Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

Tugas 1
Kuliah Lapangan Jembatan Buluri

A. Elemen Struktur Jembatan


Elemen struktur jembatan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
elemen sub struktur (bagian bawah) dan super stuktur (bagian atas). Substruktur jembatan
menyalurkan beban dari super struktur ke telapak dan pondasi. Elemen sub struktur ini
termasuk elemen struktur pendukung vertikal bagian tengah (pier atau bent) dan
pendukung pada bagian akhir (abutmen).
Pada jembatan yang berlokasi di Kel. Buluri Kec. Palu Barat kota Palu memiliki jenis
jembatan pelengkung (Arch Bridge). Dimana terdapat beberapa elemen struktur pada
jembatan.
Berikut adalah beberapa elemen struktur yang terdapat pada jembatan buluri palu :
o Pier Solid
Pier Solid adalah struktur jembatan bagian bawah yang berfungsi pada
kondisi sungai berarus deras. Biasanya digunakan untuk bentang Panjang
dan dapat didukung oleh pondasi telapak yang lebar atau pondasi tiang.

Muka Air sungai

Gambar : Pier Solid jembatan

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

o Abutment
Abutment merupakan pendukung akhir sebuah jembatan. Abutment berfungsi
sebagai bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar – pilar
jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (Angin, kendaraan, dll)
dan mati (beban gelagar, dll). Pemilihan tipe abutmen tergantung pada kebutuhan
pendukung struktural, pergerakan, drainase, kedekatan jalan dan gempa bumi.

Gambar : Abutment jembatan.


(lingkar merah adalah bagian penempatan struktur abutment yang sudah
tertutup oleh struktut lainnya dari jembatan).

o Sistem Lantai
Sistem lantai jembatan biasanya terdiri dari geladak yang ditopang oleh
gelagar. Geladak akan menerima langsung beban hidup.

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

o Geladak (Deck)
Slab geladak beton bertulang umumnya digunakan pada jembatan jalan raya.
Geladak paling rawan terhadap kerusakan akibat arus lalu lintas, yang
berlangsung terus menerus. Jalan raya perkotaan mendapat beban lalu lintas yang
berat dan memerlukan lebih sering perbaikan.

Gambar : Geladak Jembatan.

o Gelagar
Gelagar jembatan akan mendukung semua beban yang bekerja pada
jembatan. Bahan gelagar berupa bahan kayu dan atau profil baja berupa kanal,
profil H atau I. Penggunaan bahan baja akan memberikan kekuatan struktur yang
lebih baik dibandingkan bahan kayu. Akan tetapi, bila kondisi tidak
memungkinkan dapat digunakan bahan kayu, yang berupa balok tunggal atau
balok susun tergantung perencanaannya.

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

B. Kerusakan Jembatan
Definisi Kegagalan Bangunan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan
yang tidak berfungsi, baik sacara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja dan/atau keselamatan umum, sebagai akibat kesalahan
penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
Jembatan berfungsi sebagai prasarana untuk pergerakan arus lalu lintas. Dengan
demikian Jembatan direncanakan agar dapat memberi pelayanan terhadap perpindahan
kendaraan dari suatu tempat ketempat lain dengan Waktu yang Sesingkat Mungkin
dengan persyaratan Nyaman dan Aman (Comfortable and Safe). Sehingga dapat
dikatakan bahwa kecepatan (speed) adalah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai
indikator untuk menilai apakah suatu Jalan/ Jembatan mengalami kegagalan fungsi
Bangunan atau tidak. Adapun beberapa jenis kerusakan pada jembatan ialah :
- Kondisi Rangka Baja. Hampir seluruh komponen rangka baja telah berkarat, yang
kemungkinan besar disebabkan oleh korosi atmosfir.
- Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan.
- Drainase Jembatan.
- Kondisi Dak Jembatan.
- Kondisi Gelagar.
- Kondisi Perletakan (Bearing).
- Kondisi Abutmen.

Khususnya pada jembatan Buluri Palu yang tidak terdapat kondisi rusak seperti pada
penjelasan diatas. Adapun kerusakan – kerusakan kecil seperti retak pada bagian
substruktur jembatan seperti pada gambar dibawah.

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

Tugas 2
SNI 1725 2016 (Pembebanan Jembatan)

A. Pembebanan Jembatan
Menurut SNI 1725 2016, Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri
atas beban lajur "D" dan beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh
lebar jalur kendaraan dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen
dengan suatu iring-iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur
"D" yang bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.
Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 gandar yang ditempatkan
pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap gandar terdiri atas dua
bidang kontak Secara umum, beban "D" akan menjadi beban penentu dalam
perhitungan jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang,
sedangkan beban "T" digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
Dalam keadaan tertentu beban "D" yang nilainya telah diturunkan atau dinaikkan
dapat digunakan.

1. Beban Laju ”D”


Beban lajur "D" terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung dengan
beban garis (BGT) seperti terlihat dalam Gambar dibawah. Adapun faktor beban
yang digunakan untuk beban lajur "D" seperti pada Tabel 12.

Gambar 2.1 : Beban Lajur D.

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

Tabel 12 : Faktor Beban Lajur D.


Beban "D" harus disusun pada arah melintang sedemikian rupa sehingga
menimbulkan momen maksimum. Penyusunan komponen-komponen BTR dan
BGT dari beban "D" secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.1. Kemudian
untuk alternatif penempatan dalam arah memanjang dapat dilihat pada Gambar
2.3.

Gambar 2.2 : Alternatif penempatan beban “D” dalam arah memanjang

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

2. Beban Truk “T”


Selain beban “D”, terdapat beban lalu lintas lainnya yaitu beban truk "T".
Beban truk "T" tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”. Beban truk
dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai. Adapun faktor beban untuk beban
“T” seperti terlihat pada Tabel 13.

Gambar 2.3 : Pembeban truk “T”

Pembebanan truk "T" terdiri atas kendaraan truk semi-trailer yang


mempunyai susunan dan berat gandar seperti terlihat dalam Gambar 26. Berat dari
tiap-tiap gandar disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan
bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 gandar tersebut
bisa diubah-ubah dari 4,0 m sampai dengan 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh
terbesar pada arah memanjang jembatan.
Terlepas dari panjang jembatan atau susunan bentang, umumnya hanya ada
satu kendaraan truk "T" yang bisa ditempatkan pada satu lajur lalu lintas rencana.
Untuk jembatan sangat panjang dapat ditempatkan lebih dari satu truk pada satu lajur
lalu lintas rencana. Kendaraan truk "T" ini harus ditempatkan di tengah-tengah lajur

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

lalu lintas rencana seperti terlihat dalam Gambar 26. Jumlah maksimum lajur lalu
lintas rencana dapat dilihat dalam Tabel 11, tetapi jumlah lebih kecil bisa digunakan
dalam perencanaan apabila menghasilkan pengaruh yang lebih besar. Hanya jumlah
lajur lalu lintas rencana dalam nilai bulat harus digunakan. Lajur lalu lintas rencana
bisa ditempatkan di mana saja pada lajur jembatan.

3. Pembebanan Untuk pejalan kaki (TP)


Semua komponen trotoar yang lebih lebar dari 600 mm harus direncanakan
untuk memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja
secara bersamaan dengan beban kendaraanpada masing-masing lajur kendaraan. Jika
trotoar dapat dinaiki maka beban pejalan kaki tidak perlu dianggap bekerja secara
bersamaan dengan beban kendaraan. Jika ada kemungkinan trotoar berubah fungsi di
masa depan menjadi lajur kendaraan, maka beban hidup kendaraan harus diterapkan
pada jarak 250 mm dari tepi dalam parapet untuk perencanaan komponen jembatan
lainnya. Dalam hal ini, faktor beban dinamis tidak perlu dipertimbangkan.

4. Pembebanan 2
Beban permanen & dan Beban Transien
Beban permanen merupakan beban yang bersifat tetap meliputi : beban mati
komponen struktual dan non struktual jembatan, beban mati perkerasan dan utilitas,
gaya horizontal akibat tekanan tanah, gaya – gaya yang terjadi pada struktur jembatan
yang disebabkan oleh proses pelaksanaan, termasuk semua gaya yang terjadi akibat
konstruksi segmental, dan gaya prategang.
Beban trensien merupakan beban yang bersifat tidak tetap terdiri atas : gaya
susut/ rangkak, beban lajur “D”, beban truk “T”, beban pejalan kaki, beban akibat
penurunan, gaya akibat temperature, gaya apung, beban angina, dan arus.

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

Lampiran
Jembatan Buluri Kel. Buluri Kec. Palu Barat kota Palu

Gambar 1 : Plang nama jembatan buluri

Gambar 2 : Kondisi retak pada bagian sudut jembatan

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228


PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

Gambar 3 : bentuk model pier jembatan buluri

Gambar 4 : Bronjong yang dipasang pada tepi jembatan untuk menahan longsoran dari
oprit
RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228
PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

Gambar 5 : Kondisi retak pada oprit (sub-struktur)

Gambar 6 : Oprit jembatan yang masih utuh

RAHMAT HIDAYAT - F 111 16 228

Anda mungkin juga menyukai