunyai kelakuan yang berbeda. Pendinginan paku keling
cenderung memperpendek panjangnya. Agar seimbang, gaya tarik pada paku keling
diimbangi oleh tekanan pada potongan yang disambung; akibatnya, sambungan mengalami
gaya jepit (klem).
Diagram benda bebas yang menunjukkan gaya ini di berikan pada Gambar 4.3.3.
Pemindahan plat A dan B terjadi melalui kombinasi tahanan gesek ( T
Page 37
STRUKTUR BAJA 1
Baut kekuatan tinggi mempunyai kelakuan yang sama seperti paku keling.
Tegangan Nominal
Page 38
STRUKTUR BAJA 1
Jika sambungan berlaku secara elastis, kelakuan yang dianggap dalam perhitungan
tidak terjadi. Oleh karena itu, tegangan yang dihitung bukan tegangan sesungguhnya tetapi
hanya untuk memenuhi kriteria keamanan. Tegangan yang dipakai dalam perhitungan
perencanaan disebut tegangan nominal. Dalam praktek, ragam kehancuran pada Gambar 4.3.5
dipakai untuk menghitung tegangan.
Gambar 4.3.5 Ragam kehancuran yang mungkin terjadi pada sambungan baut
IV.4
p
P
=
ds
Fds n . d . t
Page 39
STRUKTUR BAJA 1
Dimana
Fds = d.t
t = tebal plat dan terkecil diantara t1 dan t2
Jumlah paku
n=
P
d . t . ds
P
ds
n . d .t
Dimana
t adalah terkecil
Diantara (t1+t3) dan t2
KESIMPULAN
a. Sambungan Tunggal
1. Akibat paku putus geser
gs =
gs =
P
n . A gs gs
P
gs
1
n . d
4
A gs =
1
d
4
Page 40
STRUKTUR BAJA 1
1
Pgs = d gs
4
n baut=
gs =0,8
gs = 0,6
P
P gs
untuk rivet
untuk baut
ds =
ds =
P
n . F ds ds
P
ds
n . d .t
A ds = d .t
Dimana
t adalah terkecil
Diantara (t1+t3) dan t2
Pds =d . t ds
n baut=
ds =2
ds =1,6
1,5 d
ds =1,5
P
P ds
S1 2 d
S1 2 d
Page 41
STRUKTUR BAJA 1
ds=1,2
Jadi, n =
1,5 d
S1 2 d
P
P ds/ P
gs
b. Sambungan Rangkap
1. Akibat paku putus geser
gs =
gs =
P
n . A gs gs
P
gs
1
n.2 d
4
A gs = 2 .
Pgs =2 .
n=
1
d
4
1
d gs
4
P
P gs
ds =
ds =
P
n . F ds ds
P
ds
n . d .t
A ds = d .t
Dimana
Page 42
STRUKTUR BAJA 1
t adalah terkecil
Diantara (t1+t3) dan t2
Pds =d . t ds
n baut=
P
P ds
P
P ds/ P
CONTOH SOAL
Contoh:
Suatu plat 200x10 mm memikul gaya P = 20.000kg akan disambung dengan sambungan
rangkap dan tunggal dengan alat sambung baut dimana
Baut = 240 Mpa = 2400 Kg/cm2
Pelat = 200 Mpa = 2000 Kg/cm2
baut = 20 mm = 2 cm
Dit: hitung jumlah baut paling ekonomis bila bekerja gaya tarik seperti gambar:
Page 43
STRUKTUR BAJA 1
Penyelesaian:
Sambungan Tunggal
1. Paku menahan geser
p
gs
gs
= Ax
=
1
d 2 x (0,6 x 2400)
4
1
4
= 4.521,6 Kg
2.
dsI
= A x ds
= d x t x (1,5 x 2000)
= 2 x 1 x (1,5 x 2000)
= 6000 Kg
n = P/ p
gs atau
ds
n = 20.000 / 4.521,6
n = 4,4
Diambil n = 5 buah
Sambungan Rangkap
1. Paku menahan geser
gsII
=Ax
gs
=2 x
1
d 2 x (0,6 x 2400)
4
=2 x
1
4
Page 44
STRUKTUR BAJA 1
= 9043,2 Kg
2.
dsII
= A x ds
= d x t x (1,5 x 2000)
= 2 x 1 x (1,5 x 2000)
= 6000 Kg
n = P/
gs1 atau
ds1
n = 20.000 / 6000
n = 3,3
Diambil n = 4 buah
IV.5
Apabila suatu grup baut/rivet memikul momen maka setiap baut/rivet mendapat gaya
geser (k) sebanding dengan jarak baut/rivet ke titik pusat kumpulan paku (n).
Akibat Momen
My
Kx = K sin = -
Ky = k cos = -
x + y
Mx
x + y
Pgs
Pds
CONTOH SOAL
Dik:
Page 45
STRUKTUR BAJA 1
My
x + y
Mx
x + y
25 x 10 5 x 15
1392
= 26940 Kg
25 x 10 x 7
1392
= 12572 Kg
KxI 2 +( Ky + K y ' )2
26940
gs atau
gs atau
ds
ds
= 3286,5 Kg
Akibat Desak
ds
x F
Page 46
STRUKTUR BAJA 1
= (1.5 x 1600) x d x t
= 2400 x d x 2 3286,5
d
= 0,68
Diambil d = 12 mm
BAB V
BATANG TEKAN
V.I PERENCANAAN BATANG TEKAN
Page 47
STRUKTUR BAJA 1
Persyaratan untuk suatu batang tekan lebih banyak daripada batang tarik.
Kekuatannya, selain dari luas penampang, tergantung pula pada bentuk dan material
batang tersebut Karena disini timbul bahaya tekuk, maka ia harus cukup kaku untuk
menahan tegak kesegala arah.
Dalam merencanakan suatu batang tekan, kelangsingan hendaklah dijaga agar tidak
terlalu besar.
Kontruksi sekunder
max = 200
Tekuk (buckling) :
Timbulnya bahaya tekuk ini dapat kita lihat dari percobaan semuah model dari kolom
ideal, misalnya model kolom ini terdiri dari dua bagian batang yang amat kaku. Kedua
bagian ini disambungkan dengan pin ditengah-tengahnya, dan diberi per (spring) yang
dapat berputar.
Setelah gaya P bekerja, pada suatu saat model kolom akan menekuk serta terjadinya
lenturan sebesar .
Dari percobaan model kolom yang sederhana ini dapat kita gambarkan sifat instability
(labil) dari sebuah batang yang tertekan.
Pada gambar kanan dihalaman 8 dapat dilihat bahwa sampai dengan gaya Per, kolom
tadi akan tetap lurus (=0), kalau sudah sampai pada Per, maka kolom itu berada
dalam keadaal yang labil.
Beban Critis
Gaya axial concetris maximum yang dapat dipikul oleh suatu batang tekan, menurut
Euler adalah :
tidak dapat menekuk pada suatu arah tertentu, misalnya sebuah kolom dalam tembok,
maka yang dipakai harus disesuaikan dengan arah tekuk tersebut).
Et = tangent modulus, yaitu garis singgung pada stress-strain curve pada tegangan
kritis.
Page 48
STRUKTUR BAJA 1
Faktor keamanan : f
Ada dua faktor yang menyebabkan kekuatan sebuah kolom kurang dari kekuatan
teoritis yang diperhitungkan :
Berbedanya tahanan kolom (column restraint) dari yang dianggap pada perhitungan,
sehingga berada pada panjang tekuknya dari yang sebenarnya.
Kolom-kolom yang pendek (kelangsingan kecil) tidak begitu dipengaruhi oleh kedua
faktor tersebut. Untuk kolom ini, yield stress adalah faktor penentu yang utama.
Ix, Iy
lk
200
CONTOH SOAL
Page 49
STRUKTUR BAJA 1
Contoh :
Suatu batang tunggal memikul daya tekan centris N = 15 T. Panjang batang L= 3 m dengan
kondisi ujung jepit-jepit. Mutu profil yang digunakan memberikan
pr = 1600 Kg/cm2
Fe=360. Tentukanlah dimensi batang menggunakan baja siku tidak sama sisi
a. Tentukan luasan
A = N/
= faktor s (2-5)
b. Tentukan profil
Ambil profil siku tidak sama sisi
L 100 .100
12
Dengan data : A = 28,7 cm
Ix=650 cm4
Iy=232 cm
i x =4,76 cm
i y = 2,84 cm
Page 50
STRUKTUR BAJA 1
c. Kontrole x
Melentur ke sumbu x
lk = , l = (300) = 150
x=
lk
ix
150
476
31,51 32
Diperoleh x = 1,081
tk =
N
pr
A
15000(1,081)
28,7
= 564,98 kg/cm pr =1000
Nx =
A .
x
28,7 (1600)
28,7
42.479 kg> N=15000
Melentur ke sumbu y
y=
lk
iy
150
2,84
52,82
Diperoleh y = 1,264
Page 51
STRUKTUR BAJA 1
tk =
N
pr
A
15000(1,264 )
28,7
= 660,62 kg/cm pr =1600
Nx =
A .
x
28,7 (1600)
1,284
36329 kg> N =15000 (OK)
Contoh 2
Diketahui: P = 20 ton
Lk = 250 cm
= 1600 kg/ cm2 (Fe= 350)
A = N./ taksir = 2
= 20000.2/1600 = 25 cm2
Page 52
STRUKTUR BAJA 1
b) Tentukan propel
IWF 200.100
F= 27,16
Ix = 8,24
Iy = 2,22
c) Kontrole
d) Melentur ke sumbu min (y.y)
y = lk/iy =250/2,22 = 112,61 dipakai 113
Diperoleh y = 2,464
y = N/A . y
= 20000/27,16 x(2,464)
Iterasi I
F = 32,68 cm2
Ix = 10,4
Iy = 2,79
Kontrole
Page 53
STRUKTUR BAJA 1
Melentur ke sumbu min (y-y)
y = lk/iy
= 250/2,79
= 89,60 90
Diperoleh y = 1,801
y = N/A . y
= 20000/32,68 x(1,801)
= 1102,203 1600(OK)
Iterasi II
F = 29,65 cm2
Iy = 2,97
Kontrole
Melentur ke sumbu min (y-y)
y = lk/iy
= 250/2,97
Page 54
STRUKTUR BAJA 1
= 85
Diperoleh y = 1,701
y = N/A . y
= 20000/29,65 x(1,701)
= 1149 1600(OK)
BAB VI
TAMPANG BATANG MAJEMUK
xtotal
= ?
iy
= ..?
total
am
xm
Im
f total
= ..?
lk
200
in
Untuk rangka batang statis tertentu diambil satu kondisi ujung sendi-sendi lk - l
tf
a)
tk
Ptk .w
pr
Fbruto
Page 55
STRUKTUR BAJA 1
w = coba coba
t
b
b)
F perlu
P.wtaksir
c)
Fperlu
F profil
d) Melentur ke Sumbu x x
.l k
200
Ix
.P.wx
F pr
baja
wx
Page 56
STRUKTUR BAJA 1
x
.l k
200
Ix
.P.w y
F pr
baja
ix
iy
Langkah Langkah
a. baja
perlu
Ptk
Fbr
w = Taksir w = (1,5 4)
Ptk . wtaksir
Fbr
b. Ambil Profil
Page 57
STRUKTUR BAJA 1
F perlu F profil
.l k
200
Ix
1,2i
Kontrol
Ptk .W x
Fbaja
F profil
lk / n
50
i
lk
N= 50.in
lk
50
n.i n
Page 58
STRUKTUR BAJA 1
1
I yt 2 I y F (l y ) 2
2
I yt
yt
I yb
Ftotal
lk
200
i yt
1,2i
xiy yt
m
xt 200
2
1,2i
Dimana m= Jumlah profil kesumbu bebas bahan jumlah batang tunggal y memebentuk
batang tersusun
f iy
Ptk .Wiy
Ftotal
Fbaja .........OK
Page 59
STRUKTUR BAJA 1
Contoh :
Diketahui :
P = 20 ton
l k = 250 Ton
1600kg / cm 2
Ditanya :
Penyelesaian :
1.
P.w
F
F perlu
F perlu
Faktor w = 2
P.w
20.000 2
25
`1.600
Page 60
STRUKTUR BAJA 1
25
12,5
F untuk 1 profil = 2
2) Coba Profil
2 80.80.8
F= 2 X (12,3)= 24,6
I x .I y 2,42
I n 1,555
lk
250
103,3 104
i x 2,42
wx 2,147
4) No.OK!!
P.w
F
F
20.000(2,147)
2,42
1740kg 1600
No.......OK ...!!!
Dicoba Lagi ..
Page 61
STRUKTUR BAJA 1
-Literasi 1 diambil w= 2,147
1)
p.w 20000.(2,147)
1600 27cm 2
Untuk 1 profil
27
13,5
2
l k 250
103,7 104
i x 2,41
Diperoleh w= 2,147
P.w
20000 2,147
Page 62
STRUKTUR BAJA 1
4) Kontrole sumbu masing-masing
lk
50
n in
lk
in
250
50 1,54
lk
50
n in
250
32,47 5........OK !!!!!
5 1,54
I yt 2[(i y F (l y 0,5 ) 2 ]
2[87,5 15,1(2,34 0,5 1) 2 ]
418,58
i yt
yt
i yt
Fp
418,18
3,72
30,2
lk
200
i yt
1,2i
Page 63
STRUKTUR BAJA 1
250
67,2 200
3,72
1,2 32,07 OK!!!!!
X yt ( X yt ) 2
m 2
i
2
2
(67,2) 2 (32,47) 2
2
74,633 200................................OK !!!!
Dari
X iy 74,63
Kontrol =
diperoleh
Wiy 1,536
p wiy
iy
20000 1,536
30,2
Khusus untuk baja sikp adu balik yang perlu di kontrole hanya terhadap - dan x-x
karena setelah propil di anggap berputar akan memberikan pengaruh paling berbahaya
akibat tekuk
Langkah-langkah penyelesaian
Page 64
STRUKTUR BAJA 1
1.
Pw
=
Fbr
taksir w
2. Diperoleh Fperlu
3. Menghitung Iextrem
IxT = 2 [Ix + (F (ex+1/2 t)]
IyT = 2 [Iy + (F (ex+1/2 t)2]
Ixy = -2 [Ixy + (F (ex+1/2 t)) (ey + )]
Ixt + Iyt
2
Iext =
Ixt + Iyt
2
)2 +Ixy2
Imin =
min =
Ik
imin
Imin
Ftot
200, 1,2 x 1
P Wmin
lebih kecil/ sama dengan
Ftot
1=
n .
Ik
50
n .
Ik
n= ganjil (3,5,7,...)
Page 65
STRUKTUR BAJA 1
Imax =
Imin
F
i max =
imax =
max
P Wmax
Ftot
+m 2
i
200, 1,2 x 1
2
50
CONTOH SOAL
Dik : - rencana profil = 160 Mpa
Page 66
STRUKTUR BAJA 1
- rencana alat sambung = 240 Mpa
Dit :
Penyelesaian:
I.
Menghitung Gaya
Fx = 0
P1 + P2 cos 60 + P3 cos 45
= P4
17 T + P2 ( ) + P3
= 25 T
P2 + P3
= 8 T .........................(1)
Fy = 0
Page 67
STRUKTUR BAJA 1
P2 sin 60 =
P3 sin 45
3 P2
P2
2 P3
2 P3 ....................................( 2)
3
II.
=8T
2 P3) + P3 2
=8T
P3
= 7,175 T
P3
= 7175 Kg
Dimensi Profil
Batang tarik tepi bawah:
Batang 1 dan 4
Batang 1 dan 4 direncanakan menerus
P = 25 T, l = 3m
tr
= P/ Fn tr
Fn
P/ tr
20,84 cm
25000
0,75(1600)
Page 68
STRUKTUR BAJA 1
Flob
15% Ftr
d.t
15% Fprof
d.1
15% (11,1)
1,665 cm
16 mm
Fn
= Fprof - Flob
= Fprof d.t
= 5,83 1,6 (1)
= 9,5 cm2
Kontrol
tr
= P/ Fn tr
= 25000/2(9,5)
= 1215 1200 kg/cm2
(Tidak ok)
Batang tarik:
Batang P2
P2 = 5858 kg
L2 = 250 cm
tr
= P/ Fn tr
Fn
P/ tr
4,88 cm2
5858
0,75(1600)
Page 69
STRUKTUR BAJA 1
Flob
15% Ftr
d.t
15% Fprof
1 cm
Fn
= Fprof - Flob
= Fprof d.t
= 5,83 1(0,5)
= 5,03 cm2
Kontrol
tr
= P/ Fn tr
= 5858/5,03
= 966,67 1200 kg/cm2
(ok)
= (P/ F) tk
taksir
= 3,5
( P/ tr)
Fperlu
19,69 cm
7175 .(3,5)
(1600)
Page 70
STRUKTUR BAJA 1
Ambil profil:
= 866
Ix
= 47,9
Iy
=21,8
Ix
= 2,35
Iy
=1,59
Ey
= 1,47
= 1 cm
Menghitung I extrime
Sumbu x t = 0,6
Sumbu y = 1
Untuk tebal = 1
Iyt
= 2 Iy0 + F ( ey + )2
= 2 21,8 + 8,66 ( 1,4 + .1)2
= 106,78 cm2
Iyt
=
=
I yt
FT
106,78
2(8,66)
= 2,482cm
Page 71
STRUKTUR BAJA 1
Imin
= 0,87 Iyt
= 0,87 . (2,483)
= 2,16 cm
lk
Imin
= 300/2,16
= 138,89
= P . / Fr
= 7175 (3,7)/2(8,66)
= 1532 1600
Iterasi I
Ambil = 3,7
Fbr
P . /
Fbr
Fbr
16,59
55 . 75
7
= lk/n.in 50
lk/.in
300/50(1,17)
5,128
Ambil n = 7 (ganjil)
i
= lk/n.ni 50
= 300/ 7(1,17)
= 386 50
Page 72
STRUKTUR BAJA 1
Melentur ke sumbu extrim
= 2Iy0 + I (ex + )2
Iyt
Ixt
2. Fxy
IxIy
2. Ixy
IxIy
1,45
2. Ixy
47,921,8
Ixy0
= 18,9225 cm4
Ixyt
Iext
Imax
I xt+ Iyt
2
222,0+ 106,78
2
I xt+ Iyt 2
+ Ixt 2
2
222,06106,78 2
+(51,48)2
2
=A+ B
Page 73
STRUKTUR BAJA 1
= 164,42 + 77,28
= 241,7
Imin
= A B
= 164,42 77,28
= 87,14
= 87,14 cm
Imin
Imin
Fr
= 2,24
min
lk
Imin
300
2,24
P
F
7175 (3465)
2(8,66)
= 1435 1600
Imax
= 241,7 cm4
Imax
=
=
max
Imax
F
241,7
2(8,66)
= lk/Imax
= 80,3 200 .........Ok
Diperoleh = 1,616
Page 74
STRUKTUR BAJA 1
=
P
F
7175 (1,616)
2( 8,66)
= 664,445 1600.......Ok
max
m
2
max2 +
2
(36,6)
2
2
(80,3) +
P max
Fr
7175 (1,761)
2(8,66)
= 729 1600.......Ok
Page 75
STRUKTUR BAJA 1
Kontrol
Ipl
2a
Stabilitas
10.
I1
L1
Profil
55.75
7
F = 8,66
1,5 d
S1 3d
2,5 d
U 7d
2,5 d
S1 7d
Perencanaan:
S1
= 2,5 d
= 5d
Flob
15% Fp
Page 76
STRUKTUR BAJA 1
d.t
15% Fp
1,86 cm
= 18 mm
S1
= 5d = 5 (1,8) = 4 cm
= S1 + U + S1
= 4,5 + 9 + 4,5
= 18 cm
= 1/12 h3 T. Plat
Ipl
L1
= lk/n = 300/7
= 42,85
= ( ex + t ) sin + (ey + ) cos
10.
291,6
2( 2,946)
I1
L1
10.
(11,8 )
42,85
98,98 2,36..............Ok
Kontrol terhadap M & D
Gaya lintang
D
= 0,02 P
= 0,02 (7175)
= 143, 5 kg
Page 77
STRUKTUR BAJA 1
Tg
2 . Ixyt
Ixt Iyt
2 .(51,48)
222,06106,78
= 0,893
= 41,77
= 20,88
=F.a
= (8,66) (2,946)
= 25,51
lk
n
D . S 1.
Imax
143,5 . ( 25,51 ) .
300
7
24, 7
= 649,09 kg
La
=N.C
= La/ c
= 649,09 (2,416)/ 9
= 212,47
Rpk
1
L
2
1
( N ) +
2
Page 78
STRUKTUR BAJA 1
1
.212,47
2
1
.649,09
2
= 482, 439 kg
Pgs
= A . gs
= d2 (0,6 . gs)
= (1,6)2 ( 0,6 . 2400)
= 3664,35 kg
=N.C
= (212,47) 9
= 956, 115
Page 79
STRUKTUR BAJA 1
= t. H 2. D. T
= (0,16) (18) 2 ( 1,8 ) (0,6)
= 8,64
Inetto = 1/12 th3 2(1/12 . dt)
=2. Dt (li)2
= 24768 cm4
Wn
= In/y
= 247,68/ (1/2) 18
=27,52
= M/w
= 956,115/27,52
= 34,74 kg/cm2
Imax =
3
L
2
Fn plat
3
(649,09)
2
8,64
= 112,689 kg/cm2
Irata-rata = L/ Fn plat
= 649,09/ 8,64
= 75,126
Kontrol
i
=
=
m2 +3. Iratarata
34,742 +3(75,126)2
= P4 P1 = 25 17 = 8 ton
Page 80
STRUKTUR BAJA 1
Dari hitungan sebelumnya diperoleh profil
Pgs
60.60
10
= 2. A gs
= 2 (1/4 d2) (0,6 paku)
= 2 ( + 1,6) (1) (1,5 . 1600)
= 3840
P
Pds / pgs
= 8000/840
= 2,08
3 buah
Page 81
STRUKTUR BAJA 1
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/18040588/STRUKTUR-BAJA-11, tanggal 4 Januari 2012
http://www.feri82.blogspot.com/2009/08/perencanaan-struktur-baja-bag1.html,
tanggal 4 Januari 2012
http://www.scribd.com/doc/18040588/STRUKTUR-BAJA-11, tanggal 4 Januari 2012
Charles G. Salmon, John E.Johnson, Ir. Wira,M.S.C.E. (1980). Struktur Baja Dissin
Dan Perilaku Jilid I-Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Badan Standar Nasional, 2002, Tata cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung.SNI-03-1729-2002, Lintang TEknologi Pemukiman, Bandung
Page 82