BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jembatan
rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun
yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan sering
menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan,karena sebagai penentu beban
lewat pondasi.
beban sendiri angkur untuk menahan gaya dari kabel dan tunnel anchorage,
dimana angkur menyalurkan gaya dari kabel langsung ke dalam tanah. Kedua
8
hal tersebut, angkur dapat diletakkan pada gelagar jembatan itu sendiri. Jenis
gelagar jembatan akan menahan gaya tekan horizontal dari kabel serta
sebagai pemikul utama beban lalu lintas di atasnya, pada sistem ini kabel
Menurut (Manu, 1995) Secara garis besar konstruksi jembatan terdiri dari
jembatan yang menerima langsung beban dari orang dan kendaraan yang
a) Beban mati
Beban mati adalah semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
c) Beban hidup.
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan
bergerak/lalu lintas dan atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada
jembatan.
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur dan
beban truk. Beban lajur bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur yang bekerja
arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan traksi, harus ditinjau untuk
kedua jurusan lalu lintas. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan gaya rem
sebesar 5% dari beban lajur yang dianggap pada semua jalur lalu lintas, tanpa
Bangunan atas merupakan bagian atas suatu jembatan yang berfungsi untuk
menampung beban- beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas, orang, atau
Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fingsi utama untuk
11
1. Pondasi
Pondasi jembatan adalah struktur yang meneruskan beban dari abutmen atau
Pada Suatu Fungsi Pondasi abutmen juga berperan penting dalam suatu
yang bekerja pada abutmen yaitu gaya Vertikal dan gaya Horizontal terlihat
Gam
Keterangan:
Pa1 , Pa2 , Pa3 : Gaya ekan aktip tanah pada belakang abutment
Pp1 , Pp2 : Gaya tekan pasif tanah pada depan abutment
G : Berat sendiri abutment
G1 : Gaya gempa akibat bangunan atas
Hg : Gaya gesek akibat tumpuan bergerak
Hrm : Gaya akibat rem
Rvd : Gaya tekan akibat beban dari atas
Pile cap merupakan struktur pengikat tiang pondasi menjadi satu kesatuan
atau pilar pada jembatan dan kolom atau dinding pada bangunan bertingkat).
3. Pangkal Jembatan
1. Abutmen
d. Kombinasi IV (GP) = Gm
a. Kombinasi I = AT + LL (100%)
b. Kombinasi II = AT + LL (120%)
d. Kombinasi IV = AT + LL (140%)
e. Kombinasi V = AT + GL (150%)
f. Kombinasi VI = AT + PL (130%)
2. Tiang Panjang
tebuat dari kayu, beton, dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan
tanah.
16
tahanan ujungnya. Tiang pancang tipe ini disebut end bearing pile
point bearing pile. Untuk tiang pancang tipe ini ujung tiang pancang
2) Apabila tiang pancang tidak mencapai lapisan tanah keras, maka untuk
Dimana:
17
Dimana:
Qult = Qc + Qs …………………………………………………………(2.6)
Dimana:
SF = faktor keamanan
pejalan kaki serta bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan tersebut.
ditentukan dalam tata cara perencanaan jembatan beton. Dalam hal khusus,
Perencana harus menentukan semua aksi yang dapat terjadi selama umur
rencana jembatan. Setiap aksi yang tidak umum yang tidak dijelaskan dalam
tata cara ini harus dievaluasi dengan memperhitungkan besarnya faktor beban
serta lamanya aksi tersebut bekerja. Apabila semua aksi telah diketahui,
seluruh kombinasi yang ada harus dihitung . Suatu kombinasi berlaku untuk
bagian dari jembatan saja, dan beberapa aksi dapat terjadi secara bersamaan.
Hal semacam ini harus bisa ditentukan oleh perencana. Aksi rencana diperoleh
dengan cara mengalikan aksi nominal dengan faktor beban yang sesuai. Dalam
hal aksi yang merupakan beban terbagi merata seperti lapis permukaan aspal
beton pada jembatan bentang menerus, dimana hanya sebagian aksi adalah
mengurangi, maka perencana harus menggunakan hanya satu nilai faktor beban
untuk seluruh aksi tersebut. Perencana harus menentukan faktor beban yang
yang bersifat normal atau yang mengurangi. Sebagai contoh, perlu digunakan
faktor beban terkurangi untuk berat sendiri jembatan pada waktu menghitung
gaya angkat jembatan atau stabilitas bangunan bawah. Dalam semua hal, faktor
beban yang dipilih adalah yang menghasilkan pengaruh total terbesar. Aksi-
perencanaan jembatan.
20
d. Zona gempa
- kecepatan angin
- penurunan/perbedaan penurunan
tertera dalam gambar dan berat jenis bahan yang digunakan. Berat dari bagian-
(g). Percepatan gravitasi yang digunakan dalam standar ini adalah 9,81
m/detik2.
21
Pengambilan kerapatan massa yang besar, aman untuk suatu keadaan batas
akan tetapi tidak untuk keadaan yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut
dapat digunakan faktor beban terkurangi. Akan tetapi, apabila kerapatan massa
diambil dari suatu jajaran nilai, dan nilai yang sebenarnya tidak bisa ditentukan
komponen ini harus dianggap sebagai suatu kesatuan aksi yang tidak
terpisahkan pada waktu menerapkan faktor beban normal dan faktor beban
2. Berat sendiri
lain yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
3. Pengaruh Gempa
terhadap pelayanan akibat gempa. Penggantian secara parsial atau lengkap pada
struktur diperlukan untuk beberapa kasus. Kinerja yang lebih tinggi seperti
kinerja operasional dapat ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Beban gempa
koefisien respons elastik (Csm) dengan berat struktur ekivalen yang kemudian
berikut :
EQ = csm/ Rd wt ……………………………………………………...(2.8)
Keterangan:
Wt adalah berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup yang
sesuai (kN)
Koefisien respons elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa
dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan tanah sampai kedalaman
perlu digunakan untuk struktur bawah tanah, kecuali ditentukan lain oleh
batuan dasar dan spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode
gempa dikalikan dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan tanah
bawah tanah, kecuali ditentukan lain oleh pemilik pekerjaan. Pengaruh gempa
ditentukan atas dasar besarnya percepatan puncak batuan dasar (Peak Ground
Acceleration, PGA). Peta gempa indonesia terbaru dirilis pada tahun 2010 yang
bahan yang akan digunakan untuk abutment. Mutu bahan yang digunakan akan
pembebanan, dimulai dengan memilih, standar pembebanan yang mana yang akan
telah dipilih tersebut, bridge design engineer menyusun tata urut proses
gaya yang diperhitungkan akan berpengaruh pada desain abutment, tekanan tanah
dan kombinasi dari beban dan gaya-gaya yang mempunyai pengaruh paling tinggi
didasarkan atas beban mati, beban hidup, tekanan tanah dan gaya-gaya lain yang
rencana, yang merupakan salah satu komponen dari produk perencanaan teknis
jembatan.
27
Penentuan kriteria perencanaan untuk abutment tergantung pada tipe dan jenis
abutment yang dipilih. Modul ini membatasi diri pada abutment yang dibuat dari
beton bertulang. Ada 3 jenis beton yang dikenal pada saat sekarang yaitu:
yaitu semen, air, agregat dan mungkin juga bahan tambah. Dari keempat jenis
bahan ini yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemilihan agregat yang terdiri
dari agregat kasar dan agregat halus. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada
agregat kasar, dalam hal ini perencana harus memilih, berapa ukuran terbesar
agregat kasar yang akan digunakan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa
sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara
baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di
mana beton harus dicor. Kekuatan karakteristik untuk beton K-350 pada umur 28
Untuk baja tulangan, menurut Spesifikasi tersedia banyak pilihan, yaitu baja
lunak BJ-24, baja sedang BJ-32, baja keras BJ-39 dan baja keras BJ-48. Namun
misalkan di pasar yang tersedia adalah baja dengan kekuatan karakteristik leleh
28
baja Fy = 400 Mpa, meskipun di dalam Spesifikasi yang tersedia adalah BJ-39
dengan Fy = 390 Mpa, bisa saja kita menggunakan baja BTJD 40 dengan Fy =
didasarkan atas Fc’ = 29.05 Mpa dan Fy = 400 Mpa jika menggunakan beton K-
350.
Jembatan pejalan kaki harus kuat dan kaku (tanpa lendutan yang berlebih)
untuk menahan berat sendiri jembatan, beban mati tambahan dan beban hidup
rencana yang bekerja pada arah vertikal. Selain itu jembatan gantung pejalan
kaki juga harus mampu menahan beban yang terjadi pada arah horizontal yang
diakibatkan oleh tekanan angin, gempa, pengguna yang bersandar dan benturan
Dalam hal pembebanan yang berasal dari beban hidup atau pengguna
kelas jembatan, ada dua aspek dari beban hidup pada jembatan gantung yang
harus diperhatikan yaitu beban terpusat pada lantai jembatan jembatan akibat
langkah kaki manusia untuk memeriksa kekuatan lantai jembatan dan beban
Untuk nilai dari beban-beban hidup rencana dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini:
Dimulai dari elemen pelat lantai, elemen balok memanjang dan melintang,
elemen hanger, elemen kabel dan terakhir elemen pilar jembatan. Perhitungan
dengan beban rencana yang diterima oleh jembatan. Luaran dari tahapan ini
panduan yang berlaku. Dimensi elemen jembatan yang diperoleh dapat dilihat
Variasi beban statis dihasilkan oleh beban hidup yang masuk ke jembatan
gantung. Beban hidup yang diijinkan masuk ke jembatan pejalan kaki tipe I
adalah pejalan kaki dan kendaraan bermotor roda dua. Kondisi pejalan kaki
Untuk variasi data kendaraan roda dua terdapat banyak sekali jenis dan
saja yaitu Suzuki, Honda dan Yamaha. Kendaraan bermotor dari tiga merek
Dengan menganggap beban total (P) pada kendaraan bermotor terbagi dua
sama rata ke roda depan (P1) dan roda belakang (P2), maka pembagian variasi
Dari data pejalan kaki dan kendaraan roda dua di atas, tipe beban yang masuk
ke struktur jembatan dapat divariasikan kembali, untuk kondisi hanya pejalan kaki
saja yang masuk, maupun beban manusia masuk sebagai pengendara kendaraan
roda dua. Untuk kondisi manusia sebagai pengendara roda dua, di asumsikan
beban di roda belakang. Kombinasi kendaraan roda dua dan variasi bobot pejalan